Anda di halaman 1dari 20

3 ANAMNESA DAN PEMERIKSAAN FISIK

IBU HAMIL

A. ANAMNESA/ WAWANCARA PADA IBU HAMIL

Pengertian:
Anamnesis/ wawancara adalah pertanyaan terarah yang ditujukan kepada ibu
hamil, untuk mengetahui keadaan ibu dan factor resiko yang dimilikinya.
Tujuan:
Tujuan melakukan wawancara/ anamnesa pada ibu hamil: mengidentifikasi
informasi untuk menentukan risiko yang terkait dengan ibu hamil.
Hal- hal yang perlu dianamnesa/ diwawancara pada ibu hamil antara lain
(Chapman & Durham, 2010; Pilliterie, 2003; Perry, et all, 2010; Reeder, Griffin,
Martin, 2011; Kinzie & Gomez, 2004, NHS, 2008):
1. Mengidentifikasi informasi yang diperlukan untuk menentukan risiko tertentu
berdasarkan karakteristik sosiodemografi
Yang perlu anda tanyakan pada ibu hamil antara lain umur, gravida (kehamilan)/
para (bersalin) ke berapa, alamat, ras/ etnis/ suku asal. Agama ibu, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan.
Umur perlu ditanyakan pada ibu hamil karena umur sebelum 20 tahun dan lebih 35
tahun merupakan umur yang berisiko tinggi untuk hamil/ bereproduksi. Status
gravid/ status kehamilan perlu ditanyakan pada ibu hamil karena ibu hamil pertama
(primigravida) dengan ibu hamil yang kedua atau lebih (multipara) akan berbeda
kebutuhan informasi dan penanganannya. Alamat pun perlu ditanyakan karena
lokasi tempat tinggal akan mempengaruhi lingkungan yang terkait dengan
kesehatan ibu hamil. Ras/ etnis/ suku asal ibu perlu dikaji karena umumnya setiap
daerah memiliki budaya yang berkaitan dengan perawatan ibu hamil. Agama ibu
dikaji karena ada beberapa agama yang memiliki aturan tentang kehamilan atau
perawatan bayi. Status perkawinan perlu dikaji karena jika ibu hamil tanpa
menikah maka akan mempengaruhi penerimaan terhadap kehamilannya. Pekerjaan ibu
perlu dikaji karena jika ibu hamil merupakan pekerja fisik berat maka akan banyak
mempengaruhi pertumbuhan janin. Pendidikan ibu perlu dikaji karena akan
menentukan bagaimana anda sebagai perawat akan memberikan informasi
kesehatan terkait kehamilannya. Pertanyaan- pertanyaan tersebut untuk menentukan
risiko yang berdasar karakteristik sosiodemografi.

2. Riwayat kesehatan masa lalu dan yang sekarang


Riwayat kesehatan masa lalu dan sekarang pada ibu hamil perlu dikaji. Apakah
riwayat kesehatannya itu akan mempengaruhi kesehatan ibu dan janinnya.
Misalnya ibu yang memiliki kebiasaan merokok, harus segera diinformasikan
untuk menghentikan merokoknya.
Panduan Praktik Laboraturium | 6
3. Penggunaan obat medis
Riwayat penggunaan obat, operasi termasuk penerimaan transfusi darah,
alergi, imunisasi perlu dikaji. Apakah obat- obat tersebut masih digunakan atau
memiliki efek samping hingga saat ini.
4. Riwayat pengobatan/ penyakit keluarga
Hal ini perlu dikaji karena ada beberapa penyakit yang diturunkan secara genetic
seperti thalasemia dan lain-lain. Hasil pengkajian ini akan meminimalkan risiko
terjadinya kelainan genetik
5. Reproduksi
System reproduksi ibu perlu dikaji karena akan mengetahui secara rinci tentang
siklus menstruasi ibu, kehamilan masa lalu dan bayi yang dilahirkan, gangguan
ginekologi, kontrasepsi yang pernah digunakan, riwayat infeksi menular seksual,
dan praktik seksual yang aman.
6. Perawatan diri, gaya hidup, dan keselamatan
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui frekuensi ibu melakukan pemeliharaan
kesehatan seperti pemeriksaan gigi, pola tidur, manajemen stress, penggunaan
alcohol, tembakau/ rokok, penyalahgunaan narkoba. Selain itu juga dapat
diidentifikasi praktik/ ritual- ritual kesehatan yang biasa dilaksanakan selama ini
yang dapat mempengaruhi kehamilan dan janinnya.
7. Psikososial
Psikososial perlu dikaji untuk mengetahui kesehatan psikologis dan emosional
masa lalu dan sekarang. Kesehatan mental perlu dikaji untuk mengidentifikasi
sumber dukungan emosional dan social dalam keluarga.
8. Budaya
Budaya dikaji untuk mengidentifikasi praktik- praktik budaya dan keyakinan/
nilai- nilai yang mempengaruhi kesehatan ibu
9. Lingkungan
Lingkungan dikaji untuk mengidentifikasi paparan lingkungan masa lalu dan sekarang.
Apakah dipengaruhi oleh tempat tinggal atau pekerjaan ibu.

B. PEMERIKSAAN FISIK IBU HAMIL


TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi terkait pemeriksaan fisik ibu hamil, Anda diharapkan mampu
mendemonstrasikan pemeriksaan fisik pada ibu hamil dengan benar serta mendapatkan
data yang tepat dan akurat.

POKOK – POKOK MATERI


Untuk mencapai tujuan pembelajaran, pokok – pokok materi yang harus mahasiswa
pelajari adalah sebagai berikut.

Panduan Praktik Laboraturium | 7


1. Anatomi fisiologi system reproduksi wanita.
2. Adaptasi fisiologis dan psikologis kehamilan.
3. Asuhan keperawatan ibu hamil trimester I, II, dan III.
4. Prosedur – prosedur khusus pada perawatan antenatal, seperti pemeriksaan fisik ibu
hamil dan edukasi antenatal.
5. Pendokumentasian dan pencatatan data hasil pemeriksaan fisik.

URAIAN MATERI
Pemeriksaan fisik pada ibu hamil sama seperti pemeriksaan pada ibu lainnya yang
prosedurnya meliputi pengkajian, pembuatan diagnosis, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi.
1. Pengertian
Pemeriksaan fisik ibu hamil dilakukan pada ibu hamil untuk mengidentifikasi
kesehatan ibu hamil dan janin.
2. Indikasi
Dilakukan pada ibu hamil mulai dari trimester I sampai trimester III. Khusus
untuk pemeriksaan Leopold hanya dilakukan setelah ibu masuk usia kehamilan
trimester II dan III.
3. Tujuan
Untuk mengetahui kesehatan ibu hamil dan janin
4. Petugas
Instruktur/ dosen/ mahasiswa perawat
5. Fase pra interaksi (fase sebelum berinteraksi dengan klien)
a. Validasi perlunya prosedur pada status medis
b. Validasi perencanaan keperawatan klien
2. Fase orientasi
a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik
b. Rumuskan kontraks tindakan bersama, meliputi waktu, tempat, aktivitas/
tindakan, tahapan prosedur
c. Dukung privacy klien
d. Bila memungkinkan ajak klien bekerja sama dalam prosedur ini
e. Menjelaskan seluruh prosedur dan tujuan pemeriksaan fisik (Leopold I – IV)
pada klien
3. Prosedur
Untuk melakukan prosedur ini, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan
antara lain:
a. Biasakan cuci tangan 6 langkah sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan
fisik pada ibu hamil
b. Pada saat pemeriksaan Leopold maka posisi pemeriksaannya adalah ibu
dianjurkan tidur terlentang dengan menaruh handuk/ bantal kecil yang
disimpan dipunggung/ di atas bokong ibu untuk mencegah hipotensi ortostatik.

Panduan Praktik Laboraturium | 8


Pengkajian
Pemeriksaan fisik pada kehamilan dilakukan melalui pemeriksaan pandang (inspeksi),
pemeriksaan raba (palpasi), pemeriksaan dengar (auskultasi), dan pemeriksaan ketuk
(perkusi). Pemeriksaan dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki, yang dalam
pelaksanaannya dilakukan secara sistematis atau berurutan.
Pemeriksaan fisik pada ibu hamil dengan tepat dan benar sesuai dengan pedoman yang
meliputi pemeriksaan fisik mulai dari kepala sampai kaki (head to toe), pemeriksaan
Leopold I sampai IV, pemeriksaan DJJ, perhitungan usia kehamilan, dan penghitungan
taksiran partus persalinan.
Lingkup Diagnosis Keperawatan Pada Ibu Hamil
1. Perubahan nutrisi kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh.
2. Gangguan rasa nyaman.
3. Resiko injuri (ibu dan bayi).
4. Resiko infeksi.
5. Resiko gangguan perfusi jaringan.
6. Potensial progresif kesehatan ibu dan fetus.
7. Potensial tumbuh kembang fetus cukup progresif dan normal.
8. Potensial dikembangkan peran menjadi orang tua.
9. Resiko perunbahan konsep diri.
10. Resiko konflik peran.
Tindakan Pemeriksaan Pada Ibu Hamil
Untuk mendapatkan data tentang perkembangan janin dan adaptasi fisiologis ibu terhadap
kemahmilan, perawat dapat melakukan pengkajian melalui pemeriksaan fisikpada ibu
hamil dengan metode inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Adapun alat yang
diperlukan adalah sebagai berikut.
1. Catatan keperawatan
2. Alat untuk mencatat
3. Stetoskop mono aural (laenec)/ dopler
4. Thermometer raksa
5. Pita ukur (meteran)
6. Stetoskop
7. Spigmomanometer
8. Hammer reflex
9. Alat perineal hygiene: kom tutup berisi kapas lembap dalam tempatnya, bengkok,
sarung tangan, perlak & pengalas
10. Timbangan badan dan pengukur tinggi badan
11. Penlight
12. Alat tenun/ selimut
13. Jam detik

Panduan Praktik Laboraturium | 9


Penatalaksanaan Prosedur
Setelah Anda menyelesaikan persiapan alat, marilah kita pelajari prosedur tindakan
pemeriksaan fisik ibu hamil. Adapun prosedur tindakan pemeriksaan fisik ibu hamil adalah
sebagai berikut.
1. Siapkan alat – alat yang diperlukan untuk pemeriksaan fisik dan ruangan dengan
pencahayaan cukup.
2. Mencuci tangan dengan teknik yang benar.
3. Memberi tahu ibu tentang tujuan dan langkah prosedur.
4. Perhatikan tanda – tanda tubuh yang sehat.
Pemeriksaan pandang dimulai sejak bertemu dengan ibu. Perhatikan bagaimana sikap
tubuh, keadaan punggung, dan cara berjalannya. Apakah cenderung membungkuk,
terdapat lordosis, kifosis, scoliosis, atau pincang dan sebagainya. Lihat dan nilai
kekuatan ibu ketika berjalan, apakah ia tampak nyaman dan kuat atau apakah ibu
tampak lemah.
5. Inspaksi muka ibu apakah ada kloasma gravidarum, pucat pada wajah dan
pembengkakan pada wajah (bila terdapat pucat pada wajah periksalah konjungtiva dan
kuku, pucat menAndakan bahwa ibu menderita anemia, sehingga memerlukan
tindakan lebih lanjut. Jelaskan pada ibu bahwa dirinya sedang diperiksa untuk
mengetahui apakah ia kurang darah atau tidak. Informasikan bahwa bila ibu tidak
kurang darah ia akan lebih kuat selama kehamilan dan persalinan. Jelaskan pula
bahwa tablet tambah darah mampu mencegah kurang darah. Bila terdapat bengkak
pada wajah, periksalah adanya bengkak pada kaki dan tangan. Daerah lain yang dapat
diperiksa adalah kelopak mata. Namun, apabila kelopak mata sudah odema, biasanya
pre-eklamsia sudah lebih berat).
6. Meminta ibu mengganti baju dengan baju pemeriksaan.
7. Menganjurkan ibu buang air kecil terlebih dahulu.
8. Melakukan penimbangan berat badan dan tinggi badan.
Timbanglah berat badan ibu pada setiap pemeriksaan kehamilan. Bila tidak terdapat,
perhatikan apakah ibu bertambah berat badannya. Berat badan ibu biasanya naik
sekitar 9 – 12 kg selama kehamilan. Kenaikan berat badan ini sebagian besr diperoleh
terutama pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Kenaikan berat badan
menunjukkan bahwa ibu mendapat cukup makanan. Berat badan ibu naik secara
normal menunjukkan bayinya tumbuh dengan baik. Bila kenaikan berat badan ibu
kurang dari 5 kg pada kehamilan 28 minggu menAndakan adanya ketidaknormalan,
maka ibu perlu dirujuk.
Tinggi dan berat badan hanya diukur pada kunjungan pertama. Bila tidak tersedia alat
ukur tinggi badan maka bagian dari dinding dapat ditAndai dengan ukuran
sentimenter. Pada ibu yang kurang tinggi perlu diperhatikan kemungkinan mempunyai
panggul yang sempit, sehingga nantinya dapat menyulitkan persalinan. Bila tinggi
badan kurang dari 145 atau tampak pendek dibandingkan dengan rata – rata ibu, maka
persalinan perlu diwaspadai.
Rumusan kenaikan berat badan ibu selama kehamilan adalah sebagai berikut.
a. 10 minggu : minimal 400 gr.
Panduan Praktik Laboraturium | 10
b. 20 minggu : minimal 4000 gr.
c. 30 minggu : minimal 8000 gr.
d. Mulai usia kehamilan trimester ke – 2 (13 minggu) naik 500 gr per minggu.
9. Ukur lingkar lengan atas ibu dengan alat ukur yang khusus.
10. Lakukan pengukuran tanda – tanda vital ibu yang meliputi tekanan darah, frekuensi
nadi, pernafasan, dan suhu. Pastikan bahwa ibu sudah beristirahat selama 30 menit
setelah kedatangan atau sebelum dilakukannya pemeriksaan tanda – tanda vital. Hal
ini bertujuan agar hasil yang didapatkan sesuai dengan kondisi ibu yang sebenarnya.

Gambar 4.1 Pemeriksaan Tekanan Darah pada Ibu Hamil


(Nakita, 2001)

Tekanan darah pada ibu hamil biasanya tetap normal, kecuali bila ada kelainan. Bila
tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih, maka mintalah ibu berbaring ke
sebelah kiri dan mintalah ibu bersantai sampai terkantuk. Bila tekanan arah tetap
tinggi, maka hal ini menunjukkan ibu menderita pre-eklampsia dan harus segera
dirujuk, serta perlu diperiksa kehamilannya lebih lanjut (tekanan darah diperiksa
setiap minggu). Ibu dipantau secara ketat dan anjurkan ibu merencanakan persalinan
di rumah sakit.
11. Lakukan pengukuran lingkar panggul dengan jangkar panggul. Pemeriksaan panggul
pada ibu hamil terutama primigravida perlu dilakukan untuk menilai keadaan dan
bentuk panggul apakah terdapat kelainan atau keadaan yang dapat menimbulkan
penyulit persalinan. Ada empat cara dalam melakukan pemeriksaan panggul yaitu
sebagai berikut.
a. Pemeriksaan pandang (inspeksi) dilihat apakah terdapat dugaan kesempitan
panggul atau kelainan panggul, misalnya ibu sangat pendek, berjalan pincang,
terdapat kelainan, seperti kifosis atau lordosis, belah ketupat michaelis tidak
simetris.
b. Pemeriksaan raba, ibu dapat diduga mempunyai kelainan atau kesempitan panggul
bial. Pada pemeriksaan raba didapatkan kelaianan letak pada primigravida
kehamilan aterm.
c. Melakukan perasat Osborn positif dengan melakukan pengukuran panggul luar.
Alat untuk mengukur luar panggul yang paling sering digunakan adalah jangka
panggul dari Martin. Ukuran – ukuran panggul yang sering digunakan untuk
menilai keadaan panggul adalah sebagai berikut.
Panduan Praktik Laboraturium | 11
- Distansia spinarum, yaitu jarak antara spina iliaka anerior superior kanan dan
kiri berukuran normal 23 – 26 cm.
- Distansia kristarum, yaitu jarak antara krista iliaka terjauh kanan dan kiri
dengan ukuran sekitar 26 – 29 cm. bila selisih antara distansia kristarum dan
distansia spinarum kurang dari 16 cm, kemungkinan besar adanya kesempitan
panggul.
12. Pemeriksaan dari ujung rambut kaki sampai ke ujung kaki.
Pemeriksaan fisik pada kehamilan dilakukan melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi. Pemeriksaan dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki,
yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara sistematis atau berurutan.
Pada saat melakukan pemeriksaan daerah dada dan perut, pemeriksaan inspeksi,
palpasi, dan auskultasi dilakukan secara berurutan dan bersamaan sehingga tidak
adanya kesan mebuka tutup baju yang dapat membuat ibu malu. Berikut ini akan
diuraikan pemeriksaan obstetric terhadap ibu hamil mulai dari kepala sampai kaki.
a. Lihatlah wajah atau muka ibu.
Adalah kloasma gravidarum, pucat pada wajah atau pembengkakan pada wajah.
Pucat pada wajah, konjungtiva dan kuku menAndakan bahwa ibu menderita
anemia, sehingga memerlukan tindakan lebih lanjut. Jelaskan pada ibu bahwa
dirinya sedang diperiksa untuk mengetahui apakah ia kurang darah atau tidak.
Informasikan bahwa bila ibu tidak kurang darah ia akan lebih kuat selama
kehamilan dan persalinan. Jelaskan pula bahwa tablet tambah darah mampu
mencegah kurang darah.
Bila terdapat bengkak pada wajah, periksalah adanya bengkak pada kaki dan
tangan. Sedikit bengkak pada mata kaki dapat terjadi pada kehamilan normal,
namun bengkak pada tangan atau wajah menAndakan adanya pre-eklampsia.
Perhatikan wajah ibu apakah bengkak dan tanyakan ibu apakah ia sulut melepaskan
cincin atau gelang yang dipakainya. Mata kaki yang bengkak dan cincin yang
menimbulkan cekungan yang tak cepat hilang bila ditekan. Maka ibu harus dirujuk
ke dokter, dipantau ketat kehamilannya dan tekanan darahnya, serta rencanakan
persalinannya di rumah sakit.
b. Periksa dasar kulit kepala dan rambut ibu hamil (tekstur, warna, kerontokan, dan
lesi). Memeriksa keadaan muka ibu hamil (odema, kuning atau memar,
hiperpigmentasi / kloasma gravidarum).
c. Inspeksi sclera dan konjugtiva ibu hamil (menyuruh ibu melihat ke atas saat dua
jari pemeriksaan menarik kelopak mata ke arah bawah). Lihat apakah konjungtiva
ibu anemis (pucat) atau tidak, sklera apakah ikterik / kuning atau tidak
d. Periksa lubang hidung ibu hamil menggunakan speculum hidung (lihat apakah ada
septum deviasi, polip, perdarahan, dan secret). Kaji apakah fungsi penciuman baik
atau tidak
e. Periksa kondisi sinus dengan perkusi ringan di daerah sinus, menggunakan jari
(sambil menanyakan ke ibu apakah terasa sakit dan lihat permukaan kulit muka di
bagian sinus apakah kemerahan).
f. Periksa liang telinga ibu dengan menggunakan senter (lihat kebersihan dan adanya
serumen) lakukan pemeriksaan ketajaman pendengaran dengan tes berbisik.
g. Periksa rongga mulut, lidah, gigi, dan bib ibu hamil. Perhatikan adanya tampak
bibir pucat, bibir kering pecah – pecah, stomatitis, gingivitis, gigi yang tanggal,
gigi yang berlubang, serta karies gigi. Selain diperiksa pemeriksa juga perlu
mencium adanya bau mulut yang menyengat.
Panduan Praktik Laboraturium | 12
h. Periksa kelenjar getah bening di depan dan dibelakang telinga. Bawah rahang,
leher, dan bahu (apakah teraba pembedaran).
i. Periksa kelenjar tiroid dengan 3 jari kedua tangan pada kedua sisi trakea sambil
berdiri di belakang ibu. Anjurkan ibu menelan dan rasakan benjolan yang teraba
saat ibu menelan.
j. Auskultasi jantung paru. Auskultasi jantung dengan menggunakan stetoskop pada
Intracostae (ICS) II kanan, II kiri, IV kiri. Auskultasi suara paru dengan
menggunakan stetoskop pada paru kiri dan kananmulai ICS II kanan dan kiri,
bandingkan apakah ada perbedaan suara antara paru kanan dan paru kiri
k. Periksa payudara ibu (ukuran simetris, putting menonjol / masuk, retraksi massa,
nodul aksila, hiperpigmentasi areola, dan kebersihan). Lihat dan raba payudara,
pada kunjungan pertama lakukan pemeriksaan payudara terhadap kemungkinan
adanya benjolan yang tidak normal. Lihatlah payudara apakah payudara simetris
atau tidak, puting susu menojol atau datar bahkan masuk. Putting susu yang
mendatar atau masuk akan menggangu proses menyusui nantinya. Jika puting susu
ibu hamil menonjol ke dalam atau datar (inverted) maka anda dianjurkan untuk
mengajarkan ibu teknik hoffman yaitu teknik menekan areola mamae ke arah luar
pada seluruh lingkaran puting susu. Hal ini dimaksudkan agar puting susu ibu
hamil dapat keluar
l. Palpasi seluruh area mamae & kaji pengeluaran kolostrum.
Anda harus mengkaji, area mamae diraba dengan menekan seluruh kuadran/ sisi.
Payudara kiri dan kanan harus dikaji. Kaji adanya pengeluaran ASI/ kolostrum. Namun
sebelum anda mengkaji pengeluaran kolostrum/ ASI anda harus menanyakan pada
klien apakah ibu pernah mengalami keguguran atau tidak, apakah ibu pernah
mengalami persalinan prematur atau tidak. Jika ibu pernah mengalami keguguran atau
persalinan prematur, maka anda tidak dianjurkan untuk banyak memanipulasi/
melakukan pemeriksaan pada puting susu ibu. Hal ini dapat menyebabkan ibu
mengeluarkan hormon oksitosin sehingga dapat merangsang kontraksi uterus dan
keguguran atau persalinan prematur.

Gambar 4.2 Pengeluaran ASI


m. Letakkan tangan ibu ke arah kepala kemudian kelenjar di daerah aksila kanan dan
lanjutkan dengan aksila kiri dengan teknik yang sama untuk mengetahui
pembesaran kelenjar getah bening.
n. Memasang pakaian atas dan membuka pakaian daerah perut.
o. Lakukan inspeksi dan palpasi pada dinding abdomen. Perhatikan apakah perut
ibu simetris atau tidak, raba adanya pergerakan janin, apakah terjadi

Panduan Praktik Laboraturium | 13


hiperpigmentasi pada abdomen/linea nigra atau tidak, dan apakah terdapat luka
bekas operasi, varises, jaringan parut atau tidak.

Tujuan pemeriksaan abdomen adalah untuk menentukan letak dan presentasi


janin, turunnya bagian janin yang terbawah, tinggi fundus uteri, dan denyut
jantung janin. Sebelum memulai pemeriksaan abdomen, penting untuk melakukan
pemeriksaan Leopold.

13. Melakukan pemeriksaan Leopold I


a. Pada pemeriksaan Leopold I, II, dan III pemeriksa menghadap ke arah muka ibu,
sedangkan pada Leopold IV ke arah kaki. Pemeriksaan Leopold I untuk
menentukan tinggi fundus uteri, sehingga usia kehamilan dapat diketahui.
b. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu, menghadap ke arah kepala ibu.
c. Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak fundus uteri.
d. tentukan tinggi fundus uteri dan rasakan bagian janin yang berada pada bagian
fundus (bokong atau kepala atau kosong).

Panduan Praktik Laboraturium | 14


Gambar 4.3 Pemeriksaan Leopold I
(widjanarko, Bambang, 2009)

Hasilnya adalah jika kepala janin yang berada di fundus, maka palpasi akan teraba
bagain bulat, keras, dan dapat digerakkan (ballottement). Jika bokong yang
terletak di fundus, maka pemeriksa akan meraba suatu bentuk yang tidak spesifik,
lebih besar, dan lebih lunak dari kepala, tidak dapat digerakkan, serta fundus
terasa penuh. Pada letak lintang, palpasi di daerah fundus akan terasa kosong.

e. Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan.

Panduan Praktik Laboraturium | 15


Gambar 4.4 Pengukuran Tinggi Fundus Uteri
(Widjanarko, Bambang, (2009)

1) Perkirakan tinggi fundus uteri berdasarkan usia kehamilan:


- 20 minggu : ± 20 cm
- 24 minggu : ± 28 cm
- 32 minggu : ± 32 cm
- 36 minggu : ± 34 – 36 cm

Gambar 4.5 Perkiraan Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Usia Kehamilan


(Firdaus, Nadya (2009))

2) Taksiran berat janin ditentukan berdasarkan rumus Johnson Toshack.


Perhitungan penting sebagai pertimbangan memutuskan rencana persalinan
pervaginam secara spontan. Rumus tersebut:
Taksiran Berat Janin (TBJ) = (Tinggi fundus uteri (dalam cm) – N) X 155.
1. N = 13 bila kepala belum melewati pintu atas panggul (PAP)
2. N = 12 bila kepala masih berada di atas spina iskiadika
3. N = 11 bila kepala masih berada di bawah spina iskiadika.

3) Untuk menentukan usia kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri dapat


dilihat dari table berikut ini :

Panduan Praktik Laboraturium | 16


Akhir
bulan Tinggi fundus uteri
1 Belum teraba
2 Dibelakang simfisis
3 1-2 jari diatas simfisis
4 Pertengahan simfisis – pusat
5 2-3 jari di bawah pusat
6 Kira-kira setinggi pusat
7 2-3 jari di atas pusat
8 Pertengahan pusat – proc.xyphoideus (Px)
9 3 jari di bawah Px atau sampai setinggi Px
10 Sama dengan kehamilan 8 bulan namun melebar ke samping

f. Jelaskan pada ibu bahwa perutnya akan semakin membesar karena pertumbuhan
janin. Pada kunjungan pertama, tinggi fundus dicocokkan dengan perhitungan
usia kehamilan, Dalam hal ini hanya dapat diperkirakan dari hari pertama haid
terakhir (HPHT). Bila HPHT tidak diketahui, maka usia kehamilan hanya dapat
diperkirakan berdasarkan tingginya fundus uteri. Pada setiap kunjungan, tinggi
fundus uteri perlu diperiksa untuk melihat pertumbuhan janin normal, terlalu kecil
atau terlalu besar.

14. Melakukan pemeriksaan Leopold II. (menentukan punggung janin dan bagian-bagian
ekstremitas)
a. Kedua telapak tangan diletakkan pada kedua sisi perut, dan lakukan tekanan yang
lembut tetapi cukup dalam untuk meraba dari kedua sisi.
b. Pemeriksa berdiri di sebalah kanan ibu, menghadap kepala ibu.
c. Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun ke bawah sampai di samping kiri
dan kanan umbilikus.
d. Secara perlahan geser jari – jari dari satu sisi ke sisi yang lain untuk menentukan
pada sisi mana teratak punggung, lengan, dan kaki.
e. Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi denyut
jantung janin nantinya
f. Hasilnya adalah bagian bokong janin akan teraba sebagai satu benda yang keras
pada beberapa bagian lunak dengan bentuk teratur, sedangkan bila teraba bagian –
bagian kecil yang tidak teratur dan mempunyai banyak tonjolan serta dapat
bergerak dan menendang, maka bagian tersebut adalah kaki, lengan atau lutut. Bila
punggung janin tidak teraba di kesua sisi mungkin punggung janin berada pada sisi
yang sama dengan punggung ibu (posterior) atau dapat pula janin berada pada
posisi dengan punggung teraba di salah satu sisi.

Panduan Praktik Laboraturium | 17


Gambar 4.6 Pemeriksaan Leopold II
(Widjanarko, Bambang, (2009)

15. Melakukan pemeriksaan Leopold III. Untuk menentukannya bagian janin yang berada
pada bagian terbawah. Cara melakukannya adalah sebagai berikut.
a. Lutut ibu dalam posisi fleksi.
b. Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati – hati oleh karena dapat menyebabkan
perasaan tidak nyaman bagi ibu. Coba untuk menilai bagian janin apa yang berada
di sana.
c. Bagian terbawah janin tercekap di antara ibu jari dan telunjuk tangan kanan.
d. Tentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan apakah bagan tersebut sudah
mengalami engagement atau belum.
e. Hasilnya adalah apabila bagan janin dapat digerakkan ke arah krakal ibu, maka
bagian terbawah dari janin belum Melalui pintu atas panggul (PAP). Bila kepala
yang berada di bagian terbawah, coba untuk menggerakkan kepala. Bila kepala
tidak dapat digerakkan lagi, maka kepala sudah engaged dan bila tidak dapat diraba
adanya kepala atau bokong, maka letak janin adalah melintang.

Gambar 4.7 Pemeriksaan Leopold III


(Firdaus, Nadya (2009)

16. Melakukan pemeriksaan Leopold IV untuk menentukan presentasi dan


engangement (sampai berada jauh derajat desensus janin dan mengetahui seberapa
Panduan Praktik Laboraturium | 18
bagian kepala janin masuk ke pintu atas panggul). Cara melakukannya adalah
sebagai berikut.
a. Pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu. Kedua lutut ibu masih dalam posisi
fleksi.
b. Letakkan kedua telapak tangan pada bagian bawah abdomen dan coba untuk
menekan ke arah pintu atas panggul.
c. Hasil yang didapat pada dasarnya sama dengan pemeriksaan Leopold III,
menilai bagian janin terbawah yang berada di dalam panggul dan menilai
seberapa jauh bagian tersebut masuk melalui pintu atas panggul.

Gambar 4.8 Pemeriksaan Leopold IV


(Firdaus, Nadya (2009)
17. Pemeriksaan denyut jantung janin.
Denyut jantung janin menunjukkan status kesehatan dan posisi janin terhadap ibu.
Dengarkan denyut jantung janin (DJJ) sejak kehamilan 20 minggu. Jantung janin
biasanya berdenyut 120 – 160 kali per menit. Tanyakan kepada ibu apakah janin
sering bergerak, katakan kepada ibu bahwa DJJ telah dapat didengar. Mintalah ibu
untuk segera memberitahu petugas bila janinnya berhenti bergerak. Bila sampai usia
kehamilan 28 munggu denyut jantung janin tidak dapat didengar atau denyutnya lebih
dari 160 atau kurang dari 120 kali per menit atau janinnya berkurang gerakkannya
atau tidak bergerak, maka ibu perlu segera dirujuk.
Mendengarkan denyut jantung janin bisa dilakukan dengan menggunakan dopler
elektrik. Perletakan dopler ini disesuaikan dengan letak punggung bayi, apakah
punggung kiri (puki) atau punggung kanan (puka). Cara melakukannya adalah sebagai
berikut.
a. Auskultasi denyut jantung janin dengan menggunakan stetoskop de Lee.
b. Detak jantung janin terdengar paling keras di daerah punggung janin.
c. Pada saat pemeriksaan denyut jantung janin, statoskop harus diletakkan tegak lurus
pada permukaan perut dan tidak boleh dipegang untuk menghindari suara-suara
tambahan. Untuk menghitung frekuensi dan keteraturan denyut jantung janin,
dapat dilakukan dengan cara hitung 5 detik pertama(dj 1) – 5 detik berhenti (jeda),

Panduan Praktik Laboraturium | 19


hitung 5 detik kedua (dj 2) – 5 detik berhenti – hitung lima detik ketiga(dj 3)
sehingga didapatkan rumus denyut jantung janin (DJJ) = 4 x ( dj1 + dj2 + dj3 )
Contohnya : Setelah dilakukan pengukuran denyut jantung janin pada 5 detik
pertama 10 kali, lima detik kedua 12 kali dan 5 detik ketiga 11 kali maka DJJ = 4 x
(11 + 12 + 11) = 136 permenit.
d. Lokasi terbaik saat mendengarkan denyut jantung janin tergantung pada kedudukan
janin di dalam rahim. Apabila letak janin menekur, maka DJJ paling jelas terdengar
pada sisi punggung janin yaitu daerah scapula. Apabila letak janin menengadah
maka DJJ paling jelas terdengar pada sisi dada.

e. Mendengarkan denyut jantung janin normal 120 – 160 kali per menit.

18. Pemeriksaan punggung di bagan ginjal. Tepuk punggung di bagian ginjal dengan sisi
tangan yang dikepalkan. Bila ibu merasa nyeri, mungkin terdapat gangguan pada
ginjal atau salurannya.
19. Merapikan pakaian atas dan membuka pakaian bawah ibu untuk melihat varises pada
ekstremitas bawah kanan dan kiri. Lihat dan raba bagian belakang betis dan paha,
catat adanya tonjolan kebiruan dari pembuluh darah.
20. Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah untuk memeriksa adanya odema. Tempat
yang paling mudah untuk pemeriksaan adalah di daerah pretebia dan mata kaki.
Dilakukan dengan cara menekan jari selama beberapa detik. Apabila terjadi cekung
yang tidak lekas pulih kembali berarti odema positif. Odema positif pada tungkai kaki
dapat menandakan adanya pare-eklampsia. Bila terdapat bengkak di wajah, periksalah
adanya bengkak pada tangan dan kaki. Sedikit bengkak pada mata dapat terjadi pada
kehamilan normal, namun bengkak pada tangan dan atau wajah pertanda pre-
eklampsia. Perhatikan wajah ibu apakah bengkak dan tanyakan pada ibu apakah ia
sulit melepaskan cincin yang dipakainya. Apabila mata kaki bengkak dan
meninggalkan cekungan yang tak cepat hilang bila ditekan, bila ya maka ibu harus
segera dirujuk ke dokter, pantau ketat kehamilan serta tekanan darahnya, serta
direncanakan persalinan di rumah sakit.
Panduan Praktik Laboraturium | 20
21. Melakukan pemeriksaan reflex lutut (patella) dengan menggunakan hummer. Mintalah
ibu duduk dengan tungkainya tergantung bebas dan jelaskan apa yang akan dilakukan.
Rabalah tendon di bawah lutut / patella. Dengan menggunakan hummer, ketuklah
tendon pada lutut bagan depan. Tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika tendon
diketuk. Bila reflex lutut negatif kemungkinan ibu mengurangi kekurangan vitamin
B1. Bila gerakannya berlebihan dan cepat, maka hal ini merupakan Anda pre-
eklampsia.

22. Mengatur posisi dorsal recumbent / M shape pada ibu hamil, memasang pengalas di
bawah bokong ibu, kemudian perawat memakai sarung tangan untuk melakukan vulva
higiene. Vulva higiene dilakukan dengan kapas kering yang dibasahi oleh cairan DTT.
Lakukan inspeksi terhadap genitalia eksternal ibu yang meliputi:
a. Varises;
b. Perdarahan;
c. Luka;
d. Cairan yang keluar;
e. Pengeluaran dari uretra dan skene;
f. Kelenjar bartolini, periksa apakah ada cairan yang keluar atau ditemukan massa
(bengkak).
Selain genitalia luar, periksa juga kondisi genitalia intern ibu yang meliputi:
a. Serviks (lihat apakah ada cairan yang keluar, luka / lesi, kelunakan, posisi,
mobilitas tertutup atau terbuka);
b. Vagina (cairan yang keluar, luka, dan lesi);
c. Ukuran adneksa, bentuk, posisi, nyeri, kelunakan, massa (pada trimester
pertama);
d. Uterus (ukuran, bentuk, mobilitas, kelunakan, serta adanya massa di trimester
pertama).
23. Melakukan teknik PI setelah melakukan pemeriksaan fisik ibu dengan mendesinfeksi
pengalas yang digunakan.
24. Menerapkan komunikasi terapeutik selama pemeriksaan.
25. Memperhatikan keadaan ibu hamil selama pemeriksaan.
26. Mencatat hasil pemeriksaan fisik ibu hamil.

Evaluasi
Panduan Praktik Laboraturium | 21
Untuk mengetahui apakah tindakan mahasiswa telah sesuai dengan prosedur, Anda
diharuskan melakukan evaluasi dengan memastikan bahwa pemeriksaan fisik pada ibu
hamil dapat menghasilkan data yang diperlukan.

Dokumentasi
Setelah selesai melakukan prosedur, mahasiswa diwajibkan mendokumentasikan segala
data yang berkaiatan dengan pemeriksaan fisik yang Anda lakukan pada ibu hamil mulai
dari kepala sampai ke kaki, tuliskan nama perawat dan disahkan dengan tangan Anda

Ringkasan

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, anjurkan ibu hamil untuk Buang Air Kecil
terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar kandung kemih ibu hamil menjadi kosong,
sehingga pemeriksaan Leopold menjadi lebih mudah.
Sebelum anda melakukan pemeriksaan fisik, awali terlebih dahulu dengan wawancara/
anamnesa. Setelah data wawancara didapatkan, dilanjutkan dengan pemeriksaan Tinggi
badan dan berat badan, kemudian lakukan pemeriksaan tanda- tanda vital meliputi
pengkuran tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan. Kemudian dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisik.
Setelah selesai melakukan pemeriksaan fisik, jangan lupa untuk mendokumentasikan
pada format pengkajian wawancara dan pemeriksaan fisik pada ibu hamil.

CHEK LIST
PEMERIKSAAN FISIK IBU HAMIL
Nama Mahasiswa :
Tingkat :
Hari / Tanggal :

Nilai
NO ASPEK YANG DINILAI
1 2 3 4
Persiapan
alat
1 Catatan keperawatan
2 Alat untuk mencatat
3 Stetoskop mono aural (laenec)/ dopler
4 Thermometer raksa
5 Pita ukur (meteran)
Panduan Praktik Laboraturium | 22
6 Stetoskop
7 Spigmomanometer
8 Hammer reflex
9 Alat perineal hygiene: kom tutup berisi kapas
lembap
dalam tempatnya, bengkok, sarung tangan, perlak
& pengalas
10 Timbangan badan
11 Penlight
12 Alat tenun/ selimut
13 Jam detik
Tahap pra interaksi
14 Baca catatan keperawatan & catatan medis klien
15 Siapkan alat-alat
16 Cuci tangan
Tahap Orientasi
17 Beri salam
18 Jelaskan prosedur & tujuan tindakan pada klien
19 Lakukan kontrak
20 Anjurkan klien untuk BAK sebelum pemeriksaan
21 Pastikan privacy klien terjaga/ tutup sampiran
22 Pastikan penerangan/ cahaya cukup
23 Atur posisi klien
Tahap Kerja
Pemeriksaan umum
24 Lakukan pemeriksaan keadaan umum & kesadaran
klien
25 Periksa TTV: TD, RR, N, S, dan BB, TB
26 Kaji kesimetrisan kepala, rambut
27 Kaji konjungtiva, sklera
28 Kaji hidung, penciuman
29 Kaji bibir, gigi
30 Kaji telinga, mastoid
31 Kaji adanya pembesaran KGB, thyroid
Pemeriksaan thoraks
Panduan Praktik Laboraturium | 23
32 Auskultasi jantung paru
33 Inspeksi kesimetrisan payudara, areola mamae &
penonjolan puting susu
34 Palpasi seluruh area mamae & kaji pengeluaran
kolostrum (jika tidak ada kontraindikasi)
Pemeriksaan abdomen
35 Lakukan inspeksi abdomen
36 Lakukan manuver leopold 1
37 Lakukan manuver leopold 2
38 Lakukan manuver leopold 3
39 Lakukan manuver leopold 4
40 Tentukan TFU menurut teknik McDonald
41 Auskultasi DJJ
42 Nilai frekuensi, keteraturan, kekuatan, detak jantung
Pemeriksaan perineum
43 Atur posisi klien
44 Kaji kebersihan perineum
45 Kaji adanya perdarahan/ pengeluaran pervaginam,
hemoroid, varises, lekorhea, luka parut, massa,
cairan
Pemeriksaan extremitas bawah
46 Kaji ada/ tidaknya edema
47 Kaji adanya varises
48 Lakukan reflex patella
49 Bereskan alat-alat
50 Dokumentasikan hasil pemeriksaan
Tahap terminasi
51 Evaluasi perasaan klien
52 Simpulkan hasil kegiatan
53 Lakukan kontrak untuk selanjutnya
54 Beri salam
55 Cuci tangan

Pembimbing
Panduan Praktik Laboraturium | 24
_______________________
NIP
Evaluasi Pembimbing
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________

Panduan Praktik Laboraturium | 25

Anda mungkin juga menyukai