Disusun oleh :
SALLY VIOLETA TAMARA
P71202220011
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Menurut Wignjosastro (2005) ANC merupakan pengawasan wanita hamil secara
teratur dan tertentu dengan tujuan menyiapkan fisik dan mental serta menyelamatkan
ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan nifas. Antenatal care atau pemeriksaan
kehamilan merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta
menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga
keadaan mereka post partum sehat dan normal (Padila, 2014). Kunjungan antenatal
care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak
wanita merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal (Padila,
2014).
Dari definisi- definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ANC atau pemeriksaan
kehamilan adalah pelayanan yang diberikan kepada wanita hamil dengan melakukan
pemeriksaan dan pengawasan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental
dan fisik ibu hamil sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan
memberikan air susu ibu (ASI) dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
Pelayanan antenatal care diberikan sedini mungkin kepada wanita semenjak dirinya
hamil. Pedoman pelayanan antenatal care menurut Depkes (2007) memiliki beberapa
tujuan, yaitu:
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu.
c. Mengenali dan mengurangi secara dini adanya penyulit-penyulit komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan, dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, dan persalinan yang aman dengan
trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan peran ibu agar masa nifas berjalan normal dan mempersiapkan
ibu agar dapat memberikan ASI secara eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi, agar
dapat tumbuh kembang secara normal.
g. Mengurangi bayi lahir prematur, kelahiran mati, dan kematian neonatal.
h. Mempersiapkan kesehatan yang optimal bagi janin.
Selain tujuan antenatal care juga memiliki tiga fungsi yaitu yang pertama, sebagai
promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan. Fungsi
yang kedua yaitu untuk melakukan screening, identifikasi wanita dengan kehamilan
resiko tinggi dan merujuk bila perlu. Fungsi yang terakhir adalah untuk memantau
kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan menangani masalah yang
terjadi (Padila, 2014).
2. Etiologi
Suatu kehamilan akan terjadi bila terdapat 5 aspek :
a. Ovum: Ovum adalah suatu sel dengan diameter + 0,1 mm yang terdiri dari suatu
nucleus yang terapung – apung dalam vitelus dilingkari oleh zona pellusida dan
kromoson radiata.
b. Spermatozoa: Spermatozoa adalah berbentuk seperti terdiri dari kepala berbentuk
lonjong agak gepeng berisi inti leher yang menghubungkan kepala dengan bagian
tengah dan ekor yang dapat bergerak.
c. Konsepsi: Konsepsi adalah peristiwa penyatuan antara sperma dan ovum di tuba
fallopi.
d. Nidasi: Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium.
e. Plasenta: Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin yang berguna untuk
pertukaran zat antara ibu, anaknya dan sebaliknya.
4. Patofisiologi
Setiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari indung telur (ovulasi),
yang di tangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan masuk ke dalam sel telur, waktu
persetubuhan, cairan semen tumpah ke dalam vagina dan berjuta-juta sel mani
(sperma) bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke saluran telur.
Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi di bagian yang mengembang oleh
tuba falofi. Disekitar sel telur banyak berkumpul sperma yang mengeluarkan ragi
untuk mencairkan zat-zat yang melindungi ovum. Kemudian pada tempat yang paling
mudah dimasuki, masuklah salah satu sel mani dan kemudian bersatu dengan sel telur.
Peristiwa ini disebut pembuahan (konsepsi = fertilitas).
Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sambil bergerak (oleh rambut getar
tuba), menuju ruang rahim, peristiwa ini disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan
sampai nidasi diperlukan waktu 6 – 7 hari. Untuk menyuplai darah ke sel-sel makanan
bai mudligah dan janin, dipersiapkan uri (plasenta) jadi dapat dikatakan bahwa untuk
setiap kehamilan harus ada ovum (sel telur), spermatozoa (sel mani), pembuahan
(konsepsi (konsepsi = fertilitas), nidasi dan plasenta, (Handerson 2006)
PATWAY
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Wanita hamil diperiksa urinnya untuk mengetahui kadar protein glukosanya,
diperiksa darah untuk mengetahui faktor rhesus, golongan darah, Hb dan penyakit
rubella
b. Pemeriksaan Rontgen
Dilakukan pada kehamilan yang sudah agak lanjut karena sebelum buan ke IV
rangka janin belum tampak. Pemeriksaan rontgen dilakukan pada kondisi-
kondisi:
- Diperlukan tanda pasti hamiL
- Letak anak tidak dapat ditentukan dengan jelas dengan palpasi
- Mencari sebab dari hidraamnion
- Untuk menentukan kelainan anak
c. Pemeriksaan USG
Kegunaannya:
- Diagnosis dan konfirmasi awal kehamilan
- Penentuan umur gestasi dan penafsiran ukuran fetal
- Mengetahui posisi plasenta
- Mengetahui adanya IUFD
- Mengetahui pergerakan janin dan detak jantung janin. (Marjati dkk, 2010)
6. Penatalaksanaan Medis
Standar pelayanan antenatal care berfungsi untuk memberikan pelayana kepada ibu
hamil. Standar pelayanan antenatal care ini di kenal dengan 10T yang sudah di
rekomendasikan oleh dinas kesehatan RI sejak 2009. Standar 10T adalah:
a) T1 (Timbang Berat badan dan Ukur tinggi badan)
Penimbangan dilakukan setiap kali ibu hamil memeriksakan diri,
karenahubungannnya erat dengan pertambahan berat badan lahir bayi. Berat badan
ibu hamilyang sehat akan bertambah antara 10-12 Kg sejak sebelum hamil
(Nadesul, 2006). Tinggi badan hanya diukur pada kunjungan pertama. Ibu dengan
tinggi <145 cm perludiperhatikan kemungkinan panggul sempit sehingga
menyulitkan pada saat persalinan(Depkes RI, 1998).
b) T2 (Pemeriksaan tekanan darah)
Pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara rutin dengan tujuan
untukmelakukan deteksi dini terhadap terjadinya tiga gejala preeklamsi
c) T3 (Nilai status gizi dengan cara mengukur lingkar lengan atas) :
d) T4 (Ukur tinggi fundus uteri)
Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan secara rutin untuk mendeteksi secaradini
terhadap berat badan janin. Indikator pertumbuhan janin intrauterin, tinggi
fundusuteri juga dapat digunakan untuk mendeteksi terhadap terjadinya
molahidatidosa, janinganda atau hidramnion (Nadesul, 2006)
e) T5 (Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin)
f) T6 (Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi TT bila di perlukan)
g) T7 (Pemberian tablet Zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan)
h) T8 (Tes laboratorium (umum dan khusus)
i) T9 (Tatalaksana kasus)
j) T10 (Temu wicara (konseling) termasuk perencanaan persalinan dan pencegahan
komplikasi serta KB pasca persalinan)
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data umum klien untuk mengetahui identitas klien
b. Anamnesa untuk mengetahui keluhan utama, riwayat kehamilan masa lalu dan
tafsiran kehamilan saat ini
c. Data umum kesehatan saat ini
1) KU: baik/tidak, cemas/tidak, untuk mengetahui keadaan umum pasien
secara keseluruhan
2) Kesadaran: composmentis/apatis/letargis/somnolen
3) TTV meliputi
- TD: tekanan darah pada orang normal rata – rata 120/80 mmHg dengan
diastole maksimal 140 mmHg dan sistole maksimal 90 mmHg. Pada ibu
hamil tekanan darah menurun hingga pertengahan kehamilan. Tekanan
sistolik menurun hingga 8 – 10 mmHg sedangkan diatolik mengalami
penurunan 12 poin.
- Nadi: 70x/menit, ibu hamil 80 – 90x/menit.
- Suhu: Normal (36,5oC-37,5oC) bila suhu tubuh hamil > 37,5 oC dikatakan
demam, berarti ada infeksi dalam kehamilan.
- RR: Normal (12-20 x/menit). Jumlah pernapasan, kapasitas vital, dan
kapasitas napas maksimum tidak terpengaruh selama kehamilan
berlangsung. Ibu hamil akan bernapas lebih dalam sekitar 20 – 25 % dari
biasanya.
- BB: trimester I bertambah 4 kg, trimester II dan III bertambah
0,5kg/hari)
- TB: < dari 145 cm.(resiko meragukan, berhubungan dengan kesempitan
panggul)
d. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
- Rambut : bersih/kotor, warna hitam/merah jagung, mudah rontok/tidak
- Muka : Muka bengkak/oedem tanda eklampsi, terdapat cloasma
gravidarum sebagai tanda kehamilan. Muka pucat tanda anemia,
perhatikan ekspresi ibu, kesakitan atau meringis.
- Mata : Konjungtiva pucat menandakan anemia pada ibu yang akan
mempengaruhi kehamilan dan persalinan yaitu perdarahan, Sclera icterus
perlu dicurugai ibu mengidap hepatitis
- Hidung: Simetris, adakah sekret, ada kelainan lain.
- Mulut & gigi : Bibir pucat tanda ibu anemia, bibir kering tanda
dehidrasi, sariawan tanda ibu kekurangan vitamin C. Caries gigi
menandakan ibu kekurangan kalsium.
- Leher : Adanya pembesaran kelenjar tyroid menandakan ibu kekurangan
iodium, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kretinisme pada bayi
dan bendungan vena jugularis/tidak
- Dada : bagaimana kebersihannya, Terlihat hiperpigmentasi pada areola
mammae tanda kehamilan, puting susu datar atau tenggelam
membutuhkan perawatan payudara untuk persiapan menyusui. Adakah
striae gravidarum
- Genetalia: bersih/tidak, varises/tidak, ada condiloma/tidak
keputihan/tidak.
- Ekstremitas : Adanya oedem pada ekstremitas atas atau bawah dapat
dicurigai adanya hipertensi hingga Preeklampsi dan Diabetes melitus,
varises.tidak, kaki sama panjang/tidak memepengaruhi jalannya
persalinan.
2) Palpasi.
- Kepala: adakah benjolan abnormal
- Leher: Tidak tampak pembesaran vena jugularis. Jika ada hal ini
berpengaruh pada saat persalinan terutama saat meneran. Hal ini dapat
menambah tekanan pada jantung. Potensial terjadi gagal jantung. Tidak
tampak pembesaran kelanjar tiroid, jika ada potensial terjadi kelahiran
prematur, lahir mati, kretinisme dan keguguran. Tidak tampak
pembesaran limfe, jika ada kemungkinan terjadi infeksi oleh berbagai
penyakit misal TBC, radang akut dikepala
- Dada: Adanya benjolan pada payudara waspadai adanya Kanker
payudara dan menghambat laktasi. Kolostrum mulai diproduksi pada
usia kehamilan 12 minggu tapi mulai keluar pada usia 20 minggu.
- Abdomen:
a) Leopold I: Untuk menentukan usia kehamilan berdasarkan TFU dan
bagian yang teraba di fundus uteri.
b) Leopold II: Menentukan letak punngung anak padaletak memanjang
dan menentukan letak kepala pada ketak lintang.
c) Leopold III: Menentukan bagian terbawah janin, dan apakah bagian
terbawah sudah masuk PAP atau belum.
d) Leopold IV: Seberapa jauh bagian rerbawah masuk PAP.
- Ekstremitas: Adanya oedem pada ekstremitas atas atau bawah dapat
dicurigai adanya hipertensi hingga Preeklampsi dan Diabetes melitus.
3) Auskultasi
- Dada: Adanya ronkhi atau wheezing perlu dicurigai adanya asma atau
TBC yang dapat memperberat kehamilan.
- Abdomen: DJJ (+) normal 120-160 x/menit, teratur dan reguler.
4) Perkusi.
- Reflek patella: Reflek patella negatif menandakan ibu vit B1
2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan keinginan untuk makan akibat
mual dan muntah.
b. Resiko konstipasi berhubungan dengan Penurunan motilitas gastrointestinal
c. Ansietas berhubungan dengan Ancaman terhadap konsep diri sekunder
akibat kehamilan.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, dispnea sekunder akibat
penekanan pembesaran uterus pada diafragama dan peningkatan volume
darah
3. Intervensi
a. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan keinginan untuk makan akibat
mual dan muntah.
Tujuan : Status nutrisi membaik (L. 03030)
Intervensi keperawatan : Manajemen Nutrisi (I. 03119)
1. Observasi
Identifikasi status nutrisi
Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Identifikasi makanan yang disukai
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
Monitor asupan makanan
Monitor berat badan
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
2. Terapeutik
Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
3. Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
b. Resiko konstipasi berhubungan dengan Penurunan motilitas gastrointestinal
Tujuan : eliminasi fekal membaik
Intervensi Keperawatan : Pencegahan Konstipasi
1. Observasi:
Identifikasi factor risiko konstipasi (mis.asupan serat tidak adekuat,
asupan cairan tidak adekuat, aganglionik, kelemahan otot abdomen,
aktivitas fisik kurang)
Monitor tanda dan gejala konstipasi (mis.defekasi kurang 2 kali
seminggu, defekasi lama/sulit. Feses keras, peristaltic menurun)
Identifikasi status kognitif untuk mengkomunikasikan kebutuhan
Identifikasi penggunaan obat-obatan yang menyebabkan konstipasi
2. Terapeutik:
Batasi minuman yang mengandung kafein dan alcohol
Jadwalkan rutinitas BAK
Lakukan masase abdomen
Berikan terapi akupresur
3. Edukasi
Jelaskan penyebab dan factor risiko konstipasi
Anjurkan minum air putih sesuai dengan kebutuhan (1500-2000 ml/hari)
Anjurkan minum air putih sesuai dengan kebutuhan (1500-2000 ml/hari)
Anjurkan mengkonsumsi makanan berserat (25-30 gram/hari)
Anjurkan meningkatkan aktivitas fisik sesuai kebutuhan
Anjurkan berjongkok untk memfasilitasi proses BAB
4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi, jika perlu
c. Ansietas berhubungan dengan Ancaman terhadap konsep diri sekunder
akibat kehamilan.
Tujuan : Tingkat Ansietas menurun
Intervensi Keperawatan : Terapi Relaksasi
1. Observasi:
Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidakmampuan berkonsentrasi,
atau gejala lain yang menganggu kemampuan kognitif
Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum
dan sesudah latihan
Monitor respons terhadap terapi relaksasi
2. Terapeutik
Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
Gunakan pakaian longgar
Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
3. Edukasi
Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis, relaksasi yang tersedia (mis.
music, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
Anjurkan mengambil psosisi nyaman
Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang dipilih’
Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. napas dalam,
pereganganm atau imajinasi terbimbing )
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, dispnea sekunder akibat
penekanan pembesaran uterus pada diafragama dan peningkatan volume
darah
Tujuan : Toleransi Aktivitas Meningkat (L.05047)
Intervensi Keperawatan : Manajemen Energi (I. 05178)
1. Observasi:
Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Monitor kelelahan fisik dan emosional
Monitor pola dan jam tidur
Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
2. Terapeutik
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
3. Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA