Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY.

W P3A0
UMUR 45 TAHUN AKSEPTOR KB MOW DI PRAKTIK BIDAN
MANDIRI WENNY SULISTIA
TAHUN 2022

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH :
WENNY SULISTIA
213302090059

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN


PROFESI BIDAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA MEDAN

TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program Keluarga Berencana adalah program untuk membantu keluarga termasuk individu

merencanakan kehidupan berkeluarganya dengan baik sehingga dapat mencapai keluarga yang

berkualitas, keluarga yang berkualitas akan menghasilkan generasi berikutnya yang berkualitas

pula. Gerakan KB nasional bertujuan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi

dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan

penduduk Indonesia (BKBPP, 2009).

Visi dan misi program KB tahun 2010 telah direvitalisasi dalam rangka untuk lebih

mendukung pencapaian hasil yang optimal. Visi program KB sekarang ini adalah “Keluarga

Berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju,

mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggungjawab, harmonis dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan misi program KB adalah memberdayakan

masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas, menggalang kemitraan dalam

peningkatan kesejahteraan, kemandirian dan ketahanan keluarga, meningkatkan kualitas pelayanan

KB dan kesehatan reproduksi, meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak-

hak reproduksi, meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan

keadilan jender melalui program Keluarga Berencana, dan mempersiapkan Sumber Daya

Manusia berkualitas sejak pembuahan daam kandungan sampai dengan lanjut usia” (Saifuddin,

2010).

Data yang diperoleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional tahun 2012

peserta KB baru menurut kontrasepsi yaitu sebanyak9.581.469 akseptor terdiri dari akseptor KB

IUD sebanyak 627.980 akseptor (6,55%), MOW sebanyak 115.018 akseptor (1,20%), MOP

sebanyak 25.619 akseptor (0,27%), Kondom sebanyak 748.316 akseptor (7,81%), Implan sebanyak

768.646 akseptor (8,02%), Suntik sebanyak 4.618.051 akseptor (48,20%) dan kontrasepsi Pil
sebanyak 2.677.839 (27,95%) (Kemenkes RI, 2012). Jawa Tengah peserta KB baru menurut

kontrasepsi yaitu sebanyak 1.087.108 akseptor meliputi IUD sebanyak 80.140 akseptor (7,37%),

MOW sebanyak 22.114 akseptor (2,03%), MOP sebanyak 3.207 Akseptor (0,30%), Kondom

sebanyak 67.103 akseptor (6,17%), Implant sebanyak 126.377 akseptor (11,63%), Suntik sebanyak

594.283 akseptor (54,67%) dan kontrasepsi PIL sebanyak 193.884 akseptor (17,83%) (Kemenkes

RI, 2012).

Salah satu metode keluarga berencana yaitu dengan Medis Operatif Wanita (MOW) atau

kontrasepsi mantap (kontap) wanita atau sterilisasi makin diterima masyarakat. Perkembangan

waktu dan makin tinggi pengertian masyarakat membuat MOW menjadi salah satu pilihan

masyarakat sebagai metode KB yang bersifat menetap (Manuaba, 2008).

Medis Operatif Wanita (MOW) atau kontrasepsi mantap (kontap) wanita adalah suatu

kontrasepsi permanen untuk mecegah keluarnya ovum dengan tindakan mengikat atau memotong

pada kedua saluran tuba, dengan demikian ovum yang matang tidak akan bertemu dengan sperma

karena adanya hambatan pada tuba (Suratun, 2008).

Medis Operatif Wanita (MOW) atau kontrasepsi mantap (kontap) wanita sangat efektif

tetapi kemungkinan terjadinya kehamilan tetap ada baik dalam rahim maupun di luar rahim atau

kehamilan ektopik, sehingga petugas klinik harus mengetahui gejala-gejala tersebut (Saifuddin,

2010).

Berdasarkan uraian bahwa kontrasepsi MOW merupakan tindakan pembedahan dan calon

akseptor harus mengetahui bahwa MOW merupakan pilihan terakhir bila dengan kontrasepsi lain

tidak cocok,maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dengan judul“Asuhan Kebidanan

Keluarga Berencana pada Ny. W dengan KB MOW di Praktik Bidan Mandiri Wenny Sulistia”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas perumusan masalah dalam studi

kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada Ny. W dengan KB

MOW di Praktik Bidan Mandiri Wenny Sulistia”.


C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny.W P3A0 akseptor KB MOW di Praktik Bidan

Mandiri Wenny Sulistia dengan menggunakan manajemen 7 langkah Varney.

2. Tujuan khusus

a. Penulis mampu

1) Melakukan pengkajian yang meliputi keluhan, data subyektif dan obyektif pada Ny.

W P3A0 akseptor KB MOW.

2) Menginterpretasi data yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan

pada Ny. W P3A0 akseptor KB MOW.

3) Menentukan diagnosa potensial yang timbul pada Ny. W P3A0 akseptor KB

MOW.

4) Mengidentifikasi penangangan segera pada Ny.W P3A0 akseptor KB MOW.

5) Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan pada Ny.W P3A0 akseptor KB

MOW.

6) Melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun pada Ny.W P3A0 akseptor KB

MOW.

7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Ny.W P3A0

akseptor KB MOW.

b. Penulis mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan

termasuk faktor pendukung dan penghambat pada Ny.W P3A0 akseptor KB MOW.

c. Penulis mampu memberikan alternatif pemecahan permasalahan pada Ny.W P3A0

akseptor KB MOW.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi diri sendiri


Menambah pengetahuan dan wawasan dalam memberikan asuhan kebidanan pada akseptor

KB MOW.

2. Bagi profesi

Menjadi pertimbangan bagi organisasi profesi bidan dalam upaya meningkatan mutu

Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB MOW.

3. Bagi institusi

a. Praktik Bidan Mandiri Wenny Sulistia

Memberikan masukan terhadap pelaksanaan asuhan kebidanan pada Akseptor KB

MOW.

b. Pendidikan

Digunakan sebagai tambahan wacana atau referensi sehingga dapat menambah referensi

tentang Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB MOW.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Keluarga Berencana

Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk

menghindari kehamilan yang tidak diinginkan. Keluarga berencana adalah suatu usaha mengantur

banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta

keluarga yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari

kehamilan tersebut (Suratun, 2008).

2. Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan yang bersifat sementara,

dapat pula bersifat permanen dan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas

(Saifuddin, 2010).

Kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan yang bertujuan untuk

menjarangkan kehamilan, merencanakan jumlah anak dan meningkatkan kesejahteraan keluarga

agar keluarga dapat memberikan perhatian dan pendidikan yang maksimal pada anak (Harnawati,

2008).

Macam-macam kontrasepsi, Menurut Hartanto (2006), macam kontrasepsi meliputi :

1) Kontrasepsi Metode Sederhana

a. Tanpa Alat

(1) KB alamiah terdiri dari pantang berkala, metode kalender, metode suhu basal,

metode lendir cerviks.

(2) Coitus Interuptus (senggama terputus) Adalah suatu metode kontrasepsi di mana

senggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi intra-vaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari
genetalia eksterna wanita.

b. Dengan Alat

(1) Mekanis ( barier ), terdiri dari kondom pria, barier intra vaginal (diafragma, kap

servik, spons, kondom ).

(2) Kimiawi yang berupa spermisid (vaginal cream, vagina foam, vagina jelly,

vagina tablet dan vagina suble film).

2) Metode Modern

a) Kontrasepsi hormonal

(1) Per oral : Pil oral kombinasi (POK), Mini Pil, Morning after pill.

(2) Injeksi / Suntikan : DMPA, NET-EN, Microsphere, Microcapsules.

(3) Sub kutis : Implant (alat kontrasepsi bawah kulit : AKBK)

b) IUD (Intra Uteri Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) : Copper T,

Medusa, Seven Copper T

c) Kontrasepsi Metode Mantap


(1) Pada Wanita, Penyinaran, Operatif (Medis Operatif Wanita, penyumbatan tuba fallopi
secara mekanis).
(2) Pada pria, Operatif medis pria (Vasektomi, penyumbatan vas deferens secara mekanis,
penyumbatan vas deferens secara kimiawi.

3. Medis Operatif Wanita (MOW) / Tubektomi

Tubektomi atau kontap wanita ialah suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya

ovum dengan cara tindakan mengikat dan atau memotong pada kedua saluran tuba (Suratun

,dkk, 2008).

Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan

wanita tersebut tidak akan mendapat keturunan lagi. Jenis kontrasepsi ini bersifat permanen,

karena dilakukan penyumbatan pada saluran telur wanita yang dilakukan dengan cara diikat,

dipotong ataupun dibakar (Proverawati, 2010).

Menurut Proverawati (2010), tubektomi memberikan keuntungan non


kontrasepsi yaitu:

1) Penggunaan sangat efektif, yaitu 0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama

penggunaan.

2) Tidak mempengaruhi terhadap proses menyusui (breastfeeding).

3) Tidak tergantung pada faktor senggama

4) Baik bagi klien bila kehamilan akan menjadi resiko kehamilan yang serius.

5) Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anestesi lokal.

6) Tidak ada efek samping dalam jangka waktu yang panjang.

7) Tidak ada perubahan organ dalam.

Menurut Proverawati (2010), metode tubektomi ini juga memiliki keterbatasan-

keterbatasan yang harus diperhatikan yaitu:

1) Harus dipertimbangkan sifat mantap metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali).

2) Klien dapat menyesal di kemudian hari.

3) Resiko komplikasi kecil namun dapat meningkat apabila menggunakan anestesi setelah

tindakan.

4) Rasa sakit atau ketidaknyamanan muncul dalam waktu pendek setelah tindakan.

5) Dilakukan oleh dokter terlatih, yaitu dokter spesialis ginekologi untuk proses laparoskopi.

6) Tidak melindungi diri dari IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS.

Beberapa syarat menurut Proverawati (2010), hal yang perlu diperhatikan ketika akan

menggunakan kontrasepsi mantap tubektomi ini yaitu:

1) Usia lebih dari 26 tahun

2) Jumlah anak (paritas) minimal adalah 2 dengan umur anak terkecil lebih dari 2 tahun.

3) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan keinginannya dan pasangannya.

4) Pada kehamilan akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius.

5) Pasca persalinan dan atau pasca keguguran.


6) Paham dan secara suka rela setuju dengan prosedur pelaksanaan.

Klien mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum pelaksanaan prosedur

ini, serta informed concent form harus ditandatangani oleh klien sebelum prosedur dilaksanakan.

Menurut Saifuddin (2010), komplikasi dan penanganan MOW meliputi:

1) Infeksi Luka. Apabila terlihat infeksi luka, obati dengan antibiotic bila terdapat abses lakukan drainase

dan obati seperti yang terindikasi

2) Demam pasca operasi. Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan

3) Luka pada kandung kemih, intestinal. Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat, apabila kandung

kemih atau usus luka dan diketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi primer, apabila ditemukan pasca

operasi dirujuk ke rumah sakit yang tepat bila perlu.

4) Hematoma (Subkutan). Gunakan packs yang hangat dan lembab di tempat tersebut. Amati hal ini

biasanya akan berhenti dengan berjalannya waktu tetapi dapat membutuhkan drainase bila ektensif.

5) Emboli gas yang diakibatkan oleh laparoskopi. Ajukan ke tingkat asuhan yang tepat dan mulailah

resusitasi intensif, termasuk cara intravena, resusitasi kardio pulmonar dan tindakan penunjang

kehidupan lainnya.

6) Rasa sakit pada lokasi pembedahan. Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa

yang ditemukan

7) Perdarahan superficial (tepi kulit atau subkutan). Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan apa

yang ditemukan.

Menurut Hartanto (2006), kontap wanita tidak menimbulkan efek samping jangka panjang

yang jelek. Selama paling sedikit dua dasawarsa terakhir ini, timbul perdebatan mengenai efek

samping jangka panjang bila memang ada dari kontap wanita. Persoalan efek samping jangka

panjang kontap wanita meliputi empat hal, yaitu:

1) Perubahan-perubahan hormonal

2) Pola haid

3) Problem ginekologis
4) Problem psikologis

Menurut Suratun (2008), waktu pelaksanaan tubektomi, yaitu:

1) Pasca persalinan, sebaiknya dalam jangka waktu 48 jam pasca persalinan.

2) Pasca keguguran, dapat dilaksanakan pada hari yang sama dengan evakuasi rahim atau

keesokan harinya.

3) Dalam masa interval (keadaan tidak hamil), sebaiknya dilakukan dalam 2 minggu pertama

dari siklus haid ataupun setelahnya, seandainya calon akseptor menggunakan salah satu cara

kontrasepsi dalam siklus tersebut.

Menurut Saifuddin (2010), persiapan pra-operatif MOW, yaitu:

1) Jelaskan secara lengkap mengenai tindakan MOW termasuk mekanisme.

2) Pencegahan kehamilan yang dihasilkan dan efek samping yang mungkin terjadi.

3) Berikan nasehat untuk perawatan luka bedah, kemana minta pertolongan bila terjadi kelainan

atau keluhan sebelum waktu kontrol.

4) Berikan nasehat tetang cara menggunakan obat yang diberikan sesudah tindakan pembedahan.

5) Anjurkan klien puasa sebelum operasi atau tidak makan dan minum sekurang-kurangnya 2 jam

sebelum operasi.

6) Datang ke klinik dengan diantar anggota keluarga atau ditemani orang dewasa.

7) Rambut pubis yang cukup panjang digunting pendek dan dibersihkan dengan sabun dan air

serta dilanjutkan dengan cairan antiseptic.

8) Tidak memakai perhiasan dan tidak memakai kosmetik seperti pemerah bibir, pemerah pipi,

kutek dan lain-lain.

9) Menghubungi petugas setibanya di klinik.

Perawatan dan pemeriksaan pasca operasi menurut Suratun (2008), yaitu:


1) Setelah tindakan pembedahan klien dirawat di ruang pulih selama kurang lebih 4 – 6 jam.

2) Bila dilakukan anestesi lokal, pemindahan klien dari meja operasi ke kereta dorong dan dari

kereta dorong ke tempat tidur di ruang pulih dilakukan oleh 2 orang perawat dengan
mendekatkan kareta dorong ke meja operasi atau tempat tidur. Akseptor diminta untuk

menggeserkan badannya, bila klien memperoleh anestesi umum pemindahan pasien dilakukan

oleh 3 – 4 orang.

3) Selama diruang pulih klien diamati dan dinilai:

a) Nadi, tekanan darah, pernafasan tiap 15 menit pertam, tiap 30 menit pada 1 jam kedua dan

selanjutnya tiap jam hingga pasien pulang.

b) Rasa nyeri yang timbul yang mungkin memerlukan pengobatan analgetik.

c) Perdarahan dari luka dan kemaluannya.

d) Suhu badannya.

4) Dua jam setelah tindakan dengan anestesi lokal klien diizinkan minum dan makan, karena rasa

mengantuk telah hilang.

5) Dua jam setelah tindakan dengan anestesi lokal klien diizinkan duduk dan latihan berjalan

dengan ditemani keluarganya apabila pasien tidak pusing.


BAB IV

TINJAUAN KASUS

A. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian

Tempat : Praktik Bidan Mandiri Wenny Sulistia

Tanggal : 27 Maret 2022 Pukul : 13.00 WIB

a. Identitas Pasien Identitas Suami

1) Nama : Ny. W Nama : Tn. A

2) Umur : 45 tahun Umur : 46 tahun

3) Agama : Islam Agama : Islam

4) Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa : Jawa

5) Pendidikan : S1 Pendidikan : S1

6) Pekerjaan : PNS Pekerjaan : P.Swasta

b. Anamnesa (Data Subyektif)

1) Alasan Kunjungan

Ibu mengatakan ingin melakukan KB MOW. Karena ibu merasa jumlah anak

sudah cukup

2) Riwayat Perkawinan

Ibu mengatakan menikah 1 kali umur 23 tahun, lamanya perkawinan sudah 12

tahun dan telah mempunyai 3 anak.

3) Riwayat Menstruasi

a) Menarche : umur 13 tahun

b) Siklus : ± 28 hari

c) Lama : ± 1 minggu
d) Banyaknya : sehari 2-3 x ganti pembalut

e) Teratur / tidak teratur : teratur tiap bulan

f) Sifat darah : encer, ada gumpalan warna merah kehitaman

g) Dismenorhoe : pada hari pertama kadang terasa sakit perut,tidak mengganggu

aktivitas

4) Riwayat Obstetri (Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu)

Keadaan
Tgl/ Tempat Umur Jenis
NO Anak Nifas anak
Thn Partus Kehamilan Partus
sekarang
Partus
JK BB PB Kea Laktasi
daan
1 2013 BPS 9 tahun Spontan Perem 3300 48 cm Baik 3 bulan Hidup
puan gram
2 2015 BPS 7 tahun Spontan Laki- 3400 50 cm Baik 6 bulan Hidup
laki gram
3 2021 BPS 5 Bulan Spontan Perem 3300 47 cm Baik 4 bulan Hidup
puan gram

5) Riwayat KB

a) Ibu mengatakan setalah kelahiran anak pertama menggunakan KB suntik

selama 1 tahun Keluhan:ibu mengatakan tidak ada keluhan

b) Ibu mengatakan setelah kelahiran anak kedua menggunakan KB suntik selama

6 tahun Keluhan :ibu mengatakan tidak ada keluhan

6) Riwayat Penyakit

(a) Riwayat Penyakit Sekarang

Ibu mengatakan tidak sedang sakit apapun. Seperti : Batuk, pilek, pusing,

flu, Dan lain-lain

(b) Riwayat Penyakit Sistemik

(1) Jantung : Ibu mengatakan dada tidak pernah berdebar kencang dan tidak

pernah keluar keringat dingin pada telapak tangan.

(2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah mengeluh nyeri perut bagian

bawah baik kanan maupun kiri dan tidak merasa sakit saat buang air kecil.

(3) Asma : Ibu mengatakan tidak pernah merasa sesak nafas.


(4) TBC: Ibu mengatakan tidak pernah batuk berkepanjangan ataupun batuk

berdarah.

(5) Hepatitis : Ibu mengatakan pada mata dan ujung kuku tidak pernah

terlihat kuning.

(6) DM : Ibu mengatakan pada malam hari tidak pernah mengeluh sering

minum ataupun buang air kecil.

(7) Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami tekanan darah tinggi.

(8) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami kejang yang

disertai keluar buih dari mulut.

(c) Riwayat Penyakit Keluarga

(1) Penyakit Menurun : Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita

penyakit menurun seperti asma, jantung, ataupun kencing

manis.

(2) Penyakit Menular : Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita

penyakit menular seperti penyakit kelamin ataupun

penyakit kulit.

e) Riwayat Operasi

Ibu mengatakan belum pernah operasi apapun.

7) Riwayat Kebiasaan Sehari-hari

a) Nutrisi : Ibu mengatakan makan sehari 3 kali porsi sedang (nasi, lauk pauk, sayur dan

buah) dan minum ±6 gelas air putih dan 1 gelas teh.

b) Eliminasi : Ibu mengatakan BAK sehari ± 5 kali, warna kuning jernih dan BAB 1 kali

sehari, kosistensi lembek dan warna kekuningan.

c) Istirahat : Ibu mengatakan tidur sehari ± 9 jam, tidur siang 1 jam dan tidur malam 8

jam.

d) Aktivitas : Ibu mengatakan setiap hari bekerja sebagai ibu rumah tangga, seperti :

menyapu, memasak, mencuci, mengepel dan menyeterika.


e) Personal Hygiene : Ibu mengatakan mandi sehari 2 kali yaitu jam 06.30 dan jam

16.00, keramas 2 hari sekali, gosok gigi sehari 2 kali, dan ganti baju dan

pakaian dalam sehari 2 kali.

f) Pola seksual : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual seminggu 2 kali pada saat

tidak terjadinya bercak darah.

g) Merokok, Jamu, Alkohol Dan Obat-obatan : Ibu mengatakan tidak pernah merokok,

tidak pernah minum jamu, tidak pernah minum alkohol dan tidak pernah

minum obat-obatan kecuali dari dokter atau bidan.

c. Pemeriksaan Fisik

1) Status Generalis

a) Keadaan Umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis

c) TTV : TD : 130/70 mmHg, S : 36,5 ºC, N : 80 x/menit, R : 20 x/menit

d) TB : 155 cm

e) BB : 50 kg

2) Pemeriksaan Sistematis

a) Kepala

(1) Rambut : Bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok,warna hitam

(2) Muka : Tidak pucat dan tidak ada oedema

(3) Mata

(a) Conjungtiva : Warna kemerahan

(b) Sklera : Warna putih

(4) Hidung : Simetris, bersih dan tidak ada polip

(5) Telinga : Simetris, bersih dan tidak ada serumen

(6) Mulut/Gigi/Gusi : Bersih, tidak stomatitis/tidak caries/ tidak berdarah.


b) Leher

(1) Kelenjar Gondok : Tidak ada pembesaran kelenjar gondok

(2) Tumor : Tidak ada benjolan di leher

(3) Pembesaran Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe

c) Dada dan Axilla

(1) Mammae

(a) Membesar : Ada pembesaran normal

(b) Tumor : Kanan kiri tidak ada benjolan

(c) Simetris : Simetris kanan kiri

(2) Axilla

(a) Benjolan : Palpasi kanan kiri tidak ada benjolan

(b) Nyeri : Palpasi kanan kiri tidak ada nyeri

d) Abdomen

(1) Pembesaran Uterus : Tidak ada pembesaran uterus

(2) Pembesaran Hati : Tidak dilakukan

(3) Benjolan/Tumor : Tidak ada benjolan

(4) Nyeri Tekan : Tidak ada nyeri tekan

(5) Luka Bekas Operasi : Tidak ada luka bekas operasi.

e) Anogenital

(1) Vulva Vagina

(a) Varices : Tidak ada varices

(b) Luka : Tidak ada luka

(c) Kemerahan : Tidak ada iritasi


(d) Nyeri : Tidak ada nyeri

(e) Kelenjar Bartolini : Tidak ada pembesaran kelenjar bartolini

(f) Pengeluaran Pervaginam : Tidak ada

(2) Inspeculo

(a) Vagina : Warna merah muda

(b) Vulva : Normal, tidak ada varices / oedema

(c) Tanda Chadwick : Tidak ada warna kebiruan

(3) Pemeriksaan Dalam

(a) Portio/Servik : Keras dan Tidak ada erosi

(b) Posisi Uterus : Normal (retrofleksi)

(c) Tumor/Benjolan : Tidak ada benjolan

(d) Nyeri :Tidak ada nyeri sentuh pada portio

(4) Anus

Haemoroid : Tidak ada haemoroid

f) Ekstremitas

(1) Varices : Tidak ad avarices pada kaki kanan kiri

(2) Oedema : Tidak ada oedema pada tangan/kaki

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium : Hb: 11,6 gr%

b. Pemeriksaan penunjang lain : tidak dilakukan

II. Interpretasi Data

Tanggal 27 Maret 2022 Pukul : 13.45 WIB

a. Diagnosa Kebidanan

Ny. W umur 45 tahun P3A0 akseptor Pra KB MOW


Data Dasar

DS :

1) Ibu mengatakan umur 45 tahun

2) Ibu mengatakan melahirkan 3 kali

3) Ibu mengatakan ingin menggunakan KB MOW DO

4) Keadaan umum : baik

5) Kesadaran : composmentis

6) TTV : TD : 110/70 mmHg, S : 36,5ºC, N : 80 x/menit, R : 20

x/menit

b. Masalah

Tidak ada

c. Kebutuhan

Informasi tentang tindakan operasi MOW.

III. Diagnosa Potensial


Tidak ada

IV. Antisipasi/ Tindakan Segera

Pemberian obat-obatan

V. Perencanaan

Tanggal 27 Maret 2022 Pukul 13.50 WIB

1. Konseling tentang MOW yaitu tentang manfaat, keterbatasan ,waktu melakukan

tubektomi, yang dapat atau tidak dapat menjalani tubektomi.

2. Berikan informed consent

3. Tanyakan kembali pada ibu apakah sudah mantap memilih metode kontrasepsi MOW
4. Siapkan ibu menjelang tindakan operatif sesuai dengan advis dokter.

VI. Pelaksanaan

Tanggal 27 Maret 2022

1. Pukul 14.00 WIB memberikan konseling MOW

2. Pukul 14.10 WIB menanyakan kembali pada ibu apakah sudah mantap memilih metode

kontrasepsi MOW

3. Pukul 14.15 WIB memberikan informed consent sebagai persetujuan dari klien dan suami

4. Pukul 14.20 WIB menyiapkan ibu menjelang tindakan operatif sesuai dengan advis dokter

yaitu: menganjurkan puasa 1 hari, memasang infuse 20 tpm, memasang cateter tetap,

melakukan skeren

VII. Evaluasi

Tanggal 27 Maret 2022

1. Ibu mengerti penjelasan dari bidan

2. Ibu bersedia menandatangani informed consent

3. Ibu sudah mantap memilih metode kontrasepsi MOW

4. Sudah dilakukan tindakan menjelang operatif sesuai advis dokter yaitu;

a. Ibu mulai puasa sejak

b. Ibu dipasang infus RL 20 tpm

c. Ibu dipasang cateter

d. Ibu diskeren

e. Operasi dilakukan
DATA PERKEMBANGAN I

Tanggal 27 Maret 2022, Pukul 20: 00 WIB.

S : Subyektif

1. Ibu mengatakan sudah dilakukan tindakan operasi MOW

2. Ibu tidak cemas lagi

O : Obyektif

1. Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis.

2. Vital sign

TD : 130/ 70 mmHg S : 36,50 C

N : 80 x/ menit R : 20 x/ menit

3. Exstremitas:Masih terpasang infuse RL 20 tpm ditangan kanan

4. Genetalia:Masih terpasang kateter di alat genetalia ibu

5. Abdomen:luka masih basah,tertutup kassa steril

A : Assessment

Ny. W, P3A0 umur 45 tahun akseptor KB MOW

P : Planning

Tanggal 27 Maret 2022

1. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam

2. Menganjurkan ibu makan dan minum setelah 2 jam pasca operasi

3. Menganjurkan ibu untuk mobilitas dini miring kiri kanan,duduk dan latihan berjalan

dengan ditemani keluarganya apabila pasien tidak pusing.


4. Memberikan konseling pada ibu pasca tindakan operatif.

a. Menganjurkan ibu untuk mejaga luka operasi tetap kering hingga luka tidak infeksi

b. Mehindari hubungan intim hingga merasa cukup nyaman

c. Mehindari mengangkat benda-benda berat dan kerja keras selam 1 minggu

d. Menganjurkan ibu kembali lagi apabila merasakan ada keluhan dan kontrol 1 minggu

lagi.

5. Memberikan terapi obat sesuai advis dokter pada ibu yaitu:

a. Cefadroxil 500 mg 2x1

b. Asemefenamat 500 mg 3x1

c. Sulfas ferosus 60 mg 1x1

E : Evaluasi

Tanggal 27 Maret 2022 Pukul 20: 30 WIB.

1. Sudah dilakukan Observasi

TD : 130/ 70 mmHg S : 36,50 C

N : 80 x/ menit R : 20 x/ menit

2. Ibu mengatakan sudah makan dan minum setelah dua jam pasca operasi

3. Ibu sudah bisa miring kanan dan kiri,duduk

4. Ibu sudah mengerti tentang konseling pasca tindakan operatif

5. Ibu sudah diberikan terapi obat sesuai advis dokter


BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Ny. W akseptor KB MOW

menggunakan manajemen 7 langkah Varney, maka penulis akan membandingkan antara

penatalaksanaan asuhan kebidanan menurut teori dan kasus yang nyata dilapangan, serta

membahas kesenjangan yang ada selama melakukan asuhan.

1. Pengkajian

Pada langkah ini dilakukan pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi keadaan pasien.

Data yang dikumpulkan meliputi data subyektif dan data obyektif. Semua data ini diperoleh melalui

pemeriksaan fisik, wawancara, studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Adalah data Informasi

yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada

pasien atau klien (anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan (Hidayat, 2012).

2. Interpretsi Data

Langkah kedua bermula dari data dasar, menginterpretasi data untuk kemudian diproses

menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan perawatan kesehtan yang diidentifikasi khusus

(Varney, 2007). Diagnosa Kebidanan Prediksi yang mencakup masalah potensial dan prognosis

hasil dari hasil perumusan masalah yang merupakan keputusan yang ditegakkan oleh bidan

(Hidayat, 2012).

Sedangkan pada kasus didapatkan Ny. W umur 45 tahun P3A0 akseptor KB MOW data

subyektif Ibu mengatakan umur 45 tahun, Ibu mengatakan melahirkan 3 kali, Ibu mengatakan ingin

menggunakan KB MOW. Sehingga pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan

praktek.
3. Diagnosa Potensial

Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa

masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan

dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Bidan diharapkan dapat bersiap- siap bila diagnosa

atau masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2007). Menurut Suratun (2008), Diagnosa

potensial yang terjadi KB MOW, yaitu perdarahan di daerah tuba, perdarahan karena perlukaan

pembuluh darah, perforasi usus, emboli udara, perforasi rahim. Pada kasus pada kasus Ny. W

akseptor KB MOW tidak terjadi diagnosa potensial karena telah dilakukan tindakan dengan tepat.

4. Antisipasi

Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan menetapkan beberapa

kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah

konsultasi, kolaborasi dan melakukan rujukan (Varney, 2007).

Antisipasi tindakan pada akseptor KB MOW menurut Saifuddin (2010), perawatan dan

pemeriksan pasca operasi, meliputi: Observasi TTV, Beri minum yang mengandung gula, Lakukan

romberg sign (klien disuruh berdiri dengan mata tertutup).

5. Rencana Tindakan

Tahap proses perencanaan asuhan secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis yang

ada. Dalam proses perencanaan asuhan secara menyeluruh juga dilakukan identifikasi beberapa data

yang tidak lengkap agar pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil (Varney, 2007).

Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada asuhan akseptor KB MOW. Menurut Saifuddin

(2010), persiapan pra-operatif MOW, yaitu: Jelaskan secara lengkap mengenai tindakan MOW

termasuk mekanisme, pencegahan kehamilan yang dihasilkan dan efek samping yang mungkin

terjadi, berikan nasehat untuk perawatan luka bedah, kemana minta pertolongan bila terjadi

kelainan atau keluhan sebelum waktu kontrol, berikan nasehat tetang cara menggunakan obat yang

diberikan sesudah tindakan pembedahan, anjurkan klien puasa sebelum operasi atau tidak makan

dan minum sekurang-kurangnya 2 jam sebelum operasi, datang ke klinik dengan diantar anggota
keluarga atau ditemani orang dewasa, rambut pubis yang cukup panjang digunting pendek dan

dibersihkan dengan sabun dan air serta dilanjutkan dengan cairan antiseptic, tidak memakai

perhiasan dan tidak memakai kosmetik seperti pemerah bibir, pemerah pipi, kutek dan lain-lain,

menghubungi petugas setibanya di klinik.

Sedangkan pada kasus Ny. W akseptor KB MOW yaitu : konseling tentang tubektomi

yaitu tentang manfaat, keterbatasan ,waktu melakukan tubektomi, yang dapat atau tidak dapat

menjalani tubektomi, berikan informed consent, tanyakan kembali pada ibu apakah sudah mantap

memilih metode kontrasepsi tubektomi, siapkan ibu menjelang tindakan operatif, berikan konseling

pada ibu pasca tindakan operatif.

6. Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik terhadap

masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan

secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya (Varney, 2007).

Pelaksanaan Pada kasus Ny. W akseptor KB MOW, yaitu memberikan konseling

tubektomi, Memberikan informed consent sebagai persetujuan dari klien dan suami, menanyakan

kembali pada ibu apakah sudah mantap memilih metoe kontrasepsi tubektomi, menyiapkan ibu

menjelang yindakan operatif yaitu ;memasang infuse, memasang cateter tetap, melakukan skeren,

memberikan konseling pada ibu pasca tindakan operatif dengan cara jagalah luka operasi tetap

kering hingga pembalut dilepaskan. Mulai lagi aktivitas normal secara bertahap, hindari hubungan

intim hingga merasa cukup nyaman, hindari mengangkat benda-benda berat dan kerja keras selama

1 minggu, kalau sakit miinumlah 1 atau 2 tablet analgesic setiap 4-6 jam.

7. Evaluasi

Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan

melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai

bagian dari proses yang dilakukan ecara terus menerus untuk mengingkatkan pelayanan secaa

komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuahn klien (Varney, 2007).
Evaluasi yang ingin dicapai pada akseptor KB MOW yaitu tidak terjadi komplikasi yaitu

perdarahan di daerah tuba, perdarahan karena perlukaan pembuluh darah, perforasi usus, emboli

udara, perforasi rahim (Suratun, 2008).

Pada kasus Ny. W akseptor KB MOW didapatkan TD : 130/ 70 mmHg S: 36,50 C, N: 80 x/

menit, R: 20 x/ menit, Ibu mengatakan sudah makan dan minum setelah dua jam pasca operasi, Ibu

bersedia untuk duduk dan latihan berjalan dengan ditemani keluarganya apabila pasien tidak pusing,

Tidak terjadi pedarahan bekas luka operasi


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan studi kasus pada Ny.W umur 45 tahun P3A0 Akseptor KB MOW dengan

menggunakan menejemen 7 langkah varney dapat disimpulakan yang meliputi:

1. Pengkajian pada Ny.W umur 45 tahun P3A0 Akseptor KB MOW dilakukan dengan

menggunakan pengumpulan data subyektif yaitu ibu mengatakan ingin menggunakan KB MOW

karena ibu merasa jumlah anak sudah cukup.Data Obyektif yaitu conjungtiva merah ,kesadaran

composmentis,TTV 110/70 mmHg.

2. Interpretasi data dilakukan dengan pengumpulan data secara teliti dan akurat sehingga di

dapat diagnose kebidanan Ny.W umur 45 tahun P3A0 Akseptor KB MOW.

3. Diagnosa potensial tidak terjadi karena penanganannya tepat pada Ny.W umur 45 tahun

P3A0 Akseptor KB MOW

4. Antisipasi pada Ny.W umur 45tahun P3A0 Akseptor KB MOW tidak dilakukan.

5. Rencana tindakan pada Ny.W umur 45 tahun P3A0 Akseptor KB MOW adalah observasi

keadaan umum,tanda-tanda vital tiap 4 jam,berikan konseling tentang MOW,berikan informed

consent,menanyakan kembali ibu apakah sudah mantap memilih metode kontrasepsi MOW,siapkan

ibu menjelang operasi.

6. Pelaksanaan pada kasus Ny.W umur 45 tahun P3A0 akseptor KB MOW dilakukan sesuai

perencanaan.

7. Pada kasus Ny.W umur 45 tahun P3A0 akseptor KB MOW yang didapatkan setelah

dilakukan asuhan selama 2 hari adalah keadaan umum ; baik. kesadaran : komposmentis, TTV: TD
:120/80 mmHg, Nadi : 83 x/menit, R :20 x/menit, S :36,5ºC, Ibu sudah diijinkan pulang dan diberi terapi

oral Cefdroxil 500mg 2x1, Asamefenamat 500mg 3x1, Sf 60 mg 1x1, ibu bersedia control lagi bila ada

keluhan.

8. Pada kasus Ny,W umur 45 tahun P3AO akseptor KB MOW penulis mampu mengidentifikai

adanya kesenjangan pada diagnosa potensial dan tindakan segera. Kerena akseptor dalam keadaan

baik.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas perlu adanya peningkatan pelayanan yang lebih baik,oleh

karena itu penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi bidan/profesi

Menjadi pertimbangan bagi organisasi profesi bidan dalam upaya meningkatan mutu

Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB MOW.

2. Bagi BPS

Memberikan masukan terhadap Praktik Bidan Mandiri Wenny Sulistia pelaksanaan asuhan

kebidanan pada akseptor KB MOW.

3. Bagi pendidik

Diharapkan untuk sebagai menambahan wacana atau informasi mengenai asuhan kebidanan

keluarga berencana pada akseptor KB MOW.

4. Bagi pasien

Di harapkan pasien dapat melakukan perawatan luka post operasi MOW sendiri dengan

memperhatikan tehnik aseptik sehingga tidak terjadi infeksi yang lebih serius dan luka dapat

sembuh dengan cepat.

Anda mungkin juga menyukai