Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kependudukan dan keluarga berencana yang tertera pada

RPJMN 2015 – 2019, salah satu fokus sasaran program kependudukan dan

keluarga berencana adalah peningkatan pelayanan keluarga berencana (KB)

dengan menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Metode

kontrasepsi jangka panjang (MKJP) merupakan metode kontrasepsi yang

dipakai dalam waktu lama, lebh dari dua tahun, efektif dan efisien untuk

tujuan pemakaian menunda dan menjarangkan kelahiran lebih dari tiga tahun

atau menghentikan kesuburan. Jenis metode kontrasepsi jangka panjang

seperti : implant, metode operatif pria (MOP), metode operatif wanita (MOW)

dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) (BKKBN, 2018).

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan alat kontrasepsi

jangka panjang yang dimasukkan kedalam rahim yang terbuat dari plastik

elastis yang dililit tembaga atau campuran tembaga dengan perak. Lilitan

logam menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan jangka waktu penggunaan

antara dua hingga sepuluh tahun dengan metode kerjanya mencegah masuknya

spermatozoa kedalam saluran tuba (Fitri dan Oktaria, 2016)

Menurut World Health Organization (WHO) (2014), penggunaan

kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan

Amerika Latin dan terendah di Sub-Sahara Afrika. Secara global, pengguna

kontrasepsi modern seperti pil KB, suntik KB, implan/norplant/susuk,

1
2

AKDR/IUD/spiral, vasektomi dan tubektomi telah meningkat tidak signifikan

dari 54% pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada tahun 2014.

Menurut data yang diperoleh dari Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan bahwa penggunaan alat

kontrasepsi di Indonesia mengalami peningkatan dengan capaian 64%.

Cakupan peserta KB aktif di Indonesia juga mengalami peningkatan sebesar

75,2%. Alat kontrasepsi yang sebagian besar dipilih adalah suntik KB yaitu

sebesar 53,54% pada peserta KB Baru dan 49,16% pada peserta KB Aktif

(SDKI, 2017).

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2021 menunjukkan bahwa

jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) mencapai 1.038.158 orang, yang

menggunakan alat kontrasepsi kondom sebanyak 39.159 orang (4,4%), suntik

sebanyak 527.186 orang (58,8%), pil sebanyak 95.623 orang (10,4%), AKDR

sebanyak 79.066 orang (8,8%), MOP sebanyak 1.423 orang (0,2%), MOW

sebanyak 11.068 orang (1,2%) dan implant sebanyak 142.590 orang (15,9%)

(Profil Kesehatan Provinsi NTB, 2021).

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Utara Tahun 2021

diketahui bahwa jumlah Pasangan Usia Subur mencapai 38.898 orang, yang

menggunakan alat kontrasepsi kondom sebanyak 470 orang (1,0%), suntik

sebanyak 35.195 orang (71,9%), pil sebanyak 10.695 orang (21,8%), AKDR

sebanyak 313 orang (0,6%), MOP sebanyak 3 orang (0,1%), MOW sebanyak

22 orang (0,28%) dan implant sebanyak 2.270 orang (4,6%) (Dinas Kesehatan

Kabupaten Lombok Utara, 2021).


3

Menurut data yang diperoleh dari Kantor Desa Genggelang

menunjukkan bahwa jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Dusun Monggal

Tahun 2021 berjumlah 796 orang dengan jumlah peserta KB sebanyak 574

orang dan bukan peserta KB 222 orang, sedangkan jumlah Pasangan Usia

Subur yang menggunakan alat kontrasepsi dari bulan Januari sampai

dengan Oktober 2022 sebanyak 576 orang, di Dusun Monggal masih sering

dijumpai keluarga yang memiliki anak lebih dari 2, ini sangat bertolak

belakang dengan visi yang diusung oleh pemerintah dalam program

keluarga nasional yaitu “2 anak cukup”. Penyuluh keluarga berencana harus

memiliki wawasan yang luas agar dipercaya masyarakat ketika melakukan

sebuah penyuluhan dan konseling (Dusun Monggal Desa Genggelang, 2022).

Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya yaitu : pengetahuan, pendidikan, sikap, dukungan

petugas kesehatan, dukungan suami serta budaya. Rendahnya cakupan

Pasangan Usia Subur (PUS) terhadap pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim

(AKDR) tentunya tidak lepas dari pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang

pemilihan alat kontrasepsi karena adanya pengetahuan yang baik tentang

metode kontrasepsi yang paling sesuai dan efektif digunakan sehingga

membuat pengguna kontraepsi lebih nyaman dengan kontrasepsi tersebut.

Pengeahuan merupakan landasan bagi seseorang sebelum melakukan perilaku

tertentu sedangkan dukungan suami termasuk dalam faktor reinforcing yang

mempengaruhi perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2018).


4

Suami sebagai kepala keluarga dapat memiliki hak untuk mendukung

dan tidak mendukung dalam pemilihan metode kontrasepsi. Beberapa

penelitian juga telah menunjukkan bahwa pengetahuan dan dukungan suami

dapat mempengaruhi pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).

Bahkan pada wanita dengan pendidikan tinggi sekalipun tidak dapat

menggunakan alat kontrasepsi tanpa adanya dukungan dari suami (Raidanti,

2019).

Dukungan suami sangat dibutuhkan bagi wanita usia subur, dukungan

dan pemahaman yang baik tentang alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).

bagi Pasangan Usia Subur (PUS) sangat dibutuhkan sehingga Pasangan Usia

Subur (PUS) memiliki alternatif memakai alat kontrasepsi. Kontrasepsi tidak

dapat dipakai istri tanpa adanya kerjasama suami dan saling percaya.

Dukungan suami dalam pemilihan alat kontrasepsi meliputi upaya

memperoleh informasi, memilih, mengantar ke tempat pelayanan serta

membiayai pemasangan alat kontrasepsi (Mulyani, 2019)

Kemudian dari hasil survey pendahuluan dengan wawancara langsung

yang dilakukan pada tanggal 10 November 2022 di Dusun Monggal Desa

Genggelang terhadap 10 Pasangan Usia Subur (PUS) diketahui bahwa 7

Pasangan Usia Subur (PUS) diantaranya memiliki pengetahuan yang kurang

tentang alat kontrasepsi dalam rahim, hal ini diketahui dari hasil wawancara

langsung, dimana Pasangan Usia Subur tidak bisa menjawab apa pengertian

alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Kemudian dari segi dukungan suami,

cenderung tidak mendukung, karena Pasangan Usia Subur dan suami sama-
5

sama tidak mengerti tentang alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).

Sedangkan 3 Pasangan Usia Subur (PUS) lainnya mengatakan sudah mengerti

tentang alat kontrasepsi dalam rahim, hal ini diketahui secara langsung oleh

peneliti dari hasil wawancara, dimana Pasangan Usia Subur bisa menjelaskan

dengan baik pengertian AKDR, jenis AKDR, manfaat dan kerugian yang

ditimbulkan dari penggunaan AKDR dan mendapatkan dukungan dari suami

untuk menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) (Dusun Monggal

Desa Genggelang, 2022).

Berdasarkan data di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang hubungan pengetahuan dan dukungan suami dengan pemilihan Alat

Kontrasepsi Dalam Rahim pada Pasangan Usia Subur di Dusun Monggal Desa

Genggelang Tahun 2022.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merumuskan masalah

dalam penelitian ini adalah : “Apakah Ada Hubungan Pengetahuan dan

Dukungan Suami dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Pada

Pasangan Usia Subur di Dusun Monggal Desa Genggelang Tahun 2022?".

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan dukungan suami

dengan pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim pada Pasangan Usia Subur

di Dusun Monggal Desa Genggelang Tahun 2022.


6

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik Pasangan Usia Subur di Dusun di

Dusun Monggal Desa Genggelang Tahun 2022.

b. Mengidentifikasi pengetahuan pada Pasangan Usia Subur tentang alat

kontrasepsi dalam rahim di Dusun Monggal Desa Genggelang Tahun

2022.

c. Mengidentifikasi dukungan suami pada Pasangan Usia Subur tentang

alat kontrasepsi dalam rahim di Dusun Monggal Desa Genggelang

Tahun 2022.

d. Mengidentifikasi pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim pada

Pasangan Usia Subur di Dusun Monggal Desa Genggelang Tahun

2022.

e. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan pemilihan alat

kontrasepsi dalam rahim pada Pasangan Usia Subur di Dusun Monggal

Desa Genggelang Tahun 2022.

f. Menganalisis dukungan suami dengan pemilihan alat kontrasepsi

dalam rahim pada Pasangan Usia Subur di Dusun Monggal Desa

Genggelang Tahun 2022.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan

informasi dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan menambah


7

wawasan tentang hubungan pengetahuan dan dukungan suami dengan

pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim pada Pasangan Usia Subur. Selain

itu, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai refrensi di

perpustakaan Program Studi S1 Pendidikan Bidan dan Profesi Bidan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Hamzar Lombok Timur.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Dusun Monggal Desa Genggelang

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan bagi aparatur desa khususnya Dusun

Monggal Desa Genggelang dalam upaya meningkatkan pengetahuan

Pasangan Usia Subur tentang alat kontrasepsi dalam rahim dengan

cara menjalin kerjasama dengan pihak Puskesmas dengan

memberikan informasi melalui bimbingan konseling dan penyuluhan

tentang alat kontrasepsi dalam rahim.

b. Bagi Peneliti

Diharapkan dengan adanya penelitian dapat menambah

wawasan peneliti mengenai hubungan pengetahuan dan dukungan

suami dengan pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim pada Pasangan

Usia Subur agar bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Untuk Institusi Pendidikan

Diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa dijadikan

sebagai bahan masukan dan referensi untuk mengembangkan ilmu


8

pengetahuan para mahasiswa khususnya mahasiswa Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan (STIKES) Hamzar Lombok Timur.

d. Bagi Pasangan Usia Subur

Diharapkan dengan adanya penelitian dapat meningkatkan

pengetahuan dan menambah wawasangan Pasangan Usia Subur

tentang hubungan pengetahuan dan dukungan suami dengan

pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim pada Pasangan Usia Subur.

e. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai literatur atau refrensi serta acuan dalam melakukan penelitian

lebih lanjut tentang hubungan pengetahuan dan dukungan suami

dengan pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim pada Pasangan Usia

Subur.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Judul Metode
Peneliti Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Penelitian Penelitian
Mularsih, Hubungan Jenis Hasil uji chi Variabel Jenis penelitian
Sri (2018) pengetahuan penelitian yang square diperoleh independent dan yang digunakan
dan dukungan digunakan p value = 0,000 dependent yang berbeda. Peneliti
suami dengan adalah (p < 0,05) pada diteliti sama yaitu : menggunakan
pemilihan alat deskriptif tingkat tentang analitik
kontrasepsi analitik pengetahuan dan pengetahuan, korelasional
dalam rahim dengan p = 0,175 (p > dukungan suami dan sedangkan
(AKDR) pada pendekatan 0,05) pada pemilihan alat penelitian
Pasangan Usia cross dukungan suami kontrasepsi AKDR. terdahulu
Subur (PUS) di sectional. ada hubungan Kemudian analisis menggunakan
Kelurahan antara tingkat statistik yang deskriptif analitik.
Purwoyoso pengetahuan digunakan juga Kemudian teknik
Kecamatan dengan sama yaitu : uji chi pengambilan
Ngaliyan Kota penggunaan square. sampel, jumlah
Semarang AKDR dan tidak populasi dan
9

terdapat sampel yang


hubungan antara digunakan juga
dukungan suami berbeda.
dengan
penggunaan
AKDR

Arbaiyah, Hubungan Jenis Berdasarkan hasil Jenis penelitian Teknik


Ita (2021) Pengetahuan penelitian ini uji statistik yang digunakan pengambilan
dan Dukungan adalah dengan chi- sama yaitu ; sampel yang
Suami Dengan penelitian square kuantitatif dengan digunakan
Penggunaan kuantitatif, menunjukkan desain korelasi berbeda. Peneliti
Kontrsepsi desain yang adanya hubungan menggunakan menggunakan
IUD di Desa digunakan antara pendekatan cross purposive
Balakka. adalah pengetahuan sectional. sampling
kolerasi, dan suami terhadap kemudian, sedangkan
menggunakan penggunaan alat variabel penelitian
pendekatan kontrasepsi IUD independent dan terdahulu
crosssecsional dengan nilai p dependent yang menggunakan
value = 0,01 < diteliti juga sama total sampling.
0.05. yaitu : Kemudian jumlah
pengetahuan, populasi dan
dukungan suami sampel yang
dan penggunaan digunakan juga
alat kontrasepsi berbeda.
IUD. Selain itu,
analisis statistik
yang digunakan
juga sama yaitu :
uji chi square.

Abdullah, Hubungan Penelitian ini Hasil penelitian Metode penelitian Teknik


Fadila pengetahuan menggunakan menunjukan yang digunakan pengambilan
(2020) dan metode bahwa ada sama yaitu : sampel yang
dukungan analitik hubungan antara analitik digunakan
suami korelasional pengetahuan korelasional berbeda.
dengan dengan dengan persepsi dengan rancangan Penelitian
persepsi ibu rancangan ibu dalam cross sectional. terdahulu
dalam Cross pemilihan variabel menggunakan
Pemilihan sectional kontrasepsi IUD independent yang total sampling
Kontrasepsi . p value = 0,000 diteliti juga sama sedangkan
IUD di < 0,05 dan yaitu : tentang peneliti
Wilayah Kerja dukungan suami pengetahuan dan menggunakan
Puskesmas dengan persepsi dukungan suami. purposive
Kalumata ibu dalam Analisis statistik sampling.
Kota Ternate pemilihan yang digunakan Kemudian jumlah
kontrasepsi IUD juga sama yaitu : populasi dan
p value = 0,000 uji chi square. sampel yang
< 0,05 digunakan juga
berbeda.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Konsep Dasar Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2018).

b. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai enam

tingkatan (Notoatmodjo, 2018), yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling

rendah.

10
11

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat

mengintrepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

telah paham terhadap obyek atas materi dapat mnejelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap obyek yang dipelajari.

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

pengguanaan hukum-hukum, metode, prinsip, dan sebagainya

dalam konteks atau yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu

sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah


12

suatu bentuk kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang baru.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justfikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

menggunakan wawancara atau angket yang menanyakan tentang

isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur

dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang, yaitu:

1) Faktor Internal meliputi:

a) Umur

Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja dari

segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih

percaya dari pada orang yang belum cukup tinggi


13

kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa

(Nursalam, 2016).

b) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experience is

the best teacher), pepatah tersebut bisa diartikan bahwa

pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman

itu merupakan cara untuk memperoleh suatu kebenaran

pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat

dijadikan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan

(Notoadmodjo, 2018).

c) Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin

banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya semakin

pendidikan yang kurang akan mengahambat perkembangan

sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan

(Nursalam, 2017).

d) Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi

lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan berulang dan banyak tantangan (Nursalam,

2017).
14

e) Jenis Kelamin

Istilah jenis kelamin merupakan suatu sifat yang melekat

pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikontruksikan

secara sosial maupun kultural.

2) Faktor eksternal

a) Informasi

Menurut Nursalam dan Pariani (2015) informasi

merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa

cemas. Seseorang yang mendapat informasi akan

mempertinggi tingkat pengetahuan terhadap suatu hal.

b) Lingkungan

Menurut Notoatmodjo (2018), hasil dari beberapa

pengalaman dan hasil observasi yang terjadi di lapangan

(masyarakat) bahwa perilaku seseorang termasuk terjadinya

perilaku kesehatan, diawali dengan pengalaman-pengalaman

seseorang serta adanya faktor eksternal.

c) Sosial budaya

Semakin tinggi tingkat pendidikan dan status sosial

seseorang maka tingkat pengetahuannya akan semakin tinggi

pula.

d. Cara Memperoleh Pengetahuan


15

Menurut Notoatmodjo (2018), terdapat beberapa cara

memperoleh pengetahuan, yaitu:

1) Cara kuno atau non modern

Cara kuno atau tradisional dipakai untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah,

atau metode penemuan statistik dan logis. Cara-cara penemuan

pengetahuan pada periode ini meliputi:

a) Cara coba salah (trial and error)

Cara ini dilakukan dengan mengguanakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut

tidak bisa dicoba kemungkinan yang lain.

b) Pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan.

c) Melalui jalan fikiran

Untuk memeperoleh pengetahuan serta kebenarannya

manusia harus menggunakan jalan fikirannya serta

penalarannya. Banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-

tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan

seperti ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi ke

generasi berikutnya.
16

2) Cara modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan lebih

sistematis, logis, dan alamiah. Cara ini disebut “metode penelitian

ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi penelitian, yaitu:

a) Metode induktif

Mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap

gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya

dikumpulkan atau diklasifikasikan, akhirnya diambil

kesimpulan umum.

b) Metode deduktif

Metode yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih

dahulu untuk seterusnya dihubungkan dengan bagian-bagiannya

yang khusus.

e. Kriteria Pengetahuan

Menurut Arikunto (2019), pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif,

yaitu:

1) Baik, bila subyek menjawab benar 76%-100% seluruh pertanyaan.

2) Cukup, bila subyek menjawab benar 56%-75% seluruh pertanyaan.

3) Kurang, bila subyek menjawab benar <56% seluruh pertanyaan


17

2. Konsep Dasar Dukungan Suami

a. Pengertian Dukungan Suami

Dukungan suami adalah upaya yang diberikan oleh suami baik

secara mental, fisik maupun sosial (Effendi & Makhfudli, 2019).

Dukungan suami adalah sumber daya sosial yang dapat digunakan

dalam menghadapi tekanan pada individu yang membutuhkan.

Dukungan suami dalam penggunaan alat kontrasepsi satu faktor

penguat (reinforcing factor) yang dapat mempengaruhi seseorang

dalam berperilaku, dimana setiap tindakan yang dilakukan secara

medis harus mendapat dukungan atau partisipasi kedua pihak suami

atau istri karena menyangkut kedua organ reproduksinya. Peran dan

tanggung jawab pria dalam kesehatan reproduksi khususnya keluarga

berencana sangat berpengaruh terhadap kesehatan (BKKBN, 2018).

Dukungan suami dapat diungkapkan melalui penghargaan dan

minat kepada istri, toleran, menunjukkan kasih sayang serta membantu

dalam menghadapi suatu masalah yang dialami oeh istri. Suami dinilai

berperan dalam program KB yaitu sebagai peserta KB dan

pendukung pasangan dalam menggunakan kontrasepsi (Mufdlilah &

Aryekti, 2016).

b. Aspek Dukungan Suami


18

Dukungan suami merupakan salah satu dukungan sosial yang

berasal dari lingkungan keluarga (Asrinah, 2018). Beberapa bentuk

dukungan suami antara lain:

1) Dukungan emosional

Dukungan informasional, suami berfungsi sebagai sebuah

kolektor dan desiminator (penyebar) informasi tentang dunia.

Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang

dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Manfaat

dari dukungan ini adalah dapat menekankan munculnya suatu

stresor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan

aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam

dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran petunjuk dan pemberian

informasi. Bentuk dukungan suami yang diberikan kepada istri

dalam penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

dapat melalui nasehat yang dapat diaplikasikan melalui masukan

kepada istri bahwa penggunaan alat kontrasepsi penting.

2) Dukungan Penilaian

Suami bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,

sebagai sumber dan validator anggota keluarga diantaranya

memberikan dukungan, penghargaan, dan perhatian. Bentuk

dukungan suami dalam hal ini melibatkan pemberian informasi,

saran, atau umpan balik tentang situasi dan kondisi istri. Jenis
19

informasi seperti ini dapat menolong istri untuk mengenali dan

mengatasi masalah dengan mudah

3) Dukungan Instrumental

Suami merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan

konkrit, diantaranya kesehatan reproduksi suami dan istri dijaga

kebersihannya.

4) Dukungan Emosional

Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan

suami yang diwujudkan dalam bentuk afeksi adanya kepercayaan,

perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Bentuk dukungan ini

membuat istri memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan

dicintai oleh suaminya sehingga istri dapat menghadapi masalah

dengan baik.

Dukungan suami merupakan salah satu faktor eksternal dalam

pemilihan alat kontrasepsi dan faktor yang mempengaruhi pemilihan

MKJP. Suami khawatir saat menggunakan MKJP akan menganggu

hubungan seksualnya (Hastuty dan Afiah, 2018).

Penelitian lain menunjukkan bahwa pasangan suami istri harus

bersama memilih metode kontrasepsi yang terbaik, saling bekerjasama

dalam pemakaian kontrasepsi dan menyatakan bahwa ada hubungan


20

yang signifikan antara dukungan suami dengan pemilihan penggunaan

alat kontrasepsi (Mayasari, 2018).

3. Konsep Dasar Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

a. Pengertian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (ADKR) adalah alat kontrasepsi

yang dipasang dalam rahim dengan menjepit kedua saluran yang

menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri

dari bahan plastik polietilena, ada yang dililit oleh tembaga dan ada

yang tidak (Kementerian Kesehatan RI, 2020).

Alat kontrasepsi dalam rahim adalah alat kontrasepsi yang

dimasukkan dalam rongga rahim wanita yang bekerja menghambat

sperma untuk masuk ke tuba fallopii (Saefudin, 2018).

b. Jenis Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Jenis alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) menurut bentuknya

dibagi menjadi bentuk terbuka (open device) misalnya Lippes Loop,

CU-T, Cu-7, Margulies, Spring Coil, Multiload, Nova-T. Bentuk

tertutup (closed device) misalnya Ota ring, Antigon, Grafen Berg

Ring. Menurut tambahan obat atau metal dibagi menjadi medicated

intrauterine device (IUD), misalnya Cu-T-200, 220, 300, 380A; Cu-7,

Nova-T, ML-Cu 250, 375, selain itu ada Copper-T, Copper-7, Multi
21

Load, dan Lippes Load. AKDR hormonal ada dua jenis yaitu

Progestasert-T dan LNG-20. Jenis AKDR Cu T-380A adalah jenis

AKDR yang beredar di Indonesia. AKDR jenis ini memiliki bentuk

yang kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T

diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu)

(Setyaningrum, 2016).

c. Mekanisme Kerja Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Cara kerja AKDR yaitu mencegah sperma dan ovum bertemu

dengan mempengaruhi kemampuan sperma agar tidak mampu

fertilisasi, mempengaruhi implantasi sebelum ovum mencapai kavum

uteri, dan menghalangi implantasi embrio pada endometrium (Rusmini

dkk, 2017). AKDR mencegah terjadinya fertilisasi, tembaga pada

AKDR menyebabkan reaksi inflamasi steril, toksik buat sperma

sehingga tidak mampu untuk fertilisasi (Kementerian Kesehatan RI,

2020).

Menurut Setyaningrum (2016), cara kerja dari AKDR yaitu

menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi karena

adanya ion tembaga yang dikeluarkan AKDR dengan cupper

menyebabkan gangguan gerak spermatozoa. AKDR memungkinkan

untuk mencegah implantasi telur dalam uterus karena terjadinya

pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag, dan limfosit

menyebabkan blastoksis mungkin dirusak oleh makrofag dan

blastoksis.
22

d. Manfaat Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Manfaat dari pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim menurut

Kemenkes RI (2017) yaitu:

1) Dapat efektif segera setelah pemasangan.

2) Metode jangka panjang.

3) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ngingat.

4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

5) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk

hamil

6) Tidak ada efek samping hormonal.

7) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

8) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus

(apabila tidak terjadi infeksi).

9) Dapat digunakan sampai menopause (satu tahun atau lebih setelah

haid terakhir).

10) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

11) Mencegah kehamilan ektopik

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan Alat Kontrasepsi

Dalam Rahim (AKDR)

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan alat

kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu :

1) Usia
23

Usia merupakan salah satu faktor Akseptor dalam

menentukan keputusan menggunakan jenis kontrasepsi. Usia

memiliki pengaruh terhadap penggunaan alat kontrasepsi jangka

panjang oleh wanita , semakin muda usia wanita usia subur maka

semakin rendah kemungkinan penggunaan alat kontrasepsi jangka

panjang dibandingkan yang berusia tua, berdasarkan penelitian

ditemukan bahwa pengguna kontrasepsi jangka pendek sebagian

besar adalah berusia 20- 30 tahun dan yang menggunakan

kontrasepsi jangka panjang sebagian beusia diatas 30 tahun (Dewi

et al., 2016) .

2) Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan

untuk keputusan menggunakan alat kontrasepsi, menurut Ariani

(2012) pendidikan dapat memudahkan pengguna kontrasepsi

mencari informasi dan memudahkan dalam presepsi ketika

disampaikan informasi mengenai kontrasepsi. Tingkat pendidikan

memiliki pengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi karena

semakin tinggi tingkat pendidikan wanita usia subur maka tingkat

pengetahuan akan semakin tinggi sehingga wanita usia subur yang

memiliki tingkat pendidikan tinggi semakin tinggi kemungkinan

menggunakan kontrasepsi jangka panjang (Dewi et al., 2016) .

3) Jumlah anak
24

Jumlah anak atau paritas menjadi salah satu faktor akseptor

dalam menentukan jenis kontrasepsi. Semakin banyak anak yang

dimiliki maka semakin rendah kemungkinan wanita usia subur

menggunakan kontrasepsi Jangka panjang. Pada penelitian

didapatkan bahwa akseptor kontrasepsi jangka pendek memiliki

anak lebih banyak dibandingkan kontrasepsi jangka panjang (Dewi

et al., 2016)

4) Pendapatan

Jumlah pendapatan keluarga merupakan salah satu faktor

untuk menentukan keputusan menggunakan kontrasepsi,

pendapatan memiliki pengaruh wanita usia subur menggunakan

kontrasepsi jangka panjang, semakin tinggi jumlah pendapatan

yang didapatkan dalam tingkatan diatas Upah Minimum Regional

(UMR) pada pendapatan keluarga maka semakin tinggi

kemungkinan menggunakan kontrasepsi jangka panjang, dari hasil

penelitian terdapat pengaruh yang bermakna signifikan terhadap

jumlah pendapatan, akseptor dengan pendapatan dibawah UMR

memiliki kemungkinan lebih kecil untuk menggunakan kontrasepsi

jangka panjang , kurang terjangkaunya harga kontrasepsi jangka

panjang menjadi salah satu faktor yang menentukan pemilihan

keputusan menggunakan kontrasepsi jangka panjang, selain itu

didapatkan pula biaya tambahan seperti biaya pemasangan,

menyebabkan Akseptor yang berpendapatan dibawah UMR kurang


25

berminat menggunakan kontrasepsi jangka panjang meskipun

pemerintah telah menggratiskan. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa akseptor kontrasepsi yang memiliki pendapatan lebih dari

UMR, cenderung memilih kontrasepsi jangka panjang dan akseptor

yang memiliki tingkat pendapatan dibawah UMR cenderung

memilih alat kontrasepsi jangka pendek (Sari, 2016)

5) Status Pekerjaan

Status sedang bekerja atau tidak bekerja memiliki pengaruh

terhadap wanita usia subur dalam menggunakan kontrasepsi jangka

panjang. Wanita usia subur yang bekerja cenderung menggunakan

alat kontrasespi jangka panjang, semakin memiliki kesibukan pada

wanita usia subur maka semakin tinggi kemungkinan penggunaan

alat kontrasespi jangka panjang (Dewi et al., 2016) .

f. Efek Samping Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Menurut Handayani (2018), efek samping yang mungkin di

alami oleh pengguna alat kontrasepsi bawah rahim yaitu :

1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan

berkurang setelah 3 bulan).

Perubahan siklus haid merupakan suatu keadaan siklus haid

yang berbeda dengan yang sebelumnya, yang diukur mulai dari

siklus menstruasi normal, dengan menarche sebagai titik awal,

yang dapat berkisar kurang dari batas normal sekitar 22– 35 hari.

2) Haid lebih lama dan banyak


26

Perdarahan menstruasi yang lebih banyak atau lebih lama

dari normal (lebih dari 8 hari). Pada keadaan ini AKDR tidak perlu

dilepaskan kecuali bila pendarahan terus berlangsung sampai lebih

dari 8 –10 minggu.

3) Keputihan

Pada pemakaian AKDR sering dijumpai adanya keputihan

yang mungkin merupakan akibat dari terjadinya reaksi awal

terhadap adanya benda asing.

4) Nyeri Haid (Disminorea)

Nyeri haid (disminorea) merupakan suatu rasa tidak enak di

perut bawah sebelum dan selama menstruasi dan sering kali

disertai rasa mual (Prawirohardjo, 2018).

5) Perdarahan

Umumnya setelah pemasangan AKDR, terjadi perdarahan

sedikit-sedikit yang cepat berhenti. Kalau pemasangan dilakukan

sewaktu haid, perdarahan yang sedikit-sedikit ini tidak akan

diketahui oleh akseptor, keluhan yang sering terdapat pada

pemakaian IUD ialah perdarahan banyak dapat disertai bekuan

darah dalam siklus normal (menorrhagia), spotting metroraghia

(perdarahan diluar siklus haid) (Prawirohardjo, 2018).

6) Rasa nyeri dan kejang di perut

Rasa nyeri atau kejang di perut dapat terjadi segera setelah

pemasangan IUD, biasanya rasa nyeri ini berangsur-angsur hilang


27

dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi atau dihilangkan

dengan jalan memberi analgetik, jika keluhan berlangsung terus,

sebaiknya IUD diganti dengan ukuran yang lebih kecil

(Prawirohardjo, 2018).

7) Gangguan pada suami

Kadang-kadang suami dapat merasakan adanya benang IUD

sewaktu bersenggama, ini disebabkan oleh benang IUD yang

keluar dari porsio uteri terlalu pendek atau terlalu panjang. Untuk

mengurangi atau menghilangkan keluhan ini, benang IUD yang

terlalu panjang dipotong sampai kira-kira 3 cm dari porsio, sedang

jika benang IUD terlalu pendek, sebaiknya IUD akan diganti,

biasanya dengan cara ini keluhan suami akan hilang

(Prawirohardjo, 2018).

8) Ekspulsi (pengeluaran sendiri)

Ekspulsi IUD dapat terjadi untuk sebagian atau seluruh.

Ekspulsi biasanya terjadi pada waktu haid, yang dipengaruhi oleh

umur, paritas dan lama pemakaian (Prawirohardjo, 2018).

g. Indikasi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Indikasi pemasangan AKDR pasca plasenta menurut Rusmini

dkk (2017) yaitu:

1) Wanita pasca persalinan pervaginam atau pasca persalinan sectio

secarea dengan usia reproduksi dan paritas berapapun.

2) Pasca keguguran (non infeksi).


28

3) Masa menyusui (laktasi).

4) Riwayat hamil ektopik.

5) Tidak memiliki riwayat keputihan purulen yang mengarah kepada

IMS (gonore, klaimidia dan servisitis purulen)

h. Kontraindikasi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Kontraindikasi pemasangan AKDR menurut Rusmini dkk

(2017) yaitu:

1) Menderita anemia, penderita kanker atau infeksi traktus genetalis.

2) Memiliki kavum uterus yang tidak normal.

3) Menderita TBC pevic, kanker serviks dan menderita HIV/AIDS.

4) Ketuban pecah sebelum waktunya.

5) Infeksi intrapartum

6) Perdarahan post partum

i. Waktu Pemasangan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dapat dipasang setiap

waktu dalam siklus haid/menstruasi, yang dapat dipastikan klien tidak

hamil dalam hari pertama sampai ke-7 siklus haid. Segera setelah

persalinan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca

persalinan. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari)

apabila tidak ada gejala infeksi, dan selama 1 sampai 5 hari setelah

senggama yang tidak terlindungi (Affandi, 2018).

Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dapat dipasang dalam

beberapa waktu diantaranya selama siklus menstruasi. Pada saat


29

tersebut pemasangan akan mudah karena canalis servisis sedikit

melebar dan kemungkinan terjadi kehamilan sangat kecil, rasa nyeri

kurang dan perdarahan tidak begitu banyak. AKDR juga dapat

dipasang pasca persalinan. AKDR pasca persalinan dibagi menjadi

tiga waktu yakni secara dini dimana pemasangan AKDR dilakukan

sebelum ibu dipulangkan dari rumah sakit, secara langsung yaitu

pemasangan dilakukan setelah lebih dari 3 bulan setelah ibu

dipulangkan, dan secara tidak langsung yaitu pemasangan dilakukan

lebih dari 3 bulan pasca persalinan atau pasca keguguran (Sofian,

2019).

Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dapat dipasang segera

setelah terminasi kehamilan atau evakuasi aborsi spontan, dan 6

minggu setelah persalinan per vaginam atau melalui seksio sesarea.

Pemasangan AKDR pasca plasenta (dalam 48 jam setelah melahirkan)

juga aman dan nyaman (Glasier, 2006). Selain itu, IUD dapat dipasang

dalam masa interval yakni antara dua haid. Jika dipasang setelah

ovulasi, harus dipastikan wanita tidak hamil atau mereka yang telah

memakai cara-cara kontrasepsi lainnya (Sofian, 2019).

4. Konsep Dasar Pasangan Usia Subur (PUS)

a. Pengertian Pasangan Usia Subur (PUS)

Pasangan Usia Subur adalah Pasangan suami istri yang saat ini

hidup bersama, baik bertempat tinggal resmi ataupun tidak, dimana

usia istri antara 20 tahun sampai 45 tahun. Pasangan Usia Subur


30

batasan usia yang digunakan disini adalah 20-45 tahun. Pasangan Usia

Subur berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan (laki-laki dan

perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ

reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Ini dibedakan dengan

perempuan usia subur yang berstatus janda atau cerai. Dalam

menjalani kehidupan berkeluarga, Pasangan Usia Subur sangat mudah

dalam memperoleh keturunan, dikarenakan keadaan kedua pasangan

tersebut normal. Hal ini lah yang menjadi masalah bagi Pasangan Usia

Subur yaitu perlunya pengaturan tingkat kelahiran, perawatan

kehamilan dan persalinan aman (Kadarisman, 2017).

b. Masalah Pasangan Usia Subur

Sebagian besar Pasangan Usia Subur (PUS) memiliki kesehatan

reproduksi yang baik. Biasanya mereka mengunjungi fasilitas

kesehatan hanya jika mengalami sakit tertentu. Mereka akan mulai

mengunjungi fasilitas kesehatan secara rutin jika mulai memasuki

tahap kehamilan. Adanya perkawinan usia dini menyebabkan beberapa

masalah bagi PUS. Pasangan yang menikah di usia muda memiliki

periode melahirkan yang lebih panjang. Sementara itu resiko

persalinan sangat tinggi karena organ reproduksi yang belum matang

secara sempurna. PUS sangat mudah memperoleh keturunan, sehingga

perlu dilakukan pengaturan jarak dan jumlah kelahiran untuk

mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. PUS yang tidak ingin

hamil dan tidak ingin menggunakan kontrasepsi (unmet need)


31

merupakan kelompok yang harus mendapat perhatian. Pengaruh

budaya dan kepercayan sangat besar pada kelompok ini.

Kelompok unmet need juga dapat menambah kejadian kehamilan tidak

diinginkan (Alifa, 2017).

c. Pelayanan Kesehatan Bagi Pasangan Usia Subur (Pus)

1) Pelayanan Kesehatan Calon Pengantin (Catin)

Calon pengantin sebagai calon PUS harus melakukan

pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui status kesehatannya.

Selain untuk memastikan kondisi catin benar-benar sehat, hal ini

juga dilakukan agar setelah pernikahan PUS dapat mempersiapkan

kehamilannya dengan baik. Catin diberikan konseling tentang

kehamilan, KB, dan kesehatan reproduksi. Selain itu, catin juga

diberikan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) untuk pencegahan

tetanus pada bayi kelak bila ia melahirkan (Mia Fatmawati, 2016)

2) Pelayanan Kehamilan, Persalinan, dan Nifas

Dimulai pada masa kehamilan, PUS akan mulai

mengunjungi tenaga kesehatan secara kontinu. Pada masa

kehamilan, akan dilakukan pemeriksaan terkait kehamilannya

untuk memastikan kesehatan ibu dan bayi, diberikan konseling

terkait perubahan- perubahan yang dialami selama masa

kehamilan, gizi selama hamil, tanda-tanda bahaya kehamilan,


32

hingga persiapan kelahiran. Pada masa persalinan, akan diberikan

asuhan persalinan sesuai kondisinya. Pada masa nifas, tenaga

kesehatan harus memastikan agar ibu dapat pulih seperti kondisi

sebelumnya dan terhindar dari stress postpartum. Selain itu, PUS

juga diberikan konseling cara merawat bayi di rumah dan agar

dapat menjalankan perannya sebagai orangtua (Siti, 2018)

3) Pelayanan KB

PUS sebagai calon akseptor KB harus mendapat penyuluhan

atau konseling tentang program KB. Tenaga kesehatan harus

menjelaskan tentang berbagai jenis metode kontrasepsi yang ada.

Sehingga, PUS dapat menentukan sendiri metode kontrasepsi

pilihannya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kesehatannya

(Kemenkes RI, 2018)

4) Pelayanan Kesehatan Reproduksi

Pelayanan kesehatan reproduksi yang diberikan kepada PUS

meliputi pelayanan untuk pencegahan IMS, infertilitas, dan

masalah kesehatan reproduksi lainnya seperti pencegahan kanker

payudara, kanker leher rahim (BKKBN, 2017)


33

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah merupakan abstraksi yang terbentuk oleh

generalisasi dari hal-hal yang khusus. Sedangkan kerangka konsep penelitian

pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin di

amati atau di ukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmojo,

2018).

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan
Pemilihan Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR)
Dukungan Suami

Faktor yang mempengaruhi


pemilihan alat kontrasepsi
dalam rahim (AKDR) yaitu :
1. Umur
2. Pendidikan
3. Jumlah anak (paritas)
4. Pendapatan
5. Status pekerjaan
34

Keterangan :

: Variabel Yang Diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian


Sumber : (Modifikasi Notoatmodjo, 2018 dan Dewi, 2016)

C. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang belum final,

yang harus diuji kebenarannya (Notoatmodjo, 2018). Sedangkan menurut

Sugiyono (2018), hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang

masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.

Hipotesis penelitian dilambangkan dengan :

H1/Ha : yaitu pernyataan yang menyebutkan ada hubungan/pengaruh antara

variabel yang satu dengan variabel yang lain.

H0 : yaitu pernyataan yang menyebutkan tidak ada hubungan/pengaruh

antara variabel yang satu dengan variabel yang lain.

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis mengajukan hipotesis

penelitian sebagai berikut :

Ha1 : Ada hubungan pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi dalam

rahim pada Pasangan Usia Subur di Dusun Monggal Desa Genggelang

Tahun 2022.
35

Ha2 : Ada hubungan dukungan suami dengan pemilihan alat kontrasepsi

dalam rahim pada Pasangan Usia Subur di Dusun Monggal Desa

Genggelang Tahun 2022.

H01 : Tidak ada hubungan pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi

dalam rahim pada Pasangan Usia Subur di Dusun Monggal Desa

Genggelang Tahun 2022.

H02 : Tidak ada hubungan dukungan suami dengan pemilihan alat kontrasepsi

dalam rahim pada Pasangan Usia Subur di Dusun Monggal Desa

Genggelang Tahun 2022.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yaitu

penelitian yang dilakukan untuk mencari berbagai variabel dan menganalisis

setiap variabel yang menjadi objek penelitian. Penelitian ini juga digunakan

untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau

statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Dinamakan penelitian kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka

dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2018).

Rancangan penelitian ini menggunakan metode analytic correlational,

Penelitian analisis korelasi analytic correlational adalah penelitian yang

bertujuan untuk menentukan hipotesis yang ada, untuk mengetahui hubungan

antara variabel pada situasi atau sekelompok subyek. Hal ini dilakukan untuk

melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain

(Notoadmodjo, 2018).

Dari segi waktu penelitian, pengumpulan data dilakukan dengan cara

pendekatan “cross sectional” yaitu penelitian yang dilakukan dengan

mengambil waktu tertentu yang relative pendek dan tempat tertentu.

Dilakukan pada beberapa objek yang berbeda taraf. Cara pengambilan data

variabel bebas dan variabel terikat tergantung dilakukan sekali waktu pada

35
36

saat yang bersamaan. Data yang dikumpulkan sesaat atau data yang diperoleh

saat ini juga (Sujarweni, 2021).

B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sujarweni, 2021).

Adapun populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah semua

Pasangan Usia Subur yang menggunakan alat kontrasepsi di Dusun

Monggal Desa Genggelang dari bulan Januari s/d Oktober 2022 sebanyak

288 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki

oleh populasi yang digunakan untuk penelitian. Untuk itu sampel yang

diambil dari populasi harus betul-betul mewakili dan harus valid, yaitu

bisa mengukur sesuatu yang seharusnya diukur (Sujarweni, 2021).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian

Pasangan Usia Subur di Dusun Monggal Desa Genggelang dari bulan

Januari s/d Oktober 2022. Untuk mencari besarnya sampel dihitung

dengan menggunakan rumus Slovin (2013) :

N 288
n= =
1+ N (d ) 1+ 288 ¿ ¿
2
37

Keterangan :
n = Besar Sampel

N = Besar Populasi

d = Nilai kritis (10 %)

Jadi besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

sebanyak 74 Pasangan Usia Subur.

3. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan yaitu siapa saja pasien yang secara kebetulan bertemu dengan

peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang

kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

Kriteria sampel dalam penelitian ini terdiri dari : kriteria Inklusi dan

Kriteria Eksklusi yaitu:

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri anggota populasi

yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2018). Kriteria

inklus dalam penelitian ini adalah :

a. Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan alat kontrasepsi di

Dusun Monggal Desa Genggelang.

b. Pasangan Usia Subur (PUS) yang berusia 15 – 49 tahun

c. Pasangan Usia Subur (PUS) yang bersedia dijadikan sebagai

responden
38

d. Pasangan Usia Subur (PUS) yang bisa membaca dan menulis

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah kriteria atau ciri-ciri anggota populasi

yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2018). Kriteria

eksklusi pada penelitian ini adalah :

1) Pasangan Usia Subur (PUS) yang berdomisi di Luar Wikayah

Dusun Monggal Desa Genggelang.

2) Pasangan Usia Subur (PUS) yang sedang dalam keadaan sakit atau

mengalami gangguan pada alat reproduksinya seperti kanker

serviks, mioma uteri dan polip endometrium.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Dusun Monggal Desa Genggelang

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Desember 2022.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas (Variabel Independent)

Variabel bebas (independen) adalah variabel yang berpengaruh

yang menyebabkan berubahnya nilai dari variabel terikat (Sugiyono,

2018). Variabel bebas (independent) pada penelitian ini adalah

pengetahuan dan dukungan suami.


39

b. Variabel Terikat (Variabel Dependent)

Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang diduga nilainya

akan berubah karena pengaruh dari variabel bebas (Sugiyono, 2018).

Variabel terikat (dependent) pada penelitian ini adalah pemilihan alat

kontrasepsi dalam rahim (AKDR)

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah variabel penelitian dimaksudkan untuk

memahami arti setiap variabel penelitian sebelum dilakukan analisis

(Sujarweni, 2021).

Tabel 2.1 Definisi Operasional


Variabe Definisi Parameter/ Al Hasil S
l Operasi Indikator at Ukur k
onal Uk a
ur l
a
D
a
t
a
Independent:
1. Pengetahuan Segala sesuatu Pengetahuan yang Kuesioner a. Baik : apabila Ordinal
tentang alat yang diketahui dimiliki oleh 76-100%
kontrasepsi oleh Pasangan Pasangan Usia b. Cukup :
dalam rahim Usia Subur Subur (PUS) apabila 56-
(AKDR) (PUS) tentang tentang AKDR 75%
alat kontrasepsi meliputi: c. Kurang :
dalam rahim 2. Pengertian AKDR apabila <56%
3. Jenis Alat Kontrasepsi (Sumber :
Dalam Rahim (AKDR) Arikunto,
4. Mekanisme kerja Alat 2019).
Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR)
5. Manfaat Alat
Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR)
6. Efek samping Alat
Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR)

2. Dukungan Upaya yang Bentuk dukungan Kuesioner 1. Mendukung : Nominal


Suami diberikan oleh yang diberikan apabila skor
40

suami kepada oleh suami yaitu : yang diperoleh


istrinya dalam 1. Dukungan emosional > 25
memilih alat 2. Dukungan penilaian 2. Tidak
kontrasepsi baik 3. Dukungan instrumental mendukung :
secara mental, 4. Dukungan emosional apabila skor
fisik maupun yang diperoleh
sosial. ≤ 25
(Sumber :
Wike
Desi,
2016).
Dep Alat Alat kontrasepi Kue a. AKDR Nominal
ende kontr yang digunakan sion b. Non AKDR
nt : aspei oleh ibu pada saat er (Sumber :
Pemi yang penelitian Kemenkes
lihan di dilakukan yaitu : RI, 2020)
Alat masu alat kontrasepsi
Kont kkan dalam rahim
rase dala (AKDR)
psi m
Dala rong
m ga
Rahi rahi
m m
(AK wani
DR) ta
yang
beke
rja
men
gha
mbat
sper
ma
untu
k
masu
k ke
tuba
fallo
pii

E. Instrumen Penelitian dan Metode Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah. Variasi jenis instrumen penelitian adalah


41

angket, check-list, atau daftar centang, pedoman wawancara, pedoman

pengamatan (Arikunto, 2019).

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai

pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang alat kontrasepsi dalam

rahim (AKDR) adalah kuesioner. Kuesioner yang digunakan diadopsi dari

Zaidah tahun 2018 dengan jumlah peryataan sebanyak 15 soal. Apabila

jawabannya “Ya” maka diberi skor 1 dan apabila jawabannya “tidak” diberi

skor 0. Skor yang diperoleh diprosentasikan dengan cara : jawaban benar di

kali 100 kemudian dibagi total jawaban. Apabila persentase yang diperoleh

antara 76-100%, maka pengetahuannya berada pada kategori baik, apabila

persentase yang diperoleh antara 56-75% maka pengetahuannya berada

pada kategori cukup dan apabila persentase yang diperoleh < 56, maka

pengetahuannya berada pada kategori kurang.

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang

dukungan suami adalah kuesioner. Kuesioner yang digunakan diadopsi dari

Wike Desi tahun 2016 dengan jumlah pernyataan sebanyak 10 soal.

Apabila jawabannya Sangat Setuju “SS” maka diberi skor 4, jawaban

Setuju “S” diberi skor 3, jawaban Tidak Setuju “TS” diberi skor 2 dan

jawaban Sangat Tidak Setuju “STS” diberi skor 1. Kemudian, skor yang

diperoleh dicari rata-ratanya dengan cara : skor maksimal ditambah skor

minimal dan dibagi dua yaitu : 40 + 10 : 2 = 25, jadi rata-rata skornya

adalah 25. Apabila rata-rata skor yang diperoleh > 25, maka dukungan

suami berada pada kategori mendukung dan apabila rata-rata skor yang
42

diperoleh ≤ 25, maka dukungan suami berada pada kategori tidak

mendukung.

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengumpulan

langsung yaitu peneliti langsung menemui responden. Sebelumnya peneliti

harus memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada responden tentang

maksud dan tujuan melakukan penelitian dan memberikan inform consent

kepada responden dan memenuhi hak-hak responden. Setelah pengisian

inform consent dilakukan, peneliti memberikan kuesioner untuk di isi oleh

responden. Kemudian peneliti melakukan pengamatan apakah kuesioner

yang telah di isi sudah tepat, lalu hasil pengisian kuesioner tersebut

dituangkan ke dalam master data yang sudah disusun.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari :

a. Data Primer

Data Primer adalah data/materi yang di kumpulkan sendiri oleh

peneliti pada saat berlangsungnya penelitian (Arikunto, 2019). Data

primer dalam penelitian ini terdiri dari :

1) Data pengetahuan pada Pasangan Usia Subur (PUS) tentang alat

kontrasepsi dalam rahim (AKDR) diperoleh dengan menggunakan

alat bantu kuesioner.

2) Data dukukungan suami pada Pasangan Usia Subur (PUS) tentang

alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) diperoleh dengan

menggunakan alat bantu kuesioner.


43

3) Data tentang pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) pada

Pasangan Usia Subur (PUS) diperoleh dengan menggunakan alat

bantu kuesioner.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data/angka yang diambil dari suatu sumber

dan biasanya data sudah dikomplikasikan terlebih dahulu oleh yang

punya data (Arikunto, 2019). Data sekunder dalam penelitian ini terdiri

dari :

1) Data tentang jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) yang

menggunakan alat kontrasepsi diperoleh dengan menggunakan alat

bantu register.

2) Data tentang gambaran umum Dusun Monggal Desa Genggelang

diiperoleh dari buku Profil Dusun Mongga.

F. Cara Pengolahan Data


Pengolahan data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu :

1. Editing

Editing yaitu kegiatan mempersiapkan data yang sudah diperoleh

sebelum dilakukan pengolahan data lebih lanjut. Dimana peneliti harus

mengecek kembali kelengkapan data

2. Scoring
Scoring merupakan penentuan jumlah skor, dalam penelitian ini

menggunakan skala ordinal. Oleh karena itu hasil kuesioner pengetahuan

tentang alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang telah di isi bila

jawabannya “benar” diberi skor 1 dan abila jawaban “salah” diberi skor 0.
44

Kemudian skor yang diperoleh diprosentasikan dengan cara dikali 100

dibagi skor maksimal. Apabila persentase yang diperoleh 76-100%, maka

kategorinya pengetahuannya adalah baik, apabila persentase yang

diperoleh 56-75%, maka kategorinya pengetahuannya adalah cukup dan

apabila persentase yang diperoleh <56%, maka kategorinya

pengetahuannya adalah kurang.

Kemudian untuk variabel dukungan suami, dalam penelitian ini

menggunakan skala nominal. Oleh karena itu, hasil kuesioner dukungan

suami pada Pasangan Usia Subur tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

(AKDR) yang telah di isi, apabila jawabannya sangat setuju “SS”, maka

diberi skor 4, jawaban setuju “S” diberi skor 3, jawaban tidak setuju “TS”

diberi skor 2 dan jawaban sangat tidak setuju “STS” diberi skor 1.

Kemudian, skor yang diperoleh dicari rata-ratanya dengan cara : skor

maksimal ditambah skor minimal dan dibagi dua yaitu : 40 + 10 : 2 = 25,

jadi rata-rata skornya adalah 25. Apabila rata-rata skor yang diperoleh >

25, maka dukungan suami berada pada kategori mendukung dan apabila

rata-rata skor yang diperoleh ≤ 25, maka dukungan suami berada pada

kategori tidak mendukung.

3. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi

data berbentuk angka/ bilangan.

a. Pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang alat kontrasepsi dalam

rahim (AKDR) dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu :


45

1) Baik : diberi kode 3

2) Cukup : diberi kode 2

3) Kurang : diberi kode 1

b. Dukungan suami pada Pasangan Usia Subur tentang alat kontrasepsi

dalam rahim (AKDR) dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu :

1) Mendukung : diberi kode 2

2) Tidak Mendukung : diberi kode 1

c. Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) pada Pasangan

Usia Subur dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu :

1) AKDR : diberi kode 2

2) Non AKDR : diberi kode 1

4. Tabulating

Tabulating merupakan kegiatan menggambarkan jawaban responden

dengan cara tertentu. Tabulasi juga dapat digunakan untuk menciptakan

statistik deskriptif variabel-variabel yang diteliti atau yang variabel yang

akan di tabulasi silang.

5. Entri

Entri data yaitu kegiatan memasukkan data ke dalam komputer untuk

selanjutnya dapat dilakukan analisis data

G. Analisis Data
46

Analisis data diartikan sebagai upaya data yang sudah tersedia

kemudian diolah dengan statistik dan dapat digunakan untuk menjawab

rumusan masalah dalam penelitian (Sujarweni, 2021).

Analisa data dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah mendeskripsikan setiap variabel yang

diteliti, diagnosis asumsi statistik lanjut deteksi nilai ekstrim/outlier

(Notoatmodjo, 2018).

Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi

dan persentase dari tiap variabel yaitu : pengetahuan, dukungan suami dan

pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) pada Pasangan Usia

Subur (PUS). Analisis univariat dilakukan menggunakan rumus berikut :

(Notoatmodjo, 2018)

X
P= x 100 %
N

Keterangan :

P: Presentase

X : Jumlah kejadian pada responden

N : Jumlah seluruh responden

2. Analisis Bivariat

Analisa Bivariat yaitu dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi (Notoadmojo, 2012). Pada penelitian ini

menggunakan uji Chi Square. Uji tersebut dapat menggunakan bantuan

komputerisasi program SPSS (Statistic Product Service Solution) for


47

windows release 21. Analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan

pengetahuan dan dukungan suami dengan pemilihan alat kontrasepsi

dalam rahim (AKDR) pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Dusun

Monggal Desa Genggelang Tahun 2022, dengan pengambilan keputusan

sebagai berikut:

a) Bila p value < α (0,05) berarti ada hubungan pengetahuan dan

dukungan suami dengan pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim

(AKDR) pada Pasangan Usia Subur di Dusun Monggal Desa

Genggelang Tahun 2022.

b) Bila p value > α (0.05) berarti tidak ada hubungan pengetahuan dan

dukungan suami dengan pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim

(AKDR) pada Pasangan Usia Subur di Dusun Monggal Desa

Genggelang Tahun 2022.

H. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam

penelitian, mengingat penelitian kebidanan berhubungan langsung dengan

manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2017). Etika

dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Lembar Persetujuan Responden (Informed Consent)

Lembar persetujuan akan diberikan kepada responden atau subjek

sebelum penelitian dilaksanakan dengan maksud supaya responden


48

mengetahui tujuan penelitian, jika subjek bersedia diteliti harus

menandatangani lembar persetujuan tersebut, tetapi jika tidak bersedia

maka `peneliti harus tetap menghormati hak responden (Notoadmodjo,

2018).

2. Tanpa Nama (Anonymity)

Peneliti tidak mencantumkan nama responden yang akan dijadikan

sebagai subyek penelitian untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek,

tetapi peneliti akan memberi tanda atau kode secara khusus (Notoadmodjo,

2018).

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Peneliti senantiasa akan menjaga kerahasiaan dari data yang

diperoleh, dan hanya akan disajikan kepada kelompok tertentu yang

berhubungan dengan penelitian, sehingga rahasia subyek penelitian benar-

benar terjamin. Metode penelitian merupakan suatu cara dalam melakukan

penelitian, metode yang dipilih berhubungan erat dengan prosedur, alat,

serta desain penelitian yang digunakan (Notoadmodjo, 2018)

I. Alur Penelitian

Surat Pengantar dari Dinas Kepala Dusun


Bappeda
Kampus Kesehatan Monggal

Penelitian Populasi Pengambilan Data


dan Sampel Awal

Penyusunan Ujian Proposal Revisi Proposal


Proposal Penelitian Penelitian Penelitian
49

Gambar 3.1 Alur Penelitian Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Suami


dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Pada
Pasangan Usia Subur (PUS) di Dusun Monggal Desa Genggelang
Tahun 2022.

Pengolahan Turun ke lahan untuk Revisi


Data pengambilan data Proposal U

Penyusunan Ujian
Skripsi Skripsi
50

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2019. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arum, 2017. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Yogyakarta: Nuha


Medika.

BKKBN, 2018. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi Ketiga.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2021. Jumlah Peserta KB Aktif Yang


Menggunakan Alat Kontrasepsi. Mataram : NTB.

Dinas Kesehatan Provinsi Kabupaten Lombok Utara, 2021. Jumlah Peserta KB


Aktif Yang Menggunakan Alat Kontrasepsi. Lombok Timur : NTB.

Handayani, 2018. Buku Ajar Pelayanan Keluara Berencana.


Yogyakarta: Pustaka.

Hartanto, 2016. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar.

Kemenkes RI. 2017. Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia
2017. Jakarta : Kemenkes RI.

Kemenkes RI. 2018. INFODATIN Pusat Data dan Informasi. Jakarta : Kemenkes
RI.

Kemenkes RI, 2019. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta : Kemenkes
RI.

Manuaba, 2017. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : ECG.

Monggal, 2022. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) Yang Menggunakan Alat
Kontrasepsi. Monggal : Lombok Utara.

Notoatmodjo, 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam, 2017. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (4th ed). Jakarta :


Salemba Medika.

Saifudin, 2018. Keluarga Berencana dan Kontrsepsi. Jakarta : Pustaka Sinar


Harapan.

SDKI, 2017. Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI). Jakarta : Kemenkes


RI.
51

Sugiyono, 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT


Alfabet

Sujarweni, 2021. Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

WHO, 2014. Penggunaan Alat Kontrasepsi Di Dunia. World Bank.

Anda mungkin juga menyukai