DI SUSUN OLEH :
Nadia Rifelda G1B223055
PEMBIMBING LAPANGAN :
Neliwati, SST
Rita Marsaulina, SST, Bdn
2. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,
pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
a. Teori Penurunan
Hormone 1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesteronedan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –
otot polos rahimdan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bilaprogesterone turun.
b. Teori Placenta Menjadi Tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-
ototrahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
d. Teori Iritasi Mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss).
Bilaganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan
timbul kontraksi uterus.
e. Induksi Partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
franken hauser,amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu
pemberian oksitosi nmenurut tetesan perinfus.
3. Patofisiologi
Untuk melakukan persalinan normal pada kala II, ada 58 langkah asuhan
persalinan normal (APN) menurut Maharani (2017) sebagai berikut:
a. Lihat Tanda Gejala Kala II
Amati tanda dan gejala persalinan kala dua: Ibu mempunyai keinginan
untuk meneran, Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada
rektum dan atau vaginanya, perenium menonjol, vulva dan sfingter anal
membuka.
b. Siapkan Pertolongan Persalinan
1) Pastikan perlengkapan, bahan dan obat – obatan esensial siap
digunakan.
2) Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik
steril sekali pakai dalam partus set
3) Kenakan baju penutup atau clemek plastik yang bersih.
4) Lepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku. Mencuci kedua
tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan
dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
5) Pakai sarung tangan desinfektan tingkat tinggi. Memakai sarung
tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6) Hisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (dengan memakai
sarung tangan DTT atau steril) dan meletakkannya kembali dipartus
set/ wadah DTT atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik.
c. Pastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
1) Bersihkan vulva dan perenium, menyeka dengan hati – hati dari depan
kebelakang dengan menggunakan kapas atau kassa yang sudah
dibasahi dengan air DTT. Jika mulut vagina, perenium, atau anus
terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama
dengan menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kassa
yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung
tangan jika terkontaminasi.
2) Dengan menggunakan tehnik antiseptik, melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan bahwa pembukaan servik sudah lengkap.
Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah
lengkap lakukan amniotomi.
3) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5 % dan
kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya
didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
4) Periksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa denyut jantung janin dalam batas normal (120-160
kali/menit)
d. Siapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran
1) Beritahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
2) Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya,
menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran,
melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin
sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan
dalam partograf, menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana
dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat mulai
meneran.
3) Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
4) Lakukan pimpinan saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran.
5) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
e. Persiapan pertolongan kelahiran bayi
1) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
letakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
2) Letakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu.
3) Buka partus set.
4) Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
f. Menolong kelahiran bayi
Lahirnya kepala
1) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan
yang lain dikepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak
menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-
lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas
cepat saat kepala lahir.
2) Periksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal
itu terjadi dan kemudian meneruskan segera proses proses kelahiran
bayi.
3) Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan
Lahirnya bahu
1) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan
di masing masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran
saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya kearah bawah
dan keluar hingga bahu anterior muncul dibawah arkuspubis dan
kemudian dengan lembut menarik kearah atas dan kearah luar untuk
melahirkan bahu posterior
Lahirnya badan dan tungkai
1) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi
yang berada dibagian bawah kearah perineum tangan, membiarkan
bahu dan lengan posterior lahir ketangan tersebut. Mengendalikan
kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan
lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku
dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
2) Setelah tubuh dan tangan lahir, menelusurkan tangan yang ada diatas
dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung
dan kaki. Memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati-hati
membantu kelahiran bayi.
Penanganan bayi baru lahir
1) Lakukan penilaian sepintas : Apakah menangis kuat dan atau bernafas
tanpa kesulitan?, apakah bayi bergerak dengan aktif ?
2) Letakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih
rendah dari tubuhnya.Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan
bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks. Ganti handuk basah dengan handuk kering, biarkan bayi pada
perut ibu.
3) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus.
4) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin.
5) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit
IM di 1/3 bagian paha atas lateral ibu.
6) Setelah 2 menit paska persalinan jepit tali pusat ± 3 cm dari pusat bayi,
mendorong isi tali pusat kearah distal dan jepit kembali tali pusat 2 cm
dari klem pertama.
7) Pemotongan dan Pengikatan Tali Pusat.
a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara dua
klem tersebut
b) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
c) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
8) Letakkan Bayi Agar Ada Kontak Kulit Ibu ke Kulit Bayi Letakkan
bayi tengkurap di dada ibu, luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel didada atau perut ibu.Usahakan kepala bayi berada diantara
ibu dengan posisi lebih rendah dari putting payudara ibu.
9) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala
bayi.
Pengeluaran Plasenta
1) Lakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta
terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil penolong menarik tali
pusat kearah bawah dan kemudian kearah atas, mengikuti kurve jalan
lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus
2) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan dan dengan hati-hati
memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut dan
perlahan melahirkan selaput ketuban tsb.
Masase Uterus
Segera setelah lahir dan selaput ketuban lahir lakukan masase uterus,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi.
Menilai Perdarahan
1) Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin
dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban utuh.
Meletakkan plasenta di dalam tempatnya.
2) Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
Evaluasi
1) Lakukan pemantauan kontraksi dan mencegah pendarahan
pervaginam.
2) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
3) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
4) Periksa nadi dan kandung kemih ibu setiap 15 menit pada selama 1
jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pasca persalinan.
5) Periksa kembali bayi untuk memastikan bayi bernafas dengan baik dan
suhu tubuh normal.
Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari
kehamilan 37- 42 mingguatau 294 hari dan berat badan lahir 2500 gram
sampai dengan 4000 gram, bayi baru lahir (newborn atau neonatus) adalah
bayi yang baru di lahirkan sampai dengan usia empat minggu (Deasy, kk.,
2020).
Ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah lahir aterm antara 37-42
minggu, berat badan 2500-4000 gram, panjang lahir 48-52 cm. lingkar
dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm, lingkar lengan 11-12 cm,
frekuensi denyut jantung 120- 160 kali permenit, kulit kemerah-merahan
dan licin karena jaringan subkutan yang cukup, rambut lanugo tidak
terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku agak panjang
dan lemas, nilai Appearance Pulse Grimace Activity Respiration
(APGAR) >7, gerakan aktif, bayi langsung menangis kuat, genetalia pada
laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan
penis yang berlubang sedangkan genetalia pada perempuan kematangan
ditandai dengan labia mayora menutupi labia minora, refleks rooting susu
terbentuk dengan baik, refleks sucking sudah terbentuk dengan baik
(Armini, 2017).
C. Klasifikasi
Bayi baru lahir dibagi dalam beberapa klasifikasi menurut (Ni Wayan,
2021). yaitu :
D. Anatomi Fisiologi
1. Sistem Pernafasan
Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir adalah ketika harus
mengatasi resistensi paru pada saat pernapasan yang pertama kali.Pada
umur kehamilan 34-36 minggu struktur paru-paru matang, artinya
paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem alveoli.Selama dalam
uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta.Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru
bayi (Rahardjo dan Marmi, 2015).
F. Etiologi
1. Bb 2500 – 4000 gr
2. Pb lahir 48 – 52 cm
3. Lingkar dada 30 – 38 cm
4. Lingkar kepala 33 – 35 cm
5. Bunyi jantung dalam menit – menit pertama kira – kira 180x/menit,
kemudian menurun
6. Sampai 120x/menit atau 140x/menit
7. Pernafasan pada menit – menit pertama cepat kira – kira 180x/menit,
kemudian menurun setelah tenang kira – kira 40x/menit
8. kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
terbentuk dan diliputi
9. Vernic caseosa
10. Rambut lanugo setelah tidak terlihat,rambut kepala biasanya telah
sempurna
11. Kuku agak panjang dan lemah
12. Genitalia labia mayora telah menutup, labia minora ( pada perempuan )
testis sudah turun ( pada anak laki – laki )
13. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
14. Reflek moro sudah baik, apabila bayi dikagetkan akan memperlihatkan
gerakan seperti
15. Memeluk
16. Gerak reflek sudah baik, apabila diletakan sesuatu benda diatas telapak
tangan bayi akan
17. Menggenggam atau adanya gerakan reflek
18. Eliminasi baik. Urine dan meconium akan keluar dalam 24 jam
pertama. Meconium berwarna kuning kecoklatan.
H. Komplikasi
1. Sebore
2. Ruam
3. Moniliasis
4. Ikterus fisiologi
5. Gangguan sistem saraf pusat : koma, menurunnya reflex mata
6. Kardiovaskular : penurunan tekanan darah secara berangsur
7. Pernafasan : Menurunnya konsumsi oksigen
8. Saraf dan otot : tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer
I. Patofisiologi
Adaptasi fisiologis
Baru lahir terjadi perubahan fungsi organ yang meliputi :
1. Sistem pernafasan
Masa alveoli akan kolaps dan paru- paru kaku. Pernafasan pada
neonatus biasanya pernafasan diafragma dan abnominal. Sedangkan
respirasi setelah beberapa saat kelahiran yaitu 30 -60 x/menit.
2. Jantung dan sirkulasi darah
Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat.
Dengan demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru
mengecil dan darah mengalir ke paru-paru. Dengan demikian duktus
botali tidak berfungsi lagi, foramen ovale akan tertutup. Penutupan
foramen ovale terjadi karena pemotongan tali pusat
3. Saluran pencernaan
Mekonium merupakan tinja pertama yang biasanya dikeluarkan dalam
24 jam pertama.
4. Hepar
Fungsi hepar janin dalam kandungan setelah lahir dalam keadaan
imatur (belum matang). Hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan
hepar untuk menindakan bekas penghancuran darah dari peredaran
darah. Enzim hepar belum aktif benar pada neonatus, misalnya enzim
UDPGT (Urin Difosfat Glukoronide Transferase) dan enzim GGFD
(Glukosa 6 Fosfat Dehidrigerase) yang berfungsi dalam sintesis
bilirubin sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala
ikterus fisiologis
5. Metabolisme
Pada jam -jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme
lemak sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120 mg/100 ml.
6. Produksi panas
Pada neonatus yang mengalami hipotermi, bayi mengadakan
penyesuaian suhu terutama dengan NST (Non Sheviring
Thermogenesis) yaitu dengan pembakaran "brown fat" (lemak coklat)
yang memberikan lebih banyak energi daripada lemak biasa.
7. Kelenjar endokrin
Kelenjar tiroid yang sudah terbentuk sempurna sewaktu lahir dan
mulai berfungsi sejak beberapa bulan sebelum akhir.
8. Keseimbangan air dan ginjal
Tubuh bayi mengandung banyak air dan kadar natrium relatif lebih
besar daripada kalium
9. Susunan saraf
Gerakan menelan pada janin, sehingga janin yang dilahirkan diatas 32
Minggu dapat hirup diluar kandungan. Pada kehamilan 7 bulan maka
janin amat sensitif terhadap cahaya
10. Imunologi
Bayi yang menyusui mendapat kekebalan pasif dari kolostrum dan asi
11. Sistem integumen
12. Sistem hematopoiesis
13. Sistem skeletal
Saat baru lahir tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki. Ekstremitas
harus simetris, terdapat kuku jari tangan dan kaki, garis-garis yg
telapak tangan dan sudah terlihat pada bayi cukup bulan. (Armini,
2017).
J. Pathway
Persalinan
Bayi baru lahir
Fungsi organ belum baik
Risiko
Risiko Peningkatan Menyusui
hipotermia
Pemaparan metabolise tubuh
infeksi D.0140suhu
dengan tidak efektif
luar D.0029
Peningkatan
kebutuhan O2
Bersihan jalan
nafas tidak
efektif D.0001
K. Pemeriksaan Penunjang
L. Penatalaksanaan Medis
a) Aktivitas
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama. Bayi tampak
semi-koma,saat tidur dalam meringis atau tersenyum adalah bukti
tidur dengan gerakan mata cepat (REM) tidur sehari rata-rata 20
jam.
b) Sirkulasi
Rata-rata nadi apical dpm, meningkat sampai 120 dpm pada jam
setelah kelahiran). Nadi perifer mungkin melemah,murmur jantung
sering ada selama periode transisi, TD berentang dari mmHg
(sistolik)/40-45 mmHg (diastolik) Tali pusat diklem dengan aman
tanpa rembesan darah,menunjukan tanda-tanda pengeringan dalam
1-2 jam kelahiran mengerut dan menghitam pada hari ke 2 atau ke
3.
c) Eliminasi
e) Pernapasan
f) Seksualitas
Genitalia wanita : Labia vagina agak kemerahan atau edema,tanda
vagina/hymen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma)atau
rabas berdarah sedikit (pseudo menstruasi) mungkin ada.
2. Analisa data
Indrayani, T., & Fatimah, S. K. (2018). Hubungan Pengetahuan Ibu, Sikap Ibu
Dan Media Informasi Dalam pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari
Pada bayi baru lahir di BPM Hj. Darmis syaiful Jakarta Timur. Dinamika
Kesehatan: Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 9(1), 195-204.
https://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id/index.php/dksm/article/
Lissauer. (2013). Perawatan tali pusat kering pada bayi.
http:Kesehatan RI/2013/12/ infeksi-tali-pusat.html.
Manuaba, I.B.G. 2012, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Mega Cahyani, P. N. L. S., Yuni Gumala, S. K. M., Made, N., Suarjana, S. K. M.,
& Made, I. (2020). Hubungan Konsumsi PUFA Dengan Status Gizi Dan
Lingkar Kepala Bayi Baru Lahir Di Klinik Bersalin Yayasan Bumi
Sehat (Doctoral dissertation, Jurusan Gizi).
Ni Wayan Metriani, N. W. (2021). Gambaran Kejadian Infeksi Bayi Baru Lahir
Di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota
Denpasar Tahun 2020 (Doctoral dissertation, Jurusan Kebidanan 2021).
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi
dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi
dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Rahardjo, K., Marmi. 2015. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Walyani ES dan Purwoastuti E. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan
Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Andarmoyo, Sulistyo. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri,
Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI. PPNI,
T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Definisi dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
Hafifah. 2011. Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal.
Dimuatdalamhttp:///D:/MATERNITY%20NURSING/LP%20PERSALIN
AN/laporan-pendahuluan-pada-pasien-dengan.html (Diakses tanggal 07
November 2021)
Harini, R. & Fitri. (2018). Persalinan Kala 1 Fase Aktif pada Ibu Primigravida
(Counterpressure and Its Effect towards Labor Pain during 1st Active
Phase in Primigravida Mother ), 5(1), 29–33.
Herdman, T.H. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: definitions
and classification 2018-2020. Jakarta: EGC.
Indah, & Firdayanti. (2019). Manajemen Asuhan Kebidanan. Jurnal
MIDWIFERY, 1
Mitayani. (2013). Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta : SalembaMedika.
Nadia & Endarti, A. T. (2016). Pengaruh Massage Counterpressure terhadap
Adaptasi Nyeri Persalinan Kala 1 dan Kecepatan Pembukaan Pada Ibu
Bersalin,7–13.
Sari, E.P dan Kurnia. 2015. Asuhan Kebidanan Persalinan (Intranatal Care).
Jakarta: TIM
Saifuddin, Abdul. Bari (ed). 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal. Jakarta: YBPSP.