PENDAHULUAN
gejala atau masalah kesehatan yang dialami oleh klien. Pemeriksaan fisik
tindakan yang telah diberikan. Adapun tujuan pemeriksaan pada ibu hamil yaitu
untuk menilai keadaan umum ibu, status gizi, tingkat keasadaran, serta ada
Dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat teknik dasar yang perlu dipahami,
antara lain inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (ketukan), dan auskultasi
(mendengar).
tubuh, dari ujung rambut sampai ujung kaki, namun tidak harus dengan urutan
mulut, telinga, suhu tubuh, tekanan darah, dan lain-lainnya, sebaiknya dilakukan
Dalam pemeriksaan fisik ini tentunya diperlukan konsep dan prinsip dasar,
kemudian kita mengetahui bagaiamana teknik pemeriksaan fisik dengan baik agar
hasil pemeriksaan yang kita peroleh tidak akan keliru. Oleh karena alasan tersebut
,penulis membuat makalah ini yang bertujuan untuk memberi pemahaman dan
pengetahuan kepada pembaca mengenai pemeriksaan fisik pada ibu
1
1.2 Rumusan Masalah
care
patum
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Antenatal Care adalah perawatan kesehatan yang diajukan kepada ibu hamil
sebelum dan selama hamil dengan tujuan mendeteksi secara dini masalah
kesehatan ibu dan janin, memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan
dan perencanaan persalinan (Madriwati, 2013). Antenatal care adalah
pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional untuk ibu hamil selama masa
3
kehamilan yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan (Kemenkes RI, 2016). Antenatal care merupakan pelayanan yang
diberikan pada ibu hamil untuk memonitor, mendukung kesehatan ibu dan
mendeteksi ibu apakah ibu hamil normal atau bermasalah (Ai Yeyeh, 2015)
5) Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dapat menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal.
4
c .Standar Pelayanan Minimal Antenatal
Pelayanan antenatal sesuai standar adalah pelayanan yang diberikan
ibu hamil minimal 4 kali selama kehamilan dengan jadwal satu kali pada
trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester
ketiga yang dilakukan oleh bidan atau dokter spesialis kebidanan baik yang
bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta yang
memiliki Surat Tanda Registrasi ( STR ).
Pemeriksaan Antenatal Care terbaru sesuai dengan standar pelayanan yaitu
minimal 6 kali pemeriksaan selama kehamilan,dan minimal 2 kali pemeriksaan
oleh dokter pada trimester I dan III. 2 kali pada trimester pertama ( kehamilan
hingga 12 minggu ) , 1 kali pada trimester kedua ( kehamilan diatas 12
minggu sampai 26 minggu ) , kali pada trimester ketiga ( kehamilan diatas
24 minggu sampai 40 minggu ) (Buku KIA Terbaru Revisi tahun 2020).
5
1. Leopold I
Leopold I digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan bagian apa yang ada
dalam fundus, dengan cara pemeriksa berdiri sebelah kanan dan menghadap ke
muka ibu, kemudian kaki ibu di bengkokkan pada lutut dan lipat paha,
lengkungkan jari-jari kedua tangan untuk mengelilingi bagian atas fundus, lalu
tentukan apa yang ada di dalam fundus. Bila kepala sifatnya keras, bundar, dan
melenting. Sedangkan bokong akan lunak, kurang bundar, dan kurang
melenting.tinggi normal fundus selama kehamilan dapat di tentukan.
2. Leopold II
6
Leopold II digunakan untuk menetukan letak punggung anak dan letak
bagian kecil pada anak. Caranya :
1. Kedua tangan pemeriksa berada di sebelah kanan dan kiri
perut ibu.
2. Ketika memeriksa sebelah kanan, maka tangan kanan
menahan perut sebelah kiri kea arah kanan.
3. Raba perut sebelah kanan menggunakan tangan kiri dan
rasakan bagian apa yang ada di sebelah kanan (jika teraba benda yang rata, atau
tidak teraba bagian kecil, terasa ada tahanan, maka itu adalah punggung bayi,
namun jika teraba bagian-bagian yang kecil dan menonjol maka itu adalah bagian
kecil janin)
3. Leopold III
7
(pantulan dari kepala janin, terutama ini ditemukan pada usia kehamilan 5-7
bulan).
4. Tangan kanan meraba bagian bawah (jika teraba kepala, goyangkan, jika masih
mudah digoyangkan, berarti kepala belum masuk panggul, namun jika tidak dapat
digoyangkan, berarti kepala sudah masuk panggul). Lalu lanjutkan pada
pemeriksaan Leopold VI untuk mengetahui seberapa jauh kepala sudah masuk
panggul.
4. Leopold IV
8
d. Kunjungan Antenatal
Kunjungan antenatal adalah kontak antara Ibu hamil dan petugas kesehatan
yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan
(Kemenkes R1, 2015).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43
9
Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah kontak ibu hamil yang pertama
kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan
(Saifuddin AB, 2012). Tujuan dari kunjungan awal yaitu:
a) Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu.
b) Mendeteksi masalah yang dapat diobati.
c) Mencegah masalah dari praktek tradisional yang merugika
2) Kunjungan Ulang (K4)
Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4) adalah kontak ibu yang keempat
atau lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal
care (ANC) sesuai standar yang ditetapkan dengan syarat :
10
B. DEFINISI PERSALINAN
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin.
(Sarwono, 2012)
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba,
2018)
Adalah tenaga atau kekuatan yang dihasilkan oleh kontraksi dan retraksi
otot-otot rahim, ditambah kerja otot-otot volunter dari ibu, yaitu kontraksi otot
perut dan diafragma sewaktu ibu mengejan.
11
2. Passenger (Janin)
b. TANDA PERSALINAN
a. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu terlihat, karena
kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan.
12
d. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah
dari uterus (false labor pains).
13
c.TAHAPAN DALAM PERSALINAN
1. Kala I : Dinamakan kala pembukaan, pada kala ini serviks membuka sampai
terjadi pembukaan 10 cm. Proses membukanya serviks dibagi atas 2 fase :
a. Fase laten berlangsung selama 7-8 jam, pembukaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
b. Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam,
pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam
pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm dan fase deselerasi
pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm
menjadi lengkap 10 cm. Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah
lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam sedang pada
multigravida 8 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan multigravida 2
cm tiap jam.
2. Kala II : Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan
janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung 1,5 jam pada
primigravida dan 0,5 jam pada multipara.
3. Kala III : Kala uri/plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan.
Prosesnya 6-15 menit setelah bayi lahir.
4. Kala IV : Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1 jam, hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan postpartum. Observasi yang
dilakukan melihat tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital
(tekanan darah, nadi dan pernapasan), kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan.
14
d.DEFINISI KOMPLIKASI PERSALINAN
Komplikasi persalinan adalah kondisi dimana nyawa ibu dan atau janin yang
ia kandung terancam yang disebabkan oleh gangguan langsung saat persalinan.
Komplikasi persalinan sering terjadi akibat dari keterlambatan penanganan
persalinan, dan dianggap sebagai salah satu penyebab terjadinya kematian ibu
bersalin. Faktor-faktor yang diduga ikut berhubungan dengan kejadian komplikasi
tersebut antara lain usia, pendidikan, status gizi dan status ekonomi ibu bersalin.
Faktor usia ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya
komplikasi persalinan dikarenakan semakin muda usia ibu saat terjadi persalinan
maka semakin besar kemungkinan terjadi komplikasi akibat panggul ibu yang masih
sempit serta alat-alat reproduksi yang belum matur, usia kehamilan yang terlalu muda
saat persalinan mengakibatkan bayi yang dilahirkan menjadi premature. Status
perkawinan ibu mempengaruhi psikologis ibu selama proses kehamilan dan
persalinan serta keteraturan dalam memeriksakan kehamilan juga mempengaruhi
terjadinya komplikasi saat persalinan sebab apabila terjadi kelainan tidak dapat
terdeteksi secara dini.
Pada penelitian yang dilakukan tahun 1990 yang diadakan oleh Assesment Safe
Motherhood, ditemukan beberapa hal yang dianggap sebagai penyebab terjadinya
komplikasi pada persalinan. Hal tersebut antara lain:
15
4. Kualitas pelayanan antenatal masih rendah dan dukun bayi belum sepenuhnya
mampu melaksanakan deteksi resiko tinggi sedini mungkin
Secara umum, penyebab persalinan yang macet adalah kondisi tulang panggul si
ibu yang terlampau sempit dan menyebabkan bayi susah untuk lahir. Persalinan
macet ini juga bisa disebabkan oleh gangguan beberapa penyakit yang menyebabkan
sang ibu kepayahan mengeluarkan kepala bayi saat persalinan. Hal lain yang
membuat proses persalinan macet adalah faktor usia sang ibu, paritas, konsistensi
mulut rahim, berat badan sang janin, gizi ibu, psikis si ibu dan penyakit semisal
anemia.
b) Distosia
16
3) Distosia karena jalan lahir
Definisi
Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15
detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (Depkes
Jakarta;2012)
Etiologi
Penyebab tersering kejadian pada ibu dengan atonia uteri antara lain :
overdistention uterus seperti : gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau paritas
tinggi, umur yang terlalu muda atau terlalu tua, multipara dengan jarak kelahiran
pendek, partus lama, malnutrisi, dapat juga karena salah penanganan dalam usaha
melahirkan plasenta, sedangkan sebenarnya belum terlepas dari uterus.
17
C .Pengertian APGAR Skor
Apgar skor adalah suatu metode sederhana yang digunakan untuk menilai
keadaan umum bayi sesaat setelah kelahiran (Prawirohardjo, 2014). Apgar
skor adalah suatu metode penilaian yang digunakan untuk mengkaji kesehatan
neonatus dalam menit pertama setelah lahir sampai 5 menit setelah lahir, serta da
pat diulang pada menit ke 10 – 15. Nilai apgar merupakan standart evaluasi
neonatus dan dapat dijadikan sebagai data dasar untuk evaluasi di kemudian hari.
Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau
tidak. Yang dinilai adalah frekuensi jantung (heart rate), usaha nafas (respiratory
effort), tonus otot (muscle tone), warna kulit (colour) dan reaksi terhadap
rangsang (respon to stimuli) yaitu dengan memasukkam kateter ke lubang hidung
setelah jalan nafas dibersihkan (Prawirohardjo, 2014)
18
Penilaian ini dilakukan pada saat bayi lahir (menit ke 1 dan 5) sehingga
dapat menidentifikasi bayi baru lahir yang memerlukan pertolongan lebih cepat
.
1. Penilaian awal
Menangis kuat atau bernafas tanpa kesulitan, warna kulit bayi (merah
muda,pucat atau kebiruan), gerakan, posisi ekstremitas atau tonus otot bayi.
2. Penatalaksanaan awal BBL
Penilaian awal, mencegah kehilangan panas tubuh, rangsangan taktil,
merawat tali pusat, memulai pemberian asi, pencegahan infeksi, termasuk
profilaksis gangguan pada mata.
3. Mekonium pada cairan ketuban
Berkaitan dengan adanya gangguan intrauterin kesejahteraan bayi
terauma bila konsistensinya kental atau jumlahnya berlebihan, menimbulkan
masalah apabila terjadi aspirasi ke dalam saluran nafas bayi baru lahir,
walaupun bayi tampak bugar, tetap lakukan pemantuan terhadap
kemungkinkan terjadinya penyulit.
4. Kondisi yang memerlukan rujukan
Bayi dengan kelainan bawaan (hidrosefalus, mikrosefalus, megakolom,
langit-langit terbelah, bibir sumbing), bayi dengan gejala dan tanda infeksi, tidak
dapat menyusui atau keadaan umumnya jelek, asfiksia dan tidak memberi respons
yang baik terhadap tindakan resusitasi
19
b. Kriteria APGAR Skor
Dalam penilaian APGAR terdapat 5 kirteria yang dinilai, yaitu:
Keterangan 0 1 2
20
Apabila ditemukan APGAR score dibawah 6 maka bayi tersebut membutuhkan
tindakan resusitasi
21
menarik, batuk, ataupun bersin saat di stimulasi, itu pertanda responnya
terhadap rangsangan bagus dan mendapat nilai 2. Tapi jika bayi hanya
meringis ketika di stimulasi, itu berarti hanya mendapat nilai 1. Dan jika bayi
tidak ada respon terhadap stimulasi maka diberi nilai 0
5. Respiration (pernapasan) :
Kemampuan bayi bernafas dinilai dengan mendengarkan tangis bayi.
Jika ia langsung menangis dengan kuat begitu lahir, itu tandanya paru-paru
bayi telah matang dan mampu beradaptasi dengan baik. Berarti nilainya 2.
Sedangkan bayi yang hanya merintih rintih, nilainya 1. Nilai 0 diberikan pada
bayi yang terlahir tanpa tangis (diam).
22
b. Kolaborasi dalam pemberian O2.
c. Observasi respirasi bayi.
d. Beri kehangatan pada bayi.
23
kesejahteraan fisik dan psikologis bayi pun akan meningkat
(Saiffuddin, 2012).
b. Pencegahan, diagnosa dini, dan pengobatan komplikasi
24
a. Tahapan masa nifas
Masa nifas terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu :
1. Puerperium Dini
2. Puerperium Intermedial
3. Remote Puerperium
25
b. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
a. Involusi uterus
26
c. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama
postpartum
27
Kalsium dan vitamin
Magnesium
Magnesium dibutuhkan sel tubuh untuk membantu gerak otot,
fungsi syaraf dan memperkuat tulang. Kebutuhan magnesium
didapat pada gandum dan kacang-kacangan
(Wiknjosastro,2018)
e. Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas dan Penangan
28
a. Penyebab infeksi masa nifas
2.droplet infection
3.virus nosokomial
4.koitus
29
f.Pencegahan Infeksi Nifas
1) Masa kehamilan: mengurangi atau mencegah factor-faktor
2)selama persalinan
30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
gejala atau masalah kesehatan yang dialami oleh klien. Pemeriksaan fisik
tindakan yang telah diberikan. Adapun tujuan pemeriksaan pada ibu hamil yaitu
untuk menilai keadaan umum ibu, status gizi, tingkat keasadaran, serta ada
Dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat teknik dasar yang perlu dipahami,
antara lain inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (ketukan), dan auskultasi
(mendengar).
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata kesempurnaan.
Kami akan memperbaiki makalah ini dengan berpedoman pada banyak
sumber yang dapat dipertanggung-jawabkan. Maka dari itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun mengenai pembahasan
makalah ini.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
33
34
3
35