Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

INFERTILITAS PADA WANITA

Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Obstetri dan Ginekologi

Disusun oleh:
Dian Fofana D. (30101206610)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2017

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3
I. Asuhan Persalinan Normal (APN)................................................................3
II. Mekanisme Persalinan Normal.....................................................................5
III. Diagnosis Presentasi dan Posisi Janin...........................................................6
IV. Berlangsungnya Persalinan Normal..............................................................8
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

2
TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi
Infertilitas merupakan masalah yang dihadapi oleh pasangan suami istri
yang telah menikah selama minimalsatu tahun, melakukan hubungan senggama
teratur, tanpa menggunakan kontrasepsi, tetapi belum berhasil memperoleh
kehamilan. Pda prinsipnya masalah yang terkait dengan infertilitas ini dapat
dibagi berdasarkan masalah yang sering dijumpai pada lelaki. Pendekatan yang
digunakan untuk menilai faktor faktor terkait dengan infertilitas tersebut
digunakan pendekatan organik, yang tentunya akan sangat berbeda antara
perempuan dan laki laki.

Pengertian klinis mengenai infertilitas yang digunakan WHO adalah sebuah


permasalahan sistem reproduksi yang digambarkan dengan kegagalan untuk
memperoleh kehamilan setelah 12 bulan atau lebih melakukan hubungan seksual
minimal 2-3 kali seminggu secara teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi1 .
Berdasarkan laporan WHO, secara global diperkirakan adanya kasus infertilitas
pada 8-10% pasangan, yaitu sekitar 50 juta hingga 80 juta pasangan. Di Amerika
sekitar 5 juta orang mengalami permasalahan infertilitas, sedangkan di Eropa
angka kejadiannya mencapai 14%2 . Pada tahun 2002, dua juta wanita usia
reproduktif di Amerika merupakan wanita infertil3 . Sedangkan di Indonesia,
berdasarkan survei kesehatan rumah tangga tahun 1996, diperkirakan ada 3,5 juta
pasangan (7 juta orang) yang infertil. Mereka disebut infertil karena belum hamil
setelah setahun menikah. Kini, para ahli memastikan angka infertilitas telah
meningkat mencapai 15-20 persen dari sekitar 50 juta pasangan di Indonesia4 .
Infertilitas dikatakan infertilitas primer jika sebelumnya pasangan suami istri
belum pernah mengalami kehamilan. Sementara itu, dikatakan infertilitas
sekunder jika pasangan suami istri gagal untuk memperoleh kehamilan setelah
satu tahun pasca persalinan atau pasca abortus tanpa menggunakan kontrasepsi
apapun. Infertilitas dapat disebabkan oleh pihak istri maupun suami. Kondisi
yang menyebabkan infertilitas dari faktor istri 65%, faktor suami 20%, kondisi
lain-lain dan tidak diketahui 15%6 . Suatu penelitian menunjukkan penyebab
infertilitas terkait dengan permasalahan dari pihak istri adalah tuba (27,4%), tidak

3
diketahui (24,5%), masalah menstruasi (20%), uterus (9,1%), ovarium (3,6%),
kelainan seksual (2,7%). Angka kejadian infertilitas pada wanita terjadi pada
berbagai rentang umur, 20-29 tahun (64,5%), 30-39 tahun (20%), 40- 49 tahun
(11,8%), diatas 50 tahun (3,7%).

II. Faktor Penyebab Infertilitas


Infertilitas pada wanita dapat disebabkan oleh Infeksi vagina seperti
vaginitis dan trikomonas vaginalis akan menyebabkan infeksi lanjut pada portio,
serviks, endometrium bahkan sampai ke tuba yang dapat menyebabkan gangguan
pergerakan dan penyumbatan pada tuba sebagai organ reproduksi vital untuk
terjadinya konsepsi.
Terjadinya disfungsi seksual yang mencegah penetrasi penis, atau
lingkungan vagina yang terlalu asam juga dapat menyebabkan seorang wanita
kesulitan mengalami kehamilan. Perubahan fisiologis mengalami gangguan yang
secara normal terjadi selama periode praovulasi dan ovulasi yang membuat
lingkungan serviks kondusif bagi daya hidup sperma misalnya peningkatan
alkalinitas dan peningkatan sekresi. Kelainan Serviks yang dapat menyebabkan
infertilitas adalah:
1. Perkembangan serviks yang abnormal sehingga
mengakibatkan migrasi sperma terhambat.
2. Tumor serviks seperti polip atau mioma yang dapat
menutupi saluran sperma atau menimbulkan discharge yang
mengganggu spermatozoa.
3. Infeksi serviks yang menghasilkan asam atau sekresi purulen
yang bersifat toksin terhadap spermatozoa.

Nidasi ovum yang telah dibuahi terjadi di endometrium. Kejadian ini tidak
dapat berlangsung apabila ada patologi di uterus, seperti polip endometrium,
adenomiosis, mioma uterus atau leiomioma, bekas kuretase dan abortus septik.
Kelainan tersebut dapat mengganggu implantasi, pertumbuhan, nutrisi serta
oksigenisasi janin. Sumbatan di tuba fallopii merupakan salah satu penyebab
infertilitas. Sumbatan tersebut dapat terjadi akibat infeksi, pembedahan tuba atau
adhesi yang disebabkan oleh endometriosis atau inflamasi. Peningkatan insiden

4
penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease PID). PID ini
menyebabkan jaringan parut yang memblok kedua tuba fallopi.
Masalah ovarium yang dapat mempengaruhi infertilitas yaitu kista atau
tumor ovarium, penyakit ovarium polikistik, endometriosis, atau riwayat
pembedahan yang mengganggu siklus ovarium.
Gangguan Ovulasi yang dibagi ke dalam 4 kelas (WHO) 9 :
Kelas 1 : Kegagalan pada hipotalamus hipopise. Karakteristik dari
kelas ini adalah gonadotropin yang rendah, prolaktin normal, dan
rendahnya estradiol. Kelainan ini terjadi sekitar 10 % dari seluruh
kelainan ovulasi.
Kelas 2 : Gangguan fungsi ovarium. Karakteristik dari kelas ini
adalah kelainan pada gonadotropin namun estradiol normal.
Anovulasi kelas 2 terjadi sekitar 85 % dari seluruh kasus kelainan
ovulasi.
Kelas 3 : Kegagalan ovarium. Karakteristik kelainan ini adalah kadar
gonadotropin yang tinggi dengan kadar estradiol yang rendah.
Terjadi sekitar 4-5 % dari seluruh gangguan ovulasi.
Kelas 4 : Kelompok wanita yang mengalami gangguan ovulasi
akibat disfungsi ovarium, memiliki kadar prolaktin yang tinggi..
Masalah interaktifberupa masalah spesifik untuk setiap pasangan
seperti frekuensi sanggama yang tidak memadai, waktu sanggama
yang buruk, perkembangan antibodi terhadap sperma pasangan dan
ketidakmampuan sperma untuk melakukan penetrasi ke sel telur10
Penyebab Infertilitas sekunder antara lain: 1.Faktor usia Faktor usia
sangat berpengaruh pada kesuburan seorang wanita. Selama wanita
tersebut masih dalam masa reproduksi yang berarti mengalami haid
yang teratur, kemungkinan mengalami kehamilan sangat besar. Akan
tetapi seiring dengan bertambahnya usia maka kemampuan indung
telur untuk menghasilkan sel telur akan mengalami penurunan.
Bertambahnya usia pada pria juga menyebabkanpenurunan
kesuburan. Meskipun pria terus menerus memproduksi sperma
sepanjang hidupnya, akan tetapi Andini Saraswati l Infertility J
MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 2015 |8 morfologi

5
sperma mereka mulai menurun. 6 2.Masalah reproduksi Masalah
pada sistem reproduksi menyebabkan masalah yang mengarah pada
infertilitas sekunder, seperti pada perempuan yang melahirkan
dengan operasi caesaryang dapat menyebabkan jaringan parut yang
mengarah pada penyumbatan tuba. 6 3.Faktor gaya hidup Wanita
dengan berat badan yang berlebihan sering mengalami gangguan
ovulasi, karena kelebihan berat badan dapat mempengaruhi estrogen
dalam tubuh dan mengurangi kemampuan untuk hamil. Pria yang
gemar mengenakan celana ketat juga dapat mengalami ganguan pada
motilitas sperma. 6 Infertilitas yang tidak dapat dijelaskan
(Unexplained Infertility) dapat diartikan sebagai ketidak mampuan
untuk hamil setelah 1 tahun tanpa ditemukannya suatu
abnormalitasmenggunakan prosedur pemeriksaan ginekologis rutin.
Insidensi infertilitas ini berkisar dari 10 persen sampai paling tinggi
30 persen di antara populasi infertil dimana hal ini tergantung dari
kriteria diagnostik yang digunakan. Minimal, diagnosis infertilitas
tak teridentifikasi menunjukkan analisis semen yang normal, bukti
objektif adanya ovulasi, rongga uterus yang normal, serta patensi
tuba bilateral. 11,12 Diagnosis infertilitas biasanya segera dilakukan
ketika pasangan datang untuk konsultasi pertama kali. Jika pasangan
telah melakukan usaha untuk memperoleh kehamilan selama kurang
dari 1 tahun, maka pengajuan beberapa pertanyaan guna memastikan
permasalahan utama sangatlah bermanfaat, pertanyaan yang dapat
diajukan antara lain mengenai ketidakteraturan siklus menstruasi,
riwayat adanya bedah pelvis, atau orkidopeksi yang tidak bisa
dihindari. Jika riwayat medis pasangan hasilnya normal, maka
pasien harus diberi penjelasan mengenai harapan peluang kehamilan
kumulatif selama satu periode waktu dan investigasi sebaiknya
ditunda sampai pasangan telah mencobanya selama periode satu
tahun.
III. Diagnosis Presentasi dan Posisi Janin
Palpasi abdomen perasat Leopold

6
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, pemeriksaan hendaknya
dikerjakan secara sistemik dengan menerapkan empat perasat yang dianjurkan
Leopold dan Sporlin (1894). Ibu hendaknya berbaring di atas tempat tidur yang
keras atau meja periksa, dengan bagian abdomen dibiarkan terbuka. Pada Leopold
I III, pemeriksa berdiri di samping tempat tidur menghadap pasien. Pada
Leopold IV, periksa menghadp kaki ibu.
Leopold I
Menentukan tinggi fundus uteri
Menentukan bagian anak yang terdapat di fundus, bokong teraba
besar, agak benjol, lunak. Sedang kepala terasa keras dan bulat dan
lebih bebas digerakkan serta digoyang goyang (ballotable).

Leopold II
Menentukan bagian apa dari janin pada uterus sisi kiri atau kanan,
dengna meletakkan tangan pada sisi sisi abdomen.

Leopold III
Menentuan bagian apa dari fetus yang terdapat di bawah.
Bagian bawah tersebut apakah sudah terfiksir/ tertangkap di dalam
pelvis.
Menggunakan ibu jari dan jari jari lain, pemeriksa meraba bagian
bawah abdomen ibu tepat di atas simfisis pubis. Kalau belum
engaged, akan teraba bagian yang mudah digerakkan, biasanya
kepala.

Leopold IV
Untuk meyakinkan L III, bagian bawah sudah masuk panggul atau
belum. Biasanya untuk presentasi kepala, sedang pada
presentasibokong informasi yang diperoleh dari perasat ini kurang
tepat.
Kalau kepala belum masuk posisi tangan konvergen
Kalau kepala separuh masuk posisi tangan sejajar
Kalau kepala sudah masuk lebih dari separuh posisi tangan divergen

7
IV. Berlangsungnya Persalinan Normal
Pengertian persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri). Partus dibagi menjadi 4 kala, yaitu :
1. Kala I (kala pembukaan) : yaitu proses persalinan mulai pembukaan
serviks kurang 4 cm dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam
10 menit, sampai pembukaan lengkap. Pada primigravida kala I
berlangsung kira kira 13 jam sedangkan pada multi kira kira 7 jam.
Proses pembukaan serviks dibagi dalam 2 fase :
a. Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat
lambat sampai ukuran diameter 3 cm.
b. Fase aktif : dibagi dalam 3 fase
Akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4
cm.
Dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pemukaan
berlangsung cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
Deselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm
menjadi lengkap.

Pengelolaan
a. Menentukan saat mulai inpartu
b. Persiapan penderita
c. Pemeriksaan lanjutan dan pengawasan, dilakukan pengawasan 10
d. Persiapan alat partus dan resusitasi

2. Kala II (kala pengeluaran) : yaitu proses persalinan dari pembukaan


serviks 10 cm (lengkap) sampai bayi lahir.
3. Kala III (kala uri) : proses persalinan dari lahirnya bayi sampai plasenta
lahir. Manajemen aktif kala III :
Pemberian oksitosin segera
Pengendalian tarikan pada tali pusat
Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir
4. Kala IV : 2 jam setelah lahirnya plasenta
Masa post partum merupakan saat paling kritis. Petugas harus memantau
ibu setiap 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, dan
setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan.

8
Hal hal yang perlu diperhatikan :
Kontraksi fundus uteri
Kelengkapan plasenta dan selaput ketuban
Laserasi perineum
Lokea
Kandung kemih penuh tidak
Kondisi Ibu
Kondisi bayi (bernafas, kering, siap disusui)

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Pramana, Cipta. 2013. Obstetri. SA Pers : Semarang.

2. Dilts PV, Greene JW, Roddick JW. Core Studies in Obstetrics and
Gynecology, Williams & Wilkins Company, Baltimore, 1971, 128

3. Friedman EA, Sachtleben MR. The effect of uterine overdistension on


labor. 1. Multiple pregnancy. Obstet Gynec, 1964; 23; 164

10

Anda mungkin juga menyukai