Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL

GAMBARAN ANGKA KEJADIAN DROP OUT PENGGUNAAN ALAT

KONTRASEPSI HORMONAL DI PUSKESMAS SEGEDONG, KECAMATAN

SEGEDONG, KABUPATEN MEMPAWAH, KALIMANTAN BARAT PERIODE

MARET-MEI 2021

URAI FANNY ANDRIANI

102016001

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUT KESEHATAN

DELI HUSADA - DELI TUA

MEDAN

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk di Indonesia selalu mengalami peningkatan, hingga saat ini

Indonesia masih menduduki peringkat empat di dunia dengan laju pertumbuhan mencapai

2,6 jiwa per tahun. Bila hal ini tidak segera diatasi maka 10 tahun lagi Indonesia akan

mengalami ledakan penduduk Tingkat kesejahteraan suatu bangsa ditentukan dengan

seberapa jauh gerakan Keluarga Berencana dapat diterima di masyarakat. Pertumbuhan

penduduk di Indonesia yang sangat pesat membutuhkan suatu stategi pencegahan untuk

menanggulangi ledakan penduduk, metode keluarga berencana dapat menjadi solusi

masalah tersebut. Sampai saat ini paradigma penggunaan kontrasepsi masih didominasi

oleh penggunaan kontrasepsi jenis hormonal yang lebih diminati dibandingkan

kontrasepsi non hormonal, walaupun mengingat berbagai efek samping yang dapat timbul

dalam penggunaannya1.

Progam pelayanan keluarga berencana (KB) mempunyai arti penting dalam

mewujudkan manusia Indonesia yang sejahtera, disamping program pendidikan dan

kesehatan. Kesadaran mengenai pentingnya kontrasepsi di Indonesia masih perlu

ditingkatkan untuk mencegah terjadinya peningkatan jumlah penduduk di Indonesia pada

tahun 2015. Fakta yang perlu diperhatikan adalah pola kecenderungan pemakaian

kontrasepsi dalam upaya untuk menciptakan kesejahteraan keluarga berencana salah

satunya adalah mengatur jarak kehamilan dan jarak anak yaitu melalui suatu progam KB,

dan ini menjadi tugas pemerintah serta petugas kesehatan di antaranya adalah tugas Bidan

di Indonesia. Pemakaian metode kontrasepsi suntik memperlihatkan kecenderungan

peningkatan pada beberapa kurun waktu ini.2


World Heath Organization (WHO) pada tahun 2010 menyebutkan Keluarga Berencana

(KB) merupakan sebuah tindakan yang dapat membantu keluarga atau pasangan suami

istri untuk mendapatkan objektif tertentu, seperti mengatur interval di antara kehamilan,

menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam

hubungan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. 3 Program ini bagi

pemerintah juga memiliki peran dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk yang

semakin lama semakin bertambah. Selain itu fungsi KB sendiri juga untuk memenuhi

permintaan masyarakat akan pelayanan kesehatan reproduksi (KR) yang berkualitas,

menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) serta

menanggulangi masalah kesehatan reproduksi untuk membentuk keluarga kecil

berkualitas.4

Data cakupan peserta KB aktif Contraceptive Prevalence Rate (CPR) di Indonesia

tahun 2017 mencapai 61,4%, dan angka ini merupakan pencapaian angka yang cukup

tinggi diantara negara ASEAN. Namun demikian metode yang dipakai lebih banyak

menggunakan metode jangka pendek seperti pil dan suntik. Menurut data sumber daya

kesehatan Indonesia aseptor KB yang menggunakan suntik sebesar 30,8%, pil 13,2%,

AKDR 4,8%, susuk 2,8%, tubektomi 3,1%, dan kondom 1,3%. Hal ini terkait dengan

tingginya angka putus pemakaian pada metode jangka pendek, sehingga perlu

pemantauan yang terus menerus. Disamping itu pengelolaan program KB perlu

memfokuskan sasaran pada kategori pasangan usia subur (PUS) dengan 4 terlalu (terlalu

muda, tua, sering dan banyak).5

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015, persentase peserta KB aktif

menurut metode kontrasepsi di Indonesia yaitu suntikan (47,54%), lalu pil (23,58%), IUD

(11,07%), implant (10,46%), kondom (3,15%), Metoda Operasi Wanita atau MOW

(3,52%) dan Metoda Operasi Pria atau MOP sebanyak (0,69%). Sedangkan pada peserta
KB baru, persentase metode kontrasepsi yang terbanyak digunakan yaitu suntikan

(49,67%), pil (25,14%), implan6 (10,65%), IUD (7,15%), kondom (5,68%), MOW

(1,50%) dan MOP (0,21%). Salah satu indikator keberhasilan pelayanan Keluarga

Berencana (KB) adalah persentase ketidakberlangsungan (drop out) kontrasepsi. Jika

angka drop out kontrasepsi meningkat, maka akan berakibat pada peningkatan jumlah

penduduk dikarenakan banyak kehamilan yang tidak diinginkan.6

Penggunaan alat kontrasepsi oleh akseptor sangat penting, tetapi banyak mengalami

putus pakai (drop out). Drop out merupakan ketidakberlangsungan pengguna alat

kontrasepsi yang dalam penelitian ini adalah pengguna alat kontrasepsi hormonal.

Akseptor drop out adalah akseptor yang keluar dari cara atau alat kontrasepsi.7 Hal ini

dikarenakan penggunaan alat kontrasepsi dapat berdampak buruk pada akseptor.

Berdasarkan pedoman pemberian kontrasepsi oleh American Society of Reproductive

Medicine penggunaan kontrasepsi hormonal jenis implant pada keadaan post partum akan

meningkat kan risiko mengalami tromboemboli vena sebanyak 4.29 kali, dengan angka

kejadian tromboemboli vena 40-65 per 10.000 wanita per tahun dan kejadian lanjutan

berupa emboli paru sebanyak 16 per 10000 wanita per tahun. Perbandingan keluhan

antara metode kontrasepsi hormonal dan non hormonal. Data tersebut menunjukkan

95,2% pengguna IUD melaporkan tidak ada efek samping yang bermakna. Kemudian

pada pengguna kontrasepsi jenis suntik 2,6% mengalami peningkatan berat badan, 0,8%

mengalami pendarahan, 6,1% mengalami nyeri kepala, 6,2% tidak mengalami siklus haid,

0,3% mengalami hipertensi, 0,8% mengalami mual-mual, dan 0,7% mengalami keadaan

lemas yang tidak dapat dijelaskan.8

Menurut Liwang et al.,banyak yang disarankan langsung oleh petugas kesehatan baik

dokter ataupun bidan untuk menggunakan kontrasepsi tertentu bagi beberapa wanita yang

menggunakan kontrasepsi.1 Hal tersebut misalnya saja seperti wanita yang melahirkan
secara normal kemudian disarankan untuk menggunakan IUD agar tidak mengganggu

proses menyusui dan rahimnya cocok untuk dipasang IUD, wanita yang rahimnya tidak

cocok untuk IUD kemudian disarankan untuk menggunakan KB suntik, wanita yang

kehamilan pertamanya menggunakan PIL KB atas keinginannya sendiri dan kemudian

mengalami menstruasi tidak teratur akhirnya disarankan untuk menggunakan IUD atau

KB Suntik, wanita yang sudah lanjut usia dan atau memiliki anak lebih dari 2 disarankan

untuk MOW atau steril.1 Beberapa wanita yang menggunakan jenis kontrasepsi diluar

dari yang disarankan oleh petugas kesehatan adalah sebagian besar oleh karena keinginan

sendiri, seperti wanita yang seharusnya bisa menggunakan IUD dan rahimnya cocok

namun memilih KB suntik oleh karena takut menggunakan IUD dan merasa nyaman

dengan KB suntik. Wanita memilih menggunakan Pil KB oleh karena takut akan

pemasangan IUD dan Suntik. Terdapat beberapa wanita yang mengganti PIL KB menjadi

KB suntik oleh karena menstruasi serta proses menyusuinya sering terggangu bahkan

berat badannya dirasakan makin bertambah berat akibat penggunaan PIL KB. Hal

tersebut sesuai dengan kerugian dari penggunaan kontrasepsi hormonal itu sendiri,

dimana progesteron akan menyebabkan efek samping ringan berupa perdarahan yang

tidak teratur, bertambahnya berat badan, keputihan, jerawat dan kebotakan.9

Dengan tingginya jumlah peserta KB suntik yang drop out dikhawatirkan akan terus

mengalami kenaikan pada periode selanjutnya jika tidak segera diperbaiki, sehingga perlu

ada upaya dalam mensukseskan program KB dengan memberikan pelayanan KB yang

bermutu dan sesuai kebutuhan.10 Sebagai tenaga kesehatan berkewajiban untuk

memberikan konseling dan penyuluhan tentang KB setiap akseptor melakukan kunjungan

ulang agar akseptor lebih mantap dalam penggunaan dan tidak mengalami pemberhentian

(drop out). Sehingga kejadian drop outpeserta KB suntik dapat dicegah.11


Berdasarkan uraian-uraian pada latar belakang di atas, maka penulis ingin melakukan

penelitian dengan judul “Gambaran Angka Kejadian Drop Out Penggunaan Alat

Kontrasepsi Hormonal di Puskesmas Segedong, Kecamatan Segedong, Kabupaten

Mempawah, Kalimantan Barat Periode Maret-Mei 2021”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dirumuskan masalah penelitian adalah:

Bagaimanakah angka kejadian drop out pengguna alat kontrasepsi hormonal di

Puskesmas Segedong, Kecamatan Segedong, Kabupaten Mempawah, Pontianak Periode

Maret-Mei 2021?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui angka kejadian drop out pengguna alat kontrasepsi hormonal

di Puskesmas Segedong, Kecamatan Segedong, Kabupaten Mempawah, Pontianak

Periode Maret-Mei 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui angka kejadian drop out pengguna alat kontrasepsi hormonal di

Puskesmas Segedong, Kecamatan Segedong, Kabupaten Mempawah, Pontianak

Periode Maret-Mei 2021.

b. Mengetahui usia, pendidikan, pekerjaan, dan paritas pengguna alat kontrasepsi

hormonal di Puskesmas Segedong, Kecamatan Segedong, Kabupaten Mempawah,

Pontianak Periode Maret-Mei 2021.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat di Segedong, yaitu sebagai bahan informasi untuk masyarakat di

Segedong dalam penggunaan alat kontrasepsi hormonal.


2. Bagi institusi kesehatan di Kecamatan Segedong, Kabupaten Mempawah, Pontianak,

penelitian ini dapat menjadi masukan yang berarti kepada pihak institusi kesehatan di

Kecamatan Segedong, Kabupaten Mempawah, Pontianak sebagai upaya bersama

untuk menurunkan angka kejadian drop out pengguna alat kontrasepsi hormonal di

Puskesmas Segedong.

3. Bagi Institut Kesehatan Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Deli Tua Deli

Husada, yaitu sebagai informasi tentang angka kejadian drop out pengguna alat

kontrasepsi hormonal di Puskesmas Segedong, Kecamatan Segedong, Kabupaten

Mempawah, Pontianak Periode Maret-Mei 2021yang dapat dimanfaatkan oleh

institusi sebagai bahan ajar kepada mahasiswa.

4. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai wadah untuk pengembangan

pengetahuan dan keilmuan kesehatan masyarakat.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dalam bentuk pernyataan yang akan diuji

kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

 Faktor demografi responden pengguna alat kontrasepsi hormonal (usia,

pendidikan, pekerjaan, paritas) yang drop out di Puskesmas Segedong,

Kecamatan Segedong, Kabupaten Mempawah, Pontianak sangat beraneka ragam.

 Alasan responden pengguna alat kontrasepsi hormonal yang drop out di

Puskesmas Segedong, Kecamatan Segedong, Kabupaten Mempawah, Pontianak

didominasi karena ingin hamil.

 Alasan responden pengguna alat kontrasepsi hormonal yang drop out di

Puskesmas Segedong, Kecamatan Segedong, Kabupaten Mempawah, Pontianak

sangat beraneka ragam.


F. Keaslian Penelitian

Hasil penelitian yang terkait dengan penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


No. Nama, Tahun, dan Judul Metode Hasil Persamaan dan
Penelitian Perbedaan
1 Liwang1 et al., berjudul Penelitian ini Penggunaan Adapun
“Gambaran penggunaan menggunakan kontrasepsi persamaannya adalah
kontrasepsi hormonal dan rancangan cross- hormonal masih pada kontrasepsi
non hormonal di wilayah sectional mendominasi di hormonal dan sama-
kerja UPT Puskesmas deskriptif, subjek wilayah kerja UPT sama menggunakan
Tampak Siring 1” penelitian Puskesmas Tampak jenis penelitian
didapatkan Siring 1, selain itu deskriptif kuantitatif,
melalui metode alasan penggunaan sedangkan perbedaan
consecutive door kontrasepsi terletak pada variabel
to door sampling hormonal sebagian drop out kontrasepsi
pada wanita di besar masih pada hormonal, jenis data
Desa Tampak kemudahan primer, jumlah
Siring, dengan penggunaan, bukan sampel, serta lokasi
basis dari profil jenis penelitian yang
pengumpulan kontrasepsi dan berbeda.
data melalui berbagai macam
kuesioner. Alat efek samping yang
analisa Distribusi ditimbulkannya
Frekuensi dan
Chi-Square.
2. Nurjannah & Euis12 Jenis penelitian Tidak terdapat Adapun
berjudul “Determinan analitik hubungan antara persamaannya adalah
Kejadian Drop Out observasional determinan internal pada drop out
Penggunaan Kontrasepsi dengan desain yaitu umur, penggunaan
pada Pasangan Usia Subur kasus kontrol. pendidikan, kontrasepsi dan
(PUS) di Kabupaten Populasi dalam pekerjaan, sama-sama
Kuningan” penelitian ini pendapatan dengan menggunakan jenis
adalah semua pada Pasangan Usia penelitian deskriptif
Pasangan Usia Subur (PUS) kuantitatif,
Subur (PUS) dengan kejadian sedangkan perbedaan
yang terdata di drop out KB di terletak pada variabel
BKKBPP Kabupaten kontrasepsi
Kabupaten Kuningan, terdapat hormonal, jenis data
Kuningan. Jenis hubungan primer, jumlah
pengambilan determinan internal sampel, serta lokasi
data yaitu yaitu paritas pada penelitian yang
purposive PUS dengan berbeda.
sampling. Alat kejadian drop out
analisa Distribusi KB di Kabupaten
Frekuensi dan Kuningan, tidak
Chi-Square. terdapat hubungan
antara determinan
eksternal yaitu jenis
pelayanan,
pengetahuan,
konseling KB dan
kualitas layanan
kesehatan pada
PUS dengan
kejadian drop out
KB di Kabupaten
Kuningan dan
terdapat hubungan
determinan
eksternal, yaitu
metode kontrasepsi
pada PUS dengan
kejadian drop out
KB di Kabupaten
Kuningan.
3 Christiarini et al., 13 Jenis penelitian Kejadian drop out Adapun
berjudul “Kejadian Drop yang digunakan kontrasepsi lebih persamaannya adalah
Out Alat Kontrasepsi adalah banyak dialami pada drop out alat
Hormonal Pada Wanita explanatory oleh wanita PUS kontrasepsi hormonal
Pasangan Usia Subur di research dengan yang berada pada dan sama-sama
Wilayah pendekatan cross usia reproduksi menggunakan jenis
Kecamatan Semarang sectional study. tidak sehat, penelitian deskriptif
Timur Kota Semarang Instrumen yang memiliki tingkat kuantitatif,
Tahun 2018”. digunakan dalam pendidikan lanjut, sedangkan perbedaan
penelitian ini tidak bekerja, terletak jenis data
adalah kuesioner. memiliki primer, jumlah
Karakteristik pengetahuan baik sampel, serta lokasi
wanita PUS dan paritas rendah. penelitian yang
sebagai variabel Meskipun tingkat berbeda
bebas dan pengetahuan
kejadian drop tergolong baik
out kontrasepsi namun masih ada
sebagai variabel wanita PUS yang
terikat. Populasi belum mengetahui
penelitian ini dengan baik
merupakan mengenaik
wanita PUS yang kelebihan dan efek
berhenti samping
menggunakan kontrasepsi.
kontrasepsi Terdapat hubungan
sebanyak 1065 antara usia dan
akseptor. pengetahuan wanita
Sedangkan untuk PUS dengan
sampel kejadian drop out
penelitian dipilih kontrasepsi
dengan metode hormonal.
simple random
sampling dengan
cara
menggunakan
undian.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Alat Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi atau pertemuan antara sel

telur (ovum) istri dengan sel mani (spermatozoa) suami pada saluran telur. Syarat-syarat yang

harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi adalah aman pemakaiannya dan dapat

dipercaya, efek samping yang merugikan tidak ada, lama kerjanya dapat diatur menurut

keinginan, tidak mengganggu persetubuhan, cara penggunaanya sederhana, harganya murah

dan dapat diterima oleh pasangan suami istri.14

Menurut Mansjoer (2012) tujuan penggunaan alat kontrasepsi adalah: a. Menunda

kehamilan bagi pasangan dengan istri berusia di bawah 20 tahun. b. Menjarangkan kehamilan

(mengatur kesuburan), masa yang paling baik untuk melahirkan 2 anak dengan jarak

kelahiran 3-4 tahun bagi istri yang berusia 2030 tahun. c. Mengakhiri kesuburan (tidak ingin

hamil lagi) sangat dianjurkan bagi istri usia diatas 30 tahun setelah mempunyai 2 anak.15

Menurut Hartanto syarat metode kontrasepsi yang baik adalah Aman/tidak berbahaya,

dapat diandalkan, sederhana, mudah, dapat diterima orang banyak dan pemakaian jangka

lama.16 Metode kontrasepsi sendiri terbagi menjadi dua metode yaitu (i) metode sederhana;

suatu metode kontrasepsi yang biasa dilakukan tanpa alat (metode kalender, metode suhu

basal, metode lendir serviks dan metode Simpto Termal) dan dengan alat (kondom,

diafragma, kap servik dan spons) sedangkan (ii) metode modern ; meliputi metode

kontrasepsi hormonal (Pil, Suntik, Implant), IUD dan Kontrasepsi Mantap baik untuk wanita

(Tubektomi) ataupun untuk pria (Vasektomi). Kebanyakan kontrasepsi hormonal


mengandung estrogen dan gestagen sintetik tetapi ada juga kontrasepsi hormonal yang

mengandung estrogen saja.17

2. Kontrasepsi Hormonal

Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah

terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan

progesterone. Di Bawah pengaruh hipotalamus, hipofisis mengeluarkan hormon gonadotropin

Follicle Stimulating Hormone (FSH), Luteinizing Hormone (LH). Hormon-hormon ini dapat

merangsang ovarium untuk membuat estrogen dan progesteron. Dua hormon yang terakhir ini

menumbuhkan endometrium pada waktu daur haid, dalam keseimbangan yang tertentu

menyebabkan ovulasi, dan penurunan kadarnya mengakibatkan desintegrasi endometrium

dan haid. Penyelidikan lebih lanjut menunjukkan bahwa baik estrogen maupun progesteron

dapat mencegah ovulasi. Pengetahuan ini menjadi dasar untuk menggunakan kombinasi

estrogen dan progesteron sebagai cara kontrasepsi dengan jalan mencegah terjadinya ovulasi.9

Kontrasepsi hormonal terbagi menjadi tiga berdasarkan cara penggunaannya, sebagai berikut;

(i) Kontrasepsi Oral/Pil; yang mengandung steroid sintetik sebagai pengganti hormone

estrogen dan progesteron alamiah. Ada 2 jenis progesteron sintetik yang dipakai, yaitu yang

berasal dari 19 nortestosteron, dan yang berasal dari 17 alfa-asetoksi-progesteron, adapun

yang berasal dari 17 alfa asetoksi-progesteron akhir-akhir ini di Amerika Serikat tidak

dipergunakan lagi untuk kontrasepsi oleh karena pada binatang percobaan (Anjing) pil yang

mengandung zat ini, bila dipergunakan dalam waktu yang lama, dapat menimbulkan tumor

mammae. Derivate dari 19 nortestosteron yang sekarang banyak dipergunakan untuk pil

kontrasepsi ialah Noretinodrel, Norethindrone Asetat, Etinodiol Diasetat, dan Norgestrel.9


Kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen dan progestin yang akan bekerja untuk

menghambat produksi hormon yang dapat mencegah kehamilan. Kontrasepsi pil akan bekerja

untuk mengubah semua siklus hormon dalam tubuh seperti mengubah lendir pada mulut

rahim yang dapat mencegah sperma masuk ke saluran telur, sehingga tidak akan bisa

menghasilkan embrio serta mengubah sistem lapisan rahim yang bisa mempersulit sel telur.9

(ii) Kontrasepsi suntik;alat atau obat yang digunakan untuk menghindari atau mencegah

terjadinya kehamilan akibat pertemuan sel telur yang matang dan sel sperma, dalam bentuk

cairan yang mengandung Depo Medroxyprogesteron Asetat dan Norethindrone enanthate

yang diinjeksi ke dalam tubuh dalam jangka waktu tertentu.9 Kontrasepsi suntik banyak

digunakan di negara-negara berkembang. Kontrasepsi suntik bekerja mengentalkan lendir

rahim sehingga sulit untuk ditembus oleh sperma untuk pembuahan. Jenis kontrasepsi ini

juga mencegah sel telur menempel ke dinding rahim, sehingga proses kehamilan dapat

dicegah.9

(iii) implant/susuk; alat kontrasepsi hormonal yang dilakukan dengan menyisipkan

sebuah implant yang mengandung hormon progestin ke lengan atas. Kontrasepsi implant

sering disebut kontrasepsi susuk karena cara pemasangannya yang mirip seperti pemasangan

susuk kecantikan. Jenis kontrasepsi ini dikenal cukup efektif dalam mencegah terjadinya

kehamilan. Satu kali dipasang, maka akan membuat ibu terjaga dan bebas dari kehamilan.

Kontrasepsi implant terdiri dari: 1) Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga

dengan panjang 3,4 cm diameter 4,4mm berisi 36 mg levonorgestrel dan lama kerja 5 tahun.

2) Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang ±40 mm dan diameter 2

mm, berisi 68 mg 3 keto desogestrel dan lama kerja 3 tahun. 3) Jadena dan indoplant, terdiri

dari 2 batang berisi 75 mg levonorgestrel al dengan lama kerja 3 tahun. 9


3. Drop Out Kontrasepsi

Drop out (ketidaklangsungan pemakaian kontrasepsi) adalah akseptor yang

menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari tiga bulan.2 Menurut Dinas Kesehatan

Indonesia tahun 2010, Drop out KB adalah akseptor KB yang tidak menggunakan alat

kontrasepsi lagi dengan alasan apapun setelah periode pemakaian tertentu. 18 BKKBN (2016)

menyebutkan sekitar 20,7% peserta KB berhenti menggunakan alat kontrasepsi setelah 12

bulan pemakaian dengan alasan karena kegagalan (2,1%), ingin hamil (4,8%), ganti alat/cara

KB lain (9,0%) dan (4,8%) karena alasan lain (harga mahal, jarang kumpul, atau kesulitan

mendapat yang diinginkan) sedangkan peserta KB yang drop out setelah 5 tahun, pemakai

mengemukakan alasan utama karena ingin hamil (34%), efek samping (14,4%) masalah

kesehatan (10,1%), kegagalan (10,0%), dan ingin cara lebih efektif (7,9%). Berdasar metode

atau alat KB yang dipakai, angka drop out tertinggi terjadi pada kondom (38,8%), pil

(31,9%), suntikan (18,4%), dan IUD (8,9%).2

Jumlah kejadian drop out KB di Indonesia mengalami peningkatan, dari 11,46% pada

tahun 2008 meningkat menjadi 15,09% pada tahun 2012 (BKKBN, 2012). Sampai saat ini,

angka drop out kontrasepsi masih dinyatakan tinggi. Meskipun sudah mengalami penurunan

sampai 25%, namun angka ini belum memuaskan dari angka idealnya yang berada di bawah

20%.19

Proporsi persentase angka berhenti pakai kontrasepsi wanita usia 10–49 tahun di

Indonesia sebesar 32% atau hampir sepertiga dari akseptor memutuskan berhenti pakai

berbagai cara/alat kontrasepsi.20 Dalam Rapat Kerja Nasional tahun 2012, BKKBN

menyatakan ada dua permasalahan pada program KB, yaitu angka kependudukan yang masih

tinggi, serta akses dan kualitas pelayanan KB yang belum optimal sehingga berdampak pada
tingginya angka kegagalan dan drop out peserta KB.21 Salah satu ukuran dari kualitas

pemakaian adalah angka putus pakai kontrasepsi. Tingkat putus pakai kontrasepsi lebih

banyak terjadi pada pemakaian pil dan kondom sedangkan penghentian kontrasepsi lebih

banyak terjadi karena efek samping yang banyak ditemukan pada pemakai kontrasepsi

hormonal, dan alasan kegagalan alat atau obat serta motivasi rendah banyak ditemukan pada

pemakai kontrasepsi non-hormonal. Alasan-alasan lain yang seringkali menjadi digunakan

akseptor seperti sudah tidak memerlukan KB karena ingin punya anak. (BKKBN, 2009).20-22

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Drop Out Kontrasepsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi drop out kontrasepsi menurut berbagai sumber

dari berbagai literatur yang berhubungan, berikut adalah beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi drop out kontrasepsi (16,18,22-24):

a. Usia.

Umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat ia akan berulang tahun.

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih

dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai

akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Periode usia istri antara 20-30 tahun

merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan dengan jumlah anak 2 orang dan jarak

kelahiran antara 2-4 tahun.16 Untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia

muda dan melahirkan pada usia yang terlalu tua perlu dibuat suatu perencanaan keluarga

menuju keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

b. Pendidikan.

Bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju

ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin
mudah dalam menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang

dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap

seseorang terhadap nilai-nilai yang baru dikenal.

Menurut Mc Carthy & Maine dalam Putri tingkat pendidikan akan berpengaruh

terhadap tingkat pengetahuan dan perilaku dalam memelihara kesehatan termasuk dalam KB.

Pengaruh pendidikan terutama terhadap penggunaan alat kontrasepsi dalam KB. Menurut Mc

Carthy & Maine dalam Putri pendidikan wanita berpengaruh positif terhadap penggunaan alat

kontrasepsi untuk KB. pemakaian alat kontrasepsi meningkat sejalan dengan tingkat

pendidikan dan tingkat pendidikan yang dimiliki mempunyai pengaruh yang kuat pada

perilaku reproduksi dan penggunaan alat kontrasepsi.23

c. Pekerjaan.

Serangkaian tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan atau diselesaikan oleh

seseorang sesuai dengan jabatan atau profesi masing-masing. Status pekerjaan yang rendah

sering mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Pekerjaan biasanya sebagai simbol

status sosial di masyarakat. Masyarakat akan memandang seseorang dengan penuh

penghormatan apabila pekerjaannya sudah pegawai negeri atau pejabat di pemerintahan.

Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan, status sosial ekonomi,

pendidikan, status sosial ekonomi, risiko cedera, atau masalah kesehatan dalam suatu

kelompok populasi. Penyakit, kondisi atau gangguan tertentu dapat terjadi dalam suatu

pekerjaan.24

d. Paritas

Menurut BKKBN (2009) paritas adalah banyaknya anak lahir hidup oleh seorang

wanita. 22
Tingkat paritas sangat erat hubungannya dengan kesehatan, terutama kesehatan ibu

dan anak. Secara ekonomi jumlah anak yang sedikit berarti mengurangi beban keluarga,
setidaknya beban ekonomi keluarga lebih ringan dibandingkan bila mereka memiliki anak

yang lebih banyak. Salah satu yang mendorong seseorang untuk memutuskan menggunakan

kontrasepsi apabila dirinya merasa anak lahir hidup dan anak yang masih hidup sudah

mencukupi jumlah yang diinginkannya.18

Di Indonesia sendiri, didapatkan bahwa mereka tidak menjadi akseptor KB atau tidak

mau melanjutkan pemakaian KB terikat dengan faktor predisposisi seperti tingkat

pendidikan, persepsi mengenai metode kontrasepsi, psikososial yaitu ada orang lain atau

peraturan yang melarang wanita menggunakan KB, akses pelayanan KB sulit terjangkau,

perlu persetujuan suami, pelayanan KB yang buruk seperti tenaga medis kurang ramah, stok

obat sering habis, ruang pemeriksaan tidak nyaman, sering muncul efek samping merupakan

faktor prediktor seorang wanita menjadi akseptor KB. Pada penelitian sebelumnya, hanya

didapatkan bahwa dukungan suami, efek samping, pengetahuan dan pendidikan akseptor

termasuk dalam faktor yang berhubungan dengan kejadian drop out kontrasepsi.25-27

B. Kerangka Teori

Alat Kontrasepsi Kontrasepsi Drop out


- Metode Sederhana Hormonal Kontrasepsi
- Metode Modern - Kontrasepsi
Gambar 2.1. Kerangka Teori
- Kontrasepsi Hormonal Oral/Pil
- Kontrasepsi Suntik
Sumber : Dimodifikasi dari Mochtar 14; Sarwono 9; BKKBN 22
- Implant.

C. Kerangka Konsep Faktor-faktor:


Tujuan : 1. Usia,
- Menunda kehamilan 2. Pendidikan,
Drop Out Kontrasepsi Hormonal 3. Pekerjaan.
- Menjarangkan Faktor-faktor:
- Kontrasepsi Oral/Pil
kehamilan - Efek samping 4. Paritas
- Kontrasepsi Suntik
- Mengakhiri kesuburan - Penggunaan - Implant.

Alasan drop out:2 Lama waktu drop Faktor-faktor:


1. kegagalan out Kontrasepsi 1. Usia,
2. ingin hamil Hormonal 2. Pendidikan,
3. ganti alat/cara KB 3. Pekerjaan.
lain 4. Paritas
4. harga mahal
5. Sulit Didapatkan
6. ingin hamil
7. ingin cara lebih
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional.

Menurut Notoatmoj, deskriptif adalah suatu metodologi penelitian yang mencoba menggali

bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi dan cross sectional adalah penelitian

untuk mempelajari dinamika variabel dalam bentuk korelasi atau deskriptif dengan cara

pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time

approach). 28

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Segedong. Penelitian ini direncanakan

akan dilakukan pada Maret-Mei 2021.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.29 Populasi pada penelitian ini adalah
semua kejadian drop out pengguna alat kontrasepsi hormonal di Puskesmas

Segedong, Kecamatan Segedong, Kabupaten Mempawah, Pontianak Periode Maret-

Mei 2021.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian populasi atau wakil populasi yang diteliti. 30. Sampel pada

penelitian ini adalah sebagian kejadian drop out pengguna alat kontrasepsi hormonal di

Puskesmas Segedong, Kecamatan Segedong, Kabupaten Mempawah, Pontianak Periode

Maret-Mei 2021.

3. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling

(pengambilan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu). 31Alasan purposive sampling

karena tidak semua anggota populasi memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel penelitian.

Metode pengambilan sampel yang ditetapkan oleh peneliti adalah untuk mengendalikan

variabel pengganggu yang dapat mempengaruhi variabel penelitian. Sehingga kriteria inklusi

sampel dari penelitian ini adalah:

a. Akseptor pengguna kontrasepsi hormonal

Sedangkan kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah:

b. Akseptor kontrasepsi selain hormonal

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling . untuk jumlah sampel

minimum dapat diketahui dengan perhitungan rumus dibawah ini ;


= 96,04 = 97 Sampel

Ket;

 N = Jumlah sampel minimum

 Zα = Nilai Z pada tabel sesuai nilai α = 0.05 (5%)didapatkan Za=1.96

 P = Proporsi penyakit/masalah yang diteliti

 Q=1–P

 d = Presisi (tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki)

Dikarenakan belum adanya penelitian yang menerangkan jumlah akseptor KB di

puskesmas Segedong ataupun puskesmas lain yang berada di wilayah Kecamatan Segedong,

Kabupaten Mempawah, Pontianak. Maka, peneliti mengambil perkiraan maksimal dengan

menetapkan nilai P = 0.5 (50%). Sehingga nilai Q = 1 – 0.5 = 0.5 dan didapatkan jumlah

minimal sampel yaitu 97 sampel.

D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel

 Variabel Terikat ; kontrasepsi hormonal

 Variabel Bebas; kejadian drop out

2. Definisi Operasional Variabel

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala

Kejadian Jumlah angka atau Kuisioner - Baru Pertama Kali Nominal

drop out persentase kejadian Memakai KB

pengguna ketidakberlangsungan
- Pernah Memakai KB,
alat (drop out) pengguna
Namun Berhenti.
kontrasepsi alat kontrasepsi

hormonal hormonal.

Lama Jangka waktu Kuisioner ……Tahun (responden ordinal


waktu
akseptor memakai mengisi sendiri)
memakai
KB Hormonal
kontrasepsi
Hormonal pertama kali

Lama Jangka waktu Kuisioner ……Tahun (responden ordinal


waktu drop
akseptor berhenti mengisi sendiri)
out
memakai KB
kontrasepsi
Hormonal Hormonal

Jenis KB alat atau obat Kuisioner -Implant Nominal

hormonal kontrasepsi untuk


-Suntikan
terakhir mencegah kehamilan
-Pil
dimana mengandung

preparat estrogen dan

progesterone.

Usia Umur akseptor saat Kuisioner - Usia Reproduktif (20- Nominal


menggunakan 35 tahun)

kontrasepsi homonal
- Usia Risiko (< 20 dan

> 35 tahun)

Pendidikan Pendidikan terakhir Kuisioner -Tidak Tamat SD Nominal

yang pernah atau


-Tamat SD
berhasil ditempuh
-Tamat SMP
akseptor dan

pasangannya -Tamat SMA

-Tamat Perguruan

Tinggi

Pekerjaan Aktivitas utama yang Kuisioner -Pegawai Nominal

dilakukan akseptor Pemerintahan

dan pasangannya
-Pegawai Swasta
untuk memenuhi
-Petani
kebutuhan hidupnya.

-Nelayan

-Tidak Bekerja

-Lain-Lain

Paritas Jumlah Kehamilan Kuisioner - Belum Pernah Nominal

yang diakhiri dengan Melahirkan

kelahiran janin hidup


- Primipara
- Multiipara

- Grandemultipara

Gravida Jumlah seluruh Kuisioner - Belum Pernah Hamil Nominal

kehamilan yang
- Primigravida
dialami akseptor
- Multigravida

- Grandemultigravida

Abortus Jumlah Kelahiran Kuisione ……kali (responden Nominal


r
yang diakhiri dengan mengisi sendiri)

aborsi spontan atau

terinduksi dengan

usia kehamilan

<20minggu;BB <

500gr.

Jenis perbedaan biologis Kuisioner -Pria Nominal

kelamin antara pria dan


-Wanita
anak wanita sejak lahir.

Usia Hasil pengukuran Kuisioner  Bayi (infants): Nominal


0-1 tahun
terkecil berupa tahun.

anak Dihitung dari ulang  Anak-anak


(children): 2-10
tahun terakhir anak
tahun
terkecil dari akseptor.
 Remaja
(adolescents):
11-19 tahun

 Dewasa (adult):
20-60 tahun

Alasan Alasan yang Kuisioner  Kegagalan Nominal

Drop Out mendasari akseptor  Ingin hamil


 Ganti alat/cara
Kontraseps dalam membuat
kb lain
i Hormonal keputusan untuk  Harga mahal
berhenti memakai  Sulit
didapatkan
kontrasepsi
 Ingin hamil
hormonal.
 Dll

E. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini hanya menggunakan data sekunder. Data sekunder

(data yang dihasilkan oleh pihak lain), yaitu berupa data mengenai demografi responden

(usia, pendidikan, pekerjaan, paritas) dan angka kejadian drop out pengguna alat kontrasepsi

hormonal yang diperoleh dari Puskesmas Segedong, Kecamatan Segedong, Kabupaten

Mempawah, Pontianak Periode Maret-Mei 2021.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan data 22.

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuisioner tentang angka kejadian drop

out pengguna alat kontrasepsi hormonal di Puskesmas Segedong, Kecamatan Segedong,

Kabupaten Mempawah, Pontianak Periode Maret-Mei 2021 yang dibuat oleh peneliti sendiri
berdasarkan data kartu status peserta KB Puskesmas Segedong dan referensi sumber dari

BKKBN (2016).2

G. Metode Analisa Data

1. Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul dari kegiatan pengumpulan data kemudian diolah. Pengolahan

data pada penelitian ini sebagai berikut:

a. Editing

Peneliti melakukan pemeriksaan jawaban atau pengisian kuesioner yang telah dijawab

atau diisi oleh responden tidak ada yang kosong, salah atau meragukan.

b. Coding

Peneliti memberikan kode pada data yang telah terkumpul berupa huruf atau angka.

c. Scoring

Peneliti memberikan skor pada data yang telah terkumpul berupa angka yang

memiliki tingkatan. Scoring ini hanya dilakukan pada variabel angka kejadian drop out

pengguna alat kontrasepsi hormonal dengan skala tertentu, yaitu Guthman (0 dan 1). Contoh

scoring, jika menjawab “Drop Out” diberi kode 1, sedangkan jika “Tidak Drop Out” diberi

kode 0.

d. Tabulating

Peneliti memasukkan semua data ke dalam tabel.

e. Cleaning

Peneliti melaksanakan pengolahan data menggunakan komputer dan kemudian

melakukan analisa data dalam Bab IV serta kesimpulan Bab V.


2. Analisa Data

Analisa univariat, yaitu menganalisa tiap-tiap variabel penelitian yang ada secara deskriptif

dengan menghitung distribusi frekuensi dan persentase dari variabel penelitian (kejadian

drop out pengguna alat kontrasepsi hormonal).

H. Tahap Penelitian

Tahap pelaksanaan penelitian dan persiapan hingga akhir penelitian adalah meliputi:

1. Tahap Persiapan

a. Mengurus surat izin penelitian setelah mendapat persetujuan dan pengesahan usulan

penelitian dari pembimbing.

b. Melaksanakan survei ke lokasi penelitian setelah memperoleh izin penelitian yang

diberikan oleh Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Deli Tua Deli Husada.

2. Tahap pelaksanaan

a. Mengurus surat penelitian ke Bagi Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Deli

Tua Deli Husada setelah itu ke BAPPEDA Jakarta untuk meminta izin penelitian.

b. Melaksanakan penelitian Puskesmas Segedong, Kecamatan Segedong, Kabupaten

Mempawah, Pontianak dengan melakukan pengambilan data.

d. Melaksanakan olah data dan menyusun laporan penelitian di bawah arahan pembimbing.

e. Mempertanggung jawabkan hasil penelitian di depan dewan penguji.

3. Tahap Akhir

Memberikan hasil pelaksanaan penelitian kepada:


a. Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Deli Tua

Deli Husada.

I. Etika Penelitian

Penelitian ini menggunakan orang sebagai subjek, maka peneliti akan menggunakan

etika penelitian meliputi:

1. Surat permohonan responden

Peneliti akan membuat surat pernyataan yang berisi penjelasan tentang penelitian

meliputi topik penelitian, tujuan penelitian serta ketentuan-ketentuan untuk menjadi

responden.

2. Lembar persetujuan (informed consent)

Lembar persetujuan akan diberikan kepada responden yang akan diteliti, peneliti akan

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan serta dampak yang mungkin

terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti

tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.

3. Tanpa nama (anomity)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, maka peneliti tidak mencantumkan nama responden

pada lembar kuesioner cukup dengan menggunakan kode angka.

4. Kerahasiaan (confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijaga kerahasiaannya

oleh peneliti.
DAFTAR PUSTAKA

1. Liwang F, Bhargah A, Kusuma IH, Prathiwindya GG, Putra IG, Ani LS. Gambaran
penggunaan kontrasepsi hormonal dan non hormonal di wilayah kerja UPT
Puskesmas Tampak Siring. Intisari Sains Medis. 2018;9(3):41-6.

2. BKKBN. Laporan BKKBN Tahun 2015. Jakarta: BKKB.2016

3. WHO. Use of Contraception. The World Health Report. 2010. Yuhedi,

4. Taufika L, Kurniawati T. Kependudukan & Pelayanan KB. Jakarta : EGC. 2013

5. Kementrian Kesehatan RI.  Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: KEMENKES


RI. 2018.

6. Kementerian Kesehatan RI. Rencana Aksi Nasional Pelayanan Keluarga Berencana


2014-2015. Jakarta: KEMENKES RI. 2013

7. Sofian, Amru. Rustam Mocthar Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif, Obstetri Sosial.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC. 2013.

8. Ware, RS. Hormonal Contraception and Thrombosis. Fertility Sterility. 2016;1(2):1-


12.

9. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka. 2014

10. Handayani, Sri. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka
Rihanna. 2011.

11. Saifuddin, Bari A. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2010.

12. Nurjannah SN & Susanti E. Determinan Kejadian Drop Out Penggunaan Kontrasepsi
pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Kuningan. Jurnal Ilmu-ilmu
Kesehatan Bhakti Husada Kuningan. 2017;6(2):1-9.
13. Christiarini, Christiarini K, Cahya Tri Purnami, Djoko Nugroho, & Farid
Agushybana. Kejadian Drop Out Alat Kontrasepsi Hormonal Pada Wanita Pasangan
Usia Subur di Wilayah Kecamatan Semarang Timur Kota Semarang Tahun 2018.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal). 2020;8(2):67-74.

14. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta:
EGC. 2012.

15. Mansjoer, M Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius. 2012

16. Hartanto, Hanafi. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan. 2013.

17. Baziad, Ali. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2013.

18. BKKBN. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2010.

19. Widyawati SA, Siswanto Y, Najib N. Determinan Kejadian Berhenti Pakai (Drop
Out) Alat Kontrasepsi. HIGEIA (Journal of Public Health Research and
Development). 2020 Mar 17;4(1):122-32.

20. Lely I. Determinan Kejadian Berhenti Pakai (Drop Out) Kontrasepsi Di Indonesia
(Analisa Sekunder Data Riskesdas 2010)(Discontinuation Of Contraceptives In
Indonesia, Secondary Analysis Data Of Basic Health Resesarch 2010). jurnal. Pusat
Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Litbang Kesehatan. 2010.
http://oaji.net/articles/2015/820-1432776425.pdf

21. Ariska P, Ulfa IN. Faktor Penyebab Drop Out Peserta Kb Suntik 3 Bulan Di Desa
Sidokaton Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang: Factors Cause Drop Out Of
Participants Kb Injection 3 Months In The Village Sidokaton Kudu District District
Jombang. Jurnal Ilmiah Kebidanan (Scientific Journal of Midwifery). 2016 Mar
2;2(1):20-6. https://core.ac.uk/download/pdf/233837452.pdf

22. BKKBN. Karakteristik PUS MUPAR Menurut Provinsi dan Kabupaten. Jakarta:
BKKBN. 2009.

23. Dwi PK. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, Sikap dan Terpaan Iklan
Layanan Masyarakat KB Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu di TV terhadap
Perilaku KB pada Wanita atau Pria dalam Usia Subur. Jurnal Interaksi. 2012.
24. Timmreck, Thomas C. Epidemiologi Suatu Pengantar. Jakarta: EGC. 2015.

25. Surjadi C, Santi B. Tantangan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana di


Indonesia. CDK-216. 2014;41(5):389-392.

26. Laila N. Analisa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dropout Kontrasepsi
Suntik 3 Bulan Di Puskesmas Mojo Surabaya (Doctoral Dissertation, Universitas
Airlangga).

27. Hanis M. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Drop Out Pada Akseptor Kb Di
Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis. 2013
Nov 15;3(4):68-76.

28. Notoadmojo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.

29. SugiyonoMetode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. . 2017.

30. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 2013.

31. Santoso, Singgih. Metode Penelitian. Jakarta: Elek Media Komputindo. 2017.

Anda mungkin juga menyukai