Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

Pemeriksaan Fisik Bayi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan pada masa bayi baru lahir sangat rawan oleh karena memerlukan

penyesuaian fisiologik agar bayi diluar uterus dapat hidup sebaik-baiknya. Peralihan

dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia

dan faal. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, maka terjadilah proses fisiologik seperti :

Pertukaran gas melalui plasenta digantikan oleh aktifnya paru untuk bernafas.

Sebelum melakukan pemeriksaan pada bayi baru lahir perlu diketahui riwayat

keluarga, riwayat kehamilan sekarang, sebelumya dan riwayat persalinan.

Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir dilakukan paling kurang tiga kali yakni pada

saat lahir di kamar bersalin dalam 24 jam. (ernawati, 2020)

Waktu pemeriksaan fisik pada bayi dapat dilakukan sesudah sesaat bayi baru

lahir, saat kondisi atau suhu tubuh bayi sudah stabil, dan setelah dilakukan

pembersihan jalan napas/resusitasi, pembersihan badan bayi, perawatan tali pusat, 24

jam setelah bayi lahir, dan akan pulang dari rumah sakit. Bayi baru lahir mengalami

beberapa perubahan sebagai bentuk adaptasi dari kehidupan intra-uterin ke kehidupan

ekstra-uterin. Perubahan yang cepat dan kompleks itu dimulai sejak terpotongnya tali

umbilikus. Ada beberapa perubahan fisiologis pada bayi baru lahir yang dapat

diketahui dari ciri-ciri umum bayi baru lahir normal. Untuk mengetahui ciri-ciri

0
tersebut kita melakukan suatu pemeriksaan fisik terhadap bayi baru lahir.(Sarini

marbun, 2017)

Pemeriksaaan penuh kasih pada bayi baru lahir cukup bulan adalah sangat

penting. Pemeriksaan harus dilakukan sedini mungkin untuk mendeteksi adanya

kelaian. Pemeriksaan fisik bayi dapat dilakukan oleh , bidan, perawat, atau dokter

untuk menilai status kesehatan bayi dan untuk mengenal/ menemukan kelainan yang

perlu mendapat tindakan segera. Pemeriksaan fisik dilakukan setelah kondisi stabil,

biasanya 6 jam setelah lahir. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir memerlukan

pengetahuan dan keterampilan yang adekuat, sehingga tidak akan menimbulkan

resiko yang dapat membahayakan bayi. Pada pemeriksaan ini di lakukan secara head

to toe mulai dari kepala hingga ujung kaki.

Bayi baru lahir juga membutuhkan perawatan yang dapat meningkatkan

kesempatan menjalani masa transisi dengan berhasil. Berbagai upaya yang aman dan

efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab utama kematian bayi baru lahir

(BBL) adalah pelayanan antenatal yang berkualitas asuhan persalinan normal atau

dasar pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga professional. (Stephen J Rose. 2018)

B. TUJUAN

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana cara melakukan

Pemeriksaan fisik Bayi yang baik dan benar

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Pemeriksaan Fisik Bayi

Pemeriksan fisik merupakan pemeriksaan tubuh untuk menemukan kelainan

dari suatu sistim atau suatu organ tubuh dengan empat metode yaitu melihat

(inspeksi), meraba (palpasi),mengetuk (perkusi) dan mendengarkan atau auskultasi

(Raylene M Rospond, 2009; Lyrawati, 2009). Pemeriksaan fisik head to toe perlu

dilakukan dengan benar karena hasil pemeriksaan fisik dapat dijadikan dasar bagi

bidan untuk menegakkan diagnosa kebidanan yang selanjutnya sebagai dasar asuhan

kebidanan.

Pemeriksaan fisik adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi tentang

anak dan keluarganya dengan menggunakan semua pancaindra baik subjektif maupun

objektif. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir dan perkembangannya dilakukan

bersamaan pada waktu melakukan pemeriksaan secara inspeksi maupun observasi.

(Sari Wahyuni SST, 2002)

Pemeriksaan fisik bayi adalah langkah yang harus dilalui seorang bidan dalam

memberikan asuhan pada bayi baru lahir. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir meliputi

pemeriksaan kepala, mata, hidung, mulut, leher, klavikula, tangan, dada, genetalia,

abdomen, tungkai, spinal, kulit dan reflek bayi baru lahir. ( Sukesi A, dkk, 2016)

2
Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir dilakukan untuk mengetahui apakah

terdapat kelainan yang perlu mendapat tindakan segera serta kelainan yang

berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan kelahiran. Pemeriksaan fisik BBL

bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat kelainan pada bayi.

Pengkajian fisik pada bayi dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama adalah

pengkajian setelah bayi lahir. Tujuan pengkajian ini adalah mengkaji adaptasi bayi

baru lahir dari kehidupan didalam uterus ke kehidupan luar uterus, yaitu dengan

melakukan penilaian APGAR. Penilaian ini meliputi appearance (warna kulit), pulse

(denyut jantung), grimace ( refleks atau respon terhadap rangsang), activity ( tonus

otot), dan respiratory effort ( usaha bernapas). Tahap kedua adalah pengkajian

keadaan fisik bayi baru lahir. Pengkajian ini dilakukan untuk memastikan bayi dalam

keadaan normal atau tidak mengalami penyimpangan. (Lyndon Syaputra, 2014)

B. Tujuan Pemeriksaan Fisik Bayi

1. Mengetahui keadaan fisik secara umum

2. Mengetahui kondisi normal/abnormal

3. Mengevaluasi tahap perkembangan


4. Mendeteksi tanda klinis mengenai penyakit pada bayi yang perlu ditangani segera
5. Mengambil data dasar untuk mementukan rencana tindakan

C. Indikasi
1. Bayi yang lahir dengan normal tanpa gangguan sistem pernapasan
2. Bayi lahir prematur
3. Bayi dengan faktor predisposisi penyakit
4. Riwayat keluarga dengan kelainan genetik
5. Bayi dengan status maternal berisiko

D. Kontra Indikasi
Tidak Ada

3
E. Komplikasi
Hipotermia
F. Alat Yang Diperlukan
1. Penlight
2. Sfigmomanometer
3. Timbangan bayi
4. Stetoskop
5. Stopwatch
6. Selimut Bayi
7. Termometer
8. Handscoon
9. Meteran
10. Pengukur panjang badan
11. Bengkok

G. Prinsip Yang Harus Diperhatikan


1. Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir
2. Sebelum kontak dengan bayi usahakan agar telapak tangan perawat tidak dingin
(dihangatkan)
3. Memakai sarung tangan jika kontak dengan cairan tubuh bayi dan jika ingin
memasukkan tangan ke dalam mulut bayi
4. Menjaga suhu bayi agar tetap hangat, seperti tidak perlu menelanjangi bayi
seluruh tubuh pada setiap tahap pemeriksaan. Buka hanya bagian yang akan
diperiksa atau diamati dalam waktu singkat untuk mencegah kehilangan panas.
5. Pemeriksaan fisik dilakukan saat bayi tenang dan dilakukan secara sistematis

H. Prosedur Pemeriksaan Fisik Bayi


1. Persiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan
2. Menyapa keluarga klien dan memperkenalkan diri
3. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
4. Melakukan pemeriksaan fisik dimulai dari :
1) Pengkajian umum (Penilaian APGAR score)
Nilai APGAR merupakan suatu metode penilaian cepat untuk menilai keadaan
klinis bayi baru lahir pada usia 1 menit dan 5 menit. Pada tahun 1952 dr.Virginia

4
Apgar mendesain sebuah metode penilaian cepat untuk menilai keadaan klinis bayi
baru lahir. Nilai Apgar dapat digunakan untuk mengetahui keadaan bayi baru lahir
dan respon terhadap resusitasi. Perlu kita ketahui nilai Apgar suatu ekspresi
keadaan fisiologis bayi baru lahir dan dibatasi oleh waktu. Banyak faktor yang
dapat mempengaruhi nilai Apgar, antara lain pengaruh obatobatan, trauma lahir,
kelainan bawaan, infeksi, hipoksia, hipovolemia dan kelahiran prematur. Nilai
Apgar dapat juga digunakan untuk menilai respon resusitasi.
Nilai APGAR merupakan suatu metode penilaian cepat untuk menilai keadaan
klinis bayi baru lahir pada usia 1 menit dan 5 menit. Pada tahun 1952 dr.Virginia
Apgar mendesain sebuah metode penilaian cepat untuk menilai keadaan klinis bayi
baru lahir. Nilai Apgar dapat digunakan untuk mengetahui keadaan bayi baru lahir
dan respon terhadap resusitasi. Perlu kita ketahui nilai Apgar suatu ekspresi
keadaan fisiologis bayi baru lahir dan dibatasi oleh waktu.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai Apgar, antara lain pengaruh
obat-obatan, trauma lahir, kelainan bawaan, infeksi, hipoksia, hipovolemia dan
kelahiran prematur. Nilai Apgar dapat juga digunakan untuk menilai respon
resusitasi.

prosedur :

- Hitung Frekuensi Jantung


- Kaji Kemampuan Bernafas
- Kaji Tonus Otot
- Kaji Kemampuan Refleks
- Kaji Warna Kulit
- Hitung Total Skor yang Didapat dari hasil pengkajian
- Tentukan hasil penilaian ke dalam tiga kategori asfeksia, yaitu :
Adaptasi Baik : Skor 7-10
Asfiksia Ringan – Sedang : Skor 4-6
Asfiksia Berat : Skor 0-3
Penilaian tersebut dilakukan pada 1 menit, 5 menit, 10 menit dan 15 menit
setelah bayi baru lahir.
Komponen Penilaian Apgar

Komponen Skor
0 1 2

5
Frekuensi Jantung Tidak Ada < 100 x/menit >100 x/ Menit
Kemampuan Tidak Ada Lambat/Tidak Teratur Menangis Kuat
Bernapas
Tonus Otot Lumpuh Ekstermitas agak Fleksi Gerakan Aktif
Refleks Tidak Ada Gerakan Sedikit Gerakan Kuat / Melawan
Warna Kulit Biru / Pucat Tubuh Kemerahan/ Ekstermitas Seluruh Tubuh
Biru Kemerahan

(A.Aziz Alimul Hidayat, 2009)

2) Tanda-tanda vital :
- Ukur suhu bayi menggunakan termometer yang diletakkan di aksila. Suhu
pada anak bayi yang normal berkisar antara 36.5-37°C
- Ukur heart rate bayi selama 1 menit. Nilai normalnya 120-140x/menit
- Ukur kecepatan napas bayi selama 1 menit. Nilai normalnya 30- 60x/menit

3) Mencari Kelainan Kogenital


Pemeriksaan di kamar bersalin juga menentukan adanya kelainan kongenital
pada bayi terutama yang memerlukan penanganan segera pada anamnesis perlu
ditanyakan apakah ibu menggunakan obat-obat teratogenik, terkena radiasi atau
infeksi virus pada trimester pertama. Juga ditanyakan adakah kelainan bawaan
keluarga disamping itu perlu diketahui apakah ibu menderita penyakit yang dapat
menggangu pertumbuhan janin seperti diabetes mellitus, asma bronkhial dan
sebagainya.

4) Pengukuran Antropometri
- Pengukuran Berat Badan
Timbang Berat Badan dengan timbangan bayi.
Lakukan penilaian dari hasil penimbangan, dengan kategori :
Normal : 2500 - 3500 g
Prematur : <2500 g
Makrosomia : >3500 g
- Pengukuran Panjang Badan
Ukur panjang badan dengan menggunakan pengukur panjang badan.

6
Lakukan penilaian dari hasil pengukuran , dengan kategori normal adalah 45–
50 cm

5) Pemeriksaan Head to Toe


Pemeriksaan Kepala
Prosedur :
- Ukur Lingkar Kepala
- Lakukan penilaian hasil pengukuran , bandingkan dengan lingkar dada, jika
diameter kepala lebih besar 3cm dari lingkar dada bayi mengalami hidrosefalus
dan jika diameter kepala lebih kecil 3 cm dari lingkar dada, bayi tersebut
mengalami mikrosefalus.
- Kaji jumlah dan warna adanya lanugo terutama di daerah bahu dan punggung.
- Kaji adanya moulage, yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat
lahir, apkah asimetris atau tidak.
- Kaji kaput suksedaneum ( edema kulit kepala, lunak, dan tidak berflutuasi,
batas tidak tegas , dan menyebrangi sutura akan menghilang dalam beberapa
hari).
- Kaji sefal hematom yang terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tampak pada hari
pertama Karena tertutup kaput suksedaneum, konsistensinya lunak,
berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, tidak menyeberangi
sutura dan jika menyebrangi sutura akan mengalami fraktur tulang tengkorak.
sefal hematom akan hilang dengan sempurna dalam waktu 2-6 bulan.
- Kaji adannya perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah vena yang
menghubungkan jaringan di luar sinus dalam tengkorak, batasnya tidak tegas
sehingga bentuk kepala tampak asimetris dengan palpasi teraba fruktuasi.
- Kaji adanya Fontanel dengan cara melakukan palpasi,denyutan sama dengan
denyut jantung, kemudian fontanel anterior dengan ukuran 5 x 4 cm sepanjang
sutura korona dan sutura segital. Fortanel posterior dengan ukuran 1 x 1 cm
sepanjang sutura lambdoidalis dan sagitalis. fontanel poseterior akan dilihat
proses penutupan setelah usia 2 bulan dan fontanel anterior menutup saat usia
12 – 18 bulan.

Pemeriksaan Mata

Prosedur :

7
- Amati warna mata bayi. Lensa mata bisa berbeda beda warnanya namun yang
terpenting tidak terdapat air mata jika bayi tidak menangis
- Amati kesimetrisan kedua mata, berada dalam satu garis lurus
- Kaji adanya strabismus ( koordinasi gerakan mata yang belum sempurna )
dengan cara menggoyangkan kepala secara perlahan sehingga mata bayi akan
terbuka.
- Kaji adanya kebutaan jika bayi jarang berkedip atau sensitivitas terhadap
cahaya berkurang.
- Kaji tanda sindrom down jika ditemukan adanya epikantus yang melebar
- kaji adanya katarak kongenital jika terlihat pupil berwarna putih.
- kaji trauma pada mata seperti adanya edema palpebral, perdarahankonjungtiva,
retina dan lain – lain.

Pemeriksaan Telinga

Prosedur :
- Amati posisi dan struktur tulang disekitar telinga.
- Kaji adanya gangguan pendegaran membunyikan bel atau suara apakah terjadi
reflex terkejut, jika tidak terjadi refleks terkejut kemungkinan bayi mengalami
gangguan pendengaran
- Kaji posisi hubungan mata dan telinga.

Pemeriksaan Hidung

Prosedur :
- Amati bentuk hidung bayi, pastikan lubang hidung utuh
- Amati apakah hidung bayi banyak sumbatan dan lendir putih yang tipis.
Bersihkan jika terdapat hal tersebut
- Kaji napas cuping hidung yang menunjukan gangguan pada paru.

Mulut dan tenggorokan

Prosedur :
- Inspeksi langit-langit mulut bayi apakah melengkung utuh dan tinggi
- Inspeksi frenulum lidah dan bibir atas
- Inspoeksi refleks mengisap apakah kuat dan terkoordinasi
- Inspeksi tangisan bayi apakah kuat atau lemah

8
Pemeriksaan Leher

Prosedur :
- Inspeksi leher bayi apakah pendek, tebal, dan biasanya dikelilingi oleh lipatan
kulit
- Kaji adanya pembengkakan dan benjolan

Pemeriksaan Dada, paru-paru dan jantung

Prosedur :
- Amati kesimetrisan dinding dada bayi
- Amati pola bernapas bayi apakah teratur/tidak, cepat/lambat, ada suara
tambahan/tidak

Pemeriksaan Abdomen

Prosedur :
- Amati bentuk dan kesimetrisan abdomen
- Kaji bentuk abdomen, jika ditemukan abdomen membuncit kemungkinan
disebabkan hepatosplenomegali atau cairan di dalam rongga perut.
- Amati tali pusat bayi apakah pembuluh darahnya lengkap
- Lakukan auskultasi untuk mengetahui bising usus pada bayi

Pemeriksaan Genitalia

Genetalia Perempuan
Prosedur :
- Amati bentuk labia, klitoris dan meatus uretra apakah mengalami
pembengkakan
- Amati adanya vernix caseosa antara labia
- Kaji buang air kecil dalam waktu 24 jam

Genitalia Laki-laki

Prosedur :

- Amati pembukaan uretra yang berada di ujung penis


- Palpasi skrotum selalu ada testis. Skrotum biasanya besar, edema, terjumbai
dan ditutupi rugae serta

9
Pemeriksaan anus dan rektum

Prosedur :

- Kaji adanya kelainan atresia ani atau mengetahui posisinya


- Inspeksi daerah rektum, apakah anus ada dan sempurna atau tidak

Pemeriksaan Tulang belakang dan Ekstremitas

Prosedur :
- Inspeksi jari-jari apakah lengkap
- Inspeksi gerakan ekstremitas apakah aktif atau tidak
- Bayi di letakkan dalam posisi terkurap, tangan pemeriksa sepanjang tulang
belakang untuk mencari terdapat skoliosis meningokel atau spina bifilda.
- Inspeksi : Kolumna spinalis lurus tidak ada defek atau penyimpang yang
terlihat.
- Palpasi : Tulang belakang ada tanpa pembesaran atau Nyeri.

6) Pemeriksaan Kulit
Prosedur :
- Kaji adanya verniks kaseosa yang merupakan zat bersifat seperti lemak
berfungsi sebagai pelumas atau sebagai isolasi panas pada bayi cukup bulan
- Kaji adanya lanugo, yakni rambut halus di punggung bayi, jumlahnya lebih
banyak pada bayi kurang bulan daripada cukup bulan.

7) Pemeriksaan Refleks
Prosedur :
- Berkedip
cara : sorotkan cahaya ke mata bayi.
- Tonic neck
cara : menolehkan kepala bayi dengan cepat ke satu sisi.
Ketika kepala bayi menengok ke satu sisi, ia akan memanjangkan lengan di sisi
yang sama. Sebaliknya, lengan pada sisi yang berlawanan akan ditekuk.
Refleks ini muncul sejak lahir dan bertahan hingga usia 2 bulan.
- Moro
cara : ubah posisi dengan tiba-tiba atau pukul meja /tempat tidur.

10
Refleks moro biasanya muncul ketika bayi terkejut. Ketika bayi Anda terkejut
misalnya karena suara yang berisik atau gerakan yang terjadi secara tiba-tiba,
bayi akan mengeluarkan refleks ini. Bayi akan melakukan gerakan dengan
memanjangkan lengan dan menekuk kakinya. Refleks ini muncul sejak lahir
dan bertahan hingga usia 4 bulan
- Mengenggam (palmar grasp reflex)
cara : letakan jari di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, jika reflek lemah atau
tidak ada beri bayi botol atau dot karena menghisap akan menstimulasi reflek
Refleks menggenggam pada bayi muncul ketika Anda menyentuh telapak
tangannya. Bayi akan menutup jari-jarinya seperti gerakan menggenggam.
Refleks ini muncul sejak lahir dan bertahan hingga usia 3-4 bulan.
- Rooting
cara : gores sudut mulut bayi melewati garis tengah bibir.
Refleks ini terjadi ketika Anda menyentuh pinggir mulut bayi Anda. Bayi akan
mengikuti arah sentuhan tersebut sambil membuka mulutnya. Hal ini
membantu bayi ketika ia sedang ingin menyusu. Refleks ini muncul sejak lahir
dan bertahan hingga usia 3-4 bulan.
- Menghisap  (sucking reflex)
cara : beri bayi botol dan dot
Ketika bagian atas atau langit-langit mulut bayi disentuh, bayi akan mulai
menghisap. Refleks menghisap mulai muncul saat usia 32 minggu kehamilan
dan menjadi sempurna saat usia 36 minggu kehamilan. Oleh karena itu, bayi
prematur biasanya belum bisa menghisap dengan baik.
- Refleks Babinski
muncul ketika Anda menggaruk telapak kaki bayi Anda. Jempol bayi akan
mengarah ke atas dan jari-jari kaki lainnya akan terbuka. Refleks ini menetap
hingga usia 2 tahun

I. Keamanan
Memperhatikan selama pemeriksaan bayi tidak mengalami hipotermi karena
terkena air dari tangan pemeriksa yang basah ataupun tubuh bayi yang tidak
menggunakan pakaian terlalu lama.

J. Hal yang harus dilaporkan dan didokumentasikan

11
Mencatat seluruh hasil pemeriksaan: hasil APGAR, hasil anamnesa terhadap
ibu, hasil pemeriksaan antropometri, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital, dan hasil
pemeriksaan head to toe.

K. Patofisiologi
1. Tengkorak
Tengkorak bayi saat baru lahir tersusun atas tulang rawan atau yang di sebut juga
kartilago terdiri atas sel-sel kartilago dan matriks ekstraseluler. Tulang tengkorak
bayi masih terdiri dari tulang-tulang rawan yang terpisah dan akan menyatu ketika
pertumbuhan otak telah lengkap (Lutz, 2014).
Bagian-bagian tengkorang sebagai berikut:
1) Os Frontal (tulang dahi)
Os frontal merupakan tulang berbentuk mangkuk tidak berpasangan yang
terletak di daerah dahi, yang berperan dalam pembentukan tempurung kepala.
Tulang frontal terletak di atas tulang hidung dan di anterior tulang parietal
(Lutz, 2014).
2) Os Parietal (tulang ubun-ubun)
Os Parietal merupakan tulang yang terletak di setiap sisi tengkorak tepat di
belakang tulang frontal. Kedua tulang parietal bersama-sama membentuk
sebagian besar atap tengkorak dan sisi tengkorak. Setiap tulang parietal
memiliki bentuk segiempat yang tidak beraturan dan memiliki empat sudut,
empat tepi, dan dua permukaan (Lutz, 2014).
3) Os Temporal
Os temporal merupakan tulang berpasangan yang terletak di sisi lateral dan
dasar tengkorak. Tulang temporal memiliki struktur 8 penting dari peralatan
vestibulocochlear, termasuk meatus akustik eksternal, rongga timpani, dan
struktur telinga bagian dalam (Lutz, 2014).
4) Os Occipitale

12
Os occipital merupakan tulang tunggal dan terdiri dari empat bagian yang
mengelilingi foramen magnum (Lutz, 2014).

Tengkorak Bayi (Lutz, 2014)


2. Sutura
Sutura adalah suatu jaringan yang kuat dan fleksibel yang menyatukan tulang
kranial. Dua sutura yang membentuk membran disebut titik lemah atau fontanel,
tempat kedua sutura tersebut bertemu. Sutura berguna dalam melindungi otak bayi
serta memberikan kesempatan bagi otak untuk tumbuh (Lutz, 2014).
terbagi menjadi beberapa yaitu:
1) Sutura Lambdoidea
Sutura lambdoidea merupakakan jaringan yang terletak diantara os occipitalis
dan os parietalis. Berfungsi untuk menyatukan os occipital dan os parietal
(Lutz, 2014).
2) Sutura Sagitalis (sela panah)
Sutura sagitalis merupakan jaringan yang terletak ditengah os parietal.
Berfungsi untuk menyatukan dua os parietal di garis tengah (Lutz, 2014).
3) Sutura Coronaria (sela mahkota)
Sutura coronaria merupakan jaringan yang berada diantara os frontal dan os
parietal. Berfungsi untuk menyatukan os parietali dan os frontali (Lutz, 2014).
4) Sutura Frontalis
Sutura frontalis merupakan jaringan yang berada di antara os frontalis.
Berfungsi untuk menyatukan kedua os frontalis (Lutz, 2014).

13
gambar Sutura (Lutz, 2014)

3. Posisi Tidur
Bayi Posisi tidur merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan oleh mahluk hidup
yang sudah menjadi kebiasaan. Tidur berasal dari Bahasa latin somnus yang
berarti alami periode pemulihan, keadaan fisiologis dari istrahat untuk tubuh dan
pikiran. Tidur merupakan suatu kondisi dimana presepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan mengalami penurunan.
Berikut macam-macam posisi tidur:
1) Posisi Tidur Terlentang
Posisi tidur terlentang merupakan posisi yang paling aman dan terbaik untuk
bayi usia 0-3 bulan. Posisi tidur ini dapat mengurangi resiko terhadapat
kejadian Sudden Infant Deadt Syndrome (SIDS). SIDS merupakan kejadian
bayi berusia dibawah satu tahun meninggal mendadak. Posisi tidur terlentang
dapat membuat saluran nafas bayi terbuka. Posisi terlentang terlalu lama akan
mengakibatkan kejadian plagiocephaly, yaitu kondisi dimana bentuk kepala
tidak simetris atau kepala peyang (Moon et al., 2016).

Posisi Tidur Terlentang (Riskita, 2021)

14
2) Posisi Tidur Tengkurap
Posisi tidur tengkurap merupakan posisi tidur yang tidak dianjurkan pada bayi,
posisi ini terjadi saat bayi berusia 4 bulan. Bayi dengan posisi ini memiliki
resiko yang besar untuk kejadian SIDS dibanding bayi dengan posisi tidur
terletang. Posisi tengkurap dapat menekan rahang sehingga saluran udara akan
terhambat saat bernapas. Posisi ini mengakibatkan bayi bernafas bersama
mikroba yang menempel pada bantal yang sangat dekat dengan wajah
sehingga akan muncul reaksi alergi (Moon et al., 2016).

Posisi Tidur Tengkurap (Atika, 2020)


3) Posisi Tidur Miring
Posisi tidur miring merupakan posisi tidur yang tidak dianjurkan pada bayi,
posisi ini terjadi pada bayi usia 6 bulan. Bayi dengan posisi ini memiliki resiko
yang sangat tinggi untuk kejadian SIDS. Posisi miring dapat menekan bagian
sisi sebelah sehingga 12 aliran darah akan terhambat akibat dari tekanan yang
berlebihan atau terlalu lama (Moon et al., 2016).

Posisi Tidur Miring (Riskita, 2021)

4. Durasi Tidur Bayi

15
National Sleep Foundation merekomendasikan untuk setiap siklus 24 jam, bayi
baru lahir usia 0-3 bulan dapatkan 14-17 jam tidur, bayi usia 4-11 bulan dapatkan
12-15 jam tidur, balita usia 1-2 tahun dapatkan 11-14 jam tidur . American
Academy of Sleep Medicine juga merekomendasikan untuk bayi berusia 4-11
bulan tidur 12-16 jam/hari, anak usia 1-2 tahun tidur 11-14 jam / hari secara
teratur (termaksud tidur siang) untuk meningkatkan kesehatan yang optimal
(Chaput et al., 2017).

5. Plagiocephaly Deformasi
Plagiocephaly deformasi (DP) sering terjadi pada bayi yang sehat. Dengan
Memberikan pendidikan dini kepada orang tua tentang lingkungan, posisi, dan
perawatan bayi mereka sebelum mereka keluar dari ruang bersalin dapat
mengurangi prevalensi dan keparahan Plagiocephaly deformasi dan meningkatkan
rentang gerak serviks pada 3 bulan. (Henri Aarnivala,dkk.2015)
1) Definisi Plagiocephaly
Plagiocephaly merupakan penyakit yang terjadi akibat posisi tidur yang selalu
sama sehingga mengakibatkan ketidak normalan bentuk tengkorak.
Plagiocephaly dapat dibagi menjadi bentuk sinostotik atau nonsynostotik.
Posisional Plagiocephaly (PP) atau plagiocephaly tanpa sinostosis
menggambarkan asimetri tengkorak atau wajah bayi yang bukan akibat
sinostosis atau penutupan jahitan sebelum waktunya. Plagiocephaly
nonsynostotic disebabkan oleh kekuatan cetakan eksternal pada 14 tengkorak,
dan tidak ada masalah anatomi atau internal yang mencegah tengkorak
tumbuh. Istilah posisi digunakan untuk membedakan dari plagiocephaly
nonsynostotic true craniosynostosis, yang merupakan penutupan prematur dari
sendi fibrosa antara tulang tengkorak bayi (jahitan kranial) (Looman. & all,
2012).

2) Etiologi
Seringkali dikemukakan bahwa tengkorak bayi lunak, mudah dibentuk
Namun, kurang dari seperempat bayi yang tertidur dalam posisi terlentang
berkembang posterior positional plagiocephaly (PP). Karena itu, tidur
terlentang bukanlah satusatunya faktor penyebab positional plagiocephaly.
Ada predis posisi biologis dan lingkungan lainnya faktor-faktor yang

16
bervariasi dalam periode usia yang berbeda (dari kehidupan intrauterine ke
yang pertama bulan setelah lahir) dan dengan cara yang berbeda (Ellwood et
al., 2020)

3) Macam-macam Plagiocephaly
- Type I
Asimetri tengkorak terbatas pada bagian belakang tengkorak. Derajat
perataan dapat bervariasi, tetapi aksi deformasi terbatas pada daerah
anatomis ini. Tidak ada asimetri telinga yang dievaluasi dengan mengukur
jarak hidung-telinga. Tulang frontal simetris, dan tidak ada tonjolan atau
regangan vertikal temporal yang abnormal dari tengkorak. Ini adalah
bentuk paling ringan dari posisi plagiocephaly (Collett et al., 2019).
- Type II
Deformitas tipe I, terdapat berbagai derajat kranial posterior asimetri. Efek
deformasi pada garis tengah dan tengkorak dasar cukup signifikan dan
menentukan pergerakan telinga pada sisi yang terlibat ke depan atau ke
bawah atau ke kedua 16 arah. Asimetri biasanya lebih terlihat ketika
seseorang memeriksa bayi dari atas. Bagian depan tengkorak tidak terlibat
dan dahi simetris. Tidak ada asimetri wajah. Tidak ada kompresi
deformitas pada tengkorak. Jenis ini mengidentifikasi yang lebih parah
bentuk plagiocephaly posisi yang mempengaruhi tidak hanya tengkorak
tetapi juga dasar belakang tengkorak dan fossa temporal pusat (Collett et
al., 2019).
- Type III
Deformitas tipe III meliputi asimetri kranial posterior, malposisi telinga,
dan menonjolnya keunggulan frontal ipsilateral pada area datar. Bentuk ini
memunculkan bentuk jajaran genjang tengkorak yang secara klasik
didefinisikan sebagai karakteristik plagiocephalies posisional dan paling
mudah terlihat dengan memeriksa anak langsung dari atas. Wajahnya
simetris (Collett et al., 2019).
- Type IV
Deformitas tipe IV asimetri kranial posterior, terdapat malposisi telinga
dan asimetri ipsilateral frontal dan wajah. Asimetri wajah hasil dari
perpindahan jaringan adiposa di pipi atau lebih jarang, dari hiperplasia area

17
zygomatik ipsilateral. Deformitas ini mencerminkan sifat progresif dari
asimetri kranial yang melibatkan regio anterior yang menyebabkan
deformasi wajah (Collett et al., 2019).

- Type V
Deformitas tipe V terdapat asimetri kranial posterior, malposisi telinga,
dan asimetri dahi dan wajah. Pada tipe ini, penonjolan area temporal dan /
atau perkembangan abnormal vertikal dari tengkorak oksipital-parietal juga
terlihat (Collett et al., 2019).

4) Penyebab Plagiocephaly
Merupakan penyakit yang terjadi akibat posisi tidur yang selalu sama. Saat
lahir, tengkorak bayi terdiri dari beberapa tulang yang dihubungkan dengan
jahitan (sendi) yang tidak tergabung erat. Jahitan membantu kepala
melewatinya jalan lahir dan juga memungkinkan ruang bagi otak untuk
tumbuh. Setelah lahir, cepat otak yang tumbuh terus membentuk tulang
tengkorak. Tengkorak juga memiliki dua fontanel, juga dikenal sebagai titik
lunak. Fontanel di belakang kepala akan menutup 8 minggu setelah lahir dan
yang ada di atas kepala menutup sekitar usia 2 tahun. Sampai tengkoraknya
menyatu, kepala bayi cukup lunak sehingga bentuknya dapat diubah dengan
menekannya dan bisa membuat bentuk kepala bayi tidak beraturan (Ritter,
2015).

Type Plagiocephaly (Ritter, 2015)

5) Cara Pecegahan Plagiocephaly deformasi

18
- Posisi kepala satu sisi saat tidur atau bangun, penggunaan bouncer dan car seat
yang sering dan berkepanjangan, serta posisi miring saat menyusui dan
menggendong bayi dapat meningkatkan risiko bayi mengalami deformasi
kranial posterior atau menyebabkan ketidakseimbangan atau membatasi leher
bayi mobilitas.
- Sedang tidur
Untuk mengurangi risiko sindrom kematian bayi mendadak, penting bagi bayi
Anda untuk tidur dalam posisi terlentang. Anda harus mengganti posisi kepala
bayi secara merata antara kiri dan kanan. Jika bayi Anda memilih untuk tidur di
satu sisi, Anda harus memperhatikan untuk mengganti sisi secara teratur dan
merata.
- Ranjang/ranjang bayi harus memiliki ruang yang cukup untuk memungkinkan
bayi Anda berputar dengan bebas dan harus ditempatkan sedemikian rupa
sehingga bayi Anda menerima rangsangan (cahaya, suara, dll.) secara merata
dari segala arah. Pertimbangkan, misalnya, sisi ruangan di seberang jendela
dengan kaki atau kepala bayi Anda menghadap ke jendela.
- Makanan
Saat menyusui, bergantian payudara juga secara alami mengubah posisi bayi
Anda. Anda harus bergantian sisi yang sama saat memberi susu botol.
- Waktu perut
Memberikan bayi Anda tummy timê sejak dini membantu mencegah deformasi
kranial posterior. Dimulai dengan hari-hari pertama kehidupan, bayi Anda harus
menghabiskan beberapa menit setiap hari dalam posisi tengkurap sambil di
bawah pengawasan. Anda dapat secara bertahap meningkatkan waktu perut bayi
Anda menjadi 15– 30 menit atau lebih ketika ia mulai menopang kepalanya.

19
BAB III
KESIMPULAN

Pemeriksaaan penuh kasih pada bayi baru lahir cukup bulan adalah sangat penting.
Pemeriksaan Fisik Bayi harus dilakukan sedini mungkin untuk mendeteksi adanya kelaian.
Pemeriksaan fisik bayi dapat dilakukan oleh , bidan, perawat, atau dokter untuk menilai status
kesehatan bayi dan untuk mengenal/ menemukan kelainan yang perlu mendapat tindakan
segera.

Plagiocephaly deformasi (DP) sering terjadi pada bayi yang sehat. Dengan Memberikan
pendidikan dini kepada orang tua tentang lingkungan, posisi, dan perawatan bayi mereka
sebelum mereka keluar dari ruang bersalin dapat mengurangi prevalensi dan keparahan
Plagiocephaly deformasi dan meningkatkan rentang gerak serviks pada 3 bulan,untuk itu
kepatuhan orang tua / ibu bayi sangatlah penting untuk mencegah Plagiocephaly deformasi
(DP).

20
DAFTAR PUSTAKA

Sukesi & Setiyani.2016.Praktikum Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi Balita dan Anak

Sekolah.Kemenkes RI: Jakarta

Alimul Hidayat, Aziz.2009.Buku Asuhan Neonatus,Bayi dan Balita.Buku Kedokteran EGC.

Ernawati, Rini. 2019. Modul praktik pemeriksaan fisik bayi baru lahir .

Indah Purnama Sari. 2022. Penyuluhan Tentang Pemeriksaan Head To Toe Bayi. journal

Medinerz : Initium Community Journal

Marbun S Sari.2017. Pengkajian Fisik Bayi Baru Lahir Penampilan dan Perilaku Bayi Baru

Lahir Serta Rencana Asuhan Bayi 2-6 hari.Institut Kesehatan Helvetia Medan.

Nurul Aulia, Anjani.2021.Pemeriksaan Fisik Ibu Dan Bayi.CV Pena Persada: Jawa Tengah

Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2015). Wong’s nursing care of infants and children, 10th

edition. St. Louis, Missouri: Elsevier Mosby.

Kementrian Kesehatan RI.2010. Buku saku pelayanan kesehatan neonatal esensial:

Pedoman teknis pelayanan kesehatan dasar. Jakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai