Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK


TIGA BULAN PADA MASA LAKTASI DENGAN
KECUKUPAN ASI EKSKLUSIF

PUTRI FINA AMELIA 011911233017


VALENTINA FEBRIYANTI 011911233020
PRATIWI DWI TRISNANTI 011911233022
RAHAYU KUSUMA CANDRAKIRANA 011911233042
SHERINA RAMADHAN 011911233073

PROGRAM STUDI KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Adapun
tujuan penyusunan makalah ini sebagai bagian dari tugas mata kuliah bahasa
Indonesia semester kedua, program studi Kebidanan, Fakultas Kedokteran,
Universitas Airlangga.

Dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih yang


sebesar mungkin kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini. Hasil penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak,
oleh karena itu, kami menyampaikan terima kasih kepada Dosen Pembimbing kami
Destynar Aditama,S.Hum.,M.Sc yang telah membimbing kami dan seluruh anggota
kelompok.

Kami menyadari bahwa makalah ini belum dikatakan sempurna. Untuk itu,
kami dengan sangat terbuka menerima kritik dan saran dari pembaca yang
membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Peneliti berharap penelitian ini dapat
bermanfaat untuk kita semua.

Surabaya, 4 Maret 2020


Penulis

i
ABSTRAK
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja, termasuk kolostrum tanpa
tambahan apa pun sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan. Penggunaan alat
kontrasepsi pada ibu menyusui juga perlu diperhatikan agar tidak mengurangi
produksi ASI. Penelitian ini mengambil judul “Hubungan Penggunaan Kontrasepsi
Suntik Tiga Bulan pada Masa Laktasi dengan Kecukupan Asi Eksklusif” penelitian
ini bertujuan menjelaskan mengetahui hubungan pemakaian KB suntik 3 bulan
dengan kecukupan ASI Eksklusif. Teori yang digunakan dalam analisis penelitian
adalah teori keluaran Jurnal Ilmiah Bidan volume 6 nomor 2 edisi Januari-Juni 2019
oleh Elin CSB yang berjudul “Pemakaian KB Suntik 3 Bulan Dengan Kecukupan
ASI”.
Penelitian ini menggunakan metode data primer dan sekunder dengan desain
cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak usia 7-
23 bulan menggunakan KB maupun tidak yang bertempat tinggal di wilayah kerja
PMB Kota Palangka Raya. Dalam penelitian ditemukan bahwa dari 36 ibu yang
memakai KB suntik 3 bulan sebesar 29 ibu (80,6%) diantaranya mengalami ASI
cukup. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan (Pvalue = 0,039)
antara pemakaian KB suntik 3 bulan dengan kecukupan ASI Eksklusif. Terdapat
hubungan antara pemakaian KB suntik 3 bulan dengan kecukupan ASI Eksklusif
pada ibu yang mempunyai anak usia 7-23 bulan di wilayah puskesmas Jekan Raya.

Kata kunci: KB suntik 3 bulan, Masa Laktasi, Kecukupan ASI Eksklusif.

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengaturan kelahiran dikenal pula sebagai kontrasepsi dan pengaturan fertilitas


merupakan metode atau alat yang digunakan untuk mencegah kehamilan.
Perencanaan, pembekalan, dan penggunaan kontrasepsi disebut Keluarga Berencana
(KB). Seks aman, seperti penggunaan kondom wanita atau pria, juga dapat
membantu mencegah infeksi menular seksual. Metode pengaturan kelahiran telah
digunakan sejak zaman dahulu, tetapi metode yang efektif dan aman baru tersedia
pada abad ke-20. Pada beberapa kebudayaan, akses pada kontrasepsi dibatasi karena
dianggap tidak sesuai baik secara moral atau pun politik.

Laktasi adalah produksi dan pengeluaran ASI, dimana calon ibu ibu harus sudah
siap baik secara psikologis dan fisik. Jika laktasi baik maka bayi cukup sehat
menyusu. Produksi ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi, volume ASI 500 – 800
ml/hari (3000 ml/hari) (Rukiyah, dkk, 2011).

Air susu ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan
garam-garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu, yang berguna
sebagai makanan utama bagi bayi. Eksklusif adalah terpisah dari yang lain, atau
disebut khusus. Menurut pengertian lainnya, ASI Eksklusif adalah pemberian ASI
saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih
dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, dan
nasi tim. Pemberian ASI ini dianjurkan dalam jangka waktu 6 bulan (Haryono, dan
Setianingsih, 2014 : 4).

Penelitian yang membahas mengenai hubungan penggunaan kontrasepsi suntik


tiga bulan pada masa laktasi dengan kecukupan Asi Eksklusif sangat perlu dan
penting untuk diteliti secara lebih lanjut. Penelitian ini mengangkat salah satu terapan
dalam kebidanan. Peneliti termotivasi untuk membahas perihal hubungan
penggunaan kontrasepsi suntik tiga bulan pada masa laktasi dengan kecukupan Asi
Eksklusif sebagai penelitian dan penulisan makalah secara lebih mendalam.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, rumusan masalah yang akan


dijawab dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Hubungan Penggunaan Kontrasepsi
Suntik Tiga Bulan pada Masa Laktasi dengan Kecukupan Asi Eksklusif ?”.

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan dapat dirumuskan sebagai


berikut. Untuk mengetahui Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Suntik Tiga Bulan
pada Masa Laktasi dengan Kecukupan Asi Eksklusif.

1.4 Manfaat

Penelitian mengenai hubungan penggunaan kontrasepsi suntik tiga bulan


pada masa laktasi dengan kecukupan Asi Eksklusif ini diharapkan dapat memberikan
manfaat teoritis maupun praktis. Adapun manfaat teoritis adalah memberikan
sumbangan pemikiran terhadap ilmu kesehatan, khususnya ilmu tentang penggunaan
kontrasepsi suntik tiga bulan pada masa laktasi dengan kecukupan Asi Eksklusif.

Selain itu, manfaat praktis penelitian ini adalah objek penelitian dapat dipakai
sebagai referensi informasi penelitian bagi pihak-pihak tertentu, seperti mahasiswa
atau pun peneliti-peneliti yang ingin mengetahui dan meneliti mengenai Hubungan
Penggunaan Kontrasepsi Suntik Tiga Bulan pada Masa Laktasi dengan Kecukupan
Asi Eksklusif. Secara lebih lanjut, diharapakan penelitian ini memberikan
pengetahuan kepada masyarakat luas bahwa Terdapat hubungan antara pemakaian
KB suntik 3 bulan dengan kecukupan ASI Eksklusif pada ibu yang mempunyai anak
usia 7-23 bulan di wilayah kerja puskesmas Jekan Raya PMB Kota Palangka Raya.

1.5 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Cross Sectional.
Metode ini melakukan pengukuran atau observasi data yang dilakukan pada saat
bersamaan atau sekali waktu. Tujuan metode ini adalah mengungkapkan hubungan

2
penggunaan kontrasepsi suntik tiga bulan pada masa laktasi dengan kecukupan asi
eksklusi. Penarikan sampel menggunakan probability sampling dengan pendekatan
simple random sampling yaitu tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi,
karena setiap anggota populasi dianggap homogen.

Adapun jumlah dan kriteria yang digunakan dalam sampel penelitian ini
adalah 36 ibu yang mempunyai anak usia 7 - 23 bulan. Pengumpulan data
menggunakan daftar pertanyaan atau lembar observasi. Metode ini dilakukan dengan
bercakap-cakap atau mewawancarai 36 ibu yang mempunyai anak usia 7 - 23 bulan
di wilayah kerja puskesmas Jekan Raya PMB Kota Palangka Raya.

3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Kontrasepsi Suntik Tiga Bulan

Kontrasepsi suntik DMPA berisi hormon progesteron saja dan tidak


mengandung hormone esterogen. Dosis yang diberikan 150 mg/ml depot
medroksiprogesteron asetat yang disuntikkan secara intramuscular (IM) setiap 12
minggu (Varney, 2006).

Mekanisme Kerja kontrasepsi DMPA menurut Hartanto (2004).

a. Primer : Mencegah ovulasi Kadar Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan


Luteinizing hormone (LH) menurun serta tidak terjadi lonjakan LH. Pada
pemakaian DMPA, endometrium menjadi dangkal dan atrofis dengan
kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Dengan pemakaian jangka lama
endometrium bisa menjadi semakin sedikit sehingga hampir tidak didapatkan
jaringan bila dilakukan biopsi, tetapi perubahan tersebut akan kembali normal
dalam waktu 90 hari setelah suntikan DMPA berakhir.
b. Sekunder : Lendir servik menjadi kental dan sedikit sehingga merupakan
barier terhadap spermatozoa. Membuat endometrium menjadi kurang baik
untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi. Mungkin mempengaruhi
kecepatan transportasi ovum di dalam tuba falopi. Cara penggunaan
kontrasepsi DMPA menurut Saifuddin (2003).
1. Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntik intramuscular (IM) dalam daerah pantat. Apabila suntikan
diberikan terlalu dangkal penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat
dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan tiap 90 hari.
2. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi
etil/ isopropyl alcohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik,
setelah kering baru disuntik.

4
3. Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung
udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terjadi endapan
putih pada dasar ampul, upayakan menghilangkannya dan dengan
menghangatkannya.

2.2 Pengertian Laktasi

Laktasi adalah bagian terpadu dari proses reproduksi yang memberikan


makanan bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar biologik dan
psikologik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.Air susu ibu (ASI) merupakan
makanan yang ideal bagi pertumbuhan neonatus (Nugroho,2011). Komponen yang
terkandung di dalam ASI sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan dan
perlindungan pertama terhadap infeksi. Proses pembentukanair susu merupakan
suatu proses yang kompleks melibatkan hipotalamus, dan payudara yang telah
dimulai saat fetus sampai pada paska persalinan.ASI yang dihasilkan memiliki
komponen yang tidak sama,dengan terjadinya kehamilanpada wanita akan
berdampak pada pertumbuhan payudara dan proses pembentukan air susu (Laktasi).
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui,mulai dari ASI diproduksi sampai bayi
menghisap dan menelan (Prasetyono,2009).

Mekanisme Sekresi ASI

Walaupun estrogen dan progesteron penting untuk perkembangan fisik


payudara selama kehamilan, pengaruh khusus dari kedua hormon ini adalah
menghambat sekresi air susu yang sesungguhnya. Sebaliknya, hormon prolaktin
mempunyai efek yang berlawanan pada sekresi air susu yaitu merangsangnya.
Hormon ini disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior ibu, dan konsentrasinya dalam
darah ibu meningkat secara tetap dari minggu kelima kehamilan sampai kelahiran
bayi, meningkat menjadi 10 sampai 20 kali dari kadar normal saat tidak hamil.
Konsentrasi prolaktin yang tinggi pada akhir kehamilan

Setelah kelahiran bayi, kadar basal sekresi prolaktin kembali ke kadar


sewaktu tidak hamil. Namun, setiap kali ibu menyusui bayinya, sinyal saraf dari
puting susu ke hipotalamus menyebabkan lonjakan sekresi prolaktin sebesar 10
sampai 20 kali lipat yang berlangsung kirakira 1 jam. Prolaktin ini bekerja pada

5
payudara ibu untuk mempertahankan kelenjar mammae agar menyekresi air susu ke
dalam alveoli untuk periode laktasi berikutnya. Bila lonjakan prolaktin ini tidak ada
atau dihambat karena kerusakan hipotalamus atau hipofisis, atau bila laktasi tidak
berlanjut, payudara akan kehilangan kemampuannya untuk memproduksi air susu
dalam waktu sekitar 1 minggu. Akan tetapi, produksi air susu dapat berlangsung
selama beberapa tahun bila anak terus mengisap, walaupun kecepatan pembentukan
air susu biasanya jauh berkurang setelah 7 sampai 9 bulan. Hipotalamus Menyekresi
Hormon Penghambat Prolaktin. Hipotalamus berperan penting dalam mengatur
sekresi prolaktin, seperti pada hampir semua hormon-hormon hipofisis anterior lain.
Akan tetapi, pengaturan ini berbeda dalam satu aspek. Hipotalamus terutama
merangsang pembentukan semua hormon yang lain, tetapi terutama menghambat
pembentukan prolaktin. Akibatnya, kerusakan pada hipotalamus atau penghambatan
pada sistem portal hipotalamus-hipofisis sering meningkatkan pembentukan
prolaktin tetapi menekan sekresi hormon-hormon hipofisis anterior lain. Oleh karena
itu, diyakini bahwa sekresi prolaktin oleh hipofisis anterior diatur seluruhnya atau
hampir seluruhnya oleh suatu faktor penghambat yang dibentuk di hipotalamus dan
diangkut ke hipofisis anterior melalui sistem portal hipotalarnus-hipofisis. Faktor ini
disebut hormon penghambat prolaktin. Hampir dapat dipastikan bahwa hormon ini
sama dengan katekolamin dopamin, yang diketahui disekresi oleh nukleus arkuatus
dari hipotalamus dan dapat menurunkan sekresi prolaktin sebanyak 10 kali lipat.

2.3 ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan
lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan
makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali
vitamin dan mineral dan obat (Roesli, 2000). Selain itu, pemberian ASI eksklusif
juga berhubungan dengan tindakan memberikan ASI kepada bayi hingga berusia 6
bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali sirup obat. Setelah usia bayi 6
bulan, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI, sedangkan ASI dapat
diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2005). ASI adalah satu jenis
makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial
maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan,

6
anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat
makanan (Hubertin, 2004).

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Hasil Univariat

Berdasarkan hasil data pengumpulan data diperoleh gambaran karakteristik


responden, yang terdapat pada tabel berikut.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pemakaian KB Suntik 3 Bulan, Kecukupan ASI,


Paritas, Usia, Tingkat Pendidikan, Pekerjaan, Tingkat Ekonomi.

Berdasarkan tabel 1 dari 36 responden, 29 responden (80,6%) menggunakan


KB Suntik 3 Bulan dan 7 responden (19,4%) tidak menggunakan KB Suntik 3

7
Bulan. Sebagian besar ibu dengan ASI cukup sebesar 35 responden (97,2), dengan
paritas multipara sebesar 24 orang (66,7), dengan usia >35 sebesar 34 orang (94,4%),
dengan latar belakang pendidikan SMA sebesar 21 orang (58,3%), sebagian besar ibu
tidak bekerja sebesar 28 (77,8%), dan tingkat ekonomi pada tingkat sedang sebesar
27 orang (75%).

Hasil Bivariat

Hasil analisis Chi-Square penelitian tentang hubungan KB suntik 3 bulan


dengan kecukupan ASI eksklusif pada ibu yang mempunyai anak usia 7-23 bulan di
PMB Wilayah Kerja Puskesmas Jekan Raya Kota Palangka Raya sebagai berikut.

Tabel 2 Hubungan Pemakaian KB Suntik 3 Bulan dengan Kecukupan ASI Eksklusif.

3.2 Pembahasan

Pemakaian KB suntik 3 bulan merupakan salah satu faktor yang berperan


dalam pemberian ASI eksklusif pada anak usia 7 - 23 bulan. Dari hasil analisis
bivariat antara pemakaian KB suntik 3 bulan dengan kecukupan ASI eksklusif pada
ibu yang dengan nilai p = 0,043 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara pemakaian KB suntik 3 bulan dengan kecukupan ASI eksklusif. Sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Wati bahwa didapatkan ada pengaruh
kontrasepsi suntik terhadap pengeluaran ASI dengan X2 hitung = 6,399, df = 48, X2
tabel 3,84 dengan nilai p = 0,011 (p < 0,05) disimpulkan bahwa ada pengaruh
kontrasepsi suntik terhadap pengeluaran ASI. Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sufriani tentang faktorfaktor yang mempengaruhi produksi ASI
dengan kecukupan ASI dengan hasil uji statistik didapatkan p-value 0,003 sehingga
ada hubungan antara penggunaan kontrasepsi dengan kecukupan ASI pada bayi 1-6
bulan.

8
Hasil penelitian serupa juga dilakukan oleh Yuliasari tentang hubungan
penggunaan KB pil kombinasi dengan produksi ASI pada ibu menyusui. Hasil uji
statistik didapatkan p = 0,023, berarti ada hubungan penggunaan KB pil kombinasi
dengan produksi ASI. Hasil penelitian tentang pengaruh pemakaian kontrasepsi
suntik 1 bulan dan 3 bulan terhadap produksi ASI pada ibu menyusui. Hasil uji
statistik dengan menggunakan uji pearson didapatkan data r = 0,407 dan nilai p =
0,003, maka p mempunyai nilai < 0,05. Sehingga berdasarkan hasil analisis data
tersebut diketahui bahwa ada pengaruh pemakaian kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3
bulan terhadap produksi ASI pada ibu menyusui. Dengan rata-rata volume ASI ibu
menyusui yang menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan adalah 120 ml dan yang
menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan adalah 168,7 ml.

Menurut Montolalu penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan


progestin juga berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI. Jika hanya
mengandung progestin maka tidak ada dampak terhadap volume ASI, sejalan dengan
teori bahwa hormon prolaktin yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis bagian depan
otak berfungsi untuk merangsang kelenjar produksi ASI. Kontrasepsi suntik 3 bulan
memiliki kandungan 150 mg Depo Medroxyprogesteron Asetat (DMPA) atau
Norethindrone enanthate (NET-EN). Kedua bahan ini hanya mengandung efek
progestin. Dengan cara pemberian disuntikkan setiap 2-3 bulan, yang perlu
diperhatikan adalah waktu progestin ini disuntikkan pada ibu dalam bentuk depot
konsentrasinya akan sangat tinggi maka transmisinya ke bayi juga akan sedikit
meningkat. Studi yang telah dilaksanakan tidak menunjukkan adanya efek negatif
pada bayi yang menyusui dari ibu yang mendapat suntikan. Cara ini dianjurkan
sebagai alat KB pada ibu yang sedang menyusui.

Bagi ibu yang dalam masa menyusui, tidak dianjurkan menggunakan


kontrasepsi suntik yang memiliki kandungan estrogen atau estradinol sipionat karena
hal ini dapat menurunkan jumlah produksi ASI, sehingga menghambat kelancaran
pengeluran ASI selama masa laktasi. Kadar estrogen yang tinggi pada kontrasepsi
dapat menekan FSH, sehingga merangsang lobus anterior hipofise untuk
mengeluarkan luteinising hormone. Produksi uteinising hormone, maka dapat
menyebabkan hipotalamus untuk melepas faktor penghambat prolaktin (PIF) yang

9
dianggap sebagai dopamin. Dopamin ini dapat menurunkan sekresi prolaktin sampai
sepuluh kali lipat. Bila sekresi prolaktin dihambat, maka selsel alveoli pada payudara
tidak akan memproduksi air susu. Dengan tidak memproduksi air susu, maka
pengeluaran ASI juga terhambat. Kontrasepsi yang tidak mempengaruhi produksi
dan pengeluaran ASI antara lain, metode kontrasepsi non hormonal dan metode
hormonal yang hanya mengandung progesteron.

BAB IV
PENUTUP

4. 1 Simpulan

Pemakaian KB suntik 3 bulan berhubungan dengan kecukupan ASI Eksklusif,


hasil analisis memperlihatkan p = 0,039 maka p mempunyai nilai < 0,05, artinya
terdapat hubungan secara statistik antara pemakaian KB suntik 3 bulan dengan
kecukupan ASI Eksklusif pada ibu yang mempunyai anak usia 7-23 bulan.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan


penggunaan kontrasepsi hormonal. Penggunaan kontrasepsi hormonal yang
didalamnya mengandung progestin akan menaikkan volume dan deras ASI.
Sedangkanpada kontrasepsi yang mengandung hormon esterogen/estradiol justru
akan menghambat pengeluaran ASI.

4.2 SARAN

Penelitian yang membahas mengenai Hubungan Penggunaan Kontrasepsi


Suntik Tiga Bulan pada Masa Laktasi dengan Kecukupan Asi Eksklusif ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak – pihak tertentu, seperti tenaga kesehatan,
Pasangan Usia Subur (PUS), masyarakat luas, pelaksana KB, dan peneliti – peneliti
yang ingin mengetahui dan meneliti mengenai Hubungan Penggunaan Kontrasepsi
Suntik Tiga Bulan pada Masa Laktasi dengan Kecukupan Asi Eksklusif. Secara lebih
lanjut , diharapkan penelitian ini dapat diteliti lebih lanjut oleh pihak-pihak tertentu,
seperti mahasiswa arau pun peneliti-peneliti yang ingin mengetahui dan meneliti
lebih lanjut mengenai Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Suntik Tiga Bulan pada

10
Masa Laktasi dengan Kecukupan Asi Eksklusif. Selain itu, pemerintah setempat
diharapkan untuk membantu menyediakan pelyanan KB dengan cara penyuluhan
secara langsung dan mengoptimalkan sosialisasi kesehatan melalui media, seperti
brosur, media sosial, media elektronik, dan media cetak.

DAFTAR PUSTAKA

Rukiyah A Y dan Lia Y. 2011. Konsep Kebidanan. Jakarta:Trans Info Media

Haryono R, Setianingsih, S. 2014. Manfaat Asi Eksklusif Untuk Buah Hati Anda.
Yogyakarta: Gosyen Publising.

Varney Hellen (et.all). 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume
1.Jakarta : EGC.

Saifuddin, A,B. Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Jakarta. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2003.

Nugroho Taufan. 2011. ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika.

11

Anda mungkin juga menyukai