Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KB DAN PELAYANAN KONTRASEPSI PADA NY. R UMUR 28


TAHUN P1A0 AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN SPOTTING KLINIK PRATAMA
NAWANG MEDISTA

Disusun Guna Persyaratan Praktik Stase Asuhan Kebidanan KB Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun Oleh

Nindi MN G3E021026

Nurmina G3E021006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021/2022
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KB DAN PELAYANAN KONTRASEPSI PADA NY. R UMUR 28


TAHUN P1A0 AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN SPOTTING KLINIK PRATAMA
NAWANG MEDISTA

Disusun Oleh

Nindi MN (G3E021001)

Nurmina (G3E021006)

Disetujui untuk diseminarkan pada tanggal : ....................

Pembimbing institusi

(Dian Nintyasari Mustika, S. ST, M. Kes)


Tanggal : ........................................................
NIK. 28. 6. 1026. 156

Pembimbing klinik (CI)

( )
Tanggal : ........................................................
NIP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah Negara berkembang dengan jumlah
peningkatan penduduk yang tinggi. Hasil sensus menurut publikasi BPS
(Badan Pusat Statistik) pada bulan agustus 2017 antara lain jumlah penduduk
Indonesia adalah 261.890.872 orang, terdiri atas 131.579.184 laki-laki
130.311.688 perempuan dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,5% per
tahun. Dari pertumbuhan jumlah penduduk ini tentu saja akan berimplikasi
secara signifikan terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara
(Profil Kesehatan, 2017).
Data badan kependudukan dan keluarga berencana nasional (BKKBN)
menunjukan pada tahun 2017 ada 37.338.265 pasangan usia subur (PUS),
yang merupakan peserta kb (59,7%) dan hampir separuhnya (31,7%)
menggunakan kontrasepsi suntik. (Profil Kesehatan, 2017).
Upaya pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan penduduk di
Indonesia yaitu dengan menerapkan program keluarga berencana. KB
dilaksanakan dengan berbagai macam metode kontrasepsi diantaranya metode
kontrasepsi sedeharna seperti: kondom, diafragma, pantang berkala dan koitus
interruptus. Metode kontrasepsi efektif hormonal seperti: AKDR/IUD, dan
metode kontrasepsi mantap seperti: metode operasi wanita (MOW) danmetode
operasi pria (MOP). Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dan indikasi pasien
yang ingin memilihnya (Manuaba, 2012).
Jumlah PUS Provinsi Jawa Tengah tahun 2016 sebanyak 6.727.894 PUS.
Dari seluruh PUS yang ada, sebesar 78,6 persen adalah peserta KB aktif.
Adapun jenis metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh peserta
KB aktif adalah suntik 54,2 persen dan terbanyak ke dua adalah pil 13,2
persen. Hal tersebut dapat difahami karena akses untuk memperoleh
pelayanan suntik relatif lebih mudah, sebagai akibat tersedianya jaringan
pelayanan sampai di tingkat desa/kelurahan sehingga dekat dengan tempat
tinggal peserta KB (Profil Kesehatan Jateng, 2017).
Kontrasepsi suntik KB 3 bulan adalah Depo Medroksiprogesteron Asetat
(Depoprovera), mengandung 150 mg DMPA. Diberikan setiap 3 bulan dengan
cara disuntikan intramuscular (IM) di daerah bokong. (Rusmini dkk, 2017).
Tidak jarang dalam pemakaian KB suntik 3 bulan tanpa efek samping,
efek samping KB suntik 3 bulan yang sering terjadi adalah perubahan pola
perdarahan haid, perdarahan bercak (spotting), efek samping lainya
yaitudepresi, keputihan, jerawat, perubahan berat badan, pemakaian jangka
panjang bisa terjadi penurunan libido dan densitas tulang. (Rusmini dkk,
2017).
Spotting yaitu perdarahan yang berupa bercak yang berjumlah sedikit,
namun bila spotting tidak ditangani atau berlangsung berkepanjangan akan
menyebabkan anemia, selain itu efek samping lainya adalah terjadi iritasi
dikarenakan frekuensi pemakaian pembalut meningkat lebih sering jika hal ini
dibiarkan dan tidak melakukan perawatan dan menjaga kebersihan genitalia
dengan baik dan benar akan menyebabkan infeksi (Saifuddin, 2010).
Penanganan Jika terjadi perdarahan bercak (spotting) baik ringan ataupun
tidak terlalu mengganggu, mkaa tidak perlulah diberikan obat. Akan Tetapi
jikalau mengganggu ataupun mengalami pendarahan sepanjang bisa diitangani
dengan pemberian pil kontrasepsi kombiinasi 2x1 tablet selama 7 hari, dan
Ibu-ibu profen (sampai dengan 800 mg, 3x//hari, yakni untuk 5 hari) untuk
mencegah imflamasi (Susilowati &Endang, 2012). Selain pengobatan maka
berikanlah bimbingan konseling kepada lbu- ibu tentang vulva hygiene yang
bertujuan untuk mencegah terjadiinya iinfeksi pada vulva dengn
membersiihkan vulva dari depan kebelakang menggunakan air bersih dan
menghindari agar tidak lembab. (Affandii dkk, 2012).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Melakukan asuhan kebidanan akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan
spotting dengan menggunakan pendekatan 7 langkah varney.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada akseptor kontrasepsi
suntik 3 bulan dengan spotting
b. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi data dasar yang meliputi
diagnose kebidanan, masalah, dan kebutuhan pada akseptor
kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting
c. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa potensial pada akseptor
kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasi tindakan segera pada akseptor
kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting
e. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan tindakan asuhan kebidanan
pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting
f. Mahasiswa mampu melaksanakan perencanaan tindakan asuhan
kebidanan pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada
akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam melaksanakan asuhan
kebidanan pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting.
b. Mampu melakukan manajemen kebidanan 7 langkah varney pada
akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting.
2. Institusi pendidikan
a. Sebagai masukan dalam rangka mengembangkan asuhan kebidanan
pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting.
b. Dapat digunakan sebagai bahan referensi dan sumber bacaan tentang
asuhan kebidanan pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan
spotting.
3. Tempat praktik
Mampu meningkatkan mutu pelayanan kebidanan pada akseptor
kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keluarga Berencana


1. Pengertian Keluarga Berencana
Pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu strategi untuk
mendukung percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dengan
mengatur waktu, jarak, jumlah kehamilan, sehingga dapat mencegah atau
memperkecil kemungkinan ibu hamil mengalami komplikasi yang
membahayakan jiwa atau janin (Kemenkes RI, 2014). Keluarga berencana
adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas melalui promosi,
perlindungan dan bantuan dalam hak-hak reproduksi untuk membentuk
keluarga dengan usia kawin yang ideal, mengatur jumlah, jarak kehamilan,
membina ketahanan serta kesejahteraan anak (BKKBN, 2015).
Menurut World Health Organization (2016), Keluarga Berencana
(Family Planning) dapat memungkinkan pasangan usia subur (PUS) untuk
mengantisipasi kelahiran, mengatur jumlah anak yang diinginkan, dan
mengatur jarak serta waktu kelahiran. Hal ini dapat dicapai melalui
penggunaan metode kontrasepsi dan tindakan infertilitas. Jadi, Keluarga
Berencana (Family Planning) adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan alat
kontrasepsi yang bertujuan untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia
sejahtera.

2. Tujuan Keluarga Berencana


Tujuan dilaksanakan program KB yaitu membentuk keluarga kecil
sesuaidengan sosial ekonomi keluarga dengan cara mengatur kelahiran
anak untuk mewujudkan keluarga bahagia, sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013). Tujuan program KB
lainnya yaitu menjarangkan, menunda dan menghentikan kehamilan
untuk menurunkan angka kelahiran, menyelamatkan ibu dan bayi akibat
melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan
melahirkan pada usia tua (Hartanto, 2015).

3. Manfaat Keluarga Berencana


Menurut Marmi (2016), beberapa manfaat untuk program Keluarga
Berencana (KB) sebagai berikut :
a. Manfaat bagi ibu
Ibu dapat memperbaiki kesehatan tubuh, peningkatan kesehatan
mental dan sosial karena mempunyai waktu yang cukup untuk
mengasuh anak, beristirahat dan menikmati waktu luang.
b. Manfaat bagi anak yang dilahirkan
Anak tumbuh dengan baik terpenuhi kebutuhan dasar asah, asih, asuh.
c. Manfaat bagi suami
Memperbaiki kesehatan fisik, mental, dan sosial karena kecemasan
berkurang serta memiliki lebih banyak waktu untuk keluarganya.
d. Manfaat bagi seluruh keluarga
Setiap anggota keluarga akan mempunyai kesempatan yang lebih
besar untuk memperoleh pendidikan.

4. Sasaran Program Keluarga Berencana


Sasaran dari program keluarga berencana dibagi menjadi dua yaitu
sasaran utama dan sasaran antara. Sasaran utama adalah Pasangan Umur
Subur (PUS), sedangkan untuk sasaran antara adalah tenaga kesehatan
(Rahayu dan Prijatni, 2016).

B. Konsep Dasar Kontrasepsi


1. Pengertian kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’
dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel
sperma yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi merupakan upaya
pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan (Nugroho, 2014).
2. Efektivitas (daya guna) Kontrasepsi
Efektivitas atau daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu
kemampuan kontrasepsi dalam pemakaian sehari-hari dipengaruhi oleh
sikap tidak hati-hati, kurang disiplin dengan aturan pemakaian.
Keberhasilan dalam menggunakan non metode kontrasepsi jangka
panjang dipengaruhi oleh tingkat kepatuhan. Akseptor KB pil yang tidak
patuh tetapi berhasil kemungkinan pada saat akseptor tersebut tidak
mengkonsumsi KB pil dan tidak memasuki masa subur sehingga tidak
terjadi kehamilan (Ermawati, 2013).
Hal ini sejalan dengan penelitian Widyawati dkk (2020) didapatkan
ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kejadian
drop out KB. Perilaku drop out KB sebagian besar akibat efek samping
yang seharusnya dapat dicegah dengan meningkatkan pengetahuan calon
akseptor melalui konseling.

3. Persyaratan Metode Kontrasepsi


Secara umum, persyaratan metode kontrasepsi menurut Affandi dkk
(2014) sebagai berikut:
a. Aman, berarti metode kontrasepsi tidak memberikan dampak
komplikasi berat jika digunakan dalam jangka waktu tertentu.
b. Berdaya guna
c. Dapat diterima, penerimaan awal tergantung pada motivasi yang
diberikan oleh petugas kesehatan. Penerimaan lanjut dipengaruhi oleh
umur, motivasi, budaya, sosial ekonomi, agama.
d. Harga mudah dijangkau oleh masyarakat
e. Pengembalian kesuburan cepat kecuali kontrasepsi mantap.
Syarat Kontrasepsi Yang Baik Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu
metode kontrasepsi yang baik menurut Kementerian Kesehatan RI (2015),
adalah :
a. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya
b. Tidak ada efek samping yang merugikan
c. Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan
d. Tidak mengganggu hubungan seksual
e. Cara penggunaanya sederhana
f. Dapat diterima oleh pengguna
g. Dapat diterima oleh pasangan

4. Macam-macam metode kontrasepsi


a. Metode kontrasepsi sederhana
Metode kontrasepsi sederhana ini terdiri dari dua yaitu metode
kontrasepsi sederhana tanpa alat (Metode Amenore Laktasi (MAL),
senggama terputus (coitus interuptus), metode kalender, metode lendir
serviks, metode suhu basal badan dan simptotermal) dan metode
kontrasepsi dengan alat seperti kondom, diafragma, cup serviks dan
spermisida (Handayani, 2010).
1) Metode senggama terputus
Metode Senggama Terputus merupakan metode tradisional
untuk mecegah kehamilan dengan mencegah keluarnya sperma
didalam vagina dengan kata lain ketika berhubungan seksual
seorang pria harus mengeluarkan penis dari vagina sebelum
mencapai enjakulasi. Metode ini tidak memiliki efek mengganggu
sistemik, dapat digunakan setiap saat , tidak mengelurkan biaya
namun memilikki efek memutus kenikmatan dalam berhubungan
seksual, efektifitasnya akan menurun ketika sperma masih melekat
didalam penis 24 jam setelah enjakulasi dan tidak dapat digunakan
kepada suami yang mengalami kelainan enjakulasi seperti
enjakulasi dini (Affandi, 2011).
2) Metode barrier
Metode barier merupakan metode kontrasepsi dengan
menempelkan sebuah alat pada alat kelamin untuk mencegah
terjadinya kehamilan, dalam metode Barier memiliki beberapa
macam yaitu Kondom, Diafragma, dan Spermisida. Kondom
adalah alat mencegah kehamilan berbentuk selubung silinder
dengan ujung muara tebal yang terbuat dari karet yang dipasang
pada penis saat berhubungan seksual, dengan dipasangkan
kondom maka sperma tidak akan keluar dari kondom dan tidak
terjadi kehamilan. Sedangkan metode barier yang digunakan untuk
wanita adalah diafragma, berbentu cup bulat cembung terbuat dari
lateks atau karet yang di insersikan dalam vagina sebelum
berhubungan seksual dengan begitu serviks akan tertutup dan
sperma tidak memiliki akses untuk mencapai saluran alat
reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopi ) sekaligus dapat
digunakan sebagai Spermisida atau bahan kimia non oksinol untuk
menonaktifkan atau membunuh sperma yang dikemas dalam
bentuk aerosol, tablet dan krim. Metode ini memilik keterbatasn
yaitu efektifitas hanya 1 – 2 jam , menyebabkan banyak limbah
setelah pemakaian pada kondom yang intens karena digunakan
satu kali pakai, dapat menjadi penyebab terjadinya infeksi.
( Affandi, 2011)
3) Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
Metode Keluarga Berncana Alamiah (KBA) adalah metode
kontrasepsi yang mengandalakan masa subur wanita, dilakukan
dengan memperikarakan masa subur untuk menghindari
berhubungan. Metode ini memiliki perhitungan untuk
memperkirakan masa subur yaitu dengan rumus seiklus terpanjang
dikurangi 11 , siklus terpendek dikurangi 18, antara kedua waktu
senggama dihindari. Terdapat beberapa macam KBA yaitu
Metode Ovulasi Billings (MOB) dan Metode Suhu Basal. Pada
metode KBA memiliki efektifitas yang cukup tinggi ketika patuh
dan disiplin dalam menjalankan dengan begitu KBA memiliki
keterbatasan yaitu membutuhkan pencatatan setiap hari,
dibutuhkan pelatihan untuk mengetauhi tanda- tanda sedang subur
atau tidak dan keterbatasan lainnya (Affandi, 2011).
b. Metode kontrasepsi modern
Kontrasepsi modern terdiri dari pil, suntik, Alat Kontrasepsi
Bawah Kulit (AKBK), Alat Kontraepsi Bawah Rahim (AKDR),
Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria / MOP
(Handayani, 2010).
Berdasarkan lama efektivitasnya, metode kontrasepsi dibagi
menjadi dua, antara lain :
1) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
a) Implant
 Pengertian
Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang
efektif, tidak permanen dan dapat mencegah terjadinya
kehamilan antara tiga sampai lima tahun. Kontrasepsi
implant ini memiliki cara kerja menghambat terjadinya
ovulasi, menyebabkan selaput lendir endometrium tidak
siap untuk menerima pembuahan (nidasi), mengentalkan
lendir dan menipiskan lapisan endometrium dengan
efektivitas keberhasilan kontrasepsi implant sebesar 97-
99% (BKKBN, 2013).
 Cara kerja dan efektivitas
Cara kerja implant ditanamkan di bawah kulit,
biasanya dilengan atas. Implant mengandung progesteron
yang efektifitasnya adalah membuat lendir seviks menjadi
kental, mengganggu proses pembentukan endometrium
sehingga sulit terjadi implantasi, mengurangi transportasi
sperma, menekan ovulasi, dan 99 sangat efektif (kegagalan
0,2-1 kehamilan per 100 perempuan (Mega dan
Wijayanegara, 2017).
 Keuntungan
Keuntungan dari kontrasepsi implant adalah
perlindungannya dalam jangka panjang, pengembalian
tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan, bebas
dari pengaruh estrogen, tidak mengganggu kegiatan
senggama, tidak mengganggu produksi ASI, klien hanya
perlu kembali ke klinik apabila ada keluhan, dan dapat
dicabut sesuai dengan waktu yang diinginkan. Waktu yang
baik untuk penggunaan implant adalah setiap saat selama
siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7 (Bangun, 2017).
 Kelemahan
Tidak dianjurkan untuk penderita penyakit hati,
kanker payudara, perdarahan tanpa sebab, penggumpalan
darah, penderita tekanan darah tinggi, kolesterol tinggo,
penyakit jantung (Mega dan Wijayanegara, 2017).
 Efek samping
Pada kebanyakan pasien yang menggunakan KB
Implant dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa
perdarahan bercak(spotting), hipermenorea, atau
meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea, hingga
timbul-timbulnya keluhan sakit kepala, peningkatan atau
penurunan berat badan, nyeri payudara serta perasaan mual
(Mulyani dan Rinawati, 2013).
 Indikasi
Pada wanita reproduksi yang berusia 20-35 tahun
yang telah memiliki anak sesuai dengan yang diinginkan,
menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi
dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang,
pasca persalinan dan sedang menyusui bayinya yang
berusia 6 minggu atau lebih (Mulyani dan Rinawati, 2013).
 Kontra indikasi
Menurut Arum dan Sujiyati (2011), Kontra indikasi
imlant adalag sebagai berikut :
 Hamil atau didugahamil
 Perdarahan pervaginam yang belum jelaspenyebabnya
 Benjolan/kanker payudara atau riwayat
kankerpayudara
 Tidak dapat menerima perubahan pola haid yangterjadi
 Miomauterus
 Gangguan toleransi glukosa
b) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / Intra Uterine
Devices (IUD)
 Pengertian
IUD (Intra Uterin Device) atau nama lain adalah
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) adalah suatu
benda kecil yang terbuat dari plastic yang lentur,
mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon
dan dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan
mempunyai benang (BKKBN, 2014).
Sangat efektif yaitu 0,5-1 kehamilan per 100
perempuan selama satu tahun pertama penggunaan (Arum
dan Sujiyati, 2011).
 Jenis-jenis IUD
Menurut Mulyani dan Rinawati (2013), saat ini IUD (Intra
Uterin Device) yang umum beredar dan digunakan adalah :
 IUD (Intra Uterin Device) terbentuk dari rangka
plastik yang lentur dan pada lengan dan batang IUD
(Intra Uterin Device) terdapat tembaga.
 IUD (Intra Uterin Device) Nova T, terbentuk dari
rangka plastik dan tembaga. Pada ujung lengan bentuk
agak melengkung tanpa ada tembaga, tembaga hanay
ada di batangnya.
 IUD (Intra Uterin Device) Mirena, terbentuk dari
rangka plastic yang dikelilingi oleh silinderpelepas
hormone progesteron yang bisa dipakai oleh ibu
menyusui karena tidak menghambat ASI.
 Cara kerja
Cara kerja IUD (Intra Uterin Device) adalah
mencegah terjadinya pembuahan dan mengurangi jumlah
sperma yang mencapai tuba falopi (Mulyani dan Rinawati,
2013).
 Keuntungan
Keuntungan penggunaan MKJP jenis IUD yakni
hanya memerlukan satu kali pemasangan untuk jangka
waktu yang lama dengan biaya yang relatif murah, aman
karena tidak mempunyai pengaruh sistemik yang beredar
ke seluruh tubuh, tidak mempengaruhi produksi ASI dan
kesuburan (Azijah et al., 2020). Pemasangan Kontrasepsi
IUD dapat dilakukan pada saat sedang haid yang
berlangsung saat hari pertama atau terakhir, sewaktu
postpartum secara dini, secara langsung dan tidak langsung
(Triyanto dan Indriani, 2019).
 Indikasi
IUD (Intra Uterin Device) dapat digunakan pada
wanita usia reproduksi, menginginkan kontrasepsi jangka
panjang, setelah melahirkan, ibu yang menyusui, risko
rendah IMS (Infeksi Menular Seksual), dan tidak
menghendaki metode hormonal (Mega dan Wijayanegara,
2017).
 Kontra indikasi
Menurut Arum dan Sujiyati (2011), Kontra indikasi
IUD adalah :
 Hamil atau diduga hamil
 Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
 Sedang menderita penyakit genetalia
 Sering ganti pasangan
 Kanker genetalia atau payudara
2) Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (non MKJP)
Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP)
adalah cara kontrasepsi dengan efektivitas dan tingkat
kelangsungan pemakaiannya rendah serta angka kegagalannya
yang tinggi. Contoh Non MKJP adalah Metode Amenore Laktasi
(MAL), senggama terputus (coitus interuptus), metode kalender,
metode lendir serviks, metode suhu basal badan, simptotermal,
kondom, spermisida, diafragma, pil dan suntik (Affandi dkk,
2014).
Kontrasepsi modern yang termasuk Non MKJP yaitu :
a) Kontrasepsi pil
Kontrasepsi pil merupakan kontrasepsi hormonal yang
berbentuk tablet berisi hormon estrogen dan progesterone
(Anggraini, 2012). Cara kerjanya dapat menekan ovulasi,
mencegah implantasi, mengentalkan lendir serviks (Handayani,
2010). Kontrasepsi hormonal oral ada beberapa jenis yaitu :
 Kontrasepsi Oral Kombinasi (KOK)
Kontrasepsi oral kombinasi adalah tablet berisi hormon
estrogen dan progesteron yang mempunyai kelebihan
mudah dihentikan setiap saat dan kesuburan cepat kembali
(Handayani, 2010). Efek samping yang sering dirasakan
pengguna pil oral kombinasi adalah mual, muntah, pusing,
perdarahan pervaginam, spotting /perdarahan bercak pada 3
bulan pertama, nyeri pada payudara (Sulistyawati, 2013).
 Manfaat Pil Kombinasi adalah :
 Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir
menyerupai efektivitas tubektomi), bila digunakan
setiap hari dengan waktu yang tepat (1 kehamilan
per 100 perempuan dalam tahun pertama
penggunaan)
 Risiko terhadap kesehatan sangat kecil
 Tidak mengganggu hubungan seksual
 Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid
berkurang (mencegah anemia), tidak terjadi nyeri
haid
 Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan
patuh dan teratur dalam mengkonsumsi pil (Rahayu
dan Prijatni, 2016).
 Cara kerja kontrasepsi pil kombinasi antara lain :
 Menghambat ovulasi
Komponen estrogen menghambat sekresi follicle
stimulating hormone (FSH) sehingga pertumbuhan
folikel tertekan sementara progesterone terutama
menghambat lonjakan luteinzing hormone (LH)
juga menghambat ovulasi.
 Mengubah mukus servik
Mukus menjadi lebih sedikit, kental dan selular
dengan daya regang yang rendah sehingga
transportasi dan penetrasi sperma terganggu.
 Mencegah implantasi
Endometrium menjadi atrofi dan tidak reseptif
terhadap implantasi. Pembentukan pembuluh darah
berkurang, produksi prostaglandin uterotonik dan
vasoaktif menurun sehingga pada pemakai oral
kombinasi withdrawal bleeding menjadi lebih
sedikit dan kurang nyeri (Rahayu dan Prijatni,
2016).
 Mini pil
Mini pil adalah pil kontrasepsi berisi hormon progestin
saja. Mini pil mempunyai kelebihan yaitu tidak
mempengaruhi Air Susu Ibu (ASI) karena kadar gestagen
dalam ASI sangat rendah, kesuburan cepat kembali,
nyaman dan mudah digunakan, sedikit efek samping
(Anggraini, 2012). Kelemahannya yaitu dapat
menyebabkan perubahan pola haid, mengalami
pertambahan dan pengurangan berat badan, harus diminum
pada waktu yang sama setiap hari, ketidakteraturan minum
pil akan menimbulkan kehamilan yang tidak diinginkan
(Handayani, 2010).
b) Kontrasepsi suntik
Kontrasepsi suntik merupakan alat kontrasepsi berupa
cairan mengandung hormonal yang disuntikan ke dalam tubuh
wanita secara periodik berguna untuk mencegah kehamilan
(Marmi, 2016).
 Suntikan kombinasi
 Pengertian
Suntikan kombinasi adalah kontrasepsi suntik yang
berisi hormon sintetis estrogen dan progesteron yaitu 25
mg depo medroksi progesteron asetat dan 5 mg
estradiol sipionat disuntikkan intramuskular dengan
jangka waktu 28 hari.
 Cara kerja suntikan kombinasi
Cara kerja dari kontrasepsi ini yaitu hormon yang
disuntikkan ke dalam tubuh dapat menekan ovulasi,
membuat lendir serviks menjadi kental sehingga
penetrasi sperma terganggu, atrofi endometrium yang
menimbulkan implantasi terganggu dan menghambat
transportasi gamet oleh tuba (Marmi, 2016).
 Kelebihan kontrasepsi suntik kombinasi
Kelebihannya yaitu tidak berpengaruh pada
hubungan suami istri, tidak memerlukan pemeriksaan
dalam, klien tidak perlu menyimpan obat dan risiko
terhadap kesehatan kecil (Handayani, 2010).
 Efek samping kontrasepsi suntik kombinasi
Menurut Handayani (2010), efek samping dari
suntik kominasi adalah :
 Perubahan pola haid (akan menghilang setelah
suntikan kedua atau ketiga)
 Kenaikan berat badan
 Spotting
 Mual
 Muntah
 pusing
 Suntikan progestin
 Pengertian suntikan progestin
Suntikan progestin merupakan jenis suntikan yang
mengandung sintesa progestin (Handayani, 2010).
Mengandung 150 mg depo medroxi progesterone asetat
yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntikan
secara intramuskular dan Depo Noristerat yang
mengandung 200 mg noretindron enantat diberikan
setiap 2 bulan secara intramuskular (Marmi, 2016).
 Cara kerja suntikan progestin
Menurut Rahayu dan Prijatni (2016), cara kerja
suntikan progestin adalah:
a) Mencegah ovulasi
b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma
c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atropi
d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
 Kelebihan suntikan progestin
Kelebihan suntikan progestin adalah sangat efektif,
tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak
serius terhadap penyakit jantung dan gangguan
pembekuan darah, tidak berpengaruh terhadap ASI,
sedikit efek samping, dapat digunakan oleh perempuan
usia> 35 tahun sampai perimenopause.
 Efek samping suntikan progestin
Suntikan progestin mempunyai efek samping yaitu
amenore, mual, pusing, muntah, perdarahan, spotting,
meningkat berat badan, berpengaruh pada hubungan
suami istri atau menurunkan libido (Saifuddin, 2010).
Menurut WHO (2018) poin yang wajib
diinformasikan pada calon akseptor suntik progestin
yaitu:
a) Perubahan siklus haid beberapa bulan pertama
pemakaian suntikan, sampai terjadi amenore atau
tidak haid.
b) Kunjungan ulang teratur sesuai jadwal sangat
penting untuk efektivitas dalam pencegahan
kehamilan.
c) Kadang pertambahan berat badan secara bertahap 1-
2 kilogram setahun.
d) Pemulihan kesuburan rata- rata lebih lama di
bandingkan metode kontrasepsi lain.
e) Kehamilan pada pengguna kontrasepsi suntikan
adalah 4 per 100 orang selama tahun pertama
pemakaian karena tidak teratur melakukan suntikan.
C. Konsep Dasar Spotting
1. Pengertian Spotting
Spotting merupakan perdarahan berupa tetesan atau bercakbercak.
(Irianto, 2012), spotting adalah keluarnya darah dari vagina diluar siklus
haid yang sedikit berupa bercak. (Sulistyawati, 2014).
Keluarnya bercak darah selama penggunaan kontrasepsi hormonal
merupakan efek samping yang sering terjadi jika ringan atau tidak terlalu
mengganggu tidak perlu diberi obat (Irianto, 2014).
2. Penyebab
Kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak hal baik itu yang wajar atau
karena ada gangguan kesehatan.
a. Kehamilan
Saat wanita mengalami kehamilan, kemungkinan besar mereka akan
mengalami perdarahan ringan atau spotting. Kondisi ini bisa terjadi
karena ada implantasi di dinding rahim yang membuat calon janin
tertanam di sana dan tumbuh. Selanjutnya Anda akan merasakan ada
darah keluar meski tidak banyak. Perdarahan akibat implantasi ini
tidak berjalan lama. Biasanya 1-2 hari saja sudah selesai. Selanjutnya
Anda tidak akan merasakan apa pun. Kalau kehamilan berjalan
dengan baik, beberapa orang wanita akan mengalami morning
sickness. Kondisi ini menjadi tanda yang sangat umum dan pasangan
harus segera memeriksakannya ke dokter kandungan.
b. Penyakit menular seksual
Penyakit menular seksual juga menyebabkan perdarahan pada
seseorang. Perdarahan ini terjadi kalau ada luka atau infeksi dan
inflamasi yang parah. Tanda lain dari penyakit ini adalahnyeri, panas,
gatal, dan tidak nyaman saat digunakan untuk bercinta.
c. Stres dan kelelahan
Stres yang berlebihan akan mengganggu fungsi hormon pada tubuh
wanita. Gangguan seperti tidak bisa menstruasi secara lancar hingga
spotting bisa saja terjadi. Di atas batang otak manusia, terdapat satu
struktur yang disebut hipotalamus. Hipotalamus memiliki beberapa
fungsi dan yang terpenting adalah menghubungkan sistem saraf
dengan kelenjar endokrin melalui kelenjar hipofisis. Hipotalamus
mengatur berbagai tingkatan hormon, termasuk hormon-hormon
reproduksi wanita, yaitu esterogen dan progesteron. Bila seorang
wanita berada pada tekanan mental ekstrim seperti stres, maka
produksi esterogen dan progesteron akan terganggu.
Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan siklus haid tidak teratur.
Kurangi stres yang Anda miliki dengan melakukan beberapa hal
seperti meditasi, yoga, atau pelesir.
d. Kanker
Perdarahan ringan seperti spotting hingga agak berat bisa jadi tanda
dari penyakit berbahaya yang ada di dalam vagina dan sistem
reproduksi wanita. Penyakit ini terdiri dari kanker serviks, kanker
ovarium, hingga kanker endometrium. Kalaukanker sudah semakin
parah dan tumbuh dengan cepat, perdarahan akan semakin sering
terjadi. Penanganan pada perdarahan bisa dilakukan dengan mengatasi
kanker terlebih dahulu. Kalau kanker masih dalam tahap ringan
mungkin bisa diatasi dengan kemoterapi, operasi, dan hormon terapi.
Namun, kalau sudah parah akan sulit diatasi, apalagi sudah menyebar
ke orang lain di sekitarnya. Penyebab terjadinya spotting dikaitkan
dengan kontrasepsi 3 bulan adalah adanya ketidakseimbangan hormon
sehingga endometrium mengalami perubahan histologi. (Irianto,
2012).
3. Patofisiologi
Penyebab terjadinya perdarahan bercak (spotting) dimulai dari
disuntikanya kontrasepsi suntik 3 bulan secara intramuscular di daerah
bokong. Kemudian terjadi ketidakseimbangan hormon-hormon di dalam
tubuh yaitu hormon esterogen dan progesteron. Akibat dari
ketidakseimbangan hormon-hormon didalam tubuh terjadilah pelebaran
pembuluh vena kecil di endometrium. Pelebaran pembuluh vena kecil di
endometrium menyebabkan pembuluh vena menjadi rapuh sehingga
terjadi perdarahan lokal yang terjadi di endometrium menyebabkan
keluarnya bercak-bercak darah. Apabila gestagen kurang, stabilitas stroma
berkurang, yang pada akhirnya terjadi perdarahan. (Baziad, 2010).
4. Penanganan
Menurut Affandi dkk (2012), penanganannya yaitu :
a. Konseling.
b. Pemeriksaan fisik, ginekologik, dan laboratorium.
c. Pemberian progestin.
d. Pemberian esterogen.
e. Pemberian vitamin, ferrum, placebo, dan
f. Kuretase.
5. Prognosis
Perdarahan ringan atau spotting sering dijumpai, tetapi tidak
berbahaya. Apabila perdarahan terus berlanjut atau setelah tidak haid
namun terjadi perdarahan, maka perlu dicari penyebab perdarahan
tersebut, memberi penatalaksanaan terhadap penyebab perdarahan dengan
cara yang sesuai, bila tidak ditemukan penyebab terjadinya perdarahan,
menanyakan kepada klien tetap melanjutkan kontrasepsi suntik 3 bulan
atau beralih kontrasepsi lain. (Sulistyawati, 2011).
6. Penatalaksanaan khusus spotting
Penatalaksanaan spotting karena kontrasepsi suntik 3 bulan yaitu
mengonfirmasikan kepada akseptor bahwa perdarahan ringan sering
dijumpai, tetapi hal ini bukanlah masalah serius, biasanya tidak
memerlukan pengobatan. Namun jika spotting dibiarkan bisa
menyebabkan terjadinya anemia, maka perlu dilakukan pengecekan Hb
terlebih dulu. Dan apabila akseptor tidak dapat menerima perdarahan
tersebut dan ingin melanjutkan suntikan maka disarankan pengobatan,
yaitu :
1 siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 µg etinilestradiol),
ibuprofen (sampai 800 mg, 3x/hr untuk 5 hari) atau obat sejenis lain untuk
mencegah inflamasi. Jelaskan bahwa setelah pemberian pil kontrasepsi
kombinasi dapat terjadi perdarahan. Dan dapat diberikan 2 tablet pil
kontrasepsi kombinasi/hari selama 3-7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus pil
kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 µgetinilesstradiol atai 1,25 mg
esterogen equin konjugasi untuk 14-21 hari. Selain pengobatan berikan
konseling kepada ibu tentang vulva hygiene yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya infeksi pada vulva dengan membersihkan vulva dari
depan kebelakang menggunakan air bersih dan menghindari agar tidak
lembab. (Affandi dkk, 2012).
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KB DAN PELAYANAN KONTRASEPSI PADA NY.


R UMUR 28 TAHUN P1A0 AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN
SPOTTING DI KLINIK PRATAMA NAWANG MEDISTA

Tanggal Pengkajian : Selasa, 29 Maret 2022


Jam : 17.35 WIB
Tempat Pengkajin : Klinik Pratama Nawang Medista

A. PENGKAJIAN DATA
DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Ny. R
Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. SB Rt 5, Rw 2
b. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn. A
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. SB Rt 5, Rw 2
2. Alasan datang
Ingin suntik KB 3 bulan
3. Keluhan utama
Ibu mengatakan keluar bercak darah sudah 8 Hari

4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu mengatakan dahulu tidak pernah menderita penyakit menurun
seperti hipertensi, DM dan riwayat penyakit menular seperti hepatitis,
TBC dan HIV/AIDS, dan tidak ada riwayat penyakit degeneratif
seperti tumor, cancer pada organ reproduksi.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan saat ini tidak mempunyai penyakit seperti Hipertensi,
Asma, HIV/AIDS, TBC, DM.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan baik dari pihak istri maupun suami tidak ada riwayat
penyakit menurun seperti hipertensi, DM dan riwayat penyakit
menular seperti hepatitis, TBC dan HIV/AIDS.
5. Riwayat perkawinan
Status perkawinan sah, nikah 1 kali, umur 26 tahun, dengan suami umur
28 tahun, lama pernikahan 1 tahun
6. Riwayat obstetri
a. Riwayat menstruasi
Menarche : 10 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : ±7 hari
Banyaknya darah : 3x ganti pembalut
Bau : Amis
Warna : Merah segar
Konsistensi : Cair
Dismenorhea : Iya
Flour albus : Tidak
b. Riwayat perkawinan terakhir
Status perkawinan sah, nikah 1 kali, umur 26 tahun, dengan suami
umur 28 tahun, lama pernikahan 1 tahun.

7. Riwayat KB
a. Apakah pernah memakai alat kontrasepsi : Tidak pernah
b. Metode apa yang digunakan :-
c. Berapa lama menggunakan :-
d. Jika tidak alasannaya apa :-
e. Apakah pernah drop out :-
f. Kapan drop out :-
g. Alasan drop out :
h. KB yang di inginkan sekarang : KB suntik 3 bulan
8. Pola Kebutuhan sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Frekuensi makan : 3x sehari
Porsi tiap makan : 1 piring
Frek minum air putih : 8 gelas sehari
Jumlah air tiap minum : 2.000 ml
Jumlah air tiap minum : 7-8 kali sehari
Pantangan : Tidak ada
Sumber karbohidrat : Nasi
Sumber lemak : Ikan
Sumber protein : Tempe, tahu, ayam
Sumber vitamin : Buah dan sayur
Sumber mineral : Air putih, susu
b. Pola Eliminasi
Frekuensi BAB : 1x sehari
Warna feses : Kuning kecoklatan
Konsistensi : Lembek
Keluhan : Tidak ada
Frekuensi BAK : 6-8 kali sehari
Warna urine : Jernih kekuningan
Estimasi jumlah : ± 500 ml
Keluhan : Tidak ada
c. Pola aktivitas pekerjaan
Jenis aktivitas : Mengerjakan pekerjaan rumah tangga
Olahraga : Joging, senam, jalan pagi
Keluhan / masalah : Tidak ada
d. Pola Istirahat
Lamanya tidur malam : 8 jam/hari
Lamanya tidur siang : 1-2 jam/hari
Jenis aktivitas : Pekerjaan rumah
Olahraga (senam : Jalan pagi
hamil)
Keluhan / masalah : Tidak ada
e. Personal Hygiene
Frekuensi mandi : 2 kali sehari
Gosok gigi : 2 kali sehari
Ganti baju : 2 kali sehari
Ganti celana dalam : 2 kali sehari
Keramas : 3 kali seminggu
Memotong kuku : 1 kali seminggu
f. Pola Seksual
Frekuensi hubungan : 1 kali seminggu
Keluhan : Tidak ada
9. Psikososial spiritual
a. Tanggapan dan dukungan keluarga : Keluarga mendukung
b. Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami
c. Ketaatan beribadah : Taat dalam melakukan
sholat 5 waktu
d. Lingkungan yang berpengaruh
1) Tinggal dengan siapa : Suami dan anak
2) Hewan peliharaan : Burung dan kucing
3) Cara masak (Daging/sayur) : Dicuci, baru dipotong, dimasak
sampai matang
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital
Tensi : 120/80 mmhg
Suhu : 36,5 ºC
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
d. BB : 66 Kg
2. Pemeriksaan fisik/Status present
Kepala : Rambut hitam, bersih pertumbuhan rambut merata, tidak
rontok, tidak ada ketombe, dan Tidak nyeri tekan
Muka : Bentuk oval, tidak odema, tidak pucat, tidak ada cloasma
gravidarum, tidak odema tidak ada lesi, dan Tidak nyeri tekan
Mata : Simetris, bersih, tidak ada sekret, konjungtiva merah muda
(tidak anemis), sklera putih, pupil isokor, penglihatan normal
Hidung : Lubang hidung kanan dan kiri simetris, septumnasi lurus,
bersih, tidak ada secret ,tidak ada polip hidung, tidak ada
benjolan, fungsi penciuman normal.
Mulut : Bibir simetris, lembab, mulut dan lidah tampak bersih, tidak
ada gigi berlubang, tidak ada caries gigi, tidak ada pembesaran
pada tonsil.
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak tampak benjolan,
fungsi pendengaran baik danTidak nyeri tekan
Leher : Bersih, tidak ada jaringan parut, dan tidak tampak adanya
pembesaran Reflek menelan positif, tidak ada pembesaran
pada kelenjar tyroid dan kelenjar lymfe, serta tidak ada
pembesaran pada vena jugularis.
Ketiak : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
Dada : Dada Simetris, tidak ada retraksi intercostae.Payudara
Simetris, bersih, hyperpigmentasi pada areola dan papilla
mamae, tidak ada benjolan dan nyeri tekan
Abdomen : Bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan yang
abnormal, tidak ada luka bekas operasi, Simetris, tidak ada
linea nigra, tidak ada striae gravidarum.
Ekstremitas : Simetris, tidak odema, tidak ada varises, tidak terdapat
kekakuan pada sendi tidak ada kemerahan pada vena, Tidak
ada nyeri tekan.
Reflek Patella : Positif (+) / Positif (+)
Punggung : Normal, tidak lordosis
Vulva : Bersih, tidak ada luka parut
Anus : Anus berlubang dan tidak ada hemoroid

B. INTERPRETASI DATA
a. Diagnosa kebidanan
Ny. R umur 28 tahun P1A0 dengan akseptor KB suntik 3 bulan dengan
spotting
b. Data dasar
1) DS
- Ibu mengatakan bernama Ny. R umur 28 tahun
- Ibu mengatakan pernah melahirkan 1 kali dan tidak pernah
keguguran
- Ibu mengatakan ingin suntik KB 3 bulan
- Ibu mengatakan keluar bercak darah sudah 8 hari
2) DO
a) Pemeriksaan umum
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- Tanda-tanda vital
Tensi : 120/80 mmhg
Suhu : 36,5 ºC
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
BB : 66 kg
c. Masalah
1) Ketidaknyamanan dengan pengeluaran bercak darah pada genetalianya
d. Kebutuhan
1) Memberikan informasi tentang penyebab bercak darah (spotting) dan
memberikan dukungan moril pada ibu
2) Memberikan edukasi tentang vulva hygiene
C. DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada
D. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA
Tidak dilakukan
E. PERENCANAAN
Tanggal : Selasa, 29 Maret 2022 Jam : 17.30 WIB
1. Jelaskan hasil pemeriksaan yang dilakukan
2. Berikan informasi pada ibu tentang spotting dan berikan dukungan moril
3. Berikan edukasi pada ibu tentang personal hygiene
4. Jelaskan kembali tentang efek samping KB suntik 3 bulan
5. Berikan inform consent sebelum dilakukan penyuntikan
6. Berikan suntikan KB DMPA 150 mg pada bokong ibu di 1/3 siassecara
IM.
7. Anjurkan ibu kunjungan ulang pada tanggal 21-06-2022
F. PELAKSANAAN
Tanggal : Selasa, 29 Maret 2022
1. Jam : 17.35 WIB Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum
ibu baik, kesadaran Composmentis, TTV dalam batas normal.
2. Jam : 17.40 WIB Memberikan informasi kepada ibu bahwa bercak darah
spotting merupakan perdarahan yang ringan karena merupakan efek
samping dari pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan, dan memberikan
dukungan moril pada ibu agar tidak cemas karena spotting tersebut dapat
diatasi.
3. Jam : 17.42 WIB Memberikan konseling kepada ibu tentang vulva
hygiene yang bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi pada vulva,
yaitu membersihkan vulva dari depan kebelakang menggunakan air bersih
dan menghindari agar tidak lembab, dengan mengeringkan selalu vulva
setelah BAK maupun BAB. Dan tetap menjaga pola penggunaan
pantylener yaitu dengan mengganti pantylener 3 sampai 4 kali/ hr agar
terjaga kebersihanya dan terhindar dari iritasi dan infeksi.
4. Jam : 17.45 WIB Mennjelaskan kembali pada ibu efek samping KB suntik
3 bulan yaitu mempunyai efek samping amenore (tidak menstruasi), mual,
pusing, muntah, perdarahan, spotting (bercak darah), berat badan
meningkat, berpengaruh pada hubungan suami istri atau menurunkan
libido.
5. Jam : 17.47 WIB Memberikan inform consent pada ibu bahwa ibu
bersedia diberikan suntikan KB 3 bulan.
6. Jam : 17. 49 WIB Memberikan suntikan KB DMPA 150 mg pada bokong
ibu di 1/3 SIAS secara IM.
7. Jam : 17.02 WIB Menganjurkan ibu kunjungan ulang pada tanggal 21-06-
2022.
G. EVALUASI
Tanggal : 29 Maret 2022 Jam : 17.05 WIB
1. Ibu mengerti hasil pemeriksaan
2. Ibu mengerti penyebab spotting dan perasaan ibu tenang saat ini
3. Ibu mengerti tentang personal hygiene dan ibu bersedia melakukan
personal hygiene dengan benar
4. Ibu mengerti efek samping KB suntik 3 bulan
5. Ibu bersedia dan menandatangi inform consent
6. Suntikan KB DMPA telah diberikan
7. Ibu bersedia kunjungan ulang tanggal 21-06-2022
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil kasus asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. R umur
28 tahun P1A0 akseptor KB suntik 3 bulan dengan spotting di Klinik Pratama
Nawang Medista didapatkan bahwa ibu mengalami spotting sudah 8 hari , ibu
merasa tidak nyaman. Spotting disini merupakan efek samping yang ditimbulkan
dari penggunaan KB suntik 3 bulan. Hal ini sesuai dengan teori Baziad (2010),
Penyebab terjadinya perdarahan bercak (spotting) dimulai dari disuntikanya
kontrasepsi suntik 3 bulan secara intramuscular di daerah bokong. Kemudian
terjadi ketidakseimbangan hormon-hormon di dalam tubuh yaitu hormon
esterogen dan progesteron. Akibat dari ketidak seimbangan hormon-hormon
didalam tubuh terjadilah pelebaran pembuluh vena kecil di endometrium.
Pelebaran pembuluh vena kecil di endometrium menyebabkan pembuluh vena
menjadi rapuh sehingga terjadi perdarahan lokal yang terjadi di endometrium
menyebabkan keluarnya bercak-bercak darah. Apabila gestagen kurang, stabilitas
stroma berkurang, yang pada akhirnya terjadi perdarahan. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyorini (2020), Hasil penelitian didapatkan
mayoritas responden berusia 20-35 tahun sebanyak 24 responden (50%),
mayoritas responden berpendidikan dasar (SD,SMP) sebanyak 42 responden
(84%), mayoritas responden adalah multipara sebanyak 44 responden (88%),
mayoritas responden menggunakan KB suntik 3 bulan ≥ 12 bulan sebanyak 41
responden (82%). Hasil uji statistic lama penggunaan KB suntik 3 bulan dengan
kejadian spotting melalui uji chi square diketahui X2 hitung 9,374 dengan p-value
0,002 dan hasil uji statistic lama penggunaan KB suntik 3 bulan dengan kejadian
amenorrhea melalui uji chi square diketahui X2 hitung 4,730 dengan pvalue 0,03.
Dimana nilai p< 0,05 yang berarti semakin lama akseptor menggunakan KB
suntik 3 bulan maka, kejadian spotting berkurang dan semakin lama akseptor
menggunakan KB suntik 3 bulan akan meningkatkan kejadian amenorrhea.
Adapun penatalaksanaan yang dilakukan pada Ny. R umur 28 tahun P1A0
akseptor KB suntik 3 bulan dengan spotting ialah menjelaskan hasil pemeriksaan,
memberikan informasi tentang penyebab spotting dan memberikan dukungan
moril kepada ibu, memberikan edukasi pada ibu tentang vulva hygiene,
menjelaskan kembali tentang efek samping KB suntik 3 bulan, memberikan
inform consent, memberikan suntikan KB 3 bulan dan menganjurkan kunjungan
ulang. Hal ini sesuai dengan teori Sulistyowati (2011) Perdarahan ringan atau
spotting sering dijumpai, tetapi tidak berbahaya. Apabila perdarahan terus
berlanjut atau setelah tidak haid namun terjadi perdarahan, maka perlu dicari
penyebab perdarahan tersebut, memberi penatalaksanaan terhadap penyebab
perdarahan dengan cara yang sesuai, bila tidak ditemukan penyebab terjadinya
perdarahan, menanyakan kepada klien tetap melanjutkan kontrasepsi suntik 3
bulan atau beralih kontrasepsi lain. Selain pengobatan maka berikanlah bimbingan
konseling kepada lbu- ibu tentang vulva hygiene yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya infeksi pada vulva dengn membersihkan vulva dari depan kebelakang
menggunakan air bersih dan menghindari agar tidak lembab. (Affandii dkk,
2012).Berdasarkan hasil penelitian Endang Sulistyawati (2014) bahwa spotting
dapat ditangani dengan pemberian pil kontrasepsi kombinasi 2x1 tablet selama 7
hari, ibuprofen (sampai 800 mg, 3x/hari, untuk 5 hari) untuk mencegah inflamasi.
Berdasarkan hasil penelitian Rita Yusnita (2012) bahwa konseling pemberian
komunikasi teurapeti dapat mengurangi kecemasan. Dan berdasarkan hasil
penelitian Sriani Timbawa (2015) bahwa ada hubungan vulva hygiene dengan
pencegahan infeksi di area ganetalia.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan dengan menggunakan
manajemen kebidanan menurut Varney pada akseptor kontrasepsi suntik 3
bulan dengan spotting maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pengkajian akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan didapatkan data subyektif
dan data obyektif diperoleh dari hasil wawancara pasien dimana keluhan
utama adalah ibu mengatakan mengeluarkan bercak darah sudah 8 hari
dan ibu merasa terganggu dengan bercak darah yang dialaminya.
Sedangkan data obyektif diperoleh dari pemeriksaan fisik, keadaan ibu,
palpasi abdomen tidak ada nyeri tekan tidak ditemukan adanya kelainan
lain, inspeksi perdarahan pervaginam adanya bercak darah dan hasil.
2. Interpretasi data diperoleh dari pengumpulan data yang diambil dari
pengkajian sehingga didapatkan diagnoasa yang tepat yaitu Ny. R umur
28 tahun P1A0 akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting.
Dimana timbul masalah ketidaknyamanan pada ibu akibat bercak darah
yang dialaminya sehingga diberi kebutuhan menjelaskan tentang
penyebab spotting dan dukungan moril serta edukasi tentang perawatan
vulva hygiene.
3. Pada kasus Ny. R akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting
tidak sampai menimbulkan diagnosa potensial karena tidak ada masalah
yang menimbulkan diagnosa potensial.
4. Pada kasus Ny. R akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting
tidak ada antisipasi tindakan segera.
5. Rencana tindakan pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan yaitu jelaskan
hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, jelaskan penyebab spotting dan
berikan dukungan moril, memberikan edukasi tentang vulva hygiene,
jelaskan kembali efek samping KB suntik 3 bulan, inform consent,
pemberian suntikan KB 3 bulan, beritahu ibu untuk kunjungan ulang bila
ada keluhan dan Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan.
6. Evaluasi dari asuhan yang diberikan pada Ny. R diperoleh hasil keadaan
umum baik, tidak ada masalah potensial yang muncul, ibu tidak cemas
dan sudah merasa nyaman, ibu bersedia datang kesarana kesehatan bila
ada keluhan dan ibu tetap menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas perlu adanya upaya untuk meningkatkan
pelayanan yang lebih baik. Oleh karena itu penulis memberikan saran sebagai
berikut :
1. Bagi mahasiswa
Diharapkan dari hasil studi kasus ini dapat meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada
akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting.
2. Bagi Institusi pendidikan
Diharapkandapat dijadikan referensi tambahan secara alternatif
pemecahan masalah dan untuk membandingkan teori yang telah dipelajari
dibangku kuliah dan kenyataan dilapangan, terutama mengenai asuhan
kebidanan keluarga berencana pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan
dengan spotting.
3. Tempat praktik
Diharapkandapat sebagai masukan dalam menangani kasus atau
melaksanankan asuhan kebidanan khususnya pada akseptor kontrasepsi
suntik 3 bulan dengan spottingdapat memberikan pelayanan berkaitan
dengan konseling tentang efek samping spotting dan keluhan masalah
yang disebabkan spotting seperti vulva hygiene.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, B., Adriaansz, G. & dkk, &., 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. 4 ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Baziad, A., 2010. Kontrasepsi Hormonal. 2 ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Budi, R. T. & Nova, W., 2017. Efek Samping Akseptor KB Suntik Depo Medroksi
Progesterone Acetat (DMPA) Setelah 2 Tahun Pemakaian. Jurnal
Kesehatan, Volume 08, p. 37.
Dinkes, J., 2017. Profil Kesehatan Jawa Tengah, Jawa Tengah: Dinas Kesehatan
Pemerintahan.
Dinkes, K. S., 2017. Profil Kesehatan Kabupaten Semarang, Kabupaten
Semarang: Dinas Kesehatan.
Ernawati, 2017. Hubungan Lama Penggunaan Suntik Depo Progestin dengan
Kejadian Spotting Pada Akseptor KB di Puskesmas Patinggalong
Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, Volume 10, pp. 123-127.
Fitri, I., 2018. Nifas Kontrasepsi Terkini dan Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Handayani, S., 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka
Rihama.
Kartika, M., 2016. Asuhan Kebidanan KB Suntik 3 Bulan dengan Spotting di RB
Hj Tri Tuti R Sukoharjo. Penelitian.
Kesehatan, M., 2017. Permenkes RI No 28, s.l.: Mentri Kesehatan.
Rusmini, Purwandani, S. & dkk, &., 2017. Pelayanan dan Kesehatan Reproduksi.
Jakarta: CV. Trans Info Media.
Suryani, I., 2016. Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Suntik 3 bulan dengan
Spotting di Klinik Pratama Mutiara Bunda Tasikmalaya. Penelitian.
Susanti, L. W., 2015. Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan
dengan Kejadian Spotting di Bidan Praktek Swasta Tri Erry Boyolali.
Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan, Volume 02, pp. 32-38.
Susilowati, E., 2011. KB Suntik 3 Bulan dengan Efek Samping Gangguan Haid
dan Penanganannya. p. 11.
Timbawa, S., Kundre, R. & Bataha, Y., 2015. Hubungan Vulva Hygiene Dengan
Pencegahan Infeksi. E-Journal Keperawatan, Volume 3, p. 2.
Verralls, S., 2009. Anatomi & Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. 2 ed. Jakarta:
EGC.
Wahyuningsih, H. P., 2009. Etika Profesi Kebidanan. 6 ed. Yogyakarta:
Fitramaya.
Werdaningrum, L. K., 2014. Asuhan Kebidanan KB Suntik Depo Progestin
dengan Spotting di BPM Siti Mursidah Ngargotirto Sumberlawang
Sragen. KTI.
Yusnita, R., 2012. Hubungan Komunikasi Teurapetik Bidan dengan Kecemasan
Ibu Bersalin di Ruang Kebidanan dan Bersalin Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Pidie. Kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai