Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SOLUSIO PLASENTA

Dosen Pembimbing:

Ns.Nurlinawati,S.kep,M.kep

Disusun oleh :

NADIA RIFELDA (G1B119065)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN AJARAN 2021


KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr. Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Satuan Acara Penyuluhan ini yang berjudul ”Solusio
Plasenta.”
Satuan Acara Penyuluhan ini disusun untuk memenuhi tugas pada Blok Maternitas 2.
Saya sangat menyadari dalam penyusunan dan penulisan tugas Satuan acara penyuluhan ini
masih ada banyak sekali kekurangan, oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun untuk perbaikan dan memperluas wawasan penulis.
Semoga penyuluhan ini dapat member tambahan ilmu bagi saya pada khususnya dan
juga untuk peserta penyuluhan.
WassalamualaikumWr. Wb

Jambi, 04 Februari 2021

Penulis
SATUAN ACARA PENYULUHAN

MENGENAL SOLUSIO PLASENTA PADA IBU HAMIL

Pokok Bahasan : Solusio plasenta pada ibu hamil


Sub Pokok Bahasan : Definisi, etiologi, manifestasi klinik, pencegahan,penanganan
Sasaran : Ibu Hamil di Puskesmas Gula Batu

I. Latar Belakang
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus berat
didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskular menahun, 15,5% disertai pula
oleh pre eklampsia. Faktor lain diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya solusio
plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia ibu.
Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit menegakkan
diagnosisnya dengan cepat. Dari kasus solusio plasenta didiagnosis dengan persalinan
prematur idopatik, sampai kemudian terjadi gawat janin, perdrhan hebat, kontraksi uterus
yang hebat, hipertomi uterus yang menetap. Gejala-gejla ini dapat ditemukan sebagai
gejala tunggal tetapi lebih sering berupa gejala kombinasi.
Solusio plasenta merupakan penyakit kehamilan yang relatif umum dan dapat secara
serius membahayakan keadaan ibu. Seorang ibu yang pernah mengalami solusio plasenta,
mempunyai resiko yang lebih tinggi mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya.
Solusio plasenta juga cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan mortabilitas pada
janin dan bayi baru lahir
II. Tujuan Umum
Setelah dilakukannya penyuluhan mengenai solusio plasenta pada ibu hamil.
Peserta penyuluhan dapat mengerti dan memahami mengenai solusio plasenta

III. Tujuan Khusus


Setelah dilakukannya penyuluhan mengenai solusio plasenta pada ibu hamil.
Peserta penyuluhan dapat mengerti dan memahami mengenai Definisi, etiologi,
manifestasi klinik, pencegahan, penanganan

IV. Pengorganisasian
a. Hari/Tanggal, Tempat dan Waktu
Hari /Tanggal : Senin, 8 Februari 2021
Tempat : Puskesmas Gula Batu
Waktu : 09.00-09.30

b. Metode dan Media


Metode : Ceramah dan diskusi
Media : ppt
c. Tim Pelaksana
Penyuluh : Nadia rifelda

V. Tugas dan Fungsi Tim Pelaksana


a. Penyuluh
Uraian tugas:
1. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang
mudah dipahami oleh peserta.
2. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyuluhan.
3. Menjawab pertanyaan peserta.

VI. Setting Tempat

Audience

Keterangan :
P : Penyuluh
Audience : Peserta (Ibu hamil)
VII. Kegiatan Penyuuhan
No Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran Waktu
1. Pembukaan 5 Menit
a. Memberisalam a. Menjawab salam
b. Memperkenalkandiri b. Menyimak
c. Menyampaikanpokokbahasa c. Menyimak
n
d. Menyampaikantujuan d. Menyimak
e. Kontrak Waktu e. Menyimak
2. Penyampaian Materi 15 Menit
a. Menggali pengetahuan a. Menjawab
peserta mengenai solusio
plasenta
b. Menjelaskan kepada b. Menyimak
peserta mengenai Definisi
solusio plasenta
c. Menggali pengetahuan c. Menjawab
peserta mengenai etiologi
solusio plasenta
d. Menjelaskan kepada d. Menyimak
peserta mengenai etiologi
solusio plasenta
e. Menggali pengetahuan e. Menjawab
peserta mengenai
manifestasi klinik solusio
plasenta
f. Menjelaskan kepada f. Menyimak
peserta mengenai
manifestasi klinik solusio
plasenta
g. Menggali pengetahuan g. Menjawab
peserta mengenai
pencegahan solusio
plasenta
h. Menjelaskan kepada h. Menyimak
peserta mengenai
pencegahan solusio
plasenta
i. Menggali pengetahuan i. Menjawab
peserta mengenai
penanganan solusio
plasenta
j. Menjelaskan kepada j. Menyimak
peserta mengenai
penanganan solusio
plasenta

3. Evaluasi 5 Menit
a. Menanyakan kepada klien a. Mendengarkan
tentang materi yang telah
diberikan dan memberikan
reinforcement kepada klien
jika dapat menjawab
pertanyaan
b. Menyimpulkan materi
penyuluhan b. Menjawab salam
4. Penutup 5 Menit
a. Mengucapkan terimakasih a. Mendengarkan
atas kesedian sasaran
mengikuti kegiatan
penyuluhan.
b. Mengucapkan terimakasih b. Mendengarkan
atas peran serta perhatian
klien
c. Meminta maaf terhadap c. Mendengarkan
kekurangan dan kesalahan
d. Mengucapkan salam penutup d. Menjawab salam

VIII. Evaluasi
1. Struktur :
a. Media yang digunakan dalam acara penyuluhan semuanya lengkap.
b. Materi disiapkan dalam bentuk makalah dan dibuat dalam laetflat serta
disajikan dengan slide agar penyampaian kepada sasaran agar lebih mudah
dipahami.

2. Prosespenyuluhan :
a. Penyuluhan kesehatan tentang solusio plasenta pada ibu hamil berjalan
dengan baik, dan peserta penyuluhan dapat memahami penyuluhan yang
diberikan.
b. Selama proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi

3. Hasilpenyuluhan
60 % dari seluruh Peserta penyuluhan dapat memahami dari apa yang
disampaikan dan mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyuluh.
MATERI PENYULUHAN

SOLUSIO PLASENTA

1. PENGERTIAN
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagai atau seluruh permukaan maternal plasenta
dari tempat implantasinya yang normal pada sebelum waktunya yakni antara minggu
20 dan lahirnya anak. Plasenta secara normal terlepas setelah bayi lahir
2. ETIOLOGI
Sebab primer dari solusi plasenta tidak di ketahui, tetapi terdapat beberapa keadaan
patologik yang terlihat lebih sering bersama dengan atau menyertai solusio plasenta
dan dianggap sebagai faktor resiko, sebagai berikut
a) Meningkatnya usia dan paritas
b) Preeklamsia
c) Hipertensi kronik
d) Ketuban pecah dini
e) Kehamilan ganda
f) Hidroamnion
g) Wanita perokok
h) Trombofilia
i) Penggunaan kokain
j) Riwayat solusio plasenta
k) Mioma dibelakang plasenta
l) Trauma abdomen dalam kehamilan
3. MANIFESTASI KLINIK
a. Kelas 0 : asimptomatik
Diagnosis ditegakkan secara retrospektif dengan menemukan hematoma atau
daerah yang mengalami pendesakan pada plasenta. Rupture sinus marginal
juga dimasukkan dalam kategori ini
b. Kelas 1 :gejala klinis ringan dan terdapat hampir 48% kasus
Solusio plasenta ringan yaitu : rupture sinus marginalis atau terlepasnya
sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak, sama sekali tidak
mempengaruhi keadaan ibu dan janinnya
Gejala : pendarahan pervaginaan yang berwarna kehitam-hitaman dan sedikit
bahkan tidak ada, perut terasa agak sakit terus-menerus agak tegang, tekanan
darah dan denyut jantung maternal normal, tidak ada koagulopati , dan tidak di
temukan tanda-tanda fetal distress
c. Kelas 2 : gejala klinik sedangg dan terdapat hampir 27% kasus
Solusio plasenta sedang dalam hal ini plasenta telah lebih dari seperempatnya
tetapi belum sampai dua pertiga luas permukaannya
Gejala : perdarahan pervaginaan yang berwarna kehitam-hitaman,perut
mendadak sakit terus menerus dan tidak lama kemudian disusul dengan
perdarahaan pervaginaan walaupun tampak sedikit tapi kemungkinan lebih
banyak perdarahan didalam, di dinding uterus teraba terus menerus dan nyeri
tekan sehingga bagian bagian janin sulit diraba, apabila janin masih hidup
bunyi jantung sukar di dengar dengan stetoskop biasa harus dengan stestoskop
ultrasonic, terdapat fetal distress, dan hipofibrinogenemi (150-250% mg/dl)
d. Kelas 3 : gejala berat dan terdapat hampir 24% kasus
Solusio plasenta berat, plasenta lebih dari dua pertiga permukaannya
terjadinya sangat tiba-tiba biasanya ibu masuk syok dan janinnya telah
meninggal
Gejala : ibu telah masuk dalam keadaan syok,dan kemungkinan janin telah
meninggal, uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri,perdarahan
pervaginaan tampaknya tidak sesuai dengan keadaan syok ibu, perdarahan
pervaginaan mungkin belum sempat terjadi besar kemungkinan telah terjadi
kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal, hipofibrinogenemi (<150
mg/dl)
4. PENCEGAHAN
a) Hindari minuman beralkohol, merokok, atau penggunaan obat-obatan
narkotika dan psikotropika selama kehamilan
b) Pemeriksaan kehamilan ke dokter atau bidan sejak awal diketahui adanya
kehamilan dan secara teratur selama kehamilan
c) Mengenal dan mengatasi adanya masalah kesehatan pada ibu hamil seperti
diabetes dan tekanan darah tinggi dapat menurunkan resiko terjadinya solusio
plasenta
5. PENANGANAN
a. Solusio plasenta ringan
Apabila kehamilan kurangdari 36 minggu dan perdarahan kemudian berhenti,
perut tidak menjadi nyeri, dna uterus tidak tegang,maka penderita harus
dioberservasi dengan ketat.apabila perdarahan berlangsung terus dan gejala
solusio plasenta bertambah jelas atau dengan pemeriksaan USG daerah solusio
plasenta bertambah luas maka dilakukan terminasi kehamilan
b. Solusio plasenta sedang dan berat
Dilakukan perbaikan keadaan umum terlebih dahulu dengan resusitasi cairan
dan trafusi darah. Bila janin ibu masih hidup biasanya dalam keadaan gawat
janin, dilakukan seksio sesarea, kecuali bila pembukaan telah lengkap. Pada
keadaan ini dilakukan amniotomi drip oksitosin, dan bayi dilahirkan dengan
ekstraksi forcep. Apabila janin telah mati dilakukan persalinan pervaginaan
dengan cara melakukan amniotomi, dripoksitosin. Bila bayi belum lahir dalam
waktu 6 jam, dilakukan tindakan seksio sesarea
c. Sectio caesarea
Pelahiran secara cepat janin yang hidup tetapi mengalami gawat janin hampir
selalu berarti selalu berarti seksio sesarea. Kayani dkk (2003) meneliti
hubungan antara cepatnya persalinan dan prognosis janinnya pada 33 wanita
hamil dengan gejala klinis berupa solusio plasenta dan bradikardi janin. 22
bayi secara neurologis dapat selamat, 15 bayi dilahirkan dalam waktu 20 menit
setelah keputusan akan dilakukan operasi. 11 bayi meninggal atau berkembang
menjadi cerebral palsy 8 bayi dilahirkan di bawah 20 menit setelah
pertimbangan waktu, sehingga cepatnya respons adalah faktor yang penting
bagi prognosis bayi kedepannya. Seksio sesarea pada saat ini besar
kemungkinan dapat membahayakan ibu karena mengalami hipovolemia berat
dan koagulopati konsumtif yang parah
d. Persalinan pervaginaan
Apabila terlepasnya plasenta sedemikian parah sehingga menyebabkan janin
meninggal,lebih dianjurkan persalinan pervaginaan kecuali apabila
perdarahannya sedemikian deras sehingga tidak dapat diatasi bahkan dengan
penggatian darah secara agresif, atau terdapat penyulit obseteri yang
menghambat persalinan pervaginaan defek koagulasi berat kemungkinan besar
dapat menimbulkan kesulitan pada seksio sesarea. Insisi abdomen dan uterus
rentan terhadap perdarahan hebat apabila kogulasi terganggu. Dengan
demikian, pada persalinan pervaginaan, stimulasi miometrium secara
farmakologis atau dengan massage uterus akan menyebabkan pembuluh-
pembuluh darah berkontraksi sehingga perdarahan serius dapat dihindari
walaupun defek koagulasinya masih ada. Lebih lanjut perdarahan yyang
ssudah terjadi akaan dikeluarkan melalui vagina
e. Amniotomi
Pemecahan selaput ketuban sedini mungkin telah lama dianggap penting
dalam penatalaksanaan solusio plaasenta. Alasan dilakukannya amniotomi ini
adalah bahwa keluarnya cairan amniondapat mengurangi perdarahan dari
tempat implantasi dan mengurangi masuknya tromboplastin dan mungkin
faktor-faktor pembekuan aktif dari bekuan retroplasenta ke dalam sirkulasi
ibu. Namun, tidak ada bukti keduanya tercapai dengan amniotomi. Apabila
janin sudah cukup matur, pemecahan selaput ketuban dengan mempercepat
persalinan. Apabila janin imatur, ketuban yang utuh mungkin lebih efisien
untuk mendorong pembekuan serviks daripada tekanan yang ditimbulkan
bagian tubuh janin yang berukuran kecil dan kurang menekan serviks
f. Okstosin
Walaupun pada sebagian besar kasus solusio plasenta berat terjadi
hipertonisitas yang mencirikan miometrium, apabila tidak terjadi kontraksi
uterus yang retmik, pasien diberi oksitosin dengan dosis standar. Stimulasi
uterus untuk menimbulkan persalinan pervaginaan memberikan manfaat yang
lebih besar daripada resiko yang didapat. Pemakaian oksitosin pertnah
dipertanyakan berdasarkan anggapan bahwa tindakan ini dapat meningkatkan
masuknya tromboplastin ke dalam sirkulasi ibu sehingga memacu atau
memperparah kaogulopati konsumtif atau sindroma emboli cairan amnion
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, saarwono. 2008. Perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan;bagian


ketiga : patologi kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir ( masalah ibu ) ; dalam :
ilmu kebidanan, edisi ke-4. Jakarta :penerbit P.T bina pustaka sarwono prawirohardjo. H.
492-513

Sulaiman sastrawinata. 1985 obstetri fisiologi. Bandung : elemen hal 102-122

Suyono, lulu, gita, harum, endang 2007 hubungan antara umur ibu hamil dengan frekuensi
solusio plasenta di RSUD Dr. Moewardi surakarta ; dalam : cermin dunia kedokteran vol. 34
no. 5 h233-238

Anda mungkin juga menyukai