KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Perdarahan Uterus Disfungional (PUD) adalah perdarahan uterus
abnormal yang didalam maupu diluar siklus haid,yang semata – mata
disebabkan gangguan fungsional mekanisme kerja hipotalamus –
hipofisis – ovarium – endometrium –tanpa kelainan organik alat
reproduksi PUD paling banyak dijumpai pada usia perimenars dan
perimenopause.(Manuaba,1998)
PUD adalah suatu keadaan yang ditandai perdarahan
banyak,berulang dan berlangsung lama yang berasal dari uterus namun
bukan disebabkan oleh penyakit organ dalam panggul,penyakit sistemik
ataupun kehamilan.(Rahman,2008)
PUD adalah perdarahan abnormal dari uterus, biasanya
berhubungan dengan kegagalan ovulasi, dengan tidak adanya lesi organik
lainnya terdeteksi.(Kadarusman,2005)
B. Etiologi
C. Patofisiologi
PUD dapat terjadi pada siklus haid ovulasi (10%) maupun
anovulatoar (90%) atau pada keadaan folikel yang persisten. PUD siklus
ovulatoar, lebih sering terjadi pada usia reproduksi dan mungkin
disebabkan oleh :
1. Penurunan estradiol pada pertengahan siklus yang berakibat
perdarahan pertengahan siklus Fase proliferasi atau sekresi yang
pendek berakibat polimenore
2. Penurunan respon folikel terhadap pengaruh Gonadotropin
3. Fase proliferasi yang memanjang
4. Insufisiensi korpus luteum
5. Aktifitas korpus luteum yang memanjang
PUD pada siklus anovulatoar, sering dijumpai pada masa
perimenopause dan masa reproduksi. Dasar dari perdarahan yang terjadi
pada siklus anovulatoar adalah karena tidak terjadinya ovulasi, maka
korpus luteum tidak terbentuk. Dengan sendirinya akan terjadi kadar
progesterone yang rendah dan estrogen yang berlebihan. Karena estrogen
tinggi, maka endometrium mengalami proliferasi berlebihan
(hyperplasia). Dengan rendahnya kadar progesterone, maka tebalnya
endometrium tersebut tidak diikuti dengan terbentuknya penyangga yang
baik, kaya pembuluh darah dan kelenjar. Jaringan ini rapuh, mudah
melepaskan bagian permukaan dan menimbulkan perdarahan. Perdarahan
disatu tempat baru sembuh, timbul perdarahan ditempat lain, sehingga
perdarahan tidak terjadi secara bersamaan.
PUD pada keadaan folikel persisten, sering dijumpai pada masa
perimenopause, jarang pada masa reproduksi. Folikel persisten adalah
stagnasinya fase perkembangan folikel di satu fase sebelum fase ovulasi.
Keadaan ini menyebabkan rangsangan yang terus menerus dan menetap
dari estrogen terhadap endometrium sehingga terjadi hyperplasia
endometrium. Perdarahan terjadi pada tingkat hyperplasia endometrum
lanjut atau apabila folikel tidak mampu lagi membentuk estrogen, maka
terjadi perdarahan lucut estrogen. Keadaan lain yang terjadi pada
penderita-penderita PUD adalah meningkatnya aktifitas fibrinolitik pada
endometrium. Terjadi peningkatan kadar prostaglandin yaitu PGF2,
PGE2 dan prostasiklin. Peningkatan rasio PGF2 : PGE2 mengakibatkan
vasodilatasi, relaksasi miometrium dan menurunnya agregasi trombosit
sehingga kehilangan darah haid lebih banyak. Prostasiklin mengakibatkan
relaksasi dinding pembuluh darah dan berlawanan dengan aktivits
agregasi trombosit sehingga terjadi perdarahan yang lebih banyak.
Mekanisme terjadinya PUD
Makin tinggi rasio PGF2 : PGE2, terjadinya menoragi dan
menometroragi akan meningkat. PUD bervariasi antara tiga kelompok
umur yaitu masa remaja, usia reproduksi dan perimenopause. Perdarahan
kelompok remaja dan perimenopause biasanya akibat anovulasi kronik,
sedangkan pada kelompok usia reproduksi perdarahan terjadi walaupun
siklus haid ovulator.
LH/FSH
Ovarium
Estrogen
meningkat
Penebalan
endometrium
Tdk terjadi
proses ovulasi
Proliferasi
endometrium
Nyeri Perubahan
status kesehatan
Ansietas
D. Manifestasi Klinis
a) Perdarahan pervagina diantara siklus menstruasi
b) Siklus menstruasi yang abnormal
c) Siklus menstruasi yang bervariasi (biasanya kurang dari 28 hari diantara
siklus menstruasi )
d) Variable menstruasi flow ranging from scanty to profuse
e) Infertill
f) Mood yang berfluktuasi
g) Hot Flashes
h) Kekeringan vagina
i) Hirsutism
j) Nyeri
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan ini harus sudah terarah sesuai hasil pemeriksaan fisis dan
anamnesis karena biayanya sangat mahal.
1. Tes kehamilan harus dilakukan dan dihasilkan negatif (-)
2. PAP tes
3. Hitung jenis leukosit 6600 ul
4. Pemeriksaan kadar hormon steroid
5. Biopsi endometrium
6. Hematokrit 2 9 , 0 %
7. H e m o g l o b i n 9 , 6 g r / d l
8. USG. Ini adalah hasil dari pemeriksaan USG
F. Penatalaksanaan
Pada dasarnya tujuan penatalaksanaan PUD adalah:
1. Memperbaiki keadaan umum
2. Menghentikan perdarahan
3. Mengembalikan fungsi hormone reproduksi
4. Menghilangkan ancamam keganasan
G. Komplikasi
1. Infertilitas akibat tidak adanya ovulasi
2. Anemia berat akibat perdarahan yang berlebihan dan lama
3. Pertumbuhan endometrium yang berlebihan akibat ketidakseimbangan
hormonal merupakan faktor penyebab kanker endometrium .
(Rahman,2008)
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama,Umur(menarche & menopouse),jenis kelamin,pekerjaan,
2. Keluhan Utama
Perdarahan pervagina diantara siklus menstruasi, Nyeri, Siklus
menstruasi yang abnormal, Siklus menstruasi yang bervariasi
(biasanya kurang dari 28 hari diantara siklus menstruasi ).Variable
menstruasi flow ranging from scanty to profuse,Infertill,Mood yang
berfluktuasi,Hot Flashes,Kekeringan vagina,Hirsutism
3. Riwayat Penyakit
Harus memenuhi kriteria yang telah dikemukakan di atas termasuk :
a. Ginekologi reproduksi.
Pastikan tidak adanya kehamilan dengan memeriksa haid terakhir,
menars, pola haid ada tidaknya dimenore, molimina, penggunaan
tampon, benda asing, aktivitas seksual, pemakaian kontrasepsi (tipe,
efek, lamanya), riwayat SOP dan kelainan perdarahan pada
keluarga.
b. Coba tentukan banyaknya perdarahan
Jika seorang wanita berdiri tanpa menggunakan tampon perlu
dilihat apakah ada perdarahan yang mengalir pada kedua kakinya.
Jika ada maka perdarahan dikatakan banyak.
c. Singkirkan penyebab lain dari perdarahan, seperti stress, kelainan
pola makan, olahraga, kompetisi atletik, penyakit kronis,
pengobatan dan penyalahgunaan obat.
d. Tentukan karakteristik episode perdarahan terakhir
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala: Normocephal, tidak terdapat jejas, distribusi
rambut merata.
Mata :Ortoforia, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
refleks pupil +/+
Mulut dan gigi: Mukosa bibir basah, sianosis (-), lidah kotor -/-.
b. Pemeriksaan leher :
Kelenjar getah bening tidak teraba membesar
c. Pemeriksaan Toraks : Paru : dada simetris,vesikular, ronkhi -/-, wheezing
-/-
d. Jantung : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
e. Pemeriksaan Abdomen : datar, bising usus (+) N, hepar dan lien tidak teraba.
f. Pemeriksaan ekstermitas : edema (-/-), sianosis -/-,capillary refill time< 2 detik
Pemeriksaan harus difokuskan untuk mengidentifikasi tanda-tanda
penyebab lain dari perdarahan. Sindroma Ovarium Polikistik (SOP) dapat
ditentukan karena gejalanya sangat jelas, sedangkan adanya anovulasi
kronik tidak menunjukkan tanda yang jelas.
a. Obesitas, SOP, disfungsi H-P dan hipotiroidisme (menometroragi)
b. Kelebihan hormon androgen
c. Memar-memar – koagulopati
d. Galaktore-peningkatan prolaktin , singkirkan kemungkinan adanya
adenoma hipofise
e. Pembesaran uterus. Kemungkinan hamil, tumor atau miom
f. Adanya masa pada adneksa
D. Implementasi Keperawatan
b. Diagnosis keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
Edisi 21. 2001. New york; mac graw hill: hal 71-82