Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KOMPLEMENTER DENGAN KASUS “LOW BACK PAIN”


NY. U DI GRIYA AKUPUNTUR
KABUPATEN JEMBER

Disusun guna untuk memenuhi tugas program pendidikan profesi (Ners)

Disusun Oleh:

MOHAMMAD RIFQY
(14901.06.19019)

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


STIKES HASHAWATY ZAINUL HASAN
GENGGONG PROBOLINGGO
2020
A. TEORI TERAPI KOMPLEMENTER

1. DEFINISI KOMPLEMENTER
Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam sistem
pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak
menjadi bagian dari pengobatan konvensional.
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer adalah
pengobatan nonkonvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Jadi
untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi
merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah
pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun –
temurun pada suatu Negara.

2. KLASIFIKASI TERAPI KOMPLEMENTER


a) Mind-body therapy : intervensi dengan teknik untuk memfasilitasi kapasitas berpikir
yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi berpikir yang mempengaruhi fisik dan
fungsi tubuh (imagery, yogo, terapi musik, berdoa, journaling, biofeedback, humor,
tai chi, dan hypnoterapy).
b) Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan kesehatan yang mengembangkan
pendekatan pelayanan biomedis (cundarismo, homeopathy, nautraphaty).
c) Terapi biologis yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-hasilya misalnya herbal,
dan makanan.
d) Terapi manipulatif dan sistem tubuh (didasari oleh manupulasi dan pergerakan tubuh
misalnya kiropraksi, macam-macam pijat, rolfiing, terapi cahaya dan warna, serta
hidroterapi.
e) Terapi energi : terapi yang berfokus pada energi tubuh (biofields) atau mendapatkan
energi dari luat tubuh (terapetik sentuhan, pengobatan sentuhan, reiki, external qi
gong magnet) terapi ini kombinasi antar energi dan bioelektromagnetik.

3. MACAM TERAPI KOMPLEMENTER


Terapi komplementer ada yang invasif dan noninvasif. Contoh terapi
komplementer invasif adalah akupuntur dan cupping (bekam basah) yang menggunakan
jarum dalam pengobatannya. Sedangkan jenis non-invasif seperti terapi energi (reiki,
chikung, tai chi, prana, terapi suara), terapi biologis (herbal, terapi nutrisi, food
combining, terapi jus, terapi urin, hidroterapi colon dan terapi sentuhan modalitas;
akupresur, pijat bayi, refleksi, reiki, rolfing, dan terapi lainnya (Hitchcock et al., 2016)

1.PENGERTIAN BEKAM

Bekam atau hijamah berarti torehan darah. Bekam hanya boleh dilakukan pada
pembekuan / penyumbatan pembuluh darah, karena fumgsi bekam yang sesungguhnya
adalah untuk mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh (Ridwan, 2010).
Bekam merupakan metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah kotor
dari dalam tubuh melalui permukaan kulit. Bekam adalah pengobatan yang sudah dikenal
sejak ribuan tahun sebelum masehi nama lainya adalah canduk, canthuk, kop mambakan,
di Eropa dikenal dengan istilah “Cupping Therapiotic Method”. Dalam bahasa mandarin
disebut Pa Hou Kuan (Darwis, 2015).

2.JENIS-JENIS BEKAM

Jenis bekam diantaranya adalah:


1. Bekam kering atau bekam angina, yaitu menghisap permukaan kulit dan memijat
tempat sekitarnya tanpa mengeluarkan darah kotor. Bekam kering ini berkhasiat
untuk pengobatan secara darurat atau digunakan untuk meringankan nyeri punggung
karena rheumatic, juga penyakit – penyakit nyeri punggung. Kulit yang dibekam akan
tampak merah kehitam-hitaman selama 3 hari.
2. Bekam luncur, dilakukan dengan cara mengkop pada bagian tubuh ttertentu dan
meluncurkan ke bagian tubuh yang lain. Teknik bekam ini biasa dilakukan untuk
pemanasan pasien yang berfungsi untuk melancarkan peredaran darah, pelemasan
otot, dan menyehatkan kulit.
3. Bekam tarik, dilakukan seperti ditarik-tarik. Dibekam hanya beberapa detik kemudian
ditarik dan ditempelkan lagi hingga kulit menjadi merah.
4. Bekam basah, yaitu mengeluarkan darah kotor setelah bekam kering dengan melukai
permukaan kulit dengan menggunakan jarum (lancet), lalu di sekitarnya dihisap
dengan alat cupping set dan hand pump. Lamanya setiap hisapan 3 sampai 5 menit,
dan maksimal 9 menit, lalu darah kotor dibuang. Penghisapan tidak lebih dari tujuh
kali isapan. Darah kotor berupa darah merah pekat dan berbuih.

3. CARA KERJA BEKAM MENURUT MEDIS

Cara kerja bekam dilihat dari sisi menis merupakan kedokteran tradisional,
dibawah kulit, otot, maupun fascia terdapat suatu poin atau titik yang mempunyai sifat
istimewa. Antara poin satu dengan poin lainnya saling berhubungan membujur dan
melintang membentuk jarring-jaring atau jala, dengan adanya jala ini, maka terdapat
hubungan yang erat antara bagian dalam dengan bagian luar, antara bagian kiri tubuh dan
bagian kanan tubuh, antara organ – organ tubuh dan jaringan bawah kulit, antara organ
dengan tangan dan kaki, antara organ padat dengan organ berongga, dan lain sebagainya,
sehingga membentuk satu kesatuan yang tak terpisahkan dan dapat bereaksi secara
serentak.
Kelainan yang terjadi pada satu poin ini dapat ditularkan dan mempengaruhi poin
lainnya. Juga sebaliknya pengobatan pada satu poin akan menyembuhkan poin lainnya.
Teori ini dapat menjelaskan bahwa seseorang yang sakit matanya tidak perlu dibekam
pada matanya namun dapat dibekan di sekitar kepala dan tengkuknya.
Penelitian terbaru di dunia kedokteran modern ternyata menemukan bahwa poin-
poin itu adalah merupakan poin istimewa “motor points” pada perlekatan neuromuscular
yang mengandung banyak mitokondria, mengandung tinggi myoglobin, sebagaian besar
selnya menggunakan metabolism oksidatif, dan lebih banyak mengandung cell mast,
kelenjar limfe, kapiler, venula, bundle, dan pleksus saraf, serta ujung saraf akhir,
disbanding dengan daerah yang bukan poin istimewa.
Para peneliti membuktikan bahwa apabila dilakuakan pada satu pon, maka kulit
(kutis), jaringan bawah kulit (sub kutis), fascia dan ototnya akan terjadi kerusakan dari
mas cell dan lain-lain. Akibat kerusakan ini akan dilepaskan beberapa zat seperti
serotonin, histamine, bradikinin, slow reacting substance (SRS), serta zat-zat lain yang
belum diketahui. Zat-zat inilah yang menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan arteriol,
serta flare reaction pada daerah yang dibekam. Dilatasi kapiler juga dapat terjadi ditempat
yang jauh dari tempat pembekaman.
Reaksi-reaksi itu menyebabkan terjadi perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah
yang memicu timbulnya efek relaksasi (pelemasan) otot – otot yang kaku serta akibat
vasodilatasi umum akan menurunkan tekanan darah secara stabil. Fakta terpenting dari
proses pembekaman pada poin istimewa – poin istimewa adalah dilepaskannya
corticotrophin releasing factor (CRF), serta releasing factor lainnya oleh adenohipofise.
CRF selanjutnya akan menyebabkan terbentuknya ACTH, corticotrophin, dan
corticosteroid. Corticosteroid ini mempunyai efek menyembuhkan peradangan serta
menstabilkan permeabilitas sel (Darwis, 2015).
Pada proses pembekaman pada poin istimewa pun didapati munculnya golongan
histamine. Golongan histamine mempunyai manfaat dalam proses reparasi (perbaikan)
sel jaringan yang rusak, serta memacu pembentukan reticulo enthelial cell, yang kan
meningkatkan daya resistensi (daya tahan) dan imunitas (kekebalan) tubuh.
4. PRINSIP TERAPI BEKAM
Manfaat bekam dapat menyembuhkan penyakit karena pada dasarnya pada terapi
bekam terjadi 3 hal prinsip penyembuhan, yaitu:
1. Pengeluaran toksik dan darah kotor, dengan dikeluarkan toksik dan darah kotor
yang rusak atau tidak dapat bekerja dalam tubuh maka tubuh akan lebih segar dan
sehat.
2. Perbaikan fungsi organ tubuh. Organ tubuh yang terganggu fungsinya akan
disembuhkan dengan cara perbaikan jaringan dan sel yang ada padanya sehingga
bisa berfungsi sehat kembali.
3. Penambahan antibody tubuh. Organ tubuh yang terinfeksi kuman penyakit dapat
sembuh secara alami karena tubuh memproduksi zat antibody yang bisa membunuh
kuman penyakit yang merugikan bagi tubuh. Jika organ tubuh sudah bebas dari
infeksi penyakit maka tubuh akan sehat kembali.
Darah bekam yang keluar melalui proses bekam dilihat dari hasil penelitian
laboratorium dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Bahwa darah bekam mengandung sepersepuluh kadar sel darah putih (leukosit)
yang ada dalam darah. Hal tersebut terlihat dalam kasus yang diteliti tanpa ada
pengecualian sehingga ini menunjukkan bahwa terapi bekam tetap melindungi dan
sekaligus mengeluarkan unsur-unsur sistem kekebalan.
2. Adapun eritrosit (sel darah merah), semua sel darah merah memiliki bentuk yang
tidak normal, artinya sel-sel tersebut tidak mampu melakukan fungsinya, disamping
itu juga menghambat sel-sel lain yang masih aktif. Hal tersebut mengindikasikan
bawasannya proses bekam membuang sel-sel darah merah yang rusak dan darah
yang tidak dibutuhkan lagi dengan tetap mempertahankan sel-sel darah putih
didalam tubuh.
3. Kapasitas ikatan zat besi dalam darah bekam tinggi sekali (550-1100), satu hal yang
menunjukkan bahwa bekam mempertahankan zat besi yang ada didalam tubuh tidak
ikut keluar bersama darah yang dikeluarkan dengan bekam sebagai awal
penggunaan zat besi tersebut dalam pembentukan sel-sel baru

5. WAKTU EFEKTIF BERBEKAM


Pemilihan waktu bekam adalah sebagai tindakan preventif terhadap penyakit.
Terapi bekam untuk pengobatan penyakit harus dilakukan kapanpun pada saat
dibutuhkan. Menurut Ridwan, sebaiknya bekam tidak dilakukan saat perut kosong
ataupun terlalu kenyang, sebaiknya dilakukan kurang lebih satu jam setelah makan.

6. LARANGAN BEKAM

Terapi bekam ini dilarang digunakan pada penderita tekanan darah rendah,
penderita sakit kudis, wanita hamil, dan wanita yang sedang haid. Orang-orang yang
sedang minum obat pengencer darah, penderita leukemia, trombosit, alergi kulit yang
serius, orang yang sangat letih, kelaparan, kekenyangan, kehausan dan orang yang sedang
gugup. Adapun anggota tubuh yang tidak boleh dibekam yaitu mata, telinga, hidung,
mulut, putting susu, alat kelamin, dubur, area tubuh yang banyak simpul limfa, area tubuh
yang dekat pembuluh besar, area tubuh yang ada farises, tumor, retak tulang, jaringan
luka dan anjurkan untuk tidak makan selama 1 jam sebelumnya dan tidak mandi 5 jam
setelahnya.

7. PERAN PERAWAT DALAM TERAPI BEKAM


Peran perawat dalam pelaksanaan bekam diantranya adalah sebagai: caregiver,
advoctet, educator dan researcher.
1. Caregiver
Sebagai caregiver perawat dalam melaksanakan praktek bekam dapat melakukan
langsung proses pembekaman dengan menggunakan pendekatan langkah-langkah
proses keperawatan yaitu: pengkajian terlebih dahulu kepada pasien yang meliputi:
pemeriksaan fisik, pemeriksaan TTV, sehingga hasil dari itu dapat dilakukan
pembekaman pada titik yang tepat sesuai dengan masalah kesehatan yang dialami
pasien.
2. Advocate
Sebagai advocate, peran perawat diantaranya dengan menyeleksi pasien yang
memungkin untuk dilakukan pembekaman sehingga meminimalkan resiko
komplikasi penyakit khususnya pada pasien yang mengalami gangguan pada sistem
hematologi seperti gangguan pembekuan darah, anemia berat dan pasien dengan
kondisi fisik yang sangat lemah
3. Educator
Sebagai educator, perawat dapat memberikan pendidkan kesehatan sesuai dengan
masalah kesehatan pasien sehingga menunjang terjadinya perubahan perilaku yang
pada akhirnya dapat menyembuhkan penyakit. Perawat juga dapat mengajarkan pada
pasien untuk dapat melakukan pembekaman secara mandiri dirumah jika
memungkinkan.
4. Researcher
Peran sebagai researcher, dalam hal ini perawat sangat memiliki peluang yang
luas untuk melakukan penelitian, karena penelitian-penelitian tentang bekam belum
banyak dilakukan. Dengan banyaknya bukti-bukti ilmiah yang nantinya diharapkan
pengobatan dengan teknik akan menjadi salah satu trends di masyarakat khusunya
untuk Indonesia. Sehingga bekam selain digunakan sebagai salah satu cara
pengobatan penyakit, juga sekaligus dijadikan sebagai sarana untuk pencegahan
penyakit dan relaksasi

1. PENGERTIAN AKUPUNTUR

Kata akupunktur berasal dari bahasa Yunani, yaitu acus yang berarti jarum dan
punctura yang berarti menusuk. Di dalam bahasa Inggris menjadi to puncture, sedangkan kata
asal dalam bahasa Cina adalah cenciu. Kata tersebut kemudian diadaptasikan ke dalam bahasa
Indonesia menjadi akupunktur atau tusuk jarum. Sebagai suatu sistem pengobatan,
akupunktur dapat didefenisikan sebagai suatu pengobatan yang dilakukan dengan cara
menusukkan jarum di titik-titik tertentu pada tubuh pasien. Maksudnya adalah agar pasien
sehat kembali.

Saputra (2016) mendefinisikan akupunktur sebagai suatu cara pengobatan yang


memanfaatkan rangsangan pada titik akupunktur untuk memengaruhi aliran bio energi tubuh
berdasar pada filosofi keseimbangan hubungan antara permukaan tubuh dan organ melalui
sistem meridian yang spesifik. Dalam satu meridian terdapat beberapa titik akupunktur yang
dimanfaatkan sebagai pintu masuk rangsangan ke dalam meridian.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa akupunktur


merupakan suatu pengobatan yang dilakukan dengan cara menusukkan jarum di titik-titik
tertentu pada tubuh melalui sistem meridian yang spesifik yang bertujuan untuk
mengembalikan sistem keseimbangan tubuh sehingga tubuh sehat kembali.

2. SEJARAH AKUPUNTUR

Perkembangan Akupunktur di Luar Negeri

Ilmu akupunktur merupakan ilmu pengobatan yang berasal dari negara Cina dan telah
dikenal sejak 4000-5000 tahun yang lalu. Menurut buku Huang Ti Nei Ching (The Yellow
Emperror’s Classic of Internal Medicine) ilmu akupunktur sudah mulai dikenal sejak zaman
batu, di mana digunakan jarum batu untuk menyembuhkan penyakit.

Perkembangan ilmu akupunktur di Cina dimulai pada zaman Cun Ciu Can Kuo (770-
221 SM). Pada zaman ini ilmu akupunktur berkembang dengan menggunakan bahan dari batu
berubah ke bambu, dari bambu ke tulang, dan kemudian perunggu.

Baru pada masa pertengahan abad XX, ilmu akupunktur bangkit dengan mengadakan
penyesuain terhadap tuntutan zaman serta perkembangan ilmiah zaman modern. Di negara
Cina, praktik akupunktur tidak saja dilakukan oleh akupunkturis (pengobatan Cina) saja akan
tetapi dokter-dokter lulusan Fakultas Kedokteran Cina juga melakukan praktik serupa.
Bahkan, ilmu akupunktur merupakan sebuah mata pelajaran dalam perguruan tinggi
kedokteran di negara tersebut. Sejak tahun 1958 mulai diintensifkan riset dalam bidang ilmu
pengobatan akupunktur. Pada tahun 1968 mulai diadakan riset penggunaan ilmu akupunktur
dalam pembedahan sebagai anestesi.

Di negara Korea, ilmu akupunktur diperkirakan masuk sejak 2000 tahun yang lampau.
Dan pada tahun 1963, ilmuwan dari negeri tersebut yang bernama Prof. Kim Bong Han, ahli
Biologi dari Universitas Pyong Yang telah meneliti dan mendemonstrasikan secara histologis
dan elektrobiologis tentang meridian dan titik akupunktur dalam teori yang disebut teori
sistem Kyung Rak.

Di negara Belanda, akupunkturis Wilhelem ten Rhyne, seorang dokter VOC


mengungkapkan pengobatan rematik dengan akupunktur di dalam bukunya dan diterbitkan
pada tahun 1683 di London. Di negara Perancis, pada tahun 1863, Louise Berlioz
mengungkapkan secara jelas dalam bukunya tentang ilmu akupunktur. Bahkan sebelum itu
tahun 1816 Louise mempelajari penggunaan elektropuncture dan pada tahun 1825
electropuncture mulai digunakan untuk pengobatan gout, rematik, dan lain-lain.

Di Amerika Serikat, ilmu akupunktur telah berkembang lama dalam lingkungan Cina
Town di Kota San Francisco dan New York. Di Elstein Hospital dan Massachuset Hospital
telah dilakukan penyelidikan mengenai anestesi dengan akupunktur. Demikian pula para
dokter di Michigan’s State Hospital telah berhasil menggunakan akupunktur sebagai anestesi
pada beberapa pembedahan antara lain pencangkokan kulit, eksisi tumor, operasi hernia,
pencabutan gigi yang dilaporkan memuaskan.

3. PERKEMBANGAN AKUPUNTURDI INDONESIA

Perkembangan akupunktur di Indonesia bila dibandingkan dengan negara-negara lain


tidaklah tertinggal. Hidupnya cara pengobatan akupunktur di Indonesia seumur dengan
adanya perantau Cina yang masuk ke negara Indonesia. Mereka membawa kebudayannya
termasuk pengobatan akupunktur ke Indonesia. Hanya saja pada saat itu akupunktur masih
berkembang di lingkungan mereka dan sekitarnya. Selanjutnya sejak tahun 1963, Departemen
Kesehatan dalam rangka melakukan penelitian dan pengembangan cara pengobatan timur
termasuk akupunktur, atas instruksi Menteri Kesehatan waktu itu (Prof. Dr. Satrio), telah
membentuk tim riset Ilmu Pengobatan Tradisional Timur. Maka sejak saat itu praktik
akupunktur diadakan secara resmi di RS Cipto Mangunkusumo.

Dalam perkembangannya, tuntutan masyarakat terhadap pelayanan akupunktur semakin


meningkat, sehingga saat ini telah terbentuk pendidikan akupunktur untuk jenjang Diploma
III (Ahli Madya Akupunktur) berdasar Kepmenkes RI No. 1277.Menkes/SK/VIII/2003.

4.Konsep Dasar Akupunktur


Ribuan tahun yang lalu, manusia memilki rasa keakraban bahkan menyatu dengan
lingkungannya. Manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungannya, baik secara fisik, perilaku,
maupun pola pikirnya. Pemikiran para ahli pada saat itu tidak terlepas dari pola pikir tertentu,
yaitu proses melahirkan kreasi-kreasi yang dipengaruhi oleh keadaan dan kaidah-kaidah alam
sekitarnya, seperti matahari, bulan, bumi (tanah), pohon (kayu), api, air, angin, panas, dan
dingin.

5.Aspek yin-yang di dalam tubuh

Teori yin-yang mengemukakan bahwa segala sesuatu di bumi ini terdiri atas dua hal
yang berlawanan, yaitu yin dan yang. Yin-yang mempunyai pengertian alamiah bahwa
sesuatu di alam semesta berdasarkan dua sifat, yaitu saling berlawanan, saling seimbang,
saling menghidupkan dan tidak mutlak Dalam yin terdapat yang (gelap-terang). Dalam yang
terdapat yin (terang-gelap). Selama tercapai keseimbangan (homeostasis) antara yin dan yang
maka tubuh manusia dalam kondisi sehat.

Menurut Dharmojono (2010), dalam ilmu akupunktur dikenal 12 organ. Enam organ
berkarakter yin dan enam organ lainnya berkarakter yang. Organ berkarakter yin dikenal
sebagai organ chang, sedangkan organ berkarakter yang disebut fu. Kedua organ dalam
tersebut, dinamakan chang fu. Yang termasuk organ chang fu sebagai berikut: Organ chang :
Paru-paru (Lung= LU), Jantung (Hearth= HT), Hearth capsule (HC), Limpa (Spleen = SP),
Hati (Liver = LR), Ginjal (Kidney = KI), Perikardium (PC). Organ fu: Usus besar (large
intestine = LI), Usus kecil (small intestine = SI), Sanciao (three energizer = TE), Lambung
(stomach = ST), Kantung empedu (gall blader = GB), Kandung kemih (bladder = BL).

6.Hukum lima unsur dalam Akupunktur

Salah satu teori pengobatan dalam akupunktur adalah hukum lima unsur, karena kondisi
seimbang maupun sakit tidak bersifat linear, tetapi mempunyai kompleksitas secara dinamis.
Teori lima unsur dalam pengobatan tradisional dapat diartikan sebagai fenomena fisiologis
maupun patofisiologis dalam kedokteran modern. Energi dalam teori lima unsur, yaitu: Kayu-
Api- Tanah- Logam- Air yang bersirkulasi saling menghidupi, membatasi, penindasan, dan
penghinaan. Di mana semua unsur tersebut saling berinteraksi dan berusaha menimbulkan
suatu harmoni dalam tubuh untuk menjaga keseimbangan energi untuk mencapai kondisi
sehat.

Jenis Akupunktur dan Alat yang Digunakan dalam Akupunktur


Pada awalnya, alat-alat yang digunakan untuk merangsang titik-titik akupunktur secara
tradisional adalah benda-benda tajam (jarum metal). Saat ini, alat-alat ynag digunakan telah
berkembang pesat sesuai dengan inovasi baru dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern, yaitu dengan penggunaan rangsangan panas (moksa, TDP, sinar merah).
Rangsangan yang menggunakan aliran gelombang listrik adalah elektro akupunktur (electro
acupuncture), elektro stimulator (electro stimulation), dan elektru punktur (electro puncture).
Rangsangan lain yang digunakan adalah rangsangan dengan sinar laser, gelombang
ultrasonik, dan magnet. Rangsangan dengan menggunakan cairan, larutan kimiawi atau obat
disebut juga akuapunktur (aquapuncture).
1. Meridian dan Titik−titik Akupuntur

Meridian adalah suatu sistem lintasan abstrak yang membentuk jala-jala tempat qi
mengalir secara teratur, berkala, berirama dan membentuk aliran siklus yang tertutup.
Diketahui bahwa qi adalah penggerak dan tanda kehidupan maka seseorang yang dikatakan
sehat apabila qi mengalir di dalam meridian secara teratur, berirama, dan membentuk siklus
tertutup (Dharmojono, 2010).

Dharmojono (2010) menyebutkan pembagian meridian dan titik-titik akupunktur.


Terdapat 12 meridian organ dan 2 meridian istimewa unilateral, sebagai berikut:

1) Meridian Paru-paru (Lung - LU). Meridian LU terdiri dari 11 meridian yang titik-titiknya
tersebar mulai dari dada, tulang rusuk, tulang selangka, otot-otot biseps pada sisi radial,
lipatan siku, pergelangan tangan, telapak tangan, sampai ibu jari.
2) Meridian Usus Besar (Large Intestine - LI). Terdiri dari 20 titik tersebar mulai dari sisi
radial jari telunjuk, punggung tangan, sisi radial pergelangan tangan, lipatan siku, otot
humeri dan deltoideus, tulang bahu, tulang belikat, cuping hidung, sampai nasolabialis.
3) Meridian Lambung (Stomach - ST). Terbagi menjadi 45 titik yang mengalir dari tepi
bawah mata, sudut mulut, sudut rahang, dahi, tulang klavikula bagian dada, tulang rusuk,
sisi luar garis perut, lipatan paha, lutut, lipatan kaki, sampai jari kaki.
4) Meridian Limpa (Spleen - SP). Terdiri dari 21 titik yang mengalir mulai dari ibu jari kaki,
mata kaki, di bawah condylus tibiae, di atas patela, antara symfisis pubis dan patela, sisi
luar pembuluh darah paha, garis sisi luar perut III, garis sisi luar dada III, titik tengah
penghubung antara lekukan dalam ketiak dan ujung rusuk ke-12 serta antara rusuk.
5) Meridian Jantung (Heart - HT). Memiliki 9 titik meliputi tepi bawah otot pektoralis, atas
lipatan siku, atas lipatan pergelangan tangan, telapak tangan, dan sisi ulnar jari ke-5
6) Meridian Usus Kecil (Small Intestine – SI). Terdiri dari 19 titik akupunktur yang berada
pada alur meridian SI meliputi: sisi ulnar jari ke-5, metacarpal, lipatan pergelangan
tangan, lekukan ulnaris, belakang sendi bahu, otot-otot sekitar bahu, antara lain;
supraspinatus, sternocleidomastoideus, scapulae.
7) Meridian Kandung Kemih (Bladder - BL). Terdiri dari 67 titik yang mengalir mulai dari
pangkal hidung, alis mata, tepat diatas pupil mata dalam keadaan tertutup, dua jari dari sisi
luar tulang belakang punggung, bagian tengah lipatan bokong-paha, pertengahan paha
bagian belakang, lipatan lutut, mata kaki, telapak kaki, jari kelingking kaki
8) Meridian Ginjal (Kidney - KI). Terdiri dari 27 titik yang mengalir mulai dari telapak kaki,
mata kaki, di depan perlekatan tendon achiles, bagian luar meridian CV.
9) Meridian Perikardium (Pericard - PC). Meridian PC terdiri dari 9 titik yang mengalir
mulai dari bagian luar garis dada II, lipatan ketiak, lipatan siku, pergelangan tangan,
telapak tangan, bagian belakang radial basis kuku.
10) Meridian Sanciao (Triple Energizer – TE). Terdiri dari 23 titik yang mengalir mulai dari
ujung jari manis tangan, jari kelingking tangan, punggung tangan, pergelangan tangan,
lipatan siku, di daerah lekukan telinga, di atas apex telinga, ujung alis mata.
11) Meridian Kandung Empedu (Gallblader - GB). Terdiri dari 44 titik yang mengalir melalui
bagian bawah mandibula, di atas otot pipi, sisi luar kepala, apex telinga, di belakang
telinga, daerah dahi, batas bawah ujung tulang rusuk ke-12, sisi luar sendi lutut, tulang
mata kaki, telapak kaki.
12) Meridian Hati (Liver – LV). Terdiri dari 14 titik yang terdapat pada ibu jari kaki, mata
kaki bagian depan, sisi bagian dalam arteri femoralis. Di bawah sisi luar tulang kemaluan,
di bawah ujung rusuk ke-11, di bawah puting susu. Meridian Istimewa Unilateral:
13) Meridian TU (Governing Vessel - GV). Terdiri dari 28 titik meridian yang mengalir mulai
dari pertengahan antara tulang ekor dan anus, di bawah proc. Spinosus lumbal ke-2, di
bawah proc.spinalis lumbar ke-1, titik tengah lekukan leher bagian belakang, lekukan
antara otot trapezius, di atas foramen magnum, garis tengah sagital kepala, dahi, ujung
hidung, di tenganh ujung bibir atas, di antara gusi atas dan ginggiva bibir atas.
14) Meridian REN (Conception Vessel – CV). Terdiri dari 24 titik meridian yang tersebar
mulai dari di antara anus dan scrotum pada pria atau dengan labium majus pada wanita,
pertengahan batas atas simfisis pubis, di sekitar pusat, ujung proc.xypoideus, antara 2
puting susu, daerah lekukan batas atas manubrium sterni, daerah lekukan.

2. Indikasi dan Kontra-indikasi Penggunaan Akupunktur


Nomenklatur tentang indikasi dan kontra-indikasi penggunaan akupunktur berdasarkan
standarisasi WHO yang disebut sebagai ”Proposed Standart International Acupuncture
Nomenclature”. Pada dokumen tersebut tercantum hal-hal sebagai berikut:

Indikasi pengobatan akupunktur:


1) Saluran nafas : berbagai radang yang ditujukan untuk mengatasi kondisi alergi dan
meningkatkan daya tahan tubuh.
2) Mata : kelainan mata yang bersifat radang dan fungsional otot serta refraksi.
3) Mulut : untuk penanggulangan nyeri dalam pencabutan dan peradangan kronis.
Saluran makanan dan lambung.
4) Syaraf, otot, dan tulang : yaitu problem nyeri, kelemahan dan kelumpuhan serta
peradangan persendian.

Kontra-indikasi pengobatan akupunktur:


1) Penderita dalam keadaan hamil
2) Penderita yang memakai pacu jantung
3) Menusuk dekat daerah tumor ganas
4) Menusuk pada kulit yang sedang meradang (Saputra, 2015).

LAPORAN PENDAHULUAN LOW BACK PAIN


1. Anatomi Fisiologi

a. Columna Vertebralis
b.Vertebrae Lumbal

c.Discuss Intervertebralis

d.Otot Vertebra Lumbal

Menurut setiobudi (2016:3) tulang belakang adalah organ penting yang terdiri dari

tulang (vertebrae), bantalan (disc), persendian, dan saraf. Tulang belakang ini bertumpuk-
tumpuk mulai dari leher sampai ke tulang ekor. Di antara tulang terdapat bantalan dan

sendi yang membuat tulang fleksibel.

Saraf tulang belakang terlindungi dalam rongga tulang belakang. Saraf tulang

belakang (spinal cord) penting sekali untuk menghubungkan sinyal dari otak ke otot di

tangan dan kaki sehingga bisa bergerak. Saraf ini juga berfungsi untuk menyalurkan

sinyal sensoris dari kulit ke otak sehingga kita bisa merasakan tekanan, suhu di sekitar

kita, dan rasa sakit.

Otot di sekitar tulang belakang berfungsi untuk menstabilkan dan menggerakkan

tulang belakang. Gerakan yang terjadi di tulang belakang adalah fleksi, ekstensi, fleksi

samping, dan rotasi. Selain dihubungkan oleh sendi dan bantalan, tulang belakang juga

diperkuat oleh ligamen. Ligamen ini membatasi gerakan tulang belakang sehingga

gerakan yang membahayakan saraf tidak terjadi. Jika ligamen tidak berfungsi dengan

baik, tulang belakang menjadi tidak stabil dan gerakan tidak normal dapat terjadi.

Akibatnya, punggung atau leher merasa sakit. Terkadang saraf tulang belakang bisa

terjepit.

Dalam rongga tulang belakang, kita mendapati saraf besar (spinal cord) dan saraf

kecil (nerve root). Saraf besar berfungsi untuk koordinasi gerakan otot. Saraf kecil

berfungsi untuk menggerakkan otot dan merasakan sensori. Jika saraf kecil ini terjepit,

penderita akan merasakan nyeri yang menjalar ke tangan atau kaki.

A. Definisi
Low Back Pain (LBP) atau dalam bahasa indonesia adalah nyeri punggung bawah (NPB) adalah
suatu gejala berupa nyeri di bagian pinggang yang dapat menjalar ke tungkai kanan atau kiri. Dapat
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya.
Nyeri ini terasa di antara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau
lumbosakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai. Nyeri yang berasal dari
daerah punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah
lain dirasakan di daerah punggung bawah (refered pain) (Muttaqien, 2013).
B. Klasifikasi
NPB disebabkan oleh berbagai kelainan atau perubahan patologik yang mengenai berbagai
macam organ atau jaringan tubuh. Oleh karena itu beberapa ahli membuat klasifikasi yang berbeda
atas dasar kelainannya atau jaringan yang mengalami kelainan tersebut. Macnab menyusun
klasifikasi NPB sebagai berikut: (Muttaqien, 2013).
1. Viserogenik : NPB yang bersifat viserogenik disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal
atau visera di daerah pelvis, serta tumor retroperitoneal.
2. Neurogenik : NPB yang bersifat neurogenik disebabkan oleh keadaan patologik pada saraf yang
dapat menyebabkan NPB.
3. Vaskulogenik : Aneurisma atau penyakit vaskular perifer dapat menimbulkan NPB atau nyeri
yang menyerupai iskialgia.
4. Psikogenik : NPB psikogenik pada umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan,
dan depresi, atau campuran antara kecemasan dan depresi.
5. Spondilogenik : NPB spondilogenik ini ialah suatu nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses
patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang (osteogenik), diskus
intervertebralis (diskogenik), dan miofasial (miogenik), dan proses patologik di artikulasio
sakroiliaka.
C. Etiologi
1. Kongenital, misalnya Faset tropismus (asimetris), kelainan vertebra misalnya sakralisasi,
lumbalisasi, dan skoliosis serta Sindrom ligamen transforamina yang menyempitkan ruang untuk
jalannya nervus spinalis hingga dapat menyebabkan NPB.
2. Trauma dan gangguan mekanik: Trauma dan gangguan mekanik merupakan penyebab utama
NPB. Orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau sudah lama tidak melakukannya
dapat menderita NPB akut, atau melakukan pekerjaan dengan sikap yang salah dalam waktu lama
akan menyebabkan NPB kronik. Trauma dapat berbentuk lumbal strain (akut atau kronik), fraktur
(korpus vertebra, prosesus tranversus), subluksasi sendi faset (sindroma faset), atau spondilolisis
dan spondilolistesis.
3. Radang (Inflamasi), misalnya Artritis Rematoid dan Spondilitis ankilopoetika (penyakit Marie-
Strumpell)
4. Tumor (Neoplasma): Tumor menyebabkan NPB yang lebih dirasakan pada waktu berbaring atau
pada waktu malam. Dapat disebabkan oleh tumor jinak seperti osteoma, penyakit Paget,
osteoblastoma, hemangioma, neurinoma, meningioma. Atau tumor ganas, baik primer (mieloma
multipel) maupun sekunder: (metastasis karsinoma payudara, prostat, paru tiroid ginjal dan lain-
lain).
5. Gangguan metabolik: Osteoporosis dapat disebabkan oleh kurangnya aktivitas/imobilisasi lama,
pasca menopouse, malabsorbsi/intake rendah kalsium yang lama, hipopituitarisme, akromegali,
penyakit Cushing, hipertiroidisme/tirotoksikosis, osteogenesis imperfekta, gangguan nutrisi
misalnya kekurangan protein, defisiensi asam askorbat, idiopatik, dan lain-lain. Gangguan
metabolik dapat menimbulkan fraktur kompresi atau kolaps korpus vertebra hanya karena trauma
ringan. Penderita menjadi bongkok dan pendek dengan nyeri difus di daerah pinggang.
6. Degenerasi, misalnya pada penyakit Spondylosis (spondyloarthrosis deforman), Osteoartritis,
Hernia nukleus pulposus (HNP), dan Stenosis Spinal.
7. Kelainan pada alat-alat visera dan retroperitoneum, pada umumnya penyakit dalam ruang
panggul dirasakan di daerah sakrum, penyakit di abdomen bagian bawah dirasakan di daerah
lumbal.

8. Infeksi : Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. NPB yang disebabkan infeksi akut
misalnya : disebabkan oleh kuman pyogenik (stafilokokus, streptokokus, salmonella). NPB yang
disebabkan infeksi kronik misalnya spondilitis TB (penyakit Pott), jamur, osteomielitis kronik.
9. Problem psikoneurotik : NPB karena problem psikoneuretik misalnya disebabkan oleh histeria,
depresi, atau kecemasan. NPB karena masalah psikoneurotik adalah NPB yang tidak mempunyai
dasar organik dan tidak sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis, bila ada
kaitan NPB dengan patologi organik maka nyeri yang dirasakan tidak sesuai dengan penemuan
gangguan fisiknya.
10. Adapun faktor resiko untuk NPB antara lain adalah: usia, jenis kelamin, obesitas, merokok,
pekerjaan, faktor psikososial, dan cedera punggung sebelumnya.

D. Patofisiologi
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri.
Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas
dari system ini dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan intensitas yang dirasakan berbeda di
antara tiap individu. Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon
hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa
kimia, mekanik, ataupun termal. Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses
sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus
diaktifkan.
Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan
menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah
pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme
otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi
pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang
diakibatkan lesi primer pada system saraf. Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan
dua kemungkinan.
Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari
nervinevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan
bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua,
penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler dimana terjadi
akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot
spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan dasar
pemeriksaan Laseque.

E. Manifestasi Klinis (Muttaqin, 2013)


1. Perubahan dalam gaya berjalan
a. Berjalan terasa kaku
b. Tidak bias memutar punggung
c. Pincang
2. Persyarafan
Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan sensasi pada kedua
anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih kuat pada daerah yang tidak dirangsang.
3. Nyeri.
a. Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
b. Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
c. Nyeri otot dalam.
d. Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
e. Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
f. Nyeri pada pertengahan bokong.
g. Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sinar X vertebra ; mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi, infeksi, osteoartritis atau
scoliosis.
2. Computed tomografhy ( CT ) : berguna untuk mengetahui penyakit yangmendasari seperti
adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan masalah diskus
intervertebralis.
3. Ultrasonography : dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis.
4. Magneting resonance imaging ( MRI ) : memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi patologi tulang
belakang.
5. Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang mengalami degenerasi atau protrusi
diskus.
6. Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis dengan
memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
7. Elektromiogram (EMG) : digunakan untuk mengevaluasi penyakit serabut syaraf tulang belakang
( Radikulopati ).

G. Komplikasi
Skoliosis merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan pada penderita nyeri punggung
bawah karena Spondilosis. Hal ini terjadi karena pasien selalu memposisikan tubuhnya kearah yang
lebih nyaman tanpa mempedulikan sikap tubuh normal. Hal ini didukung oleh ketegangan otot pada
sisi vertebra yang sakit (Rosyadi, 2010).

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan (Muttaqin, 2013)
Informasi dan edukasi.
a. Pada NPB akut: Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan berat badan, posisi
tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas dan dingin) masase, traksi (untuk
distraksi tulang belakang), latihan : jalan, naik sepeda, berenang (tergantung kasus), alat
Bantu (antara lain korset, tongkat)
b. NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas termal), latihan kondisi
otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat badan posisi tubuh dan aktivitas

2. Medis
a. Formakoterapi.
1) NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat), injeksi epidural
(steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler
2) NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan (gabapentin,
karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker (klonidin, prazosin), opioid
(kalau sangat diperlukan)
b. Invasif non bedah
1) Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)
2) Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung bawah yang
intractable)
c. Bedah
HNP, indikasi operasi :
1) Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat minggu: nyeri
berat/intractable / menetap / progresif.
2) Defisit neurologik memburuk.
3) Sindroma kauda.
4) Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak berhasil
5) Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik dan
radiologic.

I. Prognosis
Prognosis sangat baik, akan mengalami perbaikan nyata dari cedera lumbal strain atau sprain.
Dengan fisiotherapy dan pemberian medikamentosa secara adekuat, 90% pasien mengalami
penyembuhan dalam waktu 1 bulan. Namun demikian nyeri pinggang strain dapat menjadi kronik
bila tidak dilakukan penglolaan secara benar termasuk perubahan perilaku yng dapat menyebabkan
strain atau sprain lumbal (Risky, 2011).
ASKEP TEORI

  A. Pengkajian
1.      Identitas pasien: biasanya terjadi pada orang yang mempunyai pekerjaan berat, jarang
olahrga
2.      Keluhan utama : Biasanya pasien mengatakan nyeri punggung akut maupun kronis
lebih dari dua bulan, nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit, nyeri menyebar
kebagian bawah belakang kaki.
3.      Lingkungan Pekerjaan
a)      Jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan yang mengharuskan pekerjanya duduk terlalu lama dan jenis
pekerjaan yang mengangkat beban berat misalnya kuli pasar yang mengangkat beban
di bahunya lebih dari 25kg sehari akan memperbesar timbulnya keluhan nyeri
pinggan (low back pain).
Faktor resiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot rangka
terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan barang, posisi
atau sikap tubuh selama bekerja, getaran, dan kerja statis.
b)      Aktifitas fisik
Ada banyak hal yang menyebabkan nyeri pinggang, diantaranya adalah
aktivitas fisik yang berlebihan, seperti ; mengangkat benda/beban berat,
membungkuk, posisi tubuh yang tidak tepat saat beraktivitas, seperti; naik tangga,
duduk dan berdiri dari tempat duduk (seperti masuk dan keluar dari mobil, bak
mandi, tempat tidur), memutarkan badan terlalu keras, membungkukkan badan ke
depan, berlari, dan berjalan dengan kecepatan yang berlebihan.
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering tidak
disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan
seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah
dapat menimbulkan nyeri pinggang, misalnya; pada pekerja kantoran yang terbiasa
duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang
mahasiswa yang seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu menulis.
Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke
muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur kasur yang tidak menopang spinal.
Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian
tengahnya lentur. Posisi menggangkat beban dari posisi berdiri langsung membungkuk
mengambil beban merupakan posisi yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat
setelah jongkok terlebih dahulu.
Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasan, beberapa
aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam
dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk yang monoton lebih dari 2
jam dalam sehari, naik turun anak tangga lebih dari 10 anak tangga dalam sehari,
berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari dapat pula meningkatkan resiko timbulnya
nyeri pinggang.
c)      Olahraga
Olahraga yang berlebihan dapat menyebabkan otot atau tulang salah
tempat. Porsi latihan yang berlebih juga tidak bagus bagi tubuh. Tiap-tiap
orang memiliki batas gerak tubuh yang berbeda. Gerak otot dan tulang yang
terlalu di forsir dapat menyebabkan cedera otot dan persendian.
d)     Vibrasi
Vibrasi dengan frekuensi rendah memberi efek fisiologis pada tubuh
manusia, khususnya terhadap orang-orang di dalamnya. Selain dari kuitantitas
frekuensi yang juga berpengaruh adalah intensitas, arah, serta durasi getaran.
Secara biologis, tubuh manusia terdiri dari massa yang tidak homogen serta
berupa sistem yang non-linier. Dalam hal ini, frekuensi getaran bebas sebesar
4 sampai 5 Hz-lah yang paling banyak pengaruhnya.
Khusus getaran 4 sampai 5 Hz, yang paling dipengaruhi adalah dinding
perut dan dada, serta diafragma atau sekat antara rongga dada dan perut.
Akibat getaran yang terus-menerus dan tak tertahankan, seorang bisa
menderita nyeri kronis atau gangguan degeneratif pada tulang, otot, dan
jaringan ikat di bagian punggung.
4.      Pemeriksaan Fisik
a)      Observasi : amati cara berjalan penderita pada waktu masuk ruang periksa, juga cara
duduk yang disukainya.  Bila pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk
pemeriksaan neurologis).  Amati juga apakah perilaku penderita konsisten dengan
keluhan nyerinya (kemungkinan kelebihan psikiatrik).
b)      Inspeksi : untuk kolumna vertebralis (thoroko-lumbal dan lumbopsakral) berikut
deformitasnya, serta gerakan tulang belakang, seperti fleksi kedepan, ekstensi
kebelakang, fleksi kelateral kanan dan kiri.
c)      Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal sehingga penderita
berjalan sangat hati-hati (kemungkinan infeksi, inflamasi, tumor dan fraktur).
d)     Palpasi : apakah terdapat nyeri tekan pada tulang belakang atau pada otot-otot
disamping tulang belakang? Apakah tekanan dari diantara dua prosessus spinosus
menimbulkan rasa nyeri (spurling sign).
e)      Perkusi  : perhatikan apakah timbul nyeri jika processus spinosus diketok.

5.      Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari


a)    Aktivitas dan istirahat
      Gejala : riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk,
mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan/matras waktu tidur,
penurunan rentang gerak dari ekstrimiter pada salah satu bagian tubuh, tidak
mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
      Tanda : Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam berjalan

b)   Eliminasi
      Gejala : Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya
inkontenensia/retensi urine
c)    Integritas Ego
      Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan,
finansial keluarga.
      Tanda : Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
d)   Neurosensori
      Gejala : Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
      Tanda : Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania, nyeri
tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi nyeri (sensori)
e)    Nyeri/kenyamanan
      Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan
adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat defekasi,
mengangkat kaki, atau fleksi pada leher, nyeri yang tidak ada hentinya atau
adanya episode nyeri yang lebih berat secara interminten; nyeri menjalar ke
kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan; kaku pada leher (servikal).  Terdengar
adanya suara “krek” saat nyeri baru timbul/saat trauma atau merasa “punggung
patah”, keterbatasan untuk mobilisasi/membungkuk kedepan.
      Tanda : Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena,
perubahan cara berjalan: berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang
terangkat pada bagian tubuh yang terkena, nyeri pada palpasi.
f)    Keamanan
      Gejala : Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi .

3.         Diagnosa Keperawatan


1.    Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (trauma jaringan, inflamasi,
kompresi syaraf).
2.    Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyaman.

1. Intervensi Keperawatan

N SLKI SIKI
O
1 Setelah di lakukan tindakan a) Identifikasi klien dalam membantu
keperawatan dalam kurun waktu menghilangkan rasa nyerinya
1X20 menit diharapkan masalah b) Berikan informasi tentang penyebab
nyeri akut berkurang dengan kriteria dan cara mengatasinya
hasil : c) Tindakan penghilangan rasa nyeri
1. menyatakan nyeri berkurang noninvasif dan nonfarmakologis
2. terapi non farmakologi (posisi, balutan (24-48 jam),
3. skala nyeri distraksi dan relaksasi
4. Indikator nyeri verbal dan noverbal d) Lakukan terapi akupuntur sesuai
(tidak menyeringai) titik yang di butuhkan.

DAFTAR PUSTAKA

Askep LBP (Low Back Pain) Diakses pada tanggal 8 Mei 2020.
http://nursingbegin.com/askep-lbp/

Fatahillah ahmad . 2016. Asosiasi bekam Indonesia .tim diklat abipusat.jakarta timur

PPNI.2016.”Standar diagnosis keperawatan Indonesia”.Jakarta : DPP PPNI

PPNI.2016.”Standar Intervensi Keperawatan Indonesia”. Jakarta : DPP PPNI

PPNI.2016”Standar Luaran Keperawatan Indonesia”.Jakarta : DPP PPNI

Widyatuti,2018” Terapi Komplementer Dalam Keperawatan”Volume 12


STIKES Hafshawaty Pesantren Nama Mahasiswa : MOHAMMAD RIFQY

Zainul Hasan Probolinggo NIM : 14901.06.19019

Tempat : GRIYA AKUPUNTUR

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. U

Umur : 26 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan


Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia

AgamaPekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SD

Alamat : desa karangharjo silo

No. Register : 30209-1206-20

Tanggal MRS : 12 Juni 2020

Diagnosa Medis : Low Back Pain

Tanggal Pengkajian : 12 Juni 2020 Jam : 11.20 WIB

Sumber Informasi : Pasien

Penanggung : Askes / Astek / Jamsostek / JPS / Sendiri

II. KELUHAN UTAMA


Pasien mengatakan nyeri punggung

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


 Alasan Masuk rumah sakit : Pasien mengatakan nyeri punggung sejak mempunyai
anak satu, nyeri seperti di tusuk – tusuk dengan skala nyeri 5 nyeri di rasakan pada saat
bediri lama, duduk lama kurang lebih 1jam (hilang timbul)

 Upaya yang telah dilakukan : terapi akupunture

 Terapi / operasi yang dilakukan : pasien mengatakan tidak pernah terapi akupuntur
maupun bekam, dan pernah operasi sc pada saat melahirkan anak pertama.

IV. RIWAYAT KESEHATAN / PENYAKIT DAHULU


 Penyakit yang pernah diderita : pasien mengatakan pernah masuk rumah sakit
dengan keluhan sakit perut dan di diagnosa mempunyai penyakit lambung
 Obat-obatan yang biasa dikonsumsi : obat yg diresepkan dari dokter
 Kebiasaan berobat : tidak ada
 Alergi : tidak mempunyai alergi obat – obatan, makanan, minuman apapun
 Kebiasaan merokok / alcohol : tidak memiliki kebiasaan merokok dan minum
alcohol

V. RIWAYAT KESEHATAN / PENYAKIT KELUARGA


Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit seperti pasien

Genogram :

Keterangan : : Laki - Laki

: Perempuan

: Hubungan keluarga

: Pasien

: Meninggal

VI. POLA FUNGSI KESEHATAN


a. Pola Personal Higiene ( Mandi, Sikat gigi, Cuci rambut )
 Sebelum sakit : Pasien mengatakan mandi 3x sehari, sikat gigi 2x sehari,
keramas 1x sehari
 Saat Sakit : Pasien mengatakan mandi 3x sehari, sikat gigi 2x sehari, keramas 1x sehari
b. Pola Nutrisi :
 Sebelum sakit : Pasien mengatakan makan 2-3 x sehari dengan lauk
pauk dan sayur, ikan laut, nasi porsi di habiskan
 Saat Sakit : Pasien mengatakan makan 2-3 x sehari dengan lauk pauk
dan sayur,ikan laut, nasi porsi di habiskan

c. Pola Cairan :
 Sebelum sakit : Pasien mengatakan minum ±7 gelas air putih per hari
 Saat Sakit : Pasien mengatakan minum ±7 gelas air putih per hari

d. Pola Aktivitas
 Sebelum sakit : Pasien mengatakan setiap hari selalu membereskan
pekerjaan rumah, menggendong anaknya yang masih berumur 1th
 Saat Sakit : Pasien mengatakan tetap bekerja sebagai ibu rumah tangga,
tetapi secara perlahan dan hati-hati, tidak pernah menggendong anaknya karena nyeri
pada punggung.

e. Pola Eliminasi
 Sebelum sakit : Pasien mengatakan Bab 1-2x sehari, bau khas, warna
kuning, frekuensi padat
Pasien mengatakan Bak 1-4x sehari, bau khas, warna kuning
 Saat Sakit : Pasien mengatakan Bab 1-2x sehari, bau khas, warna
kuning, frekuensi padat
Pasien mengatakan Bak 1-4x sehari, bau khas, warna kuning

f. Pola Tidur dan Istirahat


 Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidur malam 6-8 jam sehari tidur
siang 1-2 jam sehari
 Saat Sakit : Pasien mengatakan tidak bisa tidur karena nyeri
punggungnya kambuh, tidur malam sekitar 5-6 jam sehari

 Masalah Keperawatan : Gangguan pola tidur

g. Pola Kognitif
 Sebelum sakit : Pasien mengatakan sholat 5 waktu

 Saat Sakit : Pasien mengatakan sholat 5 waktu dengan posisi duduk

VII. PEMERIKSAAN FISIK


1. Status Kesehatan Umum
Keadaan Penyakit : Sedang

Kesadaran : Komposmetis

Suara bicara :Jelas

Pernafasan : Frekuensi 19x/menit Irama : teratur

Suhu tubuh : 36,8.C

Nadi : Frekuensi 80x/menit Iramanya :teratur

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

2. Kepala
Normo chepalik …….ya ……..tidak

Simetris …….ya ……..tidak

Penonjolan …….ya ……..tidak

Nyeri Kepala …….ya ……..tidak

Trauma kepala …….ya ……..tidak


3. Muka
Simetris …….ya ……..tidak

Oedema …….ya ……..tidak

Tics …….ya ……..tidak

Otot muka …….Kuat ……..paralisis

Otot rahang …….Kuat ……..paralisis ka/ki

4. Mata
Alis mata …….Normal ……..Rontok

Kelopak mata

- Oedema …….ya ……..tidak

- Entropion …….ya ……..tidak

- Ectropion …….ya ……..tidak

Konjungtiva

- Hiperemi …….ya ……..tidak

- Perdarahan …….ya ……..tidak

Sklera

- Icterus …….ya ……..tidak

Bola mata

- tekanan …….Normal ……..meningkat

5. Telinga
Sekret …….ada ……..tidak
Serumen …….ada ……..tidak

Benda asing …….ada ……..tidak

6. Hidung
Deformitas …….ada ……..tidak

Septum deviasi …….ada ……..tidak

Mukosa hiperemi …….ya ……..tidak

Secret …….Mukoid ……..Mukopurulen ……Purulent

Bau …….ya ……..tidak

Obstruksi …….ya ……..tidak

Polip …….ya ……..tidak

7. Mulut dan faring


Cheiloshizis …….ya ……..tidak

Karies gigi …….ya ……..tidak

Gusi : Ulcus …….ada ……..tidak

Perdarahan …….ada ……..tidak

Lidah : parese …….ka ……..ki ……….tidak

Papilla …….normal ……..atropi


……….hipertropi

Selaput …….ada ……..tidak

Tremor …….ya ……..tidak

Palatum: palatoschizis …….ya ……..tidak

Ikterus …….ya ……..tidak


Tonsil: membesar …….ya ……..tidak

8. Leher
Simetris …….ya ……..tidak

Kaku kuduk …….ya ……..tidak

Kelenjar limfe …….membesar ……..tidak membesar

9. Thorak
Simetris …….ya ……..tidak

Bentuk …….normal ……..barel ches

10. Paru
Inspeksi

Bentuk : Simetris

Palpasi :

Pergerakan : simetris

Fremitus dada :sama

Perkusi:

Suara ketok : Sonor

Auskultasi :

Suara nafas : Vesikuler

- suara gerak pleura : tidak jelas

- Ronchi : tidak ada

- Whezzing : tidak ada

11. Jantung
Inspeksi :

Iktus : tak tampak

Pulsasi jantung : tak tampak

Palpasi

Iktus : tak teraba

Perkusi :

Batasan kanan :-

Batasan kiri :-

Auskultasi :

Suara 1 : Tunggal

Suara 2 : Tunggal

12. Abdomen
Inspeksi:

Bentuk .........membuncit .......datar ……penonjolan setempat

Tampak peristaltic …….Ya ……tidak

Tampak pulsasi …….Ya ……tidak

Umbilikus …….menonjol ……masuk kedalam

Palpasi

Turgor …….Normal ……jelek

Nyeri …….lokal ……menyeluruh

Defan muskuler …….Ya ……tidak


Fluktuasi …….Ya ……tidak

Hepar …….teraba …… tidak teraba ………cm

- nyeri tekan …….ada ……tidak ada

lien …….teraba ……tidak teraba

ginjal …….teraba ……tidak teraba

Auskultasi :

Peristaltic usus : normal

Perkusi :

Abdomen …….timpani ……redup ……..pekak

13. Inguinal, genital dan anus


Hernia …….ada ……tidak ada

Pembesaran kelenjar limfe …….ada ……tidak ada

14. Integumen
Tampak pucat …….Ya ……tidak

Permukaan kasar …….Ya ……tidak

Permukaan kering …….Ya ……tidak

Rambut :

Ukuran …….tebal ……tipis

Botak …….Ya ……tidak

Kelenturan …….lentur ……rapuh

Tampak kusam …….Ya ……tidak


VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium

Tidak ada

2. Pemeriksaan radiology

Tidak ada

3. pemeriksaan lain – lain

Tidak ada

IX. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Nyeri Akut berhubungan dengan agens pencedera fisik

2. Gangguan Pola tidur berhubungan dengan nyeri

ANALISA DATA

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O
1. DS:Pasien mengatakan nyeri Masalah muskolokeletal Nyeri akut
pinggang/punggung pada
saat duduk lama, berjalan Pelepasan bradikinin
jauh, menggendong
anaknya. Aktifitas nosiseptor
DO: -tampak meringis perubahan struktur
-Melokalisasi nyeri dengan dicus
-Kesadaran: CM
-Suara bicara: Kerusakan sendi
P : Saraf terjepit
Q : Nyeri seperti di tusuk Menekan saraf pusat
– tusuk
R : Punggung Respon nyeri pinggang
S : Skala nyeri 5
T : Hilang timbul
RR:19 x/menit, Irama Nyeri akut
teratur
S: 36,8 C
N : 80 x/menit Irama
teratur
TD :120/80 mmHg

2 DS: pasien mengatakn sulit


tidur pada saat nyeri Biologis Gangguan pola tidur
kambuh
DO: -keadaan umum cukup Kesulitan atau hambatan
-Tidur tidak tampak untuk tidur
pulas
-RR:20 x/menit, Irama Gangguan pola tidur
teratur
-S: 36,8 C
-N : 80 x/menit Irama
teratur
-TD :120/80 mmHg

.
INTRVENSI KEPERAWATAN

N SDKI SLKI SIKI


O
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tinakan 1. menejement lokasi,
keperawatan selama kurun waktu karakteristik , durasi , frekuensi
1X20 menit diharapkan masalah kualitas, sekala nyeri
nyeri akut berkurang dengan 2. identifikasi respon nyeri
kritera hasil : nonverbal
3. control lingkungan yang
indikator Sa st memperberat rasa nyeri
4. ajarkan tehnik non farmakologi
1. keluhan nyeri 2 5 5. kolaborasi pemberian analgetik
2. meringis 6. tentukan titik akupuntur
3. melaporkan 2 5 7. lakukan akupuntur sesuai inikasi
nyeri terkontrol 2 5
4. kemampuan 2 5
menggunakan
tehnik non 2 5
farmakologi

N SDKI SLKI SIKI


O
2 Gangguan
pola tidur Setelah dilakukan tindakan Dukungan tidur
keperawatan selama 1 jam 1. Identifikasi faktor pengganggu
diharapkan pola tidur membaik: tidur
2. Identifikasi makanan dan
indikator Sa st minuman yang mengganggu
1. keluhan sulit tidur 2 5 tidur
2. gelisah 3. Fasilitasi menghilangkan stress
3. pola tidur 2 5 sebelum tidur
4. keluhan pola tidur 2 5 4. Tetapkan jadwal tidur rutin
berubah 2 5 5. Lakukan prosedur untuk
5. keluhan tidak 2 5 meningkatkan kenyamanan
puas tidur 6. Jelaskan pentingnya tidur yang
cukup selama sakit
7. Anjurkan menghindari makanan
atau minuman yang
mengganggu tidur

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

N DIAGNOSA KEP IMPLEMENTASI EVALUASI


O
1. Nyeri akut 1. mengkaji nyeri dengan PQRST S: pasien mengatakan nyeri
: nyeri pada area seikit berkurang setelah terapi
punggung/pinggang
2.mengidentifikasi respon nyeri O: : -tampak meringis ,
nonverbal : tampak meringis terdapat nyeri tekan di
3. menganjurkan istirahat I rumah punggung
4. mengajarkan tehnik non -Kesadaran: CM
farmakologi rileksasi nafas dalam -Suara bicara: jelas
saat merasakan sakit. -P : Saraf terjepit
5. melakukan kolaborasi -Q : Nyeri seperti di tusuk
pemberian analgetik – tusuk
6.menentukan titik akupuntur di -R : Punggung
titik area punggung EX HN 11, -S : Skala nyeri 2
EX HN 12, EX HN13, EX HN 14, -RR:29 x/menit, Irama
EX HN 15, EX HN 16, EX HN17, teratur
EX HN 18. -S: 36,8 C
7.melakukan akupuntur -N : 80 x/menit Irama
menggunakan jarum ukuran 1 teratur
cun, pada 8 tikik di punggung. -TD :120/80 mmHg
A: masalah teratasi sebagian
Indicator Sa St sc
1. keluhan 2 5 3
nyeri
2. meringis 2 5 3
3. kesulitan tiur 2 5 3
4. melaporkan 2 5 4
nyeri terkontrol
5. kemampuan 2 5 4
menggunakan
tehnik non
farmakologi

P: lanjutkan intervensi 1-8

FOTO DOKUMENTASI
FOTO DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai