Anda di halaman 1dari 25

Amenorea Primer

Adinda Ayu Majesti 1710070100126


Arif Apri Hadi 1710070100086
 
PRESEPTOR :
dr. Helwi Nofira, Sp. OG (K) Obginsos

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
RSUD MOHAMMAD NATSIR SOLOK
2023
Latar Belakang
Amenorea  tidak adanya menstruasi spontan pada wanita usia reproduksi

Klasifikasi berdasarkan terjadinya menstruasi sebelumnya :


a. Primer  jika belum terjadi menstruasi pada usia 16 tahun dengan adanya pertumbuhan normal
dan karakter seksual sekunder atau pada usia 13 tahun tanpa adanya karakter seksual sekunder
b. Sekunder  jika belum terjadi menstruasi selama enam bulan

Amenorea sekunder tipe yang lebih umum  prevalensi 3 dan 4% , sedangkan


amenorea primer lebih jarang  prevalensi 0,3%.
Amenorea tidak mengancam jiwa, tetapi kurangnya siklus menstruasi  risiko patah
tulang pinggul dan pergelangan tangan
Definisi Amenorea Primer

Tidak adanya menstruasi pada usia 13 tahun dengan tanpa pertumbuhan atau

perkembangan karakteristik seksual sekunder atau tidak adanya menstruasi pada

usia 16 tahun dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan normal termasuk

karakteristik seksual sekunder


Epidemiologi

Amenorea primer terjadi pada sekitar 2% dari kelompok usia reproduksi

Society Of Reproductive Medicine


Prevalensi amenorea sekunder 20-35% sedangkan 3% untuk amenorea primer

Prevalensi amenorea primer


Amerika Serikat  0,1 % & Tohoku Jepang  0,3 %

Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa prevalensi amenorea


bervariasi menurut asal negara atau kelompok etnis
Pubertas

 Periode transisi dari masa kanak-


kanak ke masa dewasa yang ditandai
bertambahnya tinggi dan komposisi
tubuh, peningkatan kekuatan tulang
dan perolehan karakteristik seksual
sekunder, pematangan psikososial,
dan kapasitas reproduksi
Tanner Stage
Siklus Menstruasi

a. Fase Menstruasi b. Fase Folikuler


Fase menstruasi merupakan fase pertama dari Fase ini terjadi mulai 6-14 hari dari siklus
siklus menstruasi. Fase menstruasi terjadi mulai menstruasi. Selama 10-14 hari, folikel akan
hari ke 1-5 siklus menstruasi. berkembang menjadi telur dewasa.

c. Fase Luteal
c. Fase Ovulasi
Fase luteal selalu terjadi dari hari ke 15-28. Fase
Ovulasi terjadi selama 14-28 hari siklus
ini, sel telur mencapai tuba falopi. 8-9 hari
menstruasi. Ovulasi terjadi kira-kira 10-12 jam
setelah ovulasi, diperkirakan waktu implantasi
setelah puncak LH.
yang diharapkan, vaskularisasi puncak tercapai
Faktor Risiko

Sistem reproduksi wanita


Peran Obat Cacat Genetik
Kelainan seperti organ reproduksi,
kontrasepsi suntik, pil KB Kelainan kromosom
cacat saluran kelamin

Olahraga
Gaya Hidup
Penekanan GnRH 
hipoestrogenisme  siklus Diet, konsumsi kafein dan alkohol,
Ketidakseimbangan hormon
menstruasi tertunda. merokok, BB
Etiologi
• Hipogonadisme hipergonadotropik (48,5% kasus)

 Kegagalan produksi hormon ovarium menyebabkan kurangnya umpan balik negatif pada unit

hipotalamus-hipofisis dan peningkatan kadar gonadotropin.

• Hipogonadisme hipogonadotropik (27,8%)

 Gangguan pada tingkat hipotalamus atau hipofisis  FSH dan LH serum dapat tidak terdeteksi,

sangat rendah atau dalam kisaran rendah normal.

• Hipogonadisme normogonadotropik (keterlambatan pubertas dengan gonadotropin normal; 23,7%)

 Abnormalitas anatomi (hymen imperforata, cervical agenesis, transverse septum) atau gangguan

interseks (insensitivitas androgen)


Abnormalitas Anatomi

Hymen imperforata Transverse septum Cervical agenesis


Patogenesis

Agar siklus menstruasi normal terjadi, hal-hal berikut ini diperlukan:

a. Hipotalamus yang berfungsi normal: GnRH disekresikan oleh hipotalamus

b. Kelenjar hipofisis berfungsi normal: hormon yang disekresikan dari FSH, LH hipofisis anterior

c. Ovarium berfungsi normal: sintesis estrogen dan progesteron. Seluruh spektrum perkembangan folikel,

ovulasi dan pembentukan korpus luteum terjadi di sini

d. Perkembangan endometrium normal: lapisan endometrium yang merespons secara siklis terhadap

stimulasi oleh estrogen dan progesteron

e. Outflow tract yang utuh: Penting untuk aliran menstruasi yang normal. Ini membutuhkan outflow tract

paten dan kontinuitas lubang vagina, saluran vagina dan endoserviks dengan rongga rahim.
a. Kompartemen I- Gangguan outflow tract (rahim dan
vagina)
 Agenesis ductus muller (hypoplasia vagina dan tidak
adanya uterus serta tuba falopii, tetapi ovarium normal),
hymen imperforata, Transverse vaginal septum , Cervical
agenesis )
b. Kompartemen II- Gangguan ovarium
 Sindrom turner, resistant ovary syndrome , defisiensi 17 α
hidroksilase dan defisiensi aromatase
c. Kompartemen III- Gangguan hipofisis anterior
 Adenoma hipofisis sekresi prolaktin biasanya kadar
prolaktin tinggi (hiperprolektinemia) dan dapat pula disertai
galaktorea
d. Kompartemen IV- Gangguan SSP.
Kallmann syndrome  kekurangan sekresi GnRH.
Gejala Klinis

a. Nyeri kepala  lesi intrakranial

b. Galaktorea  hiperprolektinemia

c. Nyeri perut siklik

d. Underweight  gangguan makan

e. Meningkatnya BMI/Jerawat/Hirsutisme  polycystic ovarian syndrome

f. Perawakan pendek, jarak puting lebar  turner syndrome

g. Anosmia  kallmann syndrome


Sindrom Turner
Diagnosis
Diagnosis Banding
a. Terdapat karakteristik seksual sekunder

• Jika amenorea memiliki perkembangan payudara dan sedikit atau tidak ada rambut kemaluan

 analisis kariotipe  sindrom insensitivitas androgen (fenotip perempuan, genetik laki-

laki)

• Jika memiliki karakteristik seksual sekunder yang normal  MRI atau USG  tidak ada rahim

 Agenesis Mullerian

• Jika pasien memiliki rahim normal, obstruksi outflow tract  hymen imperforata atau septum

vaginal transversal
b. Tanpa karakteristik seksual sekunder

• Diagnosis pasien dengan amenorea dan tanpa karakteristik seksual sekunder  tes

laboratorium dan analisis kariotipe kadar FSH dan LH rendah  hipogonadisme

hipogonadotropik

• Hipogonadisme hipogonadotropik  kegagalan hipotalamus atau hipofisis

• Sindrom Kallmann, yang berhubungan dengan anosmia  hipogonadisme hipogonadotropik

• Disgenesis gonad atau kegagalan ovarium prematur  peningkatan kadar FSH dan LH 

Hipogonadisme hipergonadotropik
Tatalaksana

• Hymen imperforata  pembuatan sayatan untuk membuka lubang vagina.  hymenotomy atau

hymenectomy dan umumnya dilakukan dengan insisi cruciate

• Septum transversal  eksisi septum.

• Hipoplasia atau tidak adanya serviks dengan adanya uterus yang berfungsi lebih sulit diobati

daripada penghalang outflow tract lainnya. Pembedahan untuk memperbaiki serviks jarang

berhasil, dan biasanya diperlukan histerektomi. Ovarium harus dipertahankan untuk memberikan

manfaat estrogen dan memungkinkan kemungkinan melahirkan anak di masa depanJ


Tatalaksana

Wanita yang didiagnosis dengan amenorea primer terkait dengan semua bentuk kegagalan gonad dan

hipogonadisme hipergonadotropik memerlukan terapi estrogen dan progestogen siklik untuk inisiasi,

pematangan, dan pemeliharaan karakteristik seksual sekunder.

 Hormone Replacement Therapy (HRT)

Rejimen HRT Pasca-Menopause adalah 100 mcg estradiol transdermal setiap hari atau 0,625 mg estrogen

terkonjugasi oral setiap hari + 200 mg progesteron oral setiap hari selama 12 hari setiap bulan.

 Bersamaan dengan HRT, asupan rutin 1200mg Kalsium setiap hari dan 1000 Unit Vitamin D untuk

mencegah hilangnya kepadatan mineral tulang.


Tatalaksana

• Wanita dengan perawakan pendek tidak boleh menerima estrogen dosis tinggi karena dapat

menyebabkan epifisis menutup sebelum waktunya.

• Pada pasien PCOS, olahraga teratur dan kebiasaan makan yang sehat dianjurkan. Pasien dengan

BMI tinggi, penurunan berat badan pada PCOS membantu mengembalikan menstruasi. Terapi lini

pertama untuk gangguan menstruasi adalah kontrasepsi hormonal kombinasi


Prognosis

• Menarche yang terlambat dikaitkan dengan peningkatan angka patah tulang

• Risiko kesehatan jangka panjang amenorea primer bervariasi tergantung pada

penyebabnya dan termasuk masalah kongenital dari etiologi yang mendasarinya

 hipoestrogen, disfungsi seksual, dan infertilitas


Kesimpulan
Amenorea primer didefinisikan tidak adanya menstruasi pada usia 13 tahun dengan tanpa
pertumbuhan atau perkembangan karakteristik seksual sekunder atau tidak adanya menstruasi pada usia
16 tahun dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan normal termasuk karakteristik seksual
sekunder. Amenorea primer menimbulkan dilema diagnostik. Amenoroea primer memiliki tanda dan gejala
spesifik yang mengarah ke etiologi yang mendasarinya. Multipel etiologi yang mempengaruhi HPO axis
dan outflow tract dapat mendasari amenorea primer. Riwayat rinci dan bantuan pemeriksaan fisik
menyeluruh dalam mencapai diagnosis dalam banyak kasus. Namun, diagnosis lebih lanjut didukung
dengan serangkaian pemeriksaan laboratorium, termasuk pengukuran serum tes fungsi tiroid, FSH, LH,
dan prolaktin, menggunakan pencitraan radiologis, dan memperoleh kariotipe. Pengobatan ditujukan untuk
memperbaiki penyebab utama amenorea. Perawatan terutama bedah di mana anomali kongenital
ditemukan menjadi penyebab amenorea primer. Risiko kesehatan jangka panjang amenorea primer
bervariasi tergantung pada penyebabnya dan termasuk masalah kongenital dari etiologi yang
mendasarinya, masalah terkait hipoestrogen, disfungsi seksual, dan infertilitas.

Anda mungkin juga menyukai