Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS

DENGAN KASUS ANEMIA PADA NY M

DI BIDAN RIYANTI PANARUKAN

KABUPATEN SITUBONDO

disusun guna memenuhi tugas program pendidikan profesi (Ners)

DISUSUN OLEH :

MOHAMMAD RIFQY

14901.06.19019

PROGRAM STUDY PROFESI NERS

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG

PROBOLINGGO

2020
Laporan Pendahuluan Antenatal Care (ANC)

1. Pengertian

Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin
secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan (Depkes RI,
1996).

Antenatal care adalah perawatan selama masa kehamilan sebagai suatu manajemen kehamilan dimana
ibu dan anaknya diharapkan sehat dan baik (Hanifa Wiknjosastro, SPOG, dkk (2002) Ilmu Kebidanan).

2. Tujuan Pelayanan Antenatal Care.

a. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan memberikan
pendidikan gizi, kebersihan diri dan proses kelahiran bayi.

b. Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medis, bedah ataupun obstetri selama kehamilan.

c. Mengembangkan persiapan persalinan serta rencana kesiagaan menghadapi komplikasi.

d. Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan puerperium normal, dan
merawat anak secara fisik, psikologi dan social (Kusmiyati, et al., 2008).

3. Pelayanan Antenatal Care

Pelayanan antenatal dalam penerapan operasionalnya dikenal dengan standar minimal “7T” yang terdiri
dari:

1. Timbang badan dan tinggi badan dengan alat ukur yang terstandar.

Penimbangan dilakukan setiap kali ibu hamil memeriksakan diri, karena hubungannnya erat dengan
pertambahan berat badan lahir bayi. Berat badan ibu hamil yang sehat akan bertambah antara 10-12 Kg
sejak sebelum hamil (Nadesul, 2006). Tinggi badan hanya diukur pada kunjungan pertama. Ibu dengan
tinggi <145cm perlu diperhatikan kemungkinan panggul sempit sehingga menyulitkan pada saat
persalinan (Depkes RI, 1998).

2. Mengukur tekanan darah dengan prosedur yang benar.


Pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara rutin dengan tujuan untuk melakukan deteksi dini
terhadap terjadinya tiga gejala preeklamsi. Tekanan darah tinggi, protein urin positif, pandangan kabur
atau oedema pada ekstremitas. Apabila tekanan darah mengalami kenaikan 15 mmHg dalam dua kali
pengukuran dengan jarak 1 jam atau tekanan darah > 140/90 mmHg , maka ibu hamil mengalami
preeklamsi. Apabila preeklamsi tidak dapat diatasi maka akan menjadi eklamsi (Mufdlillah, 2009).

3. Mengukur Tinggi fundus uteri dengan prosedur yang benar.

Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan secara rutin untuk mendeteksi secara dini terhadap berat
badan janin. Indikator pertumbuhan janin intrauterin, tinggi fundus uteri juga dapat digunakan untuk
mendeteksi terhadap terjadinya molahidatidosa, janin ganda atau hidramnion (Nadesul, 2006)

4. Pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) lengkap (sesuai jadwal).

Pemberian imunisasi TT untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus.

Tabel 2. Jadwal pemberian imunisasi TTAntigen Interval (selang waktu minimal) Lama

perlindungan %

perlindungan

TT1 Pada kunjungan antenata pertama - -

TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun * 80

TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95

TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99

TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur hidup 99

Ket : * artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS tersebut melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan
terlindung dari TN (Tetanus Neonatorum) sumber: (Prawirohardjo, 2006).

5. Pemberian Tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.

Pemberian tablet tambah darah dimulai setelah rasa mual hilang satu tablet setiap hari, minimal 90
tablet. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 μg. Tablet besi
sebaiknya tidak minum bersama kopi, teh karena dapat mengganggu penyerapan (Prawirohardjo, 2006).
6. Tes laboratorium (rutin dan khusus).

Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan hemoglobin, protein urine, gula darah, dan
hepatitis B. Pemeriksaan khusus dilakukan didaerah prevalensi tinggi dan atau kelompok perilaku
terhadap HIV, sifilis, malaria, tubercolusis, cacingan dan thalasemia. (Meilani, et al., 2009).

7. Temu wicara (konseling).

Memberikan penyuluhan sesuai dengan kebutuhan seperti perawatan diri selam hamil, perawatan
payudara, gizi ibu hamil, tandatanda bahaya kehamilan dan janin sehingga ibu dan keluarga dapat
segera mengambil keputusan dalam perawatan selanjutnya dan

mendengarkan keluhan yang disampaikan (Meilani, et al., 2009).

Menurut dr. Suparyanto, pelayanan ANC yang benar adalah sebagai berikut :

· Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya
mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya (Saifudin, 2006).

· Bidan harus dapat mengenali perubahan yang mungkin terjadi, sehingga kelainan yang ada dapat
dikenali lebih dini. Ibu diberi tahu tentang kehamilannya, perencanaan tempat bersalin, juga perawatan
bayi dan menyusui (Mansjoer, 2005).

Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen (Saifudin, 2006) sebagai
berikut:

1. Informasi yang dapat diberikan

· Kegiatan fisik dapat dilakukan dalam batas normal.

· Kebersihan pribadi khususnya daerah genitalia harus lebih dijaga karena selama kehamilan terjadi
peningkatan sekret vagina.

· Pemilihan makanan sebaiknya yang bergizi dan tinggi serat.

· Pemakian obat harus dikonsultasikan dahulu dengan dokter atau tenaga medis lainnya.

· Wanita perokok atau peminum alkohol harus menghentikan kebiasaannya. Suami perlu diberi
pengertian tentang keadaan istrinya yang sedang hamil.
2. Anamnesis

· Pada wanita dengan haid terlambat dan diduga hamil. Ditanyakan hari pertama haid terakhir
(HPHT). Taksiran partus dapat ditentukan bila HPHT diketahui dan siklus haidnya teratur + 28 hari
dengan menggunakan rumus Naegele.

· Bila ibu lupa HPHT, tanyakan tentang hal lain seperti gerakan janin. Untuk primigravida gerakan
janin terasa pada kehamilan 18 minggu, sedangkan multigravida 16 minggu. Nausea biasanya hilang
pada kehamilannya 12-14 mingggu.

· Tanyakan riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya serta berat bayi yang pernah
dilahirkan. Demikian pula riwayat penyakit yang pernah diderita seperti penyakit jantung, paru, ginjal,
diabetes melitus. Selain itu ditanyakan riwayat menstruasi, kesehatan, keluarga, sosial, obstetri,
kontrasepsi, dan faktor risiko yang mungkin ada pada ibu.

3. Pemeriksaan umum

Pada ibu hamil yang datang pertama kali lakukan penilaian keadaan umum, status gizi dan tanda vital.
Pada mata dinilai ada tidaknya konjungtiva pucat, sklera ikterik, edema kelopak mata, dan kloasma
gravidarum. Periksa gigi untuk melihat adanya infeksi lokal. Periksa pula jantung, paru, mammae,
abdomen, anggota gerak secara lengkap.

4. Pemeriksaan Obstetri

Terdiri dari pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Sebelum pemeriksaan kosongkan kandung kemih.
Kemudian ibu diminta berbaring terlentang dan pemeriksaan dilakukan di sisi kanan ibu.

5. Pemeriksaan luar

· Lihat apakah uterus berkontraksi atau tidak. Bila berkontraksi, harus ditunggu sampai dinding
perut lemas agar dapat diperiksa dengan teliti. Agar tidak terjadi kontraksi dinding perut akibat
perbedaan suhu dengan tangan pemeriksa, sebelum palpasi kedua tangan pemeriksa digosokkan
dahulu.

· Cara pemeriksaan yang umum digunakan cara Leopold yang dibagi dalam 4 tahap. Pada
pemeriksaan Leopold I, II, dan III pemeriksa menghadap ke arah muka ibu, sedangkan pada Leopold IV
ke arah kaki. Pemeriksaan Leopold I untuk menentukan tinggi fundus uteri, sehingga usia kehamilan
dapat diketahui. Selain secara anatomi, tinggi fundus uteri dapat ditentukan dengan pita pengukur.
Bandingkan usia kehamilan yang didapat dengan hari pertama haid terakhir. Selain itu, tentukan pula
bagian janin pada fundus uteri: Kepala teraba sebagai benda keras dan bulat, sedangkan bokong lunak
dan tidak bulat.

· Dengan pemeriksaan Leopold II ditentukan batas samping uterus dan posisi punggung pada bayi
letak memanjang. Pada letak lintang ditentukan kepala. Pemeriksaan Leopold III menentukan bagian
janin yang berada di bawah.

· Leopold IV selain menentukan bagian janin yang berada di bawah, juga bagian kepala yang telah
masuk pintu atas panggul (PAP). Bila kepala belum masuk PAP teraba balotemen kepala.

· Dengarkan DJJ pada daerah punggung janin dengan stetoskop monoaural atau doppler. Dengan
stetoskop monoaural BJJ terdengar pada kehamilan 18-20 minggu, sedangkan dengan Doppler
terdengar pada kehamilan 12 minggu.

· Dari pemeriksaan luar diperoleh data berupa usia kehamilan, letak janin, persentase janin, kondisi
janin, serta taksiran berat janin.

· Taksiran berat janin ditentukan berdasarkan rumus Johnson Toshack. Perhitungan penting sebagai
pertimbangan memutuskan rencana persalinan pervaginam secara spontan. Rumus tersebut:

· Taksiran Berat Janin (TBJ) = (Tinggi fundus uteri (dalam cm) – N) X 155.

1. N = 13 bila kepala belum melewati PAP


2. N = 12 bila kepala masih berada di atas spina iskiadika
3. N = 11 bila kepala masih berada di bawah spina iskiadika.

6. Pemeriksaan dalam

· Siapkan ibu dalam posisi-litotomi lalu bersihkan daerah vulva dan perineum dengan larutan
antiseptik. Inspeksi vulva dan vagina apakah terdapat luka, varises, radang, atau tumor. Selanjutnya
lakukan pemeriksaan inspekulo. Lihat ukuran dan warna porsio, dinding, dan sekret vagina. Lakukan
pemeriksaan colok vagina dengan memasukan telunjuk dan jari tengah. Raba adanya tumor atau
pembesaran kelenjar di liang vagina. Periksa adanya massa di adneksa dan parametrium. Perhatikan
letak, bentuk, dan ukuran uterus serta periksa konsistensi, arah, panjang, porsio, dan pembukaan servik.
Pemeriksaan dalam ini harus dilakukan dengan cara palpasi bimanual.

· Ukuran uterus wanita yang tidak hamil kira-kira sebesar telur ayam. Pada kehamilan 8 minggu
sebesar telur bebek, 12 minggu sebesar telur angsa, dan 16 minggu sebesar kepala bayi atau tinju orang
dewasa.

7. Pemeriksaan panggul
Lakukan penilaian akomodasi panggul bila usia kehamilan 36 minggu karena jaringan dalam rongga
panggul lebih lunak, sehingga tidak menimbulkan rasa sakit. Masukkan telunjuk dan jari tengah ke dalam
liang vagina. Arahkan ujung kedua jari ke promontorium, coba untuk merabanya. Bila teraba, tentukan
panjang konjugata diagonalis. Dengan ujung jari menelusuri linea inominata kiri dan kanan sejauh
mungkin, tentukan bagian yang teraba. Raba lengkung sakrum dan tentukan apakah spina iskiadika kiri
dan kanan menonjol ke dalam. Raba dinding pelvik, apakah luruh atau konvergen ke bawah dan
tentukan panjang distansia interspinarum. Arahkan bagian palmar jari-jari tangan ke dalam simfisis dan
tentukan besar sudut yang dibentuk antara os pubis kiri dan kanan.

8. Pemeriksaan laboratorium

Pada kunjungan pertama diperiksa kadar hemoglobin darah, hematokrit, dan hitung leukosit. Dari urin
diperiksa beta-hCG, protein, dan glukosa.

4. Tempat Pelayanan Antenatal Care

Pelayanan antenatal care bisa didapatkan di Rumah Sakit, Puskesmas, Bidan Praktek Swasta, Dokter
Praktek Swasta, Posyandu. Pelayanan antenatal care hanya diberikan oleh tenaga kesehatan dan bukan
dukun bayi (Meilani, et al., 2009).

5. Kunjungan Antenatal

Kunjungan antenatal adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai dengan standar yang ditetapkan (Meilani, et al., 2009). Menurut kebijakan dari
Pemerintah kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama hamil. Dengan
ketentuan minimal satu kali pada trimester pertama, minimal satu kali pada trimester kedua, minimal
dua kali pada trimester ketiga. Standar waktu pelayanan tersebut ditentukan untuk menjamin mutu
pelayanan antenatal dan untuk memberi kesempatan yang cukup kepada pemberi asuhan antenatal
dalam menangani kasus risiko tinggi yang ditemukan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan
antenatal:

a. Kurangnya pengetahuan ibu tentang antental care


b. Kesibukan
c. Tingkat sosial ekonomi yang rendah
d. Dukungan suami yang kurang

e. Kurangnya kemudahan untuk pelayanan


ASUHAN KEPERAWATAN TEORI ANTENATAL CARE

A. Pengkajian Antenatal Care

Ø Aktifitas / Istirahat

BP ↓ , HR ↑ , Episode Sinkop, Edema.

Ø Integritas Ego

Persepsi diri

Ø Eliminasi

Konstipasi, miksi ↑ , BJ urine ↑ , haemoroid.

Ø Makanan & Cairan

· Morning sickness (TM I), nyeri ulu hati.

· Penambahan BB (8-12 kg), hipertrofi gusi (berdarah).

· Anemi fisiologis (Hemodilusi).

Ø Nyeri / Ketidak Nyamanan

Kram kaki, nyeri payudara & punggung, Braxton Hicks.

Ø Pernafasan

RR ↑

Ø Keamanan

· Suhu : 36,10C – 37,60C.

· DJJ ( 12 minggu dengan dopler, 20 minggu dengan fetoskop).

· Gerakan janin (20 minggu).

· Quickening & Ballotement.

· (16-20 minggu).

Ø Seksualitas
· Perubahan seksualitas, leukorea, peningkatan uterus.

· Payudara membesar , pigmentasi.

· Goodell, Hegar, chadwiks.

Ø Interaksi Sosial

Denial, maturasi, aseptent.

Ø Penyuluhan / Pembelajaran.

Ø Pemeriksaan Diagnostik.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d perubahan nafsu makan, mual
dan muntah.

2. Resiko tinggi defisit volume cairan b/d perubahan napsu makan, mual dan muntah.

3. Perubahan eliminasi urine b/d pembesaran uterus, ↑ GFR, ↑ sensitifitas VU.

4. Pola nafas tidak efektif b/d pergeseran diagfragma sekunder kehamilan.

5. Ketidaknyamanan b/d perubahan fisik dan pengaruh hormonal.

6. Perubahan pola seksualitas b/d perubahan struktur tubuh & ketidaknyaman.

7. Resiko tinggi konstipasi b/d penurunan peristaltik, penekanan uterus.

C. Intervensi Keperawatan

1. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d perubahan napsu makan, mual
dan muntah.

« Kriteria Hasil :

1) Menjelaskan komponen diet seimbang prenatal.

2) Mengikuti diet yang dianjurkan.

3) Mengkonsumsi Zat besi/ vitamin.


4) Menunjukkan ↑ BB ( min 1,5 kg pd TM I).

« Intervensi :

1) Tentukan asupan nutrisi /24 jam.

2) Kaji tentang pengetahuan kebutuhan diet.

3) Berikan nformasi tertulis diet prenatal & suplemen.

4) Tanyakan keyakinan diet sesuai budaya.

5) Timbang BB & kaji BB pregravid.

6) Berikan ↑ BB selama TM I yang optimal.

7) Tinjau tentang mual & muntah.

8) Pantau kadar Hb, test urine (aseton, albumin & glukosa).

9) Ukur pembesaran uterus.

10) Kolaborasi : program diet ibu hamil.

2. Resiko tinggi defisit volume cairan b/d perubahan napsu makan, mual dan muntah.

« Kriteri Hasil :

1) Mengidentifikasi & melakukan kegiatan untuk menurunkan frekwensi & keparahan mual/muntah.

2) Mengkonsumsi cairan sesuai kebutuhan.

3) Mengidentifikasi tanda & gejala dehidrasi.

« Intervensi :

1) Auskultasi DJJ.

2) Tentukan beratnya mual/muntah.

3) Tinjau riwayat (gastritis, kolesistiasis).

4) Anjurkan mempertahankan asupan cairan.

5) Kaji suhu, turgor kulit, membran mukosa, TD, intake & output, Timbang BB.

6) Anjurkan asupan minum manis, makan sedikit tapi sering, makan roti kering sebelum bangun tidur.
3. Perubahan eliminasi urine b/d pembesaran uterus, ↑ GFR, ↑ sensitifitas VU.

« Kriteria Hasil :

1) Mengungkapkan penyebab sering kencing.

2) Mengidentifikasi cara mencegah stasis urinarius.

« Intervensi :

1) Berikan informasi perubahan berkemih.

2) Anjurkan menghindari posisi tegak & supine dl waktu lama.

3) Berikan informasi intake cairan 6-8 gls/hr, penurunan intake 2-3 j pra rest.

4) Kaji nokturia, anjurkan keagel exercise/

5) Tekankan higiene toileting, memakai celana dr katun & menjaga vulva tetap kering.

6) Kolaborasi : Kaji riwayat medis (hipertensi, peny. ginjal & jantung)

4. Pola nafas tidak efektif b/d pergeseran diagfragma sekunder kehamilan.

« Kriteria Hasil :

1) Melaporkan ↓ keluhan.

2) Mendemonstrasikan fungsi pernapasan.

« Intervensi :

1) Kaji status pernapasan.

2) Pantau riwayat medis (alergi, rinitis, asma, TBC).

3) Kaji kadar HB à tekankan pentingnya vit.

4) Informasikan hubungan program latihan & kesullitan pernafasan.

5) Anjurkan istirahat & latihan berimbang.

6) Tinjau tindakan pasien untuk mengurangi keluhan.


5. Ketidaknyamanan b/d perubahan fisik dan pengaruh hormonal.

« Kriteria Hasil :

1) Mengidentifikasi tindakan yang melegakan & menghilangkan Ketidak nyamanan.

2) Melaporkan penatalaksanaan ketidak nyamanan.

« Intervensi :

1) Catat derajat rasa tidak nyaman minor.

2) Evaluasi derajat rasa tidak nyaman selama pemeriksaan lanjutan.

3) Anjurkan pemakaian korset uterus.

4) Tekankan menghindari stimulasi puting.

5) Instruksikan perawatan puting mendatar.

6) Kaji adanya haemoroid.

7) Instruksikan penggunaan kompres dingin & intake tinggi serat pada haemoroid.

8) Instruksikan posisi dorsofleksi pd kaki & mengurangi keju/susu.

9) Kaji tingkat kelelahan dengan aktifitas dl keluarga.

10) Kolaborasi : suplemen kalsium.

6. Perubahan pola seksualitas b/d perubahan struktur tubuh & ketidaknyaman.

« Kriteria Hasil :

1) Mendiskusikan perubahan dl hasrat seksual.

2) Identifikasi langkah mengatasi situasi.

3) Melaporkan adaptasi perubahan & modifikasi situasi selama kehamilan.

« Intervensi :

1) Tentukan pola aktivitas seksual pasangan.

2) Kaji dampak kehamilan terhadap kehamilan.

3) Diskusikan miskonsepsi seksualitas kehamilan.


4) Anjurkan pilihan posisi koitus selama kehamilan.

5) Informasikan tindakan yang dpt ↑ kontraksi (stimulasi puting susu, orgasme pada wanita,
sperma).

6) Kolaborasi : konseling bila masalah tidak teratasi.

7. Resiko tinggi konstipasi b/d penurunan peristaltik, penekanan uterus.

« Kriteria Hasil :

1) Mempertahankan pola fungsi usus normal.

2) Mengidentifikasi perilaku beresiko.

3) Melaporkan tindakan untuk meningkatkan eliminasi.

« Intervensi :

1) Tentukan kebiasaan eliminasi sebelum hamil & perhatikan perubahan selama hamil.

2) Kaji adanya haemoroid.

3) Informasikan diet : buah, sayur, serat & intake cairan adekuat.

4) Anjurkan latihan ringan.

5) Kolaborasi : berikan pelunak feces bila diet tak efektif


A. ANATOMI FISIOLOGI

Anatomi darah

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua mahkluk hidup yang berfungsi
mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut
bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap
virus atau bakteri.
Darah merupakan komponen yang unik darah merupakan satu-satunya jaringan
cairan dalam tubuh manusia
1. Fungsi darah
a. Membawa gas, nutrisi dan produk sisa metabolisme. Oksigen masuk kedalam
darah dalam prau-paru dan diangkut ke sel. Karbon dioksida, yang diproduksi
oleh sel, diangkut dalam darah ke paru-paru, dimana ia dikeluarkan. Nutrisi, ion
dan air yang dicerna dibawa oleh darah dari saluran pencernaan ke sel, dan
produk sisa metabolisme dipindahkan ke ginjal untuk di eliminasi.
b. Membentuk gumpalan darah (clot). Protein pembekuan membantu membendung
kehilangan darah ketika pembuluh darah terluka. Sehingga, darah tidak terus-
menerus mengalir keluar dari dalam tubuh.
c. Transportasi molekul yang diproses oleh tubuh. Sebagian besar zat diproduksi di
satu bagian tubuh dan diangkut dalam darah ke bagian lainnya.
d. Perlindungan terhadap zat asing. Antibodi dalam darah membantu melindungi
tubuh dari patogen (zat asing).
e. Transportasi molekul yang mengatur proses tubuh, seperti hormon dan enzim.
f. Pemeliharaan suhu tubuh. Darah hangat diangkut dari dalam ke permukaan
tubuh, dimana panas dilepaskan dari darah keluar tubuh melalui pori-pori.
g. Pengaturan pH dan osmosis. Albumin (protein darah) merupakan penyangga
darah yang mempunyai peranan penting terhadap tekanan osmotik darah,
dimana tekanan osmotik berperan dalam menjaga kadar air dalam aliran darah.
B. DEFINISI

Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb)
atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah
merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011).
Anemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan menurunnya kadar zat
warna merah dalam sel darah merah atau eritrosit yang disebut sebagai hemoglobin.
(Manuaba, 2010).Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dimana kadar hemoglobin
dibawah 11 gr %. ( Saifuddin, 2006)

C. MANIFESTASI KLINIS (TANDA GEJALA)


1. 5 L yaitu : lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai
2. Pusing dan pandangan mata berkunang-kunang
3. Dyspnea, nafas pendek dan mudah lelah saat aktivitas 9pengiriman O 2 berkurang)

D. KLASIFIKASI
1. Anemia Aplastik
Anemia aplastik merupakan suatu gangguan yang mengancam jiwa pada sel
induk di sum-sum tulang yang sel-sel darah diproduksi dalam jumlah yang tidak
mencukupi. Anemia aplastik dapat terjadi secara congenital maupun idiopatik (
penyebabnya tidak diketahui). Secara marfologis, sel darah mer4ah terlihat
normositik dan normokronik. Jumlah retikulosit rendah atau tidak ada dan biop[si
sumsum tulang menunjukan keadaan yang disebut “ pungsi kering” dengan
hipoplasia nyata dan penggatian dengan jarinagan lemak.
2. Anemia defisiensi besi
Anemia defesiensi besi adalah dimana keadaan kandungan besi tubuh total
turun dibawah tingkat normal. Defesiensi besi merupakan penyebab utama
anemia didunia, dan tetutama seringdijumpai pada wanita usia subur,
disebabkan oleh kekurangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan
kebutuhan besi selama kehamilan. Pada anemia defisiensi besi pemeriksaan
darah menunjukan jumlah sel darah merah normal atau hamper normal dan
kadar Hb berkurang. Pada perifer sel darah merah Mikrositik dan Hiprokromik
disertai poikilositosi dan asisositosis jumlah retikulosis dapat normal atau
berkurang. Kadar besi berkurang, sedangkan kapasitas mengikat besi serum
total meningkat.
3. Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan asam volat
menunjukan perubahan yang sama antara sumsum tulang dan drah tepi, karena
kedua vitamin tersebut esensial bagiu sintesis DNA normal. Pada setiap kasus,
terjadi hyperplasia sumsum tulang, precursor eritroit dan myeloid besara dan
aneh dan beberapa mengalami multinukleasi.

E. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil adalah:
1. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahiran oleh seorang ibu baik lahir
hidup maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai resiko
mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan
kebutuhan nutrisi. Karena selama hamil zat-zat gizi akan terbai untuk ibu dan untuk
janin yang dikandungnya. (Djalimus dan Herlina, 2008)Jarak kehamilanJarak
kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia. Hal ini
dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat gizi
belum optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung. (
Wiknjosastro, 2005)
2. Pendidikan
Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang
diderita masyarakat adalah karena kekurangan gizi banyak di jumpai daerah
pedesaan dengan malnutrisi atau kekurangan gizi. Kehamilan dan persalinan
dengan jarak yanng berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial
ekonomi rendah. ( Amirudin dan Herlina 2004)
F. PATOFISIOLOGI
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini
adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah
merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma
(konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada
sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2.
derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia
dan hemoglobinemia.

G. PATHWAY
Defisiensi Fe, asam fiolat dan vit B12

Bahan baku pembuatan sel darah berkurang

Konsentrasi sel darah merah menurun (HB )

ANEMIA

Vakositas darah menurun Kurangnya suplai HB turun


oksigen
kelemahan
Resitensi aliran darah perifer
Anemia megaloblastik
Aliran o2 ke jaringan menurun

Perubahan perfusi jaringan kelemahan

Perfusi jaringan tidak efektif Intoleransi aktivitas

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hematokrit menurun.
Jumlah eritrosit : menurun, menurun berat (aplastik);
Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan
pravelensi anemia (Nyoman, 2002). Keuntungan metode pemeriksaan Hb adalah
mudah, sederhana dan penting bila kekurangan besi tinggi, seperti pada kehamilan
sedangkan keterbatasan pemerisaan Hb adalah spesifitasnya kurang yaitu sekitar 65-
99% dan sensitifitasnya 80-90% (Riswan,2003).
1. MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata)
menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik, peningkatan. Pansitopenia
(aplastik).

I. KOMPLIKASI
Komplikasi anmia yang mungkin muncul pada ibu hamil meliputi :
1. Bahaya selama kehamilan
a. Tumbuh kembang janin terlambat
b. hiperemesis gravidarum dan gestosis.
c. Menimbulkan plasenta previa.
d. Dapat menimbulkan solusio plasenta.
2. Bahaya terhadap persalinan
a. Persalinan berlangsung lama.
b. Sering terjadi fetal distress.
c. Persalinan dengan tindakan operasi.
d. Terjadi emboli air ketuban

J. PENATALAKSAAAN
1. Penatlaksanaan medis
a. Terapi oral
Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi.
Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau
suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30
menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan
2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu
pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan
kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi
hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek
samping yang normal dan tidak berbahaya. Dan biasanya asupan nutrisi yang
mengandung zat besi cenderung lebih tinggi pada ibu hamil daripada wanita
normal.
Umumnya asupan nutrisi meningkat 2 kali lipat daripada wanita
normal.Pengobatan yang lain:
1) Asam folik 15 – 30 mg per hari
2) Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
3) Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
4) Perrosulfat 3x200mg/hari/per oral sehabis makan
5) Peroglukonat 3x200mg/hari/oral sehabis makan.
b. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat
diberikan transfusi darah.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. ANAMNESE
1. Biodata meliputi ( nama, usia, jenis kelamin, suku dan kebangsaan, pendidikan,
pekerjaaan, alamat, )
2. Keluhan utama : Kelelahan dan kelemahan umum dapat merupakan satu-satunya
gejala penurunan kapasitas pengangkutan oksigen. Keluhan utama meliputi letih,
lesu, lemah, lelah , pandangan berkunang-kunang
3. Riwayat penyakit dahulu : Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab
anemia. Penyakit-penyakit tertentu seperti infeksi dapat memungkinkan terjadinya
anemia.
4. Riwayat kesehatan keluarga : Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit
darah merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya anemia yang cenderung
diturunkan secara genetik.
5. Riwayat kesehatan sekarang Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan
sebab dari anemia, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan
terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga
nantinya bisa ditentukan apa yang terjadi. Pada pasien anemia masa kehamilan,
pasien bisa mengeluhkan pusing, lelah, dll.
6. Pengkajian data dasar (Pola fungsi kesehatan)
a. Aktivitas-istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum
Tanda : takikardia/ takipnae.
b. Integritas ego
Gejala : keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan tranfusi darah
Tanda : depresi.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Hitung kadar Hb dalam darah
b. Jumlah darah rutin. Sampel darah yang diambil di lengan dinilai untuk darah
hitungan. Anemia terdeteksi jika tingkat hemoglobin lebih rendah daripada
normal.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan supali dan kebutuhan
oksigen
2. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb dalam
darah
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahan sdkunder tidak adekuat (penurunan
HB)

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan NOC NIC

1. Intoleransi Setelah Kontrol nyeri Manajemen energy


aktivitas dilakukan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
Indicator SA ST yang mengakibatkan kelelahan
tindakan
2. Monitor kelelahan fisik dan
keperawatan Mengenali 3 5 emosional
3. Sediakan lingkungan nyaman dan
selama 2x kapan nyeri rendah stimulus
24 jam di terjadi 4. Lakukan latihan rentang gerak
pasif/aktif
harapkan
5. Berikan aktivitas distraksi yang
Menggambarkan 3 5
nyeri menenangkan
faktor penyebab 6. Anjurkan tirah baring
berkurang
7. Anjurkan melakukan aktivitas secara
Melaporkan 3 5 bertahap
8. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
nyeri yang cara meningkatkan asupan makan
terkontrol 9.

2. 1.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono, 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal Dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Jakarta
Saifuddin AB. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
YBP-SP, Jakarta
Varney, Helen, 2002. Buku Saku Bidan, Edisi Bahasa Indonesia Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta
Wiknjosastro H, 2002. Ilmu kebidanan. Edisi Ketiga. Yayasan Bina Pustaka Jakarta

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Patrick Davay, 2002, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai