Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menstruasi adalah proses alami yang dialami setiap wanita, dan adanya

peristiwa darah menunjukkan bahwa fungsi rahim berfungsi dengan baik. Siklus

menstruasi yang tidak teratur yaitu apabila siklus menstruasi tidak terjadi pada

interval pola menstruasi dengan rentang waktu kurang dari 21 hari atau lebih dari

35 hari dan interval perdarahan uterus kurang dari 3 atau lebih dari 7 hari. Faktor

hormonal (penggunaan kontrasepsi), faktor enzim, faktor pembuluh darah, dan

variabel prostaglandin seperti status diet, aktivitas fisik, dan stress merupakan

faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi (Kusmiran, 2017).

Kontrasepsi suntik adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif karena

angka kegagalan penggunaannya lebih kecil. Hal ini karena wanita tidak perlu

mengingat untuk minum pil dan tidak ada penurunan efektifitas yang disebabkan

oleh diare dan muntah (Sukarni, 2013). Kontrasepsi suntik 3 bulan atau DMPA ini

juga memiliki keuntungan yaitu, dapat digunakan bagi ibu-ibu yang sedang

menyusui, dapat pula digunakan bagi ibu yang pasca persalinan >6 bulan, sedang

menyusui, serta belum haid, suntikan pertama dapat diberikan, asal saja ibu

dipastikan tidak hamil (Mulyani, 2013).

Alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah jenis suntikan

Jenis kontrasepsi suntik dibedakan menjadi dua macam yaitu DMPA (Depo)

Medroksi Progesteron Asetat) dan Kombinasi (non DMPA). Efek samping yang
terjadi akibat pengunaan kontrasepsi suntik yaitu gangguan siklus mentruasi,

kenaikan berat badan, timbulnya jerawat, sakit kepala, peningkatan tekanan darah,

keputihan dan rambut rontok. Yang sering ditemukan salah satunya adalah

gangguan siklus menstruasi.

Penyebab gangguan menstruasi karena adanya ketidakseimbangan hormon

sehingga endometrium mengalami perubahan histologi. Sedangkan, Gangguan

menstruasi berupa amenorea disebabkan karena progesteron dalam komponen

DMPA menekan LH sehingga endometrium menjadi lebih dangkal dan atropis

dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Penambahan progesteron dalam

penggunaan KB suntik menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh darah vena

di endometrium dan vena tersebut akhirnya rapuh sehingga terjadi perdarahan

lokal yang menyebabkan spotting.

Pada awal penyuntikan progesteron juga menyebabkan terbentuknya

kembali pembuluh darah kapiler yang normal dengan sel-sel endotel yang intak

dengan sel-sel yang mengandung kadar glikoprotein cukup sehingga sel-sel

endotel terlindungi dari kerusakan. Sehingga akan mempengaruhi mekanisme

kerja hormonal dan siklus haid yang normal, sehingga perdarahan akan menjadi

lebih banyak. Menoragia terjadi karena ketidakseimbangan hormonal karena

penambahan progesterone sehingga menyebabkan kadar esterogen dalam tubuh

kurang optimal. Kadar esterogen dalam tubuh yang kurang optimal tersebut pada

akhirnya menyebabkan terjadi widral progesterone (Irianto, 2014).

Penggunaan metode kontrasepsi berdampak pada masalah menstruasi.

Masalah tersebut berupa tidak mengalami menstruasi sama sekali sampai


menstruasi berat dan berkepanjangan. Dimana, banyak keluhan ibu-ibu terkait

dengan penggunaan metode kontrasepsi dengan gangguan tidak teraturnya

menstruasi (Kusumastuti & Hartinah, 2018). Akan tetapi, tidak semua perempuan

mengalami keluhan yang sama. Kemungkinan yang terjadi karena hormonnya

tidak sesuai dan tidak seimbang serta gangguan menstruasi akan kembali normal

setelah 1-3 bulan (Rafidah, Al-Kathiri, & Yogi, 2014). Gangguan menstruasi pada

akseptor kontrasepsi bervariasi.

Menurut (WHO, 2014) penggunaan kontrasepsi telah meningkat dibagian

dunia terutama di asia dan amerika latin dan terendah di Sub-Sahara Afrika.

Secara Global, pengguna kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan

dari 54% pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada tahun 2014. Secara regional,

proporsi pasangan usia subur 15-49 tahun melaporkan penggunaan metode

kontrasepsi modern telah meningkat minimal 6 tahun terakhir. Di Asia telah

meningkat dari 60,9% menjadi 61,6%.

Indonesia merupakan negara ke lima di dunia dengan estimasi jumlah

penduduk terbanyak, yaitu 249 juta di antara Negara Association of Southeast

Asian Nations (ASEAN). Pusat data dan informasi menunjukkan bahwa pada

wanita usia reproduksi 15-49 tahun dengan status kawin sebesar 59,3%

menggunakan metode keluarga berencana (KB) Modern (implant, Metode Operasi

Wanita (MOW), Metode Operasi Pria (MOP), Intra Uterine Device (IUD),

kondom, suntikan, pil), 0,4 % menggunakan metode KB tradisional (Metode

Amenorea Laktasi (MAL), kalender, senggama terputus), 24,7 % pernah

menggunakan KB, dan 15,5 % tidak pernah menggunakan KB (Kemenkes RI,

2014).
Kontrasepsi suntikan di Indonesia merupakan salah satu kontrasepsi yang

popular. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia mencatat 58% wanita usia

subur menggunakan kontrasepsi modern, 32% diantaranya menggunakan KB

suntik (SDKI, 2012). Peserta KB yang menggunakan metode jangka panjang

hanya sebesar 15.26%. Metode kontrasepsi jenis DMPA yang paling banyak

digunakan di Indonesia sebesar 52,62% (BKKBN, 2014).

Program KB bertujuan untuk memenuhi permintaan pelayanan KB dan

menyelenggarakan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkuaitas serta

mengendalikan angka kelahiran yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas

penduduk dan mewujudkan keluarga kecil berkualitas. Target cakupan layanan

KB yang ditetapkan pemerintah Indonesia yang terangkum dalam indikasi

keberhasilan program Millenium Development Goals (MDG’s) yaitu sebesar 70%.

Sasaran utama kinerja program KB adalah menurunnya pasangan usia subur

(PUS) yang ingin melaksanakan KB namun pelayanan KB tidak terlayani menjadi

sekitar 6,5%, meningkatnya partisipasi laki-laki dalam melaksanakan KB menjadi

sekitar 8%, menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi 2,4% per

perempuan (Sulistyawati, 2012).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Tahun 2016

metode kontrasepsi yang banyak digunakan di Pekanbaru yaitu Kontrasepsi suntik

dengan jumlah 57.140 orang. Pengguna KB suntik terbanyak didapati di

Puskesmas Harapan Raya sebanyak 7.795 orang (14,39 persen). Puskesmas

Garuda sebanyak 6.207 orang (10,86 persen). Puskesmas Sidomulyo sebanyak

4.280 orang (7,49 persen). Puskesmas Payung Sekaki sebanyak 3.876 orang (6,78

persen), dan Puskesmas RI Sidomulyo sebanyak 3.152 orang (5,51 persen).


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Yayuk, 2013) bahwa ada

hubungan antara penggunaan kontrasepsi dengan siklus menstruasi pada

pengguna KB suntik DMPA di BPS Harijati Ponorogo. Dengan hasil penelitian

terhadap 35 responden didapatkan 29 orang (82,8%) mengalami siklus menstruasi

yang tidak teratur, 6 orang (17,2%) mengalami menstruasi yang teratur.

Adapun penelitian yang diakukan oleh (Handayani, Mersiana Sri, 2017)

yang menyatakan Pengguna Kontrasepsi suntikan 3 bulan umumnya mengalami

siklus menstruasi yang tidak normal. Hasil penelitian ini juga didukung oleh

pendapat (Hartanto, 2014) yang mengatakan kontrasepsi hormonal terutama yang

mengandung progesterone dapat mengubah siklus menstruasi.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk membuat judul

penelitian “Hubungan Penggunaan Akseptor KB Suntik 3 Bulan Dengan

Siklus Menstruasi”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah Hubungan Penggunaan Akseptor KB Suntik 3

Bulan Dengan Siklus Menstruasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Pekanbaru

Tahun 2022?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui hubungan penggunaan akseptor KB suntik 3 bulan

dengan siklus mestruasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Pekanbaru Tahun

2022.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penggunaan akseptor KB suntik

3 bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Pekanbaru Tahun 2022.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi siklus menstruasi akseptor KB

suntik 3 bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Pekanbaru Tahun

2022.

c. Untuk mengetahui hubungan penggunaan akseptor KB suntik 3 bulan

dengan siklus menstruasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota

Pekanbaru Tahun 2022.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian serta sebagai

media pembelajaran untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh

dalam perkuliahan.

1.4.2 Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai bentuk sumbangan hasil penelitian tentang Hubungan Penggunaan

Akseptor KB Suntik 3 Bulan Dengan Siklus Menstruasi serta menambah referensi

diperpustakaan dan dapat menjadi sumber informasi dan bahan bacaan dalam

institusi Akademi Kebidanan Sempena Negeri Pekanbaru.


1.4.3 Bagi Tempat Penelitian

Dari penelitian ini bisa lebih menggiatkan sosialisasi keterkaitan dengan

penggunaan Akseptor KB Suntik 3 Bulan Dengan Siklus Menstruasi, sehingga

dapat menjadi pengetahuan bagi Akseptor KB Suntik 3 Bulan tentang dampak

dari penggunaan KB Suntik 3 Bulan.

1.4.4 Bagi Penelitian Berikutnya

Dapat dijadikan referensi dalam pembuatan karya tulis berikutnya dengan

variabel yang berbeda. Sehingga dapat memperkaya penelitian dan memperdalam

kajian tentang Penggunaan Akseptor KB Suntik 3 Bulan dan hubungannya dengan

Siklus Menstruasi.

Anda mungkin juga menyukai