Disusun Oleh:
MOHAMMAD RIFQY
(14901.06.19019)
1. DEFINISI KOMPLEMENTER
Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam sistem
pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak
menjadi bagian dari pengobatan konvensional.
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer adalah
pengobatan nonkonvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Jadi
untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi
merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah
pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun –
temurun pada suatu Negara.
1.PENGERTIAN BEKAM
Bekam atau hijamah berarti torehan darah. Bekam hanya boleh dilakukan pada
pembekuan / penyumbatan pembuluh darah, karena fumgsi bekam yang sesungguhnya
adalah untuk mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh (Ridwan, 2010).
Bekam merupakan metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah kotor
dari dalam tubuh melalui permukaan kulit. Bekam adalah pengobatan yang sudah dikenal
sejak ribuan tahun sebelum masehi nama lainya adalah canduk, canthuk, kop mambakan,
di Eropa dikenal dengan istilah “Cupping Therapiotic Method”. Dalam bahasa mandarin
disebut Pa Hou Kuan (Darwis, 2015).
2.JENIS-JENIS BEKAM
Cara kerja bekam dilihat dari sisi menis merupakan kedokteran tradisional,
dibawah kulit, otot, maupun fascia terdapat suatu poin atau titik yang mempunyai sifat
istimewa. Antara poin satu dengan poin lainnya saling berhubungan membujur dan
melintang membentuk jarring-jaring atau jala, dengan adanya jala ini, maka terdapat
hubungan yang erat antara bagian dalam dengan bagian luar, antara bagian kiri tubuh dan
bagian kanan tubuh, antara organ – organ tubuh dan jaringan bawah kulit, antara organ
dengan tangan dan kaki, antara organ padat dengan organ berongga, dan lain sebagainya,
sehingga membentuk satu kesatuan yang tak terpisahkan dan dapat bereaksi secara
serentak.
Kelainan yang terjadi pada satu poin ini dapat ditularkan dan mempengaruhi poin
lainnya. Juga sebaliknya pengobatan pada satu poin akan menyembuhkan poin lainnya.
Teori ini dapat menjelaskan bahwa seseorang yang sakit matanya tidak perlu dibekam
pada matanya namun dapat dibekan di sekitar kepala dan tengkuknya.
Penelitian terbaru di dunia kedokteran modern ternyata menemukan bahwa poin-
poin itu adalah merupakan poin istimewa “motor points” pada perlekatan neuromuscular
yang mengandung banyak mitokondria, mengandung tinggi myoglobin, sebagaian besar
selnya menggunakan metabolism oksidatif, dan lebih banyak mengandung cell mast,
kelenjar limfe, kapiler, venula, bundle, dan pleksus saraf, serta ujung saraf akhir,
disbanding dengan daerah yang bukan poin istimewa.
Para peneliti membuktikan bahwa apabila dilakuakan pada satu pon, maka kulit
(kutis), jaringan bawah kulit (sub kutis), fascia dan ototnya akan terjadi kerusakan dari
mas cell dan lain-lain. Akibat kerusakan ini akan dilepaskan beberapa zat seperti
serotonin, histamine, bradikinin, slow reacting substance (SRS), serta zat-zat lain yang
belum diketahui. Zat-zat inilah yang menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan arteriol,
serta flare reaction pada daerah yang dibekam. Dilatasi kapiler juga dapat terjadi ditempat
yang jauh dari tempat pembekaman.
Reaksi-reaksi itu menyebabkan terjadi perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah
yang memicu timbulnya efek relaksasi (pelemasan) otot – otot yang kaku serta akibat
vasodilatasi umum akan menurunkan tekanan darah secara stabil. Fakta terpenting dari
proses pembekaman pada poin istimewa – poin istimewa adalah dilepaskannya
corticotrophin releasing factor (CRF), serta releasing factor lainnya oleh adenohipofise.
CRF selanjutnya akan menyebabkan terbentuknya ACTH, corticotrophin, dan
corticosteroid. Corticosteroid ini mempunyai efek menyembuhkan peradangan serta
menstabilkan permeabilitas sel (Darwis, 2015).
Pada proses pembekaman pada poin istimewa pun didapati munculnya golongan
histamine. Golongan histamine mempunyai manfaat dalam proses reparasi (perbaikan)
sel jaringan yang rusak, serta memacu pembentukan reticulo enthelial cell, yang kan
meningkatkan daya resistensi (daya tahan) dan imunitas (kekebalan) tubuh.
4. PRINSIP TERAPI BEKAM
Manfaat bekam dapat menyembuhkan penyakit karena pada dasarnya pada terapi
bekam terjadi 3 hal prinsip penyembuhan, yaitu:
1. Pengeluaran toksik dan darah kotor, dengan dikeluarkan toksik dan darah kotor
yang rusak atau tidak dapat bekerja dalam tubuh maka tubuh akan lebih segar dan
sehat.
2. Perbaikan fungsi organ tubuh. Organ tubuh yang terganggu fungsinya akan
disembuhkan dengan cara perbaikan jaringan dan sel yang ada padanya sehingga
bisa berfungsi sehat kembali.
3. Penambahan antibody tubuh. Organ tubuh yang terinfeksi kuman penyakit dapat
sembuh secara alami karena tubuh memproduksi zat antibody yang bisa membunuh
kuman penyakit yang merugikan bagi tubuh. Jika organ tubuh sudah bebas dari
infeksi penyakit maka tubuh akan sehat kembali.
Darah bekam yang keluar melalui proses bekam dilihat dari hasil penelitian
laboratorium dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Bahwa darah bekam mengandung sepersepuluh kadar sel darah putih (leukosit)
yang ada dalam darah. Hal tersebut terlihat dalam kasus yang diteliti tanpa ada
pengecualian sehingga ini menunjukkan bahwa terapi bekam tetap melindungi dan
sekaligus mengeluarkan unsur-unsur sistem kekebalan.
2. Adapun eritrosit (sel darah merah), semua sel darah merah memiliki bentuk yang
tidak normal, artinya sel-sel tersebut tidak mampu melakukan fungsinya, disamping
itu juga menghambat sel-sel lain yang masih aktif. Hal tersebut mengindikasikan
bawasannya proses bekam membuang sel-sel darah merah yang rusak dan darah
yang tidak dibutuhkan lagi dengan tetap mempertahankan sel-sel darah putih
didalam tubuh.
3. Kapasitas ikatan zat besi dalam darah bekam tinggi sekali (550-1100), satu hal yang
menunjukkan bahwa bekam mempertahankan zat besi yang ada didalam tubuh tidak
ikut keluar bersama darah yang dikeluarkan dengan bekam sebagai awal
penggunaan zat besi tersebut dalam pembentukan sel-sel baru
6. LARANGAN BEKAM
Terapi bekam ini dilarang digunakan pada penderita tekanan darah rendah,
penderita sakit kudis, wanita hamil, dan wanita yang sedang haid. Orang-orang yang
sedang minum obat pengencer darah, penderita leukemia, trombosit, alergi kulit yang
serius, orang yang sangat letih, kelaparan, kekenyangan, kehausan dan orang yang sedang
gugup. Adapun anggota tubuh yang tidak boleh dibekam yaitu mata, telinga, hidung,
mulut, putting susu, alat kelamin, dubur, area tubuh yang banyak simpul limfa, area tubuh
yang dekat pembuluh besar, area tubuh yang ada farises, tumor, retak tulang, jaringan
luka dan anjurkan untuk tidak makan selama 1 jam sebelumnya dan tidak mandi 5 jam
setelahnya.
1. PENGERTIAN AKUPUNTUR
Kata akupunktur berasal dari bahasa Yunani, yaitu acus yang berarti jarum dan
punctura yang berarti menusuk. Di dalam bahasa Inggris menjadi to puncture, sedangkan kata
asal dalam bahasa Cina adalah cenciu. Kata tersebut kemudian diadaptasikan ke dalam bahasa
Indonesia menjadi akupunktur atau tusuk jarum. Sebagai suatu sistem pengobatan,
akupunktur dapat didefenisikan sebagai suatu pengobatan yang dilakukan dengan cara
menusukkan jarum di titik-titik tertentu pada tubuh pasien. Maksudnya adalah agar pasien
sehat kembali.
2. SEJARAH AKUPUNTUR
Ilmu akupunktur merupakan ilmu pengobatan yang berasal dari negara Cina dan telah
dikenal sejak 4000-5000 tahun yang lalu. Menurut buku Huang Ti Nei Ching (The Yellow
Emperror’s Classic of Internal Medicine) ilmu akupunktur sudah mulai dikenal sejak zaman
batu, di mana digunakan jarum batu untuk menyembuhkan penyakit.
Perkembangan ilmu akupunktur di Cina dimulai pada zaman Cun Ciu Can Kuo (770-
221 SM). Pada zaman ini ilmu akupunktur berkembang dengan menggunakan bahan dari batu
berubah ke bambu, dari bambu ke tulang, dan kemudian perunggu.
Baru pada masa pertengahan abad XX, ilmu akupunktur bangkit dengan mengadakan
penyesuain terhadap tuntutan zaman serta perkembangan ilmiah zaman modern. Di negara
Cina, praktik akupunktur tidak saja dilakukan oleh akupunkturis (pengobatan Cina) saja akan
tetapi dokter-dokter lulusan Fakultas Kedokteran Cina juga melakukan praktik serupa.
Bahkan, ilmu akupunktur merupakan sebuah mata pelajaran dalam perguruan tinggi
kedokteran di negara tersebut. Sejak tahun 1958 mulai diintensifkan riset dalam bidang ilmu
pengobatan akupunktur. Pada tahun 1968 mulai diadakan riset penggunaan ilmu akupunktur
dalam pembedahan sebagai anestesi.
Di negara Korea, ilmu akupunktur diperkirakan masuk sejak 2000 tahun yang lampau.
Dan pada tahun 1963, ilmuwan dari negeri tersebut yang bernama Prof. Kim Bong Han, ahli
Biologi dari Universitas Pyong Yang telah meneliti dan mendemonstrasikan secara histologis
dan elektrobiologis tentang meridian dan titik akupunktur dalam teori yang disebut teori
sistem Kyung Rak.
Di Amerika Serikat, ilmu akupunktur telah berkembang lama dalam lingkungan Cina
Town di Kota San Francisco dan New York. Di Elstein Hospital dan Massachuset Hospital
telah dilakukan penyelidikan mengenai anestesi dengan akupunktur. Demikian pula para
dokter di Michigan’s State Hospital telah berhasil menggunakan akupunktur sebagai anestesi
pada beberapa pembedahan antara lain pencangkokan kulit, eksisi tumor, operasi hernia,
pencabutan gigi yang dilaporkan memuaskan.
Teori yin-yang mengemukakan bahwa segala sesuatu di bumi ini terdiri atas dua hal
yang berlawanan, yaitu yin dan yang. Yin-yang mempunyai pengertian alamiah bahwa
sesuatu di alam semesta berdasarkan dua sifat, yaitu saling berlawanan, saling seimbang,
saling menghidupkan dan tidak mutlak Dalam yin terdapat yang (gelap-terang). Dalam yang
terdapat yin (terang-gelap). Selama tercapai keseimbangan (homeostasis) antara yin dan yang
maka tubuh manusia dalam kondisi sehat.
Menurut Dharmojono (2010), dalam ilmu akupunktur dikenal 12 organ. Enam organ
berkarakter yin dan enam organ lainnya berkarakter yang. Organ berkarakter yin dikenal
sebagai organ chang, sedangkan organ berkarakter yang disebut fu. Kedua organ dalam
tersebut, dinamakan chang fu. Yang termasuk organ chang fu sebagai berikut: Organ chang :
Paru-paru (Lung= LU), Jantung (Hearth= HT), Hearth capsule (HC), Limpa (Spleen = SP),
Hati (Liver = LR), Ginjal (Kidney = KI), Perikardium (PC). Organ fu: Usus besar (large
intestine = LI), Usus kecil (small intestine = SI), Sanciao (three energizer = TE), Lambung
(stomach = ST), Kantung empedu (gall blader = GB), Kandung kemih (bladder = BL).
Salah satu teori pengobatan dalam akupunktur adalah hukum lima unsur, karena kondisi
seimbang maupun sakit tidak bersifat linear, tetapi mempunyai kompleksitas secara dinamis.
Teori lima unsur dalam pengobatan tradisional dapat diartikan sebagai fenomena fisiologis
maupun patofisiologis dalam kedokteran modern. Energi dalam teori lima unsur, yaitu: Kayu-
Api- Tanah- Logam- Air yang bersirkulasi saling menghidupi, membatasi, penindasan, dan
penghinaan. Di mana semua unsur tersebut saling berinteraksi dan berusaha menimbulkan
suatu harmoni dalam tubuh untuk menjaga keseimbangan energi untuk mencapai kondisi
sehat.
Meridian adalah suatu sistem lintasan abstrak yang membentuk jala-jala tempat qi
mengalir secara teratur, berkala, berirama dan membentuk aliran siklus yang tertutup.
Diketahui bahwa qi adalah penggerak dan tanda kehidupan maka seseorang yang dikatakan
sehat apabila qi mengalir di dalam meridian secara teratur, berirama, dan membentuk siklus
tertutup (Dharmojono, 2010).
1) Meridian Paru-paru (Lung - LU). Meridian LU terdiri dari 11 meridian yang titik-titiknya
tersebar mulai dari dada, tulang rusuk, tulang selangka, otot-otot biseps pada sisi radial,
lipatan siku, pergelangan tangan, telapak tangan, sampai ibu jari.
2) Meridian Usus Besar (Large Intestine - LI). Terdiri dari 20 titik tersebar mulai dari sisi
radial jari telunjuk, punggung tangan, sisi radial pergelangan tangan, lipatan siku, otot
humeri dan deltoideus, tulang bahu, tulang belikat, cuping hidung, sampai nasolabialis.
3) Meridian Lambung (Stomach - ST). Terbagi menjadi 45 titik yang mengalir dari tepi
bawah mata, sudut mulut, sudut rahang, dahi, tulang klavikula bagian dada, tulang rusuk,
sisi luar garis perut, lipatan paha, lutut, lipatan kaki, sampai jari kaki.
4) Meridian Limpa (Spleen - SP). Terdiri dari 21 titik yang mengalir mulai dari ibu jari kaki,
mata kaki, di bawah condylus tibiae, di atas patela, antara symfisis pubis dan patela, sisi
luar pembuluh darah paha, garis sisi luar perut III, garis sisi luar dada III, titik tengah
penghubung antara lekukan dalam ketiak dan ujung rusuk ke-12 serta antara rusuk.
5) Meridian Jantung (Heart - HT). Memiliki 9 titik meliputi tepi bawah otot pektoralis, atas
lipatan siku, atas lipatan pergelangan tangan, telapak tangan, dan sisi ulnar jari ke-5
6) Meridian Usus Kecil (Small Intestine – SI). Terdiri dari 19 titik akupunktur yang berada
pada alur meridian SI meliputi: sisi ulnar jari ke-5, metacarpal, lipatan pergelangan
tangan, lekukan ulnaris, belakang sendi bahu, otot-otot sekitar bahu, antara lain;
supraspinatus, sternocleidomastoideus, scapulae.
7) Meridian Kandung Kemih (Bladder - BL). Terdiri dari 67 titik yang mengalir mulai dari
pangkal hidung, alis mata, tepat diatas pupil mata dalam keadaan tertutup, dua jari dari sisi
luar tulang belakang punggung, bagian tengah lipatan bokong-paha, pertengahan paha
bagian belakang, lipatan lutut, mata kaki, telapak kaki, jari kelingking kaki
8) Meridian Ginjal (Kidney - KI). Terdiri dari 27 titik yang mengalir mulai dari telapak kaki,
mata kaki, di depan perlekatan tendon achiles, bagian luar meridian CV.
9) Meridian Perikardium (Pericard - PC). Meridian PC terdiri dari 9 titik yang mengalir
mulai dari bagian luar garis dada II, lipatan ketiak, lipatan siku, pergelangan tangan,
telapak tangan, bagian belakang radial basis kuku.
10) Meridian Sanciao (Triple Energizer – TE). Terdiri dari 23 titik yang mengalir mulai dari
ujung jari manis tangan, jari kelingking tangan, punggung tangan, pergelangan tangan,
lipatan siku, di daerah lekukan telinga, di atas apex telinga, ujung alis mata.
11) Meridian Kandung Empedu (Gallblader - GB). Terdiri dari 44 titik yang mengalir melalui
bagian bawah mandibula, di atas otot pipi, sisi luar kepala, apex telinga, di belakang
telinga, daerah dahi, batas bawah ujung tulang rusuk ke-12, sisi luar sendi lutut, tulang
mata kaki, telapak kaki.
12) Meridian Hati (Liver – LV). Terdiri dari 14 titik yang terdapat pada ibu jari kaki, mata
kaki bagian depan, sisi bagian dalam arteri femoralis. Di bawah sisi luar tulang kemaluan,
di bawah ujung rusuk ke-11, di bawah puting susu. Meridian Istimewa Unilateral:
13) Meridian TU (Governing Vessel - GV). Terdiri dari 28 titik meridian yang mengalir mulai
dari pertengahan antara tulang ekor dan anus, di bawah proc. Spinosus lumbal ke-2, di
bawah proc.spinalis lumbar ke-1, titik tengah lekukan leher bagian belakang, lekukan
antara otot trapezius, di atas foramen magnum, garis tengah sagital kepala, dahi, ujung
hidung, di tenganh ujung bibir atas, di antara gusi atas dan ginggiva bibir atas.
14) Meridian REN (Conception Vessel – CV). Terdiri dari 24 titik meridian yang tersebar
mulai dari di antara anus dan scrotum pada pria atau dengan labium majus pada wanita,
pertengahan batas atas simfisis pubis, di sekitar pusat, ujung proc.xypoideus, antara 2
puting susu, daerah lekukan batas atas manubrium sterni, daerah lekukan.
a. Columna Vertebralis
b.Vertebrae Lumbal
c.Discuss Intervertebralis
Menurut setiobudi (2016:3) tulang belakang adalah organ penting yang terdiri dari
tulang (vertebrae), bantalan (disc), persendian, dan saraf. Tulang belakang ini bertumpuk-
tumpuk mulai dari leher sampai ke tulang ekor. Di antara tulang terdapat bantalan dan
Saraf tulang belakang terlindungi dalam rongga tulang belakang. Saraf tulang
belakang (spinal cord) penting sekali untuk menghubungkan sinyal dari otak ke otot di
tangan dan kaki sehingga bisa bergerak. Saraf ini juga berfungsi untuk menyalurkan
sinyal sensoris dari kulit ke otak sehingga kita bisa merasakan tekanan, suhu di sekitar
tulang belakang. Gerakan yang terjadi di tulang belakang adalah fleksi, ekstensi, fleksi
samping, dan rotasi. Selain dihubungkan oleh sendi dan bantalan, tulang belakang juga
diperkuat oleh ligamen. Ligamen ini membatasi gerakan tulang belakang sehingga
gerakan yang membahayakan saraf tidak terjadi. Jika ligamen tidak berfungsi dengan
baik, tulang belakang menjadi tidak stabil dan gerakan tidak normal dapat terjadi.
Akibatnya, punggung atau leher merasa sakit. Terkadang saraf tulang belakang bisa
terjepit.
Dalam rongga tulang belakang, kita mendapati saraf besar (spinal cord) dan saraf
kecil (nerve root). Saraf besar berfungsi untuk koordinasi gerakan otot. Saraf kecil
berfungsi untuk menggerakkan otot dan merasakan sensori. Jika saraf kecil ini terjepit,
A. Definisi
Low Back Pain (LBP) atau dalam bahasa indonesia adalah nyeri punggung bawah (NPB) adalah
suatu gejala berupa nyeri di bagian pinggang yang dapat menjalar ke tungkai kanan atau kiri. Dapat
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya.
Nyeri ini terasa di antara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau
lumbosakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai. Nyeri yang berasal dari
daerah punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah
lain dirasakan di daerah punggung bawah (refered pain) (Muttaqien, 2013).
B. Klasifikasi
NPB disebabkan oleh berbagai kelainan atau perubahan patologik yang mengenai berbagai
macam organ atau jaringan tubuh. Oleh karena itu beberapa ahli membuat klasifikasi yang berbeda
atas dasar kelainannya atau jaringan yang mengalami kelainan tersebut. Macnab menyusun
klasifikasi NPB sebagai berikut: (Muttaqien, 2013).
1. Viserogenik : NPB yang bersifat viserogenik disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal
atau visera di daerah pelvis, serta tumor retroperitoneal.
2. Neurogenik : NPB yang bersifat neurogenik disebabkan oleh keadaan patologik pada saraf yang
dapat menyebabkan NPB.
3. Vaskulogenik : Aneurisma atau penyakit vaskular perifer dapat menimbulkan NPB atau nyeri
yang menyerupai iskialgia.
4. Psikogenik : NPB psikogenik pada umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan,
dan depresi, atau campuran antara kecemasan dan depresi.
5. Spondilogenik : NPB spondilogenik ini ialah suatu nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses
patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang (osteogenik), diskus
intervertebralis (diskogenik), dan miofasial (miogenik), dan proses patologik di artikulasio
sakroiliaka.
C. Etiologi
1. Kongenital, misalnya Faset tropismus (asimetris), kelainan vertebra misalnya sakralisasi,
lumbalisasi, dan skoliosis serta Sindrom ligamen transforamina yang menyempitkan ruang untuk
jalannya nervus spinalis hingga dapat menyebabkan NPB.
2. Trauma dan gangguan mekanik: Trauma dan gangguan mekanik merupakan penyebab utama
NPB. Orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau sudah lama tidak melakukannya
dapat menderita NPB akut, atau melakukan pekerjaan dengan sikap yang salah dalam waktu lama
akan menyebabkan NPB kronik. Trauma dapat berbentuk lumbal strain (akut atau kronik), fraktur
(korpus vertebra, prosesus tranversus), subluksasi sendi faset (sindroma faset), atau spondilolisis
dan spondilolistesis.
3. Radang (Inflamasi), misalnya Artritis Rematoid dan Spondilitis ankilopoetika (penyakit Marie-
Strumpell)
4. Tumor (Neoplasma): Tumor menyebabkan NPB yang lebih dirasakan pada waktu berbaring atau
pada waktu malam. Dapat disebabkan oleh tumor jinak seperti osteoma, penyakit Paget,
osteoblastoma, hemangioma, neurinoma, meningioma. Atau tumor ganas, baik primer (mieloma
multipel) maupun sekunder: (metastasis karsinoma payudara, prostat, paru tiroid ginjal dan lain-
lain).
5. Gangguan metabolik: Osteoporosis dapat disebabkan oleh kurangnya aktivitas/imobilisasi lama,
pasca menopouse, malabsorbsi/intake rendah kalsium yang lama, hipopituitarisme, akromegali,
penyakit Cushing, hipertiroidisme/tirotoksikosis, osteogenesis imperfekta, gangguan nutrisi
misalnya kekurangan protein, defisiensi asam askorbat, idiopatik, dan lain-lain. Gangguan
metabolik dapat menimbulkan fraktur kompresi atau kolaps korpus vertebra hanya karena trauma
ringan. Penderita menjadi bongkok dan pendek dengan nyeri difus di daerah pinggang.
6. Degenerasi, misalnya pada penyakit Spondylosis (spondyloarthrosis deforman), Osteoartritis,
Hernia nukleus pulposus (HNP), dan Stenosis Spinal.
7. Kelainan pada alat-alat visera dan retroperitoneum, pada umumnya penyakit dalam ruang
panggul dirasakan di daerah sakrum, penyakit di abdomen bagian bawah dirasakan di daerah
lumbal.
8. Infeksi : Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. NPB yang disebabkan infeksi akut
misalnya : disebabkan oleh kuman pyogenik (stafilokokus, streptokokus, salmonella). NPB yang
disebabkan infeksi kronik misalnya spondilitis TB (penyakit Pott), jamur, osteomielitis kronik.
9. Problem psikoneurotik : NPB karena problem psikoneuretik misalnya disebabkan oleh histeria,
depresi, atau kecemasan. NPB karena masalah psikoneurotik adalah NPB yang tidak mempunyai
dasar organik dan tidak sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis, bila ada
kaitan NPB dengan patologi organik maka nyeri yang dirasakan tidak sesuai dengan penemuan
gangguan fisiknya.
10. Adapun faktor resiko untuk NPB antara lain adalah: usia, jenis kelamin, obesitas, merokok,
pekerjaan, faktor psikososial, dan cedera punggung sebelumnya.
D. Patofisiologi
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri.
Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas
dari system ini dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan intensitas yang dirasakan berbeda di
antara tiap individu. Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon
hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa
kimia, mekanik, ataupun termal. Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses
sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus
diaktifkan.
Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan
menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah
pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme
otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi
pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang
diakibatkan lesi primer pada system saraf. Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan
dua kemungkinan.
Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari
nervinevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan
bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua,
penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler dimana terjadi
akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot
spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan dasar
pemeriksaan Laseque.
G. Komplikasi
Skoliosis merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan pada penderita nyeri punggung
bawah karena Spondilosis. Hal ini terjadi karena pasien selalu memposisikan tubuhnya kearah yang
lebih nyaman tanpa mempedulikan sikap tubuh normal. Hal ini didukung oleh ketegangan otot pada
sisi vertebra yang sakit (Rosyadi, 2010).
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan (Muttaqin, 2013)
Informasi dan edukasi.
a. Pada NPB akut: Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan berat badan, posisi
tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas dan dingin) masase, traksi (untuk
distraksi tulang belakang), latihan : jalan, naik sepeda, berenang (tergantung kasus), alat
Bantu (antara lain korset, tongkat)
b. NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas termal), latihan kondisi
otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat badan posisi tubuh dan aktivitas
2. Medis
a. Formakoterapi.
1) NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat), injeksi epidural
(steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler
2) NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan (gabapentin,
karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker (klonidin, prazosin), opioid
(kalau sangat diperlukan)
b. Invasif non bedah
1) Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)
2) Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung bawah yang
intractable)
c. Bedah
HNP, indikasi operasi :
1) Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat minggu: nyeri
berat/intractable / menetap / progresif.
2) Defisit neurologik memburuk.
3) Sindroma kauda.
4) Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak berhasil
5) Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik dan
radiologic.
I. Prognosis
Prognosis sangat baik, akan mengalami perbaikan nyata dari cedera lumbal strain atau sprain.
Dengan fisiotherapy dan pemberian medikamentosa secara adekuat, 90% pasien mengalami
penyembuhan dalam waktu 1 bulan. Namun demikian nyeri pinggang strain dapat menjadi kronik
bila tidak dilakukan penglolaan secara benar termasuk perubahan perilaku yng dapat menyebabkan
strain atau sprain lumbal (Risky, 2011).
ASKEP TEORI
A. Pengkajian
1. Identitas pasien: biasanya terjadi pada orang yang mempunyai pekerjaan berat, jarang
olahrga
2. Keluhan utama : Biasanya pasien mengatakan nyeri punggung akut maupun kronis
lebih dari dua bulan, nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit, nyeri menyebar
kebagian bawah belakang kaki.
3. Lingkungan Pekerjaan
a) Jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan yang mengharuskan pekerjanya duduk terlalu lama dan jenis
pekerjaan yang mengangkat beban berat misalnya kuli pasar yang mengangkat beban
di bahunya lebih dari 25kg sehari akan memperbesar timbulnya keluhan nyeri
pinggan (low back pain).
Faktor resiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot rangka
terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan barang, posisi
atau sikap tubuh selama bekerja, getaran, dan kerja statis.
b) Aktifitas fisik
Ada banyak hal yang menyebabkan nyeri pinggang, diantaranya adalah
aktivitas fisik yang berlebihan, seperti ; mengangkat benda/beban berat,
membungkuk, posisi tubuh yang tidak tepat saat beraktivitas, seperti; naik tangga,
duduk dan berdiri dari tempat duduk (seperti masuk dan keluar dari mobil, bak
mandi, tempat tidur), memutarkan badan terlalu keras, membungkukkan badan ke
depan, berlari, dan berjalan dengan kecepatan yang berlebihan.
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering tidak
disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan
seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah
dapat menimbulkan nyeri pinggang, misalnya; pada pekerja kantoran yang terbiasa
duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang
mahasiswa yang seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu menulis.
Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke
muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur kasur yang tidak menopang spinal.
Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian
tengahnya lentur. Posisi menggangkat beban dari posisi berdiri langsung membungkuk
mengambil beban merupakan posisi yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat
setelah jongkok terlebih dahulu.
Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasan, beberapa
aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam
dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk yang monoton lebih dari 2
jam dalam sehari, naik turun anak tangga lebih dari 10 anak tangga dalam sehari,
berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari dapat pula meningkatkan resiko timbulnya
nyeri pinggang.
c) Olahraga
Olahraga yang berlebihan dapat menyebabkan otot atau tulang salah
tempat. Porsi latihan yang berlebih juga tidak bagus bagi tubuh. Tiap-tiap
orang memiliki batas gerak tubuh yang berbeda. Gerak otot dan tulang yang
terlalu di forsir dapat menyebabkan cedera otot dan persendian.
d) Vibrasi
Vibrasi dengan frekuensi rendah memberi efek fisiologis pada tubuh
manusia, khususnya terhadap orang-orang di dalamnya. Selain dari kuitantitas
frekuensi yang juga berpengaruh adalah intensitas, arah, serta durasi getaran.
Secara biologis, tubuh manusia terdiri dari massa yang tidak homogen serta
berupa sistem yang non-linier. Dalam hal ini, frekuensi getaran bebas sebesar
4 sampai 5 Hz-lah yang paling banyak pengaruhnya.
Khusus getaran 4 sampai 5 Hz, yang paling dipengaruhi adalah dinding
perut dan dada, serta diafragma atau sekat antara rongga dada dan perut.
Akibat getaran yang terus-menerus dan tak tertahankan, seorang bisa
menderita nyeri kronis atau gangguan degeneratif pada tulang, otot, dan
jaringan ikat di bagian punggung.
4. Pemeriksaan Fisik
a) Observasi : amati cara berjalan penderita pada waktu masuk ruang periksa, juga cara
duduk yang disukainya. Bila pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk
pemeriksaan neurologis). Amati juga apakah perilaku penderita konsisten dengan
keluhan nyerinya (kemungkinan kelebihan psikiatrik).
b) Inspeksi : untuk kolumna vertebralis (thoroko-lumbal dan lumbopsakral) berikut
deformitasnya, serta gerakan tulang belakang, seperti fleksi kedepan, ekstensi
kebelakang, fleksi kelateral kanan dan kiri.
c) Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal sehingga penderita
berjalan sangat hati-hati (kemungkinan infeksi, inflamasi, tumor dan fraktur).
d) Palpasi : apakah terdapat nyeri tekan pada tulang belakang atau pada otot-otot
disamping tulang belakang? Apakah tekanan dari diantara dua prosessus spinosus
menimbulkan rasa nyeri (spurling sign).
e) Perkusi : perhatikan apakah timbul nyeri jika processus spinosus diketok.
b) Eliminasi
Gejala : Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya
inkontenensia/retensi urine
c) Integritas Ego
Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan,
finansial keluarga.
Tanda : Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
d) Neurosensori
Gejala : Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda : Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania, nyeri
tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi nyeri (sensori)
e) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan
adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat defekasi,
mengangkat kaki, atau fleksi pada leher, nyeri yang tidak ada hentinya atau
adanya episode nyeri yang lebih berat secara interminten; nyeri menjalar ke
kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan; kaku pada leher (servikal). Terdengar
adanya suara “krek” saat nyeri baru timbul/saat trauma atau merasa “punggung
patah”, keterbatasan untuk mobilisasi/membungkuk kedepan.
Tanda : Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena,
perubahan cara berjalan: berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang
terangkat pada bagian tubuh yang terkena, nyeri pada palpasi.
f) Keamanan
Gejala : Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi .
1. Intervensi Keperawatan
N SLKI SIKI
O
1 Setelah di lakukan tindakan a) Identifikasi klien dalam membantu
keperawatan dalam kurun waktu menghilangkan rasa nyerinya
1X20 menit diharapkan masalah b) Berikan informasi tentang penyebab
nyeri akut berkurang dengan kriteria dan cara mengatasinya
hasil : c) Tindakan penghilangan rasa nyeri
1. menyatakan nyeri berkurang noninvasif dan nonfarmakologis
2. terapi non farmakologi (posisi, balutan (24-48 jam),
3. skala nyeri distraksi dan relaksasi
4. Indikator nyeri verbal dan noverbal d) Lakukan terapi akupuntur sesuai
(tidak menyeringai) titik yang di butuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Askep LBP (Low Back Pain) Diakses pada tanggal 8 Mei 2020.
http://nursingbegin.com/askep-lbp/
Fatahillah ahmad . 2016. Asosiasi bekam Indonesia .tim diklat abipusat.jakarta timur
KEPERAWATAN KOMPLEMENTER
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. U
Umur : 26 Tahun
Pendidikan : SD
Terapi / operasi yang dilakukan : pasien mengatakan tidak pernah terapi akupuntur
maupun bekam, dan pernah operasi sc pada saat melahirkan anak pertama.
Genogram :
: Perempuan
: Hubungan keluarga
: Pasien
: Meninggal
c. Pola Cairan :
Sebelum sakit : Pasien mengatakan minum ±7 gelas air putih per hari
Saat Sakit : Pasien mengatakan minum ±7 gelas air putih per hari
d. Pola Aktivitas
Sebelum sakit : Pasien mengatakan setiap hari selalu membereskan
pekerjaan rumah, menggendong anaknya yang masih berumur 1th
Saat Sakit : Pasien mengatakan tetap bekerja sebagai ibu rumah tangga,
tetapi secara perlahan dan hati-hati, tidak pernah menggendong anaknya karena nyeri
pada punggung.
e. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan Bab 1-2x sehari, bau khas, warna
kuning, frekuensi padat
Pasien mengatakan Bak 1-4x sehari, bau khas, warna kuning
Saat Sakit : Pasien mengatakan Bab 1-2x sehari, bau khas, warna
kuning, frekuensi padat
Pasien mengatakan Bak 1-4x sehari, bau khas, warna kuning
g. Pola Kognitif
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sholat 5 waktu
Kesadaran : Komposmetis
2. Kepala
Normo chepalik …….ya ……..tidak
4. Mata
Alis mata …….Normal ……..Rontok
Kelopak mata
Konjungtiva
Sklera
Bola mata
5. Telinga
Sekret …….ada ……..tidak
Serumen …….ada ……..tidak
6. Hidung
Deformitas …….ada ……..tidak
8. Leher
Simetris …….ya ……..tidak
9. Thorak
Simetris …….ya ……..tidak
10. Paru
Inspeksi
Bentuk : Simetris
Palpasi :
Pergerakan : simetris
Perkusi:
Auskultasi :
11. Jantung
Inspeksi :
Palpasi
Perkusi :
Batasan kanan :-
Batasan kiri :-
Auskultasi :
Suara 1 : Tunggal
Suara 2 : Tunggal
12. Abdomen
Inspeksi:
Palpasi
Auskultasi :
Perkusi :
14. Integumen
Tampak pucat …….Ya ……tidak
Rambut :
Tidak ada
2. Pemeriksaan radiology
Tidak ada
Tidak ada
ANALISA DATA
.
INTRVENSI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
FOTO DOKUMENTASI
FOTO DOKUMENTASI