Anda di halaman 1dari 11

LEARNING ISSUE INFERTILITAS PRIA

A. Pengertian
Infertilitas di defenisikan sebagai ketidakmampuan pasangan untuk mencapai
kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal
Bedah)
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama
satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat
kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).
Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta berusaha
selama satu tahun tetapi belum hamil.(Manuaba, 1998).Infertilitas

adalah

ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun.Infertilitas primer bila pasutri
tidak pernah hamil dan infertilitas sekunder bila istri pernah hamil.(Siswandi,
2006).Pasangan infertil adalah suatu kesatuan hasil interaksi biologik yang tidak
menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi hidup.

B. Klasifikasi Infertilitas
Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu :
1. Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun bersenggama
teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
2. Infertilitas sekunder yaitu Disebut infertilitas sekunder jika perempuan penah hamil, akan
tetapi kemudian tidak berhasil hamil lagi walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan
kepada kemungkinan kehamilanselama 12 bulan berturut- turut.

C. Etiologi
1. Penyebab pada laki-laki (suami).
Kelainan pada alat kelamin
o Hipospadia yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal, antara lain pada
permukaan testis.
o Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk kedalam kandung
kemih.
o Varikokel yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju bauh zakar terlalu
besar, sehingga jumlah dan kemampuan gerak spermatozoa berkurang yang
berarti mengurangi kemampuannya untuk menimbulkan kehamilan.
o Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga tidak turun.
Kegagalan fungsional
o Kemampuan ereksi kurang.
o Kelainan pembentukan spermatozoa
o Gangguan pada sperma.
Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular). Gangguan biasanya terjadi pada
bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas mengeluarkan hormon FSH dan LH. Kedua
hormon tersebut mempengaruhi testis dalam menghasilkan hormon testosteron,
akibatnya produksi sperma dapat terganggu serta mempengaruhi spermatogenesis dan
keabnormalan semen Terapi yang bisa dilakukan untuk peningkatan testosterone
adalah dengan terapi hormon.

Gangguan di daerah testis (testicular). Kerja testis dapat terganggu bila terkena
trauma pukulan, gangguan fisik, atau infeksi. Bisa juga terjadi, selama pubertas testis
tidak berkembang dengan baik, sehingga produksi sperma menjadi terganggu. Dalam
proses produksi, testis sebagai pabrik sperma membutuhkan suhu yang lebih dingin
daripada suhu tubuh, yaitu 3435 C, sedangkan suhu tubuh normal 36,537,5 C.
Bila suhu tubuh terus-menerus naik 23 C saja, proses pembentukan sperma dapat
terganggu.
Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular). Gangguan terjadi di saluran sperma
sehingga sperma tidak dapat disalurkan dengan lancar, biasanya karena salurannya
buntu. Penyebabnya bisa jadi bawaan sejak lahir, terkena infeksi penyakit -seperti
tuberkulosis (Tb)-, serta vasektomi yang memang disengaja.
Tidak adanya semen. Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis
menuju vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada
ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau? kecelakaan yang
memengaruhi tulang belakang.
Kurangnya hormon testosterone. Kekurangan hormon ini dapat mempengaruhi
kemampuan testis dalam memproduksi sperma.
2. Penyebab pada suami dan istri
o Hubungan Seksual
Penyebab infertilitas ditinjau dari segi hubungan seksual meliputi: frekuensi,
posisi, dan melakukannya tidak pada masa subur.1
o

Frekuensi

Hubungan intim (disebut koitus) atau onani (disebut masturbasi) yang


dilakukan setiap hari akan mengurangi jumlah dan kepadatan sperma. Frekuensi yang

dianjurkan adalah 2-3 kali seminggu sehingga memberi waktu testis memproduksi
sperma dalam jumlah cukup dan matang.
o

Posisi

Infertilitas dipengaruhi oleh hubungan seksual yang berkualitas, yaitu dilakukan


dengan frekuensi 2-3 kali seminggu, terjadi penetrasi dan tanpa kontrasepsi. Penetrasi
adalah masuknya penis ke vagina sehingga sperma dapat dikeluarkan, yang nantinya
akan bertemu sel telur yang menunggu di saluran telur wanita. Penetrasi terjadi bila
penis tegang (ereksi). Oleh karena itu gangguan ereksi (disebut impotensi) dapat
menyebabkan infertilitas. Penetrasi yang optimal dilakukan dengan cara posisi pria di
atas, wanita di bawah. Sebagai tambahan, di bawah pantat wanita diberi bantal agar
sperma dapat tertampung. Dianjurkan, setelah wanita menerima sperma, wanita
berbaring selama 10 menit sampai 1 jam bertujuan memberi waktu pada sperma
bergerak menuju saluran telur untuk bertemu sel telur.

o Gangguan pada hubungan seksual.Kesalahan teknik sanggama dapat menyebabkan penetrasi tak
sempurna ke vagina, impotensi, ejakulasi prekoks, vaginismus, kegagalan ejakulasi, dan kelainan
anatomik seperti hipospadia, epispadia, penyakit Peyronie.
o Faktor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri).
o Masalah tertekan karena sosial ekonomi belum stabil
o Masalah dalam pendidikan
o Emosi karena didahului orang lain hamil

Tabel 1. Persentase Etiologi Infertilitas pada Pria


D. Patofisiologi
Pria
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan hipofisis
yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup memberikan peran yang
besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan
zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi
alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma.
Suhu disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya
ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke
vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma terganggu.
E. Manifestasi Klinis
1. Pria
a. Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas,
radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
b. Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria
c. Hipertiroidisme dan hipotiroid
d. Tumor hipofisis atau prolactinoma
e. Disfungsi ereksi berat

f. Ejakulasi retrograt
g. Hypo/epispadia
h. Mikropenis
i. Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
j. Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
k. Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
l. Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
m. Abnormalitas cairan semen
n.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan fisik
a. Hirsutisme diukur dengan skala Ferriman dan Gallway, jerawat
b. Pembesaran kel. Tiroid
c. Galaktorea
d. Inspeksi lendir serviks ditunjukkan dengan kualitas mucus
e. PDV untuk menunjukkan adanya tumor uterus / adneksa
2. Pemeriksaan penunjang
a. Analisis Sperma :
Jumlah > 20 juta/ml
Morfologi > 40 %
Motilitas > 60 %
Setiap laki-laki dalam semua pasangan infertil harus menjalani analisis air mani, terlepas dari
riwayat kesuburannya. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, penyebab infertilitas pria
banyak sekali, termasuk eksposur terhadap obat, racun, penyalahgunaan zat, trauma testis,
infeksi, dan riwayat operasi sebelumnya. Sedikitnya 2 atau 3 spesimen yang diambil dalam
interval 1-2 bulan direkomendasikan untuk analisis semen. Jika mereka berbeda secara nyata
dalam karakteristik fisik, spesimen tambahan harus diambil lagi. Spesimen umumnya diperoleh
dengan masturbasi dan dimasukkan ke dalam wadah steril, tetapi juga dapat diperoleh melalui
hubungan seksual dengan menggunakan kondom khusus. Pengumpulan spesimen dilakukan
setelah berpuasa hubungan seksual (abstinensia) selama 3-5 hari. Abstinensia yang terlalu lama
sebelum pengambilan spesimen akan menyebabkan bertambahnya volume semen namun
berkurang motilitas spermanya. Setelah diambil, spesimen harus disimpan dalam suhu ruangan
dan diperiksa oleh laboratorium maksimal dalam 1 jam kemudian.9

Pemeriksaan dasar pada analisis semen antara lain volume semen, konsentrasi sperma,
motilitas sperma, viskositas, aglutinasi dan morfologinya sesuai yang sudah ditetapkan oleh
WHO. Meskipun analisis semen adalah landasan utama dalam pemeriksaan infertilitas, namun
pemeriksaan ini adalah prediktor yang relatif buruk untuk menilai kesuburan kecuali parameter
semen sudah sangat abnormal.9

Tabel 1. Nilai normal analisis semen


b. Deteksi ovulasi :
Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi teratur :siklus ovulatoar
Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 - 1oC setelah ovulasi : Bifasik
Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi : lendir serviks
encer, daya membenang lebih panjang, pembentukan gambaran daun pakis dan
terjadi Estradiol meningkat
c. Biopsi Endometrium
Beberapa hari menjelang haid , Endometrium fase sekresi : siklus ovulatoar,
Endometrium fase proliferasi/gambaran, Hiperplasia : siklus Anovulatoar
d. Hormonal: FSH, LH, E2, Progesteron, Prolaktin
e. USG transvaginal
Secara serial : adanya ovulasi dan perkiraan saat ovulasi
Ovulasi : ukuran folikel 18 - 24 m
f. Histerosalpinografi

1. Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat
dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan adesi
akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal. Menilai Faktor tuba : lumen,
mukosa, oklusi, perlengketan
2. Faktor uterus : kelainan kongenital (Hipoplasia, septum, bikornus, Duplex), mioma,
polip, adhesi intrauterin (sindroma asherman)
3. Dilakukan pada fase proliferasi : 3 hari setelah haid bersih dan sebelum perkiraan
ovulasi
4. Keterbatasan : tidak bisa menilai
5. Kelainan Dinding tuba : kaku, sklerotik
6. Fimbria : Fimosis fimbria
7. Perlengketan genitalia Int.
8. Endometriosis
9. Kista ovarium
10. Patensi tuba dapat dinilai :HSG, Hidrotubasi (Cairan), Pertubasi (gas CO2)
g. Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan,
perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uterin.
h. Uji paska sanggama (UPS)
Syarat :Pemeriksaan Lendir serviks + 6 - 10 jam paska sanggama. Waktu sanggama
sekitarovulasi, bentuk lendir normal setelah kering terlihat seperti daun pakis.Menilai :
Reseptifitas dan kemampuan sperma untuk hidup pada lendir serviks.
i. Laparoskopi :
Gambaran visualisasi genitalia interna secara internal menyuluruh. Menilai faktor :
1. Peritoneum/endometriosis
2. Perlengketan genitalia Interna
3. Tuba : patensi, dinding, fimbria
4. Uterus : mioma
5. Ovulasi : Stigma pada ovarium dan korpus luteum
Keterbatasan:
Tidak bisa menilai : Kelainan kavum uteri dan lumen tuba
Bersifat invasif dan operatif

G. Tata Laksana
1. Penatalaksanaan Infertilitas Pada Pria

a. Air mani abnormal


Air mani disebut abnormal kalau pada 3 kali pemeriksaan berturut-turut hasilnya tetap
abnormal. Pada pasien dengan air mani abnormal kita hanya bisa memberikan nasihat agar
melakukan senggama berencana pada saat-saat subur istri untuk meningkatkan persentasi
terjadinya pembuahan.
b. Varikokel
Pada pria dengan varikokel, motilitas sperma terjadi penurunan. Menurut MacLeod,
penurunan motilitas sperma itu terjadi pada 90% pria dengan varikokel, sekalipun hormonhormonnya normal. Varikokelektomi hampir selalu dianjurkan untuk semua varikokel dengan
penurunan motolitas spermatozoa. Kira-kira 2/3 pria dengan varikokel yang dioperasiakan
mengalami perbaikan dalam motilitas spermatozoanya.

c. Infeksi
Infeksi akut traktus genitalis dapat menyumbat vas atau merusak jaringan testis sehingga pria
yang bersangkutan menjadi steril. Akan tetapi, infeksi yang terjadi kronik mungkin hanya
akan menurunkan kualitas sperma, dan masih dapat diperbaiki menjadi seperti semula. Air
mani yang selalu mengandung banyak leukosit, apalagi kalau disertai gejala disuria, nyeri
pada waktu ejakulasi, nyeri punggung bagian bawah, patut diduga karena infeksi kronik
traktus genitalis. Antibiotika yang terbaik adalah yang akan terkumpul dalam traktus genitalis
dalam konsentrasi yang besar, seperti eritromisin, tetrasiklin, dan kotrimoksazole.
d. Defisiensi Gonadotropin
Sama halnya dengan wanita, kurangnya hormon gonadotropin pada pria juga dapat
menyebabkan infertilitas walaupun hal ini jarang terjadi. Pria dengan defisiensi gonadotropin

bawaan sering kali mengalami pubertas yang terlambat. Pengobatannya sama seperti pada
wanita, yaitu dengan pemberian preparat hormon seperti LH dan FSH, ataupun GnRH.
e. Hiperprolaktinemia
Hiperprolaktinemia pada pria dapat mengakibatkan impotensi, testikel yang mengecil, dan
kadang-kadang galaktorea. Analisi air mani biasanya normal atau sedikit berkurang.
Pengobatan

dengan

menggunakan

bromokriptin

dilaporkan

dapat

memperbaiki

spermatogenesisnya.
F. Prognosis
Menurut Behrman dan Kistner, prognosis terjadinya kehamilan tergantung pada umur
suami, umur istri, dan lamanya dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan (frekuensi hubungan
seksual dan lamanya perkawinan). Fertilitas maksimal wanita dicapai pada umur 24 tahun,
kemudian menurun perlahan-lahan sampai umur 30 tahun, dan setelah itu menurun dengan cepat.
Menurut MacLeod, fertilitas maksimal pria dicapai pada umur 24-25 tahun. Hampir pada
setiap golongan umur pria proporsi terjadinya kehamilan dalam waktu kurang dari 6 bulan
meningkat dengan meningkatnya frekuensi senggama.
Jones dan Pourmand berkesimpulan bahwa pasangan yang telah dihadapkan pada
infertilitas selama 3 tahun, angka harapan terjadinya kehamilan adalah sebesar 50% atau bisa
dikatakan prognosisnya baik, sedangkan pada pasangan yang infertilitasnya sudah mencapai 5
tahun maka angka harapan terjadinya kehamilan adalah 30% dan bisa dikatakan prognosisnya
buruk.

Anda mungkin juga menyukai