Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KUNJUNGAN ANTENATAL


CARE (ANC) DI RUANG KIA PUSKESMAS KEDIRI

OLEH :

M. ABDUL HAMID ZUBAIR


NIM:059STYJ21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESETAHAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PROFESI NERS TAHAP PROFESI
MATARAM
2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KUNJUNGAN ANTENATAL


CARE (ANC) DI RUANG KIA PUSKESMAS KEDIRI

Waktu Pelaksanaan

1 – 5 November 2021

Laporan pendahuluan dan laporan kasus ini telah diperiksa, disetujui, dan

dievaluasi oleh pembimbing lahan dan pembimbing pendidikan.

Hari :

Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing pendidikan Pembimbing lahan


KONSEP DASAR ANTE NATAL CARE (ANC)

A. Pengertian
Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang berawal dari
terjadinya pertemuan antara sperma dan ovum sehingga akan terbentuk zigot
yang pada akhirnya membentuk janin. Kehamilan terjadi pada saat pertemuan
ovum dan sperma hingga masa di mana janin siap lahir, dalam perhitungan
medis ± 40 minggu (Masriroh, 2013 dalam Pambudi, 2015).
Pelayanan antenatal adalah pelayanan terhadap individu yang bersifat
preventif care untuk mencegah masalah yang kurang baik bagi ibu maupun
janin agar melalui persalinan dengan sehat dan aman, diperlukan kesiapan
fisik dan mental ibu sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan optimal,
karena kesehatan ibu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
janinnya (Winjosastro, 2002 dalam Zubair & dkk, 2018).
B. Tujuan
Secara umum antenatal care bertujuan untuk menjaga agar ibu hamil dapat
melalui masa kehamilan, persalinan, dan nifas dengan baik dan selamat serta
menghasilkan bayi yang sehat. Secara rinci tujuan antenatal care adalah
(Pambudi, 2015):

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan


tumbuh kembang janin
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu.
3. Mengenali dan mengurangi sedini mungkin adanya penyulit/komplikasi
yang dapat muncul selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan persalinan yang aman dengan
trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan dengan normal dan mempersiapkan
ibu agar dapat memberi asi secara eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran janin
agar tumbuh kembang secara normal
7. Mengurangi angka kematian bayi prematur, kelahiran mati dan kematian
neonatal. (Bobak, 2004).

C. Standar Pelayanan Ante Natal


Pelayanan antenatal mengacu pada konsep 7 T yaitu:

1. Timbang badan dan ukur badan, tujuannya adalah untuk mengetahui


sesuai tidaknya berat badan ibu. Pemeriksaan berat badan dilakukan
setiap berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan. Selama triwulan I
berat badan ibu harus naik 0,5 sampai dengan 0,75 kg setiap bulan, pada
triwulan ketiga harus naik 0,25 kg setiap minggunya. Dan pada
trisemester III berat badan ibu harus naik sekitar 0,5 kg setiap
minggunya, atau secara umum berat badan meningkat sekitar 8 kg selama
kehamilan.
2. Ukur tekanan darah. Tujuannya untuk mendeteksi apakah tekanan darah
normal atau tidak. Pemeriksaan ini juga dilakukan pada setiap kunjungan.
Tekanan darah yang tinggi dapat membuat ibu keracunan kehamilan,
baik ringan maupun berat bahkan sampai kejang-kejang. Sementara
tekanan darah yang rendah menyebabkan pusing dan lemah.
3. Skrinin status imunisasi Tetanus Toxoid (TT). Tujuannya untuk
melindungi ibu dan bayi yang dilahirkan nanti dari tetanus neonatorum.
Imunisasi TT diberikan pada kunjungan antenatal I, TT2 deberikan
empat minggu setelah TT1, TT3 diberikan setelah enam bulan TT2, TT4
diberikan 1 Tahun setelah TT3, dan TT5 diberikan setelah setahun TT4.
Dosis pemberian imunisasi TT yaitu 0,5 cc IM pada lengan atas
4. Ukur tinggi fundus uteri. Tujuannya untuk melihat pembesaran rahim,
dilakukan dengan cera meraba perut dari luar, selain itu untuk
mengetahui presentasi janin, serta mengetahui posisi janin dalam rahim.
Pada pemeriksaan ini juga dilakukan pngukuran tinggi puncak rahim
untuk kemudian disesuaikan dengan umur kehamilan. Jika diperoleh
besarnya rahim tidak sesuai dengan umur kehamilan maka direncanakan
pemeriksaan lanjutan.
Ukuran tinggi fundus uteri normal adalah sebagai berikut:
a. 12 Minggu : Tinggi fundus uteri 1 – 2 jari diatas symphysis.
b. 16 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan antara symphysis–
pusat.
c. 20 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah pusat.
d. 24 Minggu : Tinggi fundus uteri setinggi pusat.
e. 28 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari diatas pusat.
f. 32 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan pusat-
Proc.xyphoideus.
g. 36 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah Proc.xyphoideus.
h. 40 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan antara
Proc.xyphoideus-pusat (Mochtar, 1998).

5. Pemberian tablet besi (90 Tablet) selama kehamilan. Pemberian tablet


besi diberikan sesuai dengan kebijakan nasional yang berlaku diseluruh
puskesmas di Indonesia. Pemberian satu  tablet besi sehari sesegera
mungkin setelah rasa mual hilang pada awal kehamilan. Tiap tablet
mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 ug,
minimal 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama kopi
atau teh karena akan mengganggu penyerapan (Saifuddin, 2002).
Sebaiknya tablet besi diminum bersama air putih ataupun air jeruk.
Selain itu perlu diberitahukan juga bahwa ada kemungkinan tinja menjadi
berwarna hitam setelah ibu minum obat ini, hal tersebut adalah normal
(Depkes, 1997).
6. Temu wicara/ pemberian komunikasi interpersonal atau konseling.
Untuk menghindari kesalahan penanganan kehamilan, komunikasi
dengan suami dan keluarga diperlukan guna mempersiapkan rujukan
nantinya. Dengan manajemen rujukan yang benar, cepat, dan tepat maka
ibu dan janin akan memperoleh pelayanan persalinan dan kelahiran yang
benar sehingga membantu menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Program ini lebih diutamakan pada tempat pelayanan kesehatan terpencil
dan jauh dari akses transfortasi yang memadai.
7. Test laboratorium sederhana (Hb,Protein, dan Urine) berdasarkan
indikasi (HbsAg, sifilis, HIV, malaria, tuberkulosis paru (TBC) ,
PMS). Wanita  yang sedang hamil merupakan kelompok dengan
risiko tinggi terhadap penyakit menular seksual yang dapat
menimbulkan kematian pada ibu dan janin yang dikandungnya
(Bobak, 2004).

D. Fisiologi Kehamilan
Pelepasan ovum hanya terjadi satu kali setiap bulan, sekitar hari ke-14
pada siklus mentruasi 28 hari. Siklus menstruasi bervariasi pada setiap
individu. Untuk menentukan masa subur dapat digunakan beberapa cara
seperti :
1. Berdasarkan hari mentruasi pertama ditambah 12 dan berlangsung tujuh
hari, contoh : mentruasi hari pertama tanggal 5, maka perhitungan
minggu suburnya adalah tanggal 17-24 dengan rrumus (5+12) sampai
(5+12)+7=24

2. Melakukan pemeriksaan suhu basal, karena pada siklus menstruasi terjadi


pelepasan telur dan terjadi penurunan diikuti dengan kenaikan suhu 1\2
derajat celcius

3. Kemungkinan keinginan seks meningkat pada saat pelepasan ovum

4. Kemungkinan terasa nyeri karena pelepasan ovum

Saat ejakulasi, sperma akan ditampung di liang vagina bagian dalam.


Bentuk sperma yang menyerupai kecebong dengan kepala yang lonjong dan
ekor yang panjang seperti cambuk memungkinkan sperma untuk bergerak
masuk melalui kanalis cervikalis dan kavum uteri kemudian berada dalam
tuba untuk menunggu kedatangan sel telur. Bila pada saat itu terjadi ovulasi,
maka kemungkinan besar akan terjadi fertilisasi.
Setelah masuknya kepala sperma ke dalm ovum dengan meninggalkan
ekornya, terjadilah pertemuan inti masing-masing dengan kromosom mencari
pasangannya. Mula-mula terjadilah pembelahan inti menjadi dua dan
seterusnya hingga seluruh ruangan ovum penuh dengan hasil pembelahan sel,
yang disebut morula. Pembelahan berlangsung terus hingga bagian dalam
terbentuk ruangan yang mengandung cairan disebut blastokist. Sementara itu
bagian luar dinding telur timbul rumbai-rumbai yang disebut villi yang akan
berguna untuk menanamkan diri pada lapisan dalam rahim, yang telah siap
menerima dalam bentuk reaksi decidua.
Hasil konsepsi dalam bentuk blastokist yang mempunyai villi korealis
dapat menanamkan diri pada dinding rahim yang disebut nidasi atau
implantasi. Sejak saat terjadi konsepsi, fertilisasi, impregnancy, sampai
nidasi diperlukan waktu 6-7 hari (Purwaningsih dkk, 2010).

E. Tanda dan Gejala kehamilan


1. Tanda-tanda pasti
a) mendengar bunyi jantung janin
b) melihat, meraba, atau mendengar pergerakan anak oleh pemeriksa
c) melihat rangka janin dengan sinar rontgent atau dengan
ultrasonographi
Jika ditemukan hanya salah satu dari tanda-tanda ini, maka
diagnosa kehamilan dapat dibuat dengan pasti. Sayang sekali, tanda-
tanda pasti kehamilan baru dapat diketahui pada usia kehamilan di tas
empat bulan, tetapi dengan menggunakan USG kantong kehamilan
sudah nampak pada kehamilan 10 minggu dan bunyi jantung janin sudah
dapat didengar pada kehamilan 12 minggu (Purwaningsih dkk, 2010).
2. Tanda-tanda mungkin
Tanda-tanda mungkin sudah dapat ditentukan pada kehamilan
trisemester I, tetapi dengan tanda-tanda mungkin kehamilan hanya boleh
diduga. Makin banyak tanda-tanda mungkin yang ditemukan, makin
besar kemungkinan hamil.
Tanda-tanda mungkin dibagi menjadi :
a. Tanda-tanda objektif
1) Pembesaran, perubahan bentuk, dan konsistensi rahim
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus
membesar dan makin lama makin bundar bentuknya. Kadang-
kadang pembesaran tidak rata tetapi di daerah telur bernidasi
lebih cepat tumbuhnya (tanda piskacek).
Konsistensi rahim dalam kehamilan juga berubah menjadi
lunak, terutama daerah isthmus uteri sedemikian lunaknya,
hingga jika kita letakkan 2 jari dalam fornix posterior dan
tangan satunya pada dinding perut di atas symphyse pubis, maka
isthmus ini tidak teraba seolah-olah corpus uteri sama sekali
terpisah dari cervix (tanda hegar).
2) Perubahan pada serviks
Di luar kehamilan, konsistensi serviks keras, kerasnya
seperti kita meraba ujung hidung. Dalam kehamilan, serviks
menjadi lebih lunak selunak bibir atau ujung daun telinga.
3) Kontraksi braxton hicks
Waktu palpasi atau waktu toucher rahim yang lunak
sekonyong-konyong menjadi keras karena berkontraksi.
4) Ballottement
Pada bulan ke-4 dan ke-5 janin lebih kecil dibandingkan
dengan cairan ketuban, maka bila rahim didorong dengan
digoyangkan, maka anakan akan melenting di dalam rahim.
Ballottement dapat ditentukan dengan pemeriksaan luar
maupun pemeriksaan dalam.
5) Meraba bagian anak
Dapat dilakukan jika janin sudah agak besar, hanya kadang-
kadang tumor yang padat seperti myoma, fibroma, dan lain-lain
dapat menyerupai bentuk janin.
6) Pemeriksaan biologis
Tidak dimasukkan dalam tanda pasti karena keadaan lain
dapat menimbulkan reaksi yang positif.
7) Pembesaran perut
Setelah bulan ke-3 rahim dapat diraba dari luar dan mulai
membesarkan perut.
8) Keluarnya colostrums
9) Hyperpigmentasi
Terjadi pada kulit wajah disebut chloasma gravidarum
(topeng kehamilan), areola dan papilla mammae, linea alba
(putih) menjadi linea fusca (coklat) atau linea nigra (hitam).
10) Tanda-tanda chadwicks
Warna selaput lendir vulva dan vagina menjadi ungu.
b. Tanda-tanda subjektif
1) Adanya amenorrhoe
2) Mual dan muntah
3) Ibu merasa pergerakan anak
4) Sering kencing akibat pembesaran rahim yang menekan
kandung kencing
5) Perasaan dada berisi dan agak nyeri. (Kusmiyati, et al, 2008).

F. Adaptasi Fisiologi
1. Perubahan fisiologis
1) Uterus
Uterus bertambah besar, dari alat yang beratnya 30 gram
menjadi 1000 gram, dengan ukuran panjang 32 cm, lebar 24 cm,
dan ukurang muka belakang 22 cm. Pertumbuhan uterus tidak rata,
uterus lebih cepat tumbuh di daerah implantasi dari ovum dan di
daerah insersi placenta. Pembesaran ini disebabkann oleh
hypertrophy dari otot-otot rahim, tetapi pada kehamilan muda juga
terbentuk sel-sel otot yang baru (Bobak, 2005).
Uterus pada wanita hamil sering berkontraksi tanpa perasaan
nyeri. Juga saat disentuh, misalnya pada pemeriksaan dalam,
pemeriksa dapat meraba bahwa sewaktu pemeriksaan konsistensi
rahim yang semula lunak dapat menjadi keras dan kemudian lunak
kembali (Kusmiyati, et al, 2008 dalam Pambudi, 2015).
2) Cervix
Perubahan penting yang terjadi pada cervix dalam kehamilan
adalah menjadi lunaknya cervix. Perubahan ini sudah dapt
ditemukan sebulan setelah konsepsi (Bobak, 2005).
Pelunakan cervix terjadi karena pembuluh darah dalam cervix
bertambah dan karena timbulnya oedema dari cervix dan
hyperplasia kelenjar-kelenjar servix.
3) Vagina
Pembuluh darah dinding vagina bertambah, hingga warna
selaput lendirnya membiru, kekenyalan vagina bertambah yang
berarti daya regangnya bertambah sebagai persiapan persalinan.
Getah dalam vagina biasanya bertambah dalam masa kehamilan,
reaksinya asam dengan pH 3,5-6,0. reaksi asam ini disebabkan
terbentuknya acidum lacticum sebagai hasil penghancuran
glycogen yang berada dalm sel-sel epitel vagina oleh basil-basil
doderlein. Reaksi asam ini mempunyai sifat bekterisida (Bobak,
2005).
4) Ovarium
Pada salah satu ovarium dapat ditemukan corpus lutheum
graviditatis, teapi setelah bulan ke-4 corpus lutheum ini akan
mengisut.
5) Dinding perut
Pada kehamilan lanjut pada primi gravida sering timbul garis-
garie memanjang atau serong pada perut. Garis-garis ini disebut
striae gravidarum. Kadang-kadang garis-garis itu terdapat juga
pada buah dada dan paha. Pada seorang primi gravida warnanya
menbiru disebut striae lividae.
Pada seorang multigravida, di samping strie lividae, terdapat
juga garis-garis putih agak mengkilat ialah parut (cicatrick) dari
strie gravidarum yang disebut strie albicans.
6) Kulit
Pada kulit terdapat hyperpigmentasi antara lain pada areolla
mammae, papilla mammae, dan linea alba. Pada umumnya setelah
partus, gejala hyperpigmentasi ini akan menghilang.
7) Payudara
Payudara biasanya membesar disebabkan karena hypertophi
olveoli. Di bawah kulit payudara sering tampak gambaran-gambaran
dari vena yang meluas. Putting susu biasanya membesar dan lebih tua
warnanya dan acapkali mengeluarkan colostrum. Perubahan-
perubahan pada payudara disebabkan karena pengaruh hormonal.
8) Pertukaran zat
Metabolisme basal naik pada kehamilan, terjadi penimbunan
protein sedangkan dalam darah kadar zat lemak naik dan ada
kecenderungan pada ketosis. Kebutuhan akan calcium dan phosphor
bertambah untuk pembuatan tulang-tulang janin begitu pula akan
ferum untuk pembentukan Hb janin.
9) Darah
Volume darah bertambah, baik plasmanya maupun erytrosyt, tetapi
penambahan volume plasma yang disebabkan oleh hydramia lebih
menonjol hingga biasanya kadar Hb turun.
Batas-batas fisiologis ialah :
1) Hb 10 gr%
2) erytrosyt 3,5 juta per mm3
3) leucocyt 8.000-10.000 per mm3

Jantung lebih berat bebannya disebabkan penambahan volume


darah, perluasan daerah pengaliran, fetus yang membesar dan adanya
placenta, lagipula jantung terdorong ke atas sehingga sumbunya
berubah.

Kegiatan paru-paru pun bertambah karena selain untuk mencukupi


kebutuhan ibu sendiri juga harus mencukupi kebutuhan janin akan 02.
10) Gastrointestinal
Sekresi asam lambung dan gerakan lambung berkurang, hal
tersebut mungkin menyebabkan muntah dan kembung pada masa
kehamilan. Tonus usus kurang, yang menimbulkan obstipasi (Bobak,
2005).
11) Urinarius
Kegiatan ginjal semakin bertambah berat karena harus juga
mengeluarkan racun-racun dari peredaran darah janin.
Ureter jelas melebar dalam kehamilan teruatam yang kanan. Hal ini
disebabkan karena pengaruh hormon progesterone, walaupun
mungkin ada juga factor tekanan pada ureter oleh rahim yang
membesar.
Kapasitas kandung kencing juga mengalami penurunan kapasitas
karena desakan oleh rahim yang membesar pada akhir kehamilan oleh
kepala janin yang yang turun ke dalam rongga panggul.
12) Hormonal
Kelenjar endokrin seperti kelenjar tiroid, hipofise anterior, dan
kelenjar suprarenalis menunjukkan hiperfungsi atau hipertropi.
13) Kelenjar adrenal
Ukuran kelenjar adrenal meningkat selama kehamilan, terutama
bagian kortika yang membentuk kortin. Jumlah ion natrium dan
kalium dalam darah diatur oleh kortin. Bagian medula dari kelenjar
adrenal mensekresi epinephrin, hormon yang sangat penting.
Kehamilan tidak mengubah ukuran atau fungsi bagian medula.
Hormon-hormon yang signifikan dalam kehamilan:
1) hCG (human chorionic gonadotropin)
a) dihasilkan oleh sel-sel trofoblast
b) puncaknya pada minggu ke-9 – 13
c) mempertahankan korpus luteum sampai plasenta mengambil
alih
2) hPL (human placental lactogen)
a) Dihasilkan oleh sel-sel synsitio tropoblas
b) Kerjanya berlawanan dengan insulin
c) Mempunyai pengaruh peningkatan asam lemak bebas dan
menurunkan metabolisme glukosa
3) Estrogen
a) Dihasilkan oleh ovarium dan plasenta.
b) Berperan dalam perkembangan uterus dan mammae,
meningkatkan pigmen kulit, meretensi Na+ dan air, serta
menurunkan hidrokloric asam lambung.
b. Perubahan Psikologis
Konsepsi dan implantasi sebagai titik awal kehamilan
menimbulkan perubahan status emosional seorang calon ibu.
Bagi pasangan dengan perkawinan yang dilandasi oleh rasa cinta
dan saling mencintai, keterlambatan datang bulan merupakan salah satu
tanda yang menggembirakan, karena ikatan batin antara keduanya
semakin kokoh dengan adanya kehamilan yang didambakan.
Keterlambatan datang bulan diikuti perubahan subjektif seperti
perasaan mual, ingin muntah, sebah di bagian perut atas, pusing kepala,
dan nafsu makan berkurang mendesak keluarga untuk melakukan
pemeriksaan.
Setelah terbukti terjadi kehamilan perasaan cinta dan gembira
semakin bertambah, diikuti pula oleh perasaan cemas karena
kemungkinan keguguran. Disamping itu perubahan fisiologis kehamilan
juga dapat mempengaruhi kelabilan mental, hingga menimbulkan ngidam
dan perubahan kelakuan. (Masriroh, 2013 dalam Pambudi, 2015).
G. Keluhan Selama Kehamilan
Keluhan pada masa hamil adalah suatu kondisi bersifat subyektif dimana
pada individu yang hamil terjadi proses adaptasi terhadap kehamilannya
(Depkes RI, 2007 dalam Pambudi, 2015). Keluhan-keluhan tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Keluhan pada triwulan I (usia kehamilan 1 – 3 bulan)
a) Mual dan muntah : Terutama terjadi pada pagi hari dan akan hilang
menjelang tengah hari (morning sickness).
b) Perasaan neg atau mual: Terutama bila mencium bau yang
menyengat.
c) Pusing terutama bila akan bangun dari tidur, hal ini terjadi karena
adanya gangguan keseimbangan, perut kosong.
d) Sering kencing: Karena tekanan uterus yang membesar dan menekan
pada kandung kencing.
e) Keputihan (lekorea): Pengaruh peningkatan hormon kehamilan
(estrogen dan progesteron) yang mempengaruhi mukosa serviks dan
vagina.
f) Pengeluaran darah pervaginam: Bila terjadi perdarahan pervaginam
perlu diwaspadai adanya abortus.
g) Perut membesar.
h) Psikologis: Perasaan gembira dengan penerimaan kehamilan akan
mempengaruhi penerimaan ibu terhadap kelainan-kelainan yang
timbul. Sebaliknya karena menolak kehamilan, keluhan tersebut
menimbulkan rasa tidak nyaman dan menimbulkan antipati terhadap
kehamilannya. Pada masa ini sering timbul konflik karena
pengalaman baru, sehingga ibu hamil perlu mendapatkan perhatian
dan dukungan suami.
2. Keluhan pada triwulan II (usia kehamilan 4 – 6 bulan).
Pada masa ini keluhan yang bersifat subyektif sudah berakhir,
sehingga bila ada ibu hamil masih mendapatkan keluhan seperti pada
trimester I, perlu diwaspadai kemungkinan adanya faktor psikologis.
Pada triwulan ini sering ditandai adanya adaptasi ibu terhadap
kehamilannya, perasaan ibu cenderung lebih stabil, karena keluhan yang
terjadi pada triwulan I sudah terlewati. Ibu merasakan pengalaman baru,
mulai merassakan gerakan bayi, terdengarnya DJJ, melalui alat doptone
atau melihat gambar/posisi melalui pemeriksaan USG. Triwulan II juga
dikatakan fase aman untuk kehamilan, sehingga aktifitas ibu dapat
berjalan tanpa gangguan berarti.
3. Keluhan pada triwulan III (usia kehamilan 7 – 9 bulan).
Kejadian yang sering timbul antara lain:
a) Pusing disertai pandangan berkunang-kunang. Hal ini dapat
menunjukkan kemungkinan terjadi anemia dengan Hb < 10 gr%.
b) Pandangan mata kabur disertai pusing. Hal ini dapat digunakan
rujukan kemungkinan adanya hipertensi.
c) Kaki edema. Edema pada kaki perlu dicurigai karena sebagai salah
satu gejala dari trias klasik eklamsi. Sesak napas pada triwulan III
perlu dicurigai kemungkinan adanya kelainan letak (sungsang).
d) Perdarahan. Pada triwulan III bisa terjadi perdarahan pervaginam
perlu dicurigai adanya placenta praevia atau solusio plasenta.
e) Keluar cairan di tempat tidur pada siang atau malam hari, bukan pada
saat kencing, perlu diwaspadai adanya ketuban pecah dini.
f) Sering kencing. Akibat penekanan pada kandung kencing akibat
masuknya kepala ke pintu atas panggul.
g) Psikologis: Kegembiraan ibu karena akan lahirnya seorang bayi
(Purwaningsih, dkk, 2010 dalam Pambudi, 2015).

H. Komplikasi Kehamilan
Ada beberapa komplikasi pada kehamilan, antara lain (Masriroh, 2013 dalam
Pambudi, 2015) :
1. Hiperemisis gravidarum.
2. Hipertensi dalam kehamilan.
3. Perdarahan trimester I (abortus).
4. Perdarahan antepartum.
5. Kehamilan ektopik.
6. Kehamilan kembar.
7. Molahydatidosa.
8.  Inkompatibilitas darah.
9. Kelainan dalam lamanya kehamilan.
10. Penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin. (Bobak, 2004).
Kehamilan
I. Pathway

Trimester I Trimester II
Trimester III

Uterus sirkulasi Uterus semakin


Peningkatan kardovaskuler membesar
Estrogen membesar
Mencari informasi Perubahan psikologis
Diafragma terdorong Penekanan pada Perubahan tubuh persalinan &
Ketidak saluran kemih perawatan
ke atas semakin tampak
Tonus otot nyamanan (ureter) janin/anak Focus perhatian pada
membesar
menurun keselamatan janin
Rahim membesar rongga dada sempit defisit
Urin terhambat gangguan citra
tubuh pengetahuan kecemasan
asam lambung pristaltik otot nafas pendek dan
meningkat menurun kapasitas VU Perubahan fisik
dangkal Perubahan pola
menurun
eliminasi urine
muskulus kletal sistem urinaria
Mual/muntah pola nafas tidak
efektif volume darah
disfungsi meningkat penekanan
Perubahan nutrisi kurang
motilitas GI peningkatan vesika urinaria
dari kebutuhan
masa abdomen
hemodelusi peningkatan tekanan
gangguan
konstipasi darah
eliminasi urin
penekanan peningkatan
anemia
syaraf lumbal berat badan
hipertensi vertikel

resiko kekurangan volume Hb dan O2 menurun


penurunan curah jantug merangsang peningkatan
cairan reseptor nyeri penggunaan energi
pusing

resiko jatuh gangguan rasa intoleran


(Pambudi, 2015) nyaman nyeri aktivitas
J. Pemeriksaan Penunjang
1. LABORATORIUM
a. Darah ( Hb, Gol darah, Glukosa, VDRL).
b. Urine (Tes kehamilan, protein, glukosa, analisis).
c. Pemeriksaan Swab (Lendir vagina & servik).
2. U S G
a) Jenis kelamin.
b) Taksiran kelahiran, TBJ, Jumlah cairan amnion. (Masriroh, 2013).

K. Kunjungan dan Pemeriksaan Ante Natal


Asuhan antenatal harus dimulai sedini mungkin. Pada awal pemeriksaan
yaitu untuk menentukan apakah seorang ibu sedang mengalami kehamilan.
Diagnosa kehamilan ditentukan dengan pemeriksaan laboratorium. Umumnya
pemeriksaan yang dipakai yaitu tes untuk mendeteksi keberadaan hCG.
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dapat diukur dengan radioimunoesai
dan deteksi dalam darah enam hari setelah konsepsi atau sekitar 20 hari sejak
periode menstruasi terakhir. Keberadaan hormone ini dalam urin pada
kehamilan merupakan dasar dari berbagai tes kehamilan di berbagai
laboratorium dan kadang-kadang dapat dideteksu dalam urine 14 hari setelah
konsepsi (Bobak, 2005).

TPP = tgl HPHT+7 – 3 bulan HPHT+ 1 tahun HPHT


TPP = tgl HPHT +7 + 9 bulan dari HPHT
*TPP adalah taksiran perkiraan partus

1. Pengertian
Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang
ditetapkan. Kunjungan disini bukan hanya ibu hamil yang datang ke
tempat pelayanan tetapi juga setiap kontak dengan tenaga kesehatan dan
diberikan pelayanan antenatal sesuai standar baik di Posyandu, Polindes,
atau kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan (Bobak, 2005).
Menurut Abdul Bahri Saifuddin dalam Salmah dkk (2006), kunjungan
antenatal untuk pemantauan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak
minimal empat kali pemeriksaan selama kehamilan dalam waktu sebagai
berikut:
a. Trimester pertama (< 4 minggu) satu kali kunjungan
b. Trimester kedua (14-28 minggu ) satu kali kunjungan
c. Trimester ketiga (28-36 minggu) dan sesudah minggu ke 36 dua kali
kunjungan kecuali jika ditemukan kelainan/faktor risiko yang
memerlukan penatalaksanaan medik lain, harus lebih sering dan
intensif.
d. Berdasarkan standar pemeriksaan kehamilan ditentukan berulang
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat
haid
2) Satu kali dalam sebulan sampai umur kehamilan 7 bulan
3) Dua kali sebulan sampai umur kehamilan 8 bulan
4) Setiap minggu sejak umur krhamilan 8 bulan sampai dengan
bersalin.
2. Tujuan
Kunjungan/pemeriksaan kehamilan bertujuan:
a. Kunjungan pertama, mementukan diagnosis ada tidaknya kehamilan.
b. Kunjungan kedua, menentukan usia kehamilan dan perkiraan
persalinan.
1) Menentukan usia kehamilan dilakukan manuver Leopold (Bobak,
2005):
a) Leopold I:
Untuk menemukan presentasi dengan cara mengidentifikasi
bagian tubuh fetus apa yang berada di fundus dan daerah pelvik.
Caranya: Menghadap ke kepala pasien, gunakan jari-jari kedua
tangan mempalpasi fundus uteri. Jika kepala yang berada di
fundus maka akan terassa keras, bulat dan melenting. Jika
bokong teraba di fundus, maka akan terasa lembut, tidak bulat
dan gerakan kurang.
b) Leopold II
Untuk menemukan posisi janin (punggung janin).
Caranya: Menghadap pada kepala pasien, letakkan kedua tangan
pada kedua sisi abdomen. Letakkan tangan pada satu sisi dan
tangan lain mempalpasi sisi yang berbeda untuk menemukan
bagian punggung janin. Jika punggung akan teraba cembung dan
resisten.
c) Leopold III:
Untuk mengidentifikasi bagian apa dari janin yang dekat dengan
daerah pelvik.
Caranya: Letakkan 3 jari pertama tangan yang dominan pada
sisi abdomen di atas simpisis pubis dan minta pasien menarik
napas panjang dan menghembuskannya. Pada saat
mengeluarkan napas, gerakkan tangan turun perlahan dan
menekan sekitar daerah tersebut. Jika kepala akan teraba keras,
bulat, dan bergerak jika disentuh. Jika bokong akan teraba
lembut dan tidak beraturan.
d) Leopold IV
Untuk mengidentifikasi bagian yang menonjol dari bagian
terendah janin masuk ke pintu atas panggul.
Caranya: Menghadap ke kaki pasien dengan lembut gerakan
tangan turun ke sisi abdomen mendekati pelvis sampai salah
satu tangan merasakan bagian tulang yang timbul. Ada 3
keadaan yaitu: Konvergen yaitu jika bagian yang masuk baru
sebagian kecil, sejajar yaitu jika bagian yang masuk baru
setengah, divergen yaitu jika hampir sebagian besar dari tubuh
janin masuk ke dalam rongga panggul (Bobak, 2005).
2) Perkiraan persalinan menggunakan rumus Naegele:
a) Hari +7, Bulan -3,Tahun +1 àjika bulan HPHT bulan April s/d
Desember
b) Hari +7, Bulan +9,Tahun Tetap àjika bulan HPHT bulan Januari
s/d Maret
c. Kunjungan ketiga, menentukan status kesehatan ibu dan janin.
d. Kunjungan keempat, menentukan kehamilan normal atau abnormal,
serta ada/tidaknya faktor risiko kehamilan.
e. Kunjungan kelima, menentukan rencana pemeriksaan/penatalaksanaan
selanjutnya.
3. Pemeriksaan tambahan pada kunjungan ibu hamil
a. Pemeriksaan panggul luar
1) Tujuan :
a) Mengetahui panggul seseorang normal atau tidak
b) Memudahkan dalam mengambil tindakan selanjutnya
c) Mengetahui bentuk atau keadaan panggul seseorang.
2) Pemeriksaan panggul dilakukan:
a) Pada pemeriksaan pertama kali bagi ibu hamil.
b) Pada ibu yang pernah melahirkan bila ada kelainan pada
persalinan yang lalu.
c) Ibu yang akan bersalin bila sebelumnya belum pernah
memeriksakan diri terutama pada primipara.
3) Ukuran-ukuran luar yang terpenting:
a) Distansia spinarum : jarak antara spina illiaka anterior superior
kanan dan kiri ( normal: 23-26 cm).
b) Distansia cristarum : jarak yang terpanjang antara crista illiaca
kanan dan kiri (normal: 26-29).
c) Conjugata eksterna : (Boudelocque) : jarak antara pinggir atas
simpisis dan ujung prosessus spinosus (ruas tulang lumbal ke
lima) (normal: 10-20 cm).
d) Lingkar panggul : jarak dari pinggir atas simpisis melalui
spina illiaca anterior superior kanan ke pertengahan trochanter
mayor kanan ke pertengahan trochanter mayor kiri ke
pertengahan spina illiaca anterior superior kiri kemudian
kembali ke atas simpisis (normal : 80-90 cm).
L. Nasehat Untuk Ibu Hamil
1. Nutrisi dalam kehamilan
Kebutuhan kalori untuk ibu hamil sebanyak 300 – 500 kkal/hari,
tergantung berat badan sebelum hamil, aktifitas, dan tipe kehamilan (1
bayi atau kembar). Peningkatan BB yang normal selama kehamilan adalah
6,5 – 16 kg. Jenis makanan yang sehat dan veriativ selama kehamilan
diantaranya adalah (Bobak, 2005):
a. Buah dan sayuran
b. Makanan mengandung karbohidrat seperti nasi, roti, kentang
c. Protein seperti ikan, daging, kacang
d. Susu dan keju.
Suplemen yang dianjurkan selama kehamilan:
a. Asam folat.
Asam folat dikonsumsi sebelum hamil dan selama hamil
melindungi dari gangguan saraf janin (anansefali, spina bifida).
Wanita hamil dianjurkan mengkonsumsi asam folat 400 µg/hari
selama 12 minggu kehamilan.
b. Zat besi.
Zat besi adalah komponen utama dari hemoglobin yang bekerja
mengangkut oksigen di dalam darah. Selama hamil, suplai darah
meningkat untuk kebutuhan janin. Kebutuhan zat besi adalah 30 – 50
mg/hari. Suplemen besi sebaiknya dikonsumsi diantara waktu makan
dengan perut yang kosong atau diikuti jus jeruk utnuk meningkatkan
penyerapan.
c. Kalsium.
Kalsium penting dalam mengatur kekuatan tulang wanita hamil
dan pertumbuhan tulang bagi janin. Kalsium yang disarankan
sebanyak 1200 mg/hari. Kalsium sebaiknya dikonsumsi ketika sedang
makan, diikuti dengan jus buah yang kaya akan vitamin C untuk
meningkatkan penyerapan (Pambudi, 2015).
2. Obat-obatan selama kehamilan
Dianjurkan kepada ibu hamil sebaimanapun keamanan suatu obat
untuk ibu hamil, disarankan untuk mengkonsumsi obat sesedikit mungkin
untuk mengurangi risiko efek samping obat terhadap janin.
3. Olah raga selama kehamilan
Tips olah raga untuk wanita hamil hamil:
a. Berjalan kaki adalah olah raga terbaik untuk wanita hamil
b. Aerobic low impact
c. Dianjurkan latihan ringan sampai sedang 3 kali seminggu
d. Jangan melakukan olah raga yang mengakibatkan kelelahan atau
kehabisan napas dan hentikan olah raga bila mengalami gejala lelah,
pusing.
e. Pakailah sepatu olah raga yang nyaman
f. Lakukan istirahat secara teratur
g. Hindari olah raga yang melakukan gerakan berbaring dengan
punggung sebagai dasarnya terutama pada triwulan kedua dan ketiga.
h. Asupan makanan sebaiknya ditingkatkan dengan komposisi sesuai
dengan energi yang dikeluarkan ketika berolahraga
i. Hindari mengangkat beban berat di atas kepala dan melakukan
gerakan yang mengakibatkan peregangan dari otot punggung.
j. Kondisi dimana olah raga dilarang untuk wanita hamil adalah:
1) Hipertensi dalam kehamilan
2) Ketuban pecah dini
3) Perdarahan berkelanjutan pada triwulan II dan III
4) Pertumbuhan janin terhambat.
4. Bekerja selama kehamilan
Wanita hamil tetap dapat bekerja namun aktivitas yang dijalaninya
tidak boleh terlalu berat, dan disarankan untuk menghentikan aktivitasnya
bila merasakan gangguan pada kehamilannya.
5. Berhubungan seksual selama kehamilan
Pada umumnya sanggama diperbolehkan asalkan dilakukan dengan
hati-hati. Untuk wanita dengan riwayat kehamilan preterm, plasenta
praevia, atau abortus berulang dianjurkan untuk menghindari berhubungan
seks pada masa kehamilan demikian pula ketika kepala sudah masuk
rongga panggul dianjurkan untuk tidak melakukan sanggama (Bobak,
2005).
6. Bepergian selama kehamilan
Hal-hal yang dianjurkan apabila seorang wanita hamil bepergian adalah:
a. Duduk dalam jangka waktu lama harus dihindari karena dapat
menyebabkan peningkatan risiko terjadinya trombophlebitis.
b. Stoking penyangga sebaiknya dipakai apabila harus duduk dalam
jangka waktu lama di mobil atau di pesawat terbang.
c. Sabuk pengaman sebaiknya diletakkan di bawah perut ketika
kehamilan sudah besar.
7. Merokok pada saat hamil
Wanita hamil dilarang merokok karena dapat menyebabkan BBLR,
lahir preterm, ketuban pecah dini, plasenta previa, dan kematian janin.
Etanol yang terkandung dalam alkohol dapat menembus plasenta yang
merupakan zat teratogen yang dapat menyebabkan risiko terbesar adalah
kecacatan pada janin (Pambudi, 2015).
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Fokus Pengkajian Keperawatan


1. Aktivitas dan Istirahat
a. Tekanan darah agak lebih rendah daripada normal (8 – 12 minggu)
kembali pada tingkat pra kehamilan selama setengah kehamilan
terakhir.
b. Denyut nadi dapat meningkat 10 – 15 DPM.
c. Murmur sistolik pendek dapat terjadi sampai dengan peningkatan
volume episode singkope.
d. Varises
e. Sedikit edema ekstremitas bawah/tangan mungkin ada (terutama pada
trisemester akhir)
2. Integritas Ego
Menunjukkan perubahan persepsi diri
3. Eliminasi
a. Perubahan pada konsistensi / frekuensi defekasi
b. Peningkatan frekuensi perkemihan
c. Urinalisis: Peningkatan berat jenis
d. Hemoroid
4. Makanan/Cairan
a. Mual dan muntah, terutama trisemester pertama; nyeri ulu hati umum
terjadi
b. Penambahan berat badan: 2 sampai 4 lb trisemester pertama,
trisemester kedua dan ketiga masing-masing 11 – 12 lb.
c. Membran mukosa kering: hipertropi jaringan gusi dapat terjadi mudah
berdarah
d. Hb dan Ht rendah mungkin ditemui (anemia fisiologis)
e. Sedikit edema dependen
f. Sedikit glikosuria mungkin ada
g. Diastasis recti (separasi otot rektus) dapat terjadi pada akhir
kehamilan.
5. Nyeri dan Kenyamanan
Kram kaki; nyeri tekan dan bengkak pada payudara; kontraksi Braxton
Hicks terlihat setelah 28 minggu; nyeri punggung
6. Pernapasan
a. Hidung tersumbat; mukosa lebih merah daripada normal
b. Frekuensi pernapasan dapat meningkat terhadap ukuran/tinggi;
pernapasan torakal.
7. Keamanan
a. Suhu tubuh 98 – 99,5 ºF (36,1 – 37,6 ºC)
b. Irama Jantung Janin (IJJ) terdengar dengan Doptone (mulai 10 – 12
minggu) atau fetoskop (17 - 20 minggu)
c. Gerakan janin terasa pada pemeriksaan setelah 20 minggu. Sensasi
gerakan janin pada abdomen diantara 16 dan 20 minggu.
d. Ballottement ada pada bulan keempat dan kelima.
8. Seksualitas
a. Penghentian menstruasi
b. Perubahan respon /aktivitas seksual
c. Leukosa mungkin ada.
d. Peningkatan progresif pada uterus mis: Fundus ada di atas simfisis
pubis (pada 10 – 12 minggu) pada umbilikolis (pada 20 – 30 minggu)
agak ke bawah kartilago ensiform (pada 36 minggu)
e. Perubahan payudara: pembesaran jaringan adiposa, peningkatan
vaskularitas lunak bila dipalpasi, peningkatan diameter dan pigmentasi
jaringan arcolar, hipertrofi tberkel montgemery, sensasi kesemutan
(trisemester pertama dan ketiga); kemungkinan strial gravidarum
kolostrum dapat tampak setelah 12 minggu (Pambudi, 2015).
f. Perubahan pigmentasi: kloasma, linea nigra, palmar eritema, spicler
nevi, strial gravidarum.
g. Tanda-tanda Goodell, Hegar Schdwick positif.
9. Integritas Sosial
a. Bingung/meragukan perubahan peran yang dintisipasi.
b. Tahap maturasi/perkembangan bervariasi dan dapat mundur dengan
stressor kehamilan
c. Respons anggota keluarga lain dapat bervariasi dari positif dan
mendukung sampai disfungsional.
10. Penyuluhan/Pembelajaran
Harapan individu terhadap kehamilan, persalinan/melahirkan
tergantung pada usia, tingkat pengetahuan, pengalaman paritas, keinginan
terhadap anak, stabilitas ekonomik (Pambudi, 2015).
11. Pemeriksaan Diagnostik (Bobak, 2005)
a) DL menunjukkan anemia, hemoglobinipatis (mis: sel sabit)
b) golongan darah: ABO DAN Rh untuk mengidentifikasi resiko
terhadap inkompatibilitas
c) Usap vagina/rectal: tes untuk Neisseria gonorrhea, Chlamydia
d) Tes serologi: menentukan adanya sefilis (RPR: Rapid Plasma Reagen)
e) Penyakit Hubungan Kelamin lain (PHS) seperti diindikasikan oleh
kutil vagina, lesi, rabas abnormal.
f) Skrining: terhadap HIV, hepatitis, tuberculosis
g) Papanicolaow Smear: mengidentifikasi neoplasia, herpes simpleks
tipe 2
h) Urinalisis: skin untuk kondisi media (mis: pemastian kehamilan
infeksi, diabetes penyakit ginjal)
i) Ter serum/urin untuk gadadotropin karionik manusia (HCG) positif
j) Titer rubella > a : a O menunjukkan imunitas
k) Tes sonografi: ada janin setelah gestasi 8 minggu
l) Skin glukosa serum / 1 jam tes glukosa: < 140 jam mg/dl (biasanya
dilakukan antara 24 sampai 28 minggu. Evaluasi selanjutnya dari folus
pengkajian dilakukan pada setiap kunjungan prenatal.
B. Analisa Data (PPNI, 2016)

Trimester I
Symptomp Etiologi Problem
Ds: Kehamilan Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan
1. Pasien mengatakan tidak Peningkatan Estrogen dengan ketidak mampuan
nafsu makan usus mengasorbsi nutrien
Tonus otot menurun
2. Cepat kenyang seteah
Perubahan nutrisi kurang
makan dari kebutuhan
3. Kram/nyeri bagian
abdomen
Do:
1. Peningkatan berat badan
tidak adekuat
2. Bising usus hiperaktif
3. Membran mukosa pucat
4. Rambut rontok
5. Serum albumin menurun
Ds: Konstipasi berhubungan
Kehamilan dengan penurunan motilitas
1. Pasien mengatakan defekasi gastrointestinal
kurang dari 2 kali seminggu Peningkatan Estrogen

2. Pengeluaran fases lama dan Tonus otot menurun


sulit pristaltik otot menurun
3. Mengejan saat defekasi
disfungsi motilitas GI
Do:
konstipasi
1. Fases keras
2. Distensi abdomen
3. Kelemahan umum
4. Teraba masa pada rektal
Do: resiko kekurangan volume
Kehamilan cairan berhubungan dengan
1. Bising usus hiperaktif gangguan absorbsi cairan
2. intake cairan tidak adekuat Peningkatan Estrogen

Tonus otot menurun


resiko kekurangan volume
cairan

Trimester II
Ds: pasien mengeluh nafas Kehamilan pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan
pendek dan dangkal Uterus semakin membesar penyempitan rongga paru
Do:
Diafragma terdorong ke
1. Pola nafas abnormal atas
(takipnea, rongga dada sempit
bradipnea,kussmaul,
nafas pendek dan dangkal
cheyne stokes)
pola nafas tidak efektif
2. Ventilasi dalam satu menit
menurun
3. Kaasitas paru menurun
Ds: Kehamilan Perubahan pola eliminasi
urine berhubungan dengan
1. Desakan ingin berkemih Uterus semakin membesar penurunan kapasitas kandung
2. Urine menetes kemih
Urin terhambat
3. Sering buang air kecil
Perubahan pola eliminasi
4. Nuktoria urine
5. Mengompol
Do:
1. Distensi kandung kemih
2. Berkemih tidak tuntas
3. Volume residu urin
meningkat
Ds: Pasien mengatakan pusing Kehamilan resiko jatuh berhubungan
dengan tubuh lemah karena
ketika bangun dari tempat tidur Gangguan sirkulasi anemia
Do : kardovaskuler

1. Pasien tempak pucat volume darah meningkat


2. Pasien lemah hemodelusi
3. Intolerans aktifitas
anemia

Hb dan O2 menurun
Pusing

resiko jatuh

Ds: Kehamilan gangguan citra tubuh


berhubungan dengan
1. Pasien mengungkapkan Uterus semakin membesar perubahan bentuk/ struktur
perasaan negatif tentang tubuh yang semakin
Perubahan tubuh semakin membesar
perubahan tubuh tampak membesar
2. Pasien mengungkapkan gangguan citra tubuh
kekhawatiran pada
penolkan atau reaksi orang
lain
Do:
1. Fungsi/struktur tubuh yang
berubah
2. Fokus berlebihan pada
perubahan tubuh
3. Respon non verbal pada
perubahan dan presepsi
tubuh
Trimester III
Ds: Kehamilan gangguan rasa nyaman
berhubngan dengan
1. pasien mengeluh tidak Perubahan fisik gangguan adaptasi
nyaman fisiologis tubuh pada masa
muskulus kletal kehamilan
2. pasien tidak mampu rileks
peningkatan masa abdomen
3. mengeluh lelah
Do: penekanan syaraf lumbal

1. Menunjukan gejala distres merangsang reseptor nyeri


2. Tampak merintih dan gangguan rasa nyaman
menangis
3. Pola eliminasi berubah
4. Postur tubuh berubah
5. iritabilitas
Ds: Kehamilan intoleran aktivitas
berhubungan
1. Pasien mengeluh lelah Perubahan fisik dengankelemahan fisik
2. Dispnea saat/setelah
muskulus kletal
aktifitas
peningkatan masa abdomen
3. Merasa tidak nyaman
setelah beraktifitas peningkatan berat badan

4. Merasa lemah peningkatan penggunaan


energy
Do:
intoleran aktivitas
1. Frekwensi jantung
meningkat
2. Tekanan darah meningkat
3. Gambaran ekg menunjukan
aritmia
4. sianosis
Ds: Kehamilan Perubahan pola eliminasi
urine berhubungan dengan
6. Desakan ingin berkemih Perubahan fisik penurunan kapasitas kandung
7. Urine menetes kemih
sistem urinaria
8. Sering buang air kecil
penekanan vesika urinaria
9. Nuktoria
10. Mengompol gangguan eliminasi urin

Do:
4. Distensi kandung kemih
5. Berkemih tidak tuntas
Volume residu urin meningkat
Ds: Kehamilan Ansietas berhubungan
dengan kurangnya terpapar
1. Merasa khawatir dengan Perubahan psikologis informasi tentang diri dan
akibat dari kondisi yang di perawatan bayi
Focus perhatian pada
hadapi keselamatan janin
2. Sulit berkosentrasi
defisit pengetahuan
3. Mengeluh pusing
ansietas
4. Anoreksia
5. Merasa tidak berdaya
Do:
1. Tampak gelisah
2. Tampak tegang
3. Sulit tidur
4. Frekwensi nafas meningkat
5. Frekwensi nadi meningkat
6. Tekanan darah meningkat
7. Muka tampak pucat
8. Suara bergetar
Sering berkemih

C. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan (PPNI, 2016)


1. Diagnosa Keperawatan
a. Trimester I
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidak mampuan usus mengasorbsi nutrien
2) Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas
gastrointestinal
3) resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan gangguan
absorbsi cairan
b. Trimester II
1) pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan rongga
paru
2) Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan penurunan
kapasitas kandung kemih
3) resiko jatuh berhubungan dengan tubuh lemah karena anemia
4) gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk/
struktur tubuh yang semakin membesar
c. Trimester III
1) gangguan rasa nyaman berhubngan dengan gangguan adaptasi
fisiologis tubuh pada masa kehamilan
2) intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
3) Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan penurunan
kapasitas kandung kemih
4) Ansietas berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
tentang diri dan perawatan bayi
2. Intervensi Keperawatan (NANDA, 2015)
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
Perubahan NOC 1. kaji adanya alergi makanan
1. nutritional status 2. kolaburasi dengan ahli gizi untuk
nutrisi kurang
2. nutritional status : menentukan jumlah kalori dan
dari kebutuhan food and fluid intake nutrisi yang di butuhkan pasien
3. nutritional status : 3. anjurkan pasien untuk
berhubungan
nutrient intake meningkatkan intake Fe
dengan ketidak 4. weight control 4. anjurkan pasien untuk
kriteria hasil : meningkatkan protein dan
mampuan usus
1. adanya peningkatan vitamin C
mengasorbsi berat badan 5. berikan substansi gula
2. berat badan ideal 6. yakinkan diet yang dimakan
nutrien
sesuai dengan tinggi mengandung tinggi serat untuk
badan dan usia mencegah konstipasi
kehamilan saat itu 7. berikan makanan yang terpilih
3. mampu (sudah di konsultasikan dengan
mengidentifikasi ahli gizi)
kebutuhan nutrisi 8. ajarkan pasien bagaimana
4. tidak ada tanda-tanda membuat catatan makanan harian
mallnutrisi 9. monitor jumlah nutrisi dan
5. menunjukan kandungan kalori
peningkatan fungsi 10. berikan informasi tentang
pengecapan dan kebutuhan nutrisi
menelan 11. kaji kemempuan pasien
6. tidakterjadi untuk mendapatkan nutrisi yang
penurunan berat di butuhkan
badan yang berarti 12. monitor adanya penurunan
berat badan kembali
13. monitor kadar albumin,
total protein, Hb dan kadar Ht
Konstipasi NOC 1. Monitor tanda dan gejala
berhubungan
dengan 1. Bowel elimination konstipasi
penurunan 2. Hydration 2.  Monior bising usus
3. Monitor feses : frekuensi,
motilitas Kriteria Hasil : konsistensi dan volume
gastrointestinal 1. Mempertahankan 4. Konsultasi dengan dokter
bentuk feses lunak tentang penurunan dan
setiap 1-3 hari peningkatan bising usus
2. Bebas dari 5. Monitor tanda dan gejala
ketidaknyamanan dan ruptur usus/peritonitis
konstipasi 6. Identifikasi faktor penyebab
3. Mengidentifikasi dan kontribusi konstipasi
indicator untuk 7. Dukung intake cairan
mencegah konstipasi 8. Memantau bising usus
4. Feses lunak dan 9. Pantau tanda-tanda dan gejala
berbentuk pecahnya usus dan / atau
peritonitis
10. Jelaskan etiologi masalah dan
pemikiran untuk tindakan
untuk pasien
11. Mendorong meningkatkan
asupan cairan, kecuali
dikontraindikasikan
12. Ajarkan pasieri / keluarga
bagaimana untuk menjaga
buku harian makanan
13. Anjurkan pasien untuk
konsumsi makanan tinggi
serat
14. Anjurkan pasien / keluarga
pada penggunaan yang tepat
dan obat pencahar

resiko NOC 1. Pertahankan catatan intake dan


kekurangan output yang akurat
1. Fluid balance 2. Monitor status hidrasi
volume cairan 2. Hydration
(kelembaban membran
berhubungan 3. Nutritional Status: mukosa, nadi adekuat, tekanan
Food and Fluid Intake darah ortostatik ), jika
dengan ganggua
diperlukan
absorbsi cairan Kriteria Hasil :
3. Monitor vital sign
1. Mempertahankan 4. Monitor masukan makanan /
urine output sesuai cairan dan hitung intake kalori
dengan usia dan BB, harian
BJ urine normal, HT 5. Kolaborasikan pemberian
normal cairan IV
2. Tekanan darah, nadi, 6. Monitor status nutrisi
suhu tubuh dalam 7. Berikan cairan IV pada suhu
batas normal ruangan
3. Tidak ada tanda-tanda 8. Dorong masukan oral
dehidrasi, Elastisitas 9. Berikan penggantian
turgor kulit baik, nesogatrik sesuai output
membran mukosa 10. Dorong keluarga untuk
lembab, tidak ada rasa membantu pasien makan
haus yang berlebihan 11. Kolaborasi dengan dokter

Hypovolemia Management

1. Monitor status cairan termasuk


intake dan ourput cairan
2. Monitor respon pasien
terhadap penambahan cairan
3. Monitor berat badan
4. Dorong pasien untuk
menambah intake oral
5. Pemberian cairan IV monitor
adanya tanda dan gejala
kelebihan volume cairan

       

pola nafas tidak NOC : 1. Buka jalan nafas, guanakan


efektif teknik chin lift atau jaw thrust
1. Respiratory status : bila perlu
berhubungan Ventilation 2. Posisikan pasien untuk
dengan 2. Respiratory status : memaksimalkan ventilasi
Airway patency 3. Identifikasi pasien perlunya
penyempitan
3. Vital sign Status pemasangan alat jalan nafas
rongga paru
Kriteria Hasil : buatan
4. Pasang mayo bila perlu
1. Mendemonstrasikan 5. Lakukan fisioterapi dada jika
batuk efektif dan perlu
suara nafas yang 6. Keluarkan sekret dengan batuk
bersih, tidak ada atau suction
sianosis dan dyspneu 7. Auskultasi suara nafas, catat
(mampu adanya suara tambahan
mengeluarkan
sputum, mampu 8. Lakukan suction pada mayor
bernafas dengan 9. Berikan bronkodilator bila
mudah, tidak ada perlu
pursed lips) 10. Berikan pelembab udara Kassa
2. Menunjukkan jalan basah NaCl Lembab
nafas yang paten 11. Atur intake untuk cairan
(klien tidak merasa mengoptimalkan
tercekik, irama nafas, keseimbangan.
frekuensi pernafasan 12. Monitor respirasi dan status
dalam rentang O2
normal, tidak ada
suara nafas abnormal) Oxygen Therapy
3. Tanda Tanda vital 1. Bersihkan mulut, hidung dan
dalam rentang normal secret trakea
(tekanan darah, nadi, 2. Pertahankan jalan nafas yang
pernafasan) paten
3. Atur peralatan oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan posisi pasien
6. Onservasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
7. Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring

1. Monitor TD, nadi, suhu, dan


RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
3. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernapasan
abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

Perubahan pola NOC Urinary Retention Care


eliminasi urine 1. Urinary elimination 1. Lakukan penilaian kemih yang
berhubungan 2. Urinary Contiunence komprehensif berfokus pada
dengan inkontinensia (misalnya,
Kriteria Hasil : output urin, pola berkemih
penurunan
1. Kandung kemih kemih, fungsi kognitif, dan
kapasitas kosong secara penuh masalah kencing praeksisten)
kandung kemih 2. Tidak ada residu urine 2. Memantau penggunaan obat
> 100-200 cc dengan sifat antikolinergik
3. Intake cairan dalam atau properti alpha agonis
rentang normal 3. Memonitor efek dari obat-
4. Bebas dari ISK obatan yang diresepkan,
5. Tidak ada spasme seperti calcium channel
bladder blockers dan antikolinergik
6. Balance cairan 4. Menyediakan penghapusan
seimbang privasi
5. Gunakan kekuatan sugesti
dengan menjalankan air atau
disiram toilet
6. Merangsang refleks kandung
kemih dengan menerapkan
dingin untuk perut, membelai
tinggi batin, atau air
7. Sediakan waktu yang cukup
untuk pengosongan kandung
kemih (10 menit)
8. Gunakan spirit wintergreen di
pispot atau urinal

9. Menyediakan manuver Crede,


yang diperlukan
10. Gunakan double-void teknik
11. Masukkan kateter kemih,
sesuai
12. Anjurkan pasien / keluarga
untuk merekam output urin,
sesuai
13. Instruksikan cara-cara untuk
menghindari konstipasi atau
impaksi tinja
14. Memantau asupan dan
keluaran
15. Memantau tingkat distensi
kandung kemih dengan palpasi
dan perkusi
16. Membantu dengan toilet secara
berkala
17. Memasukkan pipa ke dalam
lubang tubuh untuk sisa
18. Menerapkan kateterisasi
intermiten
19. Merujuk ke spesialis
kontinensia kemih

resiko jatuh NOC Environment Management


berhubungan (Manajemen lingkungan)
1. Risk Kontrol
dengan tubuh 1. Sediakan Iingkungan yang
Kriteria Hasil : aman untuk pasien
lemah karena
1. Klien terbebas dari 2. Identifikasi kebutuhan
anemia
resiko jatuh keamanan pasien, sesuai
2. Klien mampu dengan kondisi fisik dan
menjelaskan fungsi kognitif pasien dan
cara/metode untuk riwayat penyakit terdahulu
mencegah resiko jatuh pasien
3. Klien mampu 3. Menghindarkan lingkungan
menjelaskan faktor yang berbahaya (misalnya
resiko dari memindahkan perabotan)
lingkungan/perilaku 4. Memasang side rail tempat
personal tidur
4. Mampu memodifikasi 5. Menyediakan tempat tidur
gaya hidup untuk yang nyaman dan bersih
mencegah injury 6. Menempatkan saklar lampu
5. Menggunakan ditempat yang mudah
fasilitas kesehatan dijangkau pasien.
yang ada 7. Membatasi pengunjung
6. Mampu mengenali 8. Menganjurkan keluarga untuk
perubahan status menemani pasien.
kesehatan 9. Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
10. Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan
11.  Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya perubahan
status kesehatan dan penyebab
penyakit.

gangguan citra NOC Body image enhancement


tubuh 1. Body image 1. Kaji secara verbal dan non
berhubungan 2. Self esteem verbal respon klien terhadap
dengan tubuhnya
kriteria Hasil : 2. Monitor frekuensi mengkritik
perubahan
1. Body image positif dirinya
bentuk/ struktur 2. Mampu 3. Jelaskan tentang pengobatan,
tubuh yang mengidentifikasi perawatan, kemajuan dan
kekuatan personal prognosis penyakit
semakin
3. Mendiskripsikan 4. Dorong klien mengungkapkan
membesar perasaannya
secara faktual
perubahan fungsi 5. Identifikasi arti pengurangan
tubuh melalui pemakaian alat bantu
4.  Mempertahankan 6. Fasilitasi kontak dengan
interaksi sosial individu lain dalam kelompok
kecil

gangguan rasa NOC Anxiety Reduction (penurunan


nyaman kecemasan)
1. Ansiety
berhubngan 2. Fear level 1. Gunakan pendekatan yang
dengan 3. Sleep Deprivation menenangkan
4. Comfort, Readines for 2. Nyatakan dengan jelas harapan
gangguan
Enchanced terhadap pelaku pasien
adaptasi
fisiologis tubuh Kriteria Hasil : 3. Jelaskan semua prosedur dan
pada masa 1. Mampu mengontrol apa yang dirasakan selama
prosedur
kehamilan kecemasan 4. Pahami prespektif pasien
2. Status lingkungan terhadap situasi stres
yang nyaman 5. Temani pasien untuk
3. Mengontrol nyeri memberikan keamanan dan
4. Kualitas tidur dan mengurangi takut
istirahat adekuat 6. Dorong keluarga untuk
5. Agresi pengendalian menemani anak
diri 7. Lakukan back/neck rub
6. Respon terhadap 8. Dengarkan dengan penuh
pengobatan perhatian
7. Control gejala 9. Identifikasi tingkat kecemasan
8. Status kenyamanan 10. Bantu pasien mengenal situasi
meningkat yang menimbulkan kecemasan
9. Dapat mengontrol 11. Dorong pasien untuk
ketakutan mengungkapkan perasaan,
10. Support social ketakutan, persepsi
11. Keinginan untuk 12. Instruksikan pasien
hidup menggunakan teknik relaksasi
13. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan

intoleran NOC Activity Therapy


aktivitas 1. Energy conservation 1. Kolaborasikan dengan tenaga
berhubungan 2. Activity tolerance rehabilitasi medik dalam
3. Self Care : ADL
dengan merencanakan program terapi
Kriteria Hasil : yang tepat
kelemahan fisik
2. Bantu klien untuk
1. Berpartisipasi dalam
mengidentifikasi aktivitas
aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan yang mampu dilakukan
tekanan darah, nadi 3. Bantu untuk memilih aktivitas
dan RR konsisten yang sesuai dengan
2. Mampu melakukan kemampuan fisik, psikologi
aktivitas sehari-hari dan social
(ADLs) secara 4. Bantu untuk mengidentifikasi
mandiri
dan mendapatkan sumber yang
3. Tanda-tanda vital
normal diperlukan untuk aktivitas
4. Energy psikomotor yang diinginkan
5. Level kelemahan 5. Bantu untuk mendapatkan alat
6. Mampu berpindah: bantuan aktivitas seperti kursi
dengan atau tanpa
roda, krek
bantuan alat
7. Status 6. Bantu untuk mengidentifikasi
kardiopulmunari aktivitas yang disukai
adekuat 7. Bantu klien untuk membuat
8. Sirkulasi status baik jadwal latihan diwaktu luang
9. Status respirasi : 8. Bantu pasien/keluarga untuk
pertukaran gas dan mengidentifikasi kekurangan
ventilasi adekuat
dalam beraktivitas
9. Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
11. Monitor respon fisik, emosi,
social dan spiritual

Perubahan pola NOC Urinary Retention Care


eliminasi urine 1. Urinary elimination 1. Lakukan penilaian kemih yang
berhubungan 2. Urinary Contiunence komprehensif berfokus pada
dengan inkontinensia (misalnya,
Kriteria Hasil : output urin, pola berkemih
penurunan
1. Kandung kemih kemih, fungsi kognitif, dan
kapasitas kosong secara penuh masalah kencing praeksisten)
kandung kemih 2.  Tidak ada residu 2. Memantau penggunaan obat
urine > 100-200 cc dengan sifat antikolinergik
3.  Intake cairan dalam atau properti alpha agonis
rentang normal 3. Memonitor efek dari obat-
4. Bebas dari ISK obatan yang diresepkan,
5. Tidak ada spasme seperti calcium channel
bladder blockers dan antikolinergik
6. Balance cairan 4. Menyediakan penghapusan
seimbang privasi
5. Gunakan kekuatan sugesti
dengan menjalankan air atau
disiram toilet
6. Merangsang refleks kandung
kemih dengan menerapkan
dingin untuk perut, membelai
tinggi batin, atau air
7. Sediakan waktu yang cukup
untuk pengosongan kandung
kemih (10 menit)
8. Gunakan spirit wintergreen di
pispot atau urinal
9. Menyediakan manuver Crede,
yang diperlukan
10. Gunakan double-void teknik
11. Masukkan kateter kemih,
sesuai
12. Anjurkan pasien / keluarga
untuk merekam output urin,
sesuai
13. Instruksikan cara-cara untuk
menghindari konstipasi atau
impaksi tinja
14. Memantau asupan dan
keluaran
15. Memantau tingkat distensi
kandung kemih dengan palpasi
dan perkusi
16. Membantu dengan toilet secara
berkala
17. Memasukkan pipa ke dalam
lubang tubuh untuk sisa
18. Menerapkan kateterisasi
intermiten
19. Merujuk ke spesialis
kontinensia kemih

Ansietas NOC Anxiety Reduction (penurunan


berhubungan kecemasan)
1. Anxiety self-control
dengan 2. Anxiety level 1. Gunakan pendekatan yang
kurangnya 3. Coping menenangkan
2. Nyatakan dengan jelas harapan
terpapar Kriteria Hasil : terhadap pelaku pasien
informasi 1. Klien mampu 3. Jelaskan semua prosedur dan
tentang diri dan mengidentifikasi dan apa yang dirasakan selama
mengungkapkan
perawatan bayi gejala cemas. prosedur
2. Mengidentifikasi, 4. Pahami prespektif pasien
mengungkapkan dan terhadap situasi stres
menunjukkan tehnik 5. Temani pasien untuk
untuk mengontol memberikan keamanan dan
cemas. mengurangi takut
3. Vital sign dalam batas 6. Dorong keluarga untuk
normal. menemani anak
4. Postur tubuh, ekspresi 7. Lakukan back / neck rub
wajah, bahasa tubuh 8. Dengarkan dengan penuh
dan tingkat aktivfitas perhatian
menunjukkan 9. Identifikasi tingkat kecemasan
berkurangnya 10. Bantu pasien mengenal situasi
kecemasan. yang menimbulkan kecemasan
11. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
12. Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
13. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan

D. Implementasi (Penatalaksanaan)
Iplementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, sebagai
tempat untuk menuangkan rencana asuhan ke dalam tindakan. Setelah
rencana di kembangkan, sesuai dengan kebutuhan dan prioritas klien, perawat
melakukan intervensi keperawatan yang spesifik, yang mencakup tindakan
perawat dan tindakan dokter.(Bulechek & McCloskey, 1995)
E. Evaluasi tindakan keperawatan
Dalam proses keperawatan, evaluasi adalah suatu aktivitas yang
direncanakan, terus menerus, aktifitas yang disengaja dimana klien, keluarga
dan perawat serta tenaga kesehatan professional lainnya ikut serta dalam
menentukan(Potter & perry 2005).:
a. Kemajuan klien terhadap outcome yang dicapai
b. Kefektifan dari rencana asuhan keperawatan
( Wilkinson, 2007).
Pada dasarnya tindakan evaluatif adalah sama dengan tindakan
pengkajian, tetapi di lakukan pada saat perawatan, dimana di sini juga
akan di susun keputusan tentang status klien dan kemajuan klien( poter &
perry, 2005). Maksud dari pengkajian adalah untuk mengidentifikasi apa
yang harus di lakukan jika terdapat suatu masalah. Sedangkan maksud
dari evaluasi adalah menentukan apakah masalah yang di ketahuai telah
teratasi, memburuk atau sebaliknya telah mengalami perubahan ( poter &
perry, 2005). Evaluasi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu :

a. Evaluasi ahir (sumatif)


Evaluasi sumatif menjelaskan perkembangan kondisi dengan
menilai apakah hasil yang di harapkan telah tercapai. Perawat
menggunakan pendokumentasian dari pengkajian dan kriteria hasil
yang di harapkan sebagai dasar untuk menulis evaluasi sumatif.Tipe
evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan secara
paripurna.Format yang dipakai adalah format SOAP. (Setiadi, 2008).
b. Evaluasi berjalan (formatif)
Evaluasi ini menggambarkan hasil observasi dan analisis
perawat terhadap respons klien segera setelah tindakan atau bisa juga
di sebut sebagai evaluasi berjalan. Biasanya di gunakan dalam catatan
keperawatan, atau respon hasil ketika melaksanakan iplementasi
(deswani, 2009).

F. Dokumentasi dalam keperawatan


Dokumentasi merupakan segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang
dapat di andalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang
berwenang(potter & perry 2005). Dokumentasi dalam keperawatan sangatlah
penting sebagai sumber data dalam melakukan hal-hal sebagai berikut (potter
& perry 2005).
1. Sebagi Media komunikasi
2. Sebagai bukti pemenuhan tagihan finansial
3. Edukasi
4. Konsep dalam pengkajian ulang pasien
5. Sumber data riset penelitian
6. Audit pemantauan perkembangan pasien
7. Dokumentasi legal
Dokumentasi keperawatan harus mengikuti standar yang di tetapkan
JACHO untuk mempertahankan akriditasi institusional (JACHO 1995
dalam Zubair & dkk, 2018). Berikut bentuk-bentuk model dokumentasi
yang sesuai standar:
1. SOR (Source orientend record) merupakan model dokumentasi yang
berorientasi pada sumber informasi.
Komponen-komponen dalam SOR
a. Lembar penerimaan biodata.
b. Lembar intruksi dokter.
c. Lembar riwayat medis atau penyakit.
d. Catatan perawat.
e. Catatan dan laporan khusus

2. Dokumentasi dalam keperawatan POR ( Problem Oriented Record )


merupakan suatu model pendokumentasian yang memusatkan data
tentang klien dan di dokumentasikan atau disusun menurut masalah

klien. Komponen utama POR antara lain :

a. Data Base (basis data)


b. Problem List (Daftar Masalah)
c. Initial Plans (Rencana Awal)
d. Progress Note (Catatan Perkembangan)
3. Progress notes merupakan salah satu cara pendokumentasian tindakan
keperawatan dalam keperawatan model dokumentasi ini biasanya di
gunakan pada pasien rujukan. Pada metode ini, pendokumentasian di
bagi tiga komponen:
a. catatan perawat,
b. flowsheet (lembar alur)
c. discharge notes (catatan pemulangan dan ringkasan rujukan)
Daftar Pustaka

Bobak. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

NANDA. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan


NANDA NIC NOC. Jogjakarta: Medi Action.

Pambudi, A. S. (2015). Laporan Pendahuluan Ante Natal Care. Semarang:


https://www.academia.edu/33687635/LAPORAN_PENDAHULUAN_AN
TE_NATAL_CARE_ANC.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.

Zubair, M. H., & dkk. (2018). MAKALAH PEMERIKSAAN FISIK KEHAMILAN


Antenatal Care (ANC). Mataram.

Doenges. E. Marillynn. (2001). Rencana Keperawatan Maternal/bayi. Edisi 2.


EGC: Jakarta.

Manuaba. 2000. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana


untuk Pendidikan Bidan. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai