Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MATERNITAS

INFERTILITAS

Disusun Oleh
Kelompok 7 :
MAS’AH MARDIANA ( 2720190121 )
SRIYANTO ( 2720190135 )
AJENG DWI RATNAWATI ( 2720190148

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ISLAM AS - SYAFI’IYAH
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Sekalipun gerakan keluarga berencana telah digalakkan  dengan gencar, tetapi ada sebagian
kecil masyarakat sangat mendambakan keturunan karena telah cukup waktu untuk menunggunya
namun belum berhasil. Diperkirakan jumlah mereka sekitar 10 % pasangan usia subur atau
kurang sama dengan 7-8 juta orang. Kerisauan mereka menyebabkan mereka sangat gelisah, dan
terus berusaha dan dapat berkali-kali berganti dokter yang didengarnya telah berhasil dalam
menolong mereka yang mendambakan kehamilan.      Infertilitas didefinisikan sebagai kegagalan
mengandung setelah 1 tahun berusaha hamil. Infertil primer menunjuk pada pasien yang belum
pernah hamil sama sekali. Infertil sekunder digunakan untuk pasien yang pernah hamil
sebelumnya (Benson, 2008).
Insiden infertilitas meningkat (sekitar 100 % selama 20 tahun terakhir) di negara-negara
maju karena meningkatnya PMS (terutama gonore dan klamidia yang kemudian menyebabkan
kerusakan tuba), meningkatnya jumlah mitra seksual (meningkatnya kemungkinan mendapat
PMS), sengaja menunda kehamilan , penggunaan kontrasepsi dan merokok ( > 1 bungkus per
hari menurunkan kesempatan hamil sebesar > 20 %). Infertilitas menyebabkan 10 -20 % dari
semua kunjungan ke bagian ginekologi.
Angka fertilitas ditentukan dengan menggunakan fekundibilitas (kemungkinan hamil 1
bulan paparan) hanya 25% pasangan muda sehat yang sering melakukan hubungan seksual akan
hamil perbulan (60% per 6 bulan, 75% per 9 bulan dan 90% per 18 bulan). Fekundibilitas
menurun dengan meningkatnya umur dan efeknya kurang jelas pada wanita dibanding pria. Pada
umur 36-37 tahun kemungkinan hamil kurang dari separuh dibandingkan pada umur 25-27
tahun.
Penanganan pasangan mandul atau kurang subur merupakan masalah medis yang kompleks
dan menyangkut beberapa disiplin ilmu kedokteran, sehingga memerlukan konsultasi dan
pemeriksaan yang kompleks pula. Penilaian yang cermat harus dapat mengenali kemungkinan
penyebab 85%-90% kasus infertilitas. Yang membahagiakan meskipun tanpa diberikan terapi,
15-20% pasangan infertil dapat diharapkan hamil sejalan dengan waktu, tetapi selain fertilisasi in
vitro (IVF) dapat menyebabkan kehamilan pada 50%-60% kasus.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah yang akan
dibahas pada bab selanjutnya:

1. Bagaimana tinjauan teori dari infertilitas?


2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan klien dengan infertilitas?

C.    Tujuan
      Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan infertilitas
BAB 11
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki keturunan
dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama secara teratur 2-3 x / mgg,
tanpa mamakai matoda pencegahan selama 1 tahun.
Secara medis infertile dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Infertile primer
Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah
satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat
kontrasepsi dalam bentuk apapun.
2. Infertile sekunder
Berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya tetapi saat ini
belum mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 –
3 kali perminggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi jenis apapun.

B. Etiologi
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian
membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri 40-55%,
keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa infertilitas
terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita/istri.
Berbagai gangguan yang memicu terjadinya infertilitas antara lain :
1. Pada wanita
a. Gangguan organ reproduksi
1) Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang akan membunuh
sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat transportasi sperma ke
vagina.
2) Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu
pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma
ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks yang
menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks sehingga sperma tidak
dapat masuk ke Rahim.
3) Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang
mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang
menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan
akhirnya terjadi abortus berulang.
4) Kelainan tuba falopi akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan
terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu
b. Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal seperti
adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar
terhadap ovulasi. Hambatan ini dapatterjadi karena adanya tumor kranial, stress, dan
penggunaan obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi hipothalamus dan
hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka folicle mengalami
hambatan untuk matang dan berakhir pada gengguan ovulasi.
c. Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam
mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses
nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak dapat
berkembang dan terjadilah abortus.
d. Endometriosis
e. Abrasi genetis
f. Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu
memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat
menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
g.  Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan
pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ
reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.

2. Pada pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria yaitu:
a. Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas
a. Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadiaAbnormalitas ereksi
b. Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi
c. Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi
penyempitan pada obstruksi pada saluran genital
d. Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti cancer
e. Abrasi genetik

C. Manifestasi klinis
1. Pada wanita
a. Terjadi kelainan system endokrin
b. Hipomenore dan amenore
c. Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan
masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik.
d. Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak
berkembang,dan gonatnya abnormal.
e. Wanita infertil dapat memiliki uterus
f. Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi,
adhesi, atau tumor
g. Traktus reproduksi internal yang abnormal

2. Pada pria
a. Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas,
radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
b. Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
c. Riwayat infeksi genitorurinaria
d. Hipertiroidisme dan hipotiroid
e. Tumor hipofisis atau prolactinoma
f. Disfungsi ereksi berat
g. Ejakulasi retrograt
h. Hypo/epispadia
i. Mikropenis
j. Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
k. Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
l. Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
m. Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
n. Abnormalitas cairan semen

D. Patofisiologi
1. Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan
stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak
adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium. Penyebab
lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan
bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya
cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi
fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi
tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas
ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi
proses pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi
genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak
berkembang dengan baik.
Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun sehingga
terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan,infeksi juga
menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan
gangguan implantasi zigot yang berujung pada abortus.
2. Pria
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan
hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup
memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok,
penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas sperma
dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang
mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga
mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya
akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang
mengakibatkan komposisi sperma terganggu.

E. Pencegahan
1. Berbagai macam infeksi diketahui menyebabkan infertilitas terutama infeksi prostate,
buah zakar maupun saluran sperma. Karena itu, setiap infeksi didaerah tersebut harus
ditangani serius ( steven RB, 1985)
2. Beberapa zat dapat meracuni sperma. Banyak penelitian menunjukkan pengaruh buruk
rokok terhadap jumlah dan kualitas sperma. (Stven RB, 1985)
3. Alcohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar hormone
testosteron yang tentunya akan mengganggu pertumbuhan sperma (Steven RB,1985)
4. Berperilaku sehat (Dewhurst, 1997)

F. Penatalaksanaan
1. Wanita
a.    Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendIr serviks puncak dan waktu
yang tepat untuk coital
b.    Pemberian terapi obat, seperti;
1) Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi
hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
2) Terapi penggantian hormon
3) Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
4) Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan
infeksi dini yang adekuat
c.    GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
d.   Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
e.    Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
f.     Pengangkatan tumor atau fibroid
g.    Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi

2. Pria
a. Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun,
diharapkan kualitas sperma meningkat
b. Agen antimikroba
c. Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
d. HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
e. FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
f. Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
g. Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
h. Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
i. Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan
nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
j. Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida

G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Fisik:
Perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat ( seperti distribusi lemak tubuh dan
rambut yang tidak sesuai ).
2. Pemeriksaan System Reproduksi
1. Wanita
a.    Deteksi Ovulasi
1) Meliputi pengkajian BBT (basal body temperature )
2) Uji lendir serviks metoda berdasarkan hubungan antara pertumbuhan
anatomi dan fisiologi serviks dengan siklus ovarium untuk mengetahui saat
terjadinya keadaan optimal getah serviks dalam menerima sperma.
b.    Analisa hormon
Mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium – hipofisis – hipotalamus.
Dengan pengambilan specimen urine dan darah pada berbagai waktu selama
siklus menstruasi.
c.    Sitologi vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina
d.   Uji pasca senggama
Mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks (6 jam pasca
coital).
e.    Biopsy endometrium terjadwal
Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya
dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid.
f.     Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini
dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan
parut dan adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal.
g.    Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
h.    Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan,
perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uterin.

2. Pria
a. Analisa Semen
b. Parameter
c. Warna Putih keruh
d. Bau Bunga akasia
e. PH 7,2 - 7,8
f. Volume 2 - 5 ml
g. Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
h. Jumlah sperma 20 juta / ml
i. Sperma motil > 50%
j. Bentuk normal > 60%
k. Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
persentase gerak sperma motil > 60%
l. Aglutasi Tidak ada
m. Sel – sel Sedikit,tidak ada
n.  Uji fruktosa 150-650 mg/dl
o. Pemeriksaan endokrin
Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipothalamus, hipofisis
jika kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan
bertujuna untuk menilai kadar hormon tesrosteron, FSH, dan LH.
p. USG
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar prostat, vesikula
seminalis, atau seluran ejakulatori.
q. Biopsi testis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis memakai
metoda invasif untuk mengidentifikasi adanya kelainan patologi.
r. Uji penetrasi sperma
s. Uji hemizona.

BAB III
  ASUHAN KEPERAWATAN INFERTILITAS

A.    PENGKAJIAN
1.      Identitas Klien
Nama, jenis kelamin, suku bangsa / latar belakang kebudayaan, agama, status sipil, pendidikan,
pekerjaan dan alamat.
2.      Riwayat Kesehatan
-          Wanita
a.        Riwayat Kesehatan Dahulu
1)      Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi di rumah
2)      Riwayat infeksi genitorurinaria
3)      Hipertiroidisme dan hipotiroid, hirsutisme
4)      Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
5)      Tumor hipofisis atau prolaktinoma
6)      Riwayat penyakit menular seksual
7)      Riwayat kista
b.        Riwayat Kesehatan Sekarang
1)      Endometriosis dan endometrits
2)      Vaginismus (kejang pada otot vagina)
3)      Gangguan ovulasi
4)      Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
5)      Autoimun
c.         Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetic
d.        Riwayat Obstetri
1)      Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
2)      Mengalami aborsi berulang
3)      Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi

-          Pria
a.      Riwayat Kesehatan Dahulu
1)      Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok,
narkotik, alkohol, infeksi)
2)      Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
3)      Riwayat infeksi genitorurinaria
4)      Hipertiroidisme dan hipotiroid
5)      Tumor hipofisis atau prolactinoma
6)      Trauma, kecelakan sehinga testis rusak
7)      Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
8)      Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh : operasi prostat,
operasi tumor saluran kemih
9)      Riwayat vasektomi
b.      Riwayat Kesehatan Sekarang
1)      Disfungsi ereksi berat
2)      Ejakulasi retrograt
3)      Hypo/epispadia
4)      Mikropenis
5)      Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha)
6)      Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
7)      Saluran sperma yang tersumbat
8)      Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
9)      Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
10)  Abnormalitas cairan semen
c.       Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik

B.     Pemeriksaan Fisik


Terdapat kelainan pada organ  genital wanita maupun pria
a.      Pemeriksaan wanita
                 Ø Pemeriksaan vagina
Masalah vagina yang dapat mengahambat penyimpanan air mani ke dalam vagina sekitar
serviks ialah adanya sumbatan atau peradangan. Sumbatan psikogen disebut vaginismus atau
disparenia, sedangkan sumbatan anatomik dapat karena bawaan atau perolehan.
                 Ø Pemeriksaan leher rahim
Pemeriksaan standar leher rahim yang dikenal sebagai PAP Smear (smear test) ini perlu
dilakukan 3-5 tahun sekali pada setiap wanita dewasa dengan kehidupan seks yang aktif. Vagina
dibuka dengan spekulum dan contoh sel permukaan lehir rahim diambil dengan alat spatula, lalu
dibawa ke lab untuk dianalisa, jangan melakukan hubungan seksual, Douche / menggunakan
produk pembersih vagina selama 24 jam setelah PAP Smear.
b.      Pemeriksaan Pria
                 Ø Mengamati kelainan fisik
Dalam kesempatan pemeriksaan fisik dilihat penyebaran rambut dan lemak yang tidak rata,
atau konsistensi testis, bisa menjadi tanda akibat ketidakseimbangan hormonal kelainan fisik lain
dari alat reproduksi pria yang perlu diperiksa adalah kemungkinan adanya parut atau varises
pada scrotumyang dapat mempengaruhi jumlah dan kemampuan bergerak (mobilitas) sperma.
Salah satu testis tidak turun (kroptorkismus) berarti memperkecil kemampuan produksi sperma.
                 Ø Penampungan air mani
Air mani ditampung dengan jalam masturbasi langsung kedalam botol gelas yang bermulut
lebar (atau gelas minum), setelah abstensi 3-5 hari. Sebaiknya penampungan dilakukan dirumah
kemudian dibawa kelaboratorium dalam 2 jam setelah dikeluarkan.

C.    Diagnosa Keperawatan


1.        Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostic
2.        Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas
3.        Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk
4.        Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic
D.    RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1)      Dx.1 : Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostic
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan ansietas klien berkurang
Kriteria Hasil:
1.      Klien mampu mengungkapkan tentang infertilitas dan bagaimana treatmentnya
2.      Klien memperlihatkan adanya peningkatan kontrol diri terhadap diagnosa infertile
3.      Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile
INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan tujuan test dan prosedur Menurunkan cemas dan takut terhadap
diagnosis dan prognosis

Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut, Biarkan pasien / orang terdekat


contoh : menolak, depresi, dan marah. mengetahui ini sebagai reaksi yang
normal Perasaan tidak diekspresikan
dapat menimbulkan kekacauan internal
dan efek gambaran diri
Dorong keluarga untuk menganggap Meyakinkan bahwa peran dalam keluarga
pasien seperti sebelumnya dan kerja tidak berubah
Kolaborasi : berikan sedative, Mungkin diperlukan untuk membantu
tranquilizer sesuai indikasi pasien rileks sampai secara fisik mampu
untuk membuat startegi koping adekuat

2)      Dx.2 : Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien mengalami perubahan
harga diri
Kriteria Hasil:
1.      Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile
2.      Terjalin kontak mata saat berkomunikasi
3.      Klien mampu Mengidentifikasi aspek positif diri
INTERVENSI RASIONAL
Tanyakan dengan nama apa pasien Menunjukan kesopan santunan /
ingin dipanggil penghargaan dan pengakuan personal
Identifikasi orang terdekat dari siapa Memungkinkan privasi untuk hubungan
pasien memperoleh kenyaman dan siapa personal khusus, untuk mengunjungi atau
yang harus memberitahuakan jika untuk tetap dekat dan menyediakan
terjadi keadaan bahaya kebutuhan dukungan bagi pasien
Dengarkan dengan aktif masalah dan Menyampaikan perhatian dan dapat
ketakutan pasien dengan lebih efektif mengidentifikasi
kebutuhan dan maslah serta strategi
koping pasien dan seberapa efektif
Dorong mengungkapkan perasaan, Membantu pasien / orang terdekat untuk
menerima apa yang dikatakannya memulai menerima perubahan dan
mengurangi ansietas mengenai perubahan
fungsi / gaya hidup
Diskusikan pandangan pasien terhadap Persepsi pasien mengenai perubahan
citra diri dan efek yang ditimbulkan dari pada citra diri mungkin terjadi secara
penyakit / kondisi tiba- tiba atau kemudian

3)      Dx.3 : Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien mampu melakukan
mekanisme koping yang baik
Kriteria Hasil:
1.        Klien Menunjukan rasa pergerakan kearah resolusi dan rasa berduka dan harapan untuk masa
depan
2.        Klien menunjukkan fungsi pada tingkat adekuat, ikut serta dalam pekerjaan
INTERVENSI RASIONAL
Berikan lingkungan yang terbuka pasien kemampuan komunikasi terapeutik
merasa bebas untuk dapat mendiskusikan seperti aktif mendengarkan, diam, selalu
perasaan dan masalah secara realitas bersedia, dan pemahaman dapat
memberikan pasien kesempatan untuk
berbicara secara bebas dan berhadapan
dengan perasaan
Identifikasi tingkat rasa duka / disfungsi : Kecermatan akan memberikan pilihan
penyangkalan, marah, tawar - menawar, intervensi yang sesuai pada waktu
depresi, penerimaan induvidu menghadapi rasa berduka dalam
berbagai cara yang berbeda
Dengarkan dengan aktif pandangan Proses berduka tidak berjalan dalam cara
pasien dan selalu sedia untuk membantu yang teratur, tetapi fluktuasainya dengan
jika diperlukan berbagai aspek dari berbagai tingkat yang
muncul pada suatu kesempatan yang lain
Identifikasi dan solusi pemecahan Mungkin dibutuhkan tambahan bantuan
masalah untuk keberadaan respon – untuk berhadapan dengan aspek – aspek
respon fisik, misalnya makan, tidur, fisik dari rasa berduka
tingkat aktivitas dan hasrat seksual
Kaji kebutuhan orang terdekat dan bantu Identifikasi dari masalah – masalah
sesuai petunjuk berduka disfungsional akan
mengidentifikasi intervensi induvidual
Kolaborasi : rujuk sumber – sumber Mungkin dibutuhkan bantuan tambahan
lainnya misalnya konseling, psikoterapi untuk mengatasi rasa berduka, membuat
sesuai petunjuk rencana, dan menghadapi masa depan

4)      Dx.4 :
Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri klien berkurang
Kriteria Hasil:
1.        Ekspresi klien terlihat tenang
2.        Napas klien teratur
3.        Skala nyeri 0-3
4.        Ttv dalam rentang normal
5.        Klien mengetahui penyebab nyeri
6.        Kliem mampu menggunakan teknik distraksi relaksasi dengan baik
INTERVENSI RASIONAL
Lakukan komunikasi terapeutik kemampuan komunikasi terapeutik
seperti aktif mendengarkan, diam, selalu
bersedia, dan pemahaman dapat
memberikan pasien kesempatan untuk
berbicara secara bebas dan berhadapan
dengan perasaan
Pantau lokasi, lamanya intensitas dan Perhatikan tanda nonverbal, contoh
penyebaran (PQRST) peningkatan TD dan nadi, gelisah,
merintih
Untuk menentukan intervensi selanjutnya
Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya Memberikan kesempatan untuk
melaporkan ke staff terhadap pemberian analgesik sesuai waktu
karakteristik nyeri
Berikan tindakan relaksasi, contoh Menurunkan tegangan otot dan
pijatan, lingkungan istirahat meningkatan koping efektif
Bantu atau dorong penggunaan nafas Mengarahkan kembali perhatian dan
efektif membantu dalam relaksasi otot
Bimbingan imajinasi Mengontrol aktivitas terapeutik
E. IMPLEMENTASI

Implementasi keperawatan adalah tahap keempat yang merupakan tahap


pelaksanaan dari berbagai tindakan keperawatan yang telah direncanakan. Dalam tahap
implementasi keperawatan, petugas kesehatan harus sudah memahami mengenai tindakan
yang akan dilakukan terhadap pasien. Suatu koordinasi dan kerja sama sangatlah penting
untuk dijaga dalam tahap implementasi keperawatan sehingga ketika terjadi hal yang tidak
terduga, maka petugas kesehatan akan berkoordinasi dengan petugas kesehatan yang
lainnya untuk saling bekerjasama dalam pemecahan masalah. Tahap implementasi
keperawatan dilakukan untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan guna
membantu mengatasi masalah yang dialami pasien (Prabowo, 2018). Implementasi
keperawatan yang dilakukan dengan diagnosa defisit pengetahuan tentang manfaat zat besi
adalah mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi dan mengkaji
pengetahuan pasien mengenai manfaat zat besi, memberikan kesempatan untuk bertanya,
menjelaskan manfaat zat besi selama kehamilan dan faktor risiko yang dapat memengaruhi
kesehatan, seperti kurangnya mengonsumsi zat besi, mengajarkan cara mengonsumsi zat
besi dengan rutin, mengidentifikasi pengetahuan tentang perawatan masa kehamilan,
menjelaskan perkembangan janin, menjelaskan kebutuhan nutrisi kehamilan, dan
menganjurkan ibu rutin memeriksakan kehamilan

F. EVALUASI

Evaluasi keperawatan adalah tahap kelima atau tahap terakhir dari seluruh proses
keperawatan. Tahap evaluasi keperawatan adalah tahap penilaian dari hasil proses
keperawatan dan untuk menilai dari seluruh pelaksanaan proses keperawatan. Tahap
evaluasi keperawatan ini dapat menilai sejauh mana keberhasilan yang dicapai dan
seberapa besar kegagalan yang terjadi. Dari hasil evaluasi, tenaga kesehatan dapat menilai
pencapaian dari tujuan serta dari hasil evaluasi ini, tenaga kesehatan akan menjadikan hasil
evaluasi ini sebagai bahan koreksi dan catatan untuk perbaikan tindakan yang harus
dilakukan (Prabowo, 2018). Evaluasi keperawatan disusun dengan menggunakan SOAP
yang operasional, seperti :
a. S (Subjektif) adalah ungkapan perasaan maupun keluhan yang disampaikan ibu
maupunkeluarga setelah dilakukan tindakan keperawatan secara subjektif
b. O (Objektif) adalah pengamatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui sikap
ibu ketika dan setelah dilakukan tindakan keperawatan
c. A (Assesment) adalah analisa tenaga kesehatan setelah mengetahui respon subjektif
dan objektif ibu yang dibandingkan dengan tujuan dan kriteria hasil yang ada pada
rencana keperawatan
d. P (Planning) adalah perencanaan untuk tindakan selanjutnya yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan setelah melakukan analisa atau assesment
BAB IV
PENUTUP

A.        Kesimpulan
    Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan setelah 1
tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal Bedah).
    Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu
tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum
memiliki anak. (Sarwono, 2000).
    Klasifikasi infertilitas :
1.      Infertilitas Primer
2.      Infertilitas Skunder
Penanganan pasangan mandul atau kurang subur merupakan masalah medis yang kompleks
dan menyangkut beberapa disiplin ilmu kedokteran, sehingga memerlukan konsultasi dan
pemeriksaan yang kompleks pula. Penilaian yang cermat harus dapat mengenali kemungkinan
penyebab 85%-90% kasus infertilitas. Yang membahagiakan meskipun tanpa diberikan terapi,
15-20% pasangan infertil dapat diharapkan hamil sejalan dengan waktu, tetapi selain fertilisasi in
vitro (IVF) dapat menyebabkan kehamilan pada 50%-60% kasus.
DAFTAR PUSTAKA

Reeder, Sharon J. 2011. Keperawatan Maternitas; Kesehatan Wanita, Bayi Dan Keluarga, Edisi 18.
Jakarta: EGC
Bobak. 2004. Buku ajar keperawatan maternitas edisi 4. Jakarta : EGC
Manuaba.IBG.2001.Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB.
Jakarta:EGC
Benson, Ralph.2008. Buku saku obstetri dan ginekologi.. Jakarta:Arcan
Wiknjosastro.Hanifa.2005.Ilmu Kandungan.Jakarta :YBP-SP
Burner and, suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan. Medikal Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai