Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK 3

BULAN DENGAN KELUHAN SAKIT KEPALA DI BIDAN PRAKTEK


MANDIRI R

LAPORAN KASUS PRA KLINIK


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pra Klinik

ROS AYU MUSTOPA


NIM : 202203152010049

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES
MALANG
2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

Judul :ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR


KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN
KELUHAN SAKIT KEPALA DI BIDAN PRAKTEK
MANDIRI R

Nama Mahasiswa : Ros Ayu Mustopa


NIM : 202203152010049

Ketua STIKes Kendedes Ketua Program Studi


Malang S1 Ilmu Kebidanan

Dr. Jenny JS Sondakh, S.Si.T., M.Clin.Mid An Nisa Fithri, SKM.,MKM

Pembimbing Dosen Pengampu

Ulfa Nurhidayati, SKM., M.Kes Lilik Winarsih, SST.,M.Keb

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

A. PENDAHULUAN..................................................................................................1

1. Latar Belakang.......................................................................................................1

2. Tujuan Studi Kasus................................................................................................3

B. TINJAUAN TEORI...............................................................................................4

1. KONTRASEPSI.................................................................................................4

2. SAKIT KEPALA..............................................................................................10

3. HERBAL JAHE...............................................................................................13

C. DOKUMENTASI SOAP DAN RENCANA TINDAK LANJUT.......................16

I. PENGUMPULAN DATA IDENTITAS/BIODATA...............................................16

A. DATA SUBJEKTIF...........................................................................................16

B. DATA OBJEKTIF.............................................................................................18

C. ANALISIS..........................................................................................................19

D. PENATALAKSANAAN...................................................................................19

D. PEMBAHASAN.....................................................................................................21

E. SIMPULAN............................................................................................................22

F. REFERENSI...........................................................................................................23

iii
A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Indonesia masih menduduki urutan keempat dengan penduduk terbanyak di
dunia dengan jumlah penduduk 268.583.016 jiwa (Kemenkes RI, 2020). Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) memprediksi jumlah penduduk
Indonesia berpotensi menjadi terbesar sedunia setelah China dan India, jika laju
pertumbuhannya tidak bisa ditekan secara signifikan (BKKBN,2011).
Program yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi laju pertumbuhan
penduduk dapat dilakukan dengan gerakan keluarga berencana dan pemakaian alat
kontrasepsi secara sukarela kepada pasangan usia subur (PUS) (Risnawati, 2015).
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama bagi perempuan.Peningkatan dan perluasan pelayanan KB
merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu
yang sedemikian tinggi akibat kehamilan dan melahirkan.Berkembangnya teknologi
ketersediaan layanan KB bagi perempuan terdapat dalam beberapa metode
kontrasepsi sederhana seperti kondom, pantang berkala dan koitus interuptus.Metode
kontrasepsi efektif hormonal seperti pil, susuk dan suntikan. Metode kontrasepsi
efektif mekanis seperti IUD dan Implant. Dan metode kontrasepsi mantap seperti
Metode Operasi Wanita (MOW) dan Metode Operasi Pria (MOP). Hal ini
disesuaikan dengan kebutuhan dan indikasi pasien yang ingin memilihnya (Manuaba,
2012).
Pada tahun 2013 ada 8.500.247 PUS (Pasangan Usia Subur) yang merupakan
peserta KB baru, dan hampir separuhnya (48,56%) menggunakan kontrasepsi
suntikan. KB aktif secara nasional sebesar 75,83%. Terdiri dari KB Intra Uterine
Device (IUD) sebanyak 658.632 (7,75%), KB Metode Operasi Wanita (MOW)
sebanyak 128.793 (1,52%), KB Metode Operasi Wanita (MOP) sebanyak 21.374
(0,25%), KB Kondom sebanyak 517.638 (6,09%), KB Implan sebanyak 784.215
(9,23%), KB Pil sebanyak 2.261.480 (26,60%). Dan KB Suntikan sebanyak

1
4.128.115 (48,56%) (Depkes RI, 2014).
KB suntik banyak diminati tetapi memiliki efek samping yaitu di bulan-bulan
pertama terjadi mual, pendarahan berupa bercak diantara masa haid, sakit kepala dan
nyeri payudara serta tidak melindungi dari IMS dan HIV/AIDS. Dan salah satu efek
sampingnya adalah hipertensi yang terjadi pada akseptor KB suntik yaitu suatu
keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian atau
mortalitas. Hipertensi apabila tidak segera ditangani akan mengakibatkan gangguan
penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung, gangguan fungsi ginjal, kelumpuhan
( Pramono, 2008).
KB suntik adalah salah satu kontrasepsi hormonal yang dibuat untuk
membatasi fungsi ovarium sehingga mencegah proses ovulasi, yang menyebabkan
tidak terjadi kehamilan dan siklus menstruasi menjadi tidak lancar (Bagus, 2011). Di
Indonesia terdapat dua jenis suntik KB yang paling umum digunakan, yaitu suntik
KB 1 bulan dan suntik KB 3 bulan. Suntikan KB 3 bulan mengandung hormon
progestin, sementara suntikan KB 1 bulan mengandung kombinasi hormon progestin
dan hormon estrogen. Hormon progestin yang terkandung dalam KB suntik bekerja
dengan menghentikan pelepasan sel telur ke dalam rahim, sehingga mencegah
terjadinya pembuahan. Selain itu, hormone progestin juga mencegah sperma untuk
mencapai sel telur dengan menebalkan cairan vagina dan mencegah pertumbuhan
janin dengan menipiskan dinding rahim (Kemenkes RI, 2018).
Kontrasepsi suntik mempunyai beberapa efek samping diantaranya
menyebabkan gangguan siklus haid (amenore, spotting, metroragia dan menoragia),
depresi keputihan, rambut rontok, sakit kepala, mual-muntah, dan perubahan berat
badan (Irianto, 2012). Efek samping yang sering dikeluhkan akseptor suntik selain
gangguan siklus haid adalah perubahan berat badan. Kenaikan berat badan
disebabkan karena hormon progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan
gula menjadi lemak, sehingga lemak yang ada di bawah kulit bertambah.Selain itu,
yang menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunkan aktifitas fisik adalah

2
hormon progesteron (Mudrikatin, 2012).
Banyak akseptor kontrasepsi, terutama kontrasepsi Suntik yang
merasa cemas mengenai efek samping yang mungkin terjadi, seperti
peningkatan berat badan, gangguan haid, osteoporosis, dan lain-lain
(Saifudin, A. B. , 2010).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di PMB Bidan R
pada tanggal 31 Maret 2023 didapatkan data ibu pengguna KB suntik
bulan Maret dari tanggal 15 Maret-31 maret terdapat 52 orang
pengguna KB suntik. Hasil wawancara dengan 52 ibu pengguna KB
Suntik yang sedang suntik rutin KB di PMB Bidan R didapatkan data
bahwa 30 dari 52 mengalami keluhan sakit kepala. Ibu pengguna KB
suntik pemula mengeluhkan cemas karena mengalami gangguan sakit
kepala, upaya yang dilakukan PMB Bidan R salah satunya ialah
memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB suntik dengan
beberapa efeknya antara lain yang menyebabkan siklus haid terganggu,
mual dan sakit kepala sehingga menimbulkan kecemasan bagi pemula,
penyuluhan rutin ini dilaksanakan setiap bulan sekali.
Berdasarkan latar belakang dan studi pendahuluan diatas, maka penulis
tertarik untuk melakukan studi kasus Asuhan Kebidanan Pada
Akseptor Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Dengan Keluhan Pusing Di
Bidan Praktek Mandiri R. Harapan penulis dapat menerapkan proses
asuhan keperawatan, yang nantinya dapat membantu mengurangi
masalah-masalah dari efek samping penggunaan KB suntik.

2. Tujuan Studi Kasus


a. Tujuan Umum
Menggambarkan Asuhan Kebidanan Pada Akseptor Kontrasepsi Suntik 3
Bulan Dengan Keluhan sakit kepala Di Bidan Praktek Mandiri R
b. Tujuan Khusus

3
Penulis mendapatkan pengalaman nyata dalam:
1) Melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Akseptor Kontrasepsi Suntik 3 Bulan
Dengan Keluhan sakit kepala Di Bidan Praktek Mandiri R dengan
menerapkan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnose keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
2) Melaksanakan Proses Asuhan Kebidanan yang terdiri dari reduksi kecemasan,
memberikan pendidikan kesehatan tentang KB Suntik, dan memberikan
motivasi positif tentang perubahan bentuk badan pada pasien dengan
Kecemasan Pengguna KB Suntik dengan di wilayah kerja PMB Bidan R.
Menemukan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan
Asuhan Kebidanan Pada Akseptor Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Dengan
Keluhan sakit kepala Di Bidan Praktek Mandiri R.

B. TINJAUAN TEORI
1. KONTRASEPSI
a. Pengertian
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan, upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat
permanen, penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang
mempengaruhi fertilitas (Haryati,2010). Kontrasepsi atau antikonsepsi
adalah upaya mencegah terjadinya konsepsi dengan memakai cara, alat
atau obat-obatan. Salah satu metode kontrasepsi modern adalah
kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat
kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan
dengan menggunakan bahan baku preparat estrogen dan progesteron.
Beberapa jenis kontrasepsi dengan metode hormonal yaitu suntik, pil,
dan implan (Sriwahyuni, 2008).
b. Macam-macam kontrasepsi
1) Kontrasepsi tanpa alat

4
a) Coitus interruptus (senggama terputus)
Nama lain dari coitus interuptus adalah senggama terputus atau
ekspulsi pra ejakulasi atau pancaran ekstra vaginal atau withdrawal
methods atau pull-out method dalam bahasa latin disebut interrupted
intercourse
b) Sistem kalender (pantang berkala)
Metode keluarga berencana alamiah yang paling tua.yaitu cara
atau metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami
istri dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada
masa subur/ovulasi.
c) Metode suhu basal tubuh
Adalah suhu badan asli, yaitu suhu terendah yang dicapai oleh
tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat/tidur.
d) Metode pengamatan lendir/mukosa serviks/ovulasi
Merupakan metode keluarga berencana alamiah dengan cara
mengenali masa subur dalam siklus menstruasi dengan mengamati
lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari-hari
ovulasi
e) Metode menyusui tanpa haid /lactational amenorrhea
Method adalah metode kontrasepsi sementara yang
mengandalkan pemberian air susu ibu secara eksklusif
(Proverawati,2010).
2) Kontrasepsi dengan alat
a) Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat
dari berbagai bahan diantaranya karet /lateks, plastik vinil atau bahan
alami /produksi hewani yang dipasang pada penis untuk menampung
sperma ketika seorang pria mencapai ejakulasi
saat berhubungan seksual.

5
b) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari
karet (lateks) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelumberhubungan
seksual dan menutup serviks.
c) Spermisida
Spermisida adalah sediaan kimia (biasanya non oksinol-9) yang
dapat membunuh sperma (Mulyani,2013).
c. Metode kontrasepsi efektif
Kontrasepsi hormonal
1) Oral kontrasepsi
a) Pil oral kombinasi pil KB yang mengandung hormone estrogen dan progesteron
yang diproduksi secara alami oleh wanita.
b) Pil mini hanya berisi progestin (Yuhedi, 2011).
2) Implant
Implant adalah alat kontrasepsi yang terdiri dari enam kapsul
kecil berisi hormon lovonorgestrel yang dipasang di bawah kulit lengan
atas bagian dalam (Yuhedi, 2011).
3) IUD/AKDR
IUD/AKDR adalah bahan inert sintetik (dengan atau tanpa unsur
tambahan untuk sinergi efektivitas) (Proverawati, 2010).
4) Kontrasepsi suntik
a) Kontrasepsi suntikan progestin
Merupakan metode kontrasepsi yang hanya mengandung
hormone progesterone diberikan secara intramuscular setiap 3 bulan
(Mulyani, 2013).
b) Suntikan kombinasi
Jenis suntikan kombinasi yang mengandung 25 mg Depo
Medroksiprogesterone Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang
diberikan injeksi secara Intra Muscular(IM) atau 50 mg Noretindron

6
Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi Intra
Muscular(IM) sebulan sekali (Saifuddin, 2006).
b. Kontrasepsi mantap (sterilisasi)
1) Tubektomi
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur
wanita yang mengakibatkan wanita tidak akan mendapatkan keturunan
lagi
2) Vasektomi
Vasektomi adalah metode sterilisasi dengan cara mengikat
saluran sperma (Proverawati,2010).
d. Kontrasepsi Suntik
a. Pengertian
Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang
berisi hormon progesterone yang disuntikan ke dalam tubuh wanita
secara periodik atau yang mengandung kombinasi hormone estrogen
dan progesterone (Irianto, 2012).
b. Jenis Kontrasepsi suntik
1) Kontrasepsi suntikan progestin
DMPA(Depot medroxy progesterone acetate) atau Depo Provera
yang diberikan tiap tiga bulan dengan dosis 150 miligram yang disuntik
secara IM, Depo Noristerat diberikan setiap 2 bulan dengan dosis 200
mg Nore-tindron Enantat (Mulyani, 2013).
2) Kontrasepsi suntikan kombinasi
Jenis suntikan kombinasi yang mengandung 25 mg Depo
Medroksiprogesterone Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang
diberikan injeksi secara Intra Muscular(IM) atau 50 mg Noretindron
Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi Intra
Muscular(IM) sebulan sekali (Saifuddin, 2006).
4. Kontrasepsi Suntikan Depomedroksi Progesteron Asetat (DMPA)

7
a. Pengertian Konrasepsi suntik DMPA
DMPA adalah kontrasepsi yang berisi depomedroksi
Progesterone Asetat 150 mg disuntik secara intramuskular di daerah
bokong yang diberikan setiap 3 bulan sekali (Saifuddin,2006)
b. Cara Kerja
1) Mencegah Ovulasi
2) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma.
3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba (Haryani,2010)
c. Efektifitas
Kontrasepsi suntik memiliki efektivitas yang tinggi, dengan 0,3
kehamilan per 100 perempuan per tahun, asal penyuntikannya
dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan
(Saifuddin,2006)
d. Keuntungan
1) Sangat efektif
2) Pencegahan kehamilan jangka panjang
3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri
4) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
5) Sedikit efek samping
6) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
7) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause
8) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
9) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
10) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul (Haryani,2010).
e. Keterbatasan
1) Sering ditemukan gangguan haid
2) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering, berat badan
yang bertambah 1-5 kg dalam tahun pertama (Rahmawati,2014). Rata-rata

8
kenaikan berat badan menggunakan kontrasepsi suntik DMPA adalah 1-5 kg
dalam tahun pertama. Rata-rata tiap tahun naik antara 2,3- 2,9 kg
(Hartanto,2010).
3) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B virus, dan infeksi virus HIV
4) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
5) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang,
kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala,
nervositas, dan jerawat (Haryani,2010).
f. Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin
1) Usia reproduksi
2) Nulipara dan yang telah memiliki anak
3) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
4) Setelah melahirkan dan tidak menyusui
5) Setelah abortus atau keguguran
6) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi
7) Perokok
8) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan
darah atau anemia bulan sabit
9) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat
tuberkulosis (rifampisin )
10) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen
11) Anemia defisiensi besi
12) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil
kontrasepsi kombinasi (Haryani,2010).
g. Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin
1) Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran)
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea

9
4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
5) Diabetes mellitus disertai komplikasi(Haryani,2010).
h. Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntikan progestin
1) Waktu 7 hari siklus haid, tidak diperlukan kontrasepsi tambahan, bila
diberikan setelah hari ke 7 siklus haid tidak boleh melakukan hubungan
seksual / menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari.
2) Setiap saat waktu tidak haid dan dipastikan tidak hamil, tidak boleh
melakukan hubungan seksual dan menggunakan kontrasepsi lain selama 7
hari.
3) Ibu sedang menggunakan kontrasepsi hormonal yang lain dan
menggunakannya dengan benar dan ibu dipastikan tidak hamil lalu ingin
menggantinya dengan kontrasepsi suntikan dapat segera diberikan atau sesuai
jadwal kontrsepsi
4) Bila ibu menggunakan AKDR suntikan diberikan hari 1 - 7 siklus haid, atau
dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, asal diyakini ibu
tersebut tidak hamil (Saifuddin, 2006).
i. Cara penggunaan kontrasepsi suntikan
1) Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
intramuskuler dalam di daerah pantat
2) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi oleh
etil/ isopropil alkohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik. Setelah
kulit kering baru disuntik
3) Kocok dengan baik, dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara.
Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan
4) Bila terdapat endapan putih pada dasar ampul, upayakan menghilangkannya
dengan menghangatkannya(Haryani,2010).
2. SAKIT KEPALA
a. Epidemiologi

10
Sebagian besar orang pernah mengalami nyeri kepala
(headache) pada sepanjang hidupnya, terbukti dari hasil penelitian
population base di Singapore didapati prevalensi life time nyeri kepala
penduduk Singapore adalah pria 80%, wanita 85% (p = 0.0002). Angka
tersebut hampir mirip dengan hasil penelitian pendahuluan di Medan
terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran USU mendapati hasil pria
78% sedangkan wanitanya 88% (Widjaja, 2005).
Di Amerika Serikat, dalam satu tahun lebih dari 70%
penduduknya pernah mengalami nyeri kepala, lebih dari 5% mencari
atau mengusahakan pengobatan, tetapi hanya ± 1% yang datang ke
dokter atau rumah sakit khusus untuk keluhan nyeri kepalanya.
Penelitian yang dilakukan di Singapura didapatkan prevalensi life time
nyeri kepala penduduk singapura adalah laki-laki 80%, wanita 85%.
Angka tersebut hampir mirip dengan hasil penelitian Syahrir di Medan
terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran USU, didapatkan hasil laki-
laki 78% sedangkan wanitanya 88%.
b. Definisi
Sakit Kepala merupakan keluhan utama yang paling sering
disajikan kepada
dokter. Setiap jenis “sakit kepala” mempunyai dasar organik, walaupun
pada sebagian terdapat juga faktor etiologik yang bersifat patogenik
(Sidharta, 2012). Nyeri Kepala adalah semua perasaan yang tidak
menyenangkan di daerah kepala. Nyeri di leher atau kerongkongan
tidak dimasukkan dalam nyeri kepala (Bahrudin, 2013).
Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan
pada daerah
kepala dengan batas bawah dari dagu sampai kedaerah belakang kepala
(area
oksipital dan sebagian daerah tengkuk). International Headache Society

11
(IHS) pada
tahun 1988 telah membagi nyeri kepala menjadi dua yaitu, nyeri kepala
primer dan
nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala tanpa
disertai adanya
penyebab struktural organik sedangkan nyeri kepala sekunder adalah
nyeri kepala
yang disertai penyebab struktural organik (Nurwulandari, 2014).
Nyeri kepala didefinisikan sebagai suatu perasaan tidak
mengenakkan pada
daerah kepala yang sering dikeluhkan dari para penderitanya karena
dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari (Nurwulandari, 2014). Nyeri kepala
adalah salah satu keluhan yang paling umum dikeluhkan oleh pasien
saat datang ke dokter perawatan primer dan neurolog. Meskipun
sebagian besar nyeri kepala adalah jinak (tidak membahayakan), namun
dokter dihadapkan pada tugas penting untuk membedakan gangguan
nyeri kepala yang jinak dan yang berpotensi mengancam nyawa.
Mengingat banyak penyakit sering disertai dengan keluhan nyeri
kepala, perlu pendekatan yang terfokus dan sistematis untuk
memfasilitasi diagnosis dan pengobatan yang tepat pada berbagai jenis
nyeri kepala (Hidayati, 2016).
c. Sakit Kepala/Pusing Akibat KB Menurut Penelitian
Menurut (Fitri, 2020) bahwa Berdasarkan hasil penelitian
diketahui
bahwa mayoritas responden mengalami amenorea sebanyak 32 (60,8%)
responden, terjadi spotting sebanyak 17 (33,3%) responden, tidak ada
yang mengalami menoragia, terjadi keputihan sebanyak 18 (35,3%)
responden, terjadi kenaikan berat badan sebanyak 29 (56,9%)

12
responden, terjadi pusing atau sakit kepala 18 (35,3%) responden dan
terjadi mual muntah sebanyak 16 (31,4%) responden.
Kejadian efek samping kontrasepsi suntik DMPA berupa
pusing/sakit kepala
bahwa Dari 51 (100%) responden yang mengalami efek samping
kontrasepsi
suntik DMPA berupa pusing/sakit kepala yaitu sebesar 18 (35,3%)
responden,
Sedangkan yang tidak mengalami efek samping pusing/sakit kepala
sebanyak 33
(64,7%) responden. Menurut Suratun (2008) sakit kepala bisa
disebabkan
karena reaksi tubuh terhadap hormon progesteron yang terdapat pada kb
suntik
DMPA. Pada penelitiannya Sari (2015) menuliskan bahwa 14,3%
akseptor KB
suntik DMPA mengalami efek samping sakit kepala. Bisa disimpulkan
bahwa dari
hasil penelitian dan penelitian terdahulu memiliki kesamaan yaitu
akseptor KB suntik DMPA sebagian akan mengalami efek samping
yaitu pusing/sakit kepala,
yang terjadi akibat dari hormon progesteron yang akan membuat
ketidakseimbangan hormon yang memicu sakit kepala.
Frekuensi kejadian efek samping kontrasepsi suntik DMPA
berupa
mual/muntah bahwa dari 51 (100%) responden yang mengalami efek
samping
kontrasepsi suntik DMPA karena mual/muntah yaitu sebesar 16
(31,4%)

13
responden Sedangkan yang tidak mengalami efek samping
mual/muntah
sebanyak 35 (68,6%) responden. Mual yang terjadi pada akseptor tidak
menggangu aktifitas seharihari. Pada bulan-bulan pertama penyuntikan
tubuh
akan bereaksi terhadap hormon progesteron yang bisa mempengaruhi
produksi asam lambung (Irianto, 2014).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Rusminah (2018)
menyatakan bahwa
akseptor KB suntik mengalami efek samping mual muntah sebanyak
41,2%. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Rahayu (2017) yang
menyatakan bahwa akseptor KB suntik DMPA sebanyak 2,7%
mengalami mual/muntah. Dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini
dan penelitian sebelumnya memiliki kesamaan yaitu akseptor KB
DMPA mengalami efek samping mual/muntah. Hal ini juga sesuai
dengan teori yang ada. Mual/muntah ini biasanya akan dirasakan oleh
akseptor KB pada awal penyuntikan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa akseptor KB suntik 3 bulan
mengalami sakit kepala sebanyak 37%. Penemuan ini sejalan dengan
penyataan dari Suratun (2008) ang menyatakan bahwa sakit kepala pada
pemakaian KB Suntik 3 bulan, dapat disebabkan karena reaksi tubuh
terhadap progestreon sehingga hormon estrogen fluktuatif (mengalami
penekanan) dan progesteron dapat mengikat air sehingga sel–sel di
dalam tubuh mengalami perubahan sehingga terjadi penekanan pada
syaraf otak.
Dari hasil analisa distribusi frekuensi efek samping penggunaan
kontrasepsi pil berdasarkan pusing/ sakit kepala yaitu 9 responden
(52.9%). Pusing/sakit kepala ini disebabkan karena efek dari hormon
estrogen terhadap pembuluh darah otak yang menyebabkan

14
penyempitan dan hipertrofi arteriode.Setiap bulannya, wanita akan
mengalami perubahan siklus hormonal dimana telah terjadi peningkatan
hormone estrogen dalam darah, jika hal ini terjadi secara terus menerus
setiap bulannya maka
ini merupkan pencetus terjadinya pusing/sakit kepala (Kusuma N,
2016).
Sejalan dengan pendapat Wiknjosastro (2012) dan Everet (2007)
bahwa pusing/sakit kepala merupakanefek samping dari penggunaaan
KB pil, dimana
KB pil ini merupakan metode kontrasepsi wanita yang berada di dalam
strip dengan
berbentuk tablet atau pil.Kandungan hormon dalam kontrasepsi pil
terdiri dari
gabungan hormon estrogen dan progeteron atau hanya terdiri dari
hormon estrogen
saja, yang memicu terjadinya pusing/sakit kepala.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ayuk dkk
(2017), didapatkan bahwa responden pernah merasakan pusing/sakit
kepala
setelah mengkonsumsi KB pil. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
responden mengalami pusing/sakit kepala dirasakan hampir setiap
setelah mengkonsumsi KB pil, tetapi hal ini dirasakan responden hanya
sementara dan tidak berlangsung secara terus menerus dan akan hilang
dengan sedirinya.
3. HERBAL JAHE
Jahe merupakan tanaman obat yang paling banyak
dibudidayakan di Indonesia. Di Indonesia memiliki 3 jenis jahe yang

15
biasa diperdagangkan yakni jahe gajah, jahe
emprit, dan jahe merah (Pribadi, 2013). Apabila dibandingkan dengan
jenis jahe
lainnya, jahe merah merupakan jenis yang paling banyak digunakan
untuk obat karena
mengandung gingerol, minyak atsiri, dan minyak oleoresin paling tinggi
Rosevicka et
al., (2007). Pengolahan jahe untuk dijadikan sebuah produk biasanya
hanya dalam
bentuk jahe segar dan jahe kering, kemudian dibubukkan dan diolah.
Menurut
Handayani dkk., (2015) sebagian besar ekspor jahe masih dalam bentuk
bahan mentah
(rimpang jahe segar) dan setengah jadi (jahe kering). Permasalahan
lebih banyak
muncul pada saat pendistribusian seperti terjadi pengriputan pada jahe
segar,
perkecambahan, kontaminasi jamur akibat sanitasi yang kurang
diperhatikan pada saat
pengepakan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini rimpang jahe merah
segar diolah
dengan cara mengekstrak minyak oleoresin dan dijadikan suatu flavor,
serta dapat
menekan pencemaran mikroba (kontaminasi jamur). Penyimpanan lebih
hemat, lebih
ringan dan efisien dalam pengangkutan untuk pendistribusian juga
merupakan
keuntungan dari pengolahan tersebut. Untuk mengambil kandungan
minyak oleoresin

16
pada jahe merah, digunakan metode ekstraksi maserasi dan warna yang
dihasilkan
berwarna cokelat tua hingga hitam. Menurut Mandal et al., (2007)
ekstraksi adalah
proses penarikan komponen aktif dari campuran padatan atau cairan
dengan
menggunakan pelarut tertentu, dan maserasi termasuk dalam ekstraksi
sederhana dengan cara pengadukan pada suhu.
Jahe memiliki batang berupa batang yang semu dengan
ketinggian atau panjang sekitar 30 - 100 cm. Jahe memiliki bentuk akar
rimpang berwarna kuning kehijauan ataupun kemerahan dan memiliki
bau khas yang menyengat. Memiliki daun menyirip yang dengan
panjangnya sekitar 15 - 23 cm atau lebih dan lebar daun sekitar 8 - 15
nm. Jahe memiliki Bunga yang berada di tanah berbentuk bulat lonjong.
Warnanya kuning
kehijauan Batang bunga bersisik dengan jumlah 5 - 7 buah. Kepala
putik berwarna ungu dengan jumlah tangkai putik 2 buah. Ada dua jenis
jahe yang umum dikenal yaitu jahe merah dan jahe biasa ( berwarna
kuning kecoklatan ), seperti namanya jahe merah
memiliki rimpang berwarna merah, untuk khasiat jahe merah juga tidak
kalah dengan
jahe biasa.
Banyaknya manfaat dari jahe sebagai tanaman obat maka jahe
dapat digunakan untuk swamedikasi penyakit (Nurlita, 2018).
Swamedikasi penyakit, Swamedikasi adalah suatu tindakan untuk
melakukan pengobatan terhadap suatu penyakit atau luka secara mandiri
dengan menggunakan obat-obatan tertentu yang mudah diperjual-
belikan di apotek atau tempat umum baik obat bebas, obat bebas
terbatas, ataupun obat keras dan psikotropika.

17
Selama ini jahe digunakan sebagai pengobatan tradisional untuk
berbagai macam penyakit (Ratu, 2021). Dijadikan sebagai obat herbal
di karenakan jahe mengandung banyak sekali zat yang bermanfaat bagi
kesehatan tubuh. Kalori: 4,8, Karbohidrat: 1,07 gram, Serat: 0,12 gram,
Protein: 0,11 gram, Lemak: 0,05 gram, Gula: 0,1 gram. Kandungan ini
tergantung bagaimana cara pengolahan dari jahe, kadungn di atas
merupakan kandungan murni dari jahe jika di dimakan secara langsung
tanpa diolah terlebih dahulu, jika diolah misalnya menjadi susu jahe
atau wedang jahe, tentunya kandungan tersebut akan berubah
tergantung bagaimana kita mengolah jahe tersebut.
Selain itu, jahe juga mengandung berbagai vitamin dan mineral
yang baik untuk tubuh, seperti: Zat besi, Kalium, Vitamin B3 dan B6,
Vitamin C, Magnesium, Fosfor, Zinc, Folat, Riboflavin (vitamin B2),
Niacin (vitamin B3). Kandungan yang paling penting dari jahe adalah
zingiberol yang berfungsi sebagai anti radang dan mengandung
antioksidan yang sangat tinggi.
Banyak sekali manfaat yang diperoleh dari jahe seperti anti
peradangan, mencegah permasalahan pada kulit, mencegah agar tidak
terjangkit kanker, meningkatkan sistem imun, obat masuk angin,
membantu menurunkan berat badan, mengurangi mual, mengurangi
rasa sakit, mendetoksifikasi tubuh dari racun, dan lain sebagainya. Cara
penggunaan jahe sebagai obat, biasanya banyak masyarakat yang
menjadikan jahe sebagai minuman, seperti minuman sekoteng yang
ditambah jahe, ada juga yang membakar jahe tersebut untuk
mengeluarkan zat Atsiri dari jahe dan menambahkan ke minuman atau
sebagai aromatherapy, di China jahe sendiri di keringkan dan di jadikan
obat herbal yang nantinya diseduh dan diminum, cara ini merupakan
cara yang lumayan banyak digunakan masyarakat Indonesia dalam
mengolah jahe sebagai obat obatan, jahe juga bisa dikeringkan dan

18
dihaluskan dan dimasukkan kedalam kapsul, sebagai alternatif untuk
mendapatkan manfaat kesehatan dari jahe tanpa harus merasakan rasa
jahe yang lumayan pedas, dewasa ini banyak juga yang mengolah jahe
menjadi minuman sachet seperti kopi jahe, teh jahe, wedang jahe,
bandrek dan lain sebagainya.

C. DOKUMENTASI SOAP DAN RENCANA TINDAK LANJUT

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. S DENGAN


KELUARGA BERENCANA SUNTIK 3 BULAN DENGAN KELUHAN SAKIT
KEPALA DI PMB R KEC. SETU KABUPATEN BEKASI TAHUN 2023

Tanggal Pengkajian : 1 APRIL 2023


Jam Pengkajian : 17.00 WIB
Tempat Pengkajian : Praktek Mandiri Bidan (PMB) R

I. PENGUMPULAN DATA IDENTITAS/BIODATA


Nama : Ny. S Nama Suami : Tn. L
Umur : 29 Tahun Umur : 31 Tahun
Suku : Sunda Suku : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :Wiraswasta
Alamat : Kp.
Setu Alamat :Kp.Sawah,Setu

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan ini kunjungan ulang ke dua untuk ber KB setelah masa nifas. Ibu
menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan ( depo medroksi progesterone asetat)
sebelumnya. Ibu juga mengatakan sering merasakan sakit kepala setiap memasuki
waktu kunjungan untuk ber KB.

19
a. Riwayat menstruasi
Menarche : 15 tahun siklus : 30 hari
Banyaknya : 3 x ganti pembalut sifat darah : kental
Warna : kemerahan
b. Riwayat perkawinan : ibu mengatakan perkawinan sah,usia menikah 22 tahun
c. Riwayat KB sebelumnya : Ibu mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulan
d. Riwayat medis sebelumnya : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami pengobatan
jangka panjang
e. Riwayat sosial : Ibu tidak pernah merokok atau mengkonsumsi minum-minuman
keras.
f. Riwayat kesehatan yang lalu : Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit
seperti DM, jantung, hepatitis, hipertensi dan TBC.
g. RiwayatGinekologi
Tumor :
Tidakada
Operasi ginekologi :
Tidakada
Penyakit kelamin :
Tidakada
GO :
Tidakada
Sifilis :
Tidakada
Herpes :
Tidakada
Keputihan :
Tidakada
Perdarahan tanpa sebab :
Tidakada

20
h. Pola Kebiasaan Seharihari
1.Nutrisi
Frekuensi makan dalam sehari 3 kali dengan komposisi nasi sayur dan lauk
pauk kadang ada buah dalam porsi yang sedikit dan frekuensi minum air putih
yaitu ± 8 gelas Ibu kadang mengemil makan ringan.
2.Eliminasi
BAK 5-7 kali dalam sehari dengan warna kuning,bau amoniak dan BAB 1-2
Kali dalam sehari,kosistensi lunak,tidak ada nyeri saat BAK dan
BAB
3. Pola Istirahat
Kebutuhan istirahat tidur siang tidak pernah dan kebutuhan istirahat tidur
malam 6-8 jam 4. Personal Hygiene
Mandi dan gosok gigi 2 kali sehari, keramas 2 kali seminggu, ganti baju dan
celana 2 kali sehari tiap habis mandi atau sewaktu waktu basah.
5. Aktivitas
Sebagai ibu rumah tangga memasak ,menyapu dan mencuci.
i. Pengetahuan ibu tentang KB suntik 3 Bulan ibu mengatakan sudah mengetahui
tentang kb suntik 3 bulan seperti,cara kerja, keuntungan, indikasi, kontra indikasi,
dan efek samping.

B. DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan fisik
Tanda vital :
TD : 120/80 mmHg RR : 23 x/menit
Suhu : 36,5 C Nadi : 82 x/menit
BB : 47 kg
TB : 160 cm
Keadaan fisik

21
a) Kepala : rambut pendek dan kulit kepala bersih , tidak ada nyeri
tekan serta tidak ada benjolan
b) Wajah : Keadaan Wajah tidak pucat , tidak ada kelainan
c) Mata : Konjungtiva berwarna merah muda , sclera tidak ikterus
d) Hidung : Tidak ada polip
e) Telinga : Tidak tampak kelainan
f) Mulut : Bersih , tidak tampak caries
g) Leher : Tidak ada pembesaran Kelenjar gondok atau tyroid
h) Dada ;Simestris kiri dan kanan ,putting susu menonjol , tidak ada
benjolan , radang atau luka.
i) Abdomen : tidak ada jaringan perut
j) Ekstermitas atas dan bawah : .tidak ada luka parut pada lengan ,
tidak terdapat odema dan varies
k) Genetalia : tidak ada tanda tanda infeksi
Anus : tidak ada hemoroid

b. Pemeriksaan khusus obstetric Abdomen


Pembesaran : Simetris
Vagina dan vulva
Varices : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Tanda peradangan : Tidak ada
Pemeriksaan dalam
VT : Tidak dilakukan
Portio : Tidak dilakukan
Inspekulo
Tumor : Tidak ada
Perdarahan : Tidak ada
Panjang uterus : Tidak dilakukan

22
c. Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan

C.ANALISIS
Ny.S P2A0 umur 29 tahun, Akseptor KB suntik 3 bulan ( depo medroksi
progesterone asetat).

D.PENATALAKSANAAN
a. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
TD : 120/80 mmHg RR : 23 x/menit
Suhu : 36,50C Nadi : 82 x/menit
Ibu sudah mengetahui tentang keadaannya.

b. Menginformasikan kepada ibu tentang KB yang akan digunakan.

Ibu telah memilih suntik KB 3 bulan

c. Memberitahu ibu bahwa ibu akan disuntik KB 3 bulan (Depo Progesteron) secara
IM dibagian bokong ibu. Ibu bersedia disuntik.
d. Memberitahu kepada ibu tentang efek samping seperti perubahan pola haid dan
berat badan, sakit kepala/pusing, penurunan libido/hasrat seksual Ibu sudah
mengetahui efek sampingnya.
e. Memberikan konseling tentang aromaterapi jahe bahwa bisa digunakan untuk
terapi mengurangi keluhan pada sakit kepala , dan jika ibu berkenan akan
dilakukan terapi aroma terapi jahe secara langsung oleh Bidan kepada pasien di
tempat praktek Bidan (PMB). Ibu bersedia biberikan terapi secara langsung oleh
bidan dengan waktu yang telah disepakati bersama pada tgl 4 April 2023.
f. Menganjurkan ibu kembali apabila ada keluhan dan suntik ulang pada tanggal 24
juni 2022.Ibu sudah mengerti dan bersedia datang kembali untuk mendapatkan
suntikan ulang.

1 April 2023

23
Pelaksan Asuhan

(Ros Ayu Mustopa)

D. PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis menyajikan pembahasan dengan membandingkan antara
teori dengan asuhan kebidanan secara study kasus yang diterapkan pada Ny.S di
Praktek Mandiri Bidan (PMB) R dan sudah diberika KB suntik 3 bulan.
Penulis memberi pengetahuan tentang KB suntik 3 bulan yaitu tidak
berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak memiliki pengaruh terhadap ASI,
mengurangi resiko kanker endometrium, dapat mengurangi resiko penyakit radang
panggul dan kerugiannya yaitu perubahan pola haid (haid tidak teratur atau
memanjang dalam 3 bulan pertama, haid jarang, tidak haid dalam 1 tahun), sakit
kepala, kenaikan berat badan, penurunan hasrat seksual, perubahan suasana perasaan
(Kemenkes RI, 2013)
Dilakukan penyuntikan KB suntik 3 bulan kepada Ny.Y pada tanggal 1April
2023, setelah dilakukan penyuntikan penulis memberitahu kepada ibu untuk kembali

24
tanggal 24 juni 2023 untuk penyuntikan 3 bulan kemudian. Memberitahu kepada
Ny.S untuk tidak lupa tanggal kebali untuk melakukan penyuntikan ulang dan
apabila ibu merasakan keluhan dianjurkan untuk datang ke klinik.
Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung di lahan praktek
melalui studi kasus tentang manajemen asuhan kebidanan pada Ny “S” dengan
akseptor baru KB suntik 3 bulan dengan keluhan sakit kepala di Praktek Mandiri
Bidan (PMB) R, maka bab ini penulis menarik kesimpulan.

E. SIMPULAN
1. Telah dilakukan pengolahan data secara subjektif pada Ny S akseptor KB
suntik 3 bulan di PMB R.
2. Telah dilakukan pengolahan data secara objektif pada Ny S akseptor KB
suntik 3 bulan di PMB R.
3. Telah dilakukan analisa data pada Ny S akseptor KB suntik 3 bulan di PMB
R.
4. Telah dilakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny S akseptor KB
suntik 3 bulan di PMB R.

25
F. REFERENSI
Amir, Z., & Risnawati. (2015). Psikologi Pembelajaran Matematika I. Aswaja
Pressindo.
Ayu, dkk .2017. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Corporate
Social Responsibility Sebagai Variabel Mediasi Pada Perusahaan Pertambangan.
E-Jurnal Manajemen Unud. Vol 6, No 2. ISSN: 2302-8912.
Bagus (2011). Pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.
Jakarta: CvtransInfomedia
Departemen Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 5. Jakarta: Depkes RI, p441-448.
Everett, Suzanne. 2007. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual
Reproduksi. Jakarta : EGC.

26
Haryati, dkk. 2011. Pengaruh Lamanya Pemakaian Alat Kontrasepsi Depo
Medroxy Progesterone Acetate (DMPA) Terhadap Kenaikan Berat Badan.
Jurnal Bidan Prada. Vol 2, No 2. http://www.akbidylpp.ac.id/25/23.pdf
diakses tanggal 22 Maret 2023
Haryani, Dwi Dewi. 2010. Pengaruh Frekuensi Kontrasepsi Suntik DMPA
terhadap Kenaikan Berat Badan pada Akseptor Kontrasepsi Suntik DMPA.
Jurnal Ilmiah kebidanan. Vol 1, No 1.
http://download.portalgaruda.org/2007186633.pdf diakses tanggal 22 Maret
2023
Handayani, dkk. 2015. Nutrition Care Process (NCP). Penerbit Graha Ilmu,
Yogyakarta
Irianto, K., 2012, Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme, 76-77,
Bandung, Yrama Wigya.
Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 413 Tahun 2020
Tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 Revisi 5. 2020.
Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama RISKESDAS 2018 Provinsi Jawa Timur.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kusuma. (2016). Asuhan Keperawatan Berdasarkan diagnosa Media NANDA
NICNOC. Jogjakarta:Mediactio Publishing.
Mandal., et al. 2009. Lecture Notes Penyakit Infeksi. Edisi Keenam. Alih bahasa oleh
Surapsari, Juwalita. Jakarta : Erlangga
Manuaba I. (2012). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB, Jakarta: EGC
Mudrikatin, S. (2012). Hubungan Kontrasepsi KB Suntik 3 Bulan DMPA pada
Akseptor KB dengan Peningkatan Berat Badan di Puskesmas Jabon
Jombang. Sain Med Jurnal Kesehatan, 4(1).
Mulyani Dan Rinawati .2013. Keluarga Berencana Dan Alat Kontrasepsi.
Yogyakarta : Nuha Medika
Nurwulandari I, 2014, Naskah Publikasi: Hubungan Penggunaan Media Elektronik

27
Dengan Nyeri Kepala Pada Remaja Di Surakarta, diunduh tanggal 22 Maret
2023.
Pramono, S., 2008, Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat
Tradisional, Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Proverawati , dkk .2010. Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha
Medika
Saifuddin, A. (2010). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Sidharta P, 2012, Text Book: Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum, PT Dian
Rakyat, Jakarta, hal. 2-54.
Suratun,dkk.2008. Pelayanan Keluwarga Berencana & Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta :Trans Info Media.
Sriwahyuni, efi dan Wahyuni, Chatarina Umbul. 2010. Hubungan antara Jenis
dan Lama Pemakaian Alat Kontrasepsi Hormonal dengan Peningkatan
Berat Badan Akseptor. The Indonesian Journal of Public Health. Vol 8, No
3. journal.unair.ac.id/5964-1c4bd49a60.pdf diakses tanggal 22 Maret 2023.
Widjaja. 2005. Penyelenggaraan otonomi daerah di indonesia dalam rangka
sosialisasi UU No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Jakarta:
PT. Raja grafindo persada.
Yuhedi Dan Kurniawati .2014. Kependudukan Dan Pelayanan KB. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC

28

Anda mungkin juga menyukai