Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

MENOMETRORAGIA

1 Definisi
Menometrorhagia adalah hipermenorhea atau menoragia adalah perdarahan
haid yang lebih banyak dari normal/ lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari)
(Prawirohardjo, 2005)
Menometrorhagia adalah perdarahan uterus yang tidak sesuai waktu tetapi
dalam jumlah yang banyak (Manuaba, 2001)
Menomethoraghia adalah perdarahan uterus abnormal (jumlah, grekuensi atau
lamanya) yang terjadi baik di dalam maupun di luar siklus haid yang semata-mata
disebabkan oleh gangguan fungsional mekanisme kerja poros hipotalamus-hipofisis-
ovarium, endometrium tanpa adanya kelainan organik alat reproduksi
(Mansjoer, Arif.2000)
2. Etiologi
Biasanya disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron
akibat dari :
a. Endokrin : gangguan pada sistem hipotalamus, hipofisis,
ovarium dan endometrium.
b. Non endokrin : psikogenik, neurogenik, nutrisi yang kurang dan
penyakit sistemik
(Prawirohardjo, 2005)
3. Klasifikasi
Menomethoraghia dapat terjadi pada siklus ovulatorik, anovulatorik maupun pada
keadaan folikel persisten.
a. Menomethoraghia pada pertengahan siklus
Disebabkan oleh rendahnya kada estrogen sedangkan progesteron terus
membentuk. Macam-macamnya :
 Perdarahan pada pertengahan siklus
Biasanya sedikit dan sebentar, keadaan ini terjadi akibat rendahnya
kadar estrogen.
 Perdarahan akibat gangguan pelepasan endometrium (ireguler
sheeding)
 Biasanya banyak dan panjang, penyebabnya adalah korpus luteum
persisten, progesteron terus membentuk sedangkan estrogen rendah.
 Perdarahan bercak (spoting ) pra haid dan pasca haid
o Pra haid : disebabkan inefisiensi korpus luterum.
o Pasca haid : disebabkan defisiensi estrogen, sehingga regenerasi
endometrium.
 Penyebab lain adalah apopleksia uteri wanita hipertensi dan kelainan
darah seperti anemia, gangguan pembekuan darah, purpura dan lain-
lain.
b. Menomethoraghia pada siklus anovulatorik
Dasar kelainannya adalah tidak terjadinya ovulasi korpus luteum tidak ada
progesteron ↓ dan estrogen ↓, sering terjadi pada usia pubertas dan
menopause. Pada pubertas proses maturasi hipotalamus mungkin terlambat,
sehingga pembentukan RF dan GnRH tidak sempurna, lambat laun maturasi
akan tercapai dan siklus haid akan menjadi ovulatoar. Pada premenopause
proses berhentinya ovarium tidak selalu berjalan lancar. Stres dalam
kehidupan sehari-hari dapat menyebabkan perdarahan anovalatoar, tapi
biasanya tidak terganggu.
c. Menomethoraghia pada folikel resisten
Sering terjadi pada masa premenopause, jarang pada reproduksi. Endometrium
secara menetap dipengaruhi oleh estrogen sehingga terjadi hiperplasia baik
jenis atipik maupun adenomelous. Sering menjadi ganas memerlukan
penanganan yang seksama. Sehingga folikel tidak mampu lagi membentuk
estrogen. Maka terjadilah perdarahan yang banyak. Gambaran klinis mula-
mula seperti haid biasa, kemudian terjadi perdarahan bercak, selanjutnya
diikuti perdarahan yang semakin banyak dan terus menerus.
(Prawirohardjo, 2005)
4. Patofisiologi

Fase Luteal

Tidak terjadi ovulasi

Fungsi korpus luteum menurun

Penurunan sekresi estrogen

Stratum kompakta dan stratum spongisa


terlepas

Pembentukan thrombosit dan prostaglandin


tidak terjadi

Menometroragia

(Wiknjosastro 2007 dan Manuaba 2010)

5. Diagnosis
a. Singkirkan terlebih dahulu kelainan organik.
b. Anamnesis, perlu diketahui:
 Usia menarche
 Siklus haid
 Jumlah perdarahan
 Lama menstruasi
 Sifat perdarahan
 Latar belakang keluarga
 Status emosi
c. Pemeriksaan Fisik
 Umum
Adanya tanda-tanda penyakit metabolik, endokrin, gangguan
hemolisis, penyakit menahun dan lain-lain.
 Ginekologi
Pada wanita usia pubertas, tidak diperlukan hapusan namun pada
wanita usia premenopause perlu dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknnya keganasan.
 Penunjang
Kelainan organik yang kecil pada genetalia interna seringkali sulit
dinilai apalagi pada wanita firgin, sehingga dianjurkan pemeriksaan
biopsi endometrium, lab darah dan fungsi hemostatis, USG, radic imun
assay dan lain-lain
d. Diagnosa anovulasi
 Suhu basal badan
 Biopsi endomatrium
 Sitologi
 Hiperfungsi adrenal
 Hipotiroid
 FSH dan LH
 Progesteron
 Hipo fungsi pankreas.
(Manuaba, 2001)
6. Komplikasi Menomethoraghia
a. Komplikasi kehamilan
 Perdarahan implantasi
 Abortus
 Kehamilan ektopik
 Kehamilan mola penyakit trofoblastis
 Komplikasi plasenta
 Vaso previa
 Hasil konsepsi yang tertahan
 Sub involusi uterus setelah kehamilan.
b. Infeksi dan inflamasi
 Dulfitis dengan ekskoriosi
 Vaginitis
 Serviskis
 Endometritis
 Solpingo-ooforitis
c. Kelainan hormonal
 Disfungsi hipolamus, hipopise-ovarium
 Kisto fungsional ovarium yang menghasilkan hormon
 Hormon eksogen (estrogen, kontrasepsi oral estrogen-progestis)
 Disfungsi tiroid-hipotiroid lebih mungkin dari hipertioid dalam
menyebabkan perdarahan pervaginam ireguler.
 Gangguan psikogenik
d. Trauma
 Perdarahan postoperotif
 Laserasi obstetrik
 Benda asing dalam vagina
 Alat kontrasepsi dalam rahim
e. Endometritis
f. Odenamiasis
g. Kelainan hemotalotik atau sistemik
 Trombositopenia
 Hipertensi
 Leukimia
 Penyakit hepar
h. Adenomiosis
(Ben-zion, 1994)
7. Penatalaksanaan
a. Tujuan
 Menghentikan perdarahan
 Memulihkan pola haid ovulatoar
 Mencegah akibat jangka panjang dari keadaan anovulasi
b. Prinsip
 Singkirkan dulu kelainan organic
 Bila terjadi perdarahan banyak atau KU jelek atau anemis, segera
hentikan perdarahan dengan injeksi estrogen atau progesteron
kemudian transfusi.
 Perdarahan yang tidak mengganggu KU, terapi cukup dengan estrogen
atau proge oral saja.
 Terapi lain : antifibrinolitik atau anti prostaglandin.
 Setelah perdarahan berhenti atau gangghuan haid teratasi selanjutnya
atur siklus haid selama 3 bulan berturut-turut
 Setelah 3 bulan pengaturan siklus haid, keadaan kembali lagi seperti
semula, cari penyebab lain (analisa hormon).
c. Pengobatan pada siklus anovulatorik
Tujuan : menghentikan perdarahan danmengembalikan siklus haid sampai
terjadi ovulasi atau sampai hormon-hormon untuk memicu ovulasi terpenuhi.
Obat yang diberikan :
 Estrogen dosis tinggi
 Estradiol diprolionass 2,5 mg
 Estradiol benzoas 1,5 mg
 Pil kombinasi 2 x 1 tablet selama 3 hari
Proses seperti urakinasi, tripsin dan streptokinase. Dapat dihambat oleh asam
amino keproat dan AS traneksamat dosis 4 gr / hari (4 kali pemberian).
(Prawirohardjo, 2005)
DAFTAR PUSTAKA

1. Ben-zion Taber,MD.Kapita Selekta.1994.Kedaruratan Obstetri &


Ginekologi.Jakarta:EGC
2. Mansjoer, Arif.2000.Kapita Selekat Kedokteran.Jakarta:Media Aesculapius
3. Manuaba, Ida Bagus Gde.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin. Obstetri
Ginekologi K13.Jakarta:EGC
4. Manuaba,I.B.G.,2010.Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi
Sosial untyk Profesi Bidan.Jakarta:EGC
5. Prawirohardjo, Sarwono.2005.Ilmu Kebidanan,Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
6. Wiknjosastro, Hanifa.2007.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai