Anda di halaman 1dari 17

RANGKUMAN

MATERI PERKULIAHAN
ASKEB BAYI BARU LAHIR

Oleh : Wenny Sulistia


PENILAIAN BAYI BARU LAHIR DENGAN APGAR SKOR

1. Pengertian
Apgar skor adalah suatu metode sederhana yang digunakan untuk menilai keadaan
umum bayi sesaat setelah kelahiran. Bidan harus melakukan pengkajian kondisi bayi pada menit
pertama dan ke lima dengan menggunakan nilai Apgar. Penilaian Apgar Skor perlu untuk
mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Semakin tinggi nilai yang di
capai ,semakin baik pula kondisi bayi.
Penilaian APGAR SCORE
Klinis/Tanda Penilaian
0 1 2
Warna Kulit (Appearance) Seluruh badan biru warna kulit tubuh warna kulit tubuh,
atau pucat normal merah tangan, dan kaki normal
muda, tetapi merah muda, tidak ada
tangan dan kaki sianosis
kebiruan
Denyut Jantung (Pulse) Tidak Ada < 100x/menit >100x/menit
Respon Reflek (Grimace) Tidak ada respons Meringis atau Meringis atau bersin atau
terhadap stimulasi menangis lemah batuk saat stimulasi
ketika distimulasi saluran napas
Tonus Otot (Activity) Lemah atau tidak Sedikit gerakan Bergerak aktif
ada
Pernafasan (Respiration) Tidak ada Lemah atau tidak Menangis kuat,
teratur pernapasan baik dan
teratur

Anamnesis dan pemeriksaan Fisik


Hari pertama kelahiran bayi sangat penting. Banyak perubahan yang terjadi pada bayi
dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim.
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat kelainan pada bayi.
Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di
fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam
pertama. Waktu pemeriksaan BBL:
 Setelah lahir saat bayi stabil (sebelum 6 jam)
 Pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatal 1)
 Pada usia 3-7 hari (kunjungan neonatal 2)
 Pada usia 8-28 hari (kunjungan neonatal 3)
Pemasangan Gelang Identitas
Pengertian
Pemasangan gelang identitas pada bayi baru lahir adalah proses kegiatan identifikasi
dengan memasang gelang identitas padabayi rawat inap pada pergelangan tangan bayi yang
tercantum nama, tanggal lahir, BB/PB, alamat , nomor rekam medis..
Tujuan
Untuk membedakan jenis kelamin dan menghindari tertukarnya  bayi Pada Asuhan Bayi
Baru Lahir pemberian identitas terdapat pada tindakan bidan dalam Pencatatan dan Pelaporan :
Hasil pemeriksaan dan tindakan tenaga kesehatan harus dicatat pada:
Buku KIA (buku kesehatan ibu dan anak)
 Pencatatan pada ibu meliputi keadaan saat hamil, bersalin dan nifas.
 Pencatatan pada bayi meliputi identitas bayi, keterangan lahir, imunisasi, pemeriksaan
neonatus, catatan penyakit, dan masalah perkembangan serta KMS

KELAINAN KONGENITAL
1. Beberapa penyebab labioschisis adalah herediter (mutasi gen,kelainan kromosom),faktor
lingkungan, faktor usia ibu, obat-obatan, nutrisi, daya pembentukan embrio yang menurun,
penyakit infeksi,radiasi,stres emosional,trauma, terutama pada kehamilan trimester
pertama.
2. Palatoschisis: gagalnya fusi normal palatum dari regio premaxilaris kearah posterior
menuju uvula. Penyebab dari labiopalatoschzisis adalah : Lingkungan, genetik, gangguan
transmisi chromosome
3. Atresia Esofagus Atresia Esophagus adalah perkembangan embrionik abnormal esophagus
yang menghasilkan pembentukan suatu kantong (blind pouch), atau lumen berkurang tidak
memadai yang mencegah perjalanan makanan / sekresi dari faring ke perut.
4. Atresia duodenum adalah kondisi dimana duodenum (bagian pertama dari usus halus) tidak
berkembang dengan baik, sehingga tidak berupa saluran terbuka dari lambung yang tidak
memungkinkan perjalanan makanan dari lambung ke usus.
5. Pengertian Atresia Ani Atresia ani adalah tidak adanya anus.
6. Hisrsprung disebut juga Hirschprung’s disease atau megacolon congenital atau
Aganglionik Megacolon yaitu tidak didapatkannya syaraf simpatis dan para simpatis di
tunica muscularis usus, terutama di colon paling sering di rectosigmoid.
7. Pengertian Obstruksi Biliaris Obstruksi Billiaris adalah kondisi tidak adanya saluran
empedu di luar hati (ekstrahepatik). Saluran empedu ini berfungsi untuk mengeluarkan
empedu yang diproduksi di hati menuju ke usus.
8. Omfalocel adalah Kelainan yang berupa protusi isi rongga perut keluar dinding perut
disekitar umbilicus, benjolan terbungkus dalam suatu kantong
9. Hernia Diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam rongga dada melalui suatu
lubang padadiafragma. Diafragma adalah sekat yang membatasi rongga dada dan rongga
perut.
10. Ensefalokel adalah suatu kelainan tabung saraf yang ditandai dengan adanya penonjolan
meningens (selaput otak) dan otak yang berbentuk seperti kantung melalui suatu lubang
pada tulang tengkorak.
11. Hidrosefalus adalah suatu keadaan dimana terdapat timbunan likuar serebrospinalis yang
berlebihan dalam ventrikel-ventrikel dan ruang subarakhnoid yang disertai dengan
kenaikan tekanan intrakranial.
12. Fimosis adalah keadaan dimana kulit penis ( preputium ) melekat pada bagian kepala penis
( gland penis ) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air seni sehingga bayi atau
anak mengalami kesulitan dan kesakitan saat kencing.
13. Hipospadia adalah deformitas umum dimana uretra pada anak laki-laki terbuka di suatu
tempat sepanjang permukaan bawah penis.

ASFIKSIA
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bayi baru lahir untuk bernafas secara spontan
dan teratur sehingga menimbulkan gangguan lebih lanjut, yang mempengaruhi seluruh
metabolisme tubuhnya. Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak
Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat
setelah lahir.
Penyebab Asfiksia
Faktor ibu :
 Preeklamsi dan eklamsi
 Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
 Partus lama atau partus macet
 Demam selama persalinan
 Infeksi berat (malaria,sifilis,TBC,HIV)
 Kehamilan lewat waktu (post date/post matur)
Faktor tali pusat
 Lilitan tali pusat
 Tali pusat pendek
 Simpul tali pusat
 Prolapsus tali pusat
Faktor bayi
 Bayi premature (sebelum 37 mg kehamilan)
 Persalinan dengan tindakan (sungsang,bayi kembar,distosia bahu,ekstraksi
vakum,ekstraksi forcep)
 Kelainan bawaan (kongenital)
 Air ketuban bercampur meconium (warna kehijauan)
Tanda dan gejala
 Ketidakmampuan bernapas/tidak bernapas/bernapas megap-megap
 Denyut Jantung Janin (DJJ) : bradicardia (<100x/m’) untuk gejala asfiksia
berat,Takhikardia (>140x/m’) untuk gejala asfiksia ringan
 Warna :Pucat dan ada tanda2 syok (untuk tanda asfiksia berat),sianosis/kebiruan (untuk
tanda asfiksia ringan)
 Tonus otot : hipotonia hebat dan bila dirangsang tidak ada reaksi
 Mekoneum dalam air ketuban pada presentasi kepala
Penilaian dilakukan pada saat bayi baru lahir :
1. Penilaian segera setelah bayi baru lahir Penilaian segera setelah bayi baru lahir sangat
penting dilakukan dengan jalan menghadapikan bayi kearah penolong agar dapat
mengamati. Lakukan penilaian cepat segera setelah bayi lahir, apakah bayi menangis,
bernafas, indikasi ini menjadi dasar keputusan apakah bayi perlu resusitasi.
2. Nilai Apgar Nilai apgar merupakan metode objektif untuk menilai kondisi bayi bayi baru
lahir dan berguna untuk memberikan informasi mengenai keadaan bayi secara
keseluruhsn dan keberhasilan tindakan resusitasi.
Penatalaksanaan dan Penanganan Asfiksia Neonatorum
1.  Pengawasan Suhu
Bayi baru lahir secara relatif banyak kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan suhu tubuh.
Penurunan suhu tubuh ini akan mempertinggi metabolisme sel jaringan hingga kebutuhan O2
meningkat. Hal ini akan mempersulit keadaan bayi, apalagi bila bayi mendapat lingkungan yang
baik segera setelah lahir. Pemakaian sinar lampu yang cukup kuat dari luar dapat dianjurkan dan
pengeringan tubuh bayi perlu dikerjakan untuk mengurangi evaporasi.
2.  Pembersihan Jalan Nafas
Saluran pernafasan bagian atas harus segera dibersihkan dari lendir dan cairan amnion. Bila
terdapat lendir kental yang melekat di trakea dan sulit dikeluarkan dengan pengisapan dapat
dilakukan dengan melihat semaksimalnya, terutama pada bayi yang kemungkinan infeksi.
Pengisapan yang dilakukan dengan ceroboh akan menimbulkan penyakit seperti spasme laring,
kolaps paru, atau kerusakkan sel mukosa jalan nafas.
3.  Rangsangan Untuk Menimbulkan Pernafasan
Rangsangan terhadap bayi harus segera dikerjakan. Pada sebagian besar bayi pengisapan lendir
dan cairan amnion yang dilakukan melalui nasofaring akan segera menimbulkan rangsangan
pernafasan. Pengaliran O2 yang cepat kedalam mukosa hidung dapat pula merangsang reflex
pernafasan yang sensitif dalam mukosa hidung dan faring. Bila tindakan ini tidak berhasll
beberapa cara stimulus janin perlu dikerjakan.
4.  Rangsangan Nyeri
Pada bayi dapat ditimbulkan dengan memukul kedua telapak kaki bayi, menekan tendon Achilles
atau memberikan suntikan vitamin K terhadap bayi tertentu. Hindari pemukulan di daerah
bokong atau punggung bayi untuk mencegah timbulnya perdarahan alat dalam. Dalam hal ini
tindakan utama adalah memperbaiki ventilasi (Maryunani,2013)
5.  Tindakan Khusus
Tindakan khusus ini dilakukan bila tindakan umum tidak memperoleh hasil yang memuaskan.
Cara yang dikerjakan sesuai dengan beratnya asfiksia yang timbul pada bayi yang
dimanifestasikan oleh tinggi rendahnya skor apgar,
Pengertian BBLR
BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) adalah bayi yang lahir dengan berat < 2.500 gram tanpa
memandang usia kehamilan. Berat lahir ditimbang dalam 1 jam setelah lahir, sedangkan untuk
bidan di desa lahir ditimbang dalam 24 jam pertama setelah lahir dengan syarat:
1. Bayi ditimbang dalam keadaan tidak berpakaian, pada timbangan yang telah ditera
sebelumnya.
2. Timbangan dilapisi kain hangat.
Klasifikasi BBLR
 Bayi dari kehamilan kurang bulan Bayi ini lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu.
Sebagian bayi kurang bulan belum siap hidup di luar kandungan, kesulitan untuk
memulai nafas, menghisap, melawan infeksi dan menjaga tubuhnya agar tetap hangat.
 Bayi kecil untuk masa kehamilan Bayi ini tidak tumbuh dengan baik di dalam
kandungan.
Faktor yang mempengaruhi BBLR
1. Umur ibu < 20 tahun dan lebih 35 tahun
2. Jarak kehamilan < 1 tahun
3. Ibu dengan keadaan:
a) Mempunyai BBLR sebelumnya. 
b)Melakukan pekerjaan fisik beberapa jam tanpa istirahat. 
c) Sangat miskin. 
d) Kurang Gizi. 
e)Perokok, pengguna obat terlarang dan pecandu alcohol

PEMOTONGAN DAN PERAWATAN TALI PUSAT


Memotong dan Mengikat Tali Pusat
 Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir. Penyuntikan oksitosin pada
ibu dilakukan sebelum tali pusat dipotong.
 Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari dinding perut
(pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong
isi tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali
pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan ke-1 ke arah ibu.
 Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat
sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem
tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau steril.
 Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan
kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
 Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan klorin 0,5%.
 Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya Inisiasi Menyusu Dini.

INISIASI MENYUSU DINI (IMD)


Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6 bulan
diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan. Pemberian ASI
juga meningkatkan ikatan kasih sayang (asih), memberikan nutrisi terbaik (asuh) dan melatih
refleks dan motorik bayi (asah).
Langkah Inisiasi Menyusu Dini dalam Asuhan Bayi Baru Lahir :
 Langkah 1: Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan:
1. Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran
2. Sambil meletakkan bayi di perut bawah ibu lakukan penilaian apakah bayi perlu
resusitasi atau tidak
3. Jika bayi stabil tidak memerlukan resusitasi, keringkan tubuh bayi mulai dari muka,
kepala dan bagian tubuh lainnya dengan lembut tanpa menghilangkan verniks. Verniks
akan membantu menyamankan dan menghangatkan bayi. Setelah dikeringkan, selimuti
bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di klem.
4. Hindari mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi
membantu bayi mencari puting ibunya yang berbau sama.
5. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal)
kemudian suntikkan oksitosin 10 UI intra muskular pada ibu.
 Langkah 2: Lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling sedikit satu jam:
1. Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan
bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu. Kepala bayi harus berada di antara
payudara ibu tapi lebih rendah dari puting.
2. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
3. Lakukan kontak kulit bayi ke kulit ibu di dada ibu paling sedikit satu jam. Mintalah ibu
untuk memeluk dan membelai bayinya. Jika perlu letakkan bantal di bawah kepala ibu
untuk mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi. Hindari membersihkan payudara
ibu.
4. Selama kontak kulit bayi ke kulit ibu tersebut, lakukan Manajemen Aktif Kala 3
persalinan.
 Langkah 3: Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai menyusu:
1. Biarkan bayi mencari, menemukan puting dan mulai menyusu
2. Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi menyusu

TINDAKAN UMUM PENCEGAHAN INFEKSI


Tindakan pencegahan pada bayi baru lahir, adalah sebagai berikut :
1. Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi.
2. Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
3. Memastikan semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat telah
didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang
bersih dan baru. Jangan pernah menggunakan bola karet penghisap untuk lebih dari satu
bayi.
4. Memastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk
bayi, telah dalam keadaan bersih.
5. Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop, dan bendabenda
lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan
cuci setiap kali setelah digunakan)
6. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudaranya dengan mandi setiap
hari (putting susu tidak boleh disabun).
7. Membersihkan muka, pantat dan tali pusat bayi baru lahir dengan air bersih, hangat dan
sabun setiap hari.
8. Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan memastikan orang yang
memegang bayi sudah cuci tangan sebelumnya.
Pencegahan Infeksi Mata pada Bayi Baru Lahir
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan segera setelah proses
IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam setelah lahir. Pencegahan infeksi mata
dianjurkan menggunakan salep mata antibiotik tetrasiklin 1%.
Cara pemberian salep mata antibiotik:
 Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih mengalir) kemudian keringkan
 Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan tujuan pemberian obat tersebut.
 Tarik kelopak mata bagian bawah kearah bawah.
 Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata yang paling dekat
dengan hidung bayi menuju ke bagian luar mata atau tetes mata.
 Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh menyentuh mata bayi.
 Jangan menghapus salep dari mata bayi dan anjurkan keluarga untuk tidak menghapus
obat-obat tersebut.

Pencegahan Perdarahan
 Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna, maka semua bayi
akan berisiko untuk mengalami perdarahan tidak tergantung apakah bayi mendapat ASI
atau susu formula atau usia kehamilan dan berat badan pada saat lahir. Perdarahan bisa
ringan atau menjadi sangat berat, berupa perdarahan pada Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi ataupun perdarahan intracranial
 Untuk mencegah kejadian diatas, maka pada semua bayi baru lahir, apalagi Bayi Berat
Lahir Rendah diberikan suntikan vitamin K1 (Phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis
tunggal, intra muskular pada antero lateral paha kiri Suntikan Vitamin K1 dilakukan
setelah proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B. Perlu diperhatikan
dalam penggunaan sediaan Vitamin K1 yaitu ampul yang sudah dibuka tidak boleh
disimpan untuk dipergunakan kembali.

Imunisasi Hepatitis B (HB-0) harus diberikan pada bayi umur 0-7 hari karena :
 Sebagian ibu hamil merupakan carrier Hepatitis B
 Hampir separuh bayi dapat tertular Hepatitis B pada saat lahir dari ibu pembawa virus.
 Penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut menjadi Hepatitis menahun, yang
kemudian dapat berlanjut menjadi sirosis hati dan kanker hati primer
 Imunisasi Hepatitis B sedini mungkin akan melindungi sekitar 75% bayi dari penularan
Hepatitis B

Pemeriksaan Fisik Pada Bayi Baru Lahir


• Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjang dibawah lampu terang sehingga bayi tidak
mudah kehilangan panas,atau lepaskan pakaian hanya pada daerah yang diperiksa
• Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan prosedur yang
memerlukan observasi terlebih dahulu seperti: paru jantung dan abdomen.
• Lakukan pemeriksaan reflek
• Bicara lembut pegang tangan bayi diatas dadanya
Pemeriksaan Antropometri :
 Lakukan pengukuran BB, TB, Lingkar kepala dan lingkar dada
 Lakukan penilaian hasil pengukuran
BB normal : 2500-3500 gram
TB normal : 45-50 cm
Lingkar kepala normal : 33-35 cm
Lingkar dada normal : 30-33 cm
Refleks bayi yang baik menandakan bahwa bayi dalam kondisi sehat, serta memiliki
aktivitas saraf dan otak yang bagus. Adapun reflex pada bayi baru lahir :
1. Grasp reflex (refleks menggenggam)
2. Asymmetric tonic neck reflex
3. Refleks Moro
4. Rooting reflex
5. Refleks Babinski
6. Sucking reflex (refleks menghisap)
7. Stepping reflex
Kasus Kolaborasi Tehnologi Tepat Guna Pada Bayi BBLR :
 Metode pemberian kehangatan pada bayi oleh ibu yang dikenal dengan sebutan metode
Perawatan Metode Kanguru (PMK) atau Kangaroo Mother Care (KMC) dengan cara skin
to skin contact (kontak kulit bayi langsung kepada ibu atau pengganti ibu) sehingga dapat
meningkatkan kelangsungan hidup bayi terutama yang mengalami BBLR (Berat Badan
Lahir Rendah) atau premature maupun yang aterm
 Perawatan dengan metode kanguru merupakan cara yang efektif untuk memenuhi
kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu kehangatan, air susu ibu, perlindungan dari
infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang. Metode ini merupakan salah satu
teknologi tepat guna yang sederhana, murah dan sangat dianjurkan untuk perawatan
BBLR. Metode kanguru tidak hanya sekedar menggantikan peran inkubator, namun juga
memberikan berbagai keuntungan yang tidak dapat diberikan inkubator. Dibandingkan
dengan perawatan konvensional, perawatan dengan metode kanguru terbukti dapat
menurunkan kejadian infeksi, penyakit berat, masalah menyusui dan ketidakpuasan ibu
serta meningkatkan hubungan antara ibu dengan bayi untuk pelaksanaan metode
kangguru bidan berkolaborasi dengan orangtua dan keluarga klien.
Komponen dalam Metode Kangguru
Pada awalnya, PMK terdiri dari 3 komponen, yaitu : kontak kulit ke kulit (skin-to-skin
contact), pemberian ASI atau breastfeeding, dan dukungan terhadap ibu (support). Literatur
terbaru menambahkan satu komponen lagi sehingga menjadi terdiri dari 4 komponen, yaitu:
kangaroo position, kangaroo nutrition, kangaroo support and kangaroo discharge.
Cara memegang dan melekatkan bayi dalam metode kangguru
Cara memegang atau memposisikan bayi:
 Peluk kepala dan tubuh bayi dalam posisi lurus
 Arahkan muka bayi ke puting payudara ibu
 Ibu memeluk tubuh bayi, bayi merapat ke tubuh ibunya
 Peluklah seluruh tubuh bayi, tidak hanya bagian leher dan bahu
Cara melekatkan bayi:
 Sentuhkan puting payudara ibu ke mulut bayi
 Tunggulah sampai bayi membuka lebar mulutnya
 Segera arahkan puting dan payudara ibu ke dalam mulut bayi
Tanda-tanda posisi dan pelekatan yang benar:
 Dagu bayi menempel ke dada ibu
 Mulut bayi terbuka lebar
 Bibir bawah bayi terposisi melipat ke luar
 Daerah areola payudara bagian atas lebih terlihat daripadaareola payudara bagian bawah
 Bayi menghisap dengan lambat dan dalam, terkadang berhenti.
Manfaat Metoda Kanguru
1. Pemberian ASI
Pemisahan ibu-bayi dan teknologi yang digunakan pada unit neonatal membuat ikatan
yang sulit dan menciptakan halangan untuk mendapatkan ASI. Perawatan cara kanguru yang
diberikan oleh ibu yang dimulai dalam beberapa jam setelah kelahiran menstimulasi produksi
ASI dan tentu saja meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi. Beberapa penelitian mengenai efek
MK pada pemberian ASI menunjukkan bahwa, pemberian ASI menjadi lama, produksi ASI lebih
stabil, jumlah pemberian ASI perhari meningkat, keyakinan untuk memberikan ASI meningkat
banyak dan kebanyakan bayi prematur pulang dengan ASI eksklusif.
2. Kepercayaan ibu dan ikatan emosional
Perawatan MK meningkatkan tingkat kepercayaan dan kecakapan ibu, terutama ketika
MK dimulai segera satu atau dua hari setelah lahir. Ibu menyukai kontak kulit ke kulit karena hal
ini memberikan peluang untuk lebih dekat
dengan bayinya dan perasaan lebih tentram dan menyenangkan. Dalam situasi penuh stres seperti
lamanya perawatan bayi, ibu yang melakukan MK merasa lebih percaya diri, terampil merawat
bayi yang sangat kecil, dibanding dengan ibu yang menggunakan metoda konvensional. Affonso
dkk, mewawancara  66 ibu bayi prematur (800-2300 gram) di Helsingborg, Swedia; 33 ibu
dengan MK memberikan reaksi secara emosional pada bayinya, cenderung lebih percaya dalam
memberikan ASI dan ingin sekali cepat pulang dibanding dengan grup kontrol (inkubator).
3. Sepsis
Tidak ada satupun laporan tentang penggunaan MK yang mengatakan adanya
peningkatan terjadinya sepsis. Hal ini tampaknya disebabkan flora normal kulit ibu lebih aman
bagi bayi prematur yang mendapat ASI dari pada organisme yang resisten terhadap antibiotik
yang terdapat di rumah sakit.Sloan dkk,menemukan penurunan yang bermakna dari infeksi berat
seperti  pneumonia dan sepsis pada kelompok MK dibanding dengan kelompok inkubator.
4. Hemat biaya
Perawatan dengan MK dapat mengurangi/ menghemat biaya perawatan.Sloan dkk, men
emukan pengurangan biaya perawatan yang bermakna selama MK, karena hari rawat di rumah
sakit menjadi jauh berkurang.

Tanda Bahaya pada Neonatus menurut Ladewig dan Varney


Menurut Ladewig (2006) dan Varney (2007) tanda bahaya pada neonatus adalah sebagai berikut:
1. Pernafasan sulit atau lebih dari 60x/menit
2. Kehilangan cairan dalam bentuk diare (sedikit feses yang dikelilingi genangan air pada
popok)
3. Suhu bayi >38,30C atau <36,40C
4. Setiap perubahan warna termasuk pucat dan sianosis
5. Peningkatan Jaundice (warna kekuningan) pada kulit
6. Kulit bayi kering (terutama dalam 24 jam pertama), biru, pucat, atau memar
7. Menolak untuk minum ASI selama 2 berurutan
8. Hisapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, mengantuk berlebihan
9. Distensi abdomen, menangis saat mencoba mengeluarkan feses, ada atau tidak ada feses
10. Popok tidak basah selama 18-24 jam, atau kurang dari 6 popok yang basah perhari,
setelah bayi berusia 4 hari
11. Rabas atau perdarahan dari tali pusat, sirkumsisi, atau segala area pembukaan (kecuali
mukus vagina atau pseudomenstruasi)
12. Bayi yang tidak dapat tenang atau terus menangis dengan suara tinggi
13. Letargi, kesulitan untuk membangunkan bayi
14. Tali pusat mulai mengeluarkan bau tidak enak atau mengeluarkan pus
15. Bagian putih mata bayi menjadi kuning dan warna kulit tampak kuning, coklat, atau
persik
16. Bayi menjadi lesu, tidak mau makan
17. Tidak BAB dalam 3 hari. Tidak BAK dalam 24 jam. Tinja lembek/ encer, sering
berwarna hijau tua, ada lendir atau darah
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG
PERLINDUNGAN ANAK
Hak-Hak Anak meliputi :
1. Non diskriminasi;
2. Kepentingan yang terbaik bagi anak;
3. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan
4. Penghargaan terhadap pendapat anak.
Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat
hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya
anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.

PENDOKUMENTASIAN DENGAN SOAP


Dokumentasi menurut Tungpalan (1983) dokumentasi adalah suatu catatan yang dapat
dibuktikan/dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan pendokumentasian adalah
pekerjaan mencatat atau merekam peristiwa dan objek maupun aktivitas pemberian jasa
(pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.
Dalam metode pendokumentasian asuhan kebidanan sering kita menggunakan SOAP
(Subjektif, Objektif, Analisa, Planning) untuk pelayanan kebidanan perseorangan. Namun untuk
dokumentasi pelayanan lain dapat kita buat per hari atau per minggu dan seterusnya.
MODEL PENCATATAN ASUHAN KEBIDANAN
1. Data Subjektif merupakan data yang didapat langsung dari klien / pasien, data ini bisa
juga dari keluarga pasien. Untuk kasus neonatus, bayi dan balita bisa didapat dari orang
tua. 
2. Data Objektif adalah Data ini berisi hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan
tes diagnosa lain yang mendukung assessment. Adapun komponen yang diobservasi atau
menegakkan diagnosa.
3. Analisa adalah Membuat diagnosa, atau apa ada masalah pasien tersebut yang
memerlukan perencanaan dari suatu tindakan. Hasil assessment ini selanjutnya akan
menjadi patokan membuat rencana / planning, dalam memberikan asuhan.
4. Penatalaksanaan adalah Langkah selanjutnya adalah membuat catatan pelaksananaan
yang sangat mengambarkan pelayanan asuhan kebidanan yang komprehensif dan
berkesinambungan. Disini sudah terdapat rencana/ planning (dalam planning ini sudah
termasuk, pelaksanaan tindakan dan evaluasi atau respon dari pasien atau kemajuan
keadaan pasien)

Anda mungkin juga menyukai