MARET-MEI 2021
102016001
INSTITUT KESEHATAN
MEDAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia masih menduduki peringkat empat di dunia dengan laju pertumbuhan mencapai
2,6 jiwa per tahun. Bila hal ini tidak segera diatasi maka 10 tahun lagi Indonesia akan
penduduk di Indonesia yang sangat pesat membutuhkan suatu stategi pencegahan untuk
masalah tersebut. Sampai saat ini paradigma penggunaan kontrasepsi masih didominasi
kontrasepsi non hormonal, walaupun mengingat berbagai efek samping yang dapat timbul
dalam penggunaannya1.
tahun 2015. Fakta yang perlu diperhatikan adalah pola kecenderungan pemakaian
satunya adalah mengatur jarak kehamilan dan jarak anak yaitu melalui suatu progam KB,
dan ini menjadi tugas pemerintah serta petugas kesehatan di antaranya adalah tugas Bidan
(KB) merupakan sebuah tindakan yang dapat membantu keluarga atau pasangan suami
istri untuk mendapatkan objektif tertentu, seperti mengatur interval di antara kehamilan,
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. 3 Program ini bagi
pemerintah juga memiliki peran dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk yang
semakin lama semakin bertambah. Selain itu fungsi KB sendiri juga untuk memenuhi
menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) serta
berkualitas.4
tahun 2017 mencapai 61,4%, dan angka ini merupakan pencapaian angka yang cukup
tinggi diantara negara ASEAN. Namun demikian metode yang dipakai lebih banyak
menggunakan metode jangka pendek seperti pil dan suntik. Menurut data sumber daya
kesehatan Indonesia aseptor KB yang menggunakan suntik sebesar 30,8%, pil 13,2%,
AKDR 4,8%, susuk 2,8%, tubektomi 3,1%, dan kondom 1,3%. Hal ini terkait dengan
tingginya angka putus pemakaian pada metode jangka pendek, sehingga perlu
memfokuskan sasaran pada kategori pasangan usia subur (PUS) dengan 4 terlalu (terlalu
menurut metode kontrasepsi di Indonesia yaitu suntikan (47,54%), lalu pil (23,58%), IUD
(11,07%), implant (10,46%), kondom (3,15%), Metoda Operasi Wanita atau MOW
(3,52%) dan Metoda Operasi Pria atau MOP sebanyak (0,69%). Sedangkan pada peserta
KB baru, persentase metode kontrasepsi yang terbanyak digunakan yaitu suntikan
(49,67%), pil (25,14%), implan6 (10,65%), IUD (7,15%), kondom (5,68%), MOW
(1,50%) dan MOP (0,21%). Salah satu indikator keberhasilan pelayanan Keluarga
angka drop out kontrasepsi meningkat, maka akan berakibat pada peningkatan jumlah
Penggunaan alat kontrasepsi oleh akseptor sangat penting, tetapi banyak mengalami
putus pakai (drop out). Drop out merupakan ketidakberlangsungan pengguna alat
kontrasepsi yang dalam penelitian ini adalah pengguna alat kontrasepsi hormonal.
Akseptor drop out adalah akseptor yang keluar dari cara atau alat kontrasepsi.7 Hal ini
Medicine penggunaan kontrasepsi hormonal jenis implant pada keadaan post partum akan
meningkat kan risiko mengalami tromboemboli vena sebanyak 4.29 kali, dengan angka
kejadian tromboemboli vena 40-65 per 10.000 wanita per tahun dan kejadian lanjutan
berupa emboli paru sebanyak 16 per 10000 wanita per tahun. Perbandingan keluhan
antara metode kontrasepsi hormonal dan non hormonal. Data tersebut menunjukkan
95,2% pengguna IUD melaporkan tidak ada efek samping yang bermakna. Kemudian
pada pengguna kontrasepsi jenis suntik 2,6% mengalami peningkatan berat badan, 0,8%
mengalami pendarahan, 6,1% mengalami nyeri kepala, 6,2% tidak mengalami siklus haid,
0,3% mengalami hipertensi, 0,8% mengalami mual-mual, dan 0,7% mengalami keadaan
Menurut Liwang et al.,banyak yang disarankan langsung oleh petugas kesehatan baik
dokter ataupun bidan untuk menggunakan kontrasepsi tertentu bagi beberapa wanita yang
menggunakan kontrasepsi.1 Hal tersebut misalnya saja seperti wanita yang melahirkan
secara normal kemudian disarankan untuk menggunakan IUD agar tidak mengganggu
proses menyusui dan rahimnya cocok untuk dipasang IUD, wanita yang rahimnya tidak
cocok untuk IUD kemudian disarankan untuk menggunakan KB suntik, wanita yang
mengalami menstruasi tidak teratur akhirnya disarankan untuk menggunakan IUD atau
KB Suntik, wanita yang sudah lanjut usia dan atau memiliki anak lebih dari 2 disarankan
untuk MOW atau steril.1 Beberapa wanita yang menggunakan jenis kontrasepsi diluar
dari yang disarankan oleh petugas kesehatan adalah sebagian besar oleh karena keinginan
sendiri, seperti wanita yang seharusnya bisa menggunakan IUD dan rahimnya cocok
namun memilih KB suntik oleh karena takut menggunakan IUD dan merasa nyaman
dengan KB suntik. Wanita memilih menggunakan Pil KB oleh karena takut akan
pemasangan IUD dan Suntik. Terdapat beberapa wanita yang mengganti PIL KB menjadi
KB suntik oleh karena menstruasi serta proses menyusuinya sering terggangu bahkan
berat badannya dirasakan makin bertambah berat akibat penggunaan PIL KB. Hal
tersebut sesuai dengan kerugian dari penggunaan kontrasepsi hormonal itu sendiri,
dimana progesteron akan menyebabkan efek samping ringan berupa perdarahan yang
Dengan tingginya jumlah peserta KB suntik yang drop out dikhawatirkan akan terus
mengalami kenaikan pada periode selanjutnya jika tidak segera diperbaiki, sehingga perlu
ulang agar akseptor lebih mantap dalam penggunaan dan tidak mengalami pemberhentian
penelitian dengan judul “Gambaran Angka Kejadian Drop Out Penggunaan Alat
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat
Maret-Mei 2021?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui angka kejadian drop out pengguna alat kontrasepsi hormonal
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
penelitian ini dapat menjadi masukan yang berarti kepada pihak institusi kesehatan di
untuk menurunkan angka kejadian drop out pengguna alat kontrasepsi hormonal di
Puskesmas Segedong.
3. Bagi Institut Kesehatan Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Deli Tua Deli
Husada, yaitu sebagai informasi tentang angka kejadian drop out pengguna alat
4. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai wadah untuk pengembangan
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dalam bentuk pernyataan yang akan diuji
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Alat Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi atau pertemuan antara sel
telur (ovum) istri dengan sel mani (spermatozoa) suami pada saluran telur. Syarat-syarat yang
harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi adalah aman pemakaiannya dan dapat
dipercaya, efek samping yang merugikan tidak ada, lama kerjanya dapat diatur menurut
kehamilan bagi pasangan dengan istri berusia di bawah 20 tahun. b. Menjarangkan kehamilan
(mengatur kesuburan), masa yang paling baik untuk melahirkan 2 anak dengan jarak
kelahiran 3-4 tahun bagi istri yang berusia 2030 tahun. c. Mengakhiri kesuburan (tidak ingin
hamil lagi) sangat dianjurkan bagi istri usia diatas 30 tahun setelah mempunyai 2 anak.15
Menurut Hartanto syarat metode kontrasepsi yang baik adalah Aman/tidak berbahaya,
dapat diandalkan, sederhana, mudah, dapat diterima orang banyak dan pemakaian jangka
lama.16 Metode kontrasepsi sendiri terbagi menjadi dua metode yaitu (i) metode sederhana;
suatu metode kontrasepsi yang biasa dilakukan tanpa alat (metode kalender, metode suhu
basal, metode lendir serviks dan metode Simpto Termal) dan dengan alat (kondom,
diafragma, kap servik dan spons) sedangkan (ii) metode modern ; meliputi metode
kontrasepsi hormonal (Pil, Suntik, Implant), IUD dan Kontrasepsi Mantap baik untuk wanita
2. Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah
Follicle Stimulating Hormone (FSH), Luteinizing Hormone (LH). Hormon-hormon ini dapat
merangsang ovarium untuk membuat estrogen dan progesteron. Dua hormon yang terakhir ini
menumbuhkan endometrium pada waktu daur haid, dalam keseimbangan yang tertentu
dan haid. Penyelidikan lebih lanjut menunjukkan bahwa baik estrogen maupun progesteron
dapat mencegah ovulasi. Pengetahuan ini menjadi dasar untuk menggunakan kombinasi
estrogen dan progesteron sebagai cara kontrasepsi dengan jalan mencegah terjadinya ovulasi.9
Kontrasepsi hormonal terbagi menjadi tiga berdasarkan cara penggunaannya, sebagai berikut;
(i) Kontrasepsi Oral/Pil; yang mengandung steroid sintetik sebagai pengganti hormone
estrogen dan progesteron alamiah. Ada 2 jenis progesteron sintetik yang dipakai, yaitu yang
yang berasal dari 17 alfa asetoksi-progesteron akhir-akhir ini di Amerika Serikat tidak
dipergunakan lagi untuk kontrasepsi oleh karena pada binatang percobaan (Anjing) pil yang
mengandung zat ini, bila dipergunakan dalam waktu yang lama, dapat menimbulkan tumor
mammae. Derivate dari 19 nortestosteron yang sekarang banyak dipergunakan untuk pil
menghambat produksi hormon yang dapat mencegah kehamilan. Kontrasepsi pil akan bekerja
untuk mengubah semua siklus hormon dalam tubuh seperti mengubah lendir pada mulut
rahim yang dapat mencegah sperma masuk ke saluran telur, sehingga tidak akan bisa
menghasilkan embrio serta mengubah sistem lapisan rahim yang bisa mempersulit sel telur.9
(ii) Kontrasepsi suntik;alat atau obat yang digunakan untuk menghindari atau mencegah
terjadinya kehamilan akibat pertemuan sel telur yang matang dan sel sperma, dalam bentuk
yang diinjeksi ke dalam tubuh dalam jangka waktu tertentu.9 Kontrasepsi suntik banyak
rahim sehingga sulit untuk ditembus oleh sperma untuk pembuahan. Jenis kontrasepsi ini
juga mencegah sel telur menempel ke dinding rahim, sehingga proses kehamilan dapat
dicegah.9
sebuah implant yang mengandung hormon progestin ke lengan atas. Kontrasepsi implant
sering disebut kontrasepsi susuk karena cara pemasangannya yang mirip seperti pemasangan
susuk kecantikan. Jenis kontrasepsi ini dikenal cukup efektif dalam mencegah terjadinya
kehamilan. Satu kali dipasang, maka akan membuat ibu terjaga dan bebas dari kehamilan.
Kontrasepsi implant terdiri dari: 1) Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga
dengan panjang 3,4 cm diameter 4,4mm berisi 36 mg levonorgestrel dan lama kerja 5 tahun.
2) Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang ±40 mm dan diameter 2
mm, berisi 68 mg 3 keto desogestrel dan lama kerja 3 tahun. 3) Jadena dan indoplant, terdiri
menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari tiga bulan.2 Menurut Dinas Kesehatan
Indonesia tahun 2010, Drop out KB adalah akseptor KB yang tidak menggunakan alat
kontrasepsi lagi dengan alasan apapun setelah periode pemakaian tertentu. 18 BKKBN (2016)
bulan pemakaian dengan alasan karena kegagalan (2,1%), ingin hamil (4,8%), ganti alat/cara
KB lain (9,0%) dan (4,8%) karena alasan lain (harga mahal, jarang kumpul, atau kesulitan
mendapat yang diinginkan) sedangkan peserta KB yang drop out setelah 5 tahun, pemakai
mengemukakan alasan utama karena ingin hamil (34%), efek samping (14,4%) masalah
kesehatan (10,1%), kegagalan (10,0%), dan ingin cara lebih efektif (7,9%). Berdasar metode
atau alat KB yang dipakai, angka drop out tertinggi terjadi pada kondom (38,8%), pil
Jumlah kejadian drop out KB di Indonesia mengalami peningkatan, dari 11,46% pada
tahun 2008 meningkat menjadi 15,09% pada tahun 2012 (BKKBN, 2012). Sampai saat ini,
angka drop out kontrasepsi masih dinyatakan tinggi. Meskipun sudah mengalami penurunan
sampai 25%, namun angka ini belum memuaskan dari angka idealnya yang berada di bawah
20%.19
Proporsi persentase angka berhenti pakai kontrasepsi wanita usia 10–49 tahun di
Indonesia sebesar 32% atau hampir sepertiga dari akseptor memutuskan berhenti pakai
berbagai cara/alat kontrasepsi.20 Dalam Rapat Kerja Nasional tahun 2012, BKKBN
menyatakan ada dua permasalahan pada program KB, yaitu angka kependudukan yang masih
tinggi, serta akses dan kualitas pelayanan KB yang belum optimal sehingga berdampak pada
tingginya angka kegagalan dan drop out peserta KB.21 Salah satu ukuran dari kualitas
pemakaian adalah angka putus pakai kontrasepsi. Tingkat putus pakai kontrasepsi lebih
banyak terjadi pada pemakaian pil dan kondom sedangkan penghentian kontrasepsi lebih
banyak terjadi karena efek samping yang banyak ditemukan pada pemakai kontrasepsi
hormonal, dan alasan kegagalan alat atau obat serta motivasi rendah banyak ditemukan pada
akseptor seperti sudah tidak memerlukan KB karena ingin punya anak. (BKKBN, 2009).20-22
dari berbagai literatur yang berhubungan, berikut adalah beberapa faktor yang dapat
a. Usia.
Umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat ia akan berulang tahun.
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih
dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai
akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Periode usia istri antara 20-30 tahun
merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan dengan jumlah anak 2 orang dan jarak
kelahiran antara 2-4 tahun.16 Untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia
muda dan melahirkan pada usia yang terlalu tua perlu dibuat suatu perencanaan keluarga
b. Pendidikan.
Bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju
ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin
mudah dalam menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang
Menurut Mc Carthy & Maine dalam Putri tingkat pendidikan akan berpengaruh
terhadap tingkat pengetahuan dan perilaku dalam memelihara kesehatan termasuk dalam KB.
Pengaruh pendidikan terutama terhadap penggunaan alat kontrasepsi dalam KB. Menurut Mc
Carthy & Maine dalam Putri pendidikan wanita berpengaruh positif terhadap penggunaan alat
kontrasepsi untuk KB. pemakaian alat kontrasepsi meningkat sejalan dengan tingkat
pendidikan dan tingkat pendidikan yang dimiliki mempunyai pengaruh yang kuat pada
c. Pekerjaan.
Serangkaian tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan atau diselesaikan oleh
seseorang sesuai dengan jabatan atau profesi masing-masing. Status pekerjaan yang rendah
pendidikan, status sosial ekonomi, risiko cedera, atau masalah kesehatan dalam suatu
kelompok populasi. Penyakit, kondisi atau gangguan tertentu dapat terjadi dalam suatu
pekerjaan.24
d. Paritas
Menurut BKKBN (2009) paritas adalah banyaknya anak lahir hidup oleh seorang
wanita. 22
Tingkat paritas sangat erat hubungannya dengan kesehatan, terutama kesehatan ibu
dan anak. Secara ekonomi jumlah anak yang sedikit berarti mengurangi beban keluarga,
setidaknya beban ekonomi keluarga lebih ringan dibandingkan bila mereka memiliki anak
yang lebih banyak. Salah satu yang mendorong seseorang untuk memutuskan menggunakan
kontrasepsi apabila dirinya merasa anak lahir hidup dan anak yang masih hidup sudah
Di Indonesia sendiri, didapatkan bahwa mereka tidak menjadi akseptor KB atau tidak
pendidikan, persepsi mengenai metode kontrasepsi, psikososial yaitu ada orang lain atau
peraturan yang melarang wanita menggunakan KB, akses pelayanan KB sulit terjangkau,
perlu persetujuan suami, pelayanan KB yang buruk seperti tenaga medis kurang ramah, stok
obat sering habis, ruang pemeriksaan tidak nyaman, sering muncul efek samping merupakan
faktor prediktor seorang wanita menjadi akseptor KB. Pada penelitian sebelumnya, hanya
didapatkan bahwa dukungan suami, efek samping, pengetahuan dan pendidikan akseptor
termasuk dalam faktor yang berhubungan dengan kejadian drop out kontrasepsi.25-27
B. Kerangka Teori
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
Menurut Notoatmoj, deskriptif adalah suatu metodologi penelitian yang mencoba menggali
bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi dan cross sectional adalah penelitian
untuk mempelajari dinamika variabel dalam bentuk korelasi atau deskriptif dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time
approach). 28
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.29 Populasi pada penelitian ini adalah
semua kejadian drop out pengguna alat kontrasepsi hormonal di Puskesmas
Mei 2021.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian populasi atau wakil populasi yang diteliti. 30. Sampel pada
penelitian ini adalah sebagian kejadian drop out pengguna alat kontrasepsi hormonal di
Maret-Mei 2021.
karena tidak semua anggota populasi memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel penelitian.
Metode pengambilan sampel yang ditetapkan oleh peneliti adalah untuk mengendalikan
variabel pengganggu yang dapat mempengaruhi variabel penelitian. Sehingga kriteria inklusi
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling . untuk jumlah sampel
Ket;
Q=1–P
puskesmas Segedong ataupun puskesmas lain yang berada di wilayah Kecamatan Segedong,
menetapkan nilai P = 0.5 (50%). Sehingga nilai Q = 1 – 0.5 = 0.5 dan didapatkan jumlah
1. Variabel
pengguna ketidakberlangsungan
- Pernah Memakai KB,
alat (drop out) pengguna
Namun Berhenti.
kontrasepsi alat kontrasepsi
hormonal hormonal.
progesterone.
kontrasepsi homonal
- Usia Risiko (< 20 dan
> 35 tahun)
-Tamat Perguruan
Tinggi
dan pasangannya
-Pegawai Swasta
untuk memenuhi
-Petani
kebutuhan hidupnya.
-Nelayan
-Tidak Bekerja
-Lain-Lain
- Grandemultipara
kehamilan yang
- Primigravida
dialami akseptor
- Multigravida
- Grandemultigravida
terinduksi dengan
usia kehamilan
<20minggu;BB <
500gr.
Dewasa (adult):
20-60 tahun
Data dalam penelitian ini hanya menggunakan data sekunder. Data sekunder
(data yang dihasilkan oleh pihak lain), yaitu berupa data mengenai demografi responden
(usia, pendidikan, pekerjaan, paritas) dan angka kejadian drop out pengguna alat kontrasepsi
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan data 22.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuisioner tentang angka kejadian drop
Kabupaten Mempawah, Pontianak Periode Maret-Mei 2021 yang dibuat oleh peneliti sendiri
berdasarkan data kartu status peserta KB Puskesmas Segedong dan referensi sumber dari
BKKBN (2016).2
1. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul dari kegiatan pengumpulan data kemudian diolah. Pengolahan
a. Editing
Peneliti melakukan pemeriksaan jawaban atau pengisian kuesioner yang telah dijawab
atau diisi oleh responden tidak ada yang kosong, salah atau meragukan.
b. Coding
Peneliti memberikan kode pada data yang telah terkumpul berupa huruf atau angka.
c. Scoring
Peneliti memberikan skor pada data yang telah terkumpul berupa angka yang
memiliki tingkatan. Scoring ini hanya dilakukan pada variabel angka kejadian drop out
pengguna alat kontrasepsi hormonal dengan skala tertentu, yaitu Guthman (0 dan 1). Contoh
scoring, jika menjawab “Drop Out” diberi kode 1, sedangkan jika “Tidak Drop Out” diberi
kode 0.
d. Tabulating
e. Cleaning
Analisa univariat, yaitu menganalisa tiap-tiap variabel penelitian yang ada secara deskriptif
dengan menghitung distribusi frekuensi dan persentase dari variabel penelitian (kejadian
H. Tahap Penelitian
Tahap pelaksanaan penelitian dan persiapan hingga akhir penelitian adalah meliputi:
1. Tahap Persiapan
a. Mengurus surat izin penelitian setelah mendapat persetujuan dan pengesahan usulan
diberikan oleh Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Deli Tua Deli Husada.
2. Tahap pelaksanaan
a. Mengurus surat penelitian ke Bagi Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Deli
Tua Deli Husada setelah itu ke BAPPEDA Jakarta untuk meminta izin penelitian.
d. Melaksanakan olah data dan menyusun laporan penelitian di bawah arahan pembimbing.
3. Tahap Akhir
Deli Husada.
I. Etika Penelitian
Penelitian ini menggunakan orang sebagai subjek, maka peneliti akan menggunakan
Peneliti akan membuat surat pernyataan yang berisi penjelasan tentang penelitian
responden.
Lembar persetujuan akan diberikan kepada responden yang akan diteliti, peneliti akan
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan serta dampak yang mungkin
terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti
Untuk menjaga kerahasiaan responden, maka peneliti tidak mencantumkan nama responden
4. Kerahasiaan (confidentiality)
oleh peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
1. Liwang F, Bhargah A, Kusuma IH, Prathiwindya GG, Putra IG, Ani LS. Gambaran
penggunaan kontrasepsi hormonal dan non hormonal di wilayah kerja UPT
Puskesmas Tampak Siring. Intisari Sains Medis. 2018;9(3):41-6.
7. Sofian, Amru. Rustam Mocthar Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif, Obstetri Sosial.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC. 2013.
10. Handayani, Sri. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka
Rihanna. 2011.
11. Saifuddin, Bari A. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2010.
12. Nurjannah SN & Susanti E. Determinan Kejadian Drop Out Penggunaan Kontrasepsi
pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Kuningan. Jurnal Ilmu-ilmu
Kesehatan Bhakti Husada Kuningan. 2017;6(2):1-9.
13. Christiarini, Christiarini K, Cahya Tri Purnami, Djoko Nugroho, & Farid
Agushybana. Kejadian Drop Out Alat Kontrasepsi Hormonal Pada Wanita Pasangan
Usia Subur di Wilayah Kecamatan Semarang Timur Kota Semarang Tahun 2018.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal). 2020;8(2):67-74.
14. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta:
EGC. 2012.
15. Mansjoer, M Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius. 2012
16. Hartanto, Hanafi. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan. 2013.
17. Baziad, Ali. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2013.
18. BKKBN. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2010.
19. Widyawati SA, Siswanto Y, Najib N. Determinan Kejadian Berhenti Pakai (Drop
Out) Alat Kontrasepsi. HIGEIA (Journal of Public Health Research and
Development). 2020 Mar 17;4(1):122-32.
20. Lely I. Determinan Kejadian Berhenti Pakai (Drop Out) Kontrasepsi Di Indonesia
(Analisa Sekunder Data Riskesdas 2010)(Discontinuation Of Contraceptives In
Indonesia, Secondary Analysis Data Of Basic Health Resesarch 2010). jurnal. Pusat
Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Litbang Kesehatan. 2010.
http://oaji.net/articles/2015/820-1432776425.pdf
21. Ariska P, Ulfa IN. Faktor Penyebab Drop Out Peserta Kb Suntik 3 Bulan Di Desa
Sidokaton Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang: Factors Cause Drop Out Of
Participants Kb Injection 3 Months In The Village Sidokaton Kudu District District
Jombang. Jurnal Ilmiah Kebidanan (Scientific Journal of Midwifery). 2016 Mar
2;2(1):20-6. https://core.ac.uk/download/pdf/233837452.pdf
22. BKKBN. Karakteristik PUS MUPAR Menurut Provinsi dan Kabupaten. Jakarta:
BKKBN. 2009.
23. Dwi PK. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, Sikap dan Terpaan Iklan
Layanan Masyarakat KB Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu di TV terhadap
Perilaku KB pada Wanita atau Pria dalam Usia Subur. Jurnal Interaksi. 2012.
24. Timmreck, Thomas C. Epidemiologi Suatu Pengantar. Jakarta: EGC. 2015.
26. Laila N. Analisa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dropout Kontrasepsi
Suntik 3 Bulan Di Puskesmas Mojo Surabaya (Doctoral Dissertation, Universitas
Airlangga).
27. Hanis M. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Drop Out Pada Akseptor Kb Di
Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis. 2013
Nov 15;3(4):68-76.
30. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 2013.
31. Santoso, Singgih. Metode Penelitian. Jakarta: Elek Media Komputindo. 2017.