W P3A0
UMUR 45 TAHUN AKSEPTOR KB MOW DI PRAKTIK BIDAN
MANDIRI WENNY SULISTIA
TAHUN 2022
OLEH :
WENNY SULISTIA
213302090059
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Keluarga Berencana adalah program untuk membantu keluarga termasuk individu
merencanakan kehidupan berkeluarganya dengan baik sehingga dapat mencapai keluarga yang
berkualitas, keluarga yang berkualitas akan menghasilkan generasi berikutnya yang berkualitas
pula. Gerakan KB nasional bertujuan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi
dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan
Visi dan misi program KB tahun 2010 telah direvitalisasi dalam rangka untuk lebih
mendukung pencapaian hasil yang optimal. Visi program KB sekarang ini adalah “Keluarga
Berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju,
mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggungjawab, harmonis dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan misi program KB adalah memberdayakan
KB dan kesehatan reproduksi, meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak-
hak reproduksi, meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan
keadilan jender melalui program Keluarga Berencana, dan mempersiapkan Sumber Daya
Manusia berkualitas sejak pembuahan daam kandungan sampai dengan lanjut usia” (Saifuddin,
2010).
Data yang diperoleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional tahun 2012
peserta KB baru menurut kontrasepsi yaitu sebanyak9.581.469 akseptor terdiri dari akseptor KB
IUD sebanyak 627.980 akseptor (6,55%), MOW sebanyak 115.018 akseptor (1,20%), MOP
sebanyak 25.619 akseptor (0,27%), Kondom sebanyak 748.316 akseptor (7,81%), Implan sebanyak
768.646 akseptor (8,02%), Suntik sebanyak 4.618.051 akseptor (48,20%) dan kontrasepsi Pil
sebanyak 2.677.839 (27,95%) (Kemenkes RI, 2012). Jawa Tengah peserta KB baru menurut
kontrasepsi yaitu sebanyak 1.087.108 akseptor meliputi IUD sebanyak 80.140 akseptor (7,37%),
MOW sebanyak 22.114 akseptor (2,03%), MOP sebanyak 3.207 Akseptor (0,30%), Kondom
sebanyak 67.103 akseptor (6,17%), Implant sebanyak 126.377 akseptor (11,63%), Suntik sebanyak
594.283 akseptor (54,67%) dan kontrasepsi PIL sebanyak 193.884 akseptor (17,83%) (Kemenkes
RI, 2012).
Salah satu metode keluarga berencana yaitu dengan Medis Operatif Wanita (MOW) atau
kontrasepsi mantap (kontap) wanita atau sterilisasi makin diterima masyarakat. Perkembangan
waktu dan makin tinggi pengertian masyarakat membuat MOW menjadi salah satu pilihan
Medis Operatif Wanita (MOW) atau kontrasepsi mantap (kontap) wanita adalah suatu
kontrasepsi permanen untuk mecegah keluarnya ovum dengan tindakan mengikat atau memotong
pada kedua saluran tuba, dengan demikian ovum yang matang tidak akan bertemu dengan sperma
Medis Operatif Wanita (MOW) atau kontrasepsi mantap (kontap) wanita sangat efektif
tetapi kemungkinan terjadinya kehamilan tetap ada baik dalam rahim maupun di luar rahim atau
kehamilan ektopik, sehingga petugas klinik harus mengetahui gejala-gejala tersebut (Saifuddin,
2010).
Berdasarkan uraian bahwa kontrasepsi MOW merupakan tindakan pembedahan dan calon
akseptor harus mengetahui bahwa MOW merupakan pilihan terakhir bila dengan kontrasepsi lain
tidak cocok,maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dengan judul“Asuhan Kebidanan
Keluarga Berencana pada Ny. W dengan KB MOW di Praktik Bidan Mandiri Wenny Sulistia”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas perumusan masalah dalam studi
kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada Ny. W dengan KB
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny.W P3A0 akseptor KB MOW di Praktik Bidan
2. Tujuan khusus
a. Penulis mampu
1) Melakukan pengkajian yang meliputi keluhan, data subyektif dan obyektif pada Ny.
MOW.
5) Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan pada Ny.W P3A0 akseptor KB
MOW.
6) Melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun pada Ny.W P3A0 akseptor KB
MOW.
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Ny.W P3A0
akseptor KB MOW.
b. Penulis mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan
termasuk faktor pendukung dan penghambat pada Ny.W P3A0 akseptor KB MOW.
akseptor KB MOW.
KB MOW.
2. Bagi profesi
Menjadi pertimbangan bagi organisasi profesi bidan dalam upaya meningkatan mutu
3. Bagi institusi
MOW.
b. Pendidikan
Digunakan sebagai tambahan wacana atau referensi sehingga dapat menambah referensi
A. Teori Medis
1. Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan. Keluarga berencana adalah suatu usaha mengantur
banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta
keluarga yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari
2. Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan yang bersifat sementara,
dapat pula bersifat permanen dan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas
(Saifuddin, 2010).
Kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan yang bertujuan untuk
agar keluarga dapat memberikan perhatian dan pendidikan yang maksimal pada anak (Harnawati,
2008).
a. Tanpa Alat
(1) KB alamiah terdiri dari pantang berkala, metode kalender, metode suhu basal,
(2) Coitus Interuptus (senggama terputus) Adalah suatu metode kontrasepsi di mana
senggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi intra-vaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari
genetalia eksterna wanita.
b. Dengan Alat
(1) Mekanis ( barier ), terdiri dari kondom pria, barier intra vaginal (diafragma, kap
(2) Kimiawi yang berupa spermisid (vaginal cream, vagina foam, vagina jelly,
2) Metode Modern
a) Kontrasepsi hormonal
(1) Per oral : Pil oral kombinasi (POK), Mini Pil, Morning after pill.
b) IUD (Intra Uteri Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) : Copper T,
Tubektomi atau kontap wanita ialah suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya
ovum dengan cara tindakan mengikat dan atau memotong pada kedua saluran tuba (Suratun
,dkk, 2008).
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan
wanita tersebut tidak akan mendapat keturunan lagi. Jenis kontrasepsi ini bersifat permanen,
karena dilakukan penyumbatan pada saluran telur wanita yang dilakukan dengan cara diikat,
1) Penggunaan sangat efektif, yaitu 0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama
penggunaan.
4) Baik bagi klien bila kehamilan akan menjadi resiko kehamilan yang serius.
1) Harus dipertimbangkan sifat mantap metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali).
3) Resiko komplikasi kecil namun dapat meningkat apabila menggunakan anestesi setelah
tindakan.
4) Rasa sakit atau ketidaknyamanan muncul dalam waktu pendek setelah tindakan.
5) Dilakukan oleh dokter terlatih, yaitu dokter spesialis ginekologi untuk proses laparoskopi.
Beberapa syarat menurut Proverawati (2010), hal yang perlu diperhatikan ketika akan
2) Jumlah anak (paritas) minimal adalah 2 dengan umur anak terkecil lebih dari 2 tahun.
3) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan keinginannya dan pasangannya.
Klien mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum pelaksanaan prosedur
ini, serta informed concent form harus ditandatangani oleh klien sebelum prosedur dilaksanakan.
1) Infeksi Luka. Apabila terlihat infeksi luka, obati dengan antibiotic bila terdapat abses lakukan drainase
3) Luka pada kandung kemih, intestinal. Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat, apabila kandung
kemih atau usus luka dan diketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi primer, apabila ditemukan pasca
4) Hematoma (Subkutan). Gunakan packs yang hangat dan lembab di tempat tersebut. Amati hal ini
biasanya akan berhenti dengan berjalannya waktu tetapi dapat membutuhkan drainase bila ektensif.
5) Emboli gas yang diakibatkan oleh laparoskopi. Ajukan ke tingkat asuhan yang tepat dan mulailah
resusitasi intensif, termasuk cara intravena, resusitasi kardio pulmonar dan tindakan penunjang
kehidupan lainnya.
6) Rasa sakit pada lokasi pembedahan. Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa
yang ditemukan
7) Perdarahan superficial (tepi kulit atau subkutan). Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan apa
yang ditemukan.
Menurut Hartanto (2006), kontap wanita tidak menimbulkan efek samping jangka panjang
yang jelek. Selama paling sedikit dua dasawarsa terakhir ini, timbul perdebatan mengenai efek
samping jangka panjang bila memang ada dari kontap wanita. Persoalan efek samping jangka
1) Perubahan-perubahan hormonal
2) Pola haid
3) Problem ginekologis
4) Problem psikologis
2) Pasca keguguran, dapat dilaksanakan pada hari yang sama dengan evakuasi rahim atau
keesokan harinya.
3) Dalam masa interval (keadaan tidak hamil), sebaiknya dilakukan dalam 2 minggu pertama
dari siklus haid ataupun setelahnya, seandainya calon akseptor menggunakan salah satu cara
2) Pencegahan kehamilan yang dihasilkan dan efek samping yang mungkin terjadi.
3) Berikan nasehat untuk perawatan luka bedah, kemana minta pertolongan bila terjadi kelainan
4) Berikan nasehat tetang cara menggunakan obat yang diberikan sesudah tindakan pembedahan.
5) Anjurkan klien puasa sebelum operasi atau tidak makan dan minum sekurang-kurangnya 2 jam
sebelum operasi.
6) Datang ke klinik dengan diantar anggota keluarga atau ditemani orang dewasa.
7) Rambut pubis yang cukup panjang digunting pendek dan dibersihkan dengan sabun dan air
8) Tidak memakai perhiasan dan tidak memakai kosmetik seperti pemerah bibir, pemerah pipi,
2) Bila dilakukan anestesi lokal, pemindahan klien dari meja operasi ke kereta dorong dan dari
kereta dorong ke tempat tidur di ruang pulih dilakukan oleh 2 orang perawat dengan
mendekatkan kareta dorong ke meja operasi atau tempat tidur. Akseptor diminta untuk
menggeserkan badannya, bila klien memperoleh anestesi umum pemindahan pasien dilakukan
oleh 3 – 4 orang.
a) Nadi, tekanan darah, pernafasan tiap 15 menit pertam, tiap 30 menit pada 1 jam kedua dan
d) Suhu badannya.
4) Dua jam setelah tindakan dengan anestesi lokal klien diizinkan minum dan makan, karena rasa
5) Dua jam setelah tindakan dengan anestesi lokal klien diizinkan duduk dan latihan berjalan
TINJAUAN KASUS
A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
5) Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
1) Alasan Kunjungan
Ibu mengatakan ingin melakukan KB MOW. Karena ibu merasa jumlah anak
sudah cukup
2) Riwayat Perkawinan
3) Riwayat Menstruasi
b) Siklus : ± 28 hari
c) Lama : ± 1 minggu
d) Banyaknya : sehari 2-3 x ganti pembalut
aktivitas
Keadaan
Tgl/ Tempat Umur Jenis
NO Anak Nifas anak
Thn Partus Kehamilan Partus
sekarang
Partus
JK BB PB Kea Laktasi
daan
1 2013 BPS 9 tahun Spontan Perem 3300 48 cm Baik 3 bulan Hidup
puan gram
2 2015 BPS 7 tahun Spontan Laki- 3400 50 cm Baik 6 bulan Hidup
laki gram
3 2021 BPS 5 Bulan Spontan Perem 3300 47 cm Baik 4 bulan Hidup
puan gram
5) Riwayat KB
6) Riwayat Penyakit
Ibu mengatakan tidak sedang sakit apapun. Seperti : Batuk, pilek, pusing,
(1) Jantung : Ibu mengatakan dada tidak pernah berdebar kencang dan tidak
(2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah mengeluh nyeri perut bagian
bawah baik kanan maupun kiri dan tidak merasa sakit saat buang air kecil.
berdarah.
(5) Hepatitis : Ibu mengatakan pada mata dan ujung kuku tidak pernah
terlihat kuning.
(6) DM : Ibu mengatakan pada malam hari tidak pernah mengeluh sering
(7) Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami tekanan darah tinggi.
(1) Penyakit Menurun : Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita
manis.
(2) Penyakit Menular : Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit kulit.
e) Riwayat Operasi
a) Nutrisi : Ibu mengatakan makan sehari 3 kali porsi sedang (nasi, lauk pauk, sayur dan
b) Eliminasi : Ibu mengatakan BAK sehari ± 5 kali, warna kuning jernih dan BAB 1 kali
c) Istirahat : Ibu mengatakan tidur sehari ± 9 jam, tidur siang 1 jam dan tidur malam 8
jam.
d) Aktivitas : Ibu mengatakan setiap hari bekerja sebagai ibu rumah tangga, seperti :
16.00, keramas 2 hari sekali, gosok gigi sehari 2 kali, dan ganti baju dan
f) Pola seksual : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual seminggu 2 kali pada saat
g) Merokok, Jamu, Alkohol Dan Obat-obatan : Ibu mengatakan tidak pernah merokok,
tidak pernah minum jamu, tidak pernah minum alkohol dan tidak pernah
c. Pemeriksaan Fisik
1) Status Generalis
b) Kesadaran : Composmentis
d) TB : 155 cm
e) BB : 50 kg
2) Pemeriksaan Sistematis
a) Kepala
(3) Mata
(1) Mammae
(2) Axilla
d) Abdomen
e) Anogenital
(2) Inspeculo
(4) Anus
f) Ekstremitas
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Diagnosa Kebidanan
DS :
5) Kesadaran : composmentis
x/menit
b. Masalah
Tidak ada
c. Kebutuhan
Pemberian obat-obatan
V. Perencanaan
3. Tanyakan kembali pada ibu apakah sudah mantap memilih metode kontrasepsi MOW
4. Siapkan ibu menjelang tindakan operatif sesuai dengan advis dokter.
VI. Pelaksanaan
2. Pukul 14.10 WIB menanyakan kembali pada ibu apakah sudah mantap memilih metode
kontrasepsi MOW
3. Pukul 14.15 WIB memberikan informed consent sebagai persetujuan dari klien dan suami
4. Pukul 14.20 WIB menyiapkan ibu menjelang tindakan operatif sesuai dengan advis dokter
yaitu: menganjurkan puasa 1 hari, memasang infuse 20 tpm, memasang cateter tetap,
melakukan skeren
VII. Evaluasi
d. Ibu diskeren
e. Operasi dilakukan
DATA PERKEMBANGAN I
S : Subyektif
O : Obyektif
2. Vital sign
N : 80 x/ menit R : 20 x/ menit
A : Assessment
P : Planning
3. Menganjurkan ibu untuk mobilitas dini miring kiri kanan,duduk dan latihan berjalan
a. Menganjurkan ibu untuk mejaga luka operasi tetap kering hingga luka tidak infeksi
d. Menganjurkan ibu kembali lagi apabila merasakan ada keluhan dan kontrol 1 minggu
lagi.
E : Evaluasi
N : 80 x/ menit R : 20 x/ menit
2. Ibu mengatakan sudah makan dan minum setelah dua jam pasca operasi
PEMBAHASAN
penatalaksanaan asuhan kebidanan menurut teori dan kasus yang nyata dilapangan, serta
1. Pengkajian
Pada langkah ini dilakukan pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi keadaan pasien.
Data yang dikumpulkan meliputi data subyektif dan data obyektif. Semua data ini diperoleh melalui
pemeriksaan fisik, wawancara, studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Adalah data Informasi
yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada
pasien atau klien (anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan (Hidayat, 2012).
2. Interpretsi Data
Langkah kedua bermula dari data dasar, menginterpretasi data untuk kemudian diproses
menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan perawatan kesehtan yang diidentifikasi khusus
(Varney, 2007). Diagnosa Kebidanan Prediksi yang mencakup masalah potensial dan prognosis
hasil dari hasil perumusan masalah yang merupakan keputusan yang ditegakkan oleh bidan
(Hidayat, 2012).
Sedangkan pada kasus didapatkan Ny. W umur 45 tahun P3A0 akseptor KB MOW data
subyektif Ibu mengatakan umur 45 tahun, Ibu mengatakan melahirkan 3 kali, Ibu mengatakan ingin
menggunakan KB MOW. Sehingga pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan
praktek.
3. Diagnosa Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa
masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Bidan diharapkan dapat bersiap- siap bila diagnosa
atau masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2007). Menurut Suratun (2008), Diagnosa
potensial yang terjadi KB MOW, yaitu perdarahan di daerah tuba, perdarahan karena perlukaan
pembuluh darah, perforasi usus, emboli udara, perforasi rahim. Pada kasus pada kasus Ny. W
akseptor KB MOW tidak terjadi diagnosa potensial karena telah dilakukan tindakan dengan tepat.
4. Antisipasi
Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan menetapkan beberapa
kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah
Antisipasi tindakan pada akseptor KB MOW menurut Saifuddin (2010), perawatan dan
pemeriksan pasca operasi, meliputi: Observasi TTV, Beri minum yang mengandung gula, Lakukan
5. Rencana Tindakan
Tahap proses perencanaan asuhan secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis yang
ada. Dalam proses perencanaan asuhan secara menyeluruh juga dilakukan identifikasi beberapa data
yang tidak lengkap agar pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil (Varney, 2007).
Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada asuhan akseptor KB MOW. Menurut Saifuddin
(2010), persiapan pra-operatif MOW, yaitu: Jelaskan secara lengkap mengenai tindakan MOW
termasuk mekanisme, pencegahan kehamilan yang dihasilkan dan efek samping yang mungkin
terjadi, berikan nasehat untuk perawatan luka bedah, kemana minta pertolongan bila terjadi
kelainan atau keluhan sebelum waktu kontrol, berikan nasehat tetang cara menggunakan obat yang
diberikan sesudah tindakan pembedahan, anjurkan klien puasa sebelum operasi atau tidak makan
dan minum sekurang-kurangnya 2 jam sebelum operasi, datang ke klinik dengan diantar anggota
keluarga atau ditemani orang dewasa, rambut pubis yang cukup panjang digunting pendek dan
dibersihkan dengan sabun dan air serta dilanjutkan dengan cairan antiseptic, tidak memakai
perhiasan dan tidak memakai kosmetik seperti pemerah bibir, pemerah pipi, kutek dan lain-lain,
Sedangkan pada kasus Ny. W akseptor KB MOW yaitu : konseling tentang tubektomi
yaitu tentang manfaat, keterbatasan ,waktu melakukan tubektomi, yang dapat atau tidak dapat
menjalani tubektomi, berikan informed consent, tanyakan kembali pada ibu apakah sudah mantap
memilih metode kontrasepsi tubektomi, siapkan ibu menjelang tindakan operatif, berikan konseling
6. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik terhadap
masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan
secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya (Varney, 2007).
tubektomi, Memberikan informed consent sebagai persetujuan dari klien dan suami, menanyakan
kembali pada ibu apakah sudah mantap memilih metoe kontrasepsi tubektomi, menyiapkan ibu
menjelang yindakan operatif yaitu ;memasang infuse, memasang cateter tetap, melakukan skeren,
memberikan konseling pada ibu pasca tindakan operatif dengan cara jagalah luka operasi tetap
kering hingga pembalut dilepaskan. Mulai lagi aktivitas normal secara bertahap, hindari hubungan
intim hingga merasa cukup nyaman, hindari mengangkat benda-benda berat dan kerja keras selama
1 minggu, kalau sakit miinumlah 1 atau 2 tablet analgesic setiap 4-6 jam.
7. Evaluasi
Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan
melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai
bagian dari proses yang dilakukan ecara terus menerus untuk mengingkatkan pelayanan secaa
komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuahn klien (Varney, 2007).
Evaluasi yang ingin dicapai pada akseptor KB MOW yaitu tidak terjadi komplikasi yaitu
perdarahan di daerah tuba, perdarahan karena perlukaan pembuluh darah, perforasi usus, emboli
menit, R: 20 x/ menit, Ibu mengatakan sudah makan dan minum setelah dua jam pasca operasi, Ibu
bersedia untuk duduk dan latihan berjalan dengan ditemani keluarganya apabila pasien tidak pusing,
A. Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus pada Ny.W umur 45 tahun P3A0 Akseptor KB MOW dengan
1. Pengkajian pada Ny.W umur 45 tahun P3A0 Akseptor KB MOW dilakukan dengan
menggunakan pengumpulan data subyektif yaitu ibu mengatakan ingin menggunakan KB MOW
karena ibu merasa jumlah anak sudah cukup.Data Obyektif yaitu conjungtiva merah ,kesadaran
2. Interpretasi data dilakukan dengan pengumpulan data secara teliti dan akurat sehingga di
3. Diagnosa potensial tidak terjadi karena penanganannya tepat pada Ny.W umur 45 tahun
4. Antisipasi pada Ny.W umur 45tahun P3A0 Akseptor KB MOW tidak dilakukan.
5. Rencana tindakan pada Ny.W umur 45 tahun P3A0 Akseptor KB MOW adalah observasi
consent,menanyakan kembali ibu apakah sudah mantap memilih metode kontrasepsi MOW,siapkan
6. Pelaksanaan pada kasus Ny.W umur 45 tahun P3A0 akseptor KB MOW dilakukan sesuai
perencanaan.
7. Pada kasus Ny.W umur 45 tahun P3A0 akseptor KB MOW yang didapatkan setelah
dilakukan asuhan selama 2 hari adalah keadaan umum ; baik. kesadaran : komposmentis, TTV: TD
:120/80 mmHg, Nadi : 83 x/menit, R :20 x/menit, S :36,5ºC, Ibu sudah diijinkan pulang dan diberi terapi
oral Cefdroxil 500mg 2x1, Asamefenamat 500mg 3x1, Sf 60 mg 1x1, ibu bersedia control lagi bila ada
keluhan.
8. Pada kasus Ny,W umur 45 tahun P3AO akseptor KB MOW penulis mampu mengidentifikai
adanya kesenjangan pada diagnosa potensial dan tindakan segera. Kerena akseptor dalam keadaan
baik.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas perlu adanya peningkatan pelayanan yang lebih baik,oleh
1. Bagi bidan/profesi
Menjadi pertimbangan bagi organisasi profesi bidan dalam upaya meningkatan mutu
2. Bagi BPS
Memberikan masukan terhadap Praktik Bidan Mandiri Wenny Sulistia pelaksanaan asuhan
3. Bagi pendidik
Diharapkan untuk sebagai menambahan wacana atau informasi mengenai asuhan kebidanan
4. Bagi pasien
Di harapkan pasien dapat melakukan perawatan luka post operasi MOW sendiri dengan
memperhatikan tehnik aseptik sehingga tidak terjadi infeksi yang lebih serius dan luka dapat