Anda di halaman 1dari 72

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber

daya manusia dengan kelahiran 5.000.000 pertahun ( Manuaba dkk, 2010).

Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15% pertahun hingga

2,49% pertahun (Handayani, 2010). Upaya pemerintah untuk mengatasi

pertumbuhan penduduk adalah dengan mengadakan program Keluarga

Berencana (KB). Menurut UU No 10 Tahun 1991 tentang perkembangan

kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera , program KB adalah

upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui

pendewasaan perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan

keluarga, peningkatan kesejahterahan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera

(Purwoastuti dan Walyani, 2015). Menurut Noviawati dan Sujiyatini (2009),

tujuan umum Keluarga Berencana (KB) adalah untuk memenuhi perintah

masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkwalitas,

menurunkan tingkat/angka kematian ibu bayi dan anak serta menanggulangi

masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil

berkwalitas.

Berdasarkan data dari BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional) pada tahun 2014 tercatat jumlah peserta KB (Keluarga

Berencana) aktif 29.714.498 peserta, pengguna KB suntik sebanyak

1
2

15.988.541 (53.8%) peserta, Pil sebanyak 6.536.870 (22%) peserta, Implant

sebanyak 2.256.727 (7.6%) peserta, IUD (Intra Uterine Device) sebanyak

2.020.490 (6.8%) peserta, MOW (Medis Operatif Wanita) sebanyak

1.663.930 (5.6%) peserta, Kondom sebanyak 1.099.380 (3.7%) peserta, MOP

(Medis Operatif Pria) sebanyak 148.560 (0.5%) peserta (BKKBN, 2014).

Pencapaian peserta KB aktif semua metode kontrasepsi yang

diperoleh dari data BKKBN Provinsi Jawa Tengah tahun 2014, jumlah

akseptor KB aktif sebanyak 5.368.348 peserta. Dengan rincian penggunaan

kontrasepsi suntik 3.033.703 (56.51%) peserta, Pil 795.055 (14.81%) peserta,

Implant 602.276 (11.22%) peserta, Intra Uterine Device (IUD) 472.217

(8.80%) peserta, Medis Operatif Wanita (MOW) 285.556 (5.32%) peserta,

Medis Operatif Pria (MOP) 53.669 (1.00%) peserta dan Kondom 125.872

(2.34%) peserta(BKKBN JATENG, 2014).

Data yang diperoleh dari BKKBN alat kontrasepsi IUD menduduki

urutan nomor 4 (BKKBN JATENG, 2014). Metode kontrasepsi IUD (Intra

Uterin Device) merupakan suatu alat atau benda yang dimasukkan kedalam

rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang,dapat dipakai

oleh semua perempuan usia produktif(Handayani, 2010). Efek samping

penggunaan KB IUD, yaitu Perdarahan bercak diluar haid (spotting), dan

perdarahan menoragia atau metroragia, ekspulsi, nyeri dan mules, keputihan,

dismenorea (nyeri selama haid), dispareunia (nyeri sewaktu koitus), infeksi

translokasi (Mochtar, 2012).


3

Spotting adalah keluarnya darah dari vagina di luar siklus haid yang

sedikit berupa bercak-bercak (Sulistyawati, 2014). Apabila spotting cukup

mengganggu misalnya spotting tidak berhenti dalam waktu yang lama,

spotting dapat membuat ibu merasa cemas karena mengeluarkan darah dari

vaginanya secara terus menerus dan dapat menyebabkan anemia, maka ibu

perlu diberikan KIE penjelasan penyebab terjadinyaspotting dan gangguan

haid berlebihan memang akan terjadi pada tiga bulan pertama pemakaian

IUD, bahkan terjadi perdarahan maka perlu diberi preparat besi dan anjurkan

pasien untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi untuk

mencegah terjadinya anemia.

Berdasarkan studi pendahuluan tentang Asuhan Kebidanan Keluarga

Berencana Pada Ny. S Umur 28 Tahun P2 A0 Akseptor KB IUD dengan

Spotting di Puskesmas Mojogedang I Karanganyar pada tanggal 16

November 2015, diperoleh data pada bulan Oktober 2014 sampai Oktober

2015, terdapat 1032 akseptor, yaitu akseptor KB suntik 420 orang (40.7%),

KB Pil 209 orang (20.3%), IUD 187 orang (18.1%), Implant 160 orang

(15.5%), Kondom 56 orang (5.4%). Berdasarkan data dari study pendahuluan

diatas akseptor KB IUD berada pada urutan ke 3. Dari 187 akseptor KB IUD,

92 diantaranya mengalami keluhan yaitu spotting 54 orang (58.7%),

menoragia 21 orang (22.9%), keputihan 10 orang (10.8%) dan erosi porsio 7

orang (7.6%).
4

Berdasarkan data yang diperoleh di atas jumlah akseptor KB IUD

dengan spotting masih sangat tinggi. Oleh kerena itu penulis tertarik untuk

melakukan studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana

pada Ny S Umur 28 Tahun P 2 A0 Akseptor KB IUD Dengan Spotting Di

Puskesmas Mojogedang 1 Karanganyar”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, perumusan masalah pada studi kasus ini

adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Ny.S Umur

28 Tahun P2 A0 Akseptor KB IUD Dengan Spotting Di Puskesmas

Mojogedang 1 Karanganyar?”

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Penulis mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana

Pada Ny.S Umur 28 Tahun P2 A0 Akseptor KB IUD Dengan Spotting

dengan menggunakan managemen asuhan kebidanan 7 langkah varney

sesuai dengan kompetensi dan wewenang bidan.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu:

1) Melakukan pengkajian dan analisis data Pada Ny.S Umur 28

Tahun P2 A0 Akseptor KB IUD Dengan Spotting .


5

2) Menginterpretasikan data, meliputi diagnosa kebidanan, masalah

dan kebutuhan ibu Pada Ny.S Umur 28 Tahun P2 A0 Akseptor KB

IUD Dengan Spotting .

3) Merumuskan diagnosa potensial Pada Ny.S Umur 28 Tahun P2 A0

Akseptor KB IUD Dengan Spotting .

4) Mengidentifikasi perlunya antisipasi atau tindakan segera Pada

Ny.S Umur 28 Tahun P2 A0 Akseptor KB IUD Dengan Spotting .

5) Menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan Ny.S Umur 28

Tahun P2 A0 Akseptor KB IUD Dengan Spotting.

6) Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan Pada Ny.S Umur 28

Tahun P2 A0 Akseptor KB IUD Dengan Spotting.

7) Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan Ny.S Umur

28 Tahun P2 A0 Akseptor KB IUD Dengan Spotting.

b. Penulis mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus nyata

di lapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi penulis

Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan pengalaman nyata dalam

memberikan asuhan kebidanan Pada Akseptor KB IUD Dengan Spotting.

2. Bagi Profesi

Dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan

pertimbangan dalam pengembangan asuhan kebidanan, serta


6

meningkatkan keterampilan dalam memberikan dan melaksanakan

asuhan kebidanan.

3. Bagi Puskesmas

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan studi

banding dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD

dengan spotting.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai tambahan referensi mengenai asuhan kebidanan

pada akseptor KB IUD dengan spotting.

E. Keaslian

Keaslian studi kasus pada Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul

asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan spotting sudah pernah

dilakukan oleh mahasiswa :

1. Erni Wahyuni (2014), STIKes Kusuma Husada Surakarta, dengan

judul “ asuhan kebidanan pada Ny. K Umur 24 Tahun P1 A0,

Akseptor KB IUD dengan spotting di BPS Anik Suroso Mojosongo

Surakarta”. Studi kasus menggunakan metode deskiptif. Keluhan yang

dialami ibu yaitu mengeluarkan bercak darah dari vaginanya diluar

menstruasinya sejak 3 hari yang lalu yaitu tanggal 13 april 2014

sampai dengan sekarang.Terapi etinilestradiol 2x1 dosis 0,2 mg, tablet

Fe 1x1 10 tablet sudah diberikan kepada ibu, ibu bersedia kontrol 3

bulan lagi untuk pemeriksaan IUDnya, ibu bersedia untuk

mengkonsumsi makanan bergizi. Hasil dari asuhan yang diberikan


7

selama 14 hari yaitu : spooting sudah sembuh, ibu bersedia untuk tetap

menjaga personal hygiene pada daerah kemaluannya, ibu bersedia

untuk tetap menggunakan KB IUD.

2. Agustianingsih H (2011), Akbid Citra Medika Surakarta, dengan judul

“Asuhan Kebidanan pada Ny. F Akseptor KB IUD Tipe copper T 380

A dengan spotting di Puskesmas Tasikmadu Karanganyar”. Keluhan

yang ibu rasakan yaitu mengeluarkan bercak darah dari vaginanya

diluar menstruasi. Asuhan yang diberikan terapi pil kombinasi 7 hari

dan masalah gangguan rasa nyaman dan cemas yang dialami Ny. F

dapat teratasi dengan pemberian KIE vulva hygiene. Dari hasil asuhan

yang diberikan yaitu spotting dapat disembuhkan pada hari ke 7 dan

ibu tetap memakai KB IUD.

Persamaan studi kasus di atas dengan studi kasus yang penulis

lakukan yaitu tentang IUD dengan spotting sedangkanperbedaannya

pada waktu, subyek, lokasi studi kasus dan asuhan yang diberikan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Keluarga Berencana

a. Definisi

Keluarga Berencana merupakan usaha suami-istri untuk

mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Usaha yang

dimaksud termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan

perencanaan keluarga (Purwoastuti dan Walyani, 2015).

2. Kontrasepsi

a. Pengertian Kontrasepsi

Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015),kontrasepsi terdiri

dari dua kata, yaitu kontra (menolak) dan konsepsi (pertemuan

antara sel telur yang telah matang dengan sel sperma), maka

kontrasepsi dapat diartikan sebagai cara untuk mencegah

pertemuan antara sel telur dan sel sperma sehingga tidak terjadi

pembuahan dan kehamilan.

Menurut Mulyani dan Rinawati (2013), kontrasepsi yaitu

pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau

pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding

rahim.

8
9

b. Syarat Kontrasepsi

Menurut Sofian (2011), kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat-

syarat sebagai berikut :

1) Aman pemakaiannya dan dipercaya.

2) Tidak ada efek samping yang merugikan.

3) Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan.

4) Tidak mengganggu hubungan persetubuhan.

5) Tidak memerlukan bantuan medis atau control yang ketat

selama pemakaian.

6) Cara penggunaannya sederhana atau tidak rumit.

7) Harga murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat,

8) Dapat diterima oleh pasangan suami istri.

c. Efektifitas Kontrasepsi

Menurut Sofian (2011), efektivitas kontrasepsi adalah :

1) Efektifitas klinis (Clinical Effectiveness) adalah keunggulan

cara kontrasepsi tertentu dalam mencegah terjadinya

kehamilan.

2) Efektifitas kontrasepsi (Contraceptive Effectiveness) adalah

keunggulan cara kontrasepsi tertentu dalam mencegah

kehamilan dalam kenyataan penggunaan sehari-hari.

d. Faktor-faktor yang berperan dalam pemilihan kontrasepsi

Menurut Varney dkk (2006), faktor yang berperan dalam pemilihan

kontrasepsi adalah :
10

1) Faktor sosial-budaya

2) Faktor pekerjaan dan ekonomi

3) Faktor keagamaan

4) Faktor hukum

5) Faktor fisik

6) Faktor hubungan

7) Faktor psikologis

8) Status kesehatan saat ini dan riwayat genetik

e. Macam-macam kontrasepsi

Menurut Handayani (2010), macam-macam metode kontrasepsi,

antara lain sebagai berikut :

1) Kontrasepsi Metode Sederhana

a) Tanpa Alat

(1) KB alamiah (KBA)

(a) Metode kalender

Metode kalender adalah metode yang digunakan

berdasarkan masa subur dimana harus menghindari

hubungan seksual tanpa perlindungan kontrasepsi

pada hari ke 8-19 siklus menstruasinya.

(b) Metode suhu basal

Metode suhu basal adalah metode kontrasepsi yang

dilakukan dengan mengukur suhu tubuh untuk


11

mengetahui suhu tubuh basal, untuk menentukan

masa ovulasi.

(c) Metode lendir servik

Metode lendir servik adalah metode dengan

menghubungkan pengawasan terhadap perubahan

lendir servik wanita yang dapat dideteksi di vulva.

(d) Metode sympto termal

Metode sympto termal adalah metode yang

dilakukan dengan mengamati perubahan lendir

servik dan perubahan suhu badan tubuh.

(2) Metode Amenorhea Laktasi

Metode amenorhea laktasi adalah metode yang

mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara

eksklusif, atau hanya diberikan ASI saja tanpa

pemberian makanan tambahan atau minuman apapun.

(3) Coitus Interuptus (senggama terputus)

Coitus interuptus adalah metode kontrasepsi dimana

senggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi intra-

vagina. Ejakulasi terjadi jauh dari genetalia eksterna.

b) Dengan Alat

(1) Kondom

Kondom adalah selubung/sarung yang terbuat dari

berbagai bahan karet yang terbuat dari berbagai bahan


12

diantaranya latek (karet), plastik (vinil) atau bahan

alami (produk hewani).

(2) Diafragma

Diafragma adalah kap berbentuk cembung, terbuat dari

lateks (karet) yang dimasukkan kedalam vagina sebelum

melakukan hubungan seksual dan menutupi servik.

(3) Spermiside

Spermiside adalah zat-zat kimia yang kerjanya

melumpuhkan spermatozoa didalam vagina sebelum

spermatozoa bergerak kedalam traktus genetalia interna.

Spermiside terdiri dari aerosol, busa, tablet vagina,

suppositoria, krim.

2) Kontrasepsi Metode Modern

a) Kontrsepsi hormonal

(1) Pil oral kombinasi

Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang berisi

hormon sintesis estrogen dan progestreon.

(2) Pil progestin

Pil progestin merupakan pil kontrasepsi yang berisi

hormon sintesis progesteron.

(3) Suntikan kombinasi

Suntikan kombinasi merupakan kontrasepsi suntik yang

berisi hormon sintesis estrogen dan progesteron.


13

(4) Suntikan progestin

Suntikan progestin merupakan kontrasepsi suntikan

yang berisi hormon progesteron.

(5) Implant

Implant merupakan alat kontrasepsi yang berupa susuk

yang terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi

hormon, dipasang pada lengan atas.

(6) Intra Uteri Device (IUD)

IUD merupakan alat kontrasepsi yang dimasukan

kedalam rahim untuk tujuan kontrasepsi.

3) Metode Kontrasepsi Mantap

a) Medis Operatif Pria (MOP)

MOP adalah suatu metode kontrasepsi operatif minor pada

pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif,

memakan waktu operasi yang singkat dan tidak

memerlukan anastesi umum.

b) Medis Operatif Wanita (MOW)

MOW adalah suatu tindakan pada kedua saluran telur yang

mengakibatkan seorang wanita tidak akan mendapatkan

keturunan lagi.
14

3. Kontrasepsi IUD

a. Pengertian

IUD (Intra Uterin Device) adalah alat kontrasepsi yang

dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam,

terdiri dari plastic (polyethelen) (Suratun, 2013).

IUD adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan

kedalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka

panjang,dapat dipakai oleh semua perempuan usia produktif

( Handayani, 2010).

b. Cara kerja

Menurut sarwono (2011), cara kerja kontrasepsi IUD, yaitu:

1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi.

2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri.

3) IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,

walaupun IUD membuat sperma masuk kedalam alat

reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma

untuk fertilisasi.

4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

c. Efektivitas kontrasepsi IUD

Menurut sarwono (2011), efektivitas IUD sangat tinggi

yaitu antara 0,6 % - 0,8 % kehamilan per 100 perempuan dalam 1

tahun peertama (1 kegagalan 125-170 kehamilan).


15

Menurut Mochtar (2012), efektifiatas IUD untuk mencegah

kehamila cukup tinggi dalam jangka waktu yang lama. Angka

kehamilan pada pemakaian IUD berkisar antara 1,5-3 per 100

wanita pada tahun pertama, dan angka tersebut menjadi lebih

rendah pada tahun-tahun berikurnya.

d. Jenis-jenis IUD

Menurut Proverawati,dkk (2010) jenis IUD yang bayak

digunakan di Indonesia antara lain:

1) Copper-T

IUD jenis iniberbentuk huruf T, terbuat dari bahan polyethelen

dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga

halus.

2) Copper-7

IUD jenisini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk

memudahkan pemasangan.

3) Multi Load

IUD jenis ini terbuat dari polyethelen dengan kedua tangan kiri

dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel.

4) Lippes Loop

IUD jenis ini terbuat dari bahan polyethelen berbentuk spiral

atau huruf S bersambung.


16

e. Keuntungan dan Kerugian Pemakaian Kontrasepsi IUD

Menurut sarwono (2011), keuntungan pemakaian IUD adalah

sebagai berikut :

1) sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi.

2) IUD dapat efektif segera setelah pemasangan

3) Metode jangka panjang ( 10 tahun proteksi dari CuT – 380A

dan tidak perlu diganti.

4) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.

5) Tidak mempengaruhi hubungan seksual

6) Tidak mengurangi kualitas dan volume ASI.

7) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.

8) Membantu mencegah kehamilan

Menurut sarwono (2011), kerugian pemakaian IUD , yaitu:

1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan

akan berkurang setelah 3 bulan)

2) Haid lebih lama dan banyak.

3) Perdarahan (spotting) antar menstruasi.

4) Saat haid lebih sakit.

5) Tidak menegah Infeksi Menular Seksual (IMS) Termasuk

Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immune Deficiency

Syndrome (HIV/AIDS).

6) Tidak bisa digunakan pada perempuan dengan Infeksi Menular

Seksual (IMS) yang sering berganti pasangan.


17

f. Indikasi penggunaan IUD

Menurut Sarwono (2011), yang diperbolehkan menggunakan IUD,

antara lain :

1) Usia produktif (19-35 tahun)

2) Menginginkan menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang.

3) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.

4) Setelah melahirkan dan menyusui bayinya.

5) Tidak menghendaki metode hormonal

6) Tidak menyukai atau mengingat-ingat minum pil setiap hari.

g. Kontraindikasi penggunan IUD

Menurut Varney (2007) yang tidak boleh menggunakan IUD,

antara lain :

1) Hamil atau diduga hamil

2) Riwayat atau keberadaan penyakit katup jantung (

kontraindikasi Karena penderita penyakit ini rentan terhadap

endokarditis bacterial)

3) Keberadaan mioma uteri, malformasi kongenetal dan anomaly

perkembangan yang dapat mempengaruhi rongga uterus.

4) Diketahui atau dicurigai alergi terhadap tembaga atau penyakit

Wilson ( penyakit genetik diturunkan yang mempengaruhi

metabolisme tembaga sehingga mengakibatkan penumpukan

tembaga diberbagai organ).


18

5) Ukuran uterus dengan alat periksa (sonde uterus) berada diluar

batas yang ditetapkan pada petunjuk terbaru tentang cara

memasukkan IUD (sesuai dengan pernyataan ini, uterus harus

terekam dalam kedalaman 6 cm- 9 cm).

6) Resiko tinggi penyakit menular seksual (misalnya, pasangan

seksual yang bergganti-ganti, atau pasangan yang memiliki

pasangan seksual yang berganti-ganti).

h. Efek samping pemakaian kontrasepsi IUD

1) Perdarahan

Dapat terjadi perdarahan pasca-insersi, bercak diluar haid

(spotting), dan perdarahan menoragia atau metroragia

(Mochtar, 2012).

2) Ekspulsi

Sering dijumpai pada 3 bulan pertama setelah insersi. Setelah 1

tahun angka ekspulsi akan berkurang. Ekspulsi biasanya terjadi

sewaktu sedang haid (Mochtar, 2012).

3) Nyeri dan mules

Kejang, nyeri dan mulas-mulas serta pegal pinggang biasanya

terjadi sehabis insersi IUD (Intra Uterin Device). Keluhan-

keluhan tadi pada umumnya akan hilang pada bebrapa hari

sampai beberapa minggu (Mochtar, 2012).


19

4) Keputihan

Keputihan berlebihan mungkin disebabkan oleh reaksi organ

genetalia terhadap benda asing dalam beberapa bulan pertama

setelah insersi (Mochtar, 2012).

5) Dismenorea (nyeri selama haid)

Tidak semua wanita yang memakai IUD akan mengalami nyeri

haid. Biasanya, hanya wanita yang sebelumnya memang sering

mengeluh nyeri sewaktu haid yang mengalaminya

(Mochtar, 2012).

6) Dispareunia (nyeri sewaktu koitus)

Jarang wanita mengalaminya, biasanya, pihak suami yang

mengeluh sakit karena benang yang terlalu panjang atau cara

memotong benang yang seperti bambu runcing

(Mochtar, 2012).

7) Infeksi

Radang panggul (pelvic inflammatory disease = PID) dijumpai

dapa sekitar 2% akseptor pada tahun pertama pemakaian, tetapi

infeksi tersebut bersifat ringan. IUD tidak perlu dicabut karena

dapat ditangani dengan pemberian antibiotik (Mochtar, 2012).

8) Translokasi

Translokasi IUD sebagian atau seluruhnya, kedalam rongga

perut umumnya terjadi karena adanya perforasi uterus. Hal

tersebut sering terjadi pada waktu insersi IUD yang kurang hati
20

hati, atau karena adanya lokus minoris pada dinding rahim,

atau pada waktu pengeluaran yg sulit (Mochtar, 2012).

4. Spotting

a. Pengertian

Menurut Mochtar (2012) spotting adalah bercak diluar haid.

Sedangkan menurut Sulistyawati (2014) spotting adalah

perdarahan yang berupa tetesan.

b. Penyebab

Menurut Sulistyawati (2012) penyebab spotting, antara lain:

1) Diperkirakan karena kerja enzim yang berkonsentrasi

dijaringan selaput lender rahim (endometrium). Enzim ini

bersifat fibrinolitik (menghancurkan fibrin).

2) Faktor mekanik, yaitu perlukaan selaput lender rahim karena

konsentrasi disebabkan karena adanya ketidakserasian antara

besarnya IUD dan rongga rahim.

c. Penanganan kasus spotting

Menurut Sarwono (2011), penanganannya yaitu :

1) Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan pada tahun

pertama.

2) Bila klien tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin

melanjutkan pemakaian IUD dapat diberikan pil kombinasi

satu siklus, atau ibuprofen 3 x 800 mg selama 5 hari.


21

3) Terangkan pada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil

kombinasi habis.

4) Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet

pil kombinasi untuk 3-7 hari dan kemudian dilanjutkan dengan

satu siklus pil kombinasi, atau dapat juga diberikan 50 µg

etinilestradiol, atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-

21 hari.

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Managemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan

tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, serta keterampilan dalam

rangkaian/ tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang

berfokus pada pasien.( Sulistyawati, 2013)

2. Langkah Manajemen Kebidanan

Proses managemen kebidanan menurut sulistyawati (2009), terdiri

dari 7 langkah yaitu: mengumpulkan semua data, menginterpretasi

data, mengidentifikasi, menetapkan tindakan segera, menyusun

rencana asuhan, pelaksanaan dan mengevaluasi.

a. Langkah I : Pengkajian

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi

yang akurat dan lengkap dari berbagai sumber yang berkaitan

dengan kondisi pasien.


22

1) Data Subjektif

Data subjektif adalah data yang diperoleh dari hasil bertanya

dari pasien, suami atau keluarga. (Elizabeth,2015).

a) Identitas Klien dan suami menurut Walyani (2015)

(1) Nama Istri/Suami

Mengetahui nama klien dan suami berguna untuk

memperlancar komunikasi dalam asuhan sehingga tidak

terlihat kaku dan lebih akrab.

(2) Umur

Umur perlu diketahui apakah klien dalam kondisi

beresiko atau tidak.

(3) Suku/bangsa/etnnis/keturunan

Dalam rangka memberikan perawatan yang peka

budaya kepada klien.

(4) Agama

Tanyakan pilihan agama klien dan berbagai praktik

terkait agama yang harus diobservasi

(5) Pekerjaan

Untuk mengetahui apakah klien dalam keadaan utuh.

(6) Alamat

Untuk memudahkan saat mengadakan kunjungan

kepada klien.
23

b) Alasan datang atau keluhan utama

Keluhan utama adalah alasan kenapa klien datang ke

tempat bidan. Hal ini disebut tanda dan gejala. Ditulis

sesuai dengan yang diungkapkan pasien serta tanyakan

sejak kapan hal tersebut dikeluhkan oleh pasien

(Astuti, 2012). Pada kasus akseptor KB IUD dengan

spotting mengeluh mengeluarkan bercak darah diluar siklus

menstruasi (Sulistyawati, 2013).

c) Data Kebidanan

Data ini perlu diketahui oleh tenaga kesehatan sebagai data

acuan pasien mengalami penyulit (Sulistyawati, 2013).

(1) Riwayat Perkawinan

Ini penting untuk dikaji karena dari data ini kita akan

mendapatkan gambaran mengenai rumah tangga

pasangan (Sulistyawati, 2013).

(2) Riwayat Menstruasi

Untuk mengetahui kedaan dasar dari organ

reproduksinya. Beberapa data yang harus diperoleh dari

riwayat menstruasi antara lain sebagai berikut :

menarche, siklus, volume, keluhan (Sulistyawati, 2013).

(3) Riwayat Kehamilan, Persalinan, Dan Nifas Yang Lalu

Menurut (Astuti,2012), meliputi :


24

(a) Kehamilan

Jumlah kehamilan dan kelahiran G (Gravida), P

(Para) dan A (Abortus).

(b) Persalinan

Jarak antara dua kelahiran, tempat melahirkan,

lamanya melahirkan dan cara melahirkan.

(c) Nifas

Apakah mengalami perdarahan, infeksi dan baimana

proses laktasi.

(d) Anak

Mencakup berat bayi sewaktu lahir, adakah kelainan

bawaan bayi, jenis kelamin, keadaan bayi saat

dilahirkan hidup atau mati.

(4) Riwayat KB

Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan :

jenis kontrasepsi, efek samping, alasan berhenti, lama

menggunakan kontrasepsi (Astuti, 2012).

(5) Riwayat Kesehatan

(a) Riwayat Kesehatan Sekarang

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), Untuk

mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang


25

diderita pasien saat ini yang ada hubungannya

dengan penggunaan KB

(b) Riwayat Kesehatan Dahulu

Untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita

penyakit akut seperti jantung, DM, Hipertensi dan

Asma (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(c) Riwayat Kesehatan Keluarga

Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh

penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan

pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(d) Riwayat keturunan kembar

Dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada

yang mempunyai riwayat keturunan kembar

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(e) Riwayat operasi

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah

dilakukan tindakan operasi atau belum (Ambarwati

dan Wulandari, 2010).

d) Kebiasaan sehari-hari

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010) adalah :

1) Pola nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum,

frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan.


26

2) Pola eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang

air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, dan bau

serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna

dan jumlah.

3) Pola istirahat

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam

pasien tidur, dan kebiasaan yang dilakukan sebelum tidur.

4) Pola hygiene

Hal ini dikaji untuk mengetahui apakah pasien selalu

menjaga kebersihan tubuh terutama daerah genetalia.

5) Aktivitas

Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Hal ini

dikaji untuk mengetahui pengaruh aktivitas terhadap

kesehatan.

2) Keadaan Psikososial Data Objektif

Data objektif adalah data yang diperoleh melalui

pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang

dilakukan secara berurutan (Sulistyawati, 2013).


27

a) Status Generalis

(1) Keadaan umum

Menurut Sulistyawati (2013), Keadaan umum untuk

mengetahui keadaan pasien secara keseluruhan baik

atau lemah

(2) Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran

pasien, kita dapat melakukan pengkajian tingkat

kesadaran mulai dari keadaan composmentis (kesadaran

maksimal) sampai dengan koma (tidak dalam keadaan

sadar) (Sulistyawati, 2013).

(3) Tanda-tanda vital

(a) Tekanan darah

Untuk mengetahui tekanan darah pasien normal atau

tidak. Tekanan darah normal, sistolik berkisar antara

110 sampai 140 mmHg dan diastolik antara 70

sampai 90 mmHg (Astuti, 2012).

(b) Suhu

Dalam keadaan normal suhu badan berkisar 36,5-

37,2 0C (Astuti, 2012).


28

(c) Nadi

Menurutr Ambarwati dan Wulandari (2010), Untuk

mengetahui denyut nadi ibu. Nadi normal berkisar

atara 60 – 80 x/menit

(d) Respirasi

Untuk mengetahui perafasan ibu normal atau tidak,

pernafasan normal berkisar 20 – 30 x/menit

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(e) Tinggi badan

Untuk mengetahui tinggi badan ibu (Astuti, 2012)

(f) Berat badan

Dikaji untuk mengetahui perubahan berat badan

atau tidak (Astuti, 2012).

b) Pemeriksaan Sistemik

(1) Inspeksi

(a) Rambut

Untuk mengetahui warna, kebersihan dan rambut

mudah rontok atau tidak (Sulistyawati, 2013).

(b) Muka

Untuk mengetahui ada oedema atau tidak,

pigmentasi dan kesimetrisan (Astuti, 2012).


29

(c) Mata

Untuk mengetahui apakah konjungtiva warna

merah muda, sklera warna putih, kebersihan,

kelainan dan gangguan penglihatan seperti rabun

jauh/dekat (Sulistyawati, 2013).

(d) Hidung

Untuk mengetahui kebersihan hidung, ada polip

atau tidak, dan alergi debu atau tidak (Sulistyawati,

2013).

(e) Telinga

Untuk mengetahui kebersihan telinga dan ada

gangguan pendengaran atau tidak (Sulistyawati,

2013).

(f) Mulut

Untuk mengetahui keadaan bibir pecah-pecah atau

tidak, kebersihan lidah, kebersihan gigi dan gigi

ada caries atau tidak (Sulistyawati, 2013).

(g) Leher

Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar

limfe dan pembesaran kelenjar parotis

(Sulistyawati, 2013).
30

(h) Mammae

Untuk mengetahui buah dada simetris/tidak,

konsistensi, pembengkakan, puting menonjol atau

tidak (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(i) Axilla

Untuk mengetahui ada pembesaran atau tidak dan

ada nyeri tekan atau tidak (Sujiyatini dkk, 2009).

(2) Palpasi

(a) Muka

MukaUntuk mengetahui ada oedema atau tidak,

pigmentasi dan kesimetrisan (Astuti, 2012).

(b) Leher

Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar

limfe dan pembesaran kelenjar parotis

(Sulistyawati, 2013).

(c) Mammae

Untuk mengetahui buah dada simetris/tidak,

konsistensi, pembengkakan, puting menonjol atau

tidak (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(d) Abdomen

Untuk mengetahui bentuk perut, ada tidak luka

bekas operasi, ada tidak strie dan konsistensi

(Sulistyawati, 2013).
31

(e) Genetalia

Untuk mengetahui kebersihan, pengeluaran

pervagina dan tanda-tanda infeksi vagina

(Sulistyawati, 2013). Pada kasus akseptor KB IUD

dengan spotting mengeluarkan bercak darah diluar

siklus menstruasi.

(f) Ektremitas

Untuk mengetahui adanya kelainan atau tidak,

oedema atau tidak, dan ada varices atau tidak

(Sulistyawati, 2013).

(3) Auskultasi

(a) Tekanan Darah

Untuk mengetahui tekanan darah pasien normal

atau tidak. Tekanan darah normal, sistolik berkisar

antara 110 sampai 140 mmHg dan diastolik antara

70 sampai 90 mmHg (Astuti, 2012).

(b) Nadi

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), untuk

mengetahui denyut nadi ibu. Nadi normal berkisar

atara 60 – 80 x/menit .

c) Data Penunjang

Data penunjang diperlukan sebagai pendukung

diagnosa, apabila diperlukan. Misalnya pemeriksaam Hb,


32

Hematokrit (Ht), leukosit dan golongan darah (Sulistyawati,

2013). Pada kasus akseptor KB IUD dengan spotting

dilakukan pemeriksaan Hb.

b. Langkah II : Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis,

masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar

atas data-data yang dikumpulkan (Sulistyawati, 2013).

1) Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan dapat ditegakkan yang berkaitan

dengan Para, Abortus, anak hidup, umur ibu dan keadaan ibu

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Diagnosa : Ny... umur... tahun... P... A... akseptor KB IUD

dengan spotting.

Data subjektif :

a) Ibu mengatakan bernama Ny...

b) Ibu mengatakan berumur...

c) Ibu mengatakan sudah mempunyai... orang anak dan...

pernah mengalami keguguran.

d) Ibu mengatakan memakai KB IUD sejak...?

e) Ibu mengeluh keluar darah dari vagina diluar siklus haid

yang sedikit berupa bercak-bercak.


33

Data objektif :

(1) Keadaan umum

(2) Tanda-tanda vital

(a) Tekanan darah

(b) Suhu

(c) Nadi

(d) Respirasi

(3) Genetalia

Pada kasus akseptor KB IUD dengan spotting pasien

megeluarkan bercak darah diluar siklus menstruasi

(Sulistyawati, 2013).

(4) Data penunjang

Pada kasus akseptor KB IUD denga spotting dilakukan

pemeriksaan Hb (Sulistyawati, 2013).

2) Masalah

Masalah perlu dipertimbangkan untuk membuat rencana

yang menyeluruh. Masalah sering berhubungan dengan

bagaimana seorang pasien itu mengalami kenyataan terhadap

diagnosisnya (Sulistyawati, 2013). Pada kasus akseptor KB

IUD dengan spotting ibu merasa cemas dengan keadaannya.

3) Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien

berdasarkan keadaan dan masalahnya (Sulistyawati, 2013).


34

Pada kasus akseptor KB IUD dengan spotting pasien perlu

diberikan KIE tentang penyebab terjadinya spotting.

c. Langkah III : Diagnosa atau Masalah Potensial

Pada langkah ini digunakan untuk mengidentifikasi

masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian

masalah yang lain juga. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil terus mengamati

kondisi klien (Sulistyawati, 2013). Pada kasus akseptor KB IUD

dengan spotting apabila spotting tidak berhenti dalam waktu yang

lama dapat menyebabkan anemia.

d. Langkah IV : Antisipasi Masalah atau Tindakan Segera

Pada langkah ini terkadang bidan dihadapkan pada

beberapa situasi yang memerlukan penanganan segera dimana

bidan harus segera melakukan tindakan untuk menyelamatkan

pasien, namun kadang juga berada pada situasi pasien yang

memerlukan tindakan segera sementara menunggu instruksi dari

dokter, atau bahkan konsultasi dengan tim kesehatan lainnya

(Sulistyawati, 2013). Pada kasus akseptor KB IUD dengan spotting

pasien perlu diberikan tablet Fe untuk mencegah terjadinya anemia.

e. Langkah V : Perencanaan

Pada langkah ini dilakukan rencana tindakan yang

menyeluruh berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perencanaan


35

yang dibuat harus berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi

pengetahuan, teori yang up to date, perawatan berdasarkan bukti,

serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan

dan tidak diinginkan oleh pasien (Sulistyawati, 2013). Rencana

tindakan yang dapat dilakukan pada asuhan pada akseptor KB IUD

dengan spotting menurut (Sarwono, 2011), adalah :

1) Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan terutama pada

tahun pertama penggunaan.

2) Beri terapi pada klien bila klien tetap saja mengeluh masalah

perdarahan dan ingin melanjutkan pemakaian IUD dapat diberikan

pil kombinasi satu siklus, atau ibuprofen 3 x 800 mg selama 5 hari.

3) Terangkan pada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil

kombinasi habis.

4) Beri terapi pada klien bila terjadi perdarahan lebih banyak dari

biasa, berikan dua tablet pil kombinasi selama 3-7 hari dan

kemudian dilanjutkan dengan satu siklus pil kombinasi, atau dapat

juga diberikan 50 µg etinilestradiol, atau 1,25 mg estrogen equin

konjugasi untuk 14-21 hari.

f. Langkah VI : Pelaksanaan

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah kelima dilksanakan secara efisien dan

aman. Realisasi dari perencanaan dapat dilakukan oleh bidan,

pasien, atau anggota keluarga yang lain (Sulistyawati, 2013). Pada


36

langkah ini bidan melaksanakan langsung tindakan yang telah di

rencanakan pada akseptor KB IUD dengan spotting menurut

(Sarwono, 2011), yaitu:

1) Menjelaskanbahwa perdarahan ringan sering ditemukan terutama

pada tahun pertama penggunaan.

2) Memberiterapi pada klien bila klien tetap saja mengeluh masalah

perdarahan dan ingin melanjutkan pemakaian IUD dapat diberikan

pil kombinasi satu siklus, atau ibuprofen 3 x 800 mg selama 5 hari.

3) Menjelaskan pada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil

kombinasi habis.

4) Memberi terapi pada klien bila terjadi perdarahan lebih banyak

dari biasa, berikan dua tablet pil kombinasi selama 3-7 hari dan

kemudian dilanjutkan dengan satu siklus pil kombinasi, atau dapat

juga diberikan 50 µg etinilestradiol, atau 1,25 mg estrogen equin

konjugasi untuk 14-21 hari.

g. Langkah VII : Evaluasi

Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan asuhan yang telah diberikan kepada pasien

(Sulistyawati, 2013). Evaluasi yang ingin dicapai pada akseptor

KB IUD dengan spotting yaitu :

1) Klien sudah tahu bahwa spotting adalah efek samping KB IUD.

2) Ibu tetap menggunakan KB IUD.


37

C. Data Perkembangan

Metode pendokumentasian untuk data perkembangan dalam asuhan

kebidanan pada ibu KB ini menggunakan SOAP, yaitu :

S : Subyektif

Berisi data dari pasien melalui anamnesis atau hasil bertanya

pada klien, suami atau keluarga (Elizabeth, 2015).

O : Obyektif

Berisi data dari hasil analisa dan pemeriksaan fisik klien, hasil

laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data

fokus untuk mendukung assesment (Elizabeth, 2015).

A : Assesment atau Analisa

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi

data subyektif dan obyektif dalam satu identifikasi :

a. Diagnosa atau masalah.

b. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial.

P : Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan

evaluasi berdasarkan assesment (Elizabeth, 2015).

D. Landasan Hukum

Menurut Permenkes Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin

penyelenggaraan praktek Bidan, dalam kasus ini bidan berwenang untuk :


38

1. Pasal 9, Bidan dalam menjalankan praktek, berwenang untuk

memberikan pelayanan yang meliputi :

a. Pelayanan kesehatan ibu

b. Pelayanan kesehatan anak

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana

2. Pasal 12, Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksut pasal 9

huruf c, berwenang untuk :

a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana

b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom

3. Pasal 13, Bidan dalam menjalankan Program pemerintah berwenang

melakukan pelayanan kesehatan meliputi :

a. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim,

dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit.

Pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit hanya dapat dilakukan oleh bidan

yang dilatih untuk itu.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Studi

Jenis Karya Tulis Ilmiah ini adalah studi kasus yang menggunakan metode

observasional deskriptif. Studi kasus adalah penelitian yang dilakukan dengan

cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit

tunggal (Notoatmodjo, 2012). Metode deskriptif yaitu suatu metode yang

bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian yang

terjadi berdasarkan karakteristik tempat, waktu, umur, jenis kelamin, sosial,

ekonomi, pekerjaan, status perkawinan, cara hidup, dan lain-lain. Atau dengan

kata lain, rancangan ini mendeskripsikan seperangkat peristiwa atau kondisi

populasi saat itu (Hidayat, 2010).

Studi kasus yang dilakukan menggambarkan tentang Asuhan Kebidanan

Keluarga Berencana pada Ny.S Umur 28 Tahun P2 A0 akseptor KB IUD

dengan Spotting dengan menggunakan asuhan kebidanan menurut tujuh

langkah Varney.

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi studi kasus merupakan tempat atau lokasi penelitian tersebut

dilakukan. Lokasi penelitian ini sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian

tersebut (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus inidilaksanakan di Puskesmas

Mojogedang I Karanganyar.

39
40

C. Subjek Studi Kasus

Subjek merupakan orang yang dituju untuk diteliti atau yang menjadi

pusat perhatian dan sasaran peneliti (Arikunto, S 2013). Subjek pada studi

kasus ini yaitu Ny.S Umur 28 Tahun P2 A0 akseptor KB IUD dengan

Spotting.

D. Waktu Studi Kasus

Waktu studi kasus adalah rentang waktu yang digunakan penulis untuk

mencari kasus (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus inidilaksanakan pada tanggal

20 – 26 April 2016.

E. Instrumen Studi Kasus

Instrumen adalah alat-alat yang akan digunakan oleh peneliti untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus yang dilakukan ini

instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah format asuhan

kebidanan Keluarga Berencana menurut manajemen tujuh langkah varney dan

SOAP sebagai data perkembangan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder :

1. Data Primer

Data primer adalah daftar bacaan dari hasil penelitian atau atau studi

pustaka yang diperoleh dari jurnal penelitian/jurnal ilmiah (Hidayat, 2010).

Data primer diperoleh dengan cara :

a. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan empat teknik yaitu :


41

1) Inspeksi

Inspeksi adalah proses observasi dengan menggunakan mata.

Inspeksi dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang

berhubungan dengan status fisik (Priharjo, 2006). Pada kasus Ny. S

akseptor KB IUD dengan Spotting inspeksi dilakukan untuk

pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, conjungtiva dan

anogenital ( pengeluaran pervaginam).

2) Palpasi

Palpasi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan

menggunakan sentuhan atau rabaan. Metode ini dikerjakan untuk

mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ (Priharjo, 2006). Pada

kasus Ny. S akseptor KB IUD dengan Spotting palpasi dilakukan

untuk mengetahui apakah ada nyeri tekan atau tidak, menunjukkan

adanya massa, pembesaran, pemeriksaan ini dilakukan pada

pemeriksaan genetalia, dada dan aksila.

3) Perkusi

Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk.

Tujuan perkusi untuk menentukan batas-batas organ atau bagian

tubuh dengan cara merasakan vibrasi yang ditimbulkan akibat

adanya gerakan yang diberikan ke bawah jaringan (Priharjo, 2006).

Pada kasus Ny. S akseptor KB IUD dengan Spotting pemeriksaan

perkusi dilakukan untukmemeriksa reflek patella positif dan

negatif.
42

4) Auskultasi

Auskultasi adalah metode pengkajian yang menggunakan

stetoskop untuk memperjelas pendengaran (Priharjo, 2006). Pada

kasus Ny. S akseptor KB IUD dengan Spotting pemeriksaan ini

digunakan untuk memeriksa Tekanan Darah.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau

informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden),

atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to

face) (Notoatmojo, 2012). Pada studi kasus ini wawancaradilakukan

pada Ny. Sakseptor KB IUD dengan Spotting dan bidan.

c. Pengamatan (Observasi)

Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan

pengamatan secara langsung kepada Responden penelitian untuk

mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti (Hidayat, 2010). Pada

studi kasus ini dilakukan pengamatan (observasi) pada pengeluaran

pervaginam (spotting) dan TTV.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah pustaka yang diperoleh dari berbagai sumber,

seperti buku teks, indeks, ensiklopedia, dan lain-lain (Hidayat, 2010).

Data sekunder diperoleh dengan cara :


43

a. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,

transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,

agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2013). Dalam studi kasus ini,

dokumenetasi dilakukan dengan cara pengumpulan data pada Ny. S

akseptor KB IUD dengan Spotting yang diambil dari rekam medik di

Puskesmas Mojogedang I.

b. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan adalah kegiatan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis dari permasalahan

penelitian (Hidayat, A 2014). Pada kasus ini studi kepustakaan berupa

buku-buku referensi, artikel internet, karya ilmiah yang terdahulu, dan

sumber pustaka lainnya dari tahun 2006-2015.

G. Alat-alat Yang Dibutuhkan

Alat-alat yang dibutuhkan dalam pengumpulan data antara lain :

1. Alat pengambilan data :

a. Format pengkajian pada akseptor KB (askeb)

b. Buku tulis

c. Bolpoint
44

2. Alat untuk melakukan pemeriksaan dan observasi

a. Sphygmomanometer

b. Stetoskop

c. Thermometer

d. Timbangan berat badan

e. Pengukur tinggi badan

f. Sarung tangan

g. Kapas DTT

h. Speculum cocor bebek

i. Lampu sorot

j. Set Hb Digital

3. Alat untuk pendekomentasian :

a. Buku tulis

b. Bolpoint

c. Lembar askeb

H. Jadwal Studi Kasus

Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai

menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian,

beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut

(Notoatmodjo, 2012). Jadwal studi kasus terlampir.


BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Ruang : KIA

Tanggal Masuk : 20 April 2016

No. Register 0021345

I. PENGKAJIAN

Tanggal : 20 April 2016 Pukul : 09.00 WIB

A. IDENTITAS PASIEN IDENTITAS SUAMI

1) Nama : Ny. S Nama : Tn. A

2) Umur : 28 th Umur : 30 th

3) Agama : Islam Agama : Islam

4) Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa : Jawa

5) Pendidikan : SMK Pendidikan : SMK

6) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

7) Alamat : Tunggul sari, 01/06, pojok, mojogedang, KRA

B. ANAMNESA (DATA SUBJEKTIF)

1) Alasan Kunjungan:Ibu mengatakan menggunakan KB IUD dan

mengeluh mengeluarkan bercak darah dari jalan lahirnya diluar siklus

menstruasinya ± 2 minggu yang lalu

2) Riwayat Perkawinan:Ibu mengatakan perkawinannya sah, kawin 1 kali

pada umur 22 tahun dengan suami umur 24 tahun, lama

perkawinannya 6 tahun dan sudah mempunyai 2 orang anak.

45
46

3) Riwayat Menstruasi

a) Menarche : ibu mengatakan haid pertama kali usia 14 tahun.

b) Siklus : ibu mengatakan jarak haid antar bulan 30 hari.

c) Lama : ibu mengatakan lamanya haid 6 hari.

d) Banyaknya : ibu mengatakan sehari ganti pembalut 3-4 kali

e) Teratur/tidak : ibu mengatakan haidnya teratur

f) Sifat Darah : ibu mengatakan darah yang keluar encer.

g) Disminorhea : ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah pada

hari pertama dan kedua haid.

4) Riwayat Obstetri

Anak Nifas Keadaan


Tahun Tempat UK Jenis
No Penolong J BB PB Anak
Partus Partus (Mg) Partus Keadaan Laktasi
K (gr) (cm) Sekarang

1. 2008 BPM 39 Spontan Bidan L 2900 49 baik lancar hidup

2. 2011 BPM 40 Spontan Bidan P 3000 49 baik lancar hidup

5) Riwayat Keluarga Berencana

Ibu mengatakan sebelum hamil pertama belum pernah memakai

kontrasepsi jenis apapun. Setelah kelahiran anak pertama, ibu

mengatakan KB suntik 3bulan selama 2 tahun dan tidak ada

keluhan. Setelah kelahiran anak kedua ibu mengatakan

menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan selama 6 bulan dan tidak

ada keluhan.Setelah itu memakai kontrasepsi IUD karena ingin

kontrasepsi jangka panjang, selama 1 bulan dan ibu mengatakan

keluar bercak darah sekitar ± 2 minggu yang lalu.


47

6) Riwayat Penyakit

a) Riwayat Penyakit Sekarang : ibu mengatakan tidak sedang

menderita penyakit apapun seperti demam, batuk ataupun pilek.

b) Riwayat Penyakit Sistemik

1) Jantung : ibu mengatakan tidak pernah merasa sakit pada

dada sebelah kiri, dan berkeringat saat

beraktifitas ringan.

2) Ginjal : ibu mengatakan tidak pernah nyeri tekan pada

pinggang kanan Maupun kiri, dan tidak pernah

sakit saat BAK.

3) Asma : ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas

berkepanjangan.

4) TBC : ibu mengatakan tidak pernah batuk lebih dari 2

minggu tidak sembuh-sembuh.

5) Hepatitis : ibu mengatakan kulit, mata dan kukunya tidak

pernah BAK berwarna seperti teh.

6) DM : ibu mengatakan tidak pernah lapar dan dimalam

hari, dan tidak pernah sering BAK dimalam

hari.

7) Hipertensi :ibu mengatakan tekanan darahnya tidak pernah

lebih dari 140/90 mmHg

8) Epilepsi : ibu mengatakan tidak pernah kejang sampai

mengeluarkan busa dari mulutnya.


48

9) Lain-lain : ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit

apapun seperti HIV/AIDS.

c) Riwayat Penyakit Keluarga : ibu mengatakan baik dari

keluarganya maupun keluarga suaminya tidak ada yang menderita

penyakit menurun (seperti : DM, Hipertensi, jantung dan ginjal) dan

tidak ada yang menderita penyakit menular (seperti: hepatitis, TBC,

dan HIV/AIDS).

d) Riwayat Keturunan Kembar : ibu mengatakan baik dari

keluarganya maupun keluarga suaminya tidak ada yang mempunyai

riwayat keturunan kembar.

e) Riwayat Operasi : ibu mengatakan belum pernah melakukan

operasi apaun terutama dibagian perut.

7) Riwayat kebiasaan sehari-hari

a) Pola nutrisi : Ibu mengatakan makan 3x sehari, porsi sedang dengan

menu nasi, sayur, lauk pauk, daging, tahu tempe dan buah. Minum +

7 – 8 gelas per hari jenis air putih dan teh serta tidak ada keluhan

dalam berat badannya.

b) Pola eliminasi : Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari, konsistensi padat

warna kekuningan dan bau khas feces serta BAK 6 – 7 kali sehari,

warna kuning jernih.

c) Pola istirahat : Ibu mengatakan sebelum mengalami bercak tidur

siang + 1 jam dan tidur malam 7 – 8 jam sehari. Selama mengalami


49

bercak ibu jarang tidur siang dan tidur malam 6 – 7 sehari karena

adanya rasa tidak nyaman.

d) Personal hygiene : Ibu mengatakan sebelum mengalami spotting

mandi 2 kali sehari, ganti pakaian 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali

sehari dan keramas 3 kali seminggu.

Selama mengalami spotting ibu mengatakan mandi 3 kali sehari,

ganti pakaian 3 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari dan keramas 3

kali seminggu serta ganti pembalut dan celana dalam 3 kali sehari.

e) Pola seksual : Ibu mengatakan sebelum mengalami spotting

melakukan hubungan seksual dengan suami sekali seminggu dan

tidak ada keluhan apapun. Selama mengalami spotting ibu belum

pernah melakukan hubungan seksual dengan suami karena gairah

seksualnya yang menurun.

f) Pola aktivitas : Ibu mengatakan pola aktivitasnya sebagai ibu rumah

tangga terganggu karena adanya rasa tidak nyaman dengan

keadaannya saat ini.

8) Data Psikologis :Ibu mengatakan dalam mengikuti KB IUD tidak

ada paksaan dari siapapun, baik suami ataupun keluarga sangat

mendukung keputusan ibu. Tetapi, ibu merasa tidak nyaman dan

cemas akan bercak perdarahan yang dialaminya saat ini.


50

C. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBJEKTIF)

1. Status Generalis

a) Keadaan Umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis

c) TTV : TD : 110/70 mmHg N : 89 x/menit

R : 22 x/menit S : 36,30C

d) TB : 155 cm

e) BB : 54 kg

2. Pemeriksaan Sistematis

a) Kepala

1) Rambut : hitam, panjang, lurus, tidak berketombe,

tidak mudah rontok.

2) Muka : bersih, tidak oedema, tidak berjerawat

3) Mata

(a) Oedema : tidak ada oedema

(b) Conjungtiva : pucat

(c) Sklera : putih

4) Hidung : bersih, tidak ada benjolan

5) Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen

6) Mulut/Gigi/Gusi : bersih, tidak ada stomatitis, gigi tidak ada

caries, gusi merah muda tidak mudah berdarah.

b) Leher

1) Kelenjar Gondok : tidak ada pembesaran kelenjar gondok.


51

2) Tumor : tidak ada benjolan

3) Pembesaran Kelenjar Limfe : tidak terjadi pembesaran

kelenjar limfe.

c) Dada dan Axilla

1) Mammae

(a) Membesar : normal

(b) Tumor : tidak ada benjolan

(c) Simetris : simetris kanan dan kiri.

2) Axilla

(a) Benjolan : tidak ada benjolan.

(b) Nyeri : tidak ada nyeri tekan

d) Abdomen

1) Pembesaran uterus : normal

2) Benjolan/Tumor : tidak ada benjolan

3) Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan

4) Luka bekas operasi : tidak ada luka bekas operasi

e) Anogenital

1) Vulva vagina

(a) Varices : tidak ada varices

(b) Luka : tidak ada bekas luka

(c) Kemerahan : tidak kemerahan

(d) Nyeri : tidak ada nyeri tekan

2) Perdarahan pervaginam : keluar bercak-bercak darah


52

3) Inspekulo : porsio tampak keluar bercak

darah dan tampak benang IUD.

4) Pemeriksaan Dalam

a) Portio / servik

(1) Keras / lunak : tidak dilakukan

(2) Erosi : tidak dilakukan

b) Posisi uterus : tidak dilakukan

c) Tumor / benjolan : tidak dilakukan

d) Nyeri : tidak dilakukan

5) Anus

a) Haemorhoid : tidak ada haemorhoid

b) Lain-lain : tidak terjadi kelainan lain

f) Ekstremitas

1) Varices : tidak ada varices

2) Oedema : tidak ada oedema

3) Reflek Patella : (+) kanan dan kiri

3. Pemeriksaan Penunjang

Dilakukan pemeriksaan Hb dengan hasil 11,8 gr%

II. INTERPRETASI DATA

Tanggal : 20 April 2016 Pukul : 10.00 WIB

A. DIAGNOSA KEBIDANAN

Ny. S umur 28 tahun, P2 A0 Akseptor KB IUD dengan spotting.


53

Data Dasar

Data Subjektif :

1) Ibu mengatakan nama Ny. S umur 28 tahun.

2) Ibu mengatakan memakai KB IUD sejak 1 bulan yang lalu.

3) Ibu mengatakan mengeluh mengeluarkan bercak darah

darivaginanya diluar menstruasinya sejak 2 minggu yang lalu

Data Objektif

1) Keadaan umum : Baik.

2) Kesadaran : Composmentis

3) TTV : TD : 110/70 mmHg N : 89 x/menit

R : 22 x/menit S : 36,30C

4) Tinggi badan : 155 cm

5) Berat badan : 54 kg

6) Conjungtiva : pucat

7) Pemeriksaan inspekulo terdapat bercak perdarahan dan teraba benang

IUD.

8) Pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan Hb dengan hasil 11,8

gr%.

B. MASALAH

Ibu mengatakan merasa tidak nyaman dan merasa cemas dengan keadaan

yang sedang dialaminya saat ini.


54

C. KEBUTUHAN

1. Memberikan dukungan moril agar tidak merasa cemas tentang bercak

darah (spotting)

2. Informasi tentang penyebab terjadinya spotting.

III. DIAGNOSA POTENSIAL

Potensial terjadi anemia.

IV. TINDAKAN SEGERA

Pemberian terapi tablet zat besi 500 mg 1 x 1 per hari yang merupakan suatu

suplemen penambah darah untuk mencegah anemia.

V. PERENCANAAN

Tanggal 20 April 2016 Pukul 10.30 WIB

1. Berikan KIE tentang bercak perdarahan (spotting).

2. Anjurkan untuk mengurangi kelelahan fisik dan stress fisiologi.

3. Berikan KIE personal hygiene terutama daerah kemaluannya.

4. Berikan dukungan moril (baik dari pihak tenaga kesehatan maupun pihak

keluarga).

5. Berikan KIE tentang gizi seimbang untuk wanita usia reproduksi.

6. Berikan terapi pil kontrasepsi kombinasi (0,2 mg etinilesstradiol 2 x 1 per

hari), tablet zat besi 1 x 1 per hari 10 tablet.

7. Anjurkan ibu untuk kontrol ulang 1 minggu atau bila ada keluhan.
55

VI. PELAKSANAAN

Tanggal 20 April 2016 Pukul 10.45 WIB

1. Pukul 10.45 WIB memberi KIE tentang pengertian perdarahan bercak

(spotting). Informasikan bahwa spotting merupakan efek samping dari

KB IUD. Hal ini sering dijumpai dan bukan masalah yang serius,

keadaan ini biasanya tidak memerlukan pengobatan.

2. Pukul 10.50 WIB menganjurkan pada ibu untuk mengurangi kelelahan

fisik dan stres fisiologi.

3. Pukul 10.55 WIB memberikan KIE personal hygiene terutama daerah

kemaluannya dengan cara cebok dari depan ke belakang dan memakai

celana dalam dari katun, ganti pembalut minimal 2 kali/hari.

4. Pukul 11.00 WIB memberi dukungan moril pada ibu.

5. Pukul 11.05 WIB memberikan KIE tentang gizi seimbang. Misalnya

makan makanan yang bergizi seperti tahu tempe, daging, telur, kacang

panjang, bayam, wortel dan rendah garam.

6. Pukul 11.10 WIB memberikan terapi pil kontrasepsi kombinasi (0,2 mg

etinilesstradiol 2 x 1 per hari), tablet zat besi 1 x 1 per hari 10 tablet.

7. Pukul 11.15 WIB menganjurkan ibu untuk kontrol ulang 1 minggu atau

bila ada keluhan dan akan dilakukan kunjungan rumah pada tanggal 23

April 2016.
56

VII.EVALUASI

Tanggal 20 April 2016 Pukul 11.20 WIB

1. Ibu sudah tahu bahwa spotting adalah efek samping KB IUD.

2. Ibu bersedia mengurangi aktivitasnya dan istirahat yang cukup.

3. Ibu bersedia menjaga personal hygiene terutama daerah kemaluan seperti

apa yang telah disarankan.

4. Ibu merasa tidak cemas atau putus asa tentang bercak darah (spotting)

yang dialami.

5. Ibu sudah tahu makanan bergizi seimbang.

6. Terapi pil kontrasepsi kombinasi (0,2 mg etinilesstradiol 2 x 1 per hari),

tablet zat besi 1 x 1 per hari 10 tablet sudah diberikan dan ibu bersedia

meminumnya.

7. Ibu bersedia kontrol ulang 1 minggu yaitu pada tanggal 26 April 2016

dan ibu bersedia dilakukan kunjungan rumah pada tanggal 23 April 2016.
57

DATA PERKEMBANGAN I

(Kunjungan Rumah)

Tanggal 23 April 2016 Pukul 09.30 WIB

Subyektif

1. Ibu mengatakan bercak darah yang dialaminya sudah sedikit berkurang dan

ganti pembalut 2 x/hari.

2. Ibu mengatakan sudah mengurangi aktivitasnya.

3. Ibu mengatakan sudah bisa melakukan personal hygiene sendiri seperti

yang sudah disarankan.

4. Ibu mengatakan sudah minum obat.

5. Ibu mengatakan sudah mengkonsumsi makanan yang bergizi.

Obyektif

Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : TD : 110/70 mmHg N : 89 x/menit

R : 24 x/menit S : 36,30C

Assesment

Ny. S umur 28 tahun P2A0 Akseptor KB IUD dengan spotting.


58

Planning

Tanggal 23 April 2016 Pukul 09.45 WIB

1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu.

2. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan bergizi.

3. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga personal hygiene.

4. Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual dengan suami

sebelum benar-benar sembuh.

5. Memberi dukungan moril pada ibu agar tidak cemas.

6. Menganjurkan ibu untuk tetap menggunakan KB IUD.

7. Menganjurkan ib8u untuk tetap melanjutkan terapi pil kontrasepsi kombinasi

(0,2 mg etinilesstradiol 2 x 1), tablet zat besi 1 x 1 per hari 10 tablet

8. Menganjurkan ibu untuk kontrol ke puskesmas sesuai jadwal yang telah

ditentukan yaitu tanggal 26 April 2016.

Evaluasi

Tanggal 23 April 2016 Pukul 10.00 WIB

1. Ibu sudah tahu hasil pemeriksaannya.

2. Ibu bersedia mengkonsumsi makanan yang bergizi.

3. Ibu bersedia melakukan personal hygiene seperti yang sudah diajarkan.

4. Ibu bersedia untuk tidak melakukan hubungan seksual dengan suami.

5. Ibu sudah tidak cemas dengan keadaannya.

6. Ibu bersedia untuk tetap menggunakan KB IUD.

7. Ibu bersediamelanjutkan terpai yang diberikan.

8. Ibu bersedia untuk kontrol ulang sesuai jadwal yaitu tanggal 26 April 2016.
59

DATA PERKEMBANGAN II

Tanggal 26 April 2016 Pukul 10.00 WIB

Tempat : Puskesmas Mojogedang 1 Karanganyar

Subyektif

1. Ibu mengatakan bahwa bercak darah yang dialami sudah sembuh 2 hari yang

lalu.

2. Ibu mengatakan sudah tidak cemas dengan keadaannya.

3. Ibu mengatakan sudah mengkonsumi makanan yang bergizi.

4. Ibu mengatakan sudah bisa melakukan aktivitas seperti semula.

5. Ibu mengatakan obatnya sudah habis.

Obyektif

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : TD : 110/80 mmHg N : 80 x/menit


0
R : 24 x/menit S : 36,5 C

2. Hb: 12 gr%

Assesment

Ny. S umur 28 tahun P2A0 Akseptor KB IUD dengan riwayat spotting

Planning

Tanggal 26 April 2016 Pukul 10.20 WIB

1. Memberitahu ibu bahwa spotting yang dialaminya sudah benar-benar sembuh.

2. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga personal hygiene terutama pada

daerah kemaluannya.
60

3. Menganjurkan pada ibu untuk tetap menggunakan KB IUD.

4. Menganjurkan ibu untuk kontrol IUD 3 bulan lagi.

5. Memberitahu ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang bergizi.

Evaluasi

Tanggal 26 April 2016 Pukul 10.40 WIB

1. Ibu mengatakan merasa senang dengan kesembuhannya.

2. Ibu bersedia untuk tetap menjaga personal hygiene pada daerah kemaluannya.

3. Ibu bersedia untuk tetap menggunakan KB IUD.

4. Ibu bersedia kontrol 3 bulan lagi

5. Ibu bersedia untuk mengkonsumsi makanan bergizi.

B. PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan kesenjangan antara teori

yang ada dengan praktek yang dilakukan di lahan pada asuhan kebidanan

pada akseptor KB IUD dengan spotting. Dalam menjelaskan kesenjangan

tersebut penulis menggunakan langkah-langkah dalam manajemen kebidanan

yaitu pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, intervernsi,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi

keadaan pasien. Data ini termasuk riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik

(Nursalam, 2008). Data subjektif adalah data didapat dari klien sebagai

suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat
61

ditentukan oleh tenaga kesehatan secara independent tetapi melalui suatu

sistem interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2008).

Menurut Susilowati (2011), Data Subjektif (keluhan utama) pada

akseptor KB IUD dengan spotting adalah mengeluarkan bercak darah dari

jalan lahir dan terganggunya pola aktivitas karena adanya rasa tidak

nyaman. Data Objektif pada kasus akseptor KB IUD dengan spottingyaitu

pada pemeriksaan inspekulo terdapat bercak perdarahan dan terlihat benang

IUD, serta pemeriksaan penunjang yang dilakukan, adalah dengan

melakukan pemeriksaan Hb (Nursalam, 2008).

Pada kasus Ny. S pada pengkajian didapatkan data subjektif dengan

keluhan utama ibu mengatakan mengeluh mengeluarkan bercak darah dari

jalan lahirnya diluar siklus menstruasi sejak 2 minggu yang lalu, pola

seksual ibu mengatakan belum pernah melakukan hubungan seksual

dengan suami karena gairah seksualnya menurun dan pola aktivitasnya

terganggu karena adanya rasa tidak nyaman. Pada data objektif keadaan

umum baik, kesadaran composmentis, pada pemeriksaan inspekulo terdapat

perdarahan berwarna merah dan terlihat benang IUD serta pengeluaran

pervaginam berupa bercak darah berwarna merah kecoklatan, pada

pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan Hb dengan hasil 11,8 gr

%.Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara

teori dan kasus yang ada di lahan praktek.


62

2. Interpretasi Data

Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat

merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik (Varney, 2007).

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup

praktek kebidanan (Varney, 2007).

Masalah yang sering muncul pada akseptor KB IUD dengan spotting

menurut Varney (2007), yaitu : rasa tidak nyaman pada daerah kemaluan

dan rasa cemas tentang perdarahan diluar haid atau spotting. Kebutuhan

merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam

diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan analisa data (Varney, 2007).

Pada kasus akseptor KB IUD dengan spotting kebutuhan yang diperlukan

antara lain : penjelasan tentang rasa yang tidak nyaman pada daerah

kemaluan dan penjelasan tentang efek samping KB IUD terutama tentang

spotting (Hartanto, 2004).

Pada kasus ini didapatkan diagnosa kebidanan Ny. S umur 28 tahun

P2A0 akseptor KB IUD dengan spotting. Masalah yang muncul ibu

mengatakan merasa tidak nyaman dan merasa cemas dengan keadaan yang

sedang dialaminya saat ini serta kebutuhan yang diberikan yaitu

memberikan dukungan moril agar tidak merasa cemas tentang bercak darah

(spotting) dan informasi tentang bercak darah (spotting). Pada langkah ini

penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang

ada di lahan praktek.


63

3. Diagnosa Potensial

Diagnosa potensial adalah mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah

diidentifikasi (Nursalam, 2008). Diagnosa potensial yang kemungkinan

terjadi pada kasus akseptor IUD dengan spotting adalah anemia (Saifuddin,

2010).

Pada kasus Ny. S diagnosa potensial yang ditegakkan yaitu potensial

terjadi anemia, tetapi pada kasus ini Ny. S tidak mengalami anemia karena

kecepatan dan ketepatan dari bidan dan tenaga kesehatan dalam menangani

kasus Ny. S. Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya

kesenjangan antara teori dan kasus yang ada di lahan praktek.

4. Antisipasi

Menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai

dengan prioritas masalah atau kebutuhan dihadapi kliennya. Setelah bidan

merumuskan tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa /

masalah potensial pada step sebelumnya, bidan juga harus merumuskan

tindakan emergency / segera. Tindakan segera yang mampu dilakukan

secara mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan (Varney, 2007).

Pada kasus KB IUD dengan spooting dapat diberikan terapi tablet zat besi

1 x 1 per hari sebanyak 10 tablet yang merupakan suatu suplemen

penambah darah untuk mencegah anemia (Saifuddin, 2010).

Pada Ny. S antisipasi yang diberikan yaitu pemberian terapi tablet zat

besi 1 x 1 per hari 10 tablet yang merupakan suatu suplemen penambah


64

darah untuk mencegah anemia. Pada langkah ini penulis tidak menemukan

adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada di lapangan.

5. Perencanaan

Rencana tindakanmerupakan kelanjutan manajemen terhadap

diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada

langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi,

semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus

rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang

upto date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak

akandilakukan klien (Varney, 2007). Rencana tindakan yang dapat

dilakukan pada akseptor KB IUD dengan spotting menurut Saifuddin

(2008), adalah : Berikan KIE tentang bercak perdarahan (spotting),

anjurkan untuk mengurangi kelelahan fisik dan stress fisiologi, berikan

KIE personalhygiene terutama daerah kemaluannya, berikan dukungan

moril (baik daripihak tenaga kesehatan maupun pihak keluarga), berikan

KIE tentang gizi seimbang, berikan terapi pil kontrasepsi kombinasi (0,2

mg etinilesstradiol 2 x 1 per hari), tablet zat besi 1 x 1 per hari 10 tablet,

atau obat sejenis lain, anjurkan ibu untuk kontrol ulang 1 minggu atau bila

ada keluhan

Pada kasus Ny. S perencanaan yang dibuat meliputi : berikan KIE

tentang bercak perdarahan (spotting), anjurkan untuk mengurangi kelelahan

fisik dan stress fisiologi, berikan KIE personal hygiene terutama daerah

kemaluannya, berikan dukungan moril (baik dari pihak tenaga kesehatan


65

maupun pihak keluarga), berikan KIE tentang gizi seimbang untuk wanita

usia reproduksi, berikan terapi terapi pil kontrasepsi kombinasi (0,2 mg

etinilesstradiol 2 x 1 per hari), tablet zat besi 1 x 1 per hari 10 tablet dan

anjurkan ibu untuk kontrol ulang 1 minggu atau bila ada keluhan.Pada

langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan

kasus yang ada di lahan praktek.

6. Pelaksanaan

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan

pada langkah ke 6 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini

bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien,

atauanggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri

bidan tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya

(misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana

(Varney, 2007). Pada kasus Ny. S pelaksanaan dilakukan sesuai dengan

perencanaan yang telah dibuat seperti diatas. Pada langkah ini penulis tidak

menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada di lahan

praktek.

7. Evaluasi

Langkah ini adalah mengevaluasi keefektifan dari tindakan yang

sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah

benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana rencana

tersebut dapat dianggap efektif jika memang efektif dalam pelaksanaannya

(Varney, 2007). Evaluasi asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan


66

spotting adalah : Klien sudah tahu bahwa spotting adalah efek samping

KBIUD, tanda-tanda dan keluhan spotting tidak ada, ibu tetap

menggunakan KB IUD, terapi pil kontrasepsi kombinasi (0,2 mg

etinilesstradiol 2 x 1 per hari), tablet zat besi 1 x 1 per hari 10 tablet sudah

diberikan dan ibu bersedia meminumnya.

Pada kasus Ny. S hasil dari asuhan yang diberikan selama 14 hari

yaitu : spotting sudah berhenti, ibu bersedia untuk tetap menjaga personal

hygiene pada daerah kemaluannya, ibu bersedia untuk tetap menggunakan

KB IUD, ibu bersedia kontrol 3 bulan lagi untuk pemeriksaan IUDnya, ibu

bersedia untuk mengkonsumsi makanan bergizi.Pada langkah ini penulis

tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada di

lahan praktek.
BAB V

PENUTUP

Setelah dilakukan asuhan kebidanan keluarga berencana pada Ny. S Umur

28 tahun P2A0 akseptor KB IUD dengan Spotting diPuskesmas Mojogedang 1

Karanganyar, penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran yang dapat

meningkatkan asuhan kebidanan khususnya pada akseptor KB IUD dengan

spotting yaitu sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Pengkajian Pada kasus Ny. S didapatkan data subjektif dengan keluhan

utama ibu mengatakan mengeluh mengeluarkan bercak darah dari jalan

lahirnya diluar siklus menstruasinya sejak 2 minggu yang lalu. Pada data

objektif keadaan umum baik, kesadaran composmentis, pada pemeriksaan

inspekulo terdapat perdarahan berwarna merah dan terlihat benang IUD

serta pengeluaran pervaginam berupa bercak darah berwarna merah

kecoklatan, pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan Hb

dengan hasil 11,8 gr%.

2. Pada kasus ini didapatkan diagnosa kebidanan Ny. S umur 28 tahun P 2A0

akseptor KB IUD dengan spotting. Masalah yang muncul ibu mengatakan

merasa tidak nyaman dan merasa cemas dengan keadaan yang sedang

dialaminya saat ini serta kebutuhan yang diberikan yaitu memberikan

dukungan moril agar tidak merasa cemas tentang bercak darah (spotting)

dan informasi tentang bercak darah (spotting).

67
68

3. Diagnosa potensial yang ditegakkan yaitu potensial terjadi anemia, karena

kecepatan dan ketepatan dari bidan dan tenaga kesehatan diagnosa

potensial pada Ny. S tidak terjadi anemia.

4. Antisipasi yang diberikan yaitu pemberian terapi tablet zat besi 1 x 1 per

hari 10 tablet yang merupakan suatu suplemen penambah darah untuk

mencegah anemia.

5. Perencanaan yang dibuat meliputi : berikan KIE tentang bercak perdarahan

(spotting), anjurkan untuk mengurangi kelelahan fisik dan stress fisiologi,

berikan KIE personal hygiene terutama daerah kemaluannya, berikan

dukungan moril (baik dari pihak tenaga kesehatan maupun pihak keluarga),

berikan KIE tentang gizi seimbang untuk wanita usia reproduksi, berikan

terapi pil kontrasepsi kombinasi (0,2 mg etinilesstradiol 2 x 1per hari),

tablet zat besi 1 x 1 hari 10 tablet dan anjurkan ibu untuk kontrol ulang 5

hari lagi atau bila ada keluhan.

6. Pada kasus Ny. S pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang

telah dibuat

7. Pada kasus Ny. S hasil dari asuhan yang diberikan selama 14 hari yaitu :

spotting sudah sembuh, ibu bersedia untuk tetap menjaga personal

hygienepada daerah kemaluannya, ibu bersedia untuk tetap menggunakan

KB IUD, ibu bersedia kontrol 3 bulan lagi, ibu bersedia untuk

mengkonsumsi makanan bergizi.

8. Pada semua langkah yang telah dilakukan, penulis tidak menemukan

kesenjangan antara teori dan pelaksanaan dilahan praktek.


69

B. Saran

1. Bagi Bidan

Disarankan untuk meningkatkan pemberian asuhan kebidanan pada

akseptor KB IUD dengan spotting secara komprehensif dan profesional

sesuai standar prosedur kebidanan.

2. Bagi Institusi

a. Bagi Puskesmas Mojogedang 1 Karanganyar

Diharapkan meningkatkan kualitas pelayanan yaitu pelayanan yang

komprehensif, efisien dan sesuai dengan kode etik kebidanan dengan

cara meningkatkan mutu pelayanan dengan pendekatan kebidanan

secara komprehensif, tepat dan profesional, sehingga pasien merasa

senang dan nyaman terhadap pelayanan yang telah diberikan.

b. Bagi pendidikan

Diharapan dapat menambah referensi tentang keluarga berencana,

khususnya pada akseptor KB IUD dengan spotting.

3. Bagi Pasien

Diharapkan pada akseptor KB IUD dengan spotting untuk tetap menjaga

kebersihan diri khususnya daerah genetalia, kontrol ulang dan apabila ada

keluhan segera datang ke tenaga kesehatan terdekat.


DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E.R. Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta :


Nuha Medika.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :


Rineka Cipta.

Arum, D.N.S. Sujiyani. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini.


Yogyakarta : Mitra Cendikia.

Astuti, H.P. 2012. Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Yogyakarta : Rohima


Press.

Dewi, M.U.K. 2013. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana
Untuk Mahasiswa Bidan. Jakarta : Trans Info Media.

Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta :


Pustaka Rihama.

Hidayat, A. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa Data.


Jakarta : Salemba Medika.

2014.Metodologi Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa Data.


Jakarta : Salemba Medika.

Irianto, K. 2015. Kesehatan Reproduksi (Reproduksi Health). Bandung : Alfabeta.

Manuaba, I.A.C. I.B.G.F. Manuaba. I.B.G. Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan,


Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC.

Rustam, R. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.

Mulyani, N.S.M. Rinawati. 2013. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi.


Yogyakarta : Nuha Medika.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Priharjo, R. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC.

Purwoastuti, E. Walyani, E.S. 2015. Panduan Materi Kesehatan Reproduksi dan


Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Sarwono. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sarwono.. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sulistyawati, A 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :


Salemba Medika.

. 2014.Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba


Medika.

Varney, H. Krebs, M.J. Gegor, L.C. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta :
EGC.

Walyani, S.W. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Yogyakarta :


Pustaka Rihama.

Anda mungkin juga menyukai