Anda di halaman 1dari 57

USULAN PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU PUS DENGAN


PENGGUNAAN IUD DI PUSKESMAS KUPANG KOTA
TAHUN 2022

OLEH

ABRIAN THOMAS
1707010138

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rata-rata laju pertumbuhan penduduk di Indonesia 1,6 % setiap

tahunnya. Artinya laju pertumbuhan penduduk di Indonesia masih terlalu

tinggi sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah seperti sulitnya

mencapai keluarga yang sejahtera. Salah satu cara untuk mengatasi masalah

tersebut yaitu dengan cara mengikuti program Kelurga Berencana (KB)

(Yudha, 2013).

Program KB dilakukan untuk mengatur jumlah dan jarak

kehamilan dengan cara menggunakan kontrasepsi. Upaya tersebut dapat

bersifat sementara dan permanen. Alat kontrasepsi yang digunakan untuk

mengatur jarak dan mengendalikan jumlah kelahiran dapat berupa kondom,

pil KB, KB suntik, Intra Uterine Device (IUD), implant, vasektomi dan

tubektomi (Tanto, 2021).

Strategi yang dapat digunakan untuk melancarkan program KB

yaitu dengan cara mempromosikan metode kontrasepsi efektif jangka panjang

(Paraga, 2017). Alat kontrasepsi IUD termasuk ke dalam metode kontrasepsi

jangka panjang sehingga tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil KB

sehingga lebih efektif untuk digunakan. IUD juga tidak mempengaruhi

produksi maupun kadar ASI pada ibu menyusui. IUD memiliki efektifitas

yang tinggi dimana keberhasilannya 0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan


yang menggunakan IUD (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan) (Putri &

Oktaria, 2016).

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019, proporsi

penggunaan metode kontrasepsi suntik dan pil merupakan metode yang

paling banyak digunakan yaitu suntik sebesar 63,7%, pil sebesar 17%,0, IUD

sebesar 7,4%, implant sebesar 7,4%, MOW sebesar 2,7%, kondom sebesar

1,2% dan MOP sebesar 0,5% (Kementerian Kesehatan RI, 2020). Pada tahun

2020 sebagian besar akseptor memilih menggunakan metode suntik sebesar

72,9%, pil sebesar 19,4%, IUD sebesar 8,5%, implant 8,5%, tubektomi

sebesar 2,6%, kondom sebesar 1,1% dan vasektomi sebesar 0,6%. Sebagian

besar akseptor KB memilih menggunaan metode suntik dan pil padahal

metode tersebut merupakan metode kontrasepsi jangka pendek sehingga

tingkat efektifitasnya lebih rendah dibandingkan dengan metode kontrasepsi

jangka panjang seperti IUD, implant, tubektomi, dan vasektomi (Kementerian

Kesehatan RI, 2021).

Berdasarkan data dari BKKBN NTT, jumlah perserta KB di NTT

pada tahun 2020 adalah sebanyak 496.363 orang, dengan proporsi KB

terbanyak adalah KB suntik 47,27%, implant 29,33%, IUD 8,70%, pil 7,47%,

tubektomi 7,39%, kondom 0,72%, dan vasektomi 0,41%. Berdasarkan data

dari Dinas Kesehatan Kota Kupang jumlah Pasangan Usia Subur di Kota

Kupang pada tahun 2020 adalah 61.127 PUS dengan jumlah akseptor aktif

sebanyak 22.745. Proporsi KB di Kota Kupang adalah KB suntik 56,6%,

implant 17,0%, pil 10,8%, IUD 7,6%, tubektomi 4,6%, kondom 3,4%. Jumlah
PUS di Puskesmas Kupang Kota tahun 2019 adalah 844 dengan jumlah

akseptor aktif 486 dengan proporsi KB adalah suntik 86,4%, implant 1,0%,

pil 10,9%, IUD 0% dan kondom1,6%. Proporsi KB di Puskesmas Kupang

Kota pada tahun 2020 dengan jumlah akseptor KB aktif 489 adalah suntik

43,2%, implant 1,8%, pil 4,9%, IUD 0,6% dan kondom 0,8%. Berdasarkan

data di atas penggunaan KB IUD di Puskesmas Kupang Kota masih rendah

yaitu sebesar 0,6% dibandingkan dengan KB Suntik 43,2%.

Berdasarkan data yang diambil dari Puskesmas Kupang Kota,

2022 sebenarnya ketersediaan layanan pemasangan dan kontrol kontrasepsi

IUD di Puskesmas Kupang Kota sudah ada, tetapi banyak ibu yang

sebelumnya menggunakan IUD memutuskan untuk melepas atau mengganti

menggunakan alat kontrasepsi lainnya karena merasa tidak cocok dan tidak

nyaman dan ada juga yang memutuskan untuk punya anak lagi.

Menurut Green dalam Paraga (2017), pengetahuan seseorang

terhadap kesehatan merupakan salah satu faktor predisposisi yang

mempengaruhi perilaku seseorang, jadi jika ibu memiliki pengetahuan yang

kurang mengenai alat kontrasepsi maka dapat mempengaruhi persepsi mereka

mengenai alat kontrasepsi.

Pengetahuan tentang KB sangat penting untuk dimiliki oleh

akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi yang akan digunakan karena

pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

perilaku seseorang. Menurut Notoadmojo dalam Paraga, apabila penerimaan

perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses dan didasari oleh
pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan

bersifat langgeng (Long Lasting). Sebaliknya apabila perilalu tidak didasari

pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Paraga,

2017).

Menurut Huda et al., (2016), tingkat pengetahuan dan sikap yang

baik terhadap penggunaan KB, sangat berkaitan dengan perilaku PUS dalam

menggunakan alat kontrasepsi (Tanto, 2021). Rendahnya ibu yang

menggunakan kontrasepsi IUD disebabkan oleh kurangnya informasi tentang

manfaat menggunakan kontrasepsi IUD sehingga sikap ibu dalam pemilihan

IUD masih sangat rendah yang berdampak pada tindakan dalam pemilihan

kontrasepsi IUD. Keadaan tersebut sangat mempengaruhi keputusan ibu

untuk menggunakan kontrasepsi IUD (Paraga, 2017).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan

masalah penelitian sebagai berikut: “Apakah ada hubungan antara

pengetahuan dan sikap ibu dengan penggunaan kontrasepsi lUD di

Puskesmas Kupang Kota?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Diketahuinya hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan penggunaan

kontrasepsi IUD di Puskesmas Kupang Kota 2022

1.3.2 Tujuan khusus


1. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang IUD di

Puskesmas Kupang Kota pada tahun 2022

2. Mengetahui gambaran tentang sikap ibu dengan penggunaan IUD di

Pusksmas Kupang Kota pada tahun 2022

3. Mengetahui gambaran tentang penggunaan kontrasepsi IUD di

Puskesmas Kupang Kota pada tahun 2022

4. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan penggunaan

IUD di Puskesmas Kupang Kota pada tahun 2022.

5. Menganalisis hubungan sikap ibu dengan penggunaan lUD di

Puskesmas Kupang Kota pada tahun 2022.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam rangka

menambah wawasan dan pengalaman khususnya dalam bidang

penelitian.

b. Memberikan bukti-bukti empiris tentang hubungan antara tingkat

pengetahuan dan sikap ibu terhadap penggunaan kontrasepsi IUD.

c. Memberikan informasi awal dan sebagai acuan bagi penelitian

selanjutnya yang ingin meneliti terkait kontrasepsi IUD.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Sebagai masukan dan sumber informasi bagi puskesmas

khususnya bagian keluarga berencana tentang hubungan


pengetahuan dan sikap ibu dengan penggunaan kontrasepsi IUD di

Puskesmas Kupang Kota

b. Sebagai informasi kepada masyarakat khususnya yang tinggal di

wilayah kerja puskesmas Kupang Kota tentang kontrasepsi IUD.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga Berencana

Keluarga berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran

serta masyarakat melalui pendewasaan usia kawin, pembinaan ketahanan keluarga,

peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan

sejahtera. Keluarga berencana bertujuan untuk mewujudkan keluarga kecil yang

bahagia dan sejahtera yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera

melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk. Menurut UU RI No

52 tahun 2009, pasal 21 ayat 2 mengenai perkembangan kependudukan dan

pembangunan keluarga, keluarga berencana bertujuan untuk (Presiden Republik

Indonesia, 2009) :

a. Mengatur kehamilan yang diinginkan

b. Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak

c. Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling, dan

pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi

d. Meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek keluarga berencana

dan

e. Mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak

kehamilan.
2.2 Kontrasepsi

2.2.1 Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra, artinya melawan dan konsepsi

yang artinya pembuahan. Jadi kontrasepsi artinya mencegah terjadinya

pembuahan dengan cara mencegah bertemunya sel sperma dan ovum untuk

menghindari kehamilan. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya

kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen

(Tanto, 2021).

2.2.2 Jenis-jenis Kontrasepsi

a. Kontrasepsi Senggama Terputus

Metode senggama terputus atau koitus interuptus adalah metode

pengendalian kehamilan tradisional, dimana metode ini dilakukan dengan

cara menarik penis yang sedang ereksi dari dalam vagina sebelun ejakulasi.

Metode ini sepenuhnya dikendalikan oleh laki-laki sehingga laki-laki harus

mempunyai pengetahuan terkait tanda-tanda orgasme sehingga dapat

mengetahui waktu yang tepat untuk menarik penis dengan benar dan tepat.

Metode ini sangat berisiko, karena pengeluaran cairan sperma sebenarnya

sudah mulai terjadi sebelum adanya ejakulasi namun kapasitasnya masih

sangat sedikit sehingga potensi kehamilan masih tinggi (Pertiwi, 2017).

Kelebihan metode senggama terputus :

1) Tidak memerlukan biaya

2) Tidak ada efek samping serius


3) Tidak memerlukan bahan atau alat atau persiapan serta

pengawasan medis.

Kekurangan metode senggama terputus :

1) Angka kegagalan tinggi

2) Tidak ada perlindungan terhadap IMS

3) Membatasi kenikmatan hubungan

4) Kadang suami terlambat menarik penis keluar sebelum ejakulasi

5) Sangat sulit dilakukan

b. Metode Kalender

Metode kalender juga disebut dengan metode irama. Irama yang

diamati adalah irama dari siklus menstruasi bulanan yang berurutan. Pada

sistem ini hubungan seks dilakukan diluar masa subur. Riwayat pencatatan

siklus menstruasi yang tepat, teratur dan dalam jangka waktu yang lama

turut menentukan ketepatan mendapatkan masa subur dan masa tidak subur

seorang perempuan.

Kelebihan metode kalender yaitu :

1) Sama sekali tidak mempengaruhi tubuh

2) Murah atau tidak perlu biaya

Kekurangan metode kalender yaitu :

1) Kekuranganya susah dipastikan

2) Harus rajin mencatat dan menghitung siklus menstruasi dengan

tepat

3) Tidak melindungi dari IMS


c. Kondom

Kondom merupakan sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan

seperti lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani)

dengan standar umum ketebalan 0,02 mm. Kondom dipasang pada penis

saat melakukan hubungan seksual. Kondom juga bisa digunakan untuk

melindungi pasangan dan diri sendiri dari virus HIV dan infeksi menular

seksual lainnya. Kondom dapat menjadi pilihan metode kontrasepsi

sementara apabila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda. Sebelum

menggunakan kondom, pastikan jika kondom tidak rusak atau bocor, dan

hindari penggunaan kondom jika ada reaksi alergi (Tanto, 2021).

Kelebihan metode kondom :

1) Efektif jika digunakan dengan benar dan konsisten

2) Pemakaian bisa dihentikan kapan saja

3) Sebagai metode alternatif jika metode yang lain dihentikan

4) Tingkat proteksi yang sangat tinggi dan bisa mencegah penularan

infeksi menular seksual (HIV/ AIDS) jika bahan terbuat dari lateks

5) Tersedia luas dan murah

Kekurangan metode kondom :

1) Harus digunakan setiap kali berhubungan

2) Harus selalu tersedia


3) Sedikit menganggu hubungan seksual (laki-laki merasa kurang

nikmat dan perempuan tidak bisa merasakan sensasi muncratnya air

mani) bila belum terbiasa.

d. Diafragma

Diafragma merupakan lingkaran cincin yang dilapisi karet fleksibel

yang menutupi mulut rahim bila dipasang dalam liang vagina. Diafragma

harus dipasang 6 jam sebelum melakukan senggama. Alat kontrasepsi ini

dipasang dengan bantuan jeli atau krim (spermisida) untuk meningkatkan

efektifitasnya, dan dikeluarkan lagi 8 jam setelah melakukan hubungan

seksual. Alat ini tidak disediakan oleh program KB nasional karena pada

dasarnya efektivitas dari alat ini sangat rendah dan harga relatif mahal

(Supriadi, 2017).

Kelebihan diafragma :

1) Efektif jika dipasang dengan benar

2) Tidak mengganggu produksi ASI

3) Tidak ada efek samping yang sistemik

4) Bisa mencegah penularan infeksi menular seksual jika

dikombinasikan dengan penggunaan spermisida

5) Bisa dipasang tanpa bantuan medis

Kekurangan diafragma :

1) Pemilihan ukuran diafragma harus melalui pemeriksaaan

petugas medis

2) Tidak tersedia secara luas


3) Pemakaian/pemasangan dilakukan segera sebelum

berhubungan badan atau sejak 6 jam sebelumnya

4) Rasa tidak nyaman pada pemakai dan pasangan selama hubugan

seksual

5) Hilangnya sensasi serviks dan sebagian vagina

e. Pil KB

1) Pil KB kombinasi

Pil KB kombinasi mengandung estrogen dan progesteron

yang diminum setiap hari. Cara kerja pil ini adalah dengan

menekan ovulasi, mencegah implantttasi, membuat lendir serviks

mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma, dan pergerakan tuba

terganggu hingga transportasi telur menjadi terganggu (Peni,

2016).

Jenis pil kombinasi :

a) Monofasik Pil tersedia dalam 21 kemasan mengandung hormon

aktif estrogen/progestin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet

tanpa hormon aktif.

b) Bifasik Pil tersedia dalam 21 kemasan mengandung hormon aktif

estrogen/progestin dengan dua dosis yang sama, dengan 7 tablet

tanpa hormon aktif.

c) Trifasik Pil tersedia dalam 21 kemasan mengandung hormon aktif

estrogen/progestin dengan 3 dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa

hormon aktif.
Pil KB kombinasi memiliki efek samping yang dapat dibagi

dalam 2 golongan, yaitu efek samping ringan dan efek samping

berat. Efek samping ringan dapat berupa pertambahan berat badan,

depresi, alopesia, melasma, kandidiasis, amenorea pascapil, retensi

cairan, dan keluhan-keluhan gastrointestinal. Umumnya efek

samping ini akan timbul dalam beberapa bulan pertama pemakaian.

Efek samping yang berat adalah tromboemboli, yang mungkin

terjadi karena peningkatan aktivitas-aktivitas faktor pembekuan,

atau mungkin juga karena pengaruh vaskuler secara langsung

(Tanto, 2021).

Kelebihan pil KB kombinasi :

a) Sangat efektif bila diminum setiap hari

b) Bila berhenti minum pil KB dapat terjadi kehamilan

c) Aman untuk hampir semua wanita karena efek samping jarang

terjadi

Kekurangan pil KB kombinasi :

a) Butuh motivasi yang kuat

b) Harus selalu tersedia

c) Diminum tiap hari

d) Belum melindungi dari PMS


e) Pada bulan-bulan pertama pemakaian mungkin dapat

menimbulkan efek samping, seperti mual, perdarahan atau flek

diantara masa haid, kenaikan berat badan, atau sakit kepala

f) Efektifitas terganggu jika klien menggunakan obat-obatan yang

lain

2) Mini Pil

Mini pil adalah pil KB yang hanya mengandung progestin

saja. Pil ini sangat cocok untuk ibu yang sedang menyusui karena

tidak memberikan efek samping estrogen seperti menurunkan

produksi ASI. Mini pil harus diminum setiap hari dan usahakan

pada jam yang sama (biasa pada malam hari) agar tidak lupa.

Senggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam setelah penggunaan mini

pil.

Efek samping dari mini pil lebih sedikit dibandingkan pil

kombinasi dengan efektivitas sekitar 98,5%. Penggunaan mini pil

dapat menyebabkan perdarahan yang tidak teratur (Irianto, 2014)

dan amenorea (tidak haid sedikitnya 3 bulan berturut-turut).

Efektivitas dari mini pil dapat berkurang jika dikonsumsi

bersamaan dengan obat-obat mukolitik asetilsistein, karena

mukolitik jenis ini dapat meningkatkan penetrasi sperma sehingga

kemampuan kontraseptif mini pil terganggu (Tanto, 2021).


Kelebihan mini pil :

a) Pilihan yang baik bagi ibu yang menyusui dan ingin menggunakan

pil, mulai diminum pada minggu ke-6 setelah melahirkan

b) Tidak mengganggu produksi ASI

c) Menekan atau tidak menimbulkan sakit kepala

d) Tidak mempengaruhi tekanan darah

Kekurangan mini pil :

a) Butuh motivasi yang kuat

b) Harus selalu tersedia

c) Diminum setiap hari

d) Belum melindungi dari IMS

e) Jika diminum pada saat meyusui, biasanya terjadi perubahan pola

haid, terutama flek-flek di antara masa haid

f) Efektivitas terganggu jika klien menggunakan obat-obatan lain

f. Suntik KB

Kontrasepsi suntik adalah obat KB yang disuntikkan 1 bulan sekali

atau 3 bulan sekali. Suntik satu bulan sekali berisi estrogen dan progesteron,

sedangkan suntik 3 bulan sekali berisi progesteron saja (Tanto, 2021).

1) Suntik KB kombinasi

Suntikan kombinasi disuntikkan secara intramuskular,

diberikan setiap 1 bulan dan mengandung 2 hormon (estrogen dan

progesteron). Suntik KB kombinasi sangat efektif (terjadi kegagalan

0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan), jenisnya ada 3 yaitu


cyclofem sebanyak 1 cc, gestin F2 sebanyak 1,5 cc, dan cyclogeston

sebanyak 1 cc (Prijatni dan Rahayu, 2016). Kotrasepsi kombinasi

mempunyai efek antifiltrasi dengan cara menghambat tejadinya

ovulasi. Kombinasi dari estrogen dan progesterone dapat menekan

basal follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone

(LH). Dengan adanya penekanan tersebut maka hipofisis tidak dapat

mensintesis gonadotropin meskipun telah dirangsang oleh

gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang dikeluarkan

hiptalamus. Dalam keadaan normal, FSH dan LH yang dikeluarkan

oleh hipofisis berfungsi untuk mematangkan folikel ovarium untuk

memproduksi estradiol. Dengan adanya mekanisme yang terjadi

seperti di atas maka ovulasi tidak akan terjadi, corpus luteum tidak

akan terbentuk dan progesterone tidak dapat terproduksi yang

menyebabkan perubahan pada endometrium (atrofi) yang

mengganggu adanya implantttasi (Loudoe et al., 2020).

2) Suntik KB Progestin

Kontrasepsi yang diberikan melalui suntikan intramuskular

yang hanya mengandung progestin. Terdapat 2 jenis yaitu, Depo

Medroksiprogesteron Asetat (DMPA), terdiri dari 150 mg DPMA

yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntikan di daerah

bokong dan Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat) terdiri dari

200 mg noretisteron enantat yang diberikan setiap 2 bulan dengan


cara disuntik di daerah bokong. Jenis suntikan ini bisa digunakan

dalam 7 hari setelah bersalin (Peni, 2016).

Kontrasepsi hormon yang hanya mengandung progesteron

sangat dianjurkan untuk ibu yang sedang menyusui karena tidak

mempengaruhi produksi ASI. Selain itu suntik KB progestin dapat

menurunkan kasus anemia dan menekan risiko terjadinya kanker

payudara. Efek samping yang sering terjadi pada akseptor suntik KB

progestin dapat berupa gangguan haid, seperti siklus haid

memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit,

perdarahan tidak teratur atau spotting, maupun tidak haid sama

sekali, serta penambahan berat badan, dan terlambatnya kembali

kesuburan setelah penghentian (Tanto, 2021).

Kelebihan KB suntik :

1) Sangat efektif

2) Durasi kerja yang lama

3) Bisa segera digunakan bahkan jika terjadi infeksi

4) Tidak mengganggu hubungan seksual

Kekurangan KB suntik :

1) Bisa menyebabkan perdarahan

2) Bisa mempengaruhi kesuburan

3) Belum melindungi dari PMS

4) Pada beberapa orang berpengaruh pada berat badan

5) Perut terasa sakit karena menstruasi tidak teratur


g. Implant

Implant atau lebih dikenal dengan susuk KB adalah alat kontrasepsi

yang pemakaiannya dengan cara memasukan sebuah tabung kecil di bawah

kulit pada bagian tangan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Tabung

tersebut berisi hormon yang akan terlepas sendiri sedikit demi sedikit,

sehingga dapa mencegah kehamilan. Implant terdiri dari tiga jenis, yaitu :

1) Nortplant, terdiri dari enam batang silatik yang lembut dan berongga

dengan panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 mm dan berisi 36 mg

levonorgestrel dengan lama kerja lima tahun.

2) Jadena dan Imdoplant, terdiri dari dua batang silatik yang lembut

dan berongga dengan panjang 4,3 cm dengan diameter 2,5 mm dan

berisi 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja tiga tahun.

3) Implanton, terdiri dari satu batang silatik yang lembut dan berongga

dengan panjang kira-kira 4,0 cm dengan diameter 2 mm dan berisi

68 mg 3-ketodesogestrel dengan lama kerja tiga tahun.

Cara kerja dari implant yaitu, melepaskan sejumlah levonorgestrel

kedalam darah melalui proses difusi dari kapsul-kapsul yang terbuat dari

bahan silatik yang telah disusupkan di bawah kulit. Implant tersebut

membuat lendir serviks mengental sehingga menghambat pergerakan

sperma, mencegah ovulasi dan menghambat perkembangan siklus dari


endometrium. Implant memiliki efektifitas yang tinggi 0,2-1 kehamilan per

100 wanita (Farahdilla, 2016).

Kelebihan implant :

1) Sangat efektif

2) Berlaku jangka panjang

3) Jika dicabut bisa subur lagi

4) Tidak perlu mencari persediaan

5) Hanya perlu sekali kunjungan kecuali jika ada gangguan

6) Tidak mengganggu hubungan seksual

Kekurangan implant :

1) Bisa menyebabkan pendarahan atau menstruasi tidak teratur

2) Perlu petugas medis untuk pemasangan

3) Belum melindungi dari PMS

4) Bisa menyebabkan rasa nyeri dan bengkak pada lengan

5) Penundaan pemulihan kesuburan

h. Intra Uterine Device (IUD)

1) Pengertian IUD

IUD adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam

rongga rahim, terbuat dari plastik fleksibel. Beberapa jenis IUD

dililit tembaga atau tembaga bercampur perak, bahkan ada yang

disisipi hormon progesteron. IUD bertembaga dapat dipakai selama

10 tahun.
IUD dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah

abortus. Ada yang berbentuk spiral dan ada yang berbentuk huruf T.

Pemasangan IUD biasanya dilakukan ketika haid. IUD yang

mengandung progestin dapat menekan perkembangan kesuburan

dalam rahim. IUD yang berbentuk T dapat digunakan 3-5 tahun

(Tanto, 2021).

2) Jenis-jenis IUD:

a) Copper-T, berbentuk huruf T yang terbuat dari polietilen yang

bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Jenis ini

melepaskan levonorgestrel dengan konsentrasi yang rendah selama

minimal lima tahun.

b) Copper-7, berbentuk seperti angka “7” sehingga memudahkan

dalam pemasangan alat kontrasepsi tersebut. Copper-7 memiliki

ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan dililit kawat tembaga

dengan luas permukaan 200 mm2.

c) Multi Load, terbuat dari polietilen berbentuk seperti sayap yang

fleksibel. Jenis ini memiliki panjang 3,6 cm dari atas hingga bawah

dan lilitan kawat tembaga memiliki luas permukaan 256 mm2 atau

375 mm2 . Multi Load memiliki tiga ukuran yaitu standar, small,

dan mini.

d) Lippes Loop, terbuat dari polietilen berbentuk spiral atau huruf S

bersambung. Terdapat empat jenis lippes loop menurut ukuran

panjang bagian atasnya, yaitu tipe A berukuran 25 mm dengan


benang berwarna biru, tipe B berukuran 27,5 mm dengan benang

berwarna hitam, tipe C berukuran 30 mm dengan benang berwarna

kuning, dan tipe D berukuran 300 mm dengan benang berwarna

putih dan tebal (Putri & Oktaria, 2016).

3) Cara kerja IUD

Cara kerja utama dari IUD adalah mencegah pertemuan

sperma dan ovum dengan menghambat kemampuan sperma untuk

masuk ke tuba falopi. IUD juga memungkinkan untuk mencegah

implantttasi telur dalam uterus. Sebelum pemasangan IUD harus

dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui letak rahim dan ada

tidaknya infeksi, kehamilan, maupun tumor. Setelah pemasangan

dapat terjadi perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama

dan akan berkurang setelah 3 bulan) disertai dengan haid yang

banyak dan lama. Pemasangan IUD yang tidak tepat dapat

menyebabkan perforasi uterus (Putri & Oktaria, 2016).

4) Kontarindikasi IUD

Kontraindikasi dalam penggunaan IUD berupa: kehamilan,

gangguan perdarahan, peradangan alat kelamin, kecurigaan tumor

ganas di alat kelamin, tumor jinak rahim, dan kelainan bawaan

Rahim (Putri & Oktaria, 2016). Dalam Tanto (2021), dinyatakan

bahwa kontraindikasi lainnya dalam penggunaan IUD adalah

nullipara (perempuan yang belum pernah hamil) karena

pemasangannya akan sulit dan anemia (kekurangan darah) yang


berat dikarenakan efek samping dari IUD adalah perdarahan yang

sangat banyak saat haid.

5) Kelebihan IUD :

a) Sangat efektif

b) Berlaku jangka panjang

c) Hanya perlu sekali kunjungan kecuali ada gangguan

d) Tidak mengganggu hubungan seksual

e) Pada umumnya IUD sangat mudah dikeluarkan dan

pemulihan kesuburan berlangsung sangat cepat

6) Kekurangan IUD :

a) Bisa menambah darah saat menstruasi dan kram pada

beberapa bulan pertama

b) Perlu cek tali secara rutin (pemeriksaan dilakukan sediri di

rumah)

c) Perlu petugas medis untuk pemasangannya

d) Bagi wanita yang memiliki infeksi yang tidak terdeteksi,

penggunaan IUD dapat memperparah infeksi yang telah

ada

7) Pemasangan IUD

a) Sewaktu haid sedang berlangsung

Dilakukan pada hari-hari pertama atau pada hari-hari

terakhir haid. Keuntungan IUD pada waktu ini antara lain ialah:
(1) Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada

waktu itu agak terbuka dan lembek.

(2) Rasa nyeri tidak seberapa keras.

(3) Perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan

tidak seberapa dirasakan.

(4) Kemungkinan pemasangan IUD pada uterus yang

sedang hamil tidak ada.

b) Sewaktu pasca persalinan

Bila pemasangan IUD tidak dilakukan dalam waktu

seminggu setelah bersalin, menurut beberapa sarjana,

sebaiknya IUD ditangguhkan sampai 6 - 8 minggu

postpartum oleh karena jika pemasangan IUD dilakukan

antara minggu kedua dan minggu keenam setelah partus,

bahaya perforasi atau ekspulsi lebih besar.

c) Sewaktu post abortum

Sebaiknya IUD dipasang segera setelah abortus oleh

karena dari segi fisiologi dan psikologi waktu itu adalah

paling ideal. Tetapi, septic abortion merupakan

kontraindikasi.

d) Beberapa hari setelah haid terakhir

Dalam hal yang terakhir ini wanita yang

bersangkutan dilarang untuk bersenggama sebelum IUD

dipasang. Sebelum pemasangan IUD dilakukan, sebaiknya


diperlihatkan kepada akseptor bentuk IUD yang dipasang,

dan bagaimana IUD tersebut terletak dalam uterus setelah

terpasang. Dijelaskan bahwa kemungkinan terjadinya efek

samping seperti perdarahan, rasa sakit, IUD keluar sendiri

(Yudha, 2013).

Adapun langkah-langkah pemasangan IUD Copper T

380 A, adalah:

a) Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan

mempersilahkan klien mengajukan pertanyaan. Sampaikan

kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada

beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti akan

diberitahu bila sampai pada langkah-langkah tersebut dan

pastikan klien telah mengosongkan kandung kencingnya

b) Periksa genitalia eksterna, untuk mengetahui adanya ulkus,

pembengkakan pada kelenjar Bartolin dan kelenjar skene,

lalu lakukan pemeriksaan spekulum dan panggul.

c) Lakukan pemeriksaan mikroskopik bila tersedia dan ada

indikasi

d) Masukkan lengan IUD Copper T 380A di dalam kemasan

sterilnya

e) Masukkan spekulum, dan usap vagina dan serviks dengan

larutan antiseptik dan gunakan tenakulum untuk menjepit

serviks
f) Masukkan sonde uterus

g) Lakukan pemasangan IUD Copper T 380 A

h) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi sebelum melepas

sarung tangan dan bersihkan permukaan yang

terkontaminasi.

i) Melakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan

dengan segera setelah selesai dipakai.

j) Mengajarkan kepada klien bagaimana memeriksa benang

IUD (dengan menggunakan model yang tersedia.

k) Menyarankan klien agar menunggu selama 15-30 menit

setelah pemasangan IUD.

8) Pencabutan IUD

Langkah-langkah pencabutan IUD sebagai berikut:

a) Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan

mempersilahkan klien untuk bertanya.

b) Memasukkan spekulum untuk melihat serviks dan benang

IUD

c) Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2

sampai 3 kali

d) Mengatakan pada klien bahwa sekarang akan dilakukan

pencabutan. Meminta klien untuk tenang dan menarik nafas

panjang, dan memberitahu mungkin timbul rasa sakit.


Terdapat dua teknik pencabutan kontrasepsi IUD yaitu pencabutan

normal dan pencabutan sulit:

a) Pencabutan Normal

Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan

klem lurus atau lengkung yang sudah didesinfeksi tingkat

tinggi atau steril dan tarik benang pelan-pelan, tidak boleh

menarik dengan kuat. AKDR biasanya dapat dicabut

dengan mudah. Untuk mencegah benangnya putus, tarik

dengan kekuatan tetap dan cabut AKDR dengan pelan-

pelan. Bila benang putus saat ditarik, maka jepit ujung

AKDR tersebut dan tarik keluar

b) Pencabutan sulit

Bila benang AKDR tidak tampak, periksa pada

kanalis servikalis dengan menggunakan klem lurus atau

lengkung. Bila tidak ditemukan pada kanalis servikalis,

masukkan klem atau alat pencabut AKDR ke dalam kavum

uteri untuk menjepit benang AKDR itu sendiri. Bila

sebagian AKDR sudah ditarik keluar tetapi kemudian

mengalami kesulitan menarik seluruhnya dari kanalis

servikalis, putar klem pelan-pelan sambil tetap menarik

selama klien tidak mengeluh sakit. Bila dari pemeriksaan

bimanual didapatkan sudut antara uterus dengan kanalis


servikal sangat tajam, gunakan tenakulum untuk menjepit

serviks dan lakukan tarikan ke bawah dan ke atas dengan

pelan-pelan dan hati-hati, sambil memutar klem. Jangan

menggunakan tenaga yang besar

i. Kontrasepsi Mantap

1) Vasektomi atau Metode Operasi Pria (MOP)

Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan

reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa defrensia

sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi

(pembuahan) tidak terjadi. Vasektomi merupakan salah satu metode

kontrasepsi yang bersifat permanen bagi pria sehingga butuh

pertimbangan yang sangat matang sebelum memutuskan untuk

menggunakan metode kontrasepsi ini (Farahdilla, 2016).

Kelebihan:

a) Tidak mempengaruhi hubungan seksual

b) Tidak menyebabkan impoten

c) Air mani tidak mengandung sperma

d) Efektifitas sangat tinggi

e) Waktu operasi sangat sebentar dan prosesnya cukup

gampang

Kekurangan:
a) Setelah operasi, selama sebanyak mimimal 20 ejakulasi

harus memakai alat kontrasepsi lainnya seperti kondom

karena dalam ejakulasi masih terdapat sperma

b) Tidak melindungi dari HIV/AIDS atau infeksi menular

seksual lainnya

c) Metode ini permanen sehingga kesuburan tidak dapat

dipulihkan

2) Tubektomi atau Metode Operasi Wanita (MOW)

Tubektomi adalah suatu kontrasepsi permanen untuk

mencegah keluarnya ovum dengan cara tindakan mengikat dan atau

memotong pada kedua saluran tuba. Metode ini merupakan metode

yang sangat efektif dan permanen untuk perempuan yang tidak ingin

punya anak lagi (Hutagalung, 2018).

Kelebihan tubektomi :

a) Tidak mempengaruhi hubungan seksual

b) Bersifat permanen atau jangka panjang

c) Waktu operasi sangat sebentar dan prosesnya cukup

gampang

d) Efektifitas sangat tinggi

e) Langsung efektif

Kekurangan tubektomi :

a) Tidak melindungi dari HIV/AIDS atau infeksi menular

seksual lainnya
b) Kesuburan tidak dapat di pulihkan, tapi pada beberapa

kasus operasi ini tidak permanen namun perlu upaya yang

rumit dan mahal untuk pengembalian kesuburannya.

c) Terkadang timbul penyesalan karena adanya dorongan

ingin punya anak lagi

2.3 Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan manusia

atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui panca indra yang

dimilikinya. Panca indra manusia guna penginderaan terhadap objek yakni

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Pengetahuan

seseorang sebagian besar diperoleh melalui indra pendengaran dan indra

penglihatan (Notoatmodjo, 2014).

b. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan orang terhadap sesuatu berbeda-beda.

Sehingga secara garis besar pengetahuan dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan,

yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Tingkatan pengetahuan pada tahap ini merupakan tingkatan

yang paling rendah. Kemampuan pengetahuan tingkat ini adalah


mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami (comprehension)

Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan bukan

sekadar tahu terhadap objek tersebut, namun juga dapat menjelaskan,

menyimpulkan, dan menginterpretasi materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (application)

Pengetahuan pada tahap ini diartikan apabila orang yang telah

memahami objek yang dimaksud maka seseorang tersebut dapat

menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada

situasi yang lain atau yang sebenarnya.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen

yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi

bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis

adalah apabila orang tersebut telah dapat menggambarkan (membuat

bagan), memisahkan dan mengelompokkan, serta membedakan atau

membandingkan pengetahuan atas objek tersebut.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan berbagai elemen atau unsur pengetahuan yang ada menjadi


suatu pola baru yang lebih menyeluruh. Dengan kata lain, sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri

atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Paraga, 2017).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Dalam membuat kategori tingkat pengetahuan bisa

dikelompokkan menjadi dua kelompok jika yang diteliti adalah masyarakat

umum, yaitu sebagai berikut :

1) Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya > 50%.

2) Tingkat pengetahuan kategori kurang baik jika nilainya ≤ 50%.

Kategori tingkat pengetahuan jika yang diteliti adalah petugas

kesehatan maka presentasenya akan berbeda, yaitu :

1) Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya > 75%.

2) Tingkat pengetahuan kategori kurang baik jika nilainya ≤ 75%

(Paraga, 2017).

c. Faktor-fsktor yang mempengaruhi pengetahuan


Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang secara umum, yaitu :

1) Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata

laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan

mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang,

makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Semakin

banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan

yang didapat.

2) Informasi/media massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal

maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek

(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau

peningkatan pengetahuan. Berkembangnya teknologi akan

menyediakan bermacam-macam media massa yang dapat

memengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.

3) Sosial, budaya, dan ekonomi

Sosial dan budaya merupakan kebiasaan dan tradisi yang

dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang

dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan


bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status

ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas

yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial

ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya

pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan

tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun

tidak, yang akan direspons sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah

yang dihadapi masa lalu.

6) Usia

Usia dapat mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula

daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik. Semakin tua semakin bijaksana,

semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal

yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. Namun, tidak

dapat mengajarkan hal baru kepada orang yang sudah tua karena dapat
diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya

usia.

d. Hubungan Pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi IUD

Pengetahuan seseorang bisa didapatkan dari berbagai sumber yaitu

informasi (media, penyuluhan), pendidikan, pengalaman seseorang. Sumber

informasi yang kurang dan jarang mendapatkan penyuluhan dari tenaga

kesehatan menyebabkan responden kurang mengetahui tentang IUD/spiral.

Selain dari informasi juga pendidikan responden yang rendah sangat

mempengaruhi dari pengetahuan responden tersebut, dimana responden

berlatar belakang pendidikan SD akan mempunyai tingkat pengetahuan yang

lebih rendah dari responden yang memiliki latar belakang pendidikan SMA

atau perguruan tinggi. Pengalaman yang kurang dari responden dalam

mengakses pelayanan kesehatan terutama masalah kontrasepsi IUD juga

dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan responden sehingga responden

kurang tahu tentang kontrasepsi IUD tersebut, dimana terlihat bahwa

responden bekerja sebagai IRT, dengan demikian responden banyak

menghabiskan waktu di rumah dan jarang mendapatkan informasi tentang

IUD (Paraga, 2017).

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar

penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (overt behavior). Pengetahuan tentang kontrasepsi IUD


mempengarui pola pikir ibu dalam memilih kontrasepsi apakah sesuai

dengan kondisi dan kebutuhannya, dan salah satu refleksinya dapat

berbentuk minat pada pemakaian kontrasepsi IUD sebelum ke fase pemilihan

IUD sebagai alat kontrasepsinya (Paraga, 2017).

Hasil penelitian (Paraga, 2017) menyimpulkan ada hubungan

tingkat pengetahuan ibu tentang kontrasepsi IUD dengan penggunaan

kontrasepsi IUD.

2.4 Sikap

a. Definisi sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan

(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya).

Sikap adalah bagaimana pendapat atau penilaian orang/responden terhadap

hal yang terkait dengan kesehatan, sehat, sakit dan faktor yang terkait dengan

faktor risiko kesehatan (Paraga, 2017).

Sikap menurut Campbell (1950) dalam Tanto (2021) mendefinisikan

sangat sederhana yakni: “An individual’s attitude is syndrome of respons

consistency with regard to object”. Jadi jelas dikatakan bahwa sikap itu suatu

sindrom atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek sehingga

sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang

lain (Tanto, 2021).

b. Komponen Sikap
Menurut Allport (1954) dalam Tanto (2021) menjelaskan, sikap terdiri

dari tiga komponen pokok, yaitu:

1) Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, yang

artinya bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang

terhadap objek.

2) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya

bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang

tersebut terhadap objek.

3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap

merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku

terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau

berperilaku terbuka

Ketiga komponen tersebut bersama-sama membentuk sikap yang

utuh (total attitude). Pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi sangat

berperan penting dalam menentukan sikap.

c. Tindakan Yang Mendasari Sikap

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tindakan

sebagai berikut:

1) Menerima (receiving), kepekaan dalam menerima rangsangan. Dapat

diartikan bahwa orang (subyek) bersedia dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek). Contohnya, sikap seorang ibu yang

menghadiri sebuah penyuluhan KB.


2) Menanggapi (responding), memberikan respon terhadap suatu objek,

seperti memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

Contohnya, seorang ibu yang menghadiri penyuluhan KB tersebut

mampu berpartisipasi aktif.

3) Menghargai (valuing), mengajak atau mempengaruhi orang lain untuk

merespon, mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

Contohnya, seorang ibu yang menghadiri penyuluhan KB, mengajak

temannya untuk menghadiri forum tersebut.

4) Bertanggung jawab (responsible), Bertanggung jawab berarti siap

untuk menerima risiko terhadap sikap yang diambil berdasarkan

keyakinannya. Contohnya, seorang ibu yang mengikuti penyuluhan

harus siap menerima risiko seperti kehilangan waktunya, harus

meninggalkan rumah, dan sebagainya

d. Factor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap

1) Pengalaman pribadi, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila

pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan

faktor emosional,

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya individu

cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang

dianggap penting atau dihormati (tokoh),

3) Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan

garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah


mewarnai sikap anggota masyarakat, karena kebudayaanlah yang

memberi corak pengalaman individu pada masyarakat.

4) Media masa, dalam media komunikasi berita atau informasi yang

disampaikan dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya

berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

e. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.

Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat pernyataan responden

terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

pertanyaan-pertanyaan hipotesis kemudian ditanyakan pada responden

(Paraga, 2017).

f. Hubungan Sikap Dengan Pemilihan IUD

Pengetahuan baik membuat seseorang yakin dan membentuk sikap

terhadap sesuatu. Dan diharapkan dengan pengetahuan yang baik akan

membuat sikap seseorang terhadap sesuatu menjadi baik pula, sesuai dengan

teori L. Green bahwa sikap merupakan salah satu faktor predisposisi untuk

mewujudkan perilaku. Sikap merupakan keyakinan terhadap sesuatu obyek

yang disertai perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut

untuk membuat respon atau berperilaku dengan cara yang dimilikinya.

Alport (1954) dalam Paraga (2017) menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai tiga komponen pokok yaitu kepercayaan (keyakinan) meliputi ide


dan konsep terhadap obyek, kehidupan emosional atau evaluasi emosional

terhadap suatu obyek, dan kecenderungan untuk bertindak (Paraga, 2017).

Ketiga komponen diatas secara bersama-sama membentuk sikap yang

utuh (total attitude) dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,

berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Pengetahuan ini

akan membawa ibu untuk berpikir dan memilih AKDR. Dalam berpikir ini

komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat

akan memilih AKDR, hal ini berarti ibu mempunyai sikap tertentu terhadap

obyek yang berupa pemilihan AKDR (Paraga, 2017).

2.5 Kerangka Konsep

2.5.1 Kerangka Pikir

Penelitian ini menggunakan teoritis menurut teori Lawrence green

(1980). Lawrence green menggambarkan bahwa perilaku seseorang atau

masyarakat berkaitan dengan kesehatan individu atau masyarakat yang

ditentukan oleh 3 faktor yaitu: faktor predisposisi (pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai tradisi, sosiodemografi dan sebagainya),

faktor pemungkin (sarana dan prasarana) dan faktor penguat (sikap dan

perilaku petugas kesehatan lain, dukungan keluarga, teman, sebaya, guru-

guru serta tokoh masyarakat, pemimpin dan pengambil kebijakan (Paraga,

2017).

Faktor yang kurang mendukung penggunaan metode kontrasepsi

IUD ini, adalah faktor internal (pengalaman, takut terhadap efek samping,

pengetahuan /pemahaman yang salah tentang IUD, pendidikan PUS yang


rendah, malu dan risih, adanya penyakit atau kondisi tertentu yang

merupakan kontraindikasi pemasangan IUD, persepsi tentang IUD. Faktor

eksternal (prosedur pemasangan IUD yang rumit, pengaruh dan pengalaman

akseptor IUD lainnya, sosial budaya dan ekonomi dan pekerjaan (Paraga,

2017).

2.5.2 Kerangka Hubungan Antar Variabel

Pengetahuan Ibu PUS


Terhadap IUD

Penggunaan Alat
Kontrasesepsi IUD
Sikap Ibu PUS Terhadap
Penggunaan IUD

Keterangan :

Variabel Bebas :

Variabel Terikat :

2.5.3 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan penggunaan

kontrasepsi IUD

2. Ada hubungan antara sikap ibu dengan penggunaan kontrasepsi IUD


3. Ada hubungan antara Pengetahuan dan sikap ibu dengan penggunaan

kontrasepsi IUD
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik deskriptif dengan

rancangan penelitian cross-sectional (potong lintang). Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap Ibu

terhadap penggunaan alat kontrasepsi IUD di Puskesmas Kupang Kota Tahun

2022.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Kupang Kota. Waktu

pengambilan dan pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-

Juni 2022.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang menjadi akseptor KB

aktif yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kupang Kota.

Berdasarkan data yang peneliti dapatkan dari Puskemas Kupang Kota,

jumlah akseptor KB aktif pada pendataan terbaru bulan desember 2020

berjumlah 489 orang.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang menjadi akseptor KB

aktif yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kupang Kota yang

berjumlah 215 orang, serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.


Perkiraan besar sampel pada penelitian ini ditentukan dengan

menggunakan rumus proporsi binomunal:

⁄ (1 − )
=
( − 1) + ⁄ (1 − )

Keterangan:

n = jumlah sampel minimal yang diperlukan

N = Besar populasi, yaitu Ibu PUS yang menjadi akseptor KB aktif di

Puskesmas Kupang Kota yang berjumlah 489 orang

d = toleransi kesalahan (5%)

α = derajat kepercayaan (95%)

Z = skor Z, berdasarkan nilai α yang diinginkan

Z1-α/2 = berdasarkan derajat kepercayaan yang diinginkan (1,96)

Sehingga besar sampel pada penelitian ini adalah:

, . , ( , )
n= , ( ) , , ( , )

,
n= ,

n = 215

Adapun kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang telah ditetapkan

yaitu:

a. Kriteria inklusi

1) Ibu pasangan usia subur yang tinggal di wilayah kerja

Puskesmas Kupang Kota yang merupakan akseptor KB

aktif.

2) Usia 15-49 tahun


3) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria eksklusi

1) Ibu yang sudah pernah menggunakan IUD, tapi tidak

nyaman sehingga menggati menggunakan kontrasepsi

yang lainnya

3.4 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur
Tingkat Segala Informasi Kuesioner 1. Baik Ordinal
Pengetahuan yang diketahui Ibu jika > 75%-
PUS terkait KB 100%
dan alat 2. Cukup
kontrasepsi 60%-75%
(Manfaat IUD, 3. Kurang
Kelebihan dan < 60%
kekurangan IUD, (Yhuda,
cara menggunakan 2013)
IUD, kontra
indikas, dan
Efektifitas IUD)
Sikap Tanggapan atau Kuesioner 1. Positif Ordinal
respon Ibu PUS jika
terhadap >60%
penggunaan alat 2. Negatif
kontrasepi IUD jika
<60%
(Yhuda
, 2013)
Penggunaan Ibu yang memiih Kuesioner 1. Menggun Nominal
KB IUD untuk akan IUD
menggunakan 2. Tidak
kontrasepsi IUD mengguna
untuk mengatur kan IUD
jarak kehamilan (Yhuda,
atau menghuntika 2013)
kehamilan
3.5 Jenis, Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

3.5.1 Jenis Pengumpulan Data

1) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh

peneliti dari responden. Data primer meliputi tingkat

pengetahuan ibu dan sikap ibu terhadap penggunaan IUD yang

diperoleh melalui pengisian kuesioner.

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh secara langsung

dari responden melainkan dari instansi terkait. Data sekunder

dalam penelitian ini diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Kupang

dan Puskesmas Kupang Kota.

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data

1) Angket

Angket adalah salah satu cara pengumpulan data yang dilakukan

dengan mengedarkan daftar pertanyaan dalam bentuk formulir

yang diajukan secara tertulis kepada subjek penelitian untuk

memperoleh tanggapan informasi ataupun jawaban.

2) Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu cara pengumpulan data melalui

analisa terhadap dokumen-dokumen yang mendukung.

Dokumentasi disini dapat berupa dokumen elektronik, gambar,

maupun dokumentasi tertulis.


3.5.3 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data menggunakan daftar pertanyaan

berupa kuesioner pengetahuan dan sikap yang diambil dari penelitian

Jaka Purna Yhuda pada tahun 2013.

a. Angket Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran tingkat pengetahuan dalam penelitian ini menggunakan

kuesioner yang berisi 10 pertanyaan. Setiap pertanyaan yang dijawab

ya diberi skor 1 dan jawaban tidak diberi skor 0. Baik bila nilai >

75%, cukup bila nilai antara 60-75%, kurang jika nilai <60% (Yhuda,

2013).

b. Angket Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dalam penelitian ini menggunakan kuesioner

yang berisi 10 pertanyaan sikap. Skor 1 untuk jawaban ya dan skor 0

untuk jawaban tidak. Ingin menggunakan IUD bila nilai > 60% dan

tidak ingin menggunakan IUD bila nilai < 60%.

3.6 Teknik Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data

3.6.1 Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data memiliki beberapa tahapan yang harus

dilalui yaitu :

a. Editing (Penyunting)

Editing merupakan kegiatan pengecekan pada angket atau isi

kuesioner yang digunakan dalam penelitian. Proses editing dapat

berupa pemeriksaan kelengkapan jawaban pada pertanyaan,


pemeriksaan kejelasan tulisan dalam menjawab dan relevansi

antara jawaban dan pertanyaannya.

b. Coding (Pengkodean)

Coding atau pengkodean adalah kegiatan mengubah data

berupa huruf kedalam bentuk angka untuk memudahkan dalam

analisis serta mempercepat proses entry data.

c. Processing

Processing atau entry data merupakan proses memasukan data dari

kuesioner kedalam aplikasi computer agar dapat dianalisis.

d. Cleaning (Pembersihan Data)

Cleaning merupakan proses pengecekan kembali data yang

sudah dimasukan untuk melihat kembali adanya kesalahan yang

mungkin terjadi. Pembersihan data berfungsi untuk melihat

kesalahan yang menimbulkan adanya data yang missing. Cleaning

juga melihat konsistensi dan integrasi data antar satu variabel

dengan variabel lainnya.

4.1.1 Analisis Data

Data yang dikumpulkan dan diolah dalam penelitian ini belum

memiliki nilai atau masih berupa data mentah sehingga untuk mengubah

data menjadi informasi, diperlukan analisis data. Metode analisis yang

digunakan pada penelitian ini adalah dengan analisis univariat dan

analisis bivariat.
a. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian yaitu tingkat

pengetahuan dan sikap Ibu PUS.

b. Analisi Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sikap

dan pengetahuan dengan pemilihan penggunaan alat kontrasepsi IUD

dengan menggunakan metode analisis bivariat chi-square yang

merupakan salah satu uji statistic non-parametrik sehingga tidak

membutuhkan normalitas data dan digunakan untuk melihat dua variabel

memiliki hubungan yang signifikan dengan syarat kedua variabel

berskala kategorik. Analisis bivariat pada pada penelitian ini dibantu

dengan menggunakan perangkat lunak Statistical Product and Service

Solution (SPSS). Adapun rumus dari Uji chi-square sebagai berikut

0 −
=

4.1.2 Penyajian Data

Data yang telah diolah dan dianalisis kemudian disajikan dalam

bentuk narasi, table dan persentase berdasarkan variabel yang diteliti.


4.1.3 Organisasi dan Personalia Penelitian

a. Pembimbing

1) Pembimbing I : Masrida Sinaga S.K.M., M.Kes

2) Pembimbing II : Rut Rosina Riwu S.K.M., MPH

b. Peneliti

1) Nama : Abrian Thomas

2) Nim : 1707010138

3) Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat/Epidemiologi

4.1.4 Jadwal Kegiatan Penelitian

Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Penelitian hubungan pengaruh dan sikap

Waktu Pelaksanaan
No Uraian/kegiatan apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt
penyusunan dan seminar usulan
1 penelitian
2 Persiapan Penelitian
3 Pengumpulan Data
4 Tabulasi data
Penulisan Laporan/skripsi dan
5 seminar hasil
6 revisi laporan/skripsi
7 laporan akhir/ujian skripsi
4.1.5 Rencana Anggaran

Tabel 3.3 Rencana Anggaran Penelitian Hubungan Pengetahuan Dan

Sikap Ibu Terhadap Penggunaan KB IUD di Puskesmas Kupang Kota

Tahun 2022

Biaya
No Uraian Vollume Satuan Total Biaya
Penyusunan dan Seminar
Penelitian
a. ATK
b. Konsumsi
1 c. Jilid proposal 1 paket Rp. 600.000 Rp. 600.000
Pelaksanaan Kegiatan
Penelitian
a. Perizinan
b. Transportasi
2 c. Pengumpulan Data 1 Paket Rp. 700.000 Rp. 700.000
Penyusunan dan Seminar
3 Hasil 1 paket Rp. 550.000 Rp. 550.000
4 Revisi Skripsi 1 Paket Rp. 150.000 Rp. 150.000
5 Ujian Skripsi 1 Paket Rp. 700.000 Rp. 700.000
6 Jilid Skripsi 1 Paket Rp. 600.000 Rp. 600.000
Total Rp.3.300.000
DAFTAR PUSTAKA

Paraga, A. (2017). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Kontrasepsi IUD

Dengan Rencana Pemilihan Kontrasepsi IUD di Puskesmas Waode Buri

Kabupaten Buton Utara Provinsi Sulawesi Tenggara. Skripsi,

http://repository.poltekkes-

kdi.ac.id/43/1/SKRIPSI%20ANDERI%20PARAGA.pdf

Farahdilla, M. (2016). Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Penggunaan

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Mkjp) Di Perumnas Mandala

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun. Skripsi, 112.

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/16541

Kementerian Kesehatan RI. (2020). Profil Kesehatan Indonesia 2019. Jakarta :

Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. (2021). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2020.

Kementerian Kesehatan RI.

Loudoe, N., Efendi, F., & Fauziningtyas, R. (2020). Determinan Pengetahuan

tentang Kontrasepsi pada Ibu yang Berusia Remaja di Kupang. In Indonesian

Journal of Community Health Nursing (Vol. 4, Issue 2).

https://doi.org/10.20473/ijchn.v4i2.12471

Peni, W. O. M. (2016). Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Jenis

Kontrasepsi Pada Wanita Usia Subur (WUS) Di Kecamatan Ponjong


Kabupaten Gunungkidul. Skripsi.

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/32981/12613150%20Wu

lan%20Octantya%20Mawar%20Peni.pdf?sequence=1

Pertiwi, T. (2017). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan

Kontrasepsi IUD di Puskesmas Sukarami Kota Palembang. Skripsi.

http://repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/505/1/SKRIPSI342-

1704252213.pdf

Putri, R. P., & Oktaria, D. (2016). Efektivitas Intra Uterine Devices (IUD) Sebagai

Alat Kontrasepsi. Jurnal Majority, Vol 5(4), 138.

https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/900/

808

Supriadi. (2017). Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi

Pada Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa. Skripsi, 54–

56.

http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzdhM

zhkZjhkNTdmN2ViN2RkYzBlZDhmMThlMGQzMzc2ZjYzZGU4Nw==.pd

Tanto, Z. (2021). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Pasangan Usia

Subur (PUS) terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi di Kelurahan Pangkalan

Masyhur. Skripsi, 1–10.

http://repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/538/1/SKRIPSI375-

1704279241.pdf
UUD No 52, & 2009. (2009). Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009.

Www.Legalitas.Org, 10.

Yudha, J. P. (2013). Hubungan tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap

Penggunaan Konstrasepsi IUD di Kelurahan 16 Ulu Kecamatan Seberang Ulu

II Palembang Tahun 2012. Skripsi, 1–47. http://repository.um-

palembang.ac.id/id/eprint/538/1/SKRIPSI375-1704279241.pdf
Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Penggunaan Kontrasepsi

IUD di Puskesmas Kupang Kota 2022

A. Identitas

1. Nama :

2. Alamat tempat tinggai :

3. Umur :

4. Status Perkawinan :

5. Pendidikan terakhir :

6. Pekerjaan :

7. Penghasilan dalam 1 bulan :

8. Banyaknya anggota keluarga dalam 1 rumah :

9. Banyaknya Anak Di Keluarga :

10. Lama Perkawinan Yang Sekarang

11. Kontrasepsi Yang Dipakai :


a. Pertanyaan Pengetahuan

Jawaban
No Pertanyaan Benar Salah
Sepengetahuan Ibu, apakah alat kontrasepsi IUD?
a. IUD Termasuk alat kontrasepsi jagka panjang
b. IUD termasuk alat kontrasepsi yang tidak mempengaruhi
1 hormon
Mekanisme Kerja IUD :
a. IUD mencegah kehamilan dengan cara mencegah sel ovum
dan sperma bertemu
b. IUD mencegah kehamilan dengan cara membunuh hasil
2 pembuahan
Macam-Macam IUD :
a. IUD ada yang berbentuk seperti T
3 b. IUD ada yang berbentuk seperti cincin
Keuntungan penggunaan IUD :
a. Umumnya hanya satu kali pemasangan
b. Tidak menimbulkan efek ke bagian tubuh lain
c. Efektivitas tinggi
4 d. Bisa dilakukan pemasangan lagi apabila dilepas
Kerugian penggunaan IUD
a. Terdapat cairan yang keluar dari vagina
b. Menstruasi menjadi lebih banyak dan lama
c. Nyeri perut bagian bawah
d. Tidak seefektif pil kontrasepsi oral
e. Benang dapat masuk ke kavum uteri
f. Benang terasa oleh suami saat senggama
5 g. Dapat terjadi perlubangan uterus
Persyaratan pemakaian IUD, semua ibu bisa menggunakan IUD,
kecuali
a. Sedang hamil
b. Perdarahan vagina yang tidak diketahui
c. Sedang menderita infeksi alat genital
6 d. Kanker alat genital
Efek samping pemakaian IUD
a. Perdarahan
b. Terasa nyeri dan kejang di perut
c. Gangguan saat bersenggama
7 d. IUD dapat keluar dengan sendirinya
Komplikasi IUD
a. Terjadi infeksi
b. Perlubangan pada uterus
8 c. kehamilan
9 Waktu pemasangan IUD
a. Sewaktu haid sedang berlangsug
b. Setelah melahirkan
c. Setelah keguguran
Cara pemasangan IUD
a. Dimasukan kedalam uterus
10 b. Dimasukan melalui vagina

B. Pertanyaan Sikap

No Pertanyaan SS S TS STS
1 Apakah Ibu setuju dengan diadakannya program KB
2 Apakah Ibu setuju dengan alat kontrasepsi IUD
Apakah Ibu setuju dengan rencana pemerintah
3 mengenai 2 anak lebih baik
4 Apakah suami Ibu setuju dengan program KB
5 Apakah suami Ibu mendukung ibu untuk ikut KB
6 Apakah menurut Ibu KB bertentangan dengan agama
Menurut Ibu bagaimana jika ahli agama ikut
7 memperkenalkan program KB
Apakah Ibu ingin penyuluhan mengenai KB IUD
8 diadakan
Apakah Ibu setuju mengenai keberhasilan IUD dapat
9 mencegah kehamilan
10 Apakah ibu ingin menggunakan KB IUD

Anda mungkin juga menyukai