Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infertilitas menurut dunia medis adalah istilah yang di gunakan
untuk menyebut pasangan yang belum mempunyai anak walaupun sudah
berhubungan intim secara teratur tanpa alat kontrasepsi dalam kurun
waktu satu tahun.
Hampir setiap pasangan di dunia menginginkan seorang anak,
namun sayangnya tidak setiap perkawinan dianugerahi keturunan. Ada 10-
15% pasangan mengalami infertilitas, keadaan tersebut dimulai saat
wanita tidak mampu untuk tidak menjadi hamil atau kahamilan sampai
melahirkan, meskipun telah melakukan hubungan seksual secara teratur
tanpa menggunakan alat kontrasepsi selama setahun atau lebih
(infertilitas). Infertilitas adalah masalah yang dialami pria dan wanita
dimanapun di dunia. Walaupun diperkirakan angka kejadiannya tidak
terlalu cermat dan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain, sekitar
8% pasangan mengalami masalah infertilitas selama masalah
reproduksinya, ini berarti bahwa antara 50 sampai 80 juta orang
mempunyai masalah fertilitas, suatu keadaan yang menimbulkan
penderitaan pribadi dan gangguan kehidupan keluarga.
Keluarga infertil terpaksa menempuh hidup tanpa anak, atau ada
juga melakukan adopsi (mengangkat anak), poligami, atau bahkan tidak
jarang mencerai dikarenakan tidak dikaruniai anak. Namun berkat
kemajuan tehnologi kedokteran, beberapa pasangan infertil telah
dimungkinkan memperoleh anak dengan jalan inseminasi buatan, bayi
tabung (membesarkan janin Rahim wanita lain), dan sebagainya.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi infertilitas ?
2. Sebutkan jenis-jenis infertilitas ?
3. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor penyebab infertilitas?
4. Sebutkan tanda dan gejala dari infertilitas?
5. Bagaimana Pencegahan infertilitas ?
6. Bagaimana Cara menangani infertilitas?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahani definisi infertilitas.
2. Mengetahui jenis-jenis infertilitas.
3. Mengetahui dan memahami faktor-faktor penyebab infertilitas.
4. Mengetahui tanda dan gejala dari infertilitas.
5. Memahami pencegahan infertilitas.
6. Mengetahui cara menangani infertilitas.

1.4 Manfaat
1. Manfaat teoritis
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan
mengenai masalah infertilitas serta cara penanganannya.
2. Manfaat praktis
Membaca diharapkan dapat memahami cara pencegahab infertilitas.
Dan bagi pembaca yang memiliki masalah dengan fertilitas diharapkan
dapat memahami dan memilih cara penanganan yang tepat untuk
masalahnya.

2
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1. Definisi
Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki
keturunan dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama
secara teratur 2-3 x / minggu, tanpa mamakai metode pencegahan selama 1
tahun (Vitahealth : 2008).
Infertilitas atau ketidak suburan adalah ketidakmampuan pasangan usia
subur (PUS) untuk memperoleh keturunan setelah melakukan hubungan
seksual secara teratur dan benar tanpa usia pencegahan lebih dari 1 tahun
(Intan Kumalasari : 2012).
Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami istri untuk mengalami
kehamilan setelah melakukan hubungan seksual tanpa kontrasepsi, selama 1
tahun (Sarwono dalam Diah : 2012).
Infertilitas adalah tidak terjadi setelah 12 bulan (usia <34 tahun) atau 6
bulan (usia >35 tahun) berhubungan tanpa kontrasepsi (Lauren A.Dutton,
MSN, CNM : 2005).
Ketidak suburan (infertilitas) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami
istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan
seksual sebanyak 2-3 kali dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa
menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun (Djuwantono : 2008).

3
2.2. Jenis-Jenis Infertilitas
Djuwanto, dkk, (2008) mengemukakan bahwa secara medis, infertilitas
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Infertilitas primer
Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki
anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali perminggu
tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
2. Infertilitas sekunder
Berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak
sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1
tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali perminggu tanpa
menggunakan alat kontrapsepsi dalam bentuk apapun.

2.3. Etiologi
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja.
Hasil penelitian membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari
angka kejadian infertil, istri 40-55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%.
Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa infertilitas terjadi murni karena
kesalahan dari pihak wanita atau istri. Berbagai gangguan yang memicu
terjadinya infertilitas antara lain :

4
A. Pada Wanita

1. Gangguan organ reproduksi


a. Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang akan
membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan
menghambat transportasi sperma ke vagina
b. Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang
mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di
serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu,
bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga
dapat menutup serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke
rahim
c. Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus
yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi
uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk
perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang
d. Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi
tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak
dapat bertemu

5
2. Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan
hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH
yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini
dapatterjadi karena adanya tumor kranial, stress, dan penggunaan obat-
obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi hipothalamus dan
hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka folicle
mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gengguan
ovulasi.

3. Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami
kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah
terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung
baik. Akiatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadi abortus.

4. Endometriosis
Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya
berada di lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak
dan tumbuh di tempat lain. Endometriosis bisa terletak di lapisan tengah
dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut juga adenomyosis,
atau bisa juga terletak di indung telur, saluran telur, atau bahkan dalam
rongga perut. Gejala umum penyakit endometriosis adalah nyeri yang
sangat pada daerah panggul terutama pada saat haid dan berhubungan
intim, serta tentu saja infertilitas.

5. Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka
tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing.
Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.

6
6. Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat
kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian
tubuh termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.

B. Pada Pria

Dari sisi pria, penyebab interfertilisasi yang paling umum terjadi adalah:
1. Bentuk dan gerakan sperma yang tidak sesuai.
Sperma harus berbentuk sempurna serta dapat bergerak
cepat dan akurat menuju ke telur agar dapat terjadi pembuahan.
Bila bentuk dan struktur (morfologi) sperma tidak normal atau
gerakan (motilitas) tidak sempurna sperma tidak dapat atau
menembus sel telur.

2. Konsentrasi sperma rendah.


Konsentrasi sperma yang normal adalah 20 juta sperma/ml
atau lebih. Bila 10 juta/ml atau kurang maka menunjukkan
konsentrasi yang rendah (kurang subur). Hitungan 40 juta

7
sperma/ml atau lebih berarti sangat subur. Jarang sekali ada pria
yang sama sekali tidak memproduksi sperma. Kurangnya
konsentrasi sperma ini dapat disebabkan oleh testis yang
kepanasan (misalnya karena selalu memakai celana ketat). Terlalu
sering berejakulasi (hiperseks), merokok, alkohol dan kelelahan.

3. Tidak ada semen.


Semen adalah cairan yang menghantarkan sperma dari
penis menuju vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak
terangkat (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan
penyakit atau kecelakaan yang mempengaruhi tulang belakang.

4. Varikosel (varicocele).
Varikosel adalah varises atau pelebaran pembuluh darah
vena yang berhubungan dengan testis. Sebagaimana diketahui,
testis adalah tempat produksi dan penyimpanan sperma. Varises
yang disebabkan kerusakan pada sistem katup pembuluh darah
tersebut membuat pembuluh darah melebar dan mengumpulkan
darah. Akibatnya, fungsi testis memproduksi dan menyalurkan
sperma terganggu.

5. Testis tidak turun.


Testis gagal turun adalah kelainan bawaan sejak lahir,
terjadi saat salah satu atau kedua buah pelir tetap berada diperut
dan tidak turun kekantung sktrotum. Karena suhu yang lebih tinggi
dibandingkan suhu pada skrotum, produksi sperma munkin
terganggu.

6. Kekurangan hormon testosteron.


Kekurangan hormon ini dapat mempengaruhi kemampuan
testis dalam memproduksi sperma.

8
7. Kelaianan genetik.
Dalam kelainan genetik yang disebut sindroma klinefelter,
seorang pria memiliki dua kromosom X dan satu kromosom Y,
bukannya satu X dan satu Y. Hal ini menyebabkan pertumbuhan
abnormal pada testis sehinga sedikit atau sama sekali tidak
memproduksi sperma. Dalam penyakit Cystic fibrosis, beberapa
pria penderitannya tidak dapat mengeluarkan sperma dari testis
mereka, meskipun sperma tersedia dalam jumlah yang cukup. Hal
ini karena mereka vas deferens, saluran yang menghubungkan
testis dengan saluran ejakulasi.

8. Infeksi
Infeksi dapat mempengaruhi motilitas sperma untuk
sementara.penyakit menular seksual seperti klamidia dan gonore
sering menyebabkan infertilitas karena menyebabkan skar yang
memblokir jalannya sperma.

9. Masalah seksual.
Masalah seksual dapat menyebabkan infertilitas, misalnya
disfungsi ereksi, ejakulasi prematur, sakit saat berhubungan
(disparunia). Demikian juga dengan pengunaan minyak atau
pelumas tertentu yang bersifat toksik terhadap sperma.

10. Ejakulasi balik.


Hal ini terjadi ketika semen yang dikeluarkan justru
berbalik masuk kekantong kemih, bukannya keluar melalui penis
saat terjadi ejakulasi.
Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkannya, di
antaranya adalah iabetes, pembedahan dikemih, prostat atau
uretra, dan pengaruh obat-obatan tertentu.

9
11. Sumbatan di epididimis/ saluran ejakulasi.
Beberapa pria terlahir didaerah testis yang berisi sperma
(epididimis) atau saluran ejakulasi. Beberapa pria tidak memiliki
pembuluh yang membawa sperma dari testis kelubang penis.

12. Lubang kencing yang salah tempat (hipoepispadia).


Kelainan bawaan ini terjadi saat lubang kecing berada
dibagian bawah penis. Bila tidak dioperasi maka sperma dapat
kesulitan mencapai serviks.

13. Antibodi pembunuh sperma.


Antibodi yang membunuh atau melemahkan sperma
biasannya terjadi setelah pria menjadi vasektomi. Keberadaan
antibodi ini menyulitkannya mendapatkan anak kembali saat
vasektomi dicabut.

14. Pencemaran Lingkungan


Paparan polusi dapat mengurangi sperma dengan efek
langsung pada fungsi testis dan system hormone. Beberapa bahan
kimia yang mempengaruhi produksi sperma antara lain : radikal
bebas, pestisida (DDT, alderin, dieldrin, PCPs, diokxin, fura, dll),
bahan kimia, plastic, hidrokarbon (etilbensena, bensena, toluene,
dan xilena), dan logam berat seperti timbal, kadmium atau arsenik.

15. Kanker testis.


Kanker testis berpengaruh langsung terhadap kemampuan
testis memproduksi dan menyimpan sperma. Penyakit ini paling
sering terjadi pada pria usia 18-32 tahPathway Infertilitas.

10
2.4. Patofisiologi
Pada pria

Disfungsi hipotalamus
dan hipofisis, gaya
hidup, terpapar
radiasi ,toksis

Ketidak seimbangan
Hormonal

Fungsi Obstruksi Ketidakmam


testis duktus & -puan untuk
tubuls koitus
/ejakulasi

Produksi inflamasi
sperma
Mempeng
Bentuk MK: aruhi
sperma Resiko faktor
menjadi Infeksi psikologis
abnormal

Cemas

MK; Ansietas

11
2.4. Patofisiologi

Pada wanita

Gangguan hipotalamus dan


hipofisis, Terpapar
radiasi,Toksik, dan Gaya hidup

Mempengaruhi hormon
dalam tubuh (produksi
hormon tidak seimbang)

Pembentukan FSH dan Lh

Terjadi gangguan pada


pembentukan folikel di
ovarium

Gangguan bentuk anatomi


Abnormalitas
sistem reproduksi
serviks

Bentuk tuba falopi yang


Mempengaruhi pross
tidak sesuai akibat
pemasukan sperma
cidera/infeksi

Sperma tidak dapat lewat


dan tidak terjadi fertilisasi
dari ovum dan sperma

Hasil konsepsi tidak


berkembang normal

Tidak kunjung hamil Timbul rasa malu


dan tidak berguna

MK : Ansietas
Gangguan harga
MK : HDR
diri

12
2.5 Pencegahan Infertilitas
a. Hentikan kebiasaan merokok, mengkonsumsi obat-obatan terlaran atau
minum-minuman alkohol
b. Mengurangi minuman berkafein karena dapat mengganggu kesuburan
c. Jaga keseimbangan berat badan, jangan terlalu gemuk dan jangan terlalu
kurus
d. Jangan stres berlebihan
e. Periode bulanan tidak teratr, segeralah konsultasi dengan dokter
f. Jika merasa ada yang tidak beres dengan tubuh atau bagian vital langsung
periksakan ke dokter

2.6. Manifestasi Klinis


A. Wanita
 Terjadi kelainan system endokrin
 Hipomenore dan amenore
 Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat
menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis
atau aberasi genetic.
 Wanitadengansindrom turner biasanyapendek, memilikipayudara
yang tidakberkembang, dangonatnya abnormal.
 Wanita infertil dapat memiliki uterus
 Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang
akibat infeksi, adhesi, atau tumor
 Traktusreproduksi internal yang abnormal

B. Pria
 Riwayat terpajan benda–benda mutan yang membahayakan
reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)

13
 Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin
tertentu.
 Riwayat infeksi genitorurinaria
 Hipertiroidismedan hipotiroid
 Tumor hipofisis atau prolactinoma
 Disfungsi ereksi berat
 Ejakulasi retrograt
 Hypo/epispadia
 Mikropenis
 Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
 Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas
sperma)
 Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
 Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
 Abnormalitas cairan semen

2.7. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik:
Perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat (seperti distribusi
lemak tubuh dan rambut yang tidak sesuai).
2. Pemeriksaan System Reproduksi
A. Wanita
 Deteksi Ovulasi
1. Meliputi pengkajian BBT (basal body temperature )
2. Uji lendir serviks metoda berdasarkan hubungan antara
pertumbuhan anatomi dan fisiologi serviks dengan siklus
ovarium untuk mengetahui saat terjadinya keadaan optimal
getah serviks dalam menerima sperma

14
 Analisa hormone.
Mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium – hipofisis –
hipotalamus. Dengan pengambilan specimen urine dan darah
pada berbagai waktu selama siklus menstruasi.
 Sitologivagina.
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui
perubahan epitel vagina.
 Uji pasca senggama
Mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati
serviks ( 6 jam pasca coital ).
 Biopsy endometrium terjadwal
Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium
dan sebaiknya dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid.
 Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi
kontras. Disini dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga
uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses
radang. Dilakukan secara terjadwal.
 Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui tuba dan peritoneum.
 Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk
identifikasi kelainan, perkembangan dan maturitas folikuler,
serta informasi kehamilan intra uterin.

B. Pria

 Analisa Semen
- Parameter
- Warna Putih keruh
- Bau Bunga akasia
- PH 7,2 - 7,8

15
- Volume 2 - 5 ml
- Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
- Jumlah sperma 20 juta / ml
- Sperma motil > 50%
- Bentuk normal > 60%
- Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
- persentase gerak sperma motil > 60%
- Aglutasi Tidak ada
- Sel – sel Sedikit,tidak ada
- Uji fruktosa 150-650 mg/dl
 Pemeriksaan endokrin
Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi
hipothalamus, hipofisis jika kelainan ini diduga sebagai
penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan bertujuna untuk
menilai kadar hormon tesrosteron, FSH, dan LH.
 USG
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar
prostat, vesikula seminalis, atau seluran ejakulatori.
 Biopsi testis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel
jaringan testis memakai metoda invasif untuk mengidentifikasi
adanya kelainan patologi.
 Uji penetrasi sperma
 Uji hemizona

16
2.8. PENATALAKSANAAN

A. Wanita
 Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendIr serviks puncak
dan waktu yang tepat untuk coital.

 Pemberian terapi obat, seperti :


1. Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh
supresihipotalamus, peningkatan kadarprolaktin, pemberian tsh.
2. Terapi penggantian hormone.
3. Glukokortikoid jika terdapat hiper plasi adrenal.
4. Penggunaan antibiotic yang sesuai untuk pencegahan dan
penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat.
 GIFT ( gemete intrafallopian transfer ).
 Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak
secara luas.
 Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate.
 Pengangkatan tumor atau fibroid.
 Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau
kemoterapi.

B. Pria
 Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi
autoimun, diharapkan kualitas sperma meningkat.
 Agen antimikroba.
 Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi
kejantanan.
 HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme.
 FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis.

17
 Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau
hipotalamus.
 Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik.
 Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma.
 Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti,
perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas
dan ketat.
 Perhatian penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang
mengandung spermatisida.

18
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN INFERTILITAS

3.1 Pengkajian

3.1.1. Identitas Klien

Nama,jenis kelamin, suku/bangsa / latar belakang kebudayaan, agama,


status sipil,pendidikan,pekerjaan dan alamat

3.1.2. Riwayat Kesehatan Dahulu

Wanita : Riwayat terpejan benda-benda yang membahayakan


reproduksi dirumah, riwayat infeksi geniturorinaria , hipertiroid dan
hipotiroid, hirsutisme, infeksi bakteri dan virus (ex:
toksoplasma),tumor hipofisis atau prolaktinomia, riwayat penyakit
menular sekual, riwayat kista

Pria : Terpejan benda-benda yang membahayakan reproduksi (panas,


radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi). Status gizi dan nutrisi
terutama kekurangan protein dan dan vitamin tertentu, riwayat infeksi
genitorurinuria, hipertiroid dan hipotiroid, tumor hipofisis atau
prolaktinomia, trauma ( kecelakaan hingga testis rusak, konsumsi obat
obatan yang mengganggu spermatogenesis, pernah menjalani operasi
yang berefek mengganggu organ reproduksi (contoh: operasi prostat,
opersi tumor saluran kemih), riwayat vasektomi.

3.1.3. Riwayat Kehatan Sekarang

Wanita : Endometriosis dan endometritis, vaginamus ( kejang pada


otot vagina), gangguan ovulasi, abnormalitas tuba falopi,ovarium,
uterus dan sevik, autoimun.

19
Pria : Disfungsi ereksi berat, ejakulasi retrograt, hypo/epispadia,
mikropenis, adesensus testis( kelainan jumlah, bentuk dan motalitas
sperma), saluran sperma yang tersumbat, hernia scotalis ( hernia berat
hingga ke kantong testis), varikhokel ( varises pembuluh balik darah
testis), abnormalitas cairan semen.

3.1.4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Memiliki riwayat saudara /keluarga dengan aberasi genetic

3.1.5. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan wanita

1. Pemeriksaan vagina

Masalah vagina yang dapat menghambat penyimpanan air mani


kedalam vagina sekitar servis ialah adanya sumbatan atau
peradangan. Sumbatan psikogen disebut vagunumus atau
disparenia, sedangkan sumbatan anatomik dapat karena bawaan
atau peroehan.

2. Pemeriksaan leher rahim

Pemeriksaan standart leher rahim yang dikenal sebgai PAP smear


(smear test) ini perlu dilakukan 3-5 tahun sekali pada setiap
wanita dewasa dengan kehidupan seks yang aktif. Vagina dibuka
dengan spekulum dan contoh sel permukaan leher rahim diambil
dengan spatula, lalu dibawa ke lab untuk dianalisa, jangan
melakukan hubungan seksual, Douche atau menggunakan produk
pembersih vagina selama 24 jam setelah PAP smear.

20
b. Pemeriksaan Pria

1. Mengamati fisik

Dalam kesempatan pemeriksaan fisik dilihat penyebaran


rambut dan lemak yang tidak rata, atau konsistensi testis, bisa
menjadi tanda akibat keseimbangan hormonal,kelainan fisik lain
dari alat reproduksi pria yang perlu diperiksa adalah
kemungkinan adanya parut atau varises pada skrotum yang dapat
mempengaruhi jumlah dan kemampuan bergerak atau mobilitas
sperma. Salah satu testis tidak turun ( proptor kismus) berarti
memperkecil kemampuan reproduksi sperma.

2. Penampungan air mani.

Air mani ditampung dengan jalan mansturbasi langsung ke


dalam botol / gelas yang bermulut lebar / gelas minum, Setelah
abstensi 3-5 hari.sebaiknya penampungan dilakukan dirumah
kemudian dibawa ke laboratorium dalan 2 jam setelah
dikeluarkan.

21
3.2. Diagnosa keperawatan

1. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang hasil akhir proses


diagnostic.
2. Gangguang konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan
gangguan fertilitas.
3. Gangguan konsep diri : gangguan citra diri berhubungan dengan
perubahan struktur anatomis dan fungsional organ reproduksi.
4. Resiko tinggi terhadap kerusakan koping individu atau keluarga
berhubungan dengan metode yang digunakan dalam infestigasi
gangguan fertilitas.
5. Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan terapi untuk
menangani infertilitas, alternative untuk terapi.
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan harapan tidak
terpenuhi untuk hamil.
7. Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk.
8. Nyeri akut berhubungan dengan efek tes diagnostic.
9. Efek tes diagnostic ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang
control terhadap prognosis.
10. Resiko tinggi isolasi berhubungan dengan kerusakan fertilitas,
infestigasinya, dan penatalaksanaannya.

22
3.3. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang hasil akhir proses


diagnostic.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam


diharapkan ansietas klien berkurang.

Kriteria Hasil :

a. Klien mamapu menungkapkan tentang infertilitas dan


bagaimana treatmentnya.
b. Klien memeperlihatkan adanya peningkatan kontrol diri terhadap
diagnosa infertile.
c. Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile.

Intervensi Rasional
a. Jelaskan tujuan Test dan Proesdur a. Menurunkan cemas dan takut
pemeriksaan fisik. terhadap diagnosis dan prognosis.
b. Tingkatkan expresi perasaan dan b. Biarkan pasien /orang terdekat
takut. Contoh: menolak, depresi, mengetahui ini sebagai reaksi yang
dan marah. normal.Perasaan tidak
diekspresikan dapat menimbulkan
kekacauan internal dan efek
gambaran diri.
c. Anjurkan keluarga untuk c. Agar klien tidak lebih terpuruk,
menganggap pasien seperti meyakinkan bahwa peran dalam
biasanya. keluarga dan kerja tidak berubah.
d. Kolaborasi dengan tim medis: d. Mungkin diperlukan untuk
Berikan sedative, tranquilizer membantu pasien rileks sampai
sesuai indikasi. secara fisik mampu untuk
membuat strategi koping adekuat.

23
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan
gangguan fertilitas.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam


diharapkan pasien mengalami perubahan harga diri.

Kriteria Hasil :

a. Pasien mampu mengekspresikan perasaan akibat mengalami


infertilitas.
b. Terjalin kontak mata saat berkomunikasi
c. Pasien mamu mengidentifikasi aspek positif diri.

Intervensi Rasional
a. Tanyakan nama panggilan pasien. a. Menunjukkan kesopan santunan
atau penghargaan dan pengakuan
personal.
b. Identifikasi oraang terdekat pasien. b. Memungkinkan privasi untuk
hubungan personal pasien dan
dapat memberikan dukungan pada
pasien.
c. Dengarkan dengan aktif masalah c. Membantu pasien ke orang
dan ketakutan pasien. terdekat untuk memulai menerima
perubahan dan mengurangi
ansietas mengenai perubahan
fungsi atau gaya hidup.
d. Diskusikan pandangan pasien d. Persepsi pasien mengenai
terhadap citra diri dan efek yang perubahan pada citra diri mungkin
ditimbulkan dari penyakit atau terjadi secara tiba-tiba atau
kondisi. kemudian.

24
3. Nyeri Akut Berhubungan dengan Tes Diasnoctic.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 x 24 jam


diharapkan nyeri klien berkurang

Kriteria Hasil :

a. Diharapkan ekspresi terlihat tenang.


b. TTV pasien dalam batas normal.
c. Skala nyeri 0-3
d. Klien mampu menggunakan teknik distraksi dan relaksasi.

Intervensi Rasional
a. Observasi nyeri yang dirasakan a. Untuk mengetahui seberapa besar
pasien (P,Q,R,S,T). dan penyebab nyeri yang dirasakan
pasien sehingga tepat dalam
pemberian intervensi selanjutnya.
b. Jelaskan penyebab nyeri. b. Agar klien mengetahui penyebab
nyeri dan mengurangi ansietas
yang diraasakan pasien.
c. Ajarkan tindakan relaksasi dan c. Teknik relaksasi dan distraksi
distraksi. dapat mengurangi nyeri yang
dirasakan klien.
d. Kolaborasi dengan tim medis d. Obat analgetik dapat membantu
untuk pemberian obat analgetik mengurangi nyeri yang dirasakan
klien.

25
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan.

Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki


keturunan dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama
secara teratur 2-3 x / minggu, tanpa mamakai metode pencegahan selama 1 tahun
(Anggrek Idea : 2007).

Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai


kehamilan setalah melakukan hubungan seksual tanpa pelindung. Infertilitas dapat
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder.

Penyebab infertile bukan semata-mata terjadi pada wanita saja. Hasil


penelitian membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian
infertil, istri 40-55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%.

Umumnya pada wanita yang mengalami infertile memiliki tanda dan


gejala seperti kelainan system endokrin, hipomenore dan amenore, sedangkan
pada lelaki memiliki tanda dan gejala seperti disfungsi ereksi berat, ejakulasi
retrograt, dan hipo atau epispadia.

Untuk mencegah infertile dapat dilakukan dengan cara melakukan gaya


hidup yang sehat, cek kondisi medis secara periodicsetahun sekali, pelajari tubuh
dan siklus reproduksi.

Penanganan pasangan mandul atau kurang subur merupakan masalah


medis yang kompleks dan menyangkut beberapa displin ilmu kedokteran,
sehingga memerlukan kosultasi dan pemeriksaan yang kompleks pula. Penilaian
yang cermat harus dapat mengenali kemungkinan penyebab 85%-90% kasus
infertilitas.

26

Anda mungkin juga menyukai