Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA TN.A DAN NY.T DENGAN DIAGNOSA INFERTILITAS

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS

Oleh :

Theresia Ayu Juwita

NIM. 40220028

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA TN.A DAN NY.T DENGAN DIAGNOSA INFERTILITAS

DEPARETEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS

Nama : Theresia Ayu Juwita

NIM : 40220028

Nama Institusi : Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Kediri, ………………………

Mengetahui

Dosen pembimbing Kaprodi

…………………………………... …………………………………...

NIK. ……………………… NIK. ………………………


LAPORAN PENDAHULUAN

INFERTILITAS

A. DEFINISI

Infertilitas atau kemandulan merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi


yang sering berkembang menjadi masalah sosial karena pihak istri selalu dianggap
sebagai penyebabnya. Akibatnya wanita sering terpojok dan mengalami kekerasan,
terabaikan kesehatannya, serta diberi label sebagai wanita mandul sebagai masalah
hidupnya (Aprillia, 2010).
Pasangan suami-istri dianggap fertil untuk bisa memiliki anak apabila suami
memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan dan
menyalurkan sel kelamin pria (spermatozoa) ke dalam organ reproduksi istri dan istri
memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan sel
kelamin wanita (sel telur atau ovum) yang dapat dibuahi oleh spermatozoa dan memiliki
rahim yang dapat menjadi tempat perkembangan janin, embrio, hingga bayi berusia
cukup bulan dan dilahirkan. Dua faktor yang telah disebutkan tersebut apabila tidak
dimiliki oleh pasangan suami-istri, pasangan tersebut tidak akan mampu memiliki anak
atau infertil.
B. KLASIFIKASI

Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu :

1. Infertilitas primer

yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun bersenggama teratur dan
dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.

2. Infertilitas sekunder

yaitu Disebut infertilitas sekunder jika perempuan penah hamil, akan tetapi kemudian
tidak berhasil hamil lagi walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan kepada
kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut- turut.

C. ETIOLOGI
Penyebab Infertilitas pada wanita : ( Karsiyah, 2015)

1. Faktor penyakit
a. Endometriosis

b. Infeksi Panggul

c. Mioma Uteri

d. Polip

e. Kista

f. Saluran telur yang tersumbat

g. Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang umumnya


merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur (ovulasi).
Delapan puluh persen penyebab gangguan ovulasi adalah sindrom ovarium
polikistik. Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan dengan gangguan haid. Haid
yang normal memiliki siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid 80 cc
dan lama haid antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi di luar itu
semua, maka sebaiknya beliau memeriksakan diri ke dokter.

2. Faktor fungsional

a. Gangguan system hormonal wanita

b. Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi)

c. Gangguan pada leher rahim

d. Gangguan implantasi

Penyebab Infertilitas pada pria :

1. Kelainan pada alat kelamin


a. Hipospadia yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal, antara lain pada
permukaan testis.

b. Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk kedalam kandung
kemih.

c. Varikokel yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju bauh zakar terlalu
besar, sehingga jumlah dan kemampuan gerak spermatozoa berkurang yang berarti
mengurangi kemampuannya untuk menimbulkan kehamilan.

d. Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga tidak turun.

2. Kegagalan fungsional

a. Kemampuan ereksi kurang.

b. Kelainan pembentukan spermatozoa

c. Gangguan pada sperma.

d. Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular). Gangguan biasanya terjadi pada


bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas mengeluarkan hormon FSH dan LH.
Kedua hormon tersebut mempengaruhi testis dalam menghasilkan hormon
testosteron, akibatnya produksi sperma dapat terganggu serta mempengaruhi
spermatogenesis dan keabnormalan semen Terapi yang bisa dilakukan untuk
peningkatan testosterone adalah dengan terapi hormon.

e. Gangguan di daerah testis (testicular). Kerja testis dapat terganggu bila terkena
trauma pukulan, gangguan fisik, atau infeksi. Bisa juga terjadi, selama pubertas
testis tidak berkembang dengan baik, sehingga produksi sperma menjadi
terganggu. Dalam proses produksi, testis sebagai “pabrik” sperma membutuhkan
suhu yang lebih dingin daripada suhu tubuh, yaitu 34–35 °C, sedangkan suhu
tubuh normal 36,5–37,5 °C. Bila suhu tubuh terus-menerus naik 2–3 °C saja,
proses pembentukan sperma dapat terganggu.

f. Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular). Gangguan terjadi di saluran


sperma sehingga sperma tidak dapat disalurkan dengan lancar, biasanya karena
salurannya buntu. Penyebabnya bisa jadi bawaan sejak lahir, terkena infeksi
penyakit -seperti tuberkulosis (Tb)-, serta vasektomi yang memang disengaja.

g. Tidak adanya semen. Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis
menuju vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada
ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau? kecelakaan yang
memengaruhi tulang belakang.

h. Kurangnya hormon testosterone.

D. PATOFISIOLOGI

1. Patofisiologi infertil pada wanita

Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya


gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH
dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di
ovarium. Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada
ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari
infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat
lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus
menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi
fertilisasi. Abnormalitas ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas
servik mempegaruhi proses pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi
infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak lengkap
sehingga organ genitalia tidak berkembang dengan baik.

Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun


sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan,
infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan yang pada akhirnya
menimbulkan gangguan implantasi zigot yang berujung pada abortus. ( Fauziah,
2012 )

2. Patofisiologi infertil pada pria

Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus


dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup
memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok,
penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas sperma
dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang
mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga
mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt
misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika
urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma terganggu.

E. MANIFESTASI KLINIS

1. Pada wanita ( Oktriana, 2014)

a. Terjadi kelainan system endokrin


b. Hipomenore dan amenore
c. Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan
masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik
d. Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak
berkembang,dan gonatnya abnormal
e. Wanita infertil dapat memiliki uterus
f. Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi,
adhesi, atau tumor

g. Traktus reproduksi internal yang abnormal

2. Pada pria

a. Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas,


radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
b. Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria
c. Hipertiroidisme dan hipotiroid
d. Tumor hipofisis atau prolactinoma
e. Disfungsi ereksi berat
f. Ejakulasi retrograt
g. Hypo/epispadia
h. Mikropenis
i. Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
j. Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
k. Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
l. Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)

m. Abnormalitas cairan semen ( Purwoastuti, 2015)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Radiologi 

Dugaan masalah pada organ reproduksi istri yang letaknya dibagian


dalam akan dibuktikan dengan pemeriksaan radiologi Hysterosalpingoraphy
(HSG). Pada tes ini, menggunakakn rontgen untuk melihat bentuk fisik dari
saluran tuba dan Rahim. Tes dimulai dengan memasukan cairan kontras ke
rahim melalui vagina untuk melihat adakah sembatan- sumbatan di situ. Bila
diperlukan bisa juga dilakukan pemeriksaan laparoskopi. Pada  pemeriksaan
ini, akan menggunakan alat yang disebut laparoskop guna melihat keadaan
bagian dalam rongga perut istri. Petugas akan membuat irisan kecil pada
kulit perut bagian bawah melalui kamera yang terdapat di laparoskop,
petugas dapat melihat kondisi ovarium, saluran tuba, dan Rahim.
2. Pemeriksaan Lab
Pada wanita, biasanya dokter akan menganjurkan uji laboratorium. Antara
lain untuk pemeriksaan hormone dan tes darah yang berhubungan dengan
fertilitas. Sedangan pada suami dilakukan analisis sperma.
G. PENATALAKSANAAN

1. Medikasi
a. Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendIr serviks puncak dan waktu
yang tepat untuk coital
b. Pemberian terapi obat, seperti
1) Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi
hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian TSH.

2) Terapi penggantian hormon

3) Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal


4) GIFT ( gemete intrafallopian transfer )

c. Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
mg/hari. Gangguan haid berat : 2 x 2,5 mg/hari Gonadotropin. HMG (Human
Menopausal Gonadotropine). FSH & LH : 75 IU atau 150 IU. Untuk memicu
pertumbuhan folikel Dosis awal 75 – 150 IU/hari selama 5 hari dinilai hari ke 5
siklus haid.

d. hCG 5000 IU atau 10.000 IU, untuk memicu ovulasi Diameter folikel17 – 18 mm
dengan USG transvaginal Mahal, sangat beresiko : Perlu persyaratan khusus Hanya
diberikan pada rekayasa teknologi reproduksi Catatan : Untuk pria diterapi dengan
FSH, Testosteron

e. Terapi hormonal pada endometriosis

1) Supresif ovarium sehingga terjadi atrofi Endometriosis

2) Danazol : Menekan sekresi FSH & LH Dosis 200 – 800 mg/hari, dosis dibagi
2x pemberian

3) Progesteron : Desidualisasi endometrium pada Atrofi jaringan Endometritik

4) Medroksi progesteron asetat 30 – 50 mg/hari

5) GnRH agonis Menekan sekresi FSH & LH. Dosis 3,75 mg/IM/bulan. Tidak
boleh > 6 bulan : penurunan densitas tulang

2. Tindakan operasi rekonstruksi

a. Kelainan Uterus

b. Kelainan Tuba : tuba plasti

c. Miomektomi

d. Kistektomi

e. Laparoskopi operatif dan Terapi hormonal untuk kasus endometriosis + infertilitas

f. Tindakan operatif pada pria : Rekanalisasi dan Operasi Varicokel

3. Rekayasa teknologi reproduksi


a. Inseminasi Intra Uterin (IIU) Metode ini merupakan rekayasa teknologi reproduksi
yang paling sederhana. Sperma yang telah dipreparasi diinseminasi kedalam
kavum uteri saat ovulasi. Syarat : tidak ada hambatan mekanik : kebuntuan tuba
Falopii, Peritoneum/endometriosis Indikasi Infertilitas oleh karena faktor :
1) Serviks
2) Gangguan ovulasi
3) Endometriosis ringan
4) Infertilitas Idiopatik
5) Angka kehamilan 7 – 24 % siklus
b. Fertilisasi Invitro (FIV)
Fertilisasi diluar tubuh dengan suasana mendekati alamiah.Metode ini menjadi
alternatif atau pilihan terakhir. Syarat : Uterus & endometrium normal Ovarium
mampu menghasilkan sel telur. Mortilitas sperma minimal. 50.000/ml. Angka
kehamilan : 30 – 35 %
c. Injeksi sperma intra sitoplasmik (ICSI)
Injeksi sperma intra-sitoplasmik (intracytoplasmic sperm injection = ICSI)
merupakan teknik penanganan infertilitas pria sejak lebih dari satu decade. Segera
setelah itu diikuti dengan keberhasilan teknik ini pada pria azoospermia dengan
menyuntikkan spermatozoa dari testis dan epididymis. Teknik ini memberikan
harapan yang nyata pada pria infertil dengan oligo-astheno-teratozoospermia berat
maupun azoospermia, dengan penyebab apapun.

WOC
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. Pengkajian Keperawatan Fokus


1. Data Demografis meliputi : identitas klien termasuk data etnis, budaya dan agama.
2. Pengkajian Anamnesa
a. Pengkajian Anamnesa pada Wanita
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi di
rumah, Riwayat infeksi genitorurinaria, Hipertiroidisme dan hipotiroid,
hirsutisme, Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama, Tumor hipofisis atau
prolaktinoma, Riwayat penyakit menular seksual, Riwayat kista
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Endometriosis dan endometrits, Vaginismus (kejang pada otot vagina),
Gangguan ovulasi, Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik,
Autoimun
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
4) Riwayat Obstetri
Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi,
Mengalami aborsi berulang, Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama
satu tahun tanpa alat kontrasepsi
b. Pengkajian Anamesa pada Pria
1) Riwayat Kesehatan Dahulu meliputi : riwayat terpajan benda – benda mutan
yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol,
infeksi)
2) Riwayat infeksi genitorurinaria, Hipertiroidisme dan hipotiroid, Tumor
hipofisis atau Prolactinoma
3) Riwayat trauma, kecelakan sehinga testis rusak
4) Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
5) Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh :
operasi prostat, operasi tumor saluran kemih
6) Riwayat Kesehatan Sekarang : Disfungsi ereksi berat. Ejakulasi retrograt,
Hypo/epispadia, Mikropenis, Andesensus testis (testis masih dalam
perut/dalam liat paha), Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk
dan motilitas sperma), Saluran sperma yang tersumbat, Hernia scrotalis (hernia
berat sampai ke kantong testis ), Varikhokel (varises pembuluh balik darah
testis), Abnormalitas cairan semen
7) Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik

B. Masalah Yang Mungkin Timbul


1. Ansietas
2. Harga diri rendah situasional

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi

1 Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas


tindakan keperawatan
selama 1x24 jam,
diharapkan ansietas Observasi
pasien membaik
dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi saat tingkat anxietas
berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
1. Verbalisasi 2. Identifikasi kemampuan mengambil
kebingungan keputusan
menurun 3. Monitor tanda anxietas (verbal dan non
2. Perilaku gelisah verbal)
menurun
3. Perilaku tegang
Terapeutik
menurun
4. Tremor menurun
1. Ciptakan suasana  terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
2. Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan , jika memungkinkan
3. Pahami situasi yang membuat anxietas
4. Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Gunakan pedekatan yang tenang dan
meyakinkan
6. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
7. Diskusikan perencanaan  realistis
tentang peristiwa yang akan datang

Edukasi

1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi


yang mungkin dialami
2. Informasikan secara factual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
8. Latih teknik relaksasi

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian obat anti


anxietas, jika perlu
2 Harga diri Setelah dilakukan Dikungan keyakinan
rendah tindakan keperawatan
siruasional selama 1x24 jam, Obsrvasi
diharapkan harga
1. Identifikasi keyakinan, masalah,
diripasien membaik 2. Identifikasi kesembuhan jangka
dengan kriteria hasil : panjang
1. Penilaian positif
dirimeningkat 3. Monitor kesehatan fisik dan mental
2. Perasaan penilaian
Terapeutik
positif terhadap diri
sendiri meningkat 1. Integrasikan keyakinan dalam rencana
3. Gairah aktifitas keperawatan sepanjang tidak
meningkat membahayakan / beresiko bagi
4. Percaya diri keselamataan sesuai kebutuhan
meningkat 2. Berikan harapan yang realistis sesuai
prognosis
3. Fasilitas pertemuan keluarga atau
antar tim kesehatan untuk membuat
keputusan
4. Fasilitasi memberikan makna terhadap
kondisi kesehatan

Edukasi

1. Jelaskan bahaya atau resiko yang


terjadi akibat keyakinan negatif
2. Jelaskan alternatif yang berdampak
positif atau memenuhi keyakinan dan
perawatan

3. Berikan penjelasan yang relevan dan


mudah di pahami
DAFTAR PUSTAKA

Fauziyah Y. 2012.Infertilitas dan gangguan alat reproduksi wanita. 1 ed. Yogyakarta: Nuha
Medika;

Ida, Bagus. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Karsiyah. 2015. Analisis faktor yang berhubungan dengan infertilitas (di wilayah Kecamatan
Way Seputih, Kabupaten Lampung Tengah tahun 2014). Jurnal Kebidanan.

Kurniawan,2010.InfertilitasPasutri,http://www.ujungdunia.co.cc/2010/06/ infertilitas
-pasangan-suami-istri-kesehatan.html,
Napitupulu, Kristin Natalia. 2010. Pengetahuan dan Sikap Pasangan Usia SuburTentang
Infertilitas Di Lingkungan I Kelurahan Kemenangan Tani Medan Tuntungan. Karya
Tulis Ilmiah
Oktarina A. 2014. Faktor-faktor yang memengaruhi infertilitas pada wanita di Klinik
Fertilitas Endokrinologi Reproduksi.

Purwoastuti E, 2015, Walyani ES. Panduan materi kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai