Anda di halaman 1dari 19

Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada WUS

1. Pengertian
WUS (Wanita Usia Subur) adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya
berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun. Pada wanita usia subur ini
berlangsung lebih cepat dari pada pria. Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20-
29 tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30-
an presentasenya menurun hingga 90%. Sedangkan memasuki usia 40, kesempatan
hamil berkurang hingga menjadi 40%. Setelah usia 40 wanita hanya punya maksimal
10% kesempatan untuk hamil. Masalah kesuburan alat reproduksi merupakan hal
yang sangat penting untuk diketahui. Dimana dalam masa wanita subur ini harus
menjaga dan merawat personal hygiene yaitu pemeliharaan keadaan alat kelaminya
dengan rajin membersihkannya. Oleh karena itu WUS dianjurkan untuk merawat diri.
Untuk mengetahui tanda-tanda wanita subur antara lain dengan melihat siklus
haidnya.
2. Siklus Haid
Wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap bulan biasanya subur. Satu
putaran haid dimulai dari hari pertama keluar haid hingga sehari sebelum haid datang
kembali, yang biasanya berlangsung selama 28-30 hari. Oleh karena itu siklus haid
dapat dijadikan indikasi pertama untuk menandai seorang wanita subur atau tidak.
Siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon seks perempuan yaitu estrogen dan
progesteron. Hormon-hormon ini menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh
perempuan yang dapat dilihat melalui beberapa indikator klinis seperti, perubahan
suhu basal tubuh, perubahan sekresi lendir leher rahim (serviks), perubahan pada
serviks, panjangnya siklus menstruasi (metode kalender) dan indikator minor
kesuburan seperti nyeri perut dan perubahan payudara.
3. Pembekalan pengetahuan untuk menjaga kesehatan reproduksi wanita
a. Personal Hygiene, misalnya :
 Mandi 2x sehari
 Ganti pakaian dalam setiap hari
 Hindari keadaan lembab di vagina
 Mamakai pembalut yang tidak mengandung zat berbahaya (berbahaya
ditandai dengan mudah rusaknya pembalut jika terkena air)
 Ganti pembalut maksimal tiap 6 jam atau bila sudah penuh oleh darah haid
 Cebok dari arah depan ke belakang
 Hindari penggunaan sabun/cairan pembersih vagina.
b. Gizi
 Hindari 5 P (Pewarna, pengawet, penyedap, pengenyal,
 Konsumsi buah dan sayuran.
c. Perilaku seks
 Hindari perilaku seks bebas diluar nikah.

3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada PUS


1. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi dan Upaya Penanggulangannya
a. Definisi dan pengertian dasar
Fertilitas adalah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan
melahirkan bayi hidup dari suami yang mampu menghamilinya.
Pasangan Infertil adalah suatu kesatuan hasil interaksi biologis yang tidak mampu
menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi hidup.
Infertilitas Primer adalah jika istri belum berhasil hamil walaupun bersenggama
teratur dan dihadapkan pada kemuungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-
turut. Infertilitas Sekunder adalah jika istri pernah hamil akan tetapi tidak berhasil
hamil lagi walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan pada kemungkinan
kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
Etiologi dan Epidemiologi Infertilitas
Persyaratan kehamilan :
 Hubungan seksual yang normal
 Analisis sperma yang normal
 Ovulasi yang normal
 Uterus dan endometrium yang normal
 Tuba fallopi yang normal.
4. Etiologi
Infertilitas dapat disebabkan oleh :
 Gangguan pada hubungan seksual
 Jumlah sperma dan transportasinya yang abnormal
 Gangguan ovulasi dan hormonal yang lain, termasuk gangguan pada tingkat
reseptor hormon reproduksi.
 Kelainan tempat implantasi (endometrium) dan uterus
 Kelainan jalur transportasi (tuba fallopi)
 Gangguan peritoneum
 Gangguan imunologik.
2. Gangguan hubungan seksual yang dapat menyebabkan infertilitas
 Kesalahan teknik senggama : penetrasi tidak sempurna ke vagina
 Gangguan psikososial : impotensi ejakulasi prekoks, vaginismus
 Ejakulasi abnormal : kegagalan ejakulasi akibat pengaruh obat, ejakulasi
retrogard ke dalam vesika urinaria pasca prostatektomi
 Kelainan anatomi : hipospadia, epispadia, penyakit pyeroni.
3. Gangguan produksi dan transportasi sperma
Parameter analisis semen normal
 Volume 2-5 cc
 Jumlah sperma > 20 juta/ml
 Motilitas 6-8 jam > 40%
 Bentuk sperma yang abnormal < 20%
 Kandungan kadar fruktosa 120-450 mikrog/ml.
5 Gangguan ovulasi
Ovarium memiliki dua peran utama, yaitu : sebagai penghasil gamet, sebagai organ
endokrin karena menghasilkan hormon seks (estrogen dan progesteron).
Kegagalan ovulasi dapat berasal primer dari ovarium, misalnya penyakit ovarium
polikistik atau kegagalan yang bersifat sekunder akibat kelainan pada poros
hipotalamus hipofisis dan kelainan pada pusat opionid dan reseptor steroid di
hipotalamus, atau tumor hipofisis serta hipofungsi hipofisis.
6 Pemeriksaan pasangan infertil
Sekitar 1 dari 5 pasangan akan hamil dalam 1 tahun pertama pernikahan dengan
senggama yang normal dan teratur.
a. Riwayat penyakit dan pemeriksaan
b. Analisis sperma
c. Uji pasca senggama (UPS)
d. Pembasahan dan Pemantauan Ovulasi
e. Uji pakis
f. Suhu Basal Badan (SBB)
g. Sitologi vagina atau endoserviks
h. Biopsi Endometrium
i. Laparaskopi.
7. Pemeriksaan uterus dan tuba fallopi
a. Biopsi Endometrium
b. Hydrotubasi
c. Hidrosalpingogram
d. Histeroskopi
e. Laparaskopi
f. Ultrasonografi dan Endosonografi.
7. Pengobatan infertilitas pasangan
Sekitar 50% pasangan infertil dapat berhasil hamil. Hal ini memberikan rasa optimis
bagi kebanyakan dokter yang mencoba menangani pasangan infertil. Selama kurun
waktu pemeriksaan pengobatan, baik oleh dokter umum maupun klinik infertilitas,
umumnya pasien tetap peka terhadap perubahan emosional akibat kegagalannya
untuk hamil. Oleh karena itu kontak yang teratur dengan mereka senantiasa
dibutuhkan, untuk memberikan kesempatan kepada mereka melakukan ventilasi.
Tindakan-tindakan diagnostik seringkali juga merupakan rangsangan pengobatan.
Pemeriksaan vaginal dan sondase uterus, misalnya dapat menaikkan laju konsepsi.
8. Penyakit Menular Seksual
Cara penularan PMS termasuk HIV/AIDS, dapat melalui :
a. Hubungan seksual yang tidak terlindung, baik melalui vagina, anus, maupun
oral. Cara ini merupakan cara paling utama (lebih dari 90%)
b. Penularan dari ibu ke janin selama kehamilan (HIV/AIDS, Herpes, Sifilis), pada
persalinan (HIV/AIDS, Gonorhoe, Klamidia), sesudah bayi lahir (HIV/AIDS)
c. Melalui tranfusi darah, suntikan atau kontak langsung dengan cairan darah atau
produk darah (HIV/AIDS).
7
Cara pencegahan PMS :
a. Melakukan hubungan seksual hanya dengan pasangan yang setia
b. Menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual
c. Bila terinfeksi PMS mencari pengobatan bersama pasangan seksual
d. Menghindari hubungan seksual bila ada gejala PMS, misalnya borok pada alat
kelamin, atau keluarnya duh (cairan nanah) dari tubuh.
3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Klimakterium dan Menopause
A. 1. Klimakterium
A. Pengertian Klimakterium
Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir masa reproduksi sampai awal
masa senium dan terjadi pada wanita berumur 40-65 tahun.
Masa-masa klimakterium yaitu :
1. Pra menopause adalah kurun waktu 4-5 tahun sebelum menopause.
2. Menopause adalah henti haid seorang wanita.
3. Pasca menopause adalah kurun waktu 3-5 tahun setelah menopause.
B. Etiologi
Sebelum haid berhenti, sebenarnya pada seorang wanita terjadi berbagai perubahan
dan penurunan fungsi pada ovarium seperti sklerosis pembuluh darah, berkurangnya
jumlah folikel dan menurunnya sintesis steroid seks, penurunan sekresi estrogen,
gangguan umpan balik pada hipofise.
C. Patofisiologi
Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk
menjawab rangsangan gonadotropin, sehingga terganggunya interaksi antara
hipotalamus – hipofise. Pertama-tama terjadi kegagalan fungsi luteum . Kemudian
turunnya fungsi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik
negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan produksi FSH dan LH. Dari
kedua gonadoropin itu, ternyata yang paling mencolok peningkatannya adalah FSH.
8
D. Manifestasi Klinik
1.Pramenopause : perdarahan tidak teratur, seperti oligomenore, polimenore, dan
hipermenore.
2. Gangguan neurovegetatif (vasomotorik-hipersimpatikotoni),yang mencakup:
a. gejolak panas (hot flushes)
b. keringat malam yang banyak
c. rasa kedinginan
d. sakit kepala
e. desing dalam telinga
f. tekanan darah yang goyah
g. berdebar-debar
h. susah bernafas
i. jari-jari atrofi
j. gangguan usus (meteorismus)
3. Gangguan psikis
a. mudah tersinggung
b. depresi
c. lekas lelah
d. kurang bersemangat
e. insomania atau sulit tidur
A.2.Menopause
1. Pengertian Menopase
Kata menopause berasal dari bahasa yunani yang berarti ”bulan” dan ”penghentian
sementara” (Wirakusumah,Emma.S, 2004).
Menopause atau mati haid adalah masa dimana seorang perempuan mendapatkan
haid atau datang bulan atau menstruasi terakhir secara alami dan tidak lagi haid
selama 12 bulan berturut-turut (Departemen Kesehatan RI, 2005).
Umumnya terjadi menopause mulai terjadi pada permpuan berusia sekitar 45-55
tahun (Departemen Kesehatan RI, 2005).9
2. Patofisiologi menopause
Jumlah folikel yang mengalami atresia makin meningkat, sampai suatu ketika tidak
tersedia lagi folikel yang cukup, produksi estrogen pun berkurang dan tidak terjadi
haid lagi yang berakhir dengan terjadi menopause. Oleh karena itu, menopause
diartikan sebagai haid alami terakhir, hal ini tidak terjadi bila wanita menggunakan
kontrasepsi hormonal pada usia perimenopause. Perdarahan terus terjadi selama
wanita masih menggunakan pil kontrasepsi secara siklik dan wanita tersebut tidak
mengalami keluhan klimakterik. Untuk menentukan diagnosis menopause, pil
kontrasepsi harus segera dihentikan dan satu bulan kemudian dilakukan pemeriksaan
FSH dan estradiol.
Bila pada usia menopause ditemukan kadar FSH dan estradiol bervariasi (tinggi atau
rendah), maka setelah memasuki usia menopause akan selalu ditemukan kadar FSH
yang tinggi (>40 mlU/ml). Kadar estradiol pada awal menopause dijumpai rendah
hanya pada sebagian wanita, sedangkan pada sebagian wanita lain, apalagi wanita
gemuk, kadar estradiol dapat tinggi. Hal ini terjadi akibat proses aromatisasi androgen
menjadi estrogen di dalam jaringan lemak. Diagnosis menopause merupakan
diagnosis retropektif, bila seorang wanita tidak haid selama 12 bulan, dan dijumpai
kadar FSH darah >40 mlU/ml dan kadar estradiol <30 pg/ml, telah dapat dikatakan
wanita tersebut telah mengalami menopause (Baziad, 2003).
3. Gejala-gejala menopause
a. Gejala jangka pendek
Gejala ini sering dijumpai, menimbulkan distress dan menyebabkan banyak wanita
yang sebelumnya sehat mencari anjuran medis. Gejala-gejala sering salah diagnosis.
Pada beberapa wanita, gejala-gejala menopause mungkin sangat mengganggu kualitas
hidup dan sebaiknya tidak diabaikan dalam setiap pembahasan mengenai resiko dan
manfaat FSH.
1. Gejala Vasomotor
 Kulit memerah dan panas tiba-tiba
 Palpitasi
 Pening
 Rasa lemah dan ingin pingsan.
2. Gejala Psikologis
 Mood murung
 Ansietas
10
 Iritabilitas dan mood berubah-ubah
 Labilitas emosi
 Merasa tidak berdaya
 Gangguan daya ingat
 Konsentrasi berkurang
 Sulit mengambil keputusan
 Merasa tidak bahagia.
b. Gejala jangka menengah
1. Atrofi Urogenital
 Kekeringan vagina menyebabkan dispareuni, yang kemudian akan
menurunkan libido
 PH vagina meningkat dan vagina rentan mengalami infeksi oleh bakteri,
karena terjadi penurunan kolonisasi oleh laktobasil
 Insiden disuria, frekuensi, urgensi, dan inkotinensia meningkat seiring
bertambahnya usia, dan terjadi atrofi dan berkurangnya jaringan kolagen di
sekitar leherkandung kemih.
2. Perubahan Kulit
 Pada pasca menopause terjadi penyusutan generalisata kolagen dari lapisan
dermis kulit
 Wanita sering mengeluh kulit yang tipis, dan kering disertai kerontokan
rambut dan kerapuhan kuku.
 Sering terjadi keluhan nyeri sendi dan otot yang generalisata dan hal ini juga
disebabkan oleh berkurangnya kolagen.
c. Gejala jangka panjang
1. Osteoporosis
2. Penyakit kardiovaskuler.

4. Upaya dalam mengatasi gejala-gejala menopause


a. Terapi non-hormonal
 Arus panas (hot flush)
Dianjurkan untuk meningkatkan asupan vitamin B kompleks untuk menekan stress
dengan menormalkan sistem saraf tubuh. Meningkatkan konsumsi makanan tinggi
fitoestrogen seperti kacang-kacangan terutama kedelai dan olahannya (tahu, tempe,
susu kedelai), dan pepaya. Makan sumber vitamin E yang tidak saja dapat
memperlancar oksigen tapi juga mencegah pengendapan kolesterol di arteri sehingga
peredaran darah menjadi lancar.
 Kulit kering dan keriput
Makanlah makanan alami bersifat membangun dan tidak merusak, terutama buah-
buahan dan sayuran. Tingkatkan asupan vitamin E yang terdapat di biji-bijian
terutama biji-bijian yang sudah berkecambah. Vitamin E diyakini dapat menyerap
dan menghancurkan pigmen tanda-tanda penuaan yang timbul pada kulit. Perbanyak
minum air putih dan hindari merokok.
 Pening atau sakit kepala
Cobalah untuk bersantai, beristirahat atau melakukan meditasi. Hindari hal-hal yang
menyebabkan ketegangan, depresi atau stress. Hindari alkohol dan kopi.
 Pengerutan vagina
Menggunakan krim estrogen atau gel khusus vagina, melakukan hubungan seks
secara teratur.
 Infeksi saluran kemih
Banyak mengkonsumsi air putih. Jika kantung kemih dalam keadaan penuh,
pembilasan akan sering terjadi sehingga bakteri akan terbawa keluar. Mencuci bersih
alat kelamin setelah buang air kecil untuk mencegah masuknya bakteri.
 Insomnia (sulit tidur)
Menjalani gaya hidup yang positif dan hilangkan pikiran negatif. Melakukan aktivitas
fisik di siang hari. Aktivitas fisik secara teratur dapat membuat tidur lebih nyenyak.
Jangan membiarkan perut dalam kondisi kelaparan.
 Gangguan psikis dan emosi
Memperbanyak makanan sumber fitoestrogen dan vitamin B6, misalnya kedelai dan
produknya seperti tempe, tahu, dan susu kedelai. Vitamin B6 penting untuk
memperlancar kerja sistem saraf dan menurunkan tingkat stress. Meningkatkan
asupan kalsium menurut Gay Gaer Luce dapat mengurangi kesedihan dengan
mempengaruhi fungsi sistem saraf.
12
Perasaan marah dan depresi bisa diakibatkan oleh ketidakseimbangan natrium dan
kalium dalam cairan tubuh. Oleh karena itu kurangi garam dan tingkatkan asupan
kalium, misalnya jeruk atau pisang. Menghargai dan mencintai diri sendiri dengan
cara menerima apa adanya.
 Osteoporosis
Meningkatkan asupan kalsium bisa dari susu atau ikan, misalnya ikan teri.
Meningkatkan asupan vitamin D dari susu dan paparan sinar matahari pagi (jam
08.00-09.00). Meningkatkan asupan estrogen alami (fitoestrogen) dengan banyak
mengkonsumsi produk kedelai seperti susu kedelai, tempe dan tahu. Meningkatkan
aktivitas fisik (Wirakusumah,Emma.S, 2004).
b. Terapi hormonal
Gejala-gejala menopause dan osteoporosis bisa dibantu dengan menggunakan terapi
penyulihan atau penggantian hormon (HRT = Hormone Replacement Therapy) yang
dilakukan dengan memasukkan hormon-hormon seksual di dalam tablet atau
beberapa bentuk lainnya. HRT tidak sesuai bagi setiap perempuan dan adanya
beberapa kondisi medis, seperti kanker payudara. HRT perlu waktu lama untuk
persiapan sehingga bisa sesuai dengan setiap individu. Salah satu kerugian HRT
adalah bahwa kebanyakan persiapan HRT menyebabkan sedikit perdarahan bulanan
pada perempuan yang secara normal sudah berhenti menstruasi tetapi persiapan HRT
sekarang tersedia bagi perempuan tua dimana tidak ada perdarahan bulanan yang
dialaminya (Nash Barbara, 2006).

ALAT-ALAT KONTRASEPSI

A. Pengertian alat-alat kontrasepsi

Kontrasepsi merupakan pencegahan terjadinya kehamilan/konsepsi (bukan aborsi).


Alat kontrasepsi merupakan alat yang digunakan untuk mencegah terjadinya suatu
kehamilan.

B. Pertimbangan pemakaian alat kontrasepsi


1. Usia ibu < 20 tahun: kontrasepsi yang reversibilitasnya tinggi/kembali ke kesuburan
tinggi
2. Usia ibu > 35 tahun: kontrasepsi efektif/kegagalan rendah dan reversibel/ireversibel
3. Usia reproduksi sehat: efektif, reversibel dan tidak mengganggu ASI
C. Macam-macam alat kontrasepsi yang bisa digunakan
Ada berbagai macam alat kontrasepsi di Indonesia. Terdiri dari KB hormonal, non
hormonal, alamiah, dan kontrasepsi mantap.
1. Adapun KB hormonal
Efek samping dari metode kontrasepsi hormonal ini adalah:
1) Menstruasi menjadi tidak teratur atau tidak mens sama sekali (kecuali pil)
2) Kenaikan berat badan
3) Muncul flek hitam pada wajah
4) Mual, pusing, atau muntah
Cara kerja:
1) Menekan ovulasi
2) Mencegah implantasi
3) Mengentalkan lendir servik, sehingga sulit dilalui oleh sperma
4) Pergerakan tuba terganggu, sehingga transportasi telur juga terganggu

a. Pil oral kombinasi


a) Afektif dan reversible
b) Harus diminum setiap hari
c) Efek samping yang serius jarang terjadi
d) Efek samping yang sering timbul yaitu mual dan bercak perdarahan atau spotting
e) Tidak dianjurkan pada wanita yang sedang menyusui
f) Dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi darurat

Jenis-jenis pil oral kombinasi, yaitu:


a) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin dalam dosis yang sama dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
b) Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin dengan dua dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
c) Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin dengan tiga dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon aktif

Kebihan pil oral kombinasi, yaitu:


a) Memiliki efektifitas yang tinggi
b) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil
c) Tidak mengganggu hubungan seksual
d) Siklus haid teratur, tidak terjadi nyeri haid
e) Dapat digunakan jangka panjang selama wanita itu ingin menggunakannya
f) Mudah diberhentikan setiap saat dan kesuburan akan kembali setelah diberhentikan
g) Untuk kontrasepsi darurat

Kekurangan pil oral kombinasi, yaitu:


a) Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari
b) Mual, terutama pada 3 bulan pertama
c) Perdarahan bercak/spotting terutama 3 bulan pertama
d) Nyeri payudara, BB mengalami kenaikan, tidak untuk wanita menyusui
e) Meningkatkan TD

b. Suntik
1) Suntik progestin
Merupakan metoda kontrasepsi yang efektif, aman, dapat dipakai oleh semua WUS,
kembalinya ke kesuuburan lebih lambat (4 bulan), cocok untuk masa laktasi karena
tidak mempengaruhi ASI.
Jenis-jenis suntik progestin
a) DMPA mengandung 150 mg DMPAyang diberikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntikkan IM
b) Depo Noristerat yang mengandung 200 mg Noretindron Enantat dengan cara
disuntikan IM dalam

Kelebihan suntik progestin, yaitu:


a) Sangat efektif untuk pencegahan kehamilan jangka panjang
b) Tidak mempengaruhi hubungan suami istri
c) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak pada penyakit jantung
d) Tidak berpengaruh terhadap ASI

Kekurangan suntik progestin, yaitu:


a) Sering ditemukan gangguan haid seperti spotting, siklus memanjang dan memendek
b) Klien bergantuung pelayanan kesehatan dan tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu
c) Peningkatan BB dan terlambanya kembali ke kesuburan setelah penghentian
pemakaian

2) Suntik kombinasi
Merupakan jenis suntikan yang terdiri atas 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat
5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi IM 1 bulan sekali
Kelebihan suntik kombinasi, yaitu:
a) Resiko terhadap kesehatan kecil, tidak mempengaruhi hubungan suami istri
b) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam dan metode jangka panjang
c) Efek samping yang kecil
d) Klien tidak perlu menyimpann obat suntik

Kekurangan suntik kombinasi, yait


a) Terjadi perubahan pola haid, spotting, perdarahan sela sampai 10 hari
b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan
c) Ketergantungan terhadap pelayanan kesehatan
d) Peningkatan BB dan terlambat kembali kesuburannya

c. Implan
Efektif 5 tahun untuk Norpalan (terdiri dari 6 batang ), 3 tahun untuk
Indoplan/Implano, klien merasa kenyamanan, dapat dipakai oleh semua ibu usia
reproduksi, pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan, kesuburan akan
kembali setelah dicabut, efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, bercak
dan aminorhea dan aman dipakai saat menyusui.
Keuntungan implant, yaitu:
a) Daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang (5 tahun), pengembalian tingkat
kesuburan yang cepat setelah pencabutan
b) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengarus estrogen, tidak
mengganggu coitus dan tidak mempengaruhi ASI
c) Klien kontrol ke klinik jika ada keluhan dan dapat dilakukan pencabutan setiap saat
sesuai dengan kebutuhan

Kekurangan implant, yaitu:


a) Perubahan pola haid
b) Nyeri kepala dan nyeri dada
c) Peningkatan/penurunan BB
d) Memerlukan pembedahan minor untuk pemasangan dan pelepasan

2. KB non hormonal
a) AKDR (IUD)
Cara kerja:
1) Menghambat kemampuan sperma masuk tuba fallopi.
2) Mencegah implantasi telur dalam uterus.
3) Mencegah sperma dan ovum bertemu.
Keuntungan IUD, yaitu:
1) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
2) Meningkatkan kenyamanan hubungan seksual.
3) Tidak mempengaruhi ASI.
4) Metode jangka panjang
5) Dapat digunakan sampai menopouse.
Efek samping penggunaan IUD:
1) Menstruasi menjadi lebih lama dan banyak
2) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama)
3) Perdarahan irreguler (spotting) di antara menstruasi
4) Saat haid lebih sakit

b) Kondom
Cara kerja:
1) Menghalangi bertemunya sperma dan sel telur.
2) Mencegah penularan mikroorganisme dari satu pasangan ke pasangan lain.
Keuntungan kondom, yaitu:
1) Tidak mengganggu produksi ASI.
2) Mencegah PMS
3) Mencegah ejakulasi dini.
4) Mencegah terjadinya kanker serviks.
5) Mencegah imunoinfertiltas.
6) Murah dan dapat diberi secara umum.
7) Memberi dorongan suami untuk ber KB.
Efek samping:
1) Kondom rusak atau bocor sebelum berhubungan
2) Alergi
3) Mengurangi kenikmatan hubungan seksual

3. KB yang tanpa memakai alat apapun (alamiah)


a. Coitus interuptus (senggama terputus)
Adalah suatu metode koontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum terjadi
ejakulasi intravaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genitalia eksterna wanita. Cara
kerja: alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak
masuk ke dalam vagina. Dengan demikian tidak ada pertemuan antara apermatozoa
dengan ovum sehingga kehamilan dapat dicegah.
Keuntungan:
1) Efektif bila dilaksanakan dengan benar
2) Tidakk mengganggu produsi ASI
3) Dapat digunakan sebagai pendukung metoda KB lainnya
4) Tidak ada efek samping
5) Tidak memerlukan alat

b. Kalender
Metode KS dengan tidak melakukan sanggama pada masa subur, effektivitasnya
75%-80%, pengertian antar pasangan harus ditekankan, faktor kegagalan karena salah
menghitung masa subur dan siklus haid yg tidak teratur Masa subur siklus terpanjang
dikurangi 11 dan siklus terpendek dikurangi 18.

c. MAL (metode amenorrea laktasi)


Merupakan kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif. MaL
dapat dipakai sebagai kontraseepsi bila: menyusui secara penuh, lebih efektif jika
pemberian belum haid, usia bayi kurang dari 6 bulan. Efektifitasnya sampai 6 bulan
dan harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya. Cara kerjanya
yaitu menunda atau menekan ovulasi.
Keuntungannnya: efektifitas tinggi (98%) pada 6 bulan pertama setelah melahirkan,
segera efektif, tidak mengganggu senggama, tidak ada eefek samping secara sistemik,
tidak perlu perawatan medis, tidak perlu obat atau alat dan tanpa biaya.
Keterbatasannya:
1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit
pasca persalinan
2) Mungkin sulit dilakukan karena kondisi sosial
3) Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan
4) Tidak melindungi terhadap infeksi menular seksual, termasuk hepatitis B (HBV) dan
HIV/AIDS.
5) Yang dapat menggunakan MAL adalah ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya
berusia kurang dari 6 bulandan belum mendapat haid setelah melahirkan.

4. Kontrasepsi mantap terdiri dari:


a) Tubektomi (MOW)
Pengikatam/pemotongan tuba fallopi kiri dan kanan pada wanita untuk mencegah
transport ovum dari ovarium melalui tuba ke arah uterus, dilakukan dengan cara
operasi, effektivitas : tinggi, reversibilitas: rendah, disebut kontrasepsi mantap

b) Vasektomi (MOP)
Pengikatan/pemotongan vas defferen kiri dan kanan pada pria untuk mencegah
transport spermatozoa dari testis, dilakukan dengan cara operasi kecil / minor surgery,
effektifitas : tinggi, reversibilitas : rendah, disebut kontrasepsi mantap.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Ratna. 2009. Metode dan Tekhnik Penggunaan Alat Kontrasepsi. Salemba
Medika: Jakarta.
Arum, DNS dan sujiyatini. 2009. Panduan Lengakap Pelayanan KB Terkini. Mitra
Cendikia Press: Yogyakarta.
Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Trans Info Media:
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai