Anda di halaman 1dari 23

BUKU PANDUAN SKILL LAB

FK UNISSULA

Semester :5
Modul : Tumbuh Kembang
LBM :1
Topik ketrampilan : Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir dan neonatus

A. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Skills Lab


o Waktu skills lab adalah 100 menit online melalui zoom
o Mahasiswa telah menyaksikan video skill pemeriksaan fisik neonatus &
pemeriksaan reflex primitive neonatus yang tersedia di Google Classroom modul
Tumbuh Kembang
o Mahasiswa memperagakan PEMERIKSAAN FISIK NEONATUS menggunakan boneka
bayi dan alat yang telah disediakan secara mandiri (lihat ALAT).
o Instruktur memberikan penilaian dan feedback sesuai performa mahasiswa
o Penilaian dikirimkan menggunakan chat WA kepada dr. Afridatul L., MHPE
(082242562745)

B. Tujuan Pembelajaran
 Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik pada neonatus secara lege artis,
termasuk refleks primitif pada neonatus

C. Rencana Pembelajaran
Waktu Skill 100 menit
Tugas Instruktur 30 menit pertama, Instruktur memberikan penjelasan terkait
pemeriksaan pada bayi baru lahir
50 menit berikutnya, instruktur mendampingi mahasiswa

1
memperagakan tehnik pemerksaan bayi baru lahir
20 menit terakhir, instruktur memberikan feedback terhadap
performance mahasiswa dalam pemeriksaan bayi baru lahir
Tugas Mahasiswa 30 menit pertama, mahasiswa mendengarkan penjelasan
terkait pemeriksaan pada bayi baru lahir
50 menit berikutnya, mahasiswa didampingi instruktur
memperagakan teknik pemerksaan bayi baru lahir
20 menit terakhir, mahasiswa mendengarkan feedback dari
instruktur terhadap performance mahasiswa dalam
pemeriksaan bayi baru lahir

D. Latar Belakang
Infeksi masih menjadi masalah utama dalam pelayanan dan perawatan neonatal.
Dan morbiditas serta mortalitasnya masih tinggi. Berdasarkan WHO (1999), 42%
kematian neonatus adalah disebabkan infeksi saluran nafas, tetanus, sepsis, saluran
cerna. American Academy Pediatry (AAP) menyatakan bahwa 2% bayi terinfeksi
intrauterine. Data lain menyebutkan bahwa insidensi sepsis di Negara berkembang
cukup tinggi : 10-12/1000 (Negara maju 1-5/1000 kelahiran) sedangkan kematiannya
13-50%. Maka dari itu perlu dilakukan deteksi dini terhadap adanya gejala infeksi yang
salah satunya melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir

E. Dasar Teori

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada neonatus, harus dilakukan anamnesis


yang cermat untuk mengetahui hal-hal berikut:
 Riwayat terdapatnya penyakit keturunan
 Riwayat kehamilan-kehamilan sebelumnya
 Riwayat kehamilan sekarang
 Riwayat persalinan sekarang

2
Informasi ini akan sangat membantu dalam menilai kelainan yang ditemukan pada
pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan bayi perlu dilakukan dalam keadaan telanjang di bawah lampu yang
terang, yang juga berfungsi sebagai pemanas untuk mencegah kehilangan panas.
Tangan serta alat yang dipergunakan untuk pemeriksaan fisik harus bersih dan hangat.
Pemeriksaan fisik pada neonatus dilakukan paling kurang 3 kali, yakni: (1) pada saat
lahir; (2) pemeriksaan lanjutan yang dilakukan dalam 24 jam atau pada hari
berikutnya; (3) pemeriksaan pada waktu pulang.

1. Pemeriksaan pada saat lahir


Tujuan pemeriksaan pada saat lahir adalah:
 Untuk menilai adaptasi neonatus dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin
 Untuk mencari kelainan kongenital terutama yang perlu penanganan segera

a. Penilaian adaptasi neonatus

Penilaian terhadap adaptasi neonatus dilakukan dengan cara menghitung nilai


Apgar (Apgar score). Cara ini telah digunakan secara luas di seluruh dunia. Kriteria
yang dinilai adalah (1) laju jantung, (2) usaha bernapas, (3) tonus otot, (4) refleks
terhadap rangsangan, dan (5) warna kulit. Setiap kriteria diberi nilai 0, 1, dan 2
(Tabel 1.)
Tabel 1. Nilai APGAR
Tanda 0 1 2
Laju jantung Tidak ada < 100 > 100
Tidak ada Lambat Menangis
Usaha bernapas kuat
Tonus otot Lumpuh Ekstremitas fleksi Gerakan aktif
Refleks Tidak bereaksi sedikit
Gerakan sedikit Reaksi
Warna kulit Seluruh tubuh Tubuh melawan
Seluruh tubuh
biru/pucat kemerahan, kemerahan
ekstremitas biru
Nilai ini disebut nilai APGAR, sesuai dengan nama orang yang untuk pertama kali
memperkenalkan sistem penilaian ini, yakni Dr. Virginia APGAR. Penilaian ini
dilakukan pada menit pertama setelah lahir yang memberikan petunjuk adaptasi
neonatal. Neonatus yang beradaptasi dengan baik mempunyai nilai Apgar antara 7

3
sampai 10. Nilai 4 sampai 6 menunjukkan keadaan asfiksia ringan sampai sedang,
sedangkan nilai 0-3 menunjukkan derajat asfiksia yang berat.

Penilaian Apgar ini perlu diulangi setelah 5 menit untuk mengevaluasi apakah
tindakan resusitasi kita sudah adekuat. Bila belum, perlu dilakukan pemeriksaan
penunjang lain. Nilai APGAR 5 menit ini mempunyai nilai prognostik, oleh karena
berhubungan dengan morbiditas neonatal.

b. Mencari kelainan kongenital

Pada anamnesis perlu ditanyakan apakah ibu menggunakan obat-obat teratogenik,


terkena radiasi, atau infeksi virus pada trimester pertama. Juga ditanyakan apakah
ada kelainan bawaan pada keluarga. Di samping itu, perlu diketahui apakah ibu
menderita penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan janin, seperti misalnya
diabetes melitus, asma bronkial dan sebagainya. Sebelum memeriksa bayi perlu
diperiksa cairan amnion, tali pusat, dan plasenta.

c. Cairan amnion

Volume cairan amnion perlu diukur atau diperkirakan. Bila volumenya lebih dari
obstruksi padairaktus intestinalis bagian atas, anensefalus, bayi dari ibu diabetes
atau eklamsia. Oligohidramnion berhubungan dengan agenesis renal bilateral atau
sindrom Potter. Pada oligohidramnion perhatikan juga ekstremitas bawah akan
kemungkinan adanya pes equinovarus atau valgus kongenital.

d. Plasenta

Plasenta harus ditimbang dan perhatikanlah adanya perkapuran, nekrosis, dan


sebagainya. Pada bayi kembar harus diteliti apakah terdapat satu atau dua korion
(untuk menentukan kembar identik atau tidak). Juga perlu diperhatikan adanya
anastomosis vaskular antara kedua amnion; bila ada perlu dipikirkan kemungkinan
terjadi transfusi feto-fetal.

e. Tali pusat

Perlu diperhatikan kesegaran tali pusat, ada tidaknya simpul pada tali pusat. Pada
potongan tali pusat diperhatikan apakah ada satu versa dan dua arteri. Kurang lebih

4
1% dari neonatus hanya mempunyai satu arteri umbilikalis dan 15% dari padanya
mempunyai satu atau lebih kelainan kongenital terutama pada sistem pencernaan,
urogenital, respiratorik, atau kardiovaskular.

Setelah pemeriksaan cairan amnion, plasenta dan tali pusat kemudian dilakukan
pemeriksaan bayi secara cepat tetapi menyeluruh.

f. Berat lahir dan masa kehamilan

Kejadian kelainan kongenital pada bayi kurang bulan adalah 2 kali lebih banyak
dibanding pada bayi cukup bulan, dan pada bayi kecil untuk masa kehamilan
kejadian kelainan kongenital tersebut sampai 10 kali lebih besar.

g. Mulut

Pada pemeriksaan mulut perhatikan apakah terdapat labio-gnato-palatoskisis. Juga


harus diperhatikan apakah terdapat hipersalivasi yang mungkin disebabkan oleh
adanya atresia esofagus. Pemeriksaan akan patennya esofagus dilakukan dengan
memasukkan kateter ke dalam lambung. Bila kateter masuk ke dalam lambung,
masukkan 5-10 nil udara dan dengan stetoskop akan terdengar bunyi udara masuk
ke dalam lambung; dengan demikian akan tersingkir atresia esofagus. Kemudian
cairan amnion di dalam lambung diaspirasi. Bila terdapat cairan melebihi 30 nil
pikirkan kemungkinan atresia usus bagian atas. Pemeriksaan patennya esofagus
dianjurkan pada setiap bayi yang kecil untuk masa kehamilan, arteri umbilikalis
hanya satu, polihidramnion, atau hipersalivasi.

Mulut dan mandibula akan tertarik ke bawah dan garis nasolabialis akan kurang
tampak pada daerah yang sehat (sebaliknya pada paresis N. fasialis). Facia 20
persen keadaan seperti ini dapat ditemukan kelainan kongenital berupa kelainan
kardiovaskular dan dislokasi panggul kongenital.

h. Anus

Perhatikanlah adanya anus imperforata dengan memasukkan termometer ke dalam


anus. Bila ada atresia perhatikan apakah ada fistula rekto-vaginal.

5
i. Kelainan pada garis tengah

Perlu dicari kelainan pada garis tengah berupa spina bifida, meningomielokel, sinus
pilonidalis, genitalia yang ambigus, eksomfalus, dan lain lain.

j. Jenis kelamin

Biasanya orangtua ingin segera mengetahui jenis kelamin anaknya. Bila terdapat
keraguan, misalnya pembesaran klitoris pada bayi perempuan atau terdapatnya
hipospadia atau epispadia pada bayi lelaki, sebaiknya pemberitahuan jenis kelamin
ditunda sampai dilakukan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan kromosom.

2. Pemeriksaan lanjutan
Pemeriksaan lanjutan dilakukan setelah neonatus berada dalam keadaan stabil.
Pemeriksaan lanjutan ini terdiri dari pemeriksaan umum, pemeriksaan sistetnatik
secara rinci, dan pemeriksaan usia kehamilan.

3. Pemeriksaan umum
(a). Warna kulit

Warna kulit neonatus normal adalah kemerahan, kadang-kadang terlihat


siannsis pada ujung-ujung jari pada hari pertama. Bila terdapat sianosis pada
seluruh tubuh pikirkan kemungkinan kelainan jantung bawaan sianotik atau
methemoglobinemia. Warna kulit yang pucat terdapat pada anemia berat atau
asfiksia palida. Pletora tampak pada polisitemia.

Warna kulit yang kuning disebabkan oleh kadar bilirubin yang tinggi dalam
serum darah, atau pewarnaan oleh mekonium. Kenaikan kadar bilirubin indirek
rnernberi warna kuning-jingga sedang penumpukan bilirubin direk memberikan
warna kuning kehujauan.
(b). Keaktifan

Keaktifan neonatus dinilai dengan melihat posisi dan gerakan tungkai dan
lengan. Pada neonatus cukup bulan yang sehat, posisi ekstremitas adalah dalam
keadaan fleksi, sedang gerakan tungkai dan Iengannya aktif dan simetris. Bila
ada asimetri pikirkan terdapatnya kelumpuhan atau patah tulang. Apabila

6
neonatus diam saja, mungkin terdapat depresi susunan saraf pusat atau akibat
obat, akan tetapi masih mungkin juga bayi dalam keadaan tidur nyenyak.
(c). Tangisan bayi

Tangisan bayi dapat memberikan keterangan keadaan bayi, misalnya tangisan


yang melengking menunjukkan bayi dengan kelainan neurologis, sedangkan
tangisan yang lemah atau merintih terdapat pada bayi dengan kesukaran
pernapasan.
(d). Wajah neonatus

Wajah neonatus dapat menunjukkan kelainan yang khas misalnya wajah pasien
sindrom Down, sindrom Pierre-Robin, kretinisme, dan sebagainya.
(e). Keadaan gizi

Keadaan gizi neonatus dinilai dari berat badan serta panjang badannya
disesuaikan dengan masa kehamilan, tebal lapisan subkutan, serta kerutan pada
kulit.
(f). Suhu

Suhu tubuh neonatus diukur pada rektum. Suhu neonatus normal adalah di
antara 36,5-37,5 ºC. Suhu yang meninggi dapat ditemukan pada dehidrasi,
gangguan serebral, infeksi, atau kenaikan suhu lingkungan. Kenaikan suhu
merata biasanya disebabkan oleh kenaikan suhu lingkungan, apabila ekstremitas
dingin dan tubuh panas, kemungkinan besar disebabkan oleh sepsis. Perlu
diingat bahwa infeksi pada neonatus (termasuk sepsis) dapat tidak disertai
kenaikan suhu tubuh, bahkan sering terjadi hipotermia.

4. Faktor penting untuk diperhatikan


A. Pemeriksaan pada neonatus harus didahului dengan anamnesis yang lengkap
tentang riwayat kehamilan sebelumnya, riwayat kehamilan sekarang, dan
riwayat kelahiran bayi. Terdapatnya penyakit keturunan pada keluarga perlu
diteliti.
B. Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir terdiri pemeriksaan cepat segera setelah

7
lahir, pemeriksaan lanjutan yang dilakukan dalam 24 jam pascalahir, dan
pemeriksaan saat bayi akan dibawa pulang
C. Sebelum dan setelah memeriksa neonatus tangan pemeriksa harus dicuci
dengan sabun atau larutan antiseptik.
D. Semua hasil pemeriksaan harus dikomunikasikan dengan orangtua bayi,
demikian pula rencana pemeriksaan selanjutnya.

E. Prosedur Ketrampilan Pemeriksaan Fisik


1. Pemeriksaan secara rinci
a. Kulit

Kulit neonatus cukup bulan ditutupi oleh semacam zat yang bersifat
seperti lemak yang disebut verniks kaseosa, yang berfungsi sebagai pelumas
serta sebagai isolasi panas. Tebal jaringan subkutan pada neonatus cukup
bulan adalah sekitar 0,25 sampai 0,5 cm. Edema sering terlihat pada
neonatus baik cukup bulan maupun kurang bulan pada daerah presentasi.

Cukup bulan. Perhatikan terdapatnya petekie atau ekimosis yang dapat


disebabkan trauma lahir atau oleh sepsis, penyakit perdarahan, atau
trombositopenia.

Perhatikan terdapatnya tumor di kulit. Catat ukuran, bentuk,


konsistensi serta warnanya. Perhatikan apakah ada kelainan bawaan lain
pada kulit. Turgor kulit yang jelek atau kulit yang keriput menandakan
terdapatnya dehidrasi atau gizi yang buruk. Pada lebih kurang 40% neonatus
cukup bulan, di kulit hidung dan pipi terlihat bintik-bintik putih kekuningan
yang disebut main, yaitu kista epidermal yang berisi materi keratin, yang
biasanya menghilang dalam beberapa minggu. Kadang di daerah sekitar dahi
dan ketiak terlihat rniliara kristalina yaitu vesikula jernih yang disebabkan
oleh retensi keringat akibat obstruksi saluran keringat.

8
b. Kepala dan leher Kepala

Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala


tumpang tindih karena molding. Keadaan ini akan normal kembali setelah
beberapa hari sehingga ubun-ubun besar dan kecil mudah diraba. Pada
pemeriksaan ubun-ubun perlu diperhatikan ukuran dan ketegangannya.
Perhatikan terdapatnya kelainan yang disebabkan trauma lahir, seperti
kaput suksedaneum, hematoma sefal, perdarahan subaponeurotik atau
fraktur tulang tengkorak. Lihat Gambar 1. Kaput suksedaneum adalah edema
pada kulit kepala, lunak tidak berfluktuasi, batasnya tidak tegas dan
menyeberangi sutura, dan akan hilang dalam beberapa hari. Hematoma sefal
tidak tampak pada hari pertama karena tertutup oleh kaput suksedaneum.
Konsistensi hematoma sefal ini lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi
tulang tengkorak, jadi tidak menyeberangi sutura. Bila hematoma sefal
menyeberangi sutura berarti terdapat fraktur tulang tengkorak. Hematoma
sefal akan mengalami kalsifikasi setelah beberapa hari, dan akan menghilang
sempurna dalam waktu 2-6 bulan. Perdarahan subaponeurotik terjadi oleh
karena pecahnya vena yang menghubungkan jaringan di luar dengan sinus-
sinus dalam tengkorak. Perdarahan ini dapat terjadi pada tlap persalinan
yang diakhiri dengan alat. Biasanya batasnya tidak tegas sehingga bentuk
kepala dapat tampak asimetris. Pada perabaan sering ditemukan fluktuasi
dan juga terdapat edema. Bila berat, kelainan ini dapat mengakibatkan
renjatan, anemia atau hiperbilirubinemia.

Perhatikan pula terdapatnya kelainan kongenital seperti anensefali,


mikrosefali, kraniotabes, dan sebagainya. Untuk memastikan apakah
terdapat perdarahan intrakranial atau hidosefalus diperlukan pemeriksaan
USG (atau transiluminasi bila alat USG tidak ada, tetapi ini hanya dapat
melihat adanya hidrosefalus).

9
c. Wajah

Seringkali wajah neonatus tampak asimetris, oeh karena posisi janin


intrauterin. Kelainan wajah yang khas terdapat pada beberapa sindrom
seperti sindrom Down.

(a) (b) (c)


Gambar 1. (a) Kaput suksedaneum; (b) hematoma sefal; (c) perdarahan
subaponeurotik

d. Mata

Pemeriksaan mata neonatus seringkali sulit dilakukan karena


biasanya matanya tertutup. Dengan menggoyangkan kepalanya secara
perlahan-lahan mata neonatus akan terbuka, sehingga dapat diperiksa.
Mikroftalmia kongenital dapat ditemukan dengan cara inspeksi dan palpasi.
Glaukonra kongenital mulanya terlihat sebagai pembesaran, kemudian
sebagai kekeruhan kornea. Katarak kongenital dapat mudah terlihat sebagai
pupil yang berwarna putih. Trauma pada mata terlihat sebagai edema
palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina. Perhatikanlah adanya sekret
mata. Konjungtivitis oleh kuman gonokok dapat cepat menjadi panoftalmia
dan menyebabkan buta.
e. Telinga

Pada neonatus cukup bulan telah cukup terbentuk tulang rawan


sehingga bentuk telinga dapat dipertahankan. Perhatikanlah letak daun

10
telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada
neonatus dengan sindrom tertentu antara lain sindrom Pierre-Robin. Sinus
yang terdapat di depan telinga adalah sisa dari branchial cleft, kadang
terlihat auricle tag. Karena sulit, ada kecenderungan untuk tidak memeriksa
membrana timpani pada neonatus, padahal otitis media.
f. Hidung

Neonatus bernapas melalui hidung, bila is bernapas melalui mulut


maka harus dipikirkan kemungkinan terdapatnya obstruksi jalan napas oleh
karena atresia koana bilateral atau fraktur tulang hidung atau ensefalokel
yang menonjol ke nasofaring. Pernapasan cuping hidung menunjukkan
adanya gangguan paru. Lubang hidung sering tersumbat oleh mukus. Bila
terdapat sekret yang mukopurulen yang kadang-kadang berdarah perlu
dipikirkan sifilis kongenital.
g. Mulut

Pemeriksaan mulut dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Dengan


inspeksi dapat dilihat adanya labio dan gnatoskisis, adanya gigi atau ranula,
yaitu kista lunak yang berasal dari dasar mulut. Perhatikan lidah apakah
membesar seperti pada sindrom Beckwith atau selalu bergerak seperti pada
sindrom Down. Neonatus dengan edema otak atau tekanan intrakranial
meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanpa Foote). Secara palpasi
dapat dideteksi terdapatnya high arch palate, palatoskisis, dan baik atau
tidaknya refleks isap.

Sebelum bayi berumur 2 bulan saliva bayi sedikit. Bila terdapat


hipersalivasi pada neonatus perlu dipikirkan kemungkinan atresia esofagus
dengan atau tanpa fistula trakeo-esofagus.
h. Leher

Leher neonatus tampak pendek akan tetapi pergerakannya baik.


Apabila terdapat keterbatasan pergerakan perlu dipikirkan kelainan tulang
leher. Tumor di daerah leher seperti tiroid, hemangioma, higroma kistik,

11
selain merupakan masalah sendiri dapatjuga menekan trakea sehingga
memerlukan tindakan segera.

Trauma leper dapat terjadi pada persalinan yang sulit. Trauma leher
ini dapat menyebabkan kerusakan pleksus brakialis sehingga terjadi paresis
pada tangan, lengan, atau diafragma. Dapat terjadi perdarahan m.
sternokleidomastoideus yang apabila tidak ditangani dengan baik dapat
menyebabkan tortikolis. Perhatikan pula terdapatnya webbed neck yang
terdapat pada beberapa kelainan kongenital antara lain pada sindrom
Turner.
i. Dada
1. Inspeksi

Bentuk dada neonatus adalah seperti tong. Pektus ekskavatum atau


karinatum sexing membuat orangtua khawatir, padahal biasanya tidak
mempunyai arti klinis. Pada respirasi normal dinding dada bergerak
bersama dengan dinding perut. Apabila terdapat gangguan pernapasan
terlihat pernapasan vane. oaradoksal dan retraksi.

Laju napas normal neonatus berkisar antara 40-60 kali per menit.
Penghitungan harus dilakukan satu menit penuh, oleh karena sering terdapat
periodic breathing. Periodic breathing adalah pola pernapasan pada
neonatus, terutama prematur, yang ditandai dengan henti napas yang
berlangsung kurang dari 20 detik, dan terjadi secara berkala. Perhatikan juga
tipe pernapasan neonatus. Kelenjar payudara neonatus, baik pada wanita
atau lelaki akibat pengaruh hormon pada ibu kadang-kadang tampak
membesar dan scringkali disertai dengan sekresi asir susu. Luas areola dan
tebal jaringan payudara dipakai untuk menilai usia kehamilan. Kadang
ditemukan puting susu berlebih (super mammary nipples).

12
2. Palpasi

Dengan palpasi kita dapat menemukan fraktur klavikula serta meraba


iktus kordis untuk menentukan posisi jantung (adanya dekstrokardia atau
dekstroposisi).
3. Perkusi
Pada pemeriksaan neonatus jarang dilakukan perkusi dada.
4. Auskultasi
Laju jantung dihitung selama satu menit penuh dengan menggunakan
stetoskop. Laju jantung normal adalah 120-160 kali per menit dan
dipengaruhi oleh aktivitas bayi. Bising jantung seringkali terdengar pada
neonatus, tetapi ini belum berarti terdapat penyakit jantung bawaan.
Sebaliknya tidak terdengarnya bising jantung tidak menyingkirkan
kemungkinan terdapatnya penyakit jantung bawaan. Bunyi napas neonatus
adalah bronkovesikular; kadang dapat terdengar ronki pada akhir inspirasi
panjang. Terdengarnya bising usus di daerah dada menunjukkan adanva
hernia diafragniatika.
j. Abdomen

Dinding perut neonatus lebih datar daripada dinding dadanya. Bila perut sangat
cekung, pikirkan kemungkinan terdapatnya hernia diafragmatika. Abdomen yang
membuncit mungkin disebabkan hepato-splenomegali atau tumor lainnya ataupun
cairan didalam rongga perut. Bila perut bayi kembung harus diteliti kemungkinan
enterokolitis nekrotikans, perforasi usus atau ileus. Perhatikan adanya gastroskisis.
ekstrofia vesikalis, omfalokel, atau duktus omfaloenterikus persisten, tumor lain
pada dinding perut. Omfalokel perlu dibedakan dari gastroskisis, yaitu kegagalan
dinding perut untuk menutup akibat defek pada muskulus rektus abdominis.
Kelainan bawaan lain yang perlu diperhatikan adalah sindrom prune belly.

Hati biasanya teraba 2 sampai 3 cm di bawah arkus kosta kanan. Limpa juga
bawahnya berada di abdomen bagian bawah, misalnya pada eritroblastosis fetalis.
Dengan palpasi yang dalam ginjal dapat diraba apabila posisi bayi telentang dan

13
tungkai bayi dilipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi. Batas
bawah ginjal dapat diraba setinggi umbilikus di antara garis tengah dan tepi perut.
Biasanya bagian ginjal yang dapat diraba sekitar 2-3 cnl. Pembesaran ginjal dapat
disebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan, atau trombosis vena renalis. Trauma
pada abdomen oleh karena kelahiran yang sukar, misalnya pada letak sungsang,
dapat mengakibatkan perdarahan hati, limpa, atau kelenjar adrenal. Bila terdapat
kecurigaan kelainan dalam perut, pemeriksaan USG akan banyak membantu.
k. Genitalia eksterna

Pada bayi perempuan cukup bulan labia minora tertutup oleh labia mayora, dan
ini adalah salah satu kriteria untuk menilai usia kehamilan neonatus. Lubang uretra
terpisah dari lubang vagina; bila hanya terdapat satu lubang berarti ada kelainan.
Kadang-kadang tampak sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh
pengaruh hormon ibu (wihdrawal bleeding).

Pada bayi lelaki sering terdapat fimosis. Ukuran penis bayi berkisar antara 3-4
cm (panjang) dan 1-1,3 cm (lebar). Hipospadia adalah kelainan yang tidak jarang
ditemukan, yang dapat berupa defek di bagian ventral ujung penis saja atau berupa
defek sepanjang penisnya. Epispadia yaitu defek pada dorsum penis lebih jarang
ditemukan, dan merupakan varian ekstrofia kandung kencing.

Skrotuni bayi biasanya besar dan mempunyai banyak rugae. Hidrokel seringkali
ditemukan dan harus dibedakan dari hernia inguinalis. Testis biasanya sudah turun
ke dalam skrotum pada bayi cukup bulan; pada bayi kurang bulan tidak jarang
terdapat kriptorkismus (testis yang belum turun ke dalam kantong skrotum). Torsi
testis dapat terjadi in utero dan dapat dilihat pada saat lahir berupa testis yang
membesar dan keras.

Kadang-kadang sulit menentukan jenis kelamin neonatus, misalnya pada bayi


perempuan terdapat klitoris yang sangat besar dan labia mayoranya berfusi serta
berpigmen banyak; atau pada bayi lelaki terdapat penis kecil dengan hipospadia dan
skrotum terpisah. Dalam keadaan ini perlu pemeriksaan kromatin seks atau
kromosorn seks. Trauma di daerah genitalia eksterna seringkali ditemukan pada

14
kelahiran sungsang dan dapat berupa perdarahan ke dalam rongga skrotum atau
testis atau otol-otot pelvis.
l. Anus

Pemeriksaan anus bukan hanya untuk mengetahui ada atau tidaknya atresia ani,
melainkan juga untuk mengetahui posisinya. Kadang-kadang fistula yang besar
dapat dianggap sebagai anus yang normal, tetapi apabila diperhatikan benar-benar
pengeluaran mekonium biasanya terjadi dalam 24 jam pertama. Bila setelah 48 jam
belum juga keluar mekonium, perlu dipikirkan kemungkinan mekonium plug
syndrome, megakolon, atau obstruksi saluran pencernaan. Mekonium yang keluar in
utero pada bayi yang letak kepala adalah salah sate tanda gawat janin. Bila terdapat
darah dalam mekonium perlu dibedakan apakah darah berasal dari bayi atau dari
darah ibu yang tertelan. Cara membedakannya adalah dengan uji Apt yaitu dengan
meneteskan basa kuat (NaOH atau KOH); darah ibu akan mengalami hemolisis
sedangkan darah bayi tidak, oleh karena darah neonatus resisten terhadap alkali.
m. Tulang belakang dan ekstremitas

Untuk pemeriksaan tulang belakang, neonatus diletakkan dalam posisi


tengkurap. Tangan pemeriksa meraba sepanjang tulang belakang untuk mencari
terdapatnya skoliosis, meningokel, spina bifida, spina bifida okulta, atau sinus
pilonidalis.

Perhatikan pergerakan ekstremitas. Apabila ada asimetri pikirkan kemungkinan


adanya patah tulang atau kelumpuhan saraf. Patah tulang yang multipel terdapat
pada osteogenesis imperfekta. Kelumpuhan pada lengan mungkin disebabkan oleh
fractur humerus atau kelumpuhan Erb, yaitu kerusakan pada saraf servikal 5 dan 6.
Kelumpuhan pada tangan dapat disebabkan oleh paralisis Klumpke yaitu kerusakan
pada saraf servikal 7 dan torakal I. Paralisis kedua tungkai dapat disebabkan oleh
trauma berat atau kelainan bawaan di tulang belakang,

Tonus ekstremitas juga perlu diperhatikan, Iiipotonia umum (floppy infant)


biasa disebabkan oleh kelainan susunan saraf pusat. Perhatikanlah posisi kedua
kaki, apakah ada pes equinovarus atau valgus. Juga keadaan jari-jari tangan dan kaki

15
apakah ada polidaktili, sindaktili, atau claw-hand atau claw feet. Periksa juga adanya
dislokasi terutama dislokasi pangguI, dengan cara Ortholani (Gambar 2.).

Gambar 2. Pemeriksaan Ortholani. (A) Jari-jari pemeriksa diletakkan pada


trokanter bayi. sedangkan ibu jari memegang femur. Dilakukan
abduksi pada kedua paha; bersamaan dengan itu kedua femur diangkat
ke depan. Bila terdapat dislokasi kaput femoris akan teraba. (B) Kedua
paha bayi dilakukan aduksi; bila terdapat dislokasi kaput femoris akan
terlihat dan teraba kaput femoris masuk ke asetabulum.

n. Ukuran antropometrik

Neonatus cukup bulan yang sesuai untuk masa kehamilannya mempunyai


ukuran badan sebagai berikut:
 berat antara 2500 sampai 4000 gram
 panjang 45 sampai 54 cm
 lingkaran kepala 33 sampai 37 cm
 lingkaran dada biasanya 2 cm lebih kecil dari lingkaran kepala.

Perlu diukur panjang kepala-simfisis dan simfisis-kaki untuk menilai proporsi


tubuh bayi, agar kelainan seperti akondroplasia dapat dideteksi.

2. Pemeriksaan neurologis

Refleks primitif

a. Refleks Moro :
Adalah suatu reaksi kejutan dengan menimbulkan perasaan jatuh pada bayi
dalam posisi telentang, kemudian kepalanya dibiarkan jatuh dengan cepat

16
beberapa sentimeter dengan hati – hati ke tanga pemeriksa. Bayi akan kaget
dengan lengan direntangkan dalam posisi abduksi ekstensi dan tangan
terbuka disusul dengan gerakan lengan adduksi dan fleksi. Kalau tidak ada
reaksi merentangkan lengan sama sekali berarti abnormal, demikian pula
kalau rentangan lengan asimetris.

b. Refleks Tonic Neck


Bayi diletakkan dalam posisi telentang, kepala digaris tengan dan anggota
gerak dalam posis fleksi, kemudian kepala ditolehkan kekanan, maka akan
terjadi ekstensi pada anggota gerak sebelah kanan, dan fleksi pada anggota
gerak sebelah kiri. Yang selalu terjadi adalah ekstensi lengan, tungkai tidak
selalu ekstensi dan fleksi anggota gerak kontra lateral juga tidak selalu
terjadi. Setelah selesai ganti kepala dipalingkan kekiri. Tonus ekstensor
meninggi pada anggota gerak arah muka berpaling. Tonus fleksor anggota
gerak kontralateral meninggi.

c. Refleks Plantar Grasp

Caranya dengan meletakkan sesuatu (misalnya jari pemeriksa) pada telapak


kaki pasien, maka akan terjadi fleksi jari – jari kaki.

d. Refleks Palmar Grasp

Dengan meletakkan sesuatu pada telapak tangan bayi, terjadi fleksi jari – jari
tangan

e. Refleks Rooting

Dengan merangsang pada sudut bibir bayi, maka bayi akan menoleh kearah
rangsangan

f. Refleks Sucking(menghisap)

Dengan memasukkan jari kelingking kedalam mulut bayi, kemudian palatum


durum dirangsang, maka bayi akan menghisap kuat.

17
3. Pemeriksaan usia kehamilan

Usia kehamilan neonatus dapat dinilai dengan beberapa cara, termasuk dengan
menghitungnya dari hari pertama haid terakhir sampai saat kelahiran, atau dengan
cara ultrasonografi. Yang sering dipakai sekarang adalah pemeriksaan menurut
Dubowitz yang menilai 11 kriteria klinis dan 10 kriteria neurologis. Namun cara
pemeriksaan ini kurang praktis untuk digunakan di lapangan dan mengganggu.

Mengetahui usia kehamilan dan keadaan gizi neonatus sangat penting untuk
dapat mengkategorikan neonatus apakah cukup bulan, kurang bulan, atau lebih
bulan dan apakah sesuai, lebih kecil, atau lebih besar untuk usia kehamilannya.

4. Pemeriksaan pada waktu memulangkan

Pada waktu memulangkan dilakukan lagi pemeriksaan untuk meyakinkan


bahwa tidak ada kelainan kongenital atau kelainan akibat trauma yang
terliwatkan. Perlu diperhatikan:
 Susunan saraf pusat : aktivitas bayi, ketegangan ubun-ubun
 Kulit : Adanya ikterus, piodermia
 Jantung : Adanya bising yang baru timbul kemudian
 Abdomen : Adanya tumor yang tidak terdeteksi sebelumnya
 Tali pusat : Adanya infeksi
Di samping itu perlu diperhatikan apakah bayi sudah pandai menyusu
dan ibu sudah mengerti cara pemberian ASI yang benar.

18
F. SKENARIO
Seorang bayi perempuan lahir 24 jam dari ibu G1P1A0, aterm, ANC (+), ANB (-),
trauma (-), Penyakit kehamilan (-), KK (-) >18 jam, jernih, jumlah sedikit, bau khas.
Lahir bayi dengan BBL 3200 gr di VK dengan vakum ekstraksi atas indikasi KPD,
ditolong SpOG, bayi langsung menangis. APGAR score 10-10-10. Placenta lahir
spontan. Kotiledon lengkap, infark (-), hematoma (-).
Lakukan pemeriksaan fisik pada bayi tersebut.

19
G. CHECKLIST PEMERIKSAAN FISIK NEONATUS

Dilakukan
Kurang Tidak
No. Aspek Penilaian dengan
benar dilakukan
benar
1. Cuci tangan sebelum memegang bayi 2 1 0
2. Membaca basmalah 2 1 0
3. Buka seluruh pakaian bayi 2 1 0
4. Pemeriksaan umum: 2 1 0
a. Warna kulit: kemerahan, sianosis, kekuningan
b. Keaktifan (posisi dan gerakan
tungkai+lengan): posisi ekstremitas fleksi,
gerakan tungkai dan lengan aktif dan simetris;
asimetri pada lumpuh/patah tulang; diam
saja.
c. Tangisan: melengking, lemah, merintih
d. Wajah: khas sindrom Down, Pierre-Robin, dsb
e. Gizi
f. Suhu: normal, meninggi, menurun
5. Pemeriksaan fisik rinci: 2 1 0
a. Kulit: verniks, edema, tumor, turgor
b. Kepala:
1. Lingkar Kepala:
1.Mengambil midline/meteran
2.Mengukur mulai dari glabella, melingkari
protuberantia occipitalis eksterna,
kembali ke glabella lagi
3.Plot hasil pengukuran ke kurva
Nellhause (pilih sesuai jenis kelamin,
dan sesuaikan dengan kepala manekin)
4.Interpretasi hasil pengukuran:
 Mesosefal jika berada di -2<SD<+2
 Mikrosefal jika < -2SD
 Makrosefal jika > +2SD
2. UUB: diameter (UUB sudah menutup/belum),
kraniosinostosis, moulage, kaput
seccedaneum, sutura sagittalis sudah
menutup/belum
3. Wajah: Dismorfik, mongoloid, atau normal
4. Mata: hipertelorism

20
Dilakukan
Kurang Tidak
No. Aspek Penilaian dengan
benar dilakukan
benar
5. Telinga: low set ear, mikrotia,tragus tdk
terbentuk
6. Hidung: hidung pelana, deviasi septum, napas
cuping
7. Mulut: schisis (labioschisis, palatoschisis,
gnatoschisis, labiognatoschisis), high pitched
palate, makroglossia, mukosa mulut sianosis
8. Bibir : sianosis
9. Dagu: mikrognatia
c. LEHER: Pergerakan, tumor, webbed neck
6. Pemeriksaan DADA: 2 1 0
a. Inspeksi: laju napas, tipe napas
b. Palpasi: fraktur klavikula, iktus kordis
c. Perkusi: JARANG DILAKUKAN
d. Auskultasi: denyut jantung, bising jantung,
bunyi napas
7. Pemeriksaan ABDOMEN: 2 1 0
a. Inspeksi: hernia,omfalokel, gastroskisis,
prune belly
b. Palpasi: palpasi hepar, lien, ginjal
c. Perkusi: tympani
d. Auskultasi: bising usus
8. Pemeriksaan GENITALIA EKSTERNA& ANUS 2 1 0
9. Pemeriksaan EKSTREMITAS
10. Hamdalah 2 1 0
11 Kemampuan berkomunikasi dengan menerapkan
seluruh prinsip berikut:
1. mampu membina hubungan baik dengan pasien
secara verbal non verbal (ramah, terbuka, kontak
mata, salam, empati dan hubungan komunikasi
dua arah, respon)
2. mampu memberikan kesempatan pasien untuk
bercerita dan mengarahkan cerita
3. mampu untuk melibatkan pasien dalam
membuat keputusan klinik, pemeriksaan klinik.
4. mampu memberikan penyuluhan yang isinya
sesuai dengan masalah pasien

21
Dilakukan
Kurang Tidak
No. Aspek Penilaian dengan
benar dilakukan
benar
12 Aspek Profesionalisme
Meminta izin secara lisan dan melakukan di
bawah ini secara lengkap:
1. melakukan setiap tindakan dengan berhati-
hati dan teliti sehingga tidak membahayakan
pasien dan diri sendiri
2. memperhatikan kenyamanan pasien
3. melakukan tindakan sesuai prioritas
4. menunjukan rasa hormat kepada pasien
5. mengetahui keterbatasan dengan merujuk
atau melakukan konsultasi bila diperlukan

CHECKLIST PEMERIKSAAN NEUROLOGIS NEONATUS

Dilakukan
Kurang Tidak
No. Aspek Penilaian dengan
benar dilakukan
benar
1. Cuci tangan sebelum memegang bayi 2 1 0
2. Refleks MORO 2 1 0
a. Memposisikan bayi dalam keadaan
terlentang
b. Melakukan gerakan seolah-olah
menjatuhkan bayi ke dalam tangan
pemeriksa
c. Respon: bayi akan kaget dengan
lengan direntangkan dalam posisi
abduksi ekstensi dan tangan terbuka
 disusul gerakan lengan adduksi
dan fleksi.
3. Refleks TONIC NECK 2 1 0
a. Memposisikan bayi dalam keadaan
terlentang
b. Kepala ditolehkan ke KANAN
c. Respon: EKSTENSI anggota gerak
sebelah KANAN dan FLEKSI anggota
gerak sebelah KIRI

22
4. Refleks PLANTAR GRASP 2 1 0
a. Meletakkan sesuatu (misal jari
pemeriksa) pada TELAPAK KAKI
bayi
b. Respon: fleksi jari-jari kaki
5. Refleks PALMAR GRASP
a. Meletakkan sesuatu pada TELAPAK
TANGAN bayi
b. Respon : fleksi jari-jari tangan
6. Refleks ROOTING
a. Merangsang sudut bibir bayi dengan
meletakkan ujung jari pemeriksa
b. Respon: bayi menoleh ke arah
rangsangan
7. Refleks SUCKING:
a. Memasukkan jari kelingking
pemeriksa ke dalam mulut bayi
b. Merangsang palatum durum
c. Respon: Bayi akan menghisap kuat

E. Alat
 Boneka bayi
 Stetoskop
 Midline
 Kurva nellhause lingkar kepala
 Timbangan bayi

F. Referensi
1. Cory S.Matondang. 2003.Diagnosis Fisis pada Anak. Sagung Seto.
2. Buku Ajar Neurologi Anak.

23

Anda mungkin juga menyukai