PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi infertilitas ?
2. Sebutkan jenis-jenis infertilitas ?
3. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor penyebab infertilitas?
4. Sebutkan tanda dan gejala dari infertilitas?
5. Bagaimana Pencegahan infertilitas ?
6. Bagaimana Cara menangani infertilitas?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahani definisi infertilitas.
2. Mengetahui jenis-jenis infertilitas.
3. Mengetahui dan memahami faktor-faktor penyebab infertilitas.
4. Mengetahui tanda dan gejala dari infertilitas.
5. Memahami pencegahan infertilitas.
6. Mengetahui cara menangani infertilitas.
1.4 Manfaat
1. Manfaat teoritis
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan
mengenai masalah infertilitas serta cara penanganannya.
2. Manfaat praktis
Membaca diharapkan dapat memahami cara pencegahab infertilitas.
Dan bagi pembaca yang memiliki masalah dengan fertilitas diharapkan
dapat memahami dan memilih cara penanganan yang tepat untuk
masalahnya.
2
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1. Definisi
Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki
keturunan dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama
secara teratur 2-3 x / minggu, tanpa mamakai metode pencegahan selama 1
tahun (Vitahealth : 2008).
Infertilitas atau ketidak suburan adalah ketidakmampuan pasangan usia
subur (PUS) untuk memperoleh keturunan setelah melakukan hubungan
seksual secara teratur dan benar tanpa usia pencegahan lebih dari 1 tahun
(Intan Kumalasari : 2012).
Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami istri untuk mengalami
kehamilan setelah melakukan hubungan seksual tanpa kontrasepsi, selama 1
tahun (Sarwono dalam Diah : 2012).
Infertilitas adalah tidak terjadi setelah 12 bulan (usia <34 tahun) atau 6
bulan (usia >35 tahun) berhubungan tanpa kontrasepsi (Lauren A.Dutton,
MSN, CNM : 2005).
Ketidak suburan (infertilitas) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami
istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan
seksual sebanyak 2-3 kali dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa
menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun (Djuwantono : 2008).
3
2.2. Jenis-Jenis Infertilitas
Djuwanto, dkk, (2008) mengemukakan bahwa secara medis, infertilitas
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Infertilitas primer
Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki
anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali perminggu
tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
2. Infertilitas sekunder
Berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak
sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1
tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali perminggu tanpa
menggunakan alat kontrapsepsi dalam bentuk apapun.
2.3. Etiologi
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja.
Hasil penelitian membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari
angka kejadian infertil, istri 40-55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%.
Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa infertilitas terjadi murni karena
kesalahan dari pihak wanita atau istri. Berbagai gangguan yang memicu
terjadinya infertilitas antara lain :
4
A. Pada Wanita
5
2. Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan
hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH
yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini
dapatterjadi karena adanya tumor kranial, stress, dan penggunaan obat-
obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi hipothalamus dan
hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka folicle
mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gengguan
ovulasi.
3. Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami
kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah
terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung
baik. Akiatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadi abortus.
4. Endometriosis
Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya
berada di lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak
dan tumbuh di tempat lain. Endometriosis bisa terletak di lapisan tengah
dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut juga adenomyosis,
atau bisa juga terletak di indung telur, saluran telur, atau bahkan dalam
rongga perut. Gejala umum penyakit endometriosis adalah nyeri yang
sangat pada daerah panggul terutama pada saat haid dan berhubungan
intim, serta tentu saja infertilitas.
5. Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka
tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing.
Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
6
6. Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat
kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian
tubuh termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.
B. Pada Pria
Dari sisi pria, penyebab interfertilisasi yang paling umum terjadi adalah:
1. Bentuk dan gerakan sperma yang tidak sesuai.
Sperma harus berbentuk sempurna serta dapat bergerak
cepat dan akurat menuju ke telur agar dapat terjadi pembuahan.
Bila bentuk dan struktur (morfologi) sperma tidak normal atau
gerakan (motilitas) tidak sempurna sperma tidak dapat atau
menembus sel telur.
7
sperma/ml atau lebih berarti sangat subur. Jarang sekali ada pria
yang sama sekali tidak memproduksi sperma. Kurangnya
konsentrasi sperma ini dapat disebabkan oleh testis yang
kepanasan (misalnya karena selalu memakai celana ketat). Terlalu
sering berejakulasi (hiperseks), merokok, alkohol dan kelelahan.
4. Varikosel (varicocele).
Varikosel adalah varises atau pelebaran pembuluh darah
vena yang berhubungan dengan testis. Sebagaimana diketahui,
testis adalah tempat produksi dan penyimpanan sperma. Varises
yang disebabkan kerusakan pada sistem katup pembuluh darah
tersebut membuat pembuluh darah melebar dan mengumpulkan
darah. Akibatnya, fungsi testis memproduksi dan menyalurkan
sperma terganggu.
8
7. Kelaianan genetik.
Dalam kelainan genetik yang disebut sindroma klinefelter,
seorang pria memiliki dua kromosom X dan satu kromosom Y,
bukannya satu X dan satu Y. Hal ini menyebabkan pertumbuhan
abnormal pada testis sehinga sedikit atau sama sekali tidak
memproduksi sperma. Dalam penyakit Cystic fibrosis, beberapa
pria penderitannya tidak dapat mengeluarkan sperma dari testis
mereka, meskipun sperma tersedia dalam jumlah yang cukup. Hal
ini karena mereka vas deferens, saluran yang menghubungkan
testis dengan saluran ejakulasi.
8. Infeksi
Infeksi dapat mempengaruhi motilitas sperma untuk
sementara.penyakit menular seksual seperti klamidia dan gonore
sering menyebabkan infertilitas karena menyebabkan skar yang
memblokir jalannya sperma.
9. Masalah seksual.
Masalah seksual dapat menyebabkan infertilitas, misalnya
disfungsi ereksi, ejakulasi prematur, sakit saat berhubungan
(disparunia). Demikian juga dengan pengunaan minyak atau
pelumas tertentu yang bersifat toksik terhadap sperma.
9
11. Sumbatan di epididimis/ saluran ejakulasi.
Beberapa pria terlahir didaerah testis yang berisi sperma
(epididimis) atau saluran ejakulasi. Beberapa pria tidak memiliki
pembuluh yang membawa sperma dari testis kelubang penis.
10
2.4. Patofisiologi
Pada pria
Disfungsi hipotalamus
dan hipofisis, gaya
hidup, terpapar
radiasi ,toksis
Ketidak seimbangan
Hormonal
Produksi inflamasi
sperma
Mempeng
Bentuk MK: aruhi
sperma Resiko faktor
menjadi Infeksi psikologis
abnormal
Cemas
MK; Ansietas
11
2.4. Patofisiologi
Pada wanita
Mempengaruhi hormon
dalam tubuh (produksi
hormon tidak seimbang)
MK : Ansietas
Gangguan harga
MK : HDR
diri
12
2.5 Pencegahan Infertilitas
a. Hentikan kebiasaan merokok, mengkonsumsi obat-obatan terlaran atau
minum-minuman alkohol
b. Mengurangi minuman berkafein karena dapat mengganggu kesuburan
c. Jaga keseimbangan berat badan, jangan terlalu gemuk dan jangan terlalu
kurus
d. Jangan stres berlebihan
e. Periode bulanan tidak teratr, segeralah konsultasi dengan dokter
f. Jika merasa ada yang tidak beres dengan tubuh atau bagian vital langsung
periksakan ke dokter
B. Pria
Riwayat terpajan benda–benda mutan yang membahayakan
reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
13
Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin
tertentu.
Riwayat infeksi genitorurinaria
Hipertiroidismedan hipotiroid
Tumor hipofisis atau prolactinoma
Disfungsi ereksi berat
Ejakulasi retrograt
Hypo/epispadia
Mikropenis
Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas
sperma)
Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
Abnormalitas cairan semen
2.7. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik:
Perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat (seperti distribusi
lemak tubuh dan rambut yang tidak sesuai).
2. Pemeriksaan System Reproduksi
A. Wanita
Deteksi Ovulasi
1. Meliputi pengkajian BBT (basal body temperature )
2. Uji lendir serviks metoda berdasarkan hubungan antara
pertumbuhan anatomi dan fisiologi serviks dengan siklus
ovarium untuk mengetahui saat terjadinya keadaan optimal
getah serviks dalam menerima sperma
14
Analisa hormone.
Mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium – hipofisis –
hipotalamus. Dengan pengambilan specimen urine dan darah
pada berbagai waktu selama siklus menstruasi.
Sitologivagina.
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui
perubahan epitel vagina.
Uji pasca senggama
Mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati
serviks ( 6 jam pasca coital ).
Biopsy endometrium terjadwal
Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium
dan sebaiknya dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid.
Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi
kontras. Disini dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga
uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses
radang. Dilakukan secara terjadwal.
Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui tuba dan peritoneum.
Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk
identifikasi kelainan, perkembangan dan maturitas folikuler,
serta informasi kehamilan intra uterin.
B. Pria
Analisa Semen
- Parameter
- Warna Putih keruh
- Bau Bunga akasia
- PH 7,2 - 7,8
15
- Volume 2 - 5 ml
- Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
- Jumlah sperma 20 juta / ml
- Sperma motil > 50%
- Bentuk normal > 60%
- Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
- persentase gerak sperma motil > 60%
- Aglutasi Tidak ada
- Sel – sel Sedikit,tidak ada
- Uji fruktosa 150-650 mg/dl
Pemeriksaan endokrin
Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi
hipothalamus, hipofisis jika kelainan ini diduga sebagai
penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan bertujuna untuk
menilai kadar hormon tesrosteron, FSH, dan LH.
USG
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar
prostat, vesikula seminalis, atau seluran ejakulatori.
Biopsi testis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel
jaringan testis memakai metoda invasif untuk mengidentifikasi
adanya kelainan patologi.
Uji penetrasi sperma
Uji hemizona
16
2.8. PENATALAKSANAAN
A. Wanita
Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendIr serviks puncak
dan waktu yang tepat untuk coital.
B. Pria
Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi
autoimun, diharapkan kualitas sperma meningkat.
Agen antimikroba.
Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi
kejantanan.
HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme.
FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis.
17
Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau
hipotalamus.
Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik.
Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma.
Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti,
perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas
dan ketat.
Perhatian penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang
mengandung spermatisida.
18
BAB III
3.1 Pengkajian
19
Pria : Disfungsi ereksi berat, ejakulasi retrograt, hypo/epispadia,
mikropenis, adesensus testis( kelainan jumlah, bentuk dan motalitas
sperma), saluran sperma yang tersumbat, hernia scotalis ( hernia berat
hingga ke kantong testis), varikhokel ( varises pembuluh balik darah
testis), abnormalitas cairan semen.
a. Pemeriksaan wanita
1. Pemeriksaan vagina
20
b. Pemeriksaan Pria
1. Mengamati fisik
21
3.2. Diagnosa keperawatan
22
3.3. Rencana Asuhan Keperawatan
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
a. Jelaskan tujuan Test dan Proesdur a. Menurunkan cemas dan takut
pemeriksaan fisik. terhadap diagnosis dan prognosis.
b. Tingkatkan expresi perasaan dan b. Biarkan pasien /orang terdekat
takut. Contoh: menolak, depresi, mengetahui ini sebagai reaksi yang
dan marah. normal.Perasaan tidak
diekspresikan dapat menimbulkan
kekacauan internal dan efek
gambaran diri.
c. Anjurkan keluarga untuk c. Agar klien tidak lebih terpuruk,
menganggap pasien seperti meyakinkan bahwa peran dalam
biasanya. keluarga dan kerja tidak berubah.
d. Kolaborasi dengan tim medis: d. Mungkin diperlukan untuk
Berikan sedative, tranquilizer membantu pasien rileks sampai
sesuai indikasi. secara fisik mampu untuk
membuat strategi koping adekuat.
23
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan
gangguan fertilitas.
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
a. Tanyakan nama panggilan pasien. a. Menunjukkan kesopan santunan
atau penghargaan dan pengakuan
personal.
b. Identifikasi oraang terdekat pasien. b. Memungkinkan privasi untuk
hubungan personal pasien dan
dapat memberikan dukungan pada
pasien.
c. Dengarkan dengan aktif masalah c. Membantu pasien ke orang
dan ketakutan pasien. terdekat untuk memulai menerima
perubahan dan mengurangi
ansietas mengenai perubahan
fungsi atau gaya hidup.
d. Diskusikan pandangan pasien d. Persepsi pasien mengenai
terhadap citra diri dan efek yang perubahan pada citra diri mungkin
ditimbulkan dari penyakit atau terjadi secara tiba-tiba atau
kondisi. kemudian.
24
3. Nyeri Akut Berhubungan dengan Tes Diasnoctic.
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
a. Observasi nyeri yang dirasakan a. Untuk mengetahui seberapa besar
pasien (P,Q,R,S,T). dan penyebab nyeri yang dirasakan
pasien sehingga tepat dalam
pemberian intervensi selanjutnya.
b. Jelaskan penyebab nyeri. b. Agar klien mengetahui penyebab
nyeri dan mengurangi ansietas
yang diraasakan pasien.
c. Ajarkan tindakan relaksasi dan c. Teknik relaksasi dan distraksi
distraksi. dapat mengurangi nyeri yang
dirasakan klien.
d. Kolaborasi dengan tim medis d. Obat analgetik dapat membantu
untuk pemberian obat analgetik mengurangi nyeri yang dirasakan
klien.
25
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan.
26