Anda di halaman 1dari 25

TUGAS MAKALAH PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI

Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas

mata kuliah Keperawatan Anak 1

Disusun Oleh :

Dewanda Maldhiya Rahmanisa (2011312066)

Natasha Melani Ardian (2011312021)

Putri Ayu Naibaho (2011311005)

Zelda Amalia Putri (2011312015)

Dosen Pengampu : Dr. Ns. Meri Neherta, M. Biomed

Fakultas Keperawatan

Universitas Andalas

Tahun Ajaran 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
kerunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pemeriksaan Fisik
Pada Bayi”. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Anak Semester 3.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-
besarnya atas segala bimbingan, pengarahan, saran-saran, bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak dari awal hingga selesainya makalah ini. Maka dari itu dengan segala
kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan
kritikan diharapkan guna kesempurnaan makalah ini dan semoga dapat bermanfaat bagi
semua yang berkepentingan khususnya bagi kami.

Padang, 31 Oktober 2021

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Manfaat 4
BAB II 5
PEMBAHASAN 5
A. Pemeriksaan Fisik Pada Saat Bayi Lahir 5
B. Pemeriksaan Bayi 7
C. Pemeriksaan Fisik Pada Bayi Saat Pulang 12
BAB III 13
KASUS 13
BAB IV 21
SKENARIO ROLE PLAY 21
BAB V 24
PENUTUP 24
Kesimpulan 24
Saran 24

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli
medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. hasil
pemeriksaan akan di catat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan
membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. pemeriksaan
fisik pada bayi dapat dilakukan oleh bidan, perawat atau dokter untuk menilai status
kesehatannya.

Waktu pemeriksaan dapat di lakukan saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir
(sesaat sesudah bayi lahir pada saat kondisi atau suhu tubuh sudah stabil dan setelah di
lakukanpembersihan jalan nafas/resisutasi, pembersihan badan bayi, perawatan tali
pusat) dan akan pulang pulang dari rumah sakit.

Pemeriksaan fisik sangat penting untuk di lakukan, karena sangat penting untuk
diketahui.yaitu untuk mengetahui normal atau tidak normal pada bayi baru lahir.Keadaan
suhu di luar rahim sangat mempengaruhi kondisi bayi baru lahir tersebut. Karena kondisi
di luar rahim sangat berbeda dengan kondisi didalam rahim.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu pemeriksaan fisik saat bayi baru lahir ?


2. Apa itu pemeriksaan fisik bayi?
3. Apa itu pemeriksaan fisik bayi saat pulang?

C. Manfaat

1. Mengetahui pemeriksaan fisik saat bayi baru lahir


2. Mengetahui pemeriksaan fisik bayi
3. Dapat mengetahui apa apa saja pemeriksaan fisik bayi saat pulang

iv
BAB II

PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR

A. Pemeriksaan Fisik pada saat Bayi Lahir

Pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir harus dilakukan di kamar bersalin.
Perlu mengetahui riwayat keluarga, riwayat kehamilan sekarang dan sebelumnya dan
riwayat persalinan. Pemeriksaan dilakukan bayi dalam keadaan telanjang dan dibawah
lampu yang terang. Tangan serta alat yang digunakan harus bersih dan hangat.

Tujuan pemeriksaan ini adalah :

1) Menilai gangguan adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus ke luar uterus
yang memerlukan resusitasi.
2) Untuk menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang perlu tindakan segera.
3) Menentukan apakah bayi baru lahir dapat dirawat bersama ibu (rawat gabung) atau
tempat perawatan khusus.
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
1) Menilai APGAR

Nilai APGAR merupakan suatu metode penilaian cepat untuk menilai keadaan
klinis bayi baru lahir pada usia 1 menit dan 5 menit. Nilai Apgar dapat digunakan
untuk mengetahui keadaan bayi baru lahir dan respon terhadap resusitasi. Perlu kita
ketahui nilai Apgar suatu ekspresi keadaan fisiologis bayi baru lahir dan dibatasi oleh
waktu. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai Apgar, antara lain pengaruh obat
-obatan, trauma lahir, kelainan bawaan, infeksi, hipoksia, hipovolemia dan kelahiran
prematur.

Cara menentukan nilai APGAR :

Tanda 0 1 2
Warna kulit Biru , pucat Kemerahan ekstremitas Semua kemerahan
biru
Denyut jantung Tidak ada <100 >100
Upaya bernafas Tidak ada Tidak teratur Baik (menangis kuat)
Tonus otot Lemah Fleksi pada ekstremitas Gerakan aktif
Reflek (kateter di Tidak beraksi Meringis Batuk , bersin
lubang hidung)

v
2) Mencari Kelainan Kongenital

Pemeriksaan di kamar bersalin juga menentukan adanya kelainan kongenital


pada bayi terutama yang memerlukan penanganan segera pada anamnesis perlu
ditanyakan apakah ibu menggunakan obat-obat teratogenik, terkena radiasi atau infeksi
virus pada trimester pertama. Juga ditanyakan adakah kelainan bawaan keluarga
disamping itu perlu diketahui apakah ibu menderita penyakit yang dapat menggangu
pertumbuhan janin seperti diabetes mellitus, asma broinkial dan sebagainya.

3) Memeriksa cairan amnion

Pada pemeriksaan cairan amnion perlu diukur volume. Hidramnion ( volume >
2000 ml ) sering dihubungkan dengan obstruksi traktus intestinal bagian atas, ibu
dengan diabetes atau eklamsi. Sedangkan oligohidramnion (volume < 500 ml)
dihubungkan dengan agenesis ginjal bilateral. Selain itu perlu diperhatikan adanya
konsekuensi oligohidramnion seperti kontraktur sendi dan hipoplasi paru.

4) Memeriksa tali pusat

Pada pemeriksaan tali pusat perlu diperhatikan kesegaranya, ada tidaknya


simpul dan apakah terdapat dua arteri dan satu vena. Kurang lebih 1 % dari bayi baru
lahir hanya mempunyai satu arteri umbilikalis dan 15 % mempunyai satu atau lebih
kelainan konginetal terutama pada sistem pencernaan, urogenital, respiratorik atau
kardiovaskuler.

5) Memeriksa plasenta

Pada pemeriksaan plasenta, plasenta perlu ditimbang dan perhatikan apakah


ada perkapuran, nekrosis dan sebagainya. Pada bayi kembar harus diteliti apakah
terdapat satu atau dua korion (untuk menentukan kembar identik atau tidak). Juga
perlu diperhatikan adanya anastomosis vascular antara kedua amnion, bila ada perlu
dipikirkan kemungkinan terjadi tranfusi feto-fetal.

6) Pemeriksaaan bayi secara cepat dan menyeluruh.


7) Menimbang berat badan dan membandingkan dengan masa gestasi.

Kejadian kelainan congenital pada bayi kurang bulan 2 kali lebih banyak
dibanding bayi cukup bulan, sedangkan pada bayi kecil untuk masa kehamilan
kejadian tersebut sampai 10 kali lebih besar.

8) Pemeriksaan mulut

vi
Pada pemeriksaan mulut perhatikan apakah terdapat labio-palatoskisis harus
diperhatikan juga apakah terdapat hipersalivasi yang mungkin disebabkan oleh adanya
atresia esofagus. Pemeriksaan patensi esophagus dilakukan dengan cara memasukkan
kateter ke dalam lambung, setelah kateter di dalam lambung, masukkan 5 - 10 ml
udara dan dengan stetoskop akan terdengar bunyi udara masuk ke dalam lambung.
Dengan demikian akan tersingkir atresia esophagus, kemudian cairan amnion di dalam
lambung diaspirasi. Bila terdapat cairan melebihi 30 ml pikirkan kemungkinan atresia
usus bagian atas. Pemeriksaan patensi esophagus dianjurkan pada setiap bayi yang
kecil untuk masa kehamilan, ateri umbulikalis hanya satu, polihidramnion atau
hipersalivasi.

Pada pemeriksaan mulut perhatikan juga terdapatnya hipoplasia otot depresor


aguli oris. Pada keadaan ini terlihat asimetri wajah apabila bayi menangis, sudut mulut
dan mandibula akan tertarik ke bawah dan garis nasolabialis akan kurang tampak pada
daerah yang sehat (sebaliknya pada paresis N.fasiali). Pada 20 % keadaan seperti ini
dapat ditemukan kelainan congenital berupa kelainan kardiovaskular dan dislokasi
panggul kongenital.

9) Pemeriksaan anus

Perhatikan adanya adanya anus imperforatus dengan memasukkan thermometer


ke dalam anus. Walaupun seringkali atresia yang tinggi tidak dapat dideteksi dengan
cara ini. Bila ada atresia perhatikan apakah ada fistula rekto-vaginal.

10) Pemeriksaan garis tengah tubuh

Perlu dicari kelainan pada garis tengah berupa spina bidifa, meningomielokel
dan lain-lain.

11) Pemeriksaan jenis kelamin

Biasanya orang tua ingin segera mengetahui jenis kelamin anaknya. Bila
terdapat keraguan misalnya pembesaran klitoris pada bayi perempuan atau terdapat
hipospadia atau epispadia pada bayi lelaki, sebaiknya pemberitahuan jenis kelamin
ditunda sampai dilakukan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan kromosom.

vii
B. Pemeriksaan Fisik Bayi

Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam 24 jam dan dilakukan setelah bayi berada
di ruang perawatan. Tujuan pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan yang mungkin
terabaikan pada pemeriksaan di kamar bersalin.

Pemeriksaan ini meliputi :

1) Aktifitas fisik
 Inspeksi = Ekstremitas dalam keadaan fleksi, dengan gerakan tungkai serta lengan
aktif dan simetris.
2) Pemeriksaan suhu
 Suhu diukur di aksila dengan nilai normal 36,5 0C– 37 0C.
3) Kulit
 Inspeksi = Warna tubuh kemerahan dan tidak ikterus.
 Palpasi = Lembab, hangat dan tidak ada pengelupasan.
4) Kepala
 Inspeksi = Distribusi rambut di puncak kepala.
 Palpasi = Tidak ada massa atau area lunak di tulang tengkorak.
Fontanel anterior dengan ukuran 5 x 4 cm sepanjang sutura korona dan
sutura segital.
Fortanel posterior dengan ukuran 1 x 1 cm sepanjang sutura lambdoidalis
dan sagitalis.
5) Wajah
 Inspeksi = Mata segaris dengan telinga, hidung di garis tengah, mulut garis tengah
wajah dan simetris.
6) Mata
 Inspeksi = Kelompak mata tanpa petosis atau udem.
Skelera tidak ikterik, cunjungtiva tidak merah muda, iris berwarna merata
dan bilateral. Pupil beraksi bila ada cahaya, reflek mengedip ada.
7) Telinga
 Inspeksi = Posisi telinga berada garis lurus dengan mata, kulit tidak kendur,
pembentukkan tulang rawan yaitu pinna terbentuk dengan baik kokoh.
8) Hidung
 Inspeksi = Posisi di garis tengah, nares utuh dan bilateral, bernafas melalui hidung.

viii
9) Mulut
 Inspeksi = Bentuk dan ukuran proporsional dengan wajah, bibir berbentuk penuh
berwarna merah muda dan lembab, membran mekosa lembab dan berwarna merah
muda, palatom utuh, lidah dan uvula di garis tengah, reflek gag dan reflek
menghisap serta reflek rooting ada.
10) Leher
 Inspeksi = Rentang pergerakan sendi bebas, bentuk simestris dan pendek.
 Palpasi = Triorid di garis tengah, nodus limfe dan massa tidak ada.
11) Dada
 Inspeksi = Bentuk seperti tong, gerakan dinding dada semetris.
Frekuensi nafas 40 – 60 x permenit, pola nafas normal.
 Palpasi = Nadi di apeks teraba di ruang interkosa keempat atau kelima tanpa
kardiomegali.
 Auskultasi = Suara nafas jernih sama kedua sisi.
frekuensi jantung 100- 160 x permenit teratur tanpa mumur.
 Perkusi = Tidak ada peningkatan timpani pada lapang paru.
12) Payudara
 Inspeksi = Jarak antar puting pada garis sejajar tanpa ada puting tambahan.
13) Abdomen
 Inspeksi = Abdomen bundar dan simetris pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu
vena berwarna putih kebiruan.
 Palpasi = Abdomen Lunak tidak nyeri tekan dan tanpa massa hati teraba 2 - 3 cm, di
bawah arkus kosta kanan limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri. Ginjal dapat di
raba dengan posisi bayi terlentang dan tungkai bayi terlipat teraba sekitar 2 - 3 cm,
setinggi umbilicus di antara garis tengah dan tepi perut.
 Perkusi = Timpanni kecuali redup pada hati, limfa dan ginjal.
 Auskultasi = Bising usus ada.
14) Genitalia eksterna
 Inspeksi (wanita) = Labia minora ada dan mengikuti labia minora, klitoris ada, meatus
uretra ada di depan orivisium vagina.
 Inspeksi (laki-laki) = Penis lurus, meatus urinarius di tengah di ujung glans tetis dan
skrotum penuh.
15) Anus

ix
 Inspeksi = Posisi di tengah dan paten (uji dengan menginsersi jari kelingking)
pengeluaran mekonium terjadi dalam 24 jam.
16) Tulang belakang

Bayi di letakkan dalam posisi terkurap, tangan pemeriksa sepanjang tulang belakang
untuk mencari terdapat skoliosis meningokel atau spina bifilda.

 Inspeksi = Kolumna spinalis lurus tidak ada defek atau penyimpang yang terlihat.
 Palpasi = Tulang belakang ada tanpa pembesaran atau nyeri.
17) Ekstremitas
o Ekstremitas atas
 Inspeksi = Rentang pergerakan sendi bahu, klavikula, siku normal pada tangan
reflek genggam ada, kuat bilateral, terdapat sepuluh jari dan tanpa berselaput,
jarak antar jari sama karpal dan metacarpal ada dan sama di kedua sisi dan kuku
panjang melebihi bantalan kuku.
 Palpasi = Humerus radius dan ulna ada, klavikula tanpa fraktur tanpa nyeri
simetris bantalan kuku merah muda sama kedua sisi.
o Ekstremitas bawah
 Panjang sama kedua sisi dan sepuluh jari kaki tanpa selaput, jarak antar jari sama
bantalan kuku merah muda, panjang kuku melewati bantalan kuku rentang
pergerakan sendi penuh : tungkai, lutut, pergelangan, kaki, tumit dan jari kaki
tarsal dan metatarsal ada dan sama kedua sisi reflek plantar ada dan sismetris.
18) Pemeriksaan reflek
 Berkedip
cara : sorotkan cahaya ke mata bayi.
normal : dijumpai pada tahun pertama.
 Tonic neck
cara : menolehkan kepala bayi dengan cepat ke satu sisi.
normal : bayi melakukan perubahan posisi jika kepala di tolehkan ke satu sisi,
lengan dan tungkai ekstensi kearah sisi putaran kepala dan fleksi pada sisi
berlawanan, normalnya reflex ini tidak terjadi setiap kali kepala di tolehkan
tampak kira–kira pada usia 2 bulan dan menghilangkan pada usia 6 bulan.
 Moro atau Terkejut
cara : ubah posisi dengan tiba-tiba atau pukul meja /tempat tidur.

x
normal : lengan ekstensi, jari–ari mengembang, kepala mendongak ke
belakang, tungkai sedikit ekstensi lengan kembali ke tengah dengan
tangan mengenggam tulang belakang dan ekstremitas bawah
eksteremitas bawah ekstensi lebih kuat selama 2 bulan dan
menghilang pada usia 3 - 4 bulan.
 Mengenggam
cara : letakan jari di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, jika reflek lemah
atau tidak ada beri bayi botol atau dot karena menghisap akan
menstimulasi reflek.
normal : jari–jari bayi melengkung melingkari jari yang di letakkan di telapak
tangan bayi dari sisi ulnar reflek ini menghilangkan pada usia 3 - 4
bulan.
 Rooting
cara : gores sudut mulut bayi melewati garis tengah bibir
Normal : bayi memutar kearah pipi yang diusap, reflek ini menghilangkan pada
usia 3 - 4 bulan tetapi bisa menetap sampai usia 12 bulan terutama selama
tidur
 Menghisap
cara : beri bayi botol dan dot.
normal : bayi menghisap dengan kuat dalam berepons terhadap stimulasi
reflek ini menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur
tanpa stimulasi.
 Menari / melangkah
cara : pegang bayi sehingga kakinya sedikit menyentuh permukaan yang
keras.
normal : kaki akan bergerak ke atas dan ke bawah jika sedikit di sentuh ke
permukaan keras di jumpai pada 4 - 8 minggu pertama.
19) Pengukuran atropometrik
 Penimbang berat badan

Alat timbangan yang telah diterakan serta di beri alas kain di atasnya, tangan
bidan menjaga di atas bayi sebagai tindakan keselamatan .

BBL : 2500 - 4000gram.

xi
 Panjang badan

Letakkan bayi datar dengan posisi lurus se bisa mungkin. Pegang kepala agar
tetap pada ujung atas kita ukur dan dengan lembut renggangkan kaki ke bawah
menuju bawah kita.

PB : 48/52cm.

 Lingkar kepala

Letakakan pita melewati bagian oksiput yang paling menonjol dan tarik pita
mengelilingi bagian atas alis LK : 32 - 37 cm.

 Lingkar dada

Letakan pita ukur pada tepi terrendah scapula dan tarik pita mengelilingi kearah
depan dan garis putih. LD : 32 – 35 cm.

C. Pemeriksaan Fisik pada Bayi waktu Pulang

Pada waktu memulangkan dilakukan lagi pemeriksaan untuk menyakinkan bahwa


tidak ada kelainan kongenital atau kelainan akibat trauma yang terlewati. Yang perlu di
perhatikan yaitu :

1. Susunan saraf pusat : aktifitas bayi, ketegangan, ubun-ubun.


2. Kulit : adanya ikterus, piodermia.
3. Jantung : adanya bising yang baru timbul kemudian.
4. Abdomen : adanya tumor yang tidak terdektesi sebelumnya.
5. Tali pusat : adanya infeksi.

di samping itu perlu di perhatikan apakah bayi sudah pandai menyusu dan ibu
sudah mengerti cara pemberian ASI yang benar.

xii
BAB III
KASUS DIARE PADA BAYI

Ny. S membawa klien ke RS dengan keluhan mencret sebanyak 5 kali dalam sehari
dan muntah-muntah sebanyak 2 kali sejak 2 hari yang lalu. An. A tampak rewel dan gelisah,
mata tampak cekung, mukosa bibir kering. Ny. S mengatakan bahwa ia memberikan susu
formula kepada An. A dan 3 jam kemudian setelah minum susu An. A muntah dan mencret.
An. A tampak lemah,rewel dan gelisah, mata cekung. An. A mencret 5 kali dalam sehari
dengan konsistensi cair dan sedikit ampas. Ny.S mengatakan bahwa An.A belum pernah
mengalami sakit seperti ini, An.A hanya mengalami sakit ringan sajaseperti demam,dan batuk
biasa dan hanya akan diberi obat yang di beli dari apotek atau puskesmas terdekat. Ny.s
mengatakan hanya akan memberi kompres dingin jika An.A demam dan akan memberi
sirup/obat yang di beli dari apotek atau puskesmas terdekat jika An.A sedang pilek atau
batuk.
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : An.A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 5 bulan
Agama : Islam
Alamat : Jln.Saudara,Gg.Kelapa
Tgl pengkajian: 31 Mei 2016
b. Status Kesehatan
 Keluhan Utama : Ny. S membawa klien ke RS dengan keluhan mencret
sebanyak 5 kali dalam sehari dan muntah-muntah sebanyak 2 kali sejak 2 hari
yang lalu. An. A tampak rewel dan gelisah, mata tampak cekung, mukosa bibir
kering.
 Riwayat Sekarang : Ny. S mengatakan bahwa ia memberikan susu formula
kepada An. A dan 3 jam kemudian setelah minum susu An. A muntah dan
mencret. An. A tampak lemah,rewel dan gelisah, mata cekung. An. A mencret
5 kali dalam sehari dengan konsistensi cair dan sedikit ampas
 RiwayatMasalalu :

xiii
Penyakit yang pernah dialami :Ny.S mengatakan bahwa An.A belum pernah
mengalami sakit seperti ini, An.A hanya
mengalami sakit ringan saja
Pengobatan/tindakan yang dilakukan:Ny.s mengatakan hanya akan memberi
kompres dingin jika An.A demam dan akan
memberi sirup/obat yang di beli dari apotek atau
puskesmas terdekat jika An.A sedang pilek atau
batuk.
Pernah dirawat/dioperasi : An. A tidak memiliki riwayat sakit atau operasi
sebelumnya.
Imunisasi :An. A belum lengkap mendapatkan imunisasi.
 Riwayat keluarga :
Orangtua : Tn.R dan Ny.S tidak memiliki riwayat penyakit keturunan dan
sampai sekarang masih tetap sehat
Saudara kandung : An.A belum memiliki saudara karena An.A merupakan
anak pertama dari pasangan Tn.R dan Ny.S
c. Pemeriksaan Fisik :
 KeadaanUmum :Kesadaran umum An.A compos mentis, seluruh
anggota tubuh lengkap dan berfungsi dengan baik serta tidak ada penyakit
ataupun cacat yang dibawa sejak lahir
 Tanda-tanda vital :
- Suhu Tubuh : 380C.
- Tekanan Darah : 90/70 mmHg
- Nadi : 150 x/menit.
- Pernafasan : 40 x/menit.
- PB : 67,5cm.
- BB : 7,6Kg
 Head to Toe :
Kepala dan Rambut
- Bentuk : Simetris, tidak ada benjolan.
- Ubun-ubun : ubun-ubun lunak, agak cekung.
- Kulit kepala : Bersih.

xiv
Rambut
- Penyebaran dan Keadaan Rambut : Ada tetapi tidak merata
- Warna kulit : -
- Bau : -

Wajah
- Warna kulit : Pucat.
- Struktur wajah : Simetris.

Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan : Agak cekung, kedua mata lengkap dan
simetris.
- Konjungtiva dan sclera : Konjungtiva pucat dan tampak anemis dan sclera
berwarna putih.
- Pupil : Hitam dan bulat.
- Kornea dan iris : Kornea transparan dan iris mata jernih.

Hidung
- Tulang hidung dan posisi septum nasi :Simetris dan posisi septum nasi
berada di garis tengah.
- Lubang hidung : Tidak ada sekret atau lendir.
- Cuping hidung : Tidak ada.

Telinga
- Bentuk telinga :Simetris dan kembali setelah dilipat.
- Ukuran posisi telinga : Simetris.
- Lubang telinga : Tidak ada lendir.
- Ketajaman pendengaran : Baik.

Mulut dan Faring


- Keadaan bibir : Bibir tampak kering, simetris.
- Keadaan gusi dan gigi : Keadaan gusi kering tidak ada lesi dan tanda-
tanda pembengkakan, gigi An.A belum ada

xv
- Keadaan lidah : Keadaan lidah An.A simetris dan berada pada garis
tengah dan berwarna merah pudar.

Leher
- Posisi trakhea : Simetris.
- Thyroid : Tidak ada pembengkakan.
- Suara : Nyaring.
- Kelenjar limfe : Tidak ada pembengkakan.
- Vena jugularis : Teraba.
- Denyut nadi karotis : Teraba

Pemeriksaan Integumen
- Kebersihan : Bersih.
- Kehangatan : Hangat.
- Warna : Agak Pucat.
- Turgor : turgor kulit kembali normal dalam 1-2 detik.
- Kelembapan : Lembab.
- Kelainan pada kulit : Tidak ada.

Pemeriksaan Thoraks/Dada
- Inspeksi : Pengembangan dada simetris.
- Pernafasan : Frekuensi (reguler)dan Irama (vesikuler).
- Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada.

Pemeriksaan Muskuloskeletal/Ekstremitas
- Kesimetrisan : simetris.
- Kekuatan otot : Baik.
- Edema : Tidak ada.

d. Pola Kebiasaan Sehari-hari :


1) Pola makan dan minum
 Frekuensi makan/hari : An. A minum ASI dan di tambah dengan susu
formula.dan tdk bsa di tentukan seberapa banyak dlm sehari.

xvi
 Nafsu makan : Baik.
 Nyeri ulu hati : Tidak ada.
 Alergi : Tidak ada.
 Mual dan muntah : ada.
2) Perawatan diri/personal hygiene
- Kebersihan tubuh : Bersih.
- Kebersihan gigi dan mulut : Kurang bersih.
- Kebersihan kuku kaki dan tangan : bersih.
3) Pola eliminasi
a) BAB
- Pola BAB : 5 x sehari.
- Karakter feses : cair dan sdikit ampas .
- Riwayat perdarahan : Tidak ada perdarahan.
- Diare : ada.
- Penggunaan laksatif : Tidak ada.
b) BAK
- Pola BAK : Tidak teratur.
- Karakter urine : Kuning keruh.
- Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Tidak ada.
- Penggunaan diuretik : Tidak ada.
- Upaya mengatasi masalah : Tidak ada.

2. Analisa Data
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan ditemukan analisa data pada tabel
berikut yang menjelaskan secara rinci yaitu:
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. Data Subjektif : Minum susu Gangguan volume
Ny. S mengatakan bahwa ia formula cairan: kurang dari
memberikan susu formula kepada Alergi susu tinggi kebutuhan tubuh.
An. A dan 3 jam kemudian setelah laktosa
minum susu An. A mencret dan Muntah dan
muntah. An. A mencret selama 2 mencret
hari sebelum masuk RS. Frekuensi Dehidrasi ringan
mencret 5 kali dalam 24 jam, Gangguan volume
dengan konsistensi cair dan sedikit cairan: kurang dari

xvii
ampas. kebutuhan tubuh.
Data Objektif
- An. A tampak lemah dan rewel
- Mukosa bibir kering
- An. A tampak gelisah, dan mata
An. A cekung

3. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data diatas ditemukan 1 diagnosa
keperawatan utama yaitu: Gangguan volume cairan: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kegagalan mekanisme pengaturan intake cairan ditandai dengan Ny.
S mengatakan bahwa ia memberikan susu formula kepada An. A dan 3 jam kemudian
setelah minum susu An. A mencret dan muntah. An. A mencret selama 2 hari sebelum
masuk RS. Frekuensi mencret 5 kali dalam 24 jam, dengan konsistensi cair dan sedikit
ampas.

4. Perencanaan Keperawatan dan Rasional


Berdasarkan masalah yang ditemukan dari analisa data diatas, maka penulis
melakukan perencanaan tindakan keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan
kepada An. A yang tercantum dalam tabel berikut

Gangguan volume cairan: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
mekanisme pengaturan intake cairan.

Tujuan: Hasil Yang Intervensi


Anak menunjukan Diharapkan: -Beri larutan rehidrasi oral (LRO) untuk
tanda – tanda Anak menunjukan rehidrasi dan penggantian kehilangan cairan
dehidrasi dan tanda – tanda hidrasi melalui feses. Berikan LRO sedikit tapi sering,
mempertahankan yang adekuat khususnya bila anak muntah, kecuali jika muntah
hidrasi adekuat (uraikan). hebat – bukanlah kontraindikasi untuk
penggunaan LRO.

-Beri agens antimikroba sesuai ketentuan untuk


mengobati patogen khusus yang menyebabkan
kehilangan cairan berlebihan.

-Setelah rehidrasi, berikan diet reguler pada anak


sesuai toleransi karena penelitian menunjukan
pemberian ulang diet normal secara dini bersifat

xviii
menguntungkan untuk menurunkan jumlah
defekasi dan penurunan berat badan serta
pemendekan durasi penyakit.

-Ganti LRO dengan cairan rendah natrium


seperti air, ASI, formula bebas laktosa, atau
formula yang mengandung setengah laktosa
untuk mempertahankan terapi cairan.

• Pertahankan pencatatan yang ketat terhadap


masukan dan keluaran (urine, feses, dan emesis)
untuk mengevaluasi keefektifan intervensi.

• Pantau berat jenis urine setiap 8 jam atau sesuai


indikasi untuk mengkaji hidrasi.

• Timbang berat badan anak.


Kaji tanda – tanda vital, turgor kulit, membran
mukosa, dan status mental setiap 4 jam atau
sesuai indikasi untuk mengkaji hidrasi

• Hindari masukan cairan seperti juice buah,


miniman berkarbonat, dan gelatin karena cairan
ini biasanya tinggi karbohidrat, rendah elektrolit,
dan mempunyai osmolalitas tinggi.

• Intruksikan keluarga dalam memberikan terapi


yang tepat, pemantauan masukan dan keluaran,
dan mengkaji tanda – tanda dehidrasi untuk
menjamin hasil yang optimum dan memperbaiki
kepatuhan terhadap aturan terapeutik.

5. Implementasi
Setelah intervensi asuhan keperawatan disususn, penulis melakukan implementasi
sesuai dengan intervensi tersebut.Selain itu penyusun juga menyusun intervensi yang tidak
ada diimplementasi pemberian agens mikroba sesuai ketentuan untuk mengobati patogen
khusus yang menyebabkan kehilangan cairan berlebihan.Dikarenakan keterbatasan
pengetahuan penulis mengenai intervensi tersebut.Mengukur tanda-tanda vital selalu
dilakukan pada saat melakukan implemntasi, meskipun tidak tercantum dalam susunan
intervensi yang telah disusun sebelumnya

6. Evaluasi

xix
Tujuan dan kriteria hasil yang direncanakan pada dua masalah keperawatan yang
ditemukan pada klien tercapai sebagian. Terkait masalah gangguan volume cairan:
kurang dari kebutuhan tubuh ditemukan bahwa klien sudah tidak rewel, klien tampak
lebih aktif dari sebelumnya, frekuensi nadi dalam ambang batas normal, dan kesadaran
umum klien sudah membaik. Tetapi mata klien masih cekung, rasa haus klien masih ada.
Beberapa kendala yang penulis hadapi dalam pengelolaan kasus dengan prioritas
masalah gangguan volume cairan: kurang dari kebutuhan tubuh.

BAB IV
SKENARIO PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI DIARE

Seorang ibu membawa bayinya ke Rumah Sakit Theresai yang berumur 6 bulan. Kata
ibu bayinya sudah mencret selama 3 hari. BAB nya encer, berlendir dan tidak ada darah.
Anak tampak letargis. Suhu: 38 derajat celcius. Pernafasan: 40 x/menit. TD : 90/60. Panjang
badan 75 cm, BB 8 Kg, lingkar kepala 40 cm. Waktu ditanya tentang rumahnya, ternyata
orangtuanya tinggal di daerah kumuh. Minum pakai air sumur gali, lantai rumah dari semen
di aci.Hanya mempunyai 1 kamar, dinding terbuat dari papan. Mempunyai anak 5 orang dan
kalau bermain tidak memakai sendal. Pekerjaan Bapak sebagai tukang angkat di Pasar dan
ibu tidak memakai KB.

Resepsionis : Selamat siang bu, apakah ada yang bisa saya bantu?
Ibu : Selamat siang juga, Suster. bayi saya mengalami diare sus. bagaimana ya
sus?
Resepsionis : ouh begitu ya bu, saya daftarkan terlebih dahulu ya bu
Ibu : baik sus
Resepsionis : atas nama siapa bu? Umur dan keluhannya apa ya bu?
Ibu : atas nama erika, 6 bulan, anak bayi saya sudah mencret sejak 2 hari yang lalu
sampai pagi ini sus
Resepsionis : baik bu silakan tunggu di ruang tunggu nanti di panggil yaa

xx
Sang ibu pun bersama anaknya berjalan menuju ruang tunggu….
Perawat : (Nn.Erika silakan masuk)
Ibu : baik sus
Perawat : sebelumnya perkenalkan, Bu. Saya Perawat nuralisa, ibu bisa panggil saya
lisa. Apa benar ini dengan By. Liana bu?
Ibu : benar sus
Perawat : baiklah bu, sesuai dengan keluhan yang ibu sampaikan tadi tentang bayi ibu,
saya akan melakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu, Tujuannya untuk
mendapatkan data lengkap mengenai bayi ibu dikarenakan bayi ibu
mengalami diare, saya izin memeriksa anak ibu ya bu
Ibu : iya sus silahkan
Perawat : pertama-tama saya akan melakukan pemeriksaan umum terlebih dahulu pada
bayi ibu. Saat ini bayi ibu telihat letargis dan menangis (sambil
mendokumentasikannya)
Perawat : selanjutnya saya akan mengecek tanda-tanda vital pada bayi ibu terlebih
dahulu yaitu frekuensi nafas (dihitung selama 1 menit) dan didapatkan
frekuensi napas bayi 40 x/menit. Selanjutnya frekuensi jantung (dihitung
selama 1 menit) bayi ibu memiliki frekuensi jantung 155 x/menit. Selanjutnya
saya akan mengecek suhu tubuh bayi ibu (menggunakan thermometer yang
diletakkan dibagian aksila bayi) didapatkan bahwa hasil pengukuran suhu
anak ibu yaitu 38⁰C. Terakhir saya akan mengecek suhu bayi pada bagian
aksila menggunakan thermometer (perawat sambil mendokumentasikannya)
Perawat : Selanjutnya saya akan melakukan pemeriksaan fisik pada bayi ibu ya.
Kita mulai dari bagian kepala terlebih dahulu hingga ke bagian kaki
Ibu : Baik suster.
Perawat : Pada bagian kepala bayi, rambut tebal, kulit kepala bersih dan tidak ada
edema. Bagian kepala bayi hasilnya baik. Selanjutnya bagian telinga bayi,
pada bagian kedua telinga bersih, simetris, tidak ada pengeluaran secret dari
lubang dan tidak ada kelainan pada telinga. Lalu lanjut bagian mata bayi,
kedua mata tampak cekung, konjungtiva merah muda, sclera putih, dan tidak
ada kelainan. Pada bagian wajah, simetris dan tampak pucat. Pada bagian
hidung, tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak sianosis, tidak ada
pernapasan cuping hidung. Untuk bagian mulut, pada bibir dan lidah terlihat

xxi
pucat. Bagian leher Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening,
tidak ada kelainan pada kelenjar tyroid. (perawat sambil mendokumentasikan
pemeriksaan)
Perawat : Selanjutnya pemeriksaan jantung, denyut jantung normal. Pemeriksaan paru-
paru-paru normal, bunyi nafas terdengar bersih dan teratur dan kedua bagian
dada simetris, Lalu bagian abdomen bayi ibu mengalami distensi abdomen,
kram dan bising usus meningkat (perawat mendokumentasikannya)
Perawat : pemeriksaan genetalia, pada bagian anus, kulit terlihat memerah karena
iritasi. Dan terakhir pemeriksaan ekstermitas pada bayi, Bagian ekstremitas
atas maupun bawah terlihat normal dan akral teraba dingin. Bagian kulit bayi
tidak ada ruam, warna kulit sawo matang, tidak ada bercak-bercak kehitaman
(perawat mendokumentasikan)
Perawat : Baiklah, Bu. Saya sudah selesai melakukan pemeriksaan fisik pada bayi ibu.
Dari semua pemeriksaan didapatkan hasil rata-rata normal akan tetapi bayi ibu
diindikasikan mengalami diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri, dengan
alasan mengacu pada gejala yang tampak pada bayi ibu yaitu BAB encer dan
berlendir, yang berlangsung selama 2 hari, suhu bayi ibu 38⁰. Nah bu, fokus
perencanaan tindakan yang akan dilakukan adalah uuntuk mencegah terjainya
dehidrasi, karena orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh
sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh. Untuk pencegahannya ibu bisa
memberi bayi banyak minum, ASI harus dilanjutkan dan minum antidiare
Ibu : baik sus
Perawat : baik bu, sebentar lagi saya akan membawakan obat oralit untuk bayi ibu,
yang mana gunanya untuk mempercepat berhentinya diare dan juga cairan
elektrolit sesuai denngan status dehidrasi bayi ibu. Baik bu apakah ada yang
ingin ditanyakan?
Ibu : tidak ada sus
Perawat : baiklah bu jika tidak ada yang ingin ditanyakan saya kembali keruang
perawat dulu ya bu dan jika nanti ibu perlu bantuin, ibu bisa panggil saya di
ruang perawat
Ibu : baik sus, terimakasih ya sus
Perawat : sama-sama bu, selamat siang

xxii
xxiii
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau
masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan utnuk
mengumpulkan data tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data
yang diperoleh dari riwayat pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan
status pasien, dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan.

Dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat teknik dasar yang perlu dipahami,
antara lain inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (ketukan), dan auskultasi
(mendengar). Pemeriksaan fisik bisa dilakukan pada seluruh bagian dari tubuh. Mulai
dari kepala sampai kaki untuk mengetahui adanya ketidaknormalan pada bayi dan anak..

B. Saran

Sebaiknya pada saat melakukan pemeriksaan fisik pada bayi dan balita harus
dilakukan dengan cermat dan teliti. Supaya dapat terdeteksi jika ada kelainan-kelainan
pada bayi dan balita. Selanjutnya, jika ada kelainan-kelainan yang tidak bisa diatasi,
sebaiknya kolaborasi dengan tenaga medis lain, atau di rujuk ke rumah sakit.

xxiv
DAFTAR PUSTAKA

iswanto, jhoni. 2017. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir. Kebidanan.


http://www.sumbarsehat.com/2017/08/pemeriksaan-fisik-bayi-baru-lahir.html?m=1
( diakses 31 Oktober 2021)

Anda mungkin juga menyukai