Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera,

sehat,maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke

depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa. (Sukayaisih, 2018). Dalam paradigma baru program keluarga

berencana, misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati

hak-hak reproduksi, sebagaiupaya integral dalam meningkatkan kualitas

keluarga (Mularsih, 2018)

Keluarga berencana merupakan program pemerintah yang di

rancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 87 Tahun 2014

Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

Berencana dan Sistem Informasi Keluarga, yang dimaksud dengan

keluarga berencana (KB) merupakan salah satu strategi untuk mengurangi

kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu muda melahirka (di

bawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak

melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (di atas usia 35 tahun) (Peraturan

Pemerintah, 2014)
Program KB bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga

agar dapat timbul rasa aman, tentram, dan harapan masa depan yang lebih

baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2020)

Berdasarkan Hasil Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia

(SDKI) pada tahun 2017, pola pemakaian kontrasepsi terbesar yaitu

peserta KB aktif, suntik sebesar 20,9%, pil sebesar 8,7%, IUD sebesar

3,5%, Implant sebesar 3,4%, MOW sebesar 2,8%, kondom sebesar 1,8%,

LAM sebesar 0,1% dan MOP sebesar 0,1% (SDKI, 2017).

Di Indonesia pada tahun 2019, jumlah Pasangan Usia Subur

(PUS) sebanyak 38, 690,214 pasangan. Peserta KB sebesar 24. 196.151

peserta (62,5%). Yang memakai kontrasepsi suntik sebanyak 15.419.826

peserta (63,7%), kondom sebanyak 301. 436 peserta (1,2%), implant

sebanyak 1.781. 638 peserta (7,4%), pil sebanyak 4.123.424 peserta

(17,0%), IUD sebanyak 1.790. 336 (7,4%), MOP sebanyak 118. 060

peserta (0,5%) dan MOW sebanyak 661, 431 peserta (2,7%) ( Dapartemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2019). Pada tahun 2020 jumlah Pasangan

Usia Subur (PUS) sebanyak 31.527.492 pasangan. Peserta KB sebesar

21.308.258 peserta (67,59%). Yang memakai kontrasepsi suntik sebanyak

12.658.568 peserta (72,94%), kondom sebanyak 228.947 peserta (1,07%),

implant sebanyak 1.808.093 peserta (8,49%), pil sebanyak 4.124.439

peserta (19,36%), IUD sebanyak 1.814.158 (8,51%), MOP sebanyak


117.606 peserta (0,55%) dan MOW sebanyak 556.447 peserta (2,61%)

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2020)

Pada tahun 2021, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 38,

409.722 pasangan. Peserta KB sebesar 21. 897. 849 peserta (57,0%).

Yang memakai kontrasepsi suntik sebanyak 13. 119.689 peserta (59,9%),

kondom sebanyak 402. 321 peserta (1,8%), implant sebanyak 2.190.740

peserta (10,0%), pil sebanyak 3.458.659 peserta (15,8%), IUD sebanyak

1.750.257 (8,0%), MOP sebanyak 49.208 peserta (0,2%) dan MOW

sebanyak 916. 575 peserta (4,2%), MAL sebanyak 10,400 (0,0%)

( Dapartemen Kesehatan Republik Indonesia, 2021s).

Untuk Provinsi Sulawesi Selatan jumlah Pasangan Usia Subur

(PUS) tahun 2020 sebanyak 1.237.352 orang dan peserta KB aktif

sebanyak 761.467 peserta (61,54%) dan berdasarkan metode kontrasepsi

yang digunakan terdiri dari akseptor KB suntik sebanyak 464.098 peserta

(60,95%), kondom sebanyak 12.128 peserta (1,59%), implant sebanyak

81.616 peserta (10,72%), pil sebanyak 148.970 peserta (19,56%), IUD

sebanyak 28.464 (3,74%), MOP sebanyak 3.867 peserta (0,54%) dan

MOW sebanyak 22.324 peserta (2,93%) (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2020)

Untuk Kabupaten Luwu Utara pada tahun 2020 peserta KB aktif

sebanyak 54.005 peserta (71,54%) dan berdasarkan metode kontrasepsi

yang digunakan terdiri dari akseptor KB suntik sebanyak 18.326 peserta

(65,95%), kondom sebanyak 2.111 peserta (1,19%), implant sebanyak


9.345 peserta (9,52%), pil sebanyak 10.657 peserta (16,56%), IUD

sebanyak 12.765 (3,74%), MOP sebanyak 345 peserta (0,51%) dan MOW

sebanyak 456 peserta (2,53%) dan untuk Wilayah Kerja Puskesmas

Cendana Putih tahun 2021 berdasarkan metode kontrasepsi yang

digunakan terdiri dari akseptor KB suntik sebanyak 1.453 peserta

(46,98%), kondom sebanyak 47 peserta (1,49%), implant sebanyak 662

peserta (21%), pil sebanyak 664 peserta (21,07%), IUD sebanyak 139

peserta (4,41%), dan MOW sebanyak 184 peserta (5,83%) (Puskesmas

Cendana Putih, 2021)

Berdasarkan Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun

2017 bahwa sebagia besar PUS peserta KB di Indonesia masih

mengandalkan kontrasepsi suntikan (59,57%) dan pil (20,71%) dari total

pengguna KB sedangkan presentase pengguna Motode Kontrasepsi Jangka

Panjang (MKJP) terbesar adalah pengguna IUD (7,30%) dan Implant

(6,21%). Adapun peserta KB pria yang ada hanya mencapai sekitar 1,27%

(MOP = 0,27% dan Kondom = 1%). (BKKBN, 2018)

Saifuddin (2019), menyatakan bahwa pada umumnya akseptor

lebih memilih metode kontrasepsi suntik karena alasan praktis yaitu

sederhana dan tidak perlu takut lupa. Kontrasepsi suntik memiliki

efektivitas yang tinggi bila penyuntikan dilakukan secara teratur dan sesuai

jadwal yang ditentukan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Sukaesih pada tahun 2019 mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

pemilihan alat kontrasepsi di Puskesmas Rambah Samo Kabupaten Rokan


Hulu didapatkan bahwa pendidikan, pengetahuan dan dukungan petugas

kesehatan berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi. Faktor lain

yang mempengaruhi berasal dari faktor eksternal yaitu peran dan tanggung

jawab pria dalam kesehatan reproduksi khususnya pada Keluarga

Berencana (KB) sangat berpengaruh terhadap kesehatan (Saifuddin, 2019)

Menurut Hidayati, partisipasi pria dalam kesehatan reproduksi

adalah tanggung jawab pria dalam kesehatan reproduksi terutama dalam

pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup ibu dan anak, serta

berperilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya, istri dan keluarga

(Hidayat, 2018)

Penggunaan kontrasepsi merupakan kebutuhan dan tanggung

jawab bersama pria dan wanita sebagai pasangan, sehingga dalam

pemilihan kontrasepsi suami dan istri harus saling mendukung karena

keluarga berencana bukan hanya urusan pria atau wanita saja. Bila istri

sebagai pengguna kontrasepsi, maka suami dapat berperan penting dalam

mendukung istri dan menjamin efektifitas pemakaian kontrasepsi .

(Nurmaliza, 2020)

Studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Cendana Putih di

dilakukan wawancara pada 6 responden mengenai pengetahuan dan

dukungan suami. Hasil wawancara menunjukan 2 responden mengetahui

akan manfaat dan dampak dari KB suntik DMPA, sedangkan 4 responden

belum mengerti dan hanya mengikuti saran orang terdekat. Sedangkan

akseptor KB suntik DMPA sebagian besar mendapat dukungan suami


tetapi suami tidak mengetahui jenis kontrasepsi apa yang di gunakan oleh

pasangannya. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik mengadakan

penelitian tentang Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Suami Dengan

Pemilihan Alat Kontrasepsi Suntik DMPA Pada Akseptor KB di

Puskesmas Cendana Putih Kabupaten Luwu Utara Tahun 2022

B. Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan pengetahuan dan dukungan suami dengan

pemilihan alat kontrasepsi suntik DMPA pada akseptor KB di Puskesmas

Cendana Putih Kabupaten Luwu Utara Tahun 2022?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui hubungan pengetahuan dan dukungan suami

dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik DMPA pada akseptor KB di

Puskesmas Cendana Putih Kabupaten Luwu Utara Tahun 2022

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan pemilihan

alat kontrasepsi suntik DMPA pada akseptor KB di Puskesmas

Cendana Putih Kabupaten Luwu Utara Tahun 2022

b. Untuk mengidentifikasi hubungan dukungan suami dengan

pemilihan alat kontrasepsi suntik DMPA pada akseptor KB di

Puskesmas Cendana Putih Kabupaten Luwu Utara Tahun 2022

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memperkaya konsep teori yang menyangkut ilmu

pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan hubungan pengetahuan

dan dukungan suami dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik pada

akseptor KB.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, untuk meningkatkan pengalaman dan wawasan

dalam melakukan penelitian serta dapat mamahami tentang

hubungan pengetahuan dan dukungan suami dengan pemilihan

alat kontrasepsi suntik pada akseptor KB.

b. Bagi institusi pendidikan, sebagai bahan kajian dalam

meningkatkan ilmu pengetahuan bagi peserta didik dan dapat

menambah literatur atau bacaan di perpustakaan yang berkaitan

dengan hubungan pengetahuan dan dukungan suami dengan

pemilihan alat kontrasepsi suntik pada akseptor KB

c. Bagi tempat penelitian, sebagai bahan masukan/ informasi dalam

masalah pengetahuan dan dukungan suami dengan pemilihan alat

kontrasepsi suntik pada akseptor


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Keluarga Berencana

Menurut WHO Expert Commite, (1970) keluarga berencana adalah

tindakan yang membantu individu atau pasangan untuk mendapatkan

objektif-objektif tertentu, menghindarkan kelahiran yang tidak diinginkan,

mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval

diantara kelahiran, mengatur waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan

umur suami isteri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Yuhedi,

2019)

KB adalah singkatan dari keluarga berencana. Menurut kamus

besar bahasa Indonesia (1997) keluarga berencana adalah gerakan untuk

membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi

kelahiran. Dengan kata lain Keluarga Berencana adalah perencanaan

jumlah keluarga. Keluarga Berencana (family planning, planned

parenthood) adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau menjarangkan

jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi

(Purwoastuti, 2021)

Tujuan umum KB dalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan

kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran

anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya (Purwoastuti, 2021)


Tujuan umum pelayanan Keluarga Berencana adalah

meningkatkan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa dalam rangka

mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) melalui

pemberian alat kontrasepsi. (Purwoastuti, 2021)

B. Tinjauan Umum Tentang Metode Kontrasepsi

1. Pengertian

Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang berarti mencegah atau

melawan dan “konsepsi” yang berarti pertemuan antara sel telur yang

matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi

atau antikonsepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi, alat

atau obat-obatan. Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah

terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat

juga bersifat permanen (Mega, 2019)

Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya

kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen.

Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma

(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi

ke dinding rahim (Mega, 2019)

2. Efektivitas (Daya Guna)

Efektivitas atau daya guna suatu cara kontrasepsi dapat dinilai pada

2 tingkat, yakni: (Setiyaningrum, 2020)

a. Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan

suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan


yang tidak diinginkan, apabila kontrasepsi tersebut digunakan

dengan mengikuti aturan yang benar.

b. Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan

kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya

dipengaruhi oleh faktorfaktor seperti pemakaian yang tidak hati-

hati, kurang disiplin dengan aturan pemakaian dan sebagainya.

3. Memilih Metode Kontrasepsi

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih

kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang baik ialah kontrasepsi yang

memiliki syarat-syarat sebagai berikut: : (Setiyaningrum, 2020)

a. Aman atau tidak berbahaya

b. Dapat diandalkan

c. Sederhana

d. Murah

e. Dapat diterima oleh orang banyak

f. Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi).

Faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi yaitu: :

(Setiyaningrum, 2020)

a. Faktor pasangan: umur, gaya hidup, frekuensi senggama,

jumlah keluarga yang diinginkan , pengalaman dengan

kontraseptivum yang lalu, sikap kewanitaan, sikap kepribadian.

b. Faktor kesehatan: status kesehatan, riwayat haid, riwayat

keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul.


4. Macam-macam Kontrasepsi

Macam-macam alat kontrasepsi yaitu: (Indrayani, 2018)

a. Metode Kontrasepsi Sederhana

Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode

kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan

alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe

Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode

Lendir Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu

perpaduan antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode

kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup

serviks dan spermisida

b. Metode Kontrasepsi Hormonal Metode kontrasepsi hormonal pada

dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi (mengandung hormon

progesteron dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi

progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada

pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi

progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant

c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

(AKDR) Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi

2 yaitu AKDR yang mengandung hormon sintetik (sintetik

progesteron) dan yang tidak mengandung hormon (Handayani,

2010). AKDR yang mengandung hormon Progesterone atau


Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1

tahun, LNG-20 mengandung Leuonorgestrel

d. Metode Kontrasepsi Mantap

Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode

Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW

sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah

memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga

mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP

sering dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi yaitu memotong

atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak

dapat keluar atau ejakulasi

C. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi Suntik Depo Medroxy

Progesterone Acetate (DMPA)

1. Pengertian KB suntik Depo Medroxy Progesterone Acetate

Suntikan KB ini mengandung hormon Depo medroxy progesterone

Acetate (hormon progestin) 150mg. Sesuai dengan namanya, suntikan

ini diberikan setiap 3 bulan (12 Minggu). Suntikan pertama biasanya

diberikan 7 hari pertama periode menstruasi Anda, atau 6 minggu

setelah melahirkan. Suntikan KB 3 Bulan ada yang dikemas dalam

cairan 3ml atau 1ml (Raidanti dan Wahidin, 2021).

2. Mekanisme kerja kontrasepsi suntik DMPA

Menurut Prawihardjo (2011) mekanisme kontrasepsi suntik DMPA

yaitu:
a. Obat ini menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan

pembentukan releasing hormon dari hipotalamus.

b. Lendir serviks bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi

sperma melalui serviks uteri.

c. Implantasi ovum dalam endometrium dihalangi. Efek DMPA

terlihat dengan membuat endometrium menjadi kurang layak / baik

untuk implantasi dari ovum yang telah di buahi, yaitu

mempengaruhi perubahan – perubahan menjelang stadium sekresi,

yang diperlukan sebagai persiapan endometrium untuk

memungkinkan nidasi dari ovum yang telah dibuahi.

d. Kecepatan transpor ovum melalui tuba berubah.

3. Efek samping

Menurut Putri (2019), efek samping dari penggunaan suntik DMPA

adalah:

a. Rusaknya pola pendarahan terutama pada bulan-bulan pertama dan

sudah 3-12 bulan umumnya berhenti dengan tuntas.

b. Terjadinya keputihan dalam menggunakan suntik DMPA karena

hormone progesteron mengubah flora dan pH vagina, sehingga

jamur mudah tumbuh dan menimbulkan keputihan.

c. Seringkali berat badan bertambah sampai 2-4 kg dalam waktu 2

bulan karena pengaruh hormonal, yaitu progesterone.


d. Timbul pendarahan ringan (bercak) pada awal pemakaian Rasa

pusing, mual, sakit di bagian bawah perut juga sering dilaporkan

pada awal penggunaan

e. Kemungkinan kenaikan berat badan 1–2kg. Namun hal ini dapat

diatasi dengan diet dan olahraga yang tepat

f. Berhenti haid (biasanya setelah 1 tahun penggunaan, namun bisa

lebih cepat). Namun, tidak semua wanita yang menggunakan

metode ini terhenti haidnya.

g. Kesuburan biasanya lebih lambat kembali. Hal ini terjadi karena

tingkat hormon yang tinggi dalam suntikan 3 bulan, sehingga butuh

waktu untuk dapat kembali normal (biasanya sampai 4 bulan)

h. Progesterone dalam alat kontrasepsi tersebut berfungsi untuk

mengentalkan lendir serviks dan mengurangi kemampuan rahim

untuk menerima sel yang telah dibuahi. Namun hormon ini juga

mempermudah perubahan karbohidrat menjadi lemak, sehingga

seringkali efek sampingnya adalah penumpukan lemak yang

menyebabkan berat badan bertambah (Saroha, 2015).

4. Kelebihan

a. Kontrasepsi suntikan adalah kontrasepsi sementara yang paling

baik, dengan angka kegagalan kurang dari 0,1% pertahun.

b. Suntikan KB tidak mengganggu kelancaran air susu ibu (ASI)

c. Suntikan KB mungkin dapat melindungi ibu dari anemia (kurang

darah)
d. Memberi perlindungan terhadap radang panggul dan untuk bagian

dalam rahim.

e. Kontrasepsi suntik yang tidak mengandung estrogen tidak

mempengaruhinsecara serius pada penyakit jantung dan reaksi

penggumpalan darah.

f. Kontrasepsi suntik memiliki resiko kesehatan yang sangat kecil,

tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri. Pemeriksaan dalam

tidak diperlukan pada pemakaian awal dan dapat dilaksanakan oleh

tenaga paramedis baik perawat maupun bidan.

g. Oleh karena tindakan dilakukan oleh tenaga medis / paramedis,

peserta tidak perlu menyimpan obat suntik, tidak perlu mengingat

setiap hari, kecuali hanya untuk kembali melakukan suntikan

berikutnya (Marmi, 2016).

5. Kelemahan

Kelemahan dari penggunaan kontrasepsi suntikan menurut BKKBN

(2015), kelemahan dari suntikan DMPA adalah:

a. Sering ditemukan gangguan haid, seperti:

1) Siklus haid yang memendek atau memanjang

2) Perdarahan yang banyak atau sedikit

3) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)

4) Tidak haid sama sekali

b. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan

(harus kembali untuk suntikan)


c. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut

d. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular

seksual hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV

e. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian

f. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya

kerusakan/kelainan pada organ genetalia, melainkan karena belum

habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan)

g. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka

panjang

h. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan

kepadatan tulang (densitas)

i. Pada pengguna jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan

pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit

kepala, nervositas, jerawat.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan metode

kontrasepsi Suntik DMPA

a. Umur

Umur merupakan hal yang sangat berperan dalam penentuan untuk

menggunakan alat kontrasepsi karena pada fase-fase tertentu dari

umur menentukan tingkat reproduksi seseorang. Umur yang terbaik

bagi seorang wanita adalah antara 20-30 tahun karena pada masa

inilah alat-alat reproduksi wanita sudah siap dan cukup matang

untuk mengandung dan melahirkan anak. Bila ditinjau pola dasar


penggunaan kontrasepsi yang rasional maka masa mencegah

kehamilan (30 tahun) dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi

dengan urutan kontap, AKDR/IUD, implant, suntik, pil KB, dan

kondom. Dengan demikian umur akan menentukan dalam

pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan (Rizali,2015)

b. Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan akan jelas mempengaruhi

pribadi seseorang dalam berpendapat, berpikir, bersikap, lebih

mandiri dan rasional dalam mengambil keputusan dan tindakan.

Hal ini juga akan mempengaruhi secara langsung seseorang dalam

hal pengetahuannya akan orientasi hidupnya termasuk dalam

merencanakan keluarganya. Pendidikan juga akan meningkatkan

kesadaran wanita terhadap manfaat yang dapat dinikmati bila ia

mempunyai jumlah anak sedikit. Tinggi rendahnya tingkat sosial

ekonomi yang dimiliki oleh responden, membuat responden sangat

susah untuk membiayai atau melanjutkan pendidikannya, disatu

sisi pemenuhan kebutuhan sehari-hari sangat penting untuk

dipenuhi (Rozali, 2015)

c. Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktifitas seseorang untuk

memperoleh suatu penghasilan guna kebutuhan hidupnya sehari-

hari. Lama kerja merupakan pengalaman individu yang akan

menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan. Pertumbuhan dalam


pekerjaan dapat dialami oleh setiap orang hanya apabila dijalani

proses belajar dan berpengalaman, diharapkan orang yang

bersangkutan memiliki kecakapan (pengetahuan) kerja yang

bertambah baik serta memiliki keterampilan kerja akan menambah

kualitas dan kuantitas (Wanti, 2013).

D. Tinjauan Umum Tentang Keluarga Berencana dalam Perspektif

Agama

Dasar Agama/Religius (Al-Quran dan Al-Hadits) Dasar hukum KB

yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits. Dalam Al-Quran banyak

sekali ayat yang berkaitan dengan KB diantaranya:

1. Q. S. An-Nisa’ ayat 9: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-

orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak

yang lemah, yang mereka khawatir terhadap(kesejahteraan) mereka.

Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan

hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.”8 Ali bin Abi

Thalhah berkata dari Ibnu Abbas: “Ayat ini berkenaan dengan seorang

laki-laki yang meninggal, kemudian seseorang mendengar ia

memerintahkan wasiat yang membahayakan ahli warisnya, maka Allah

Swt memerintahkan orang yang mendengarnya untuk bertakwa kepada

Allah Swt serta membimbing dan mengarahkannya pada kebenaran.

Maka hendaklah ia berusaha menjaga ahli waris orang tersebut,

sebagaimana ia senang melakukannya kepada ahli warisnya sendiri


apabila ia takut mereka disia-siakan. Demikianlah pendapat Mujahid

dan para ulama lainnya.

2. Q. S. Al-Qashash ayat 77 “Dan carilah pada apa yang telah

dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan

janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi

dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah

berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di

(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

berbuat kerusakan.”

3. Q. S. Al-Baqarah ayat 233 “Para ibu hendaklah menyusukan anak-

anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin

menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan

dan pakaian kepada para ibu dengan cara makruf. Seseorang tidak

dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah

seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah

karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila

keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan

keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya.

Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak

ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang

patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah

Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”


Dari ayat-ayat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

petunjuk yang perlu dilandaskan dalam KB antara lain, menjaga

kesehatan istri, mempertimbangkan kepentingan anak,

memperhitungkan biaya hidup berumah tangga. Sedangkan dasar

hukum yang bersumber dari Hadis yaitu: “Telah bercerita kepada

kami Abu Nu'aim telah bercerita kepada kami Sufyan dari Sa'ad bin

Ibrahim dari 'Amir bin Sa'ad dari Sa'ad bin Abi Waqosh radliallahu

'anhu berkata:

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam datang menjengukku (saat aku sakit)

ketika aku berada di Makkah". Dia tidak suka bila meninggal dunia di

negeri dimana dia sudah berhijrah darinya. Beliau bersabda; "Semoga

Allah merahmati Ibnu 'Afra'". Aku katakan: "Wahai Rasulullah, aku


mau berwasiat untuk menyerahkan seluruh hartaku". Beliau bersabda:

"Jangan". Aku katakan: "Setengahnya" Beliau bersabda: "Jangan".

Aku katakan lagi: "Sepertiganya". Beliau bersabda: "Ya, sepertiganya

dan sepertiga itu sudah banyak. Sesungguhnya jika kamu

meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya itu lebih baik

daripada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan miskin lalu

mengemis kepada manusia dengan menengadahkan tangan mereka.

Sesungguhnya apa saja yang kamu keluarkan berupa nafkah

sesungguhnya itu termasuk shadaqah sekalipun satu suapan yang

kamu masukkan ke dalam mulut istrimu. Dan semoga Allah

mengangkatmu dimana Allah memberi manfaat kepada manusia

melalui dirimu atau memberikan madharat orangorang yang lainnya".

Saat itu dia (Sa'ad) tidak memiliki ahli waris kecuali seorang anak

perempuan.”

Hadits ini menjelaskan bahwa suami istri harus

mempertimbangkan tentang kebutuhan rumah tangga ketika keduanya

masih hidup, jangan sampai anak-anak akan menjadi beban bagi orang

lain. Dengan demikian pengaturan kelahiran anak hendaknya

dipikirkan bersama

E. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.


Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).(Sunaryo, 2014)

2. Tingkatan Pengetahuan

Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai enam

tingkatan, yaitu: (Susanto, 2021)

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling

rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat

mengintrepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap obyek atas materi dapat mnejelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap obyek yang dipelajari.

c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguanaan

hukum-hukum, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks

atau yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

bentuk kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang baru

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justfikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian

ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran

pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur

dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan


yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan

tingkatan-tingkatan di atas.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang,

yaitu: (Sunaryo, 2014)

a. Faktor Internal meliputi:

a) Umur

Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja

dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa

akan lebih percaya dari pada orang yang belum cukup

tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari

pengalaman jiwa (Nursalam, 2011).

b) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experience

is the best teacher), pepatah tersebut bisa diartikan

bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan,

atau pengalaman itu merupakan cara untuk memperoleh

suatu kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu

pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya

untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan

dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang


diperoleh dalam memecahkan persoalan yang dihadapai

pada masa lalu (Notoadmodjo, 2010).

c) Pendidikan

d) Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin

banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya

semakin pendidikan yang kurang akan mengahambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang

baru diperkenalkan (Nursalam, 2011).

e) Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan

kehidupan keluarganya (Menurut Thomas 2007, dalam

Nursalam 2011). Pekerjaan bukanlah sumber

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara

mencari nafkah yang membosankan berulang dan

banyak tantangan (Frich 1996 dalam Nursalam, 2011).

f) Jenis Kelamin

Istilah jenis kelamin merupakan suatu sifat yang

melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang

dikontruksikan secara sosial maupun kultural.

b. Faktor eksternal

a) Informasi . Menurut Long (1996) dalam Nursalam dan

Pariani (2014) informasi merupakan fungsi penting untuk


membantu mengurangi rasa cemas. Seseorang yang

mendapat informasi akan mempertinggi tingkat

pengetahuan terhadap suatu hal.

b) Lingkungan . Menurut Notoatmodjo (2014), hasil dari

beberapa pengalaman dan hasil observasi yang terjadi di

lapangan (masyarakat) bahwa perilaku seseorang termasuk

terjadinya perilaku kesehatan, diawali dengan

pengalaman-pengalaman seseorang serta adanya faktor

eksternal (lingkungan fisik dan non fisik)

c) Sosial budaya . Semakin tinggi tingkat pendidikan dan

status sosial seseorang maka tingkat pengetahuannya akan

semakin tinggi pula.

4. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo 2014 dalam Sunaryo, 2014) terdapat beberapa

cara memperoleh pengetahuan, yaitu: (Sunaryo, 2014)

a. Cara kuno atau non modern

Cara kuno atau tradisional dipakai untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah, atau metode

penemuan statistik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan

pada periode ini meliputi:

b. Cara coba salah (trial and error)


Cara ini dilakukan dengan mengguanakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak

bisa dicoba kemungkinan yang lain.

c. Pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan.

d. Melalui jalan fikiran

Untuk memeperoleh pengetahuan serta kebenarannya manusia

harus menggunakan jalan fikirannya serta penalarannya. Banyak

sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh

orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau

tidak. Kebiasaan-kebiasaan seperti ini biasanya diwariskan turun-

temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Kebiasaan-

kebiasaan ini diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang

mutlak.

e. Cara modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan lebih

sistematis, logis, dan alamiah. Cara ini disebut “metode penelitian

ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi penelitian, yaitu:

metode induktif dan metode deduktif

F. Tinjauan Umum Tentang Dukungan Suami

a. Pengertian
Dukungan suami adalah komunikasi verbal dan non-verbal, saran,

bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh suami

terhadap ibu hamil didalam lingkungan sosialnya. Dukungan suami

merupakan suatu bentuk wujud dari sikap perhatian dan kasih sayang.

Dukungan dapat diberikan baik fisik maupun psikis. Suami memiliki

andil yang cukup besar dalam menentukan status kesehatan ibu.

(Friedman, 2017)

b. Fungsi Dukungan Suami

Fungsi dukungan keluarga yaitu : (Friedman, 2017)

a) Dukungan Emosional

Dukungan emosional adalah tingkah laku yang berhubungan

dengan rasa tenang, senang, rasa memiliki, kasih sayang pada

anggota keluarga, baik pada anak maupun orang tua. Dukungan

emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian

terhadap orang yang bersangkutan. Suami sebagai tempat yang

aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta mambantu

pengeuasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan

emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk

afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan, dan

didengarkan.

b) Dukungan Informasional

Dukungan informasional adalah tingkah laku yang

berhubungan dengan pemberian informasi dan nasehat. Dukungan


informasional yaitu memberikan penjelasan tentang situasi dan

gejala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang

dihadapi oleh individu. Dukungan ini mencangkup; pemberian

nasihat, saran, pengetahuan, dan informasi serta petunjuk. Maka

suami berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator

(penyebar) informasi tentang dunia. Memberitahu saran dan

sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu

masalah.

Manfaat dari dukungan ini ialah dapat menekan munculnya

suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat

menyumbangkan aksi sugesti yang terkhusus pada individu.

Aspek-aspek dalam dukungan ini ialah nasehat, usulan, kritik,

saran, petunjuk dan pemberian informasi.

c) Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental adalah dukungan yang bersifat

nyata dan dalam bentuk materi dan waktu yang bertujuan untuk

meringankan beban bagi individu yang membutuhkan orang lain

untuk memenuhinya. Suaminya harus mengetahui jika istri dapat

bergantung padanya jika istri memerlukan bantuan. Bantuan

mencangkup memberikan bantuan yang nyata dan pelayanan

yang diberikan secara langsung bisa membantu seseorang yang

membutuhkan. Bentuk dukungan ini juga dapat berupa


pemeriksaan kesehatan secara rutin bagi ibu serta mengurangi

atau menghindari perasaan cemas dan stress.

d) Dukungan Penghargaan

Dukungan penghargaan yaitu dukungan yang terjadi lewat

ungkapan hormat atau penghargaan positif untuk orang lain,

dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan

seseorang, dan perbandingan positif antara orang tersebut dengan

orang lain yang bertujuan meningkatkan penghargaan diri orang

tersebut. Suami bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,

membimbing, dan menengahi pemecahan masalah, sebagai

sumber dan validator identitas anggota suami diantaranya

memberikan support, penghargaan, dan perhatian.

c. Sumber Dukungan Suami

Sumber- sumber dukungan banyak didapatkan seseorang dari

lingkungan dan sekitarnya, oleh karena itu perlu diketahui seberapa

banyak sumber dukungan suami ini efektif bagi individu yang

membutuhkanya. Sumber dukungan suami merupakan aspek yang

penying untuk meningkatkan kesehatan reproduksi maka perlu

diketahui dan dipahami. Dengan pengetahuan dan pemahaman itu,

individu akan tahu kepada siapa dan seberapa besar ia akan

mendapatkan dukungan suami dengan situasi dan keinginan yang

spesifik, sehingga dukungan tersebut dapat bermakna (Friedman,

2017)
d. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Suami

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dukungan suami dapat

dijelaskan di bawah ini : (Susanto, 2021)

a) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan

pengetahuan suami sebagai kepala rumah tangga semakin rendah

pengetahuan suami maka akses terhadap informasi kesehatan

istrinya akan berkurang sehingga suami akan kesulitan

mengambil keputusan secara cepat dan efektif. Akhirnya

pandangan baru yang perlu diperkenalkan dan disosialisasikan

kembali untuk memberdayakan kaum suami berdasarkan pada

pengertian bahwa suami memainkan peranan yang sangat penting,

terutama dalam pengambilan keputusan berkenan dengan

kesehatan pasanganya.

b) Pendapatan

Pada masyarakat kebanyakan 75%-100% pengahasilannya

digunakan untuk membiayai keperluan hidupnya bahkan banyak

keluarga rendah yang setiap bulan bersaldo rendah sehingga pada

akhirnya ibu hamil tidak diperiksakan ke pelayanan kesehatan

karena tidak mempunyai kemampuan unuk membiayai. Atas

dasar faktor tersebut diatas maka diprioritaskan kegiatan Gerakan

Sayang Ibu (GSI) ditingkat keluarga dalam pemberdayaan suami

tidak hanya terbatas pada kegiatan yang bersifat anjuran saja


seperti yang selama ini akan tetapi akan bersifat holistik. Secara

kongkrit dapat dikemukakan bahwa pemberdayaan suami perlu

dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi keluarga sehingga

kepala keluarga tidak mempunyai alasan untuk tidak

memperhatikan kesehatan karena masalah finansial.

c) Budaya

Diberbagai wilayah Indonesia terutama di dalam masyarakat yang

masih tradisional menganggap istri adalah konco wingking, yang

artinya bahwa kaum wanita tidak sederajat dengan kaum pria, dan

wanita hanyalah bertugas untuk melayani kebutuhan dan

keinginan suami saja. Anggapan seperti ini mempengaruhi

perlakuan suami terhadap kesehatan reproduksi istri, misalnya

kualitas dan kuantitas makanan suami yang lebih baik, baik

dibanding istri maupun anak karena menganggap suamilah yang

mencari nafkah dan sebagai kepala rumah tangga sehingga asupan

zat gizi mikro untuk istri berkurang, suami tidak empati dan

peduli dengan keadaan ibu.

d) Status Perkawinan

Pasangan dengan status perkawinan yang tidak sah akan

berkurang bentuk dukunganya terhadap pasangannya, dibanding

dengan pasangan yang status perkawinan yang sah.

e) Status Sosial Ekonomi


Suami yang mempunyai status sosial ekonomi yang baik akan

lebih mampu berperan dalam memberikan dukungan pada

istrinya.

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

Keluarga Berencana (family planning, planned parenthood) adalah suatu

usaha untuk menjarangkan atau menjarangkan jumlah dan jarak kehamilan

dengan menggunakan alat kontrasepsi. Dari data jumlah pengguna

kontrasepsi didapatkan bahwa kontrasepsi suntik meruapakn kontrasepsi yang

banyak digunakan sebanyak 12.658.568 peserta (72,94%). Pada umumnya

akseptor lebih memilih metode kontrasepsi suntik karena alasan praktis yaitu

sederhana dan tidak perlu takut lupa. Faktor lain yang mempengaruhi berasal

dari faktor eksternal yaitu peran dan dukungan suami dalam kesehatan

reproduksi khususnya pada Keluarga Berencana (KB).

B. Kerangka Konsep Penelitian


Berdasarkan penjelasan di atas maka, keterkaitan variabel penelitian

akan digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Pengetahuan
Pemilihan Alat Kontrasepsi

Suntik DMPA Pada Akseptor

KB
Dukungan Suami

Keterangan:

= Variabel Independen

= Variabel Dependent

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

C. Defenisi Operasional Dan Kriteria Objektif.

Variabel Definisi Operasional Alat ukur Kriteria Objektif


Pengetahuan Adalah hasil penginderaan Kuesioner 1. Baik : jika total
manusia atau hasil tahu skor jawaban
seseorang terhadap suatu responden >50%
objek melalui pancaindra 2. Kurang : jika
yang dimilikinya dalam hal total skor jawaban
ini mengenai efek samping, responden ≤50%
kelebihan dan kekurangan
alat kontrasepsi suntik
DMPA
Dukungan Upaya yang diberikan oleh Kuesioner 1. Mendukung : jika
suami suami secara mental, fisik, total skor jawaban
maupun sosial dalam responden >50%
penggunaan KB. 2. Tidak Mendukung
: jika total skor
jawaban responden
≤50%
Tabel 3.1 Defenisi Operasional Dan Kriteria Objektif

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tujuan yang akan dicapai pada penelitian, hipotesis penelitian

dapat disusun sebagai berikut:

1. Hipotesis nol (Ho)

a. Tidak ada hubungan pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi

suntik DMPA pada akseptor KB di Puskesmas Cendana Putih

Kabupaten Luwu Utara Tahun 2022

b. Tidak ada hubungan dukungan suami dengan pemilihan alat

kontrasepsi suntik DMPA pada akseptor KB di Puskesmas Cendana

Putih Kabupaten Luwu Utara Tahun 2022

Dukungan Suami

2. Hipotesis alternatif (Ha)

a. Ada hubungan pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik

DMPA pada akseptor KB di Puskesmas Cendana Putih Kabupaten

Luwu Utara Tahun 2022

b. Ada hubungan dukungan suami dengan pemilihan alat kontrasepsi

suntik DMPA pada akseptor KB di Puskesmas Cendana Putih

Kabupaten Luwu Utara Tahun 2022


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dimana merupakan

jenis penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang

kenyataan atau data objektif. Metode pendekatan yang digunakan adalah

cross sectional yaitu peneliti mencari hubungan antara variabel yang

termasuk faktor resiko dan variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus

pada saat yang bersamaan. (M.Noor, 2017)

B. Lokasi Dan Waktu Pelaksanaan

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Cendana Putih

Kabupaten Luwu Utara

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada November-Desember Tahun 2022.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam peneltian ini adalah semua akseptor KB suntik

Depo-Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) yang ada di Puskesmas

Cendana Putih bulan Oktober 2022 sebanyak 50 orang.

2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah akseptor KB suntik Depo-

Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) yang diambil dari populasi

dengan kriteria sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi karakteristik umum yang memenuhi subjek sehingga

akan dipilih menjadi sampel penelitian, yaitu:

a) Wanita usia subur 20-49 tahun

b) Tinggal serumah dengan suami

c) Dapat berkomunikasi lisan dan tertulis dengan baik

b. Kriteria eksklusi karakteristik yang menyebabkan subjek tidak

dipilih menjadi sampel penelitian, yaitu:

a) Akseptor KB suntik DMPA yang tidak tergabung dalam

wilayah Puskesmas Cendana Putih

3. Besar Sampel

Besar sampel adalah jumlah subyek yang diteliti diperkirakan

dengan formula yang sesuai, tabel, atau dengan cara lain. Besar sampel

dalam penelitian menggunakan rumus Slovin

= 50

1 + (50. 0,052)

= 50

1 + (50. 0,0025)
= 50

1 + (0,125)

= 50

1,125

= 44,4

4. Prosedur Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik Non Probability Sampling dengan cara purposive sampling artinya

teknik pengambilan sampel yang bertujuan dilakukan tidak berdasarkan

strata, kelompok, atau acak tetapi berdasarkan pertimbangan/tujuan dan

criteria yang sudah ditentukan.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa

kuesioner atau angket. Kuesioner ini dibagi menjadi 3 yaitu:

a. Kuesioner pengetahuan berisi 20 pertanyaan dimana jawaban

“benar” diberi skor 1 dan jawaban “salah” 0 dan menggunakan

skala ukur Guttman.

b. Kuesioner dukungan suami berisi 16 pertanyaan dimana jawaban

“ya” diberi skor 1 dan jawaban “tidak” 0 dan menggunkan skala

ukur Guttman.

c. Kousioner tentang identitas reponden yang terdiri dari nama, umur,

alamat, agama, pendidikan, pekerjaan dan alat kontrasepsi yang

digunakan
D. Pengumpulan dan Penyajian Data

1. Pengumpulam Data

a. Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulakan dan digunakan dalam penelitian ini

bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu

data yang diperoleh secara langsung dari responden yang diteliti

melalui penyebaran angket atau kuesioner. Sedangkan data

sekunder adalah data yang diperoleh dari rekam medik Puskesmas

Cendana Putih yang digunakan untuk melengkapi dan mendukung

data primer.

b. Teknik Pengumpulan Data

Memberikan penjelasan kepada calon subyek penelitian mengenai

maksud dan tujuan penelitian ini dilakukan kemudian memberikan

surat persetujuan untuk ditandatangani sebagai bukti persetujuan

bahwa bersedia menjadi subyek penelitian. Selanjutnya data

dikumpulkan. Dalam pengumpulan data dilakukan oleh peneliti

sendiri dengan cara membagikan kuesioner yang berisi sejumlah

daftar pertanyaan untuk dijawab oleh responden. Data yang

dikumpulkan dalam penelitian digunakan untuk menguji hipotesis

atau menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan. Karena data


yang diperoleh akan dijadikan landasan dalam mengambil

kesimpulan. Selanjutnya setelah proses pengumpulan data maka

diteruskan dengan proses pengelohan data.

2. Penyajian Data

a. Pengolahan Data

Pengolahan data adlah suatu proses merubah data awal (mentah)

menjadi data yang memberikan informasi sesuai kebutuhan.

Berikut teknik pengolahan data:

1) Editing (pemeriksaan data)

Dalam proses editing, data diperiksa kelengkapan,

ketepatan, dan kejelasan pengisian kuesioner. Tujuannya

adalah untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang

ada didftar pertanyaan.

2) Codding (pemberian kode)

Data yang telah diteliti kelengkapannya diberikan kode

secara manual sebelum dimasukkan ke dalam komputer.

3) Entry ( pemasukan data kedalam komputer)

Data yang telah diperiksa seluruhnya dimasukkan kedalam

komputer untuk diolah menggunakan Statistical Product

And Service Solutions (SPSS) yaitu sebuah program

aplikasi yang mempunyai kemampuan untuk menganalisis

statistik dengan keakuratan yang cukup tinggi, serta


sistem manajemen data pada lingkungan grafis dengan

menggunakan menu-menu deskriptif yang sederhana dan

mudah dipahami cara mengoperasikannya.

4) Cleaning data entry (pengecekan data masuk)

Pemeriksaan kembali semua data yang telah dimasukkan

untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam data yang

dapat memberikan hasil akhir yang kurang tepat.

5) Tabulating (penyusunan menjadi tabel)

Setelah data tersebut masuk kedalam komputer kemudian

direkap dan disusun dalam bentuk tabel agar dapat dibaca

dengan jelas.

b. Penyajian data

Data yang sudah ada diubah dengan menggunakan

tabel dan disertai penjelasan dalam bentuk narasi. Penyajian

dalam bentuk tabel dimaksudkan untuk memudahkan dalam

melakukan analisis dan interpretasi terhadap data hasil

penelitian yang didapatkan dilapangan, sehingga dapat dibuat

kesimpulan berdasarkan data yang telah dikumpulakan

F. Analisis Data

Analisis data terdiri dari:

1. Analisis univariat

Analisis univariat merupakan jenis analisis data yang digunakan

untuk menjabarkan tiap variabel yang diteliti yang diambil dari data
primer dan akan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi atau narasi.

Dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dengan cara

mendeskripsikan tiap variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu

dalam bentuk distribusi frekuensi disertai penjelasan berdasarkan data

pada tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis bivariat

Analisis bivarat merupakan analisis data yang digunakan untuk mencari

hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent

menggunakan tabel 2 x 2 atau tabel silang. Pada dasarnya uji yang akan

digunakan Chi-Square Yate Corrections dilakukan untuk melihat

perbedaan antara frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang

diharapkan.

G. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian kepada responden, peneliti

menekankan pada prinsip etika menurut Nursalam (2008) yang meliputi :

1. Prinsip manfaat

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada

responden, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.

b. Bebas dari eksplotasi

Partisipasi responden dalam penelitian, dihindarkan dari keadaan

yang tidak menguntungkan. Responden diyakinkan bahwa

partisipanya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan,


tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan

responden dalam bentuk apa pun.

c. Risiko (benefits ratio)

Peneliti berhati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang

akan berakibat pada responden pada setiap tindakan.

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)

a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination)

Responden diperlakukan secara manusiawi. Responden

mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi

responden ataupun tidak, tanpa adanya sanksi apapun atau akan

berakibat terhadap kesembuhannya, jika mereka seorang klien.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right

to full disclosure). Peneliti memberikan penjelasan secara rinci serta

bertanggung jwab jika ada sesuatu yang terjadi kepada responden.

c. Informed consent

Responden mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed

consent dicantumkan bahwa hanya akan dipergunakan untuk

pengembangan ilmu.

3. Prinsip keadilan (right to justice)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair

treatment)
Responden diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan

sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya

diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan

dari penelitian.

b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)

Responden mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang

diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama

(anonymity) dan rahasia (confidentiality).


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan dukungan suami

dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik DMPA pada akseptor KB di

Puskesmas Cendana Putih tahun 2022 telah dilaksanakan dan dimulai

pada bulan Oktober 2022. Data yang dikumpulkan merupakan data

primer yang diperoleh dari pengisian kuesioner kepada 44 responden.

Selain data primer, peneliti juga memperoleh data sekunder mengenai

jumlah akseptor KB. Hasilnya kemudian diolah secara manual dan

secara elektronik dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

disertai penjelasan sebagai berikut:

1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden menjelaskan tentang ciri-ciri fisik

responden penelitian terdiri atas:

Tabel 5.1
Distribusi Berdasarkankan Karakteristik Responden pada Akseptor KB di
Puskesmas Cendana Putih Kabupaten Luwu Utara Tahun 2022
Karakteristik Responden Frekuensi (n) Peren (%)

Usia
15-20 Tahun 9 20,5
21-30 Tahun 17 38,6
31-40 Tahun 12 27,3
41-50 Tahun 6 13,6
Total 44 100
Pendidikan
Tidak Sekolah 11 25,0
SD 14 31,8
SMP 7 15,9
SMA 8 18,2
Perguruan Tinggi 4 9,1
Total 44 100
Pekerjaan
Tidak Bekerja 9 20,5
IRT 17 38,6
Wirasuasta/Pedagang 14 31,8
Pegawai Swasta/PNS 4 9,1
Total 44 100
Sumber: Data Primer 2022

Tabel 5.1 menunjukkan untuk rentan usia responden berada

diusia 15-20 tahun sebanyak 9 orang (20,5%), 21-30 tahun sebanyak

17 orang (38,6%), 31-40 tahun sebanyak 12 orang (27,3%) dan usia

41-50 tahun sebanyak 6 orang (13,6%) . Rata-rata pendidikan

terakhir responden paling banyak SD, dimana pendidikan SD

sebanyak 14 orang (31,8%), SMP 7 orang (15,9%), SMA 8 orang

(18,2%), perguruan tinggi 4 orang (9,1%) dan tidak bekerja

sebanyak 11 orang (25,0%). Untuk pekerjaan, sebagian besar

berprofesi sebagai ibu rumah tangga dengan jumlah 17 orang

(38,6%), wirasuasta/pedagang 14 orang (31,8%) dan Pegawai

swasta/PNS 4 orang (9,1%) dan tidak bekerja sebanyak 9 orang

(20,5%).

2. Analisis Univariat

a. Pengetahuan

Gambaran pengetahuan akseptor KB ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 5.2

S
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Akseptor KB di
Puskesmas Cendana Putih Tahun 2022
Pengetahuan Frekuensi Persen
(n) (%)
Baik 29 65,9
Kurang 15 34,1
Jumlah 44 100
Sumber Data: Data Primer 2022

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa responden yang

pengetahuannya baik sebanyak 29 orang (65,9%) dan kurang

sebanyak 15 orang (34,1%)

b. Dukungan Suami

Gambaran dukungan suami pada akseptor KB

ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 5.3.
Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Suami Pada Akseptor KB
di Puskesmas Cendana Putih Tahun 2022
Dukungan Suami Frekuensi Persen
(n) (%)
Mendukung 26 59,1
Tidak Mendukung 18 40,9
Jumlah 44 100
Sumber Data: Data Primer 2022

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa responden memperoleh

dukungan suami sebanyak 26 orang (59,1%) dan tidak

memperoleh dukungan suami sebanyak 18 orang (40,9%).

3. Analisi Bivariat

a. Hubungan Pengetahuan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi

Suntik DMPA pada Akseptor KB di Puskesmas Cendana Putih

Kabupaten Luwu Utara Tahun 2022 yang ditunjukkan pada

tabel berikut:
Tabel 5.5
Hubungan Pengetahuan Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Suntik DMPA
pada Akseptor KB di Puskesmas Cendana Putih Kabupaten Luwu Utara Tahun
2022
SumsSumber Pengetahu Pemilihan Alat
an Kontrasepsi Suntik
Data:Chi- Ya Tidak Jumlah
Statisti
Squared Test k
F % F % F %
Baik 2 79, 6 20, 2 10
Tabel 5.5 3 3 7 9 0 P:
Kurang 6 40, 9 60, 1 10 0,023
menunjukkan 0 0 5 0
Jumlah 2 65, 1 34, 4 10
dari total 44 9 9 5 1 4 0

responden, 29 responden yang pengetahuannya baik terdapat 23 orang (79,3%)

yang memilih kontrasepsi suntik DMPA dan 6 orang (20,7%) yang tidak memilih

kontrasepsi suntik DMPA sedangkan dari 15 responden yang pengetahuannya

kurang terdapat 6 orang (40,0 %) yang memilih kontrasepsi suntik DMPA dan 9

orang (60,0%) yang tidak memilih kontrasepsi suntik DMPA. Hasil analisis

diperoleh nilai p = 0,023 < dari 𝛼 0,05. Dengan demikian secara statistik Ha

diterima, berarti pemilihan kontrasepsi suntik DMPA pada akseptor KB

berhubungan dengan pengetahuan.

b. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi

Suntik DMPA pada Akseptor KB di Puskesmas Cendana Putih

Kabupaten Luwu Utara Tahun 2022 yang ditunjukkan pada tabel

berikut:

Tabel 5.6
Hubungan Dukungan Suami Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Suntik DMPA
pada Akseptor KB di Puskesmas Cendana Putih Kabupaten Luwu Utara Tahun
2022
SumsSSumb Dukunga Pemilihan Alat
n Suami Kontrasepsi Suntik
er Ya Tidak Jumlah
Statistik
Data:Chi- F % F % F %

Mendukun 2 80. 5 19, 2 10 P:


Squared g 1 8 2 6 0 0,030
Tidak 8 44, 1 55, 1 10
Test Mendukun 4 0 6 8 0
g
Jumlah 2 65, 1 34, 4 10
9 9 5 1 4 0

Tabel 5.6 menunjukkan dari total 44 responden, 26 responden yang memperoleh

dukungan suami sebanyak 21 orang (80,8%) yang memilih kontrasepsi suntik

DMPA dan 5 orang (19,2 %) yang tidak memilih kontrasepsi suntik DMPA

sedangkan dari 18 responden yang tidak memperoleh dukungan suami sebanyak

8 orang (44,4 %) yang memilih kontrasepsi suntik DMPA dan 10 orang (55,6%)

yang tidak memilih kontrasepsi suntik DMPA. Hasil analisis diperoleh nilai p =

0,030 < dari 𝛼 0,05. Dengan demikianS secara statistik Ha diterima, berarti

pemilihan kontrasepsi suntik DMPA pada akseptor KB berhubungan dengan

dukungan suami.

B. Pembahasan

1. Hubungan Pengetahuan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Suntik

DMPA pada Akseptor KB di Puskesmas Cendana Putih

Kabupaten Luwu Utara Tahun 2022

Hasil yang didapat dari uji statistic di dapatkan nilai p-

value 0,023 hal ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan

antara pengetahuan responden dengan pemilihan alat kontrasepsi

suntik DMPA. Pengetahuan memiliki hubungan yang signifikan


dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik DMPA, semakin baik

pengetahuan seseorang tentang kontrasepsi semakin rasional dalam

menggunakan alat kontrasepsi.

Hasil penelitian (Jitowiyono. S Dkk, 2019) bahwa tingkat

pengetahuan ibu tentang KB suntik DMPA yang baik sebesar

65,9% dan kurang 34,1%. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan

KB adalah pengetahuan. Pengetahuan akseptor sangat berperan

penting dalam memilih alat kontrasepsi suntik. Semakin tinggi nilai

pengetahuannya, maka berpengaruh pada kepuasaan penggunaan

kontrasepsi suntik. Tingkat pengetahuan yang benar tentang KB

akan meningkatkan partisipasi dalam ber-KB. Sedangkan menurut

Trisnawarman Dkk, 2017) bahwa memilih-metode kontrasepsi

tidak mudah, karena efek pada tubuh baru dapat diketahui setelah

digunakan. Kontrasepsi tidak selalu cocok untuk semua orang,

karena kondisi fisik yang berbeda (Yeni, dkk 2022)

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi

setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu. Pengindraan terhadap objek terjadi melalui panca indra

manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba

dengan sendiri. Pada waktu itu pengindraan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian

persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga (Wawan Dkk, 2018).


Pengetahuan akseptor tentang kontrasepsi suntik 3 bulan

dapat menyebabkan akseptor menyadari kebutuhannya untuk

menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan dalam rangka mencapai

tujuan yaitu mencegah kehamilan. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh (Armainar 2018) dengan

judul faktor faktor yang mempengaruhi akseptor KB dalam

memilih kontrasepsi suntik 3 bulan yang menyatakan bahwa

terdapatnya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan

kontrasepsi suntik 3 bulan dengan p-value 0,000. Dari jawaban

responden yang peneliti dapatkan responden-responden secara

keseluruhan mempunyai pengetahuan yang baik dan lebih memilih

kontrasepsi suntik DMPA karna banyak yang berpendapat bahwa

KB suntik harga relative murah dan tidak membuat trauma pada

saat pemasangan.

2. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi

Suntik DMPA pada Akseptor KB di Puskesmas Cendana Putih

Kabupaten Luwu Utara Tahun 2022

Penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab

bersama pria dan wanita sebagai pasangan, sehingga metode

kontrasepsi yang di pilih mencerminkan kebutuhan serta keinginan

suami dan istri.Suami dan istri harus saling mendukung dalam

penggunaan kontrasepsi karena keluarga berencana dan kesehatan

reproduksi bukan hanya tanggung jawab pria atau wanita


saja.Dalam keluarga suami mempunyai peranan penting sebagai

kepala keluarga. Suami mempunyai hak untuk setuju ataupun tidak

setuju dengan apa yang dilakukan istri (Nurmaliza, 2020)

Hasil penelitian (Dagun 2019) bahwa suami sangat beperan

penting dalam memberi dorongan kepada istri yang akan memakai

KB suntik DMPA. Dukungan suami sangat berpengaruh besar

dalam pengambilan keputusan menggunakan atau dipengaruhi oleh

faktor social budaya. Besarnya peran suami akan sangat

membantunya dari suami akan semakin menyadari bahwa masalah

kesehatan reproduksi bukan hanya urusan wanita saja.

Menurut Caplan (1964) dalam Melisa (2019), dukungan

nyata suami dapat berupa penyediaan dukungan jasmaniah seperti

pelayanan kesehatan, bantuan finansial dan material berupa nyata,

benda atau jasa sehingga dapat memecahkan masalah praktis

termasuk di dalamnya bantuan langsung seperti saat seseorang

memberi uang, menyediakan transportasi dan lain-lain. Dukungan

nyata sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan

nyata.

Hasil uji korelasi menunjukkan bahwaada hubungan yang

sangat signifikan antara Dukungan suami dengan pemilihan alat

kontrasepsi suntik DMPA, hasil analisis diperoleh nilai p = 0,030 <

dari 𝛼 0,05. Dengan demikian secara statistik Ha diterima, berarti

pemilihan kontrasepsi suntik DMPA pada akseptor KB


berhubungan dengan dukungan suami. Penelitian ini juga sejalan

dengan pendapat (Dagun 2019) suami adalah seorang yang pertama

dan utama dalam memberi dorongan kepada istri yang akan

memakai KB suntik 3 bulan (Yeni, dkk 2022)

Dari jawaban responden yang peneliti dapatkan responden-

responden secara keseluruhan rata rata mendukung istri memakai

KB suntik DMPA tetapi ada sebagian juga responden yang tidak

mendukung istri nya untuk memakai KB suntik DMPA dengan

alasan bahwa responden masih ingin mempunyai anak tetapi

istrinya malah memakai KB juga.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik

kesimpulan:
1. Ada Hubungan Pengetahuan Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi

Suntik DMPA Pada Akseptor KB Di Puskesmas Cendana Putih

Kabupaten Luwu Utara Tahun 2022

2. Ada Hubungan Dukungan Suami Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi

Suntik DMPA Pada Akseptor KB Di Puskesmas Cendana Putih

Kabupaten Luwu Utara Tahun 2022

B. Saran

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan agar peneliti selanjutnya dapat memperluas variabel yang

berhubungan dengan Keluarga Berencana dan dapat dilakukan uji

instrumen penelitian dan uji hipotesis secara statistik bermakna.

2. Bagi Petugas Dan Puskesmas

Meningkatkan kegiatan dan inovasi terbaru agar program keluarga

berencana dapat dimaksimalkan dan meningkatkan pemberian

konseling dan promosi kesehatan oleh petugas kesehatan tentang

beralih ke KB jangka panjang

3. Bagi mahasiswa(i)

Diharapkan ada penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor lain dan

variabel-variabel yang berhubungan dengan keluarga berencana pada

akseptor sehingga dapat untuk memperluas pengetahuan mahasiswa(i)

dalam penelitian serupa

.
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN (2018) ‘Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia’.

BKKBN (2019) ‘Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia’.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2020) ‘Profil Kesehatan Indonesia’.


Jakarta.
Dagun. 2019. Pengaruh Dukungan Suami Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi.
Tidak Diterbitkan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin

Friedman (2017) Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: EGC.

Indrayani (2018) Vasektomi. Jakarta Timur: Trans Info Media.

Kemenkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No


88

Kemenkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


43

Kemenkes RI. (2018). Laporan Nasional Riskesdas 2018. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.

Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. In


Kementerian

Kemenkes RI. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Tentang Kesehatan RI.

Mega (2019) Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana. Jakarta Timur: Trans Info
Media.

M.Noor, H. (2017) Metode Penelitian Dan Statistik Dasar. Makassar: Unit


Penelitian Poltekes Makassar.

Manuaba, 2002. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan.Jakarta: EGC.

Mularsih, dkk (2018) ‘Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Suami Dengan


Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (Akdr) Pada Pasangan Usia Subur
(Pus) Di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Jurnal
Kebidanan’, 7 (2), 2018, 144–154.

Nurmaliza, dkk (2020) ‘Pengetahuan Dan Dukungan Suami Dalam Penggunaan


KB Suntik.’, Vol. 7, No. 2, Agustus 2020 :149-153.

Peraturan Pemerintah, No. 87 T. (2014) ‘Perkembangan Kependudukan Dan


Pembangunan Keluarga Keluarga Berencana Dan Sistem Informasi Keluarga’.
Sekretariat Negara.

Purwoastuti, E. (2021) Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Berencana. Medan:


Pustaka Baru.

Puskesmas Cendana Putih (2021) ‘Rekam Medik Puskesmas Cendana Putih’.


Pratami, Intan Monik. 2020. Studi Deskriptif Pengetahuan dan Dukungan Suami
tentang Pemilihan Alat Kontrasepsi Suntik pada Pasangan Usia Subur di
Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes. Jurnal Kebidanan Harapan Ibu
Pekalongan Volume 7 Nomor 1 Februari 2020

Revina, dkk (2018) ‘Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Suami Dengan


Pemilihan Kontrasepsi Suntik Pada Akseptor Kb Di Kelurahan Panasakan
Kecamatan Baolan Kabupaten TolitolI’, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Palu. [Preprint].

Setiyaningrum, E. (2020) Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta Timur: Trans


Info Media.

Sukayaisih (2018) ‘Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan


Kontrasepsi di Puskesmas Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal
Kesehatan Komunitas’, Vol. 3, No. 1, Nopember 2018.

Sunaryo (2014) Psikologi Keperawatan. Jakarta: EGC.

Susanto, T. (2021) Keperawatan Keluarga Edisi Ke 2. Jakarta Timur: Trans Info


Media.

Tanjung, Yeni Letriani. 2021. Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Dukungan Suami
Dengan Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Di Pmb Hj Nidaul Hasna
Amd.Keb Kabupaten Tanah Datar Tahun 2021. Jurnal Ners Universitas
Pahlawan. ISSN 2580-2194

Jitowiyono S, Dkk. 2019. Hubungan Pengetahuan Dengan Pemilihan Kontrasepsi


Suntik Di Puskesmas Lara Tahun 2018. Tidak Diterbitkan. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Nani Hasanuddin

Wawan, dkk. 2018. Pelayanan Kontrasepsi Dan Pendidikan Seksualitas. Jakarta:


Sumber Medika.

Yeni, dkk. 2022. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Sumber Medika

Yuhedi, K. (2019) Kependudukan Dan Pelayanan KB. Yogyakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai