Disusun Oleh :
Kelompok 1
Ajeung Nuraeni Rossadi Mentari Espa S
Anisa Eka R Ranika Aprilia
Atin Lestiani Rina Anggraeni
Detri Diningsih Rismayanti
Dewi Suci A Silvi Agustin
Lulu Lusiana Sri Mulyati
BAB I
PENDAHULUAN
pemeriksaan. Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala
atau masalah kesehatan yang dialami oleh klien. Pemeriksaan fisik bertujuan untuk
perubahan status pasien, dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan.
Adapun tujuan pemeriksaan pada ibu hamil yaitu untuk menilai keadaan umum ibu,
status gizi, tingkat keasadaran, serta ada tidaknya kelainan bentuk badan.
dipahami, antara lain inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (ketukan), dan
auskultasi (mendengar).
tubuh, dari ujung rambut sampai ujung kaki, namun tidak harus dengan urutan
telinga, suhu tubuh, tekanan darah, dan lain-lainnya, sebaiknya dilakukan paling akhir,
Dalam pemeriksaan fisik ini tentunya diperlukan konsep dan prinsip dasar,
kemudian kita mengetahui bagaiamana teknik pemeriksaan fisik dengan baik agar
hasil pemeriksaan yang kita peroleh tidak akan keliru. Oleh karena alasan tersebut ,
penulis membuat makalah ini yang bertujuan untuk memberi pemahaman dan
ibu.
ibu.
ibu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Pemeriksaan Fisik
mengetahui bagaimana kesehatan umum ibu (bila keadaan umumnya baik agar di
pertahankan jangan sampai daya tahan tubuh menurun) , untuk mengetahui adanya
kelainan, bila ada kelainan, kelainan itu lekas diobati dan disembuhkan agar tidak
menganggu.
Pemeriksaan dilakukan pada klien yang baru pertama kali datang periksaan ,
ini di lakukan dengan lengkap. Pada pemeriksaan ulangan, di lakukan yang perlu saja
jadi tidak semuanya. Waktu persalinan, untuk penderita yang belum pernah diperiksa
di lakukan dengan lengkap bila masih ada waktu dan bagi ibu yang pernah periksa di
diantaranya sikap petugas kesehatan saat melakukan pengkajian. Selain itu, harus
menjaga kesopanan, petugas harus membina hubungan yang baik dengan pasien.
hamil dengan adanya pencatatan data yang akurat, diharapkan pengambilan tindakan
status kesehatan pasien. Tujuan definitif pemeriksaan fisik adalah, pertama, untuk
kesehatan/penyakit pasien saat ini. Informasi ini menjadi bagian dari catatan/rekam
medis (medical record) pasien, menjadi dasar data awal dari temuantemuan klinis
2. Pastikan bahwa kuku jari bersih tidak panjang, sehingga tidak menyakiti
pasien.
pasien atau gosok bersama-sama kedua telapak tangan dengan telapak tangan
satunya.
5. Gunakan sentuhan yang lembut tetapi,tidak menggelitik pasien dan cukup kuat
baik, serta sesuai dengan hak pasien terhadap kepantasan dan atas hak pribadi.
7. Tutupi badab pasien selama pemeriksaan dan hanya bagian yang di periksa
yang terbuka.
digunakan selama pemeriksaan fisik: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Teknik-
teknik ini digunakan sebagai bingkai kerja yang menfokuskan pada indera penglihatan,
dilakukan sesuai dengan urutan di atas, dan setiap teknik akan menambah data yang
sebagai berikut :
a. Inspeksi (Pandang)
dan mengevaluasi pasien secara visual dan merupakan metode tertua yang digunakan
tidaknya cloasma gravidarum pada muka/wajah, pucat atau tidak pada selaput mata,
dan ada tidaknya edema. Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan pada leher
untuk menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar gondok atau kelenjar limfe.
Pemeriksaan dada untuk menilai bentuk buah dada dan pigmentasi putting susu.
Pemeriksaan perut untuk menilai apakah perut membesar ke depan atau ke samping,
keadaan pusat, pigmentasi linea alba, serta ada tidaknya striae gravidarum.
Pemeriksaan vulva untuk menilai keadaan perineum, ada tidaknya tanda chadwick,
dan adanya fluor. Kemudian pemeriksaan ekstremitas untuk menilai ada tidaknya
varises.
b. Palpasi ( Meraba )
usia kehamilan serta menentukan letak anak dalam rahim. Pemeriksaan secara palpasi
1. Leopold I
Leopold I digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan bagian apa
yang ada dalam fundus, dengan cara pemeriksa berdiri sebelah kanan dan
menghadap ke muka ibu, kemudian kaki ibu di bengkokkan pada lutut dan
lipat paha, lengkungkan jari-jari kedua tangan untuk mengelilingi bagian atas
fundus, lalu tentukan apa yang ada di dalam fundus. Bila kepala sifatnya
keras, bundar, dan melenting. Sedangkan bokong akan lunak, kurang bundar,
tentukan.
2. Leopold II
ibu.
2. Ketika memeriksa sebelah kanan, maka tangan kanan menahan
bagian apa yang ada di sebelah kanan (jika teraba benda yang rata,
atau tidak teraba bagian kecil, terasa ada tahanan, maka itu adalah
3. Leopold III
bagian bawah dan apakah bagian anak sudah atau belum terpegang oleh
2. Tangan kanan meraba bagian yang ada di bagian bawah uterus. Jika
maka itu adalah kepala. Namun jika teraba bagian yang bulat, besar,
lunak, dan sulit digerakkan, maka itu adalah bokong. Jika dibagian
4. Leopold IV
punggung. Caranya :
3. Jika teraba kepala, tempatkan kedua tangan di dua belah pihak yang
c. Perkusi (ketukan)
yang di periksa. Pemeriksaan di lakukan dengan ketokan jari atau tangan pada
media yang dilalui. Derajat bunyi di sebut dengan resonansi. Karakter bunyi yang di
hasilkan dapat menentukan lokasi , ukuran , bentuk , dan kepadatan struktur di bawah
kulit. Sifat gelombang suara yaitu semakin banyak jaringan , semakin lemah
d. Auskultasi (mendengar)
bunyi yang terbentuk dalam organ tubuh. Hal ini dimaksudkan untuk mendeteksi
anak,bising talipusat, gerakan anak, bising rahim, bunyi aorta , serta bising usus.
Bunyi jantung anak dapat di dengar pada akhir bulan ke-5, walaupun dengan
ultrasonografi dapat diketahui pada akhir bulan ke-3. Bunyi jantung pada anak dapat
terdengar di kiri dan kanan di bawah tali pusat bila presentasi kepala. Bila terdengar
setinggi tali pusat, maka presentasidi daerah bokong. Bila terdengar pada pihak
berlawanan dengan bagian kecil, maka anak fleksi dan bila sepihak maka defleksi.
Dalam keadaan sehat, bunyi jantung antara 120-140 kali per menit. Bunyi
jantung dihitung dengan menedengarknnya selama 1 menit penuh. Bila kurang dari
120 kli per menit atau lebih dari 140 per menit, kemungkinan janin dalam keadaan
gawat janin. Selain bunyi jantung anak, dapat didengarkan bising tali pusat seperti
denyut nadi ibu, bunyi aorta frekuensinya sama seperti denyut nadi dan bising usus
pemeriksaan. Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala
atau masalah kesehatan yang dialami oleh klien. Pemeriksaan fisik bertujuan untuk
perubahan status pasien, dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan.
Berikut adalah uraian dari pemeriksaan fisik secara umum, yang terdiri dari :
1. Keadaan Umum
Keadaan umum menunjukkan kondisi pasien secara umum akibat penyakit atau
Dilihat secara langsung oleh pemeriksa dan dilakukan penilaian. Yang dapat
2. Keasadaran
Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap
dengan tidak adanya kontak mata atau mata terlihat menerawang dan tidak
fokus.
4. Sopor adalah kondisi tidak sadar atau tidur berkepanjangan tetapi masih
5. Koma adalah kondisi tidak sadar dan tidak ada reaksi terhadap rangsangan
tertentu.
tidur bangun. pasien tampak gaduh, gelisah, kacau, disorientasi, dan meronta-
meronta.
rangsangan verbal dan tidak dapat di bangunkan sama sekali ( kornea, pupil )
menilai tingkat kesadaran pasien atau klien, mulai dari sadar sepenuhnya
hingga koma. teknik ini terdiri dari 3 bagian yang di tunjukan oleh pasien
setelah di beri stimulasi tertentu, yakni respon buka mata, respon verbal dan
respon motorik.
Dekati pasien dan perhatikan respon membuka mata pasien dan beri
1. Membuka spontan
2. Dengan perintah
4. Hanya bersuara
5. Tidak bersuara
Keadaan Emosional
dikaji, yaitu :
mengenai derajat kesehatan. Pada pasien gemuk atau kurus memberi gambaran
- BB ( Berat Badan )
praktis. Timbangan ini model jembatan dan ukuran tinggi badan bersama-
sama timbangan itu. Ada pula tersedia timbangan kodok yang tidak disertai
Cara pemeriksaan :
pakaian klinik.
2) Balans disetel
6) Pasien dibereskan
- Tinggi Badan
kali datang pengukuran ini bermanfaat apabila ibu datang sudah hamil
muda. Tinggi badan ini untuk menetapkan ibu itu kurus atau normal,
dalam sentimeter.
yang rata.
4) Lihat ujung yang sebelah lagi dan ukuran yang terletak diatas
Pada ibu hamil (bumil) pengukuran LiLA merupakan deteksi dini Kurang
meteran kain.
Persiapan :
1) Pastikan pita LiLA tidak kusut, tidak terlipat-lipat atau tidak sobek
2. Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan telapak
3. Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan
siku).
5. Masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LiLA.
7. Baca angka yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LiLA
A. Tekanan Darah
(curah jantung, tahanan vaskuler perifer, volume darah dan viskositas, dan
elastisitas arteri).
- Manset udara
- Slang karet
2. Stetoskop
4. Pena
Cara pemeriksaan :
fossa cubiti (Siku lengan bagian dalam). Jangan terlalu ketat atau terlalu
longgar
7) Tentukan denyut nadi arteri radialis (nadi pada siku bagian dalam)
8) Pompa balon udara manset samapi denyut nadi arteri radialis tidak
teraba
dengan memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.
12) Catat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi terdengar nilai
ini menunjukkan tekanan sistolik dan catat mmHg denyut nadi yang
auskultasi
secara auskultasi
Nilai standar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi
1. Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C. Untuk mengukur suhu
1. Stetoskop
2. Tensimeter/Sphygmomanometer
3. Alcohol swab
4. Sarung tangan/handscoen
5. Jam tangan
6. Thermometer (raksadigital/elektrik)
7. Thermometer tympani/aural
8. Thermometer rectal
9. Tissue
10. Kassa
11. Jelly/Lubrikan
12. Bullpen
13. Bengkok
klasik atau yang lebih modern termometer digital yang menggunakan probe elektronik
2. Cuci tangan.
12. Cuci dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih, dan
keringkan.
termometer digital) cenderung 0,5-0,7˚ lebih tinggi daripada ketika diambil oleh
mulut.
Prosedur pemeriksaan adalah sebagai berikut :
2. Cuci tangan.
6. Tentukan termometer dan atur pada nilai nol lalu oleskan vaselin.
7. Letakan telapak tangan pada sisi glutea pasien dan masukan termometer
9. Catat hasil.
11. Cuci dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih, dan
keringkan.
ini cenderung 0,3-0,4˚ lebih rendah daripada suhu yang diambil oleh mulut.
2. Cuci tangan.
menggunakan tisu.
7. Letakan termometer pada daerah aksila dan lengan pasien fleksi di atas
dada.
9. Catat hasil.
11. Cuci dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih, dan
keringkan.
rendah). Demam ditandai ketika suhu tubuh meningkat di atas 37˚C secara oral atau
dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Suhu tubuh
menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat
metabolisme.
c. Hormon pertumbuhan
meningkat.
d. Hormon tiroid
e. Hormon kelamin
produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki
f. Demam (peradangan)
g. Status gizi
30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan
nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu
dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena
lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas
gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan
i. Gangguan organ
pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan
suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat
j. Lingkungan
tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu
Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui
diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri
mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti
tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator
yaitu melalui :
1. Radiasi
paling besar pada kulit (60%) atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas.
Panas adalah energi kinetic pada gerakan molekul. Sebagian besar energi pada gerakan
ini dapat di pindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali suhu
udara bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi
pertukaran panas, yang terjadi hanya proses pergerakan udara sehingga udara baru
2. Konduksi
benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan
dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan
tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada
paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan
3. Evaporasi
tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan
panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat,
16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi
akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dan system pernafasan.
Selama suhu kulit lebih tinggi dari pada suhu lingkungan, panas hilang melalui radiasi
dan konduksi. Namun ketika suuhu lingkungan lebih tinggi dari suhu tubuh, tubuh
memperoleh suhu dari lingkungan melalui radiasi dan konduksi. Pada keadaan ini,
tubuh actual ( yang dapat diukur ) merupakan suhu yang dihasilkan dari keseimbangan
antara produksi panas oleh tubuh dan proses kehilangan panas tubuh dari lingkungan.
C. Denyut Nadi
kecepatannya diukur pada beberapa titik denyut, misalnya denyut arteri radialis pada
pergelangan tangan, arteri bracialis pada lengan atas, arteri karotis pada leher, arteri
poplitea pada belakang lutut, arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior pada
Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut pradicardi.
Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi.
D. Pernafasan
pulmoner, respirasi eksternal dan internal. Laju pernafasan meningkat pada keadaan
stres, kelainan metabolik, penyakit jantung paru, dan pada peningkatan suhu tubuh.
Pernafasan yang normal bila kecepatannya 14-20x/menit pada dewasa, dan sampai
44x/menit pada bayi. Kecepatan dan irama pernafasan serta usaha bernafas perlu
2.5 Pemeriksaan Fisik Head to Toe (Pemeriksaan Fisik Kepala hingga Kaki)
bagian tubuh klien sebagai acuan yaitu dari ujung kepala sampai ke ujung kaki.
Maksudnya disini adalah pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari
b. Cara Kerja :
vaskularisasi supervisial.
2. Palpasi kulit untuk mengetahui suhu kulit, tekstur (halus,kasar),
3. Inspeksi dan Palpasi kuku dan catat mengenai warna, bentuk dan setiap ada
ketidaknormalan/lesi.
teksturnya.
Koilonychia
2. PEMERIKSAAN KEPALA
b. Cara kerja :
1. Atur pasien dalam posisi duduk atau berdiri (tergantung pada kondisi
6. Distribusi rambut sangat bervariasi pada setiap orang dan kulit kepala
luka/sikatrik.
3. PEMERIKSAAN MATA
pasien.
- Dalam pemeriksaan selalu bandingkan antara mata kanan dengan mata kiri.
Inspeksi :
2) Amati kelopak mata, perhatikan terhadap bentuk dan setiap ada kelainan
Amati bentuk dan keadaan kulit pada kelopak mata, serta pada
bagian pinggir kelopak mata, catat setiap ada kelainan misalnya ada
keerah-merahan.
ibu jari.
catat bila di dapatkan infeksi atau pus atau bila warnanya tidak
2) Amati apakah kedua mata tetap diam atau bergerak secara spontan
4) Amati apakah kedua mata memandang lurus ke depan ata salah satu
defisi
5) Luruskan jari telunjuk anda dan dekatkan dengan jarak sekitar 15-30.
Beritahu pasien untuk mengikuti gerakan jari anda, dan juga posisi
6 otot mata.
untuk anak-anak.
2) Atur kursi tempat duduk pasien dengan jarak 5 atau 6 meter dari kartu
snellen.
dengan jelas.
huruf yang paling besar menuju huruf yang kecil dan catat tulisan
4. PEMERIKSAAN TELINGA
keseimbangan.
→ Telinga tengah (rongga timpani) terpisah dengan telinga luar oleh adanya
c. Cara Kerja :
2) Atur posisi anda menghadap pada sisi telinga pasien yang akan
diperiksa.
bawah daun telinga. Bila ada peradangan maka pasien akan meras
nyeri.
telinga.
Pemeriksaan pendengaran :
suara bisikan.
bisikan.
1) Atur posisi pasien berdiri membelakangi anda pada jarak sekitar 4,5-6
meter.
2) Anjurkan pasien untuk menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa.
Pemeriksaan hidung dimulai dari bagian luar, bagian dalam lalu sinus-sinus-
→ otoskop.
→ spekulum hidung.
→ cermin kecil.
→ Sumber penerangan/lampu.
2) Atur penerangan dan amati hidung bagian luar sisi depan,samping dan
hidung.
diamati.
10) Amati bentuk dan posisi septum, kartilago dan dinding-dinding rongga
bengkak).
Pencahayaan harus baik sehingga semua bagian dalam mulut dapat diamati
dengan jelas.
Pemeriksaan dimulai dengan mengamati bibir, gigi, gusi, selaput lendir, pipi
faring.
Inspeksi :
sejajar.
mulut.
lidah untuk menekan lidah sehingga gigi akan tampak lebih jelas.
bandingkan gigi bagian kiri, kanan, atas dan bawah dan anjurkan pasien
9) Amati selaptu lendir mulut secara sistematis pada semua bagian mulut
10) Beri kesempatan pasien untuk istirahat dengan menutup mulut sejenak
bila capai, lalu lanutkan dengan inpeksi faring dengan cara pasien
Palpasi
Pegang pipi diantara ibu jari dan jari telunjuk (jari telunjuk berada
penting berkaitan.
Dalam pemeriksaan, baju pasien dilepas sehinga leher dapat diperiksa dengan
INSPEKSI:
4) Inspeksi dilakukan secara sistematis mulai dari garis tengah sisi depan
paru.
endomorf/obesitas.
menjadi kuning pada semua jenis ikterus, dan menjadi merah, bengkak,
8) Inspeksi tiroid dengan cara pasien disuruh menelan dan amati gerakan
batas, ukuran, bentuk, dan nyeritekan pada setiap kelompok kelenjar limfe
batas, ukuran, bentuk, dan nyeri tekan pada setiap kelompok kelenjar limfe
yang tidak :
sternomastidius.
2. Palpasi pada fossa supraternal dengan jari penujuk dan jari tengah.
pasien.Letakkan jari tengah pada bagian bawah trakea dan trakea ke atas,
MOBILITAS LEHER:
2. Untuk mendapatkan data yang akurat, maka leher dan dada bagian atas harus
dengan urutan :
urutan yang sama seperti pada pemeriksaan mobilitas leher secara aktif.
8. PEMERIKSAAN FISIK DADA DAN PARU-PARU
INSPEKSI :
→ Inspeksi dada dikerjakan baik pada saat dada bergerak atau pada saat
menonjol ke depan.
2. Funnel chest : bentuk dada yang tidak normal sebagai kelainan bawaan
mengecil.
Pola pernafasan
2. Blots : Pernafasan cepat dan dalam dari normal, dengan terhenti tiba-tiba
sangat pendek.
1) Lepas baju pasien dan tampakkan badan pasien sampai batas pinggang.
2) Atur posisi pasien (pasien diatur tergantung pada tahap pemeriksaan dan
3) Yakinkan bahwa anada sudah siap (tangan bersih dan hangat), ruangan
4) Beri penjelasan pada pasien tentang apa yang akan dikerjakan dan
5) Lakukan inspeksi bentuk dada dari 4 sisi (depan, belakang, kanan, kiri,)
9) Amati lebih teliti keadan kulit dada catat setiap ditemukan adanya pulpasi
lainnya.
PALPASI
a. Tujuan : untuk mengetrahui keadan kulit pada dinding dada, nyeri tekan,
Rasakan gerakan dinding dada dan bandingkan sisi kanan dan sisi
kiri.
dengan cara :
paru-paru.
dinding dada.
4. Getaran lebih jelas terasa pada apeks paru-paru dan dinding dada
kanan lebih keras daripada dinding dada kiri karena bronkus pada
Pada keadaan tertentu bunyi resonan ini dapat menjadi lebih atau
kurang resonan.
sekitarnya.
interkostalis.
berdiri :
menahannya.
Lakukan perkusi dari bunyi redup(tanda I) ke atas biasnya bunyi redup
Ukur jarak antara tanda I dan II. Pada wanita jarak ke dua tanda ini
Auskultasi
→ Suara nafas yang didengar melalui stetoskop dapat menjadi tidak normal
→ Ronchi kering : bunyi yang terputus yang tejadi oleh adanya getaran
diameter saluran nafas , maka nada bunyi nafas juga semakin tinggi &
keras.
→ Ronchi basah (rales) : suara berisik yang terputus akibat aliran udara
peradangan . Bunyi ini biasanya terdengar pada akhir inspirasi dan awal
ekspirasi.
secara teliti.
Ulangi auskultasi pada dada lateral dan posterior serta bandingkan sisi
BUNYI-BUNYI NAFAS
DARAH
mulai dari area aorta, area pulmonal, area trikuspidalis, area apikal dan area
epigastrik.
1. Bantu pasien mengatur posisi supinasi dan pemeriksa berdiri di sisi kanan
pasien.
2. Tentukan lokasi sudut louis dengan palpasi. Sudut ini terletak di antara
manubrium dan badan sternum. Ini akan terasa seperti bagian dari sternum.
3. Pindah jari-jari ke bawah ke arah tiap sisi sudut sehingga akan teraba
kanan dan area pulmonal terletak pada spasi interkostale ke-2 kiri.
4. Inspeksi dan palpasi area aorta dan area pulmonal untuk mengetahui
ada/tidaknya uplsasi.
6. Dari area trikuspidalis, pindah tangan anda secara lateral 5-7 cm ke garis
impulse).
7. Isnpeksi dan palpasi pulsasi pada area apikal. Sekitar 50% orang dewasa
8. Untuk mengetahui pulsasi aorta, lakukan inspeksi dan palsasi pada area
epigastrik.
Perkusi
secara kasar.
5) Untuk menentukan batas sisi kanan dan kiri, perkusi dikerjakan dari arah
umumnya tidak lebih dari 4,7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis
7) Perkusi dapat pula dilakukan dariarah sternum keluar dengan jari yang
tidak terdengar. Ukurlah jarak dari garis midsternal dan tentukan dalam
cm.
8) Dengan adanya foto rontogen, maka perkusi pada area jantung jarang
dilakukan karena gambaran jantung dapat diihat pada foto thorak antero
posterior.
Auskultasi
trikuspidalis.
pulmonalis.
5. Biasanya s1 terdengar lebih keras dari pada s2, namun nada s1 lebih
9. Periode distole adalah periode saat ventrikel relaksasi, yang dimulai dari
dari diastole.
10. Secara normal tidak ada bunyi lain yang terdengar selama periode-2
13. S4 jarang terdengar pada orang normal. Bila ada, ini terdengar saat
CARA KERJA :
1. Kaji ritme dan kecepatan jantung secara umum, perhatikan dan tentukan
area aukutasi
2. Anjurkan pasien untuk bernafas secara normal dan kemudian tahan nafas
4. Konsentrasikan pada sistole, yang mirip interval yang lebih panjang dari
b. Karena payudara merupakan organ yang sensitif, maka kesopanan tetap dijaga
kanker payudara.
lebih besar akibat floriferasi dan hipertrofi sel-sel acini dan kelenjar
susu(duktus laktiferus). Perubahan ini terjadi sebagai respon terhadap hormon
INSPEKSI:
3. Inspeksi warna areola. Pada wanita hamil pada umumnya berwarna lebih
gelap.
pembengkakan/tanda kemerah-merahan.
PALPASI :
2. Palpasi daerah klavikula dan ketiak itu. Pada area limfe nodi.
3. Lakukan palpasi setiap payudara dengan tehnis bimanual tu payudara
palpasi dengan gerakan memutar terhdap dinding dada dari tepi menuju
serta ganjil.
b. Bentuk perut yang normal adalah. Simetris baik pada orang yang gemuk
maupun kurus.
c. Perut menjadi besar dan tidak simetris pada beberapa keadaan, misalnya :
d. Perut menjadi besar dan tidak simetris pada beberapa keadaan, misalnya :
limpa/kandung empedu.
melingkar/cekung.
g. Apabila ada pembesaran, maka kulit perut menjadi tegang, licin dan tipis.
h. Pada keadaan setelah distensi berat, kulit perut menjadi berkeriput, dan pada
ketidaksimetrisan.
dan pigmentasi.
AUSKULTASI :
2. Tanya pasien tentang waktu terakhir makan. Suara usus meningkat pada
kuadran perut dan dengar suara peristalik aktif dan suara mendeguk
(gurgling) yang secara normal terdengar setiap 5-20 detik dengan durasi
tidaknya makanan dalam sel cerna. Suara usus dapat di nyatakan dengan :
terdengar tidak ada/hipoaktif, sangat lambat (misalnya : hanya terdengar
Bila suara usus terdengar jarang sekali/tidak ada maka sebelum di pastikan
5. Letakkan bagian bell stetoskop di atas aorta , arteri renale dan arteri iliaka.
meletakkan stetoskop pada garis tengah perut/kearah kanan kiri dari garis
hepar dan lien , kaji pula kemungkinan terdengar suara-2 gesekan seperti
suara gesekan 2 benda. untuk mengkaji suara gesekan pada area lien maka
letakkan stetoskop pada area bawah tulang rusak di garis aksilaris anterior
dan suruh pasien menarik nafas dalam. Untuk mengkaji suara gesekan
pada area hepar, letakkan stetoskop pada sisi bawah kanan tulang rusuk.
PERKUSI
1. Perkusi di mulai dari kuadran kanan atas kemudian bergerak searah jarum
2. Perhatikan reaksi pasien dan catat bila pasien merasa nyeri/nyeri tekan
3. Lakukan perkusi pada area timpani dan redup. Suara timpani mempunyai
ciri nada>tinggi daripada resonan , yang mana suara ini dapat di dengarkan
pada ronggan/organ yang berisi udara. Suara redup mempunyai ciri nada>
rendah / > datar daripada resonan . suara ini dapat di dengarkan pada massa
yang padat , mis : keadaan asites , keadaan distensi kandung kemih serta
PALPASI
1. Hangatkan tangan. Tangan yang dingin bila dirabakan pada perut akan
2. Pada palpasi ringan, letak telapak tangan pada perut pasien dengan jari-jari
3. Pada palpasi dalam, tekankan ¼ distal permukaan tangan pada tangan yang
dilakukan sedalam 4-5 cm/ mendekati jar subkutan. Raba adanya massa
massa adalah batas lateral otot rektus abdominal dan feses yang terdapat
menupause.
2. Sistem reproduksi wanita terbagi 2 bagian utama, yaitu: alat kelamin luar dan
alat kelamin dalam yang berkembang dan berfungsi sesuai dengan pengaruh
3. Alat kelamin luar tidak : mons plubis, klitoris, labia mayora, labia minora,
2. Anjurkan pasien membuka celana, bantu mengatur posisi litotomi dan selimut
4. Amati kulit dan area pubis, perhatikan adanya lesi, eritema, fisura, leukoplakia,
dan eksoriasi.
5. Buk labia mayora dan amati bagian dalam labia mayora, labia minora, klitoris,
2. Lumasi jari telunjuk anda dengan air steril dan masukkan kedalam vagina dan
3. Siapkan spekulum dengan ukuran dan bentuk yang sesuai dan lumasi dengan
4. Letakkan 2 jari pada pintu vagina dan tekankan ke bawah ke arah perianal.
5. Yakinkan tidak ada rambut pubis pada pintu vagina dan dengan tangan satunya
masukkan spekulum dengan sudut 45o dan hati-hatilah sehingga tidak menjepit
rambut pubis/labia.
6. Bila spekulum sudah berada di vagina, keluarkan 2 jari anda, dan putar
spekulum ke arah posisi horizontal dan pertahankan penekanan tetap pada sisi
bawah/posterior.
7. Buka paru spekulum, lokasikan pada serviks dan kunci paru sehingga tetap
membuka.
8. Bila serviks sudah terlihat, atur lampu untuk memperjelas penglihatan dan
10. Bila sudah selesi, kendorkan screw spekulum, tutup spekulum dan tarik keluar
secara perlahan-lahan.
1. Lakukan palpasi secara bimanual bila diperlukan dengan cara keanakan sarung
tangan steril, lumasi jari telunjuk dan jari tengah kemudian masukkan ke
lubang vagina dengan penekanan ke arah posterior dan raba dinding vagina
untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan nodul. Dan raba dinding vagina
3. Palpasi uterus dengan cara geser 2 jari menghadap ke atas. Tangan yang diluar
taruh di perut dan tekankan ke bawah. Palpasi uterus mengenal ukuran, bentuk,
4. Palpasi ovarium dengan cara geser 2 jari yang ada dalam vagina pada forniks
lateral kanan, Tangan yang di perut tekankan ke bawah kearah kuadran kanan
konsistensi, dan nyeri tekan (normalnya tak teraba). Ulangi untuk ovarium
sebelahnya.
a. Tujuan : untukk memperoleh dari dasar tentang oto, tulang, dan persendian serta
bagian 2 tertentu.
- OTOT
1) Lakukan inspeksi mengenai ukuran otot, misalnya : pada lengan dan paha.
Bandingkan 1 sisi dengan sisi yang lain serta amati mengenai ada dan
menggunakan meteran.
tremmor.
5) Lakukan palpasi pada oto saat istirahat untuk mengetahui tonus otot.
6) Lakukan palpasi otot pada sat bergerak secara aktif dan pasif untuk
pemeriksa, dan bandingkan kekuatan otot anggota gerak kanan dan anggota
gerak kiri. Kekuatan otot juga dapat diuji dengan cara pasien disuruh
8) Amati kekuatan suatu bagian tubuh dengan cara memberi penahanan secara
KENORMALAN
SKALA CIRI-CIRI
KEKUATAN (%)
0 0 Paralisis total
Tidak ada gerakan, teraba / terlihat
1 10
adanya kontraksi otot.
Gerakan otot penuh menentang
2 25
gravitasi, dengan sokongan.
Gerakan normal menentang
3 50
gravitasi.
Gerakan normal penuh menentang
4 75
gravitasi dengan sedikit penahanan.
5 100 Gerakan normal penuh menentang
gravitasi dengan penahanan penuh.
- TULANG
- PERSENDIAN
persendian.
pengobatan.
kesehatan/penyakit.
kecacatan/masalah.
e. Kesadaran
PARAMETER NILAI
Mata Membuka secara spontan 4
Terhadap suara 3
Terhadap nyeri 2
Tidak berespon 1
Respon Verbal Orientasi baik 5
Bingung 4
Kata-kata tidak jelas 3
Bunyi tidak jelas 1
Respon Mengikuti perintah 6
motorik/gerak Gerakan lokal 5
Fleksi, menarik 4
Fleksi abnormal 3
Ekstensi abnormal 2
Tidak ada 1
- MENTASI
a. Merupakan segala aktivitas yang memerlukan penyatuan/integrasi
- PERGERAKAN
e. Uji bisep dan trisep (fleksor dan ekstensor) : pasien di suruh menarik dan
penahanan pemeriksa
h. Uji fleksi dan ekstensi bawah serta kekuatan tulang panggul : suruh pasien
i. Uji kekuatan tungkai atas : suruh pasien mefleksikan dan ekstensikan lutut
m.Kestabilan batang tubuh : suruh pasien berdiri lurus dengan mata tertutup
o. Muscle stretc refleks : suatu pukulan cepat dengan refleks hammer pada
penghantar/serabut reflek
motorik ata
0 : Tidak ada
4 : Hiperaktif
- SENSASI
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
mengetahui bagaimana kesehatan umum ibu (bila keadaan umumnya baik agar di
pertahankan jangan sampai daya tahan tubuh menurun), untuk mengetahui adanya
kelainan, bila ada kelainan, kelainan itu lekas diobati dan disembuhkan agar tidak
menganggu. Prinsip umum dari pemeriksaan fisik adalah dilakukan secara
komprehensif.
dipahami, antara lain inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (ketukan), dan
auskultasi (mendengar).
Pada pemeriksaan fisik, yang diperiksa mulai dari pemeriksaan keadaan umum
hingga pemeriksaan fisik head to toe ( pemeriksaan fisik kepala hingga kaki).
3.2 Saran
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi para pembaca,
dan dapat memberikan pengetahuan sedikit tentang pemeriksaan fisik pada ibu. Kami
mengetahui bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
baik dari segi penulisannya, bahasa dan lain sebagainnya. Untuk itu saran dari
pembaca yang bersifat membangun sangat kami harapkan agar dapat terciptanya
makalah yang baik sehingga dapat memberi pengetahuan yang benar kepada pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 1992, Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks
Keluarga, Jakarta
Departemen Kesehatan RI, 1998, Asuhan Keperawatan Ibu Hamil (Antematal), Modul
Diklat Jarak Jauh, Jakarta
Departemen Kesehatan RI, 1999, Buku Acuan Pelatihan Asuhan Persalinan Dasar,
Jakarta
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 2003, Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan
Fisiologi Bagi Dosen Diploma III Kebidanan, Asuhan Antenatal, Buku 2, Jakarta