Anda di halaman 1dari 21

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAH NYA PEMAKAIAN ALAT

KONTRASEPSI IUD (INTRA UTERINE DEVICE) PADA PASANGAN USIA SUBUR


DI UPTD KESEHATAN PUSKESMAS MUARA LEMBU

Badni Zahwi (1), Rifa Yanti (2), Meirita Herawati (3)


(1)
Mahasiswa Program Studi kebidanan Program Sarjana Terapan STIKes Al Insyirah
Email : tolong isi email kak za
(2)
Program Studi kebidanan Program Sarjana Terapan STIKes Al Insyirah Pekanbaru
Email : tlng isi email buk rifa
(3)
Program Studi kebidanan Program Sarjana Terapan STIKes Al Insyirah Pekanbaru
Email : tlng isi email buk mei ya kk

ABSTRAK

Berdasarkan dara BKKBN Provinsi Riau pada tahun 2016 jumlah akseptor IUD 3,91%. Laporan
Puskesmas Muara Lembu tahun 2019 jumlah Akseptor IUD 5,9%. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemakaian Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang Pada Pasangan Usia Subur Di UPTD Kesehatan Puskesmas Muara Lembu
Tahun 2019. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian analitik dengan rancangan case control.
Populasi dalam penelitian ini adalah akseptor KB aktif di Puskesmas Muara Lembu yang
berjumlah 1688 dengan jumlah sampel 200 orang yaitu 100 kelompok kasus dan 100 kelompok
kontrol. Pengolahan data dengan menggunakan komputerisasi. data di analisa secara Univariat
dan Bivariat dengan uji Chi-Square. Hasil analisa univariat didapatkan = separoh responden
menggunakan kontrasepsi IUD yaitu 50%, sedangkan 50% lainnya tidak menggunakan
kontrasepsi IUD, 88 orang (44%) responden yang tingkat pengetahuan nya cukup, 123 orang
(61,5%) yang tidak mendapatkan dukungan suami, 121 orang (60,5%) yang tidak mendapat
dukungan dari petugas kesehatan dan 112 orang (56%) yang memiliki sikap positif. Hasil uji
statistik terdapat hubungan pengetahuan p=0,002, dukungan suami p=0,000, peran petugas
kesehatan p=0,043 dan tidak terdapat hubungan sikap p=0,887 dengan dengan pemakaian
kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device). Diharapkan hasil penelitian ini dapat di jadikan acuan
bagi akseptor KB aktif di tempat penelitian dan dapat meningkatkan cakupan pemakaian Alat
Kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device) pada akseptor KB aktif dengan cara memberikan
penyuluhan tentang keunggulan kontrasepsi IUD.

Kata Kunci : Pengetahuan, dukungan suami, peran petugas kesehatan, sikap, pemakaian
kontrasepsi IUD.
Referensi : 17 Buku, 11 Jurnal (2009 – 2018)
ABSTRACT
Based on the data of BKKBN Riau Province in 2016 the number of IUD acceptors was 3.91%.
Muara Lembu Puskesmas report in 2019 the number of IUD Acceptors is 5.9%. The purpose of
this study was to determine the Factors Influencing the Low Usage of Long-Term Contraception
Methods in Fertile Age Couples at UPTD Health Muara Lembu Health Center in 2019. This
type of research is a type of analytic study with a case control design. The population in this
study was active family planning acceptors in Muara Lembu Health Center, which totaled 1688
with a sample of 200 people, 100 case groups and 100 control groups. Data processing using
computerization. Univariate and Bivariate data were analyzed using Chi-Square test. Univariate
analysis results found = half of respondents using IUD contraception is 50%, while the other
50% do not use IUD contraception, 88 people (44%) respondents have sufficient level of
knowledge, 123 people (61.5%) who do not get husband support, 121 people (60.5%) did not
have the support of health workers and 112 people (56%) had positive attitudes. Statistical test
results show that there is a relationship between knowledge p = 0.002, husband support p =
0,000, the role of health workers p = 0.043 and there is no relationship between attitude p =
0.887 with the use of contraceptive IUD (Intra-Uterine Device). It is hoped that the results of
this study can be made a reference for active KB acceptors at the research site and can increase
the scope of use of the IUD Contraception Device (Intra Uterine Device) on active KB acceptors
by providing counseling about the superiority of the IUD contraception.
Keywords: Knowledge, husband's support, the role of health workers, attitudes, use of IUD
contraception.
References: 17 Books, 11 Journals (2009 - 2018)
PENDAHULUAN 118.048.783 perempuan. Pertumbuhan
penduduk ini tentu saja akan berimplikasi
Keluarga Berencana (KB) merupakan secara signifikan terhadap perkembangan
tindakan yang membantu individu atau ekonomi dan kesejahteraan Negara
pasangan suami istri untuk mendapatkan (Sulistyawati, 2011).
objektif tertentu, menghindari kelahiran
yang tidak diinginkan, mengatur interval di Berdasarkan data Badan Kependudukan
antara kehamilan, mengontrol waktu saat dan Keluarga berencana Nasional (BKKBN)
kelahiran dalam hubungan suami istri dan tahun 2017 jumlah pasangan usia subur
menentukan jumlah anak dalam keluarga (PUS) di Indonesia adalah sebanyak
(WHO, 2009). 47.665.847 jumlah peserta KB Baru
sebanyak 13,46 % dan jumlah peserta KB
Laju pertumbuhan penduduk di aktif sebanyak 75,10%, dan pengguna
Indonesia tidak dapat dihindari semua itu MKJP diantaranya IUD sebanyak 6,81%
ditentukan oleh tingkat kelahiran serta implan 9,63%, MOW 1,64%, MOP 0,16%,
kematian dan Indonesia merupakan sebuah pengguna MKJP jauh lebih rendah jika
negara berkembang dengan laju dibandingkan pengguna KB suntik 49,93%
pertumbuhan penduduk yang tinggi, yaitu dan pil 26,36% (Profil Kesehatan Indonesia,
sebesar 1,49% per tahun. Hasil sensus 2017).
publikasi BPS pada Agustus 2010, jumlah
penduduk Indonesia adalah 237.556.363 Hasil SDKI 2012 menunjukkan angka
jiwa, terdiri atas 119.507.580 laki-laki dan kelahiran total (TFR) sebesar 2,6 TFR ini
tidak mengalami penurunan dalam kurun KB suntik 48,5% dan pil 27 % (Profil
waktu 10 tahun terakhir sejak SDKI 2002 - Kesehatan Provinsi Riau, 2015).
2003. Angka fertilitas pada usia remaja juga
masih tinggi, yang ditandai dengan angka Metode kontrasepsi jangka panjang
kelahiran menurut kelompok umur (Age- (MKJP) merupakan metode kontrasepsi
Specific Fertility Rate/ASFR) sebesar 48 per yang paling efektif. Bila dilihat dari data
1.000 pada umur 15 -19 tahun. Kemajuan justru terdapat kecenderungan pola
yang dicapai adalah meningkatnya median pemakaian kontrasespi non MKJP, dimana
usia kawin pertama wanita dari 19,8 tahun, dari 57% Contraceptive Prevalence Rate
menjadi 20,1 tahun, meskipun masih belum (CPR) sebesar 43,7% menggunakan non
sesuai dengan yang diharapkan, yaitu 21 MKJP dan 10,6% yang menggunakan
tahun dan tingkat prevalensi pemakaian MJKP. Pola penggunaan MKJP cenderung
kontrasepsi atau Contraceptive Prevalence menurun 18,7% pada tahun 1991 menjadi
Rate (CPR), yang menunjukkan tingkat 10,6% tahun 2012. Tingginya penggunaan
kesertaan ber-KB di antara pasangan usia non MKJP juga terjadi pada akseptor KB
subur (PUS) mencapai 61,9%.. Sebanyak baru yaitu sebesar 82,48%, sedangkan yang
57,9% di antaranya menggunakan cara KB menggunakan MKJP hanya sebesar 17,52%
modern, dengan peningkatan sebesar 0,5% (SDKI, 2012).
dari 57,4% dalam 5 tahun terakhir (SDKI
2007). Nasution (2011) dalam Sri Maryani
(2012) menyatakan penggunaan alat
Berdasarkan data Badan Kependudukan kontrasepsi oleh pasangan usia subur
dan Keluarga berencana Nasional (BKKBN) didasari oleh banyak faktor diantaranya
tahun 2016 jumlah pasangan usia subur faktor kesehatan, tingkat pengetahuan
(PUS) di Provinsi Riau adalah sebanyak tentang kontrasepsi dan dukungan, peran
1.088.559 jumlah peserta KB Baru sebanyak petugas kesehatan dalam mengajak akseptor
15,56% dan jumlah peserta KB aktif untuk menggunakan alat kontrasepsi MKJP,
sebanyak 72,99%, dan pengguna MKJP peran dari suami serta sikap dari ibu sendiri.
diantaranya IUD sebanyak 3,91% implan Menurut Hartanto (2004) dalam Sri Maryani
7,80%, MOW 1,39%, MOP 0,11%, (2012) mengatakan bahwa faktor dukungan
pengguna MKJP jauh lebih rendah jika suami memegang peranan penting karena
dibandingkan pengguna KB suntik 48,97% suami merupakan kepala rumah tangga dan
dan pil 29,73% (Profil Kesehatan Indonesia, pengambilan keputusan dalam rumah tangga
2016). dilakukan oleh suami termasuk pengambilan
keputusan untuk jenis alat kontrasepsi yang
Berdasarkan data dinas kesehatan digunakan.
Provinsi Riau Tahun 2015, jumlah pasangan
usia subur (PUS) di Kabupaten Kuantan Pengetahuan ibu terhadap MKJP
Singingi tahun 2015 sebanyak 54,458 merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah
jumlah peserta KB Baru sebanyak 16,3%% ibu mengadakan penginderaan manusia atau
dan jumlah peserta KB aktif sebanyak hasil tahu ibu terhadap objek metode
87,6%%, dan pengguna MKJP diantaranya kontrasepsi jangka panjang (MKJP) melalui
IUD sebanyak 4,0% implan 16,1%, MOW mata, hidung dan sebagainya, dengan
1,4%, MOP 0,6%, pengguna MKJP jauh sendirinya pada waktu pengindraan sehingga
lebih rendah jika dibandingkan pengguna menghasilkan pengetahuan. Hal tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian
dan persepsi terhadap objek, sebagian besar Muaralembu jumlah pasangan usia subur
pengetahuan manusia diperoleh melalui (PUS) tahun 2019 sebanyak 2219 jumlah
mata dan telinga (wawan&Dewi, 2011). peserta KB 1688 dan jumlah peserta KB
aktif sebanyak 66,2%%, dan pengguna
Berdasarkan hasil penelitian yang MKJP diantaranya IUD sebanyak 5,9%
dilakukan oleh Ratih Dwi Arini tahun 2015 implan 10%, MOW 1,5%, MOP 0,6%,
menunjukkan bahwalebih dari separuh pengguna MKJP jauh lebih rendah jika
responden pengguna IUD mendapat dibandingkan pengguna KB suntik 54,7%
dukungan suami, dan responden pengguna dan pil 17,4 % .
IUD memiliki pengetahuan baik. Penelitian
ini menyarankan kepada KPP-KB untuk Berdasarkan data yang peneliti dapat di
lebih mensosialisasikan pemberian atas, peneliti tertarik untuk melakukan
informasi dan pelayanan KIE khususnya penelitian tentang Faktor-Faktor Yang
mengenai kontrasepsi yang aman pada Mempengaruhi Rendahnya Pemakaian
masyarakat terutama IUD agar metode yang Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada
dipilih rasional, efektif, efisien dan sesuai Pasangan Usia Subur Di UPTD Kesehatan
dengan perencanaan keluarga dan tujuan Puskesmas Muara Lembu Tahun 2019.
penggunaan alat kontrasepsi.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sri Maryani tahun Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
2012menunjukkan bahwa Hasil penelitian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
didapatkan variabel yang berhubungan Rendahnya Pemakaian Metode Kontrasepsi
secara signifikan ( p = < 0,01) adalah umur, Jangka Panjang Pada Pasangan Usia Subur
jumlah anak, status kesehatan, pengetahuan Di UPTD Kesehatan Puskesmas Muara
dan dukungan suami. Dukungan suami Lembu Tahun 2019. Jenis penelitian ini
merupakan faktor dominan ke-3 setelah adalah jenis penelitian analitik dengan
pengetahuan dan jumlah anak. Saran perlu rancangan case control. Populasi dalam
meningkatkan dukungan suami dengan penelitian ini adalah akseptor KB aktif di
mengikutsertakan suami pada saat Puskesmas Muara Lembu yang berjumlah
konseling, mensosialisasikan MKJP secara 1688 dengan jumlah sampel 200 orang yaitu
terprogram, meningkatkan motivasi peserta 100 kelompok kasus dan 100 kelompok
non MKJP agar berpindah ke MKJP. kontrol. Pengolahan data dengan
menggunakan komputerisasi. data di analisa
Berdasarkan survey awal yang peneliti secara Univariat dan Bivariat dengan uji
lakukan di UPTD Kesehatan Puskesmas Chi-Square.
HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device)
Di Puskesmas Muara Lembu Kabupaten Kuantan Singingi

No Pemakaian IUD Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Tidak menggunakan 100 50
2 Menggunakan 100 50
Jumlah 200 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat kontrasepsi IUD sedangkan 50% lainnya
bahwa dari 200 orang responden terdapat tidak menggunakan kontrasepsi IUD.
100 orang (50%) responden menggunakan

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device)
Di Puskesmas Muara Lembu Kabupaten Kuantan Singingi

No Tingkat pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Kurang 80 40
2 Cukup 88 44
3 Baik 32 16
Jumlah 200 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat (44%) memiliki pengetahuan cukup dan 32
bahwa dari 200 orang responden terdapat 80 orang (16%) memiliki pengetahuan yang
orang (40%) responden yang memiliki baik.
tingkat pengetahuan kurang, 88 orang

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Dukungan Suami Di Puskesmas Muara Lembu
Kabupaten Kuantan Singingi

No Dukungan suami Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Tidak mendukung 123 61,5
2 Mendukung 77 38,5
Jumlah 200 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat dukungan suami dan 77 orang (38,5%)
bahwa dari 200 orang responden terdapat mendapatkan dukungan suami.
123 orang (61,5%) yang tidak mendapatkan
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Peran Petugas Kesehatan Di Puskesmas Muara Lembu
Kabupaten Kuantan Singingi

No Peran petugas kesehatan Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Tidak mendukung 121 60,5
2 Mendukung 79 39,5
Jumlah 200 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat dukungan dari petugas kesehatan 79 orang
bahwa dari 200 orang responden terdapat (39,5%) yang mendapat dukungan dari
121 orang (60,5%) yang tidak mendapat petugas kesehatan.

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Di Puskesmas Muara Lembu
Kabupaten Kuantan Singingi

No Sikap Ibu Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Negatif 88 44
2 Positif 112 56
Jumlah 200 100

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat orang (44%) yang memiliki sikap negaif dan
bahwa dari 200 orang responden terdapat 88 112 orang (56%) memilki sikap positif.

Tabel 4.6
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD
(Intra Uterine Device) Di Puskesmas Muara Lembu
Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau

Tingkat Pemakaian Kontrasepsi IUD Total P Value


Pengetahuan Tidak Menggunakan
menggunakan N %
n % n %
Kurang 49 61,3 31 38,8 80 100
Cukup 43 48,9 45 51,1 88 100
0,002
Baik 8 25,0 24 75,0 32 100
Jumlah 100 50% 100 50% 200 100

Berdasarkan tabel 4.6 Hasil hubungan


tingkat pengetahuan dengan pemakaian alat Hasil uji statistik diperoleh nilai p
kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device) value=0,002 (p < 0,05) maka dapat
diperoleh dari80orang responden dengan disimpulkan ada hubungan yang signifikan
tingkat pengetahuan yang kurang, terdapat antara tingkat pengetahuan dengan
sebanyak49orang (61,3%) repondenyang pemakaian alat kontrasepsi IUD (Intra
tidak menggunakan alat kontrasepsi IUD. Uterine Device).
Tabel 4.7
Hubungan Dukungan Suami Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD
(Intra Uterine Device) Di Puskesmas Muara Lembu
Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau

Dukungan Pemakaian Kontrasepsi IUD Total P Value OR


suami Tidak Menggunakan (95%
menggunakan N % CI)
n % n %
Tidak 76 61,8 47 38,2 123 100
mendukung 3,571
Mendukung 24 31,2 53 68,8 77 100 0,000 (1,952 –
Jumlah 100 50% 100 50% 200 100 6,533)

Berdasarkan tabel 4.7 Hasil hubungan disimpulkan ada hubungan yang signifikan
dukungan suami dengan pemakaian alat antara dukungan suami dengan pemakaian
kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device) alat kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device).
diperoleh dari 123orang responden yang Dari hasil analisis diperoleh pula nilai
tidak mendapat dukungan dari suami, OR=3,571 artinya ibu yang tidak mendapat
terdapat sebanyak 76orang (61,8%) dukungan dari suami memiliki peluang
reponden yang tidak menggunakan alat 3,571 kali lebih besar tidak menggunakan
kontrasepsi IUD. alat kontrasepsi IUD dibandingkan dengan
ibu yang mendapat dukungan dari suami.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p
value=0,000 (p < 0,05) maka dapat

Tabel 4.8
Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD
(Intra Uterine Device) Di Puskesmas Muara Lembu
Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau

Peran petugas Pemakaian Kontrasepsi IUD Total P Value OR


kesehatan Tidak Menggunakan (95%
menggunakan N % CI)
n % n %
Tidak 68 56,2 53 43,8 121 100
mendukung 1,884
Mendukung 32 40,5 47 59,5 79 100 0,043 (1,060 –
Jumlah 100 50% 100 50% 200 100 3,349

Berdasarkan tabel 4.8 Hasil hubungan kesehatan, terdapat sebanyak 68orang


peran petugas kesehatan dengan pemakaian (56,2%) reponden yang tidak menggunakan
alat kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device) alat kontrasepsi IUD.
diperoleh dari 121 orang responden yang
tidak mendapat dukungan dari petugas
Hasil uji statistik diperoleh nilai p diperoleh pula nilai OR=1,884 artinya ibu
value=0,043 (p < 0,05) maka dapat yang tidak mendapat dukungan dari petugas
disimpulkan ada hubungan yang signifikan kesehatanmemiliki peluang 1,884 kali lebih
antara peran petugas kesehatan dengan besar tidak menggunakan alat kontrasepsi
pemakaian alat kontrasepsi IUD (Intra IUD dibandingkan dengan ibu yang
Uterine Device). Dari hasil analisis mendapat dukungan dari petugas kesehatan .

Tabel 4.9
Hubungan Sikap Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD
(Intra Uterine Device) Di Puskesmas Muara Lembu
Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau

Sikap Pemakaian Kontrasepsi IUD Total P Value OR


Tidak Menggunakan (95%
menggunakan N % CI)
n % n %
Negatif 45 51,1 43 48,9 88 100
Positif 55 49,1 57 50,9 112 100 1,085
Jumlah 100 50% 100 50% 200 100 0,887 (0,620 –
1,896)

Berdasarkan tabel 4.9 Hasil hubungan disimpulkan tidak ada hubungan yang
sikap dengan pemakaian alat kontrasepsi signifikan antara sikap dengan pemakaian
IUD (Intra Uterine Device) diperoleh dari alat kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device).
88 orang responden yang bersikap negatif, Dari hasil analisis diperoleh pula nilai
terdapat sebanyak 45orang (51,1%) OR=1,085 artinya ibu bersikap
reponden yang tidak menggunakan alat negatifmemiliki peluang 1,085 kali lebih
kontrasepsi IUD. besar tidak menggunakan alat kontrasepsi
IUD dibandingkan dengan ibu yang bersikap
Hasil uji statistik diperoleh nilai p positif.
value=0,889 (p > 0,05) maka dapat

PEMBAHASAN yang dikeluarkan kedalam rongga uterus


UNIVARIAT selain menimbulkan reaksi radang seperti
pada AKDR biasa, juga menghambat khasiat
1. Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD anhidrase karbon dan fosfatase alkali.
AKDR yang mengeluarkan hormone juga
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa menebalkan dinding servik sehingga
dari 200 orang responden terdapat 100 orang menghalangi sperma. Kegagalan lebih
(50%) responden menggunakan kontrasepsi rendah pada AKDR yang mengeluarkan
IUD sedangkan 50% lainnya tidak tembaga atau hormon. (Sulistyawati, 2011).
menggunakan kontrasepsi IUD.
Menurut Erfand (2012) ada beberapa
Menurut teori mekanisme kerja AKDR faktor yang dapat mempengaruhi ibu dalam
yang dililiti kawat tembaga mungkin memilih metode kontrasepsi IUD,
berbeda. Tembaga dalam konsentrasi kecil diantaranya ada : Faktor internal: takut
terhadap efek samping, pengetahuan, IUD dan 48% lainnya menggunakan
pendidikan PUS yang rendah, malas dan kontrasepsi IUD.
risih, persepsi tentang IUD, dari faktor
eksternal: prosedur pemasangan IUD yang Peneliti berasumsi bahwa, berdasarkan
rumit, pengalaman akseptor IUD lainnya, hasil penelitian separoh responden tidak
dan pekerjaan. Pengetahuan tentang menggunakan alat kontrasepsi IUD. Banyak
pengendalian kelahiran dan KB merupakan faktor yang dapat mempengaruhi ibu dalam
salah satu aspek penting kearah pemahaman menggunakan alat kontrasepsi IUD seperti
tentang berbagai alat/cara kontrasepsi dan tingkat pengetahuan ibu tentang pemakaian
berlanjutnya pengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi IUD tersebut, sikap ibu
alat/cara KB yang tepat dan efektif. dalam menanggapi persoalan kontrasepsi
IUD, dukungan suami yang juga
Berdasarkan hasil penelitian yang berpengaruh, informasi yang didapat ibu
dilakukan oleh Lia Fitriani Tahun 2015 tentang promosi dan penjelasan tentang alat
Tentang “Faktor-Faktor Yang kontrasepsi IUD dari petugas kesehatan
Mempengaruhi Pemilihan Metode serta pengaruh dari lingkungan sekitar yang
Kontrasepsi IUD Pada Akseptor KB di juga dapat membuat ibu terpengaruh dalam
Klinik Umum Dan Rumah Bersalin Medika mengambil keputusan untuk menggunakan
Utama Desa Wonokupang Kecamatan alat kontrasepsi IUD atau tidak.
Balongbendo Kabupaten
Sidoarjo”menunjukkan bahwa hasil 2. Tingkat Pengetahuan
penelitian yang didapatkan dari faktor-faktor
yang mempengaruhi pemilihan IUD Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat
menunjukkan bahwa hampir seluruh bahwa dari 200 orang responden terdapat 80
responden merasa takut terhadap efek orang (40%) responden yang memiliki
samping IUD yaitu sebanyak 31 orang tingkat pengetahuan kurang, 88 orang
(86,1%). (44%) memiliki pengetahuan cukup dan 32
orang (16%) memiliki pengetahuan yang
Selain itu juga didukung oleh hasil baik.
penelitian yang dilakukan oleh Nurbaiti
(2013) tentang “Faktor-Faktor Yang Hal diatas didukung oleh teori yang
Mempengaruhi Penggunaan Alat menyatakan bahwa pengetahuan merupakan
Kontrasepsi IUD Di Wilayah Kerja hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Pidie” melakukan penginderaan terhadap suatu
hasil penelitian menunjukkan bahwa objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
sebagian besar responden di wilayah kerja panca indera manusia yakni indera
Puskesmas Simpang Tiga yaitu sebanyak 72 penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
(86,7%) tidak menggunakan IUD sebagai dan raba. Sebagian besar pengetahuan
alatkontrasepsi. manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognisi merupakan
Penelitian lain juga dilakukan oleh domain yang sangat penting untuk
Wandari (2017) tentang faktor yang terbentuknya tindakan seseorang. Dari
berhubungan dengan penggunaan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku
kontrasepsi IUD didapatkan bahwa 52% yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
responden tidak menggunakan kontrasepsi langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan (Dewi & Wawan memiliki pengetahuan yang baik maka
2011). dalam mengambil keputusan mereka akan di
memilih sesuatu yang benar.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Nurbaiti (2013) tentang
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penggunaan Alat Kontrasepsi IUD Di 3. Dukungan Suami
Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga
Kabupaten Pidie” hasil penelitian Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat
menunjukkan bahwa sebagian besar bahwa dari 200 orang responden terdapat
responden di wilayah kerja Puskesmas 123 orang (61,5%) yang tidak mendapatkan
Simpang Tiga yaitu 40 (48,2%) memiliki dukungan suami dan 77 orang (38,5%)
pengetahuan kurang tentang alat kontrasepsi mendapatkan dukungan suami.
IUD.
Menurut teori dukungan suami adalah
Penelitian lain juga dilakukan oleh salah satu bentuk interaksi yang didalamnya
Wandari (2017) tentang faktor yang terdapat hubungan yang saling memberi dan
berhubungan dengan penggunaan menerima bantuan yang bersifat nyata yang
kontrasepsi IUD didapatkan 34% responden dilakukan oleh suami terhadap istrinya
memiliki pengetahuan yang kurang, 38% (Hidayat, 2005). Dukungan yang diberikan
responden memiliki pengetahuan yang suami merupakan salah satu bentuk interaksi
cukup dan 28% responden lainnya memiliki sosial yang di dalamnya terdapat hubungan
pengetahuan yang baik. yang saling memberi dan menerima bantuan
yang bersifat nyata, bantuan tersebut akan
Penelitian yang sama juga dilakukan menempatkan individu-individu yang
Silvia (2018) tentang hubungan pengetahuan terlibat dalam sistem sosial yang pada
ibu dan dukungan suami dengan akhirnya akan dapat memberikan cinta,
penggunaan kontrasepsi IUD didapatkan perhatian maupun sense of attachment baik
bahwa 63,1% responden memiliki pada keluarga sosial maupun pasangan.
pengetahuan yang rendah dan 36,9% lainnya Dukungan moral seorang suami pada
responden memiliki pengetahuan yang istrinya hal yang memang dibutuhkan dan
tinggi. sangat dianjurkan suami memberikan
dukungan atau motivasi yang lebih besar
Peneliti berasumsi bahwa, pengetahuan kepada istrinya (Permana, 2013).
sangat penting dalam kehidupan. Tingkat
pengetahuan akan menggambarkan perilaku Berdasarkan hasil penelitian yang
seseorang, dalam penelitian ini terdapat dilakukan oleh Nurbaiti (2013) tentang
sebagian ibu dengan tingkat pengetahuan “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
yang cukup. Sebagian besar pengetahuan Penggunaan Alat Kontrasepsi IUD Di
erat kaitannya dengan sikap dan perilaku, Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga
orang dengan pengetahuan yang baik atau Kabupaten Pidie” hasil penelitian
tinggi maka cenderung akan berperilaku menunjukkan bahwa sebagian besar
positif sebaliknya jika seseorang tersebut responden di wilayah kerja Puskesmas
memiliki tingkat pengetahuan yang rendah Simpang Tiga yaitu 61 (73,5%)
maka akan melahirkan atau menimbulkan mendapatkan dukungan suami dalam
perilaku yang negatif. Ketika seseorang menggunakan alatkontrasepsi.
panjang, maka akan mempengaruhi
Penelitian yang sama juga dilakukan pengetahuan ibu dalam memilih alat
Silvia (2018) tentang hubungan pengetahuan kontrasepsi apa yang akan digunakan,
ibu dan dukungan suami dengan karena bidan merupakan salah seorang
penggunaan kontrasepsi IUD didapatkan anggota tim kesehatan yang terdekat dengan
bahwa 67,3% responden tidak mendapatkan masyarakat, mempunyai peran yang sangat
izin atau dukungan dari suami untuk menentukan dalam meningkatkan status
menggunakan kontrasepsi IUD. kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan
ibu (Wati, 2016).
Penelitian lain juga dilakukan oleh Bela,
Novita (2015) tentang hubungan antara Berdasarkan hasil penelitian yang
dukungan suami terhadap istri dengan dilakukan oleh Yunita Marliana (2017)
keputusan penggunaan alat kontrasepsi di tentang “Hubungan Pendidikan, Sumber
Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Informasi Metode Kontrasepsi Dan
Boyoali menyatakan bahwa 65% responden Dukungan petugas kesehatan Dengan
tidak mendapatkan dukungan suami untuk Penggunaan Metode Kontrasepsi Pasangan
menggunakan kontrasepsi IUD. Usia Subur Usia < 20 Tahun” dari hasil
penelitian didapatkan bahwa sebagian besar
Peneliti berasumsi bahwa, keluarga responden 85% mendapatkan informasi dari
merupakan orang pertama yang berinteraksi petugas kesehatan yaitu bidan atau dokter.
dengan seseorang. Keluarga terutama suami
sangat berperan penting dalam setiap proses Penelitian yang sama dilakukan oleh
kehidupan, dimana keluarga bisa menjadi Hadie Djauharoh (2015) tentang beberapa
semangat dan motivasi dari berbagai faktor yang berhubungan dengan
kegiatan. Peran keluarga atau suami dari penggunaan metode kontrasepsi jangka
setiap kegiatan sangat diperlukan, hal ini panjang di Kabupaten Sidoarjo Provinsi
dapat memberikan efek positif dalam setiap Jawa Timur menyatakan bahwa 32,1%
hal yang dilakukan. Hal yang paling responden mendapatkan dukungan dari
dibutuhkan ibu adalah dukungan suami, petugas kesehatan dan 67,9% lainnya tidak
dimana dukungan suami dapat memberikan mendapatkan dukungan dari petugas
dampak postif terhadap psikologis dan kesehatan dalam menggunakan kontrasepsi
kehidupan ibu serta kemantapan ibu dalam jangka panjang.
mengambil keputusan.
Penelitian lain juga dilakukan oleh
4. Peran Petugas Kesehatan Nilawarni (2017) tentang faktor yang
berhubungan dengan penggunaan
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat kontrasepsi IUD didapatkan bahwa 50%
bahwa dari 200 orang responden terdapat responden mendapatkan dukungan dari
121 orang (60,5%) yang tidak mendapat petugas kesehatan dan 50% lainnya tidak
dukungan dari petugas kesehatan 79 orang mendapatkan dukungan dari petugas
(39,5%) yang mendapat dukungan dari kesehatan.
petugas kesehatan.
Peneliti berasumsi bahwa, petugas
Menurut teori kurangnya peran bidan kesehatan berperan penting dalam
dalam memberikan informasi mengenai menentukan keberhasilan jumlah akseptor
konseling alat kontrasepsi metode jangka KB salah satunya yaitu KB IUD. Dalam
penelitian ini sebagian responden mendapat kehidupan sosialnya (Wawan & Dewi,
informasi dari petugas kesehatan. 2011).
Responden mendapat informasi dari petugas
kesehatan seperti dengan adanya penyuluhan Berdasarkan hasil penelitian yang
dan konseling KB saat melakukan dilakukan oleh Elis tentang “Faktor-Faktor
kunjungan ke fasilitas kesehatan. Dalam Yang Mempengaruhi rendahnya cakupan
penelitian ini terdapat 60,5% responden KB IUD di Desa Ciwidey Wilayah Kerja
yang mengatakan bahwa tidak mendapatkan Puskesmas Ciwidey” didapatkan hasil
dukungan dari petugas kesehatan. Pada bahwa sebagian besar responden bersikap
kenyataannya dilapangan berdasarkan baik (84,25%).
pengalaman peneliti, petugas kesehatan
sudah bersusah payah dan gigih dalam Penelitian lain juga dilakukan oleh
memberikan penyuluhan kepada Wandari (2017) tentang faktor yang
masyarakat salah satunya penyuluhan atau berhubungan dengan penggunaan
konseling KB, hanya saja kelemahan dari kontrasepsi IUD didapatkan 61% responden
kejadian dilapangan ketika diadakan bersikap positif dan 39% responden lainnya
penyuluhan banyak yang tidak mau datang yang bersikap negatif.
dengan berbagai alasan, sehingga
menyebabkan mereka tidak mendapatkan Penelitian yang sama juga dilakukan
informasi serta mereka beranggapan tidak oleh Nurmaida tentang hubungan
mendapatkan dukungan dari petugas pengetahuan dan sikap terhadap minat
kesehatan. wanita pasangan usia subur dalam
menggunakan kontrasepsi IUD didapatkan
5. Sikap Ibu bahwa 67,3% responden bersikap negatif
dan 32,7% lainnya bersikap positif.
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat
bahwa dari 200 orang responden terdapat 88 Peneliti berasumsi bahwa, sikap
orang (44%) yang memiliki sikap negaif dan seseorang dipengaruhi oleh faktor
112 orang (56%) memilki sikap positif. predisposisi yang salah satunya adalah
pengaruh orang lain yang di anggap
Hal di atas didukung oleh teori yang penting.Pengaruh dari orang lain sangat
menyatakan bahwa sikap merupakan reaksi penting dalam kehidupan, seseorang akan
atau respon seseorang yang masih tertutup cenderung bersikap positif apabila orang
terhadap suatu stimulus objek. Sikap atau lingkungan sekitarnya juga
menggambarkan suka atau tidak suka menunjukkan sikap positif. Sebaliknya
seseorang terhadap objek. Sikap sering seseorang akan akan bersikap negatif
diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari apablia suasana disekitar lingkungan nya
orang lain yang paling dekat. Sikap juga mengarah ke sesuatu hal yang bisa
membuat seseorang menjauhi atau memicu seseorang bersikap negatif. Seperti
mendekati orang lain atau objek. Sikap halnya dalam penelitian ini sebagian besar
(attitude) merupakan konsep paling penting ibu cenderung bersikap negatif. Lingkungan
dalam psikologi sosial yang membahas nsur dan orang-orang sekitar sangat berpengaruh
sikap baik sebagai individu maupun terhadap sikap seseorang dalam
sekelompok. Melalui sikap kita memahami menjalankan kehidupan sehari-hari serta
yang mungkin dilakukan individu dalam dalam mengambil keputusan termasuk
dalam mengambil keputusan dalam memilih mengalami kesulitan didalam menentukan
alat kontrasepsi. jenis kontrasepsi dan sering menyebabkan
wanita menjadi beralih ke metode lain
bahkan mengakibatkan wanita berhenti
menggunakan alat kontrasepsi hingga sering
terjadi kehamilan yang tidak diinginkan
(Manuaba, 2005 dalam Lia Fitriani, 2015).

BIVARIAT Berdasarkan hasil penelitian yang


dilakukan Ratih Dwi Arini tahun 2015
a. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang “Hubungan Antara Dukungan Suami
Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi dan Pengetahuan Ibu Dengan Pemilihan
IUD Alat Kontrasepsi IUD Di Puskesmas
Polokarto Kabupaten Sukoharjo”
Berdasarkan tabel 4.6 Hasil hubungan Berdasarkan hasil analisisdengan Chi
tingkat pengetahuan dengan pemakaian alat Square didapatkan nilaip=0,002<α=0,05.
kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device) Hal inimenunjukkan ada hubungan
diperoleh dari 80 orang responden dengan antarapengetahuan ibu dengan pemilihanalat
tingkat pengetahuan yang kurang, terdapat kontrasepsi non hormonal IntraUterine
sebanyak 49 orang (61,3%) reponden yang Device (IUD) di PuskesmasPolokarto
tidak menggunakan alat kontrasepsi IUD. Kabupaten Sukoharjo.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p Penelitian lain juga dilakukan oleh
value=0,002 (p < 0,05) maka dapat Wandari (2017) tentang faktor yang
disimpulkan ada hubungan yang signifikan berhubungan dengan penggunaan
antara tingkat pengetahuan dengan kontrasepsi IUD didapatkan 34% responden
pemakaian alat kontrasepsi IUD (Intra memiliki pengetahuan yang kurang, 38%
Uterine Device). responden memiliki pengetahuan yang
cukup dan 28% responden lainnya memiliki
Hal ini sesuai dengan teori yang pengetahuan yang baik. Hasil uji statistik
menyatakan bahwa pengetahuan merupakan didapatkan nilai p value 0,013 maka dapat
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi disimpulkan ada hubungan yang signifikan
frekuensi penggunaan alat kontrasepsi. antara pengetahuan ibu dengan penggunaan
Pengetahuan atau kognitif merupakan kontrasepsi IUD.
domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (over Penelitian yang sama juga dilakukan
behavior). Perilaku didasari pengetahuan Silvia (2018) tentang hubungan pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang ibu dan dukungan suami dengan
tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan penggunaan kontrasepsi IUD didapatkan
mempunyai kaitan erat dengan dengan bahwa 63,1% responden memiliki
perilaku seseorang, dimana perilaku akan pengetahuan yang rendah dan 36,9% lainnya
bertahan lama apabila tindakan tersebut responden memiliki pengetahuan yang
didasari oleh pengetahuan. tinggi. Hasil uji statistik didapatkan bahwa
nilai ada hubungan yang signifikan antara
Rendahnya pendidikan dan kurangnya pengetahuan dengan penggunaan
pengetahuan dari masyarakat kontrasepsi IUD dengan nilai p value 0,023.
mengakibatkan banyaknya perempuan
peranan yang penting, dimana suami sangat
Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan dituntut bukan hanya sebagai pencari
berhubungan dengan pemakaian alat nafkah, akan tetapi sebagai pemberi
kontrasepsi IUD, semakin baik tingkat motivasi atau dukungan dalam berbagai
pengetahuan ibu tentang manfaat serta kebijakan yang akan diputuskan termasuk
keuntungan memakai alat kontrasepsi IUD merencanakan keluarga. Dukungan suami
maka akan dapat membuat ibu mengambil merupakan salah satu bentuk interaksi yang
keputusan untuk menggunakan alat didalamnya terdapat hubungan yang saling
kontrasepsi IUD, sebaliknya jika ibu memberi dan menerima bantuan yang
memiliki tingkat pengetahuan yang kurang bersifat nyata yang dilakukan oleh suami
dan rendah tentang alat kontrasepsi IUD terhadap istrinya (Hidayat, 2005).
maka ibu tidak akan berani mengambil
keputusan memakai alat kontrasepsi IUD Berdasarkan hasil penelitian yang
sehingga ibu akan merasa takut untuk dilakukan Fitriani (2017) tentang faktor
menggunakan IUD. Dalam penelitian ini yang berhubungan dengan pemakaian
sebagian besar responden yang tidak kontrasepsi IUD, hasil uji statistik
menggunakan alat kontrasepsi IUD memiliki menyatakan bahwa terdapat hubungan
tingkat pengetahuan yang kurang dan cukup. pengetahuan (p value=0,004) dan dukungan
suami (p value=0,001) dengan penggunaan
b. Hubungan Dukungan Suami Dengan kontrasepsi IUD. Penelitian ini
Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD menyimpulkan bahwa adanya konstribusi
pada suami akan meningkatkan jumlah
Berdasarkan tabel 4.7 Hasil hubungan akseptor IUD.
dukungan suami dengan pemakaian alat
kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device) Penelitian yang sama juga dilakukan
diperoleh dari 123 orang responden yang Silvia (2018) tentang hubungan pengetahuan
tidak mendapat dukungan dari suami, ibu dan dukungan suami dengan
terdapat sebanyak 76 orang (61,8%) penggunaan kontrasepsi IUD didapatkan
reponden yang tidak menggunakan alat bahwa ada hubungan yang signifikan antara
kontrasepsi IUD. dukungan suami (p value 0,033 < 0,05)
dengan penggunaan kontrasepsi IUD.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p Penelitian lain juga dilakukan oleh Bela,
value=0,000 (p < 0,05) maka dapat Novita (2015) tentang hubungan antara
disimpulkan ada hubungan yang signifikan dukungan suami terhadap istri dengan
antara dukungan suami dengan pemakaian keputusan penggunaan alat kontrasepsi di
alat kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device). Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai Boyoali juga menyatakan ada hubungan
OR=3,571 artinya ibu yang tidak mendapat yang signifikan antara dukungan suami
dukungan dari suami memiliki peluang dengan penggunaan kontrasepsi IUD dengan
3,571 kali lebih besar tidak menggunakan nilai p value 0,011.
alat kontrasepsi IUD dibandingkan dengan
ibu yang mendapat dukungan dari suami. Peneliti berasumsi bahwa, keluarga
khususnya suami merupakan orang pertama
Suami pasangan hidup istri atau ayah yang berinteraksi dengan seseorang.
dari anak-anak, Suami mempunyai suatu Keluarga sangat berperan penting dalam
tanggung jawab yang penuh dalam suatu setiap proses kehidupan terutama peran
keluarga tersebut dan suami mempunyai
suami. Dalam penelitian ini kurangnya dari petugas kesehatan. Berdasarkan hasil
dukungan suami kepada ibu dalam penelitian Winda Wati (2016) dapat
menggunakan alat kontrasepsi IUD. Suami disimpulkan bahwa kurangnya peran bidan
merupakan salah satu faktor yang dapat dalam memberikan informasi mengenai
mempengaruhi ibu dalam pemilihan alat konseling alat kontrasepsi metode jangka
kontrasepsi, jika suami berperan aktif dan panjang, maka akan mempengaruhi
dukungannya baik dengan cara memberikan pengetahuan ibu dalam memilih alat
semangat dan dukungan kepada ibu maka kontrasepsi apa yang akan digunakan,
hal ini akan dapat memberikan motivasi karena bidan merupakan salah seorang
kepada ibu dalam menggunakan alat anggota tim kesehatan yang terdekat dengan
kontrasepsi IUD. Bentuk dukungan suami masyarakat, mempunyai peran yang sangat
yang dapat diberikan kepada ibu seperti menentukan dalam meningkatkan status
menemani ibu untuk berkonsultasi ke kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan
pelayanan kesehatan tentang penggunaan ibu.
alat kontrasepsi yang baik serta mendukung
ibu dalam memilih alat kontrasepsi yang Berdasarkan hasil penelitian yang
efektif yaitu salah satunya IUD. dilakukan oleh Yunita Marliana (2017)
tentang “hubungan pendidikan, peran
c. Hubungan Peran Petugas petugas kesehatan dan dukungan keluarga
KesehatanDengan Pemakaian Alat dengan penggunaan metode kontrasepsi
Kontrasepsi IUD pasangan usia subur usia < 20 Tahun” dari
hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian
Berdasarkan tabel 4.8 Hasil hubungan besar responden 85% mendapatkan
peran petugas kesehatan dengan pemakaian informasi dari petugas kesehatan yaitu bidan
alat kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device) atau dokter dan dari hasil penelitian juga
diperoleh dari 121 orang responden yang didapatkan ada hubungan yang signifikan
tidak mendapat dukungan dari petugas antara peran petugas kesehatan dengan
kesehatan, terdapat sebanyak 68 orang penggunaan alat kontrasepsi dengan nilai p
(56,2%) reponden yang tidak menggunakan value 0,023 (p < 0,05).
alat kontrasepsi IUD.
Penelitian yang sama dilakukan oleh
Hasil uji statistik diperoleh nilai p Hadie Djauharoh (2015) tentang beberapa
value=0,043 (p < 0,05) maka dapat faktor yang berhubungan dengan
disimpulkan ada hubungan yang signifikan penggunaan metode kontrasepsi jangka
antara peran petugas kesehatan dengan panjang di Kabupaten Sidoarjo Provinsi
pemakaian alat kontrasepsi IUD (Intra Jawa Timur menyatakan bahwa ada
Uterine Device). Dari hasil analisis hubungan yang signifikan antara peran
diperoleh pula nilai OR=1,884 artinya ibu petugas kesehatan dengan penggunaan
yang tidak mendapat dukungan dari petugas metode kontrasepsi jangka panjang salah
kesehatan memiliki peluang 1,884 kali lebih satunya IUD.
besar tidak menggunakan alat kontrasepsi
IUD dibandingkan dengan ibu yang Penelitian lain juga dilakukan oleh
mendapat dukungan dari petugas kesehatan . Nilawarni (2017) tentang faktor yang
berhubungan dengan penggunaan
Menurut teori banyak faktor yang kontrasepsi IUD didapatkan bahwa peran
berhubungan dengan penggunaan petugas kesehatan berhubungan secara
kontrasepsi IUD salah satunya adalah peran
signifikan dengan penggunaan kontrasepsi
IUD dengan nilai p value 0,038 < 0,05. d. Hubungan Sikap Ibu Dengan
Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD
Peneliti berasumsi bahwa, sumber
informasi dari petugas kesehatan sangat Berdasarkan tabel 4.9 Hasil hubungan
penting untuk mendapatkan informasi dan sikap dengan pemakaian alat kontrasepsi
menambah pengetahuan apapun dalam IUD (Intra Uterine Device) diperoleh dari
bidang kesehatan salah satunya masalah alat 88 orang responden yang bersikap negatif,
kontrasepsi. Peran petugas kesehatan terdapat sebanyak 45 orang (51,1%)
mempengaruhi seseorang dalam mengambil reponden yang tidak menggunakan alat
keputusan. Dalam penelitian ini peran kontrasepsi IUD.
petugas kesehatan berhubungan dengan
pemakaian alat kontrasepsi IUD dikarenakan Hasil uji statistik diperoleh nilai p
petugas kesehatan sangat membantu dalam value=0,889 (p > 0,05) maka dapat
memilik kontrasepsi yang baik untuk disimpulkan tidak ada hubungan yang
digunakan. signifikan antara sikap dengan pemakaian
alat kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device).
Dalam penelitian ini 56,2% responden Dari hasil analisis diperoleh pula nilai
yang tidak mendapatkan dukungan dari OR=1,085 artinya ibu bersikap negatif
petugas kesehatan tidak menggunakan IUD. memiliki peluang 1,085 kali lebih besar
Dilihat dari hasil penelitian bahwa sebagian tidak menggunakan alat kontrasepsi IUD
besar responden mengatakan tidak dibandingkan dengan ibu yang bersikap
mendapatkan dukungan dari petugas positif.
kesehata. Namun kenyataannya dilapangan
petugas kesehatan selalu berupaya untuk Menurut teori Newcomb, salah
mengajak masyarak menggunakan IUD seorang ahli psikologi sosial menyatakan
seperti dengan memberikan penyuluhan, bahwa sikap merupakan kesiapan atau
tetapi ketika penyuluhan tersebut diadakan kesediaan untuk bertindak, dan bukan
banyak wanita pasangan usia subur yang merupakan pelaksanaan motif tertentu.
tidak mau mengikuti penyuluhan tersebut Dalam kata lain fungsi sikap belum
dengan berbagai alasan seperti bekerja, merupakan tindakan (reasi terbuka) atau
mengurus suami dan menjaga anak. aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi
perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup.
Sehingga ketidakikutsertaan mereka Seseorang yang besikap negatif maka akan
membuat mereka tidak mengetahui beranggapan bahwa menggunakan alat
informasi yang diberikan petugas kesehatan kontrasoepsi IUD dapat membahayakan
sehingga hal tersebut yang membuat mereka karena dapat masuk menuju jantung
beranggapan tidak mendapatkan dukungan sehingga mereka tidak mau menggunakan
dari petugas kesehatan seperti yang terlihat alat kontrasepsi tersebut (Notoatmodjo
dalam penelitian ini. Dilapangan setiap 2010).
diadakan penyuluhan tentang kontrasepsi
jarang wanita usia subur yang mau Berdasarkan hasil penelitian yang
mengikuti penyuluhan tersebut sehingga dilakukan oleh Elis (2016) tentang “Faktor-
mereka tidak mendapatkan informasi yang Faktor Yang Mempengaruhi rendahnya
memicu mereka beranggapan peran petugas cakupan KB IUD di Desa Ciwidey Wilayah
kesehatan tidak baik. Kerja Puskesmas Ciwidey” didapatkan hasil
bahwa 45,9% responden tidak menggunakan
IUD karena alasan malu dan takut Pada penelitian sikap tidak
perdarahan 71,9% dan hasil uji statistik di berhubungan dengan penggunaan
dapatkan ada hubungan antara sikap dengan kontrasepsi IUD di picu karena pada
penggunakan kontrasepsi IUD (p value = penelitian 51,1% responden yang bersikap
0,003). negatif tidak menggunakan kontrasepsi IUD,
hal ini terjadi karena pada responden yang
Penelitian lain juga dilakukan oleh bersikap negatif mayoritas mereka takut
Wandari (2017) tentang faktor yang menggunakan kontrasepsi IUD serta mereka
berhubungan dengan penggunaan beranggapan bahwa kontrasepsi IUD
kontrasepsi IUD didapatkan tidak ada tersebut dapat masuk ke dalam jantung.
hubungan sikap dengan penggunaan Sedangkan pada penelitian juga juga
kontrasepsi IUD dengan nilai p value 0,087. terdapat 49,1% responden yang tidak
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh menggunakan IUD tetapi sikapnya positif.
Nurmaida tentang hubungan pengetahuan Meskipun sikap responden positif namun
dan sikap terhadap minat wanita pasangan mereka tetap tidak mau menggunakan
usia subur dalam menggunakan kontrasepsi kontrasepsi IUD, hal ini bisa saja di
IUD. Hasil uji statistik didapatkan nilai p sebabkan oleh faktor lain misalnya
value 0,148 > 0,05 artinya tidak ada pengetahuannya yang rendah, atau mereka
hubungan yang signifikan antara sikap ibu tidak mendapatkan dukungan dari petugas
dengan penggunaan kontrasepsi IUD. kesehatan dan dari suami. Dalam penelitian
ini terlihat bahwa baik responden yang
Peneliti berasumsi bahwa, meskipun bersikap positif, maupun responden yang
dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan bersikap negatif sama-sama tidak mau
sikap dengan pemakaian kontrasepsi IUD, menggunkakan kontrasepsi IUD. Makah al
namun sikap menjadi salah satu faktor yang tersebutlah yang memicu tidak ada
mempengaruhi pemakaian alat kontrasepsi hubungan sikap dengan penggunaan
IUD. Sikap erat kaitannya dengan perikau kontrasepsi IUD dalam penelitian ini.
seseorang, seseorang yang bersikap positif
akan dapat melahirkan perilaku yang baik. KESIMPULAN
Dalam penelitian ini sebagian ibu dengan
sikap negatif tidak menggunakan alat 1. Terdapat separoh responden
kontrasepsi IUD, hal ini disebabkan karena menggunakan kontrasepsi IUD yaitu
ibu kurang memahami dan kurang tahu 50%, sedangkan 50% lainnya tidak
bahwa IUD efektif dan baik untuk menggunakan kontrasepsi IUD, 88 orang
menjarangkan dan menunda kehamilan, (44%) responden yang tingkat
selain itu ibu juga kurang mendapatkan pengetahuan nya cukup, 123 orang
informasi-informasi tentang alat kontrasepsi (61,5%) yang tidak mendapatkan
IUD dari lingkungan sekitar, sehingga ibu dukungan suami, 121 orang (60,5%) yang
menjadi bersikap negatif karena ibu tidak tidak mendapat dukungan dari petugas
banyak mengetahui hal tersebut. Ibu yang kesehatan dan 112 orang (56%) yang
bersikap negatif seperti beranggapan bahwa memiliki sikap positif.
kontrasepsi IUD membahayakan cenderung
akan menolak ketika disarankan untuk 2. Terdapat hubungan tingkat pengetahuan
menggunakan alat kontrasepsi IUD. dengan pemakaian kontrasepsi IUD
(Intra Uterine Device) dengan p value
=0,002.
pemakaian Alat Kontrasepsi IUD
3. Terdapat hubungan dukungan suami (Intra Uterine Device).
dengan pemakaian kontrasepsi IUD
(Intra Uterine Device) dengan p value 5. Bagi Peneliti Selanjutnya
=0,000 dan OR = 3,571. Diharapkan hasil penelitian ini dapat
sebagai pedoman untuk peneliti
4. Terdapat hubungan peran petugas peneliti selanjutnya dalam
kesehatan dengan pemakaian kontrasepsi mengembangkan variabel-variabel
IUD (Intra Uterine Device) dengan p baru yang mempengaruhi pemakaian
value =0,043 dan OR = 1,884. Alat Kontrasepsi IUD (Intra Uterine
Device).
5. Tidak terdapat hubungan sikap dengan
pemakaian kontrasepsi IUD (Intra DAFTAR PUSTAKA
Uterine Device) dengan p value =0,887.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
SARAN Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Rineka Cipta : Jakarta
1. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat BKKBN. 2006. Profil Perkembangan
di jadikan acuan bagi akseptor KB Pelaksanaan Program KB di
aktif di tempat penelitian dan dapat Indonesia. Jakarta :BKKBN
meningkatkan cakupan
pemakaianAlat Kontrasepsi IUD Bela, Novita. 2015. Hubungan Antara
(Intra Uterine Device) pada Dukungan Suami Terhadap Istri
akseptor KB aktif. Dengan Keputusan Penggunaan
Alat Kontrasepsi Di Wilayah Kerja
2. Bagi Stikes Al- Insyrah Puskesmas Ngemplak Boyoali.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat Naskah Publikasi
menambah wawasan pembaca
tentang Alat kontrasepsi khususnya Elis. 2016. Faktor-Faktor Yang
tentang Alat Kontrasepsi IUD (Intra Mempengaruhi rendahnya cakupan
Uterine Device)dan menjadi acuan KB IUD di Desa Ciwidey Wilayah
untuk bahan bacaan di perpustakaan Kerja Puskesmas Ciwidey. Jurnal
di STIKes Al- Insyrah Pekanbaru. Kebidanan Vol 1, No 5

3. Bagi Responden Hadie, Djauharoh. 2015. Beberapa Faktor


Menambah wawasan responden Yang Berhubungan Dengan
tentang pemakaian Alat Kontrasepsi Penggunaan Metode Kontrasepsi
IUD (Intra Uterine Device). Jangka Panjang Di Kabupaten
Sidoarjo Provinsi Jawa Timur.
4. Bagi Peneliti Naskah Publikasi
Peneliti mampu menerapkan ilmu
pengetahuan yang di dapat selama Lia Fitriani. 2015. Faktor-Faktor Yang
penelitian dan dapat menerapkan nya Mempengaruhi Pemilihan Metode
di lapangan nanti terutama tentang Kontrasepsi IUD Pada Akseptor KB
di Klinik Umum Dan Rumah
Bersalin Medika Utama Desa
Wonokupang Kecamatan indonesia/profil-kesehatan-
Balongbendo Kabupaten Sidoarjo. Indonesia-2016.pdf:
Jurnal Kebidanan : ISSN 6713 -
7612 Profil Kesehatan Indonesia. 2015.
Pelayanan Keluarga Berencana dan
Manuaba. 2014. Ilmu Kebidanan, Penyakit pemakaian kontrasepsi.
Kandungan dan KB. Jakarta : EGC http://www.depkes.go.id/resources/
download /pusdatin/profil-
Nasir, 2011. Buku Ajar Metodologi kesehatan-indonesia/profil-
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: kesehatan-Indonesia-2015.pdf
Nuha Medika
Profil Kesehatan Provinsi Riau, 2015.
Nilawarni. 2017. Faktor Yang Berhubungan Pelayanan Keluarga Berencana dan
Dengan Penggunaan Kontrasepsi pemakaian kontrasepsi.
IUD. Jurnal Kesehatan : Volume 3, http://www.depkes.go.id/
Nomor 6 resources /download
/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_20
Noviawati dan Sujiyati 2009. Panduan 15/04_Riau_2015.pdf.
Lengkap Pelayanan KB Terkini.
Yogyakarta : Nuha Medika Ratih, Dwi Arini. 2015. Hubungan Antara
Dukungan suami dan pengetahuan
Nurbaiti. 2013. Faktor-Faktor Yang ibu dengan pemilihan alat
Mempengaruhi Penggunaan Alat kontrasepsi intra uterine device
Kontrasepsi IUD Di Wilayah Kerja IUD di Puskesmas Polokarto
Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Kabupaten Sukoharo. Naskah
Pidie. Jurnal Kesehatan : Volume 8, Publikasi Diakses
Nomor 2
Riyanto, 2013. Kapita Selekta Kuisioner
Nurmaida. 2016. Hubungan Pengetahuan Pengetahuan dan Sikap dalam
Dan Sikap Terhadap Minat Wanita penelitian kesehatan. Jakarta :
Pasangan Usia Subur Dalam Salemba Medika
Menggunakan Kontrasepsi IUD.
Jurnal Kebidanan : ISSN 0189 - Singarimbun, Efendi. 1987. Metode
2130 Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES

Prawirohardjo. 2012. Buku Panduan Praktis Silvia. 2018. Hubungan Pengetahuan Ibu
Pelayanan Kontrasepsi. PT Bina Dan Dukungan Suami Dengan
Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Penggunaan Kontrasepsi IUD.
Jakarta Jurnal Kebidanan : Volume 1,
Nomor 1
Profil Kesehatan Indonesia. 2016.
Pelayanan Keluarga Berencana dan Sulistyawati, A. 2011. Pelayanan Keluarga
pemakaian kontrasepsi. Berencana. Jakarta : Selemba
http://www.depkes.go.id/resources/d Medika
ownload/ pusdatin/profil-kesehatan-
Sri, Maryani. 2012. Dukungan suami dalam Wawan, A dan Dewi, M. 2011. Teori &
pemilihan kontrasepsi angka Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
panjang di Wilayah kerja Puskesmas Perilaku Manusia. Nuha Medika :
Kecamatan Mataram Jakarta Timur. Yogyakarta
Naskah Publikasi
Wiknjosastro H. 2005. Ilmu Kebidanan.
Syaiffudin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Edisi ke 4 Cetakan ke 2. Jakarta :
Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3. Yayasan Bina Pustaka
Jakarta : EGC
Yunita, M. 2017. Hubungan
Wandari. 2017. Faktor Yang Berhubungan Pendidikan, Sumber Informasi
Dengan Penggunaan Kontrasepsi Metode Kontrasepsi Dan Dukungan
IUD Didapatkan Bahwa 52% petugas kesehatan Dengan
Responden Tidak Menggunakan Penggunaan Metode Kontrasepsi
Kontrasepsi IUD. Jurnal Kebidanan : Pasangan Usia Subur Usia < 20
ISSN 1233 - 0812 Tahun. Jurnal Kebidanan, Volume 1
Nomor 1

Anda mungkin juga menyukai