FK UNISSULA
Semester :5
Modul : Tumbuh Kembang
LBM :1
Topik ketrampilan : Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir dan neonatus
B. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik pada neonatus secara lege artis,
termasuk refleks primitif pada neonatus
C. Rencana Pembelajaran
Waktu Skill 100 menit
Tugas Instruktur 30 menit pertama, Instruktur memberikan penjelasan terkait
pemeriksaan pada bayi baru lahir
50 menit berikutnya, instruktur mendampingi mahasiswa
1
memperagakan tehnik pemerksaan bayi baru lahir
20 menit terakhir, instruktur memberikan feedback terhadap
performance mahasiswa dalam pemeriksaan bayi baru lahir
Tugas Mahasiswa 30 menit pertama, mahasiswa mendengarkan penjelasan
terkait pemeriksaan pada bayi baru lahir
50 menit berikutnya, mahasiswa didampingi instruktur
memperagakan teknik pemerksaan bayi baru lahir
20 menit terakhir, mahasiswa mendengarkan feedback dari
instruktur terhadap performance mahasiswa dalam
pemeriksaan bayi baru lahir
D. Latar Belakang
Infeksi masih menjadi masalah utama dalam pelayanan dan perawatan neonatal.
Dan morbiditas serta mortalitasnya masih tinggi. Berdasarkan WHO (1999), 42%
kematian neonatus adalah disebabkan infeksi saluran nafas, tetanus, sepsis, saluran
cerna. American Academy Pediatry (AAP) menyatakan bahwa 2% bayi terinfeksi
intrauterine. Data lain menyebutkan bahwa insidensi sepsis di Negara berkembang
cukup tinggi : 10-12/1000 (Negara maju 1-5/1000 kelahiran) sedangkan kematiannya
13-50%. Maka dari itu perlu dilakukan deteksi dini terhadap adanya gejala infeksi yang
salah satunya melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir
E. Dasar Teori
2
Informasi ini akan sangat membantu dalam menilai kelainan yang ditemukan pada
pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan bayi perlu dilakukan dalam keadaan telanjang di bawah lampu yang
terang, yang juga berfungsi sebagai pemanas untuk mencegah kehilangan panas.
Tangan serta alat yang dipergunakan untuk pemeriksaan fisik harus bersih dan hangat.
Pemeriksaan fisik pada neonatus dilakukan paling kurang 3 kali, yakni: (1) pada saat
lahir; (2) pemeriksaan lanjutan yang dilakukan dalam 24 jam atau pada hari
berikutnya; (3) pemeriksaan pada waktu pulang.
3
sampai 10. Nilai 4 sampai 6 menunjukkan keadaan asfiksia ringan sampai sedang,
sedangkan nilai 0-3 menunjukkan derajat asfiksia yang berat.
Penilaian Apgar ini perlu diulangi setelah 5 menit untuk mengevaluasi apakah
tindakan resusitasi kita sudah adekuat. Bila belum, perlu dilakukan pemeriksaan
penunjang lain. Nilai APGAR 5 menit ini mempunyai nilai prognostik, oleh karena
berhubungan dengan morbiditas neonatal.
c. Cairan amnion
Volume cairan amnion perlu diukur atau diperkirakan. Bila volumenya lebih dari
obstruksi padairaktus intestinalis bagian atas, anensefalus, bayi dari ibu diabetes
atau eklamsia. Oligohidramnion berhubungan dengan agenesis renal bilateral atau
sindrom Potter. Pada oligohidramnion perhatikan juga ekstremitas bawah akan
kemungkinan adanya pes equinovarus atau valgus kongenital.
d. Plasenta
e. Tali pusat
Perlu diperhatikan kesegaran tali pusat, ada tidaknya simpul pada tali pusat. Pada
potongan tali pusat diperhatikan apakah ada satu versa dan dua arteri. Kurang lebih
4
1% dari neonatus hanya mempunyai satu arteri umbilikalis dan 15% dari padanya
mempunyai satu atau lebih kelainan kongenital terutama pada sistem pencernaan,
urogenital, respiratorik, atau kardiovaskular.
Setelah pemeriksaan cairan amnion, plasenta dan tali pusat kemudian dilakukan
pemeriksaan bayi secara cepat tetapi menyeluruh.
Kejadian kelainan kongenital pada bayi kurang bulan adalah 2 kali lebih banyak
dibanding pada bayi cukup bulan, dan pada bayi kecil untuk masa kehamilan
kejadian kelainan kongenital tersebut sampai 10 kali lebih besar.
g. Mulut
Mulut dan mandibula akan tertarik ke bawah dan garis nasolabialis akan kurang
tampak pada daerah yang sehat (sebaliknya pada paresis N. fasialis). Facia 20
persen keadaan seperti ini dapat ditemukan kelainan kongenital berupa kelainan
kardiovaskular dan dislokasi panggul kongenital.
h. Anus
5
i. Kelainan pada garis tengah
Perlu dicari kelainan pada garis tengah berupa spina bifida, meningomielokel, sinus
pilonidalis, genitalia yang ambigus, eksomfalus, dan lain lain.
j. Jenis kelamin
Biasanya orangtua ingin segera mengetahui jenis kelamin anaknya. Bila terdapat
keraguan, misalnya pembesaran klitoris pada bayi perempuan atau terdapatnya
hipospadia atau epispadia pada bayi lelaki, sebaiknya pemberitahuan jenis kelamin
ditunda sampai dilakukan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan kromosom.
2. Pemeriksaan lanjutan
Pemeriksaan lanjutan dilakukan setelah neonatus berada dalam keadaan stabil.
Pemeriksaan lanjutan ini terdiri dari pemeriksaan umum, pemeriksaan sistetnatik
secara rinci, dan pemeriksaan usia kehamilan.
3. Pemeriksaan umum
(a). Warna kulit
Warna kulit yang kuning disebabkan oleh kadar bilirubin yang tinggi dalam
serum darah, atau pewarnaan oleh mekonium. Kenaikan kadar bilirubin indirek
rnernberi warna kuning-jingga sedang penumpukan bilirubin direk memberikan
warna kuning kehujauan.
(b). Keaktifan
Keaktifan neonatus dinilai dengan melihat posisi dan gerakan tungkai dan
lengan. Pada neonatus cukup bulan yang sehat, posisi ekstremitas adalah dalam
keadaan fleksi, sedang gerakan tungkai dan Iengannya aktif dan simetris. Bila
ada asimetri pikirkan terdapatnya kelumpuhan atau patah tulang. Apabila
6
neonatus diam saja, mungkin terdapat depresi susunan saraf pusat atau akibat
obat, akan tetapi masih mungkin juga bayi dalam keadaan tidur nyenyak.
(c). Tangisan bayi
Wajah neonatus dapat menunjukkan kelainan yang khas misalnya wajah pasien
sindrom Down, sindrom Pierre-Robin, kretinisme, dan sebagainya.
(e). Keadaan gizi
Keadaan gizi neonatus dinilai dari berat badan serta panjang badannya
disesuaikan dengan masa kehamilan, tebal lapisan subkutan, serta kerutan pada
kulit.
(f). Suhu
Suhu tubuh neonatus diukur pada rektum. Suhu neonatus normal adalah di
antara 36,5-37,5 ºC. Suhu yang meninggi dapat ditemukan pada dehidrasi,
gangguan serebral, infeksi, atau kenaikan suhu lingkungan. Kenaikan suhu
merata biasanya disebabkan oleh kenaikan suhu lingkungan, apabila ekstremitas
dingin dan tubuh panas, kemungkinan besar disebabkan oleh sepsis. Perlu
diingat bahwa infeksi pada neonatus (termasuk sepsis) dapat tidak disertai
kenaikan suhu tubuh, bahkan sering terjadi hipotermia.
7
lahir, pemeriksaan lanjutan yang dilakukan dalam 24 jam pascalahir, dan
pemeriksaan saat bayi akan dibawa pulang
C. Sebelum dan setelah memeriksa neonatus tangan pemeriksa harus dicuci
dengan sabun atau larutan antiseptik.
D. Semua hasil pemeriksaan harus dikomunikasikan dengan orangtua bayi,
demikian pula rencana pemeriksaan selanjutnya.
Kulit neonatus cukup bulan ditutupi oleh semacam zat yang bersifat
seperti lemak yang disebut verniks kaseosa, yang berfungsi sebagai pelumas
serta sebagai isolasi panas. Tebal jaringan subkutan pada neonatus cukup
bulan adalah sekitar 0,25 sampai 0,5 cm. Edema sering terlihat pada
neonatus baik cukup bulan maupun kurang bulan pada daerah presentasi.
8
b. Kepala dan leher Kepala
9
c. Wajah
d. Mata
10
telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada
neonatus dengan sindrom tertentu antara lain sindrom Pierre-Robin. Sinus
yang terdapat di depan telinga adalah sisa dari branchial cleft, kadang
terlihat auricle tag. Karena sulit, ada kecenderungan untuk tidak memeriksa
membrana timpani pada neonatus, padahal otitis media.
f. Hidung
11
selain merupakan masalah sendiri dapatjuga menekan trakea sehingga
memerlukan tindakan segera.
Trauma leper dapat terjadi pada persalinan yang sulit. Trauma leher
ini dapat menyebabkan kerusakan pleksus brakialis sehingga terjadi paresis
pada tangan, lengan, atau diafragma. Dapat terjadi perdarahan m.
sternokleidomastoideus yang apabila tidak ditangani dengan baik dapat
menyebabkan tortikolis. Perhatikan pula terdapatnya webbed neck yang
terdapat pada beberapa kelainan kongenital antara lain pada sindrom
Turner.
i. Dada
1. Inspeksi
Laju napas normal neonatus berkisar antara 40-60 kali per menit.
Penghitungan harus dilakukan satu menit penuh, oleh karena sering terdapat
periodic breathing. Periodic breathing adalah pola pernapasan pada
neonatus, terutama prematur, yang ditandai dengan henti napas yang
berlangsung kurang dari 20 detik, dan terjadi secara berkala. Perhatikan juga
tipe pernapasan neonatus. Kelenjar payudara neonatus, baik pada wanita
atau lelaki akibat pengaruh hormon pada ibu kadang-kadang tampak
membesar dan scringkali disertai dengan sekresi asir susu. Luas areola dan
tebal jaringan payudara dipakai untuk menilai usia kehamilan. Kadang
ditemukan puting susu berlebih (super mammary nipples).
12
2. Palpasi
Dinding perut neonatus lebih datar daripada dinding dadanya. Bila perut sangat
cekung, pikirkan kemungkinan terdapatnya hernia diafragmatika. Abdomen yang
membuncit mungkin disebabkan hepato-splenomegali atau tumor lainnya ataupun
cairan didalam rongga perut. Bila perut bayi kembung harus diteliti kemungkinan
enterokolitis nekrotikans, perforasi usus atau ileus. Perhatikan adanya gastroskisis.
ekstrofia vesikalis, omfalokel, atau duktus omfaloenterikus persisten, tumor lain
pada dinding perut. Omfalokel perlu dibedakan dari gastroskisis, yaitu kegagalan
dinding perut untuk menutup akibat defek pada muskulus rektus abdominis.
Kelainan bawaan lain yang perlu diperhatikan adalah sindrom prune belly.
Hati biasanya teraba 2 sampai 3 cm di bawah arkus kosta kanan. Limpa juga
bawahnya berada di abdomen bagian bawah, misalnya pada eritroblastosis fetalis.
Dengan palpasi yang dalam ginjal dapat diraba apabila posisi bayi telentang dan
13
tungkai bayi dilipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi. Batas
bawah ginjal dapat diraba setinggi umbilikus di antara garis tengah dan tepi perut.
Biasanya bagian ginjal yang dapat diraba sekitar 2-3 cnl. Pembesaran ginjal dapat
disebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan, atau trombosis vena renalis. Trauma
pada abdomen oleh karena kelahiran yang sukar, misalnya pada letak sungsang,
dapat mengakibatkan perdarahan hati, limpa, atau kelenjar adrenal. Bila terdapat
kecurigaan kelainan dalam perut, pemeriksaan USG akan banyak membantu.
k. Genitalia eksterna
Pada bayi perempuan cukup bulan labia minora tertutup oleh labia mayora, dan
ini adalah salah satu kriteria untuk menilai usia kehamilan neonatus. Lubang uretra
terpisah dari lubang vagina; bila hanya terdapat satu lubang berarti ada kelainan.
Kadang-kadang tampak sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh
pengaruh hormon ibu (wihdrawal bleeding).
Pada bayi lelaki sering terdapat fimosis. Ukuran penis bayi berkisar antara 3-4
cm (panjang) dan 1-1,3 cm (lebar). Hipospadia adalah kelainan yang tidak jarang
ditemukan, yang dapat berupa defek di bagian ventral ujung penis saja atau berupa
defek sepanjang penisnya. Epispadia yaitu defek pada dorsum penis lebih jarang
ditemukan, dan merupakan varian ekstrofia kandung kencing.
Skrotuni bayi biasanya besar dan mempunyai banyak rugae. Hidrokel seringkali
ditemukan dan harus dibedakan dari hernia inguinalis. Testis biasanya sudah turun
ke dalam skrotum pada bayi cukup bulan; pada bayi kurang bulan tidak jarang
terdapat kriptorkismus (testis yang belum turun ke dalam kantong skrotum). Torsi
testis dapat terjadi in utero dan dapat dilihat pada saat lahir berupa testis yang
membesar dan keras.
14
kelahiran sungsang dan dapat berupa perdarahan ke dalam rongga skrotum atau
testis atau otol-otot pelvis.
l. Anus
Pemeriksaan anus bukan hanya untuk mengetahui ada atau tidaknya atresia ani,
melainkan juga untuk mengetahui posisinya. Kadang-kadang fistula yang besar
dapat dianggap sebagai anus yang normal, tetapi apabila diperhatikan benar-benar
pengeluaran mekonium biasanya terjadi dalam 24 jam pertama. Bila setelah 48 jam
belum juga keluar mekonium, perlu dipikirkan kemungkinan mekonium plug
syndrome, megakolon, atau obstruksi saluran pencernaan. Mekonium yang keluar in
utero pada bayi yang letak kepala adalah salah sate tanda gawat janin. Bila terdapat
darah dalam mekonium perlu dibedakan apakah darah berasal dari bayi atau dari
darah ibu yang tertelan. Cara membedakannya adalah dengan uji Apt yaitu dengan
meneteskan basa kuat (NaOH atau KOH); darah ibu akan mengalami hemolisis
sedangkan darah bayi tidak, oleh karena darah neonatus resisten terhadap alkali.
m. Tulang belakang dan ekstremitas
15
apakah ada polidaktili, sindaktili, atau claw-hand atau claw feet. Periksa juga adanya
dislokasi terutama dislokasi pangguI, dengan cara Ortholani (Gambar 2.).
n. Ukuran antropometrik
2. Pemeriksaan neurologis
Refleks primitif
a. Refleks Moro :
Adalah suatu reaksi kejutan dengan menimbulkan perasaan jatuh pada bayi
dalam posisi telentang, kemudian kepalanya dibiarkan jatuh dengan cepat
16
beberapa sentimeter dengan hati – hati ke tanga pemeriksa. Bayi akan kaget
dengan lengan direntangkan dalam posisi abduksi ekstensi dan tangan
terbuka disusul dengan gerakan lengan adduksi dan fleksi. Kalau tidak ada
reaksi merentangkan lengan sama sekali berarti abnormal, demikian pula
kalau rentangan lengan asimetris.
Dengan meletakkan sesuatu pada telapak tangan bayi, terjadi fleksi jari – jari
tangan
e. Refleks Rooting
Dengan merangsang pada sudut bibir bayi, maka bayi akan menoleh kearah
rangsangan
f. Refleks Sucking(menghisap)
17
3. Pemeriksaan usia kehamilan
Usia kehamilan neonatus dapat dinilai dengan beberapa cara, termasuk dengan
menghitungnya dari hari pertama haid terakhir sampai saat kelahiran, atau dengan
cara ultrasonografi. Yang sering dipakai sekarang adalah pemeriksaan menurut
Dubowitz yang menilai 11 kriteria klinis dan 10 kriteria neurologis. Namun cara
pemeriksaan ini kurang praktis untuk digunakan di lapangan dan mengganggu.
Mengetahui usia kehamilan dan keadaan gizi neonatus sangat penting untuk
dapat mengkategorikan neonatus apakah cukup bulan, kurang bulan, atau lebih
bulan dan apakah sesuai, lebih kecil, atau lebih besar untuk usia kehamilannya.
18
F. SKENARIO
Seorang bayi perempuan lahir 24 jam dari ibu G1P1A0, aterm, ANC (+), ANB (-),
trauma (-), Penyakit kehamilan (-), KK (-) >18 jam, jernih, jumlah sedikit, bau khas.
Lahir bayi dengan BBL 3200 gr di VK dengan vakum ekstraksi atas indikasi KPD,
ditolong SpOG, bayi langsung menangis. APGAR score 10-10-10. Placenta lahir
spontan. Kotiledon lengkap, infark (-), hematoma (-).
Lakukan pemeriksaan fisik pada bayi tersebut.
19
G. CHECKLIST PEMERIKSAAN FISIK NEONATUS
Dilakukan
Kurang Tidak
No. Aspek Penilaian dengan
benar dilakukan
benar
1. Cuci tangan sebelum memegang bayi 2 1 0
2. Membaca basmalah 2 1 0
3. Buka seluruh pakaian bayi 2 1 0
4. Pemeriksaan umum: 2 1 0
a. Warna kulit: kemerahan, sianosis, kekuningan
b. Keaktifan (posisi dan gerakan
tungkai+lengan): posisi ekstremitas fleksi,
gerakan tungkai dan lengan aktif dan simetris;
asimetri pada lumpuh/patah tulang; diam
saja.
c. Tangisan: melengking, lemah, merintih
d. Wajah: khas sindrom Down, Pierre-Robin, dsb
e. Gizi
f. Suhu: normal, meninggi, menurun
5. Pemeriksaan fisik rinci: 2 1 0
a. Kulit: verniks, edema, tumor, turgor
b. Kepala:
1. Lingkar Kepala:
1.Mengambil midline/meteran
2.Mengukur mulai dari glabella, melingkari
protuberantia occipitalis eksterna,
kembali ke glabella lagi
3.Plot hasil pengukuran ke kurva
Nellhause (pilih sesuai jenis kelamin,
dan sesuaikan dengan kepala manekin)
4.Interpretasi hasil pengukuran:
Mesosefal jika berada di -2<SD<+2
Mikrosefal jika < -2SD
Makrosefal jika > +2SD
2. UUB: diameter (UUB sudah menutup/belum),
kraniosinostosis, moulage, kaput
seccedaneum, sutura sagittalis sudah
menutup/belum
3. Wajah: Dismorfik, mongoloid, atau normal
4. Mata: hipertelorism
20
Dilakukan
Kurang Tidak
No. Aspek Penilaian dengan
benar dilakukan
benar
5. Telinga: low set ear, mikrotia,tragus tdk
terbentuk
6. Hidung: hidung pelana, deviasi septum, napas
cuping
7. Mulut: schisis (labioschisis, palatoschisis,
gnatoschisis, labiognatoschisis), high pitched
palate, makroglossia, mukosa mulut sianosis
8. Bibir : sianosis
9. Dagu: mikrognatia
c. LEHER: Pergerakan, tumor, webbed neck
6. Pemeriksaan DADA: 2 1 0
a. Inspeksi: laju napas, tipe napas
b. Palpasi: fraktur klavikula, iktus kordis
c. Perkusi: JARANG DILAKUKAN
d. Auskultasi: denyut jantung, bising jantung,
bunyi napas
7. Pemeriksaan ABDOMEN: 2 1 0
a. Inspeksi: hernia,omfalokel, gastroskisis,
prune belly
b. Palpasi: palpasi hepar, lien, ginjal
c. Perkusi: tympani
d. Auskultasi: bising usus
8. Pemeriksaan GENITALIA EKSTERNA& ANUS 2 1 0
9. Pemeriksaan EKSTREMITAS
10. Hamdalah 2 1 0
11 Kemampuan berkomunikasi dengan menerapkan
seluruh prinsip berikut:
1. mampu membina hubungan baik dengan pasien
secara verbal non verbal (ramah, terbuka, kontak
mata, salam, empati dan hubungan komunikasi
dua arah, respon)
2. mampu memberikan kesempatan pasien untuk
bercerita dan mengarahkan cerita
3. mampu untuk melibatkan pasien dalam
membuat keputusan klinik, pemeriksaan klinik.
4. mampu memberikan penyuluhan yang isinya
sesuai dengan masalah pasien
21
Dilakukan
Kurang Tidak
No. Aspek Penilaian dengan
benar dilakukan
benar
12 Aspek Profesionalisme
Meminta izin secara lisan dan melakukan di
bawah ini secara lengkap:
1. melakukan setiap tindakan dengan berhati-
hati dan teliti sehingga tidak membahayakan
pasien dan diri sendiri
2. memperhatikan kenyamanan pasien
3. melakukan tindakan sesuai prioritas
4. menunjukan rasa hormat kepada pasien
5. mengetahui keterbatasan dengan merujuk
atau melakukan konsultasi bila diperlukan
Dilakukan
Kurang Tidak
No. Aspek Penilaian dengan
benar dilakukan
benar
1. Cuci tangan sebelum memegang bayi 2 1 0
2. Refleks MORO 2 1 0
a. Memposisikan bayi dalam keadaan
terlentang
b. Melakukan gerakan seolah-olah
menjatuhkan bayi ke dalam tangan
pemeriksa
c. Respon: bayi akan kaget dengan
lengan direntangkan dalam posisi
abduksi ekstensi dan tangan terbuka
disusul gerakan lengan adduksi
dan fleksi.
3. Refleks TONIC NECK 2 1 0
a. Memposisikan bayi dalam keadaan
terlentang
b. Kepala ditolehkan ke KANAN
c. Respon: EKSTENSI anggota gerak
sebelah KANAN dan FLEKSI anggota
gerak sebelah KIRI
22
4. Refleks PLANTAR GRASP 2 1 0
a. Meletakkan sesuatu (misal jari
pemeriksa) pada TELAPAK KAKI
bayi
b. Respon: fleksi jari-jari kaki
5. Refleks PALMAR GRASP
a. Meletakkan sesuatu pada TELAPAK
TANGAN bayi
b. Respon : fleksi jari-jari tangan
6. Refleks ROOTING
a. Merangsang sudut bibir bayi dengan
meletakkan ujung jari pemeriksa
b. Respon: bayi menoleh ke arah
rangsangan
7. Refleks SUCKING:
a. Memasukkan jari kelingking
pemeriksa ke dalam mulut bayi
b. Merangsang palatum durum
c. Respon: Bayi akan menghisap kuat
E. Alat
Boneka bayi
Stetoskop
Midline
Kurva nellhause lingkar kepala
Timbangan bayi
F. Referensi
1. Cory S.Matondang. 2003.Diagnosis Fisis pada Anak. Sagung Seto.
2. Buku Ajar Neurologi Anak.
23