Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ˝S˝ USIA 50 TAHUN P20002

AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN DI POLINDES DESA BENDET


KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG

Disusun Oleh :

SRI PUTRI WULANDARI


NIM : 181303026

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PEMKAB JOMBANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY NY ˝S˝ USIA 50 TAHUN P20002


AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN
DI POLINDES DESA BENDET KECAMATAN DIWEK KABUPATEK
JOMBANG

OLEH MAHASISWA ATAS NAMA


SRI PUTRI WULANDARI
NIM 181303026
TELAH DISAHKAN PADA

HARI : ………..
TANGGAL : …………….
TEMPAT : ………………………. JOMBANG

MAHASISWA

SRI PUTRI WULANDARI


NIM 181303026

Mengetahui,

PEMBIMBING PENDIDIKAN PEMBIMBING KLINIK

ERIKA AGUNG M, SST, M. Kes RULIK AFTRI AFRIANI, Amd.Keb


NIK.031981220320080135 NIP. 198504072017042005

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendapat Malthus yang mengemukakan bahwa pertumbuhan dan
kemampuan mengembangkan sumber daya alam laksana deret hitung, sedangkan
pertumbuhan dan perkembangan manusia laksana seret ukut, sehingga pada suatu
titik sumber daya alam tidak mampu menampung pertumbuhan manusia – telah
menjadi kenyataan. Berdasarkan pendapat demikian diharapkan setiap keluarga,
memerhatikan dan merencanakan jumlah keluarga yang diinginkan.
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya
dari mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) menjadi
visi untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas”. Keluarga yang berkualitas adalah
keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal,
berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Dalam paradigma baru program Keluarga Berencana ini, misinya
sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak – hak reproduksi, sebagai
upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga.
Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama
diperlukannya pelayanan keluarga berencana. Masih banyak alasan lain, misalnya
membebaskan wanita dari rasa khawatir terhadap terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan, terjadinya gangguan fisik atau psikologik akibat tindakan abortus yang
tidak aman, serta tuntutan perkembangan sosial terhadap peningkatan status
perempuan di masyarakat.
Salah satu peranan penting bidan adalah untuk meningkatkan jumlah
penerimaan dan kualitas metode KB kepada masyarakat. Sesuai dengan
pengetahuan dan keterampilan bidan, metode KB yang dapat dilaksanakan adalah
metode sederhana (kondom, pantang berkala, pemakaian spermisid, senggama
terputus), metode kontrasepsi efektif (MKE) (hormonal [suntikan KB dan susuk
KB], AKDR), metode MKE kontap (bidan dapat memberi petunjuk tempat dan
waktu kontap dapat dilaksanakan), metode menghilangkan kehamilan (bidan dapat
menunjuk tempat pelayanan untuk menghilangkan kehamilan yang tidak
dikehendaki).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor KB
suntik 3 bulan.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data
objektif pada akseptor KB suntik 3 bulan.
2. Mahasiswa mampu menginterprestasikan data dan menetukan diagnosa
masalah pada akseptor KB suntik 3 bulan.
3. Mahasiswa mampu menegakkan masalah potensial dan tindakan segera pada
akseptor KB suntik 3 bulan.
4. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan asuhan secara menyeluruh
terhadap akseptor KB suntik 3 bulan.
5. Mahasiswa mampu melaksanakan perencanaan asuhan terhadap akseptor
KB suntik 3 bulan.
6. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan yang telah dilaksanakan
terhadap akseptor KB suntik 3 bulan.
7. Mahasiswa mampu melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan
dalam bentuk SOAP.

1.3 Manfaat
Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan asuhan kebidanan pada
akseptor KB suntik 3 bulan sesuai dengan kebutuhan dan masalahnya secara
komprehensif serta sesuai dengan teori yang ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga Berencana


2.1.1 Definisi
KB adalah suatu usaha guna merencanakan dan mengatur jarak
kehamilan sehingga kehamilan dapat dikehendaki pada wakyu yang
diinginkan.(Saifuddin, 2008)
KB adalah tindakan yang membantu individu atau pemasangan
suami istri untuk mendapatkan obyek tertentu, menghindari kelahiran yang
tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu
saat kelahiran dalam hubungan dengan suami istri dan menentukan jumlah
anak dalam keluarga.(WHO, 2007)
Kontrasepsi adalah usaha – usaha untuk mencegah kehamilan, usaha
– usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen.
(Wiknjosastro, 2010)
2.1.2 Tujuan Pelayanan Kontrasepsi
1. Tujuan Umum
Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan keluarga
berencana yaitu dihayatinya nama keluarga kecil bahagia dan sejahtera
(Hartanto, 2007).
2. Tujuan Pokok
Penurunan angka kelahiran yang bermakna guna mencapai tujuan
tersebut maka ditempuh kebijaksanaan dengan mengkategorikan 3 fase
untuk mencapai sasaran.
Menurut Hartono (2007), yaitu :
a. Fase menunda atau mencegah kehamilan
Fase menunda kehamilan dianjurkan bagi Pasangan Usia Subur
(PUS) dengan usia istri kurang dari 20 tahun dengan alasan :
1) Umur di bawah 20 tahun adalah usia yang sebiaknya tidak
mempunyai anka terlebih dahulu untuk berbagai alasan.
2) Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan
muda masih mempunyai frekuensi senggama yang tinggi
sehingga angka kegagalan tinggi.
3) Prioritas penggunaan kontrasepsi Pil Oral, karena akseptor masih
muda.
4) Pemasangan IUD mini bagi yang belum mempunyai anak pada
masa ini dapat dianjurkan terutama bagi calon peserta dengan
kontraindikasi terhadap pil oral.
Kontrasepsi yang cocok untuk menunda atau mencegah kehamilan
adalah, pil, IUD, cara sederhana.
b. Fase menjarangkan atau mengatur kehamilan
Periode usia istri antara 20 – 30 tahun merupakan periode usia paling
baik untuk melahirkan.
1) Alasan menjarangkan kehamilan :
a) Umur antara 20 – 30 tahun merupakan usia terbaik untuk
mengandung dan melahirkan.
b) Kegagalan yang menyebakan kehamilan cukup tinggi,
namun disini tidak begitu berbahaya karena yang
bersangkutan berada pada usia melahirkan yang baik.
c) Segera setelah melahirkan anak pertama dianjurkan untuk
memakai IUD sebagai pilihan utama.
2) Kontrasepsi yang cocok, meliputi :
a) Suntik
b) IUD
c) Implant
d) Mini pil
e) Cara sederhana
c. Fase menghentikan atau mengakhiri kesuburan
Pada periode ini usia istri di atas 30 tahun sebaiknya mengakhiri
kesuburan setelah mempunyai dua anak.
1) Alasan mengakhiri kesuburan
a) Ibu dengan usia di atas 30 tahun dianjurkan untuk tidak
hamil karena alasan medis.
b) Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu relatif tua dan
kemungkinan timbul akibat samping.
c) Pilhan utama adalah kontrasepsi mantap.
2) Kontrasepsi yang cocok meliputi :
a) Kontrasepsi mantap (tubektomi dan vasektomi)
b) IUD
c) Implant
d) Cara sederhana
e) Suntik
f) Pil
3. Metode Kontrasepsi
Menurut Saifuddin (2010), pembagian cara kontrasepsi yaitu :
a. Metode amenorea Laktasi (MAL)
b. Metode keluarga berencana alamiah
c. Senggama terputus
d. Metode barrier:
1) Kondom
2) Diafragma
3) Spemisida
e. Kontrasepsi kombinasi :
1) Suntikan kombinasi
2) Pil kombinasi
f. Kontrasepsi progestin :
1) Kontrasepsi duntikan progestin
2) Kontrasepsi pil progestin
3) Kontrasepsi implant
4) AKDR dengan progestin
g. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
h. Kontrasepsi Mantap
1) Tubektomi (sterilisasi pada wanita)
2) Vasektomi (sterilisasi pada pria)
2.2 Kontrasepsi Suntik 3 Bulan
2.2.1 Definisi
Kontrasepsi suntik adalah obat pencegah kehamilan yang
pemakaiannya dilakukan dengan jalan menyuntikan obat tersebut pada
wanita subur (Maryani, 2007).
Profil kontrasepsi suntik 3 bulan :
1. Sangat efektif
2. Aman
3. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi.
4. Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata – rata 4 bulan.
5. Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.
2.2.2 Jenis
Menurut Saifuddin (2010), jenis kontrasepsi suntik 3 bulan, yaitu :
1. Depo medroxyprogesteron asetat (DMPA) mengandung 150 mg DMPA
yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik intramuskular (di
daerah bokong).
2. Depo noristeron enantat (Depo Noristerat) yang mengandung 200 mg
Noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik
intramuskular.
2.2.3 Mekanisme kerja kontrasepsi suntik 3 bulan
Menurut Harnawati (2008), mekanisme kerja kontrasepsi 3 bulan, yaitu :
1. Menghalangi pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH
(Luteinizing Hormone) sehingga tidak terjadi pelepasan ovum.
2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kempuan penetrasi
sperma.
3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis.
4. Menghambat transportasi gamet dan tuba.
2.2.4 Indikasi kontrasepsi suntik 3 bulan
Menurut Saifuddin (2010), indikasi kontrasepsi DMPA meliputi :
1. Usia reproduksi
2. Multipara dan yang telah memiliki anak.
3. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas
tinggi.
4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
6. Setelah abortus atau keguguran.
7. Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.
8. Perokok
9. Tekanan darah < 150/100 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan
darah atau anemia bulan sabit.
10. Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat
tuberkulosis (rifampisin).
11. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.
12. Anemia defisiensi zat besi.
13. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi.
2.2.5 Kontraindikasi kontrasepsi suntik 3 bulan
Menurut Saifuddin (2010), kontraindikasi kontrasepsi suntik 3 bulan
meliputi :
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea
4. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
5. Diabetes melitus disertai komplikasi.
2.2.6 Keuntungan kontrasepsi suntik 3 bulan
Menurut Saifuddin (2010), keuntungan kontrasepsi suntik 3 bulan
meliputi :
1. Sangat efektif
2. Pencegahan kehamilan jangka panjang
3. Tidak berpengaruh pada hubugan suami-istri
4. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.
5. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
6. Sedikit efek samping.
7. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
8. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai
perimenopause.
9. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
10. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
11. Mencegah beberapa penyakit radang panggul.
12. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).
2.2.7 Kerugian kontrasepsi suntik 3 bulan
Menurut Saifuddin (2010), kerugian kontrasepsi suntik 3 bulan meliputi :
1. Sering ditemukan gangguan haid, seperti :
a. Siklus haid yang memendek atau memenjang.
b. Perdarahan yang banyak atau sedikit.
c. Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting).
d. Tidak haid sama sekali
2. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus
kembali untuk suntikan).
3. Tidak dapat dihentikan sewaktu – waktu sebelum suntikan berikut.
4. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
5. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
6. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan/
kelainan pada organ genitalia, melainkan karena belum habisnya
pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan).
7. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang.
8. Pada penggunaaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan
tulang (densitas).
9. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada
vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala,
nervositas, jerawat.
2.2.8 Waktu mulai penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan
1. Setiap saat selaama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.
2. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
3. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat,
asalkan ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak
boleh melakukan hubungan seksual.
4. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti
dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi
hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil,
suntikan pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai
haid berikutnya datang.
5. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi lain dan ingin
menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi,
kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada jadwal
kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
6. Ibu yang menggunakan kontrasepsi non-hormonal dan ingin
menggantinya dengan kontrasepsi hormona, suntikan pertama
kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan, asal
ibu tersebut tidak hamil dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid
berikutnya datang. Bila ibu disuntik setelah hari ke-7 haid, ibu tersebut
selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
7. Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan
pertama, dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid,
atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, asal saja
yakin ibu tersebut tidak hamil.
8. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan
pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil,
dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan
seksual.
2.2.9 Cara penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan
1. Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntik intramuskular dalam di daerah pantat. Apabila suntikan
diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat
dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari.
2. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi
oleh etil/isopropil alkohol 60 – 90 %. Biarkan kulit kering sebelum
disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik.
3. Kocok dengan baik, dan hindarkan terjadinya gelembung – gelembung
udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat endapan
putih pada dasar ampul usahakan menghilangkannya dengan
menghangatkannya.
2.2.10 Informasi lain yang perlu disampaikan
1. Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid
(amenorea). Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit
sekali mengganggu kesehatan.
2. Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit kepala,
dan nyeri payudara. Efek samping ini jarang, tidak berbahaya, dan cepat
hilang.
3. Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu diberikan
pada ibu usia muda yang ingin menunda kehamilan, atau bagi ibu yang
merencanakan kehamilan berikutnya dalam waktu dekat.
4. Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang. Haid baru datng
kembali pada umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid tersebut
dapat saja terjadi kehamilan. Bila setelah 3 – 6 bulan tidak juga haid,
klien harus kembali ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan untuk
dicari penyebab tidak haid tersebut.
5. Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan,
suntikan dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal. Dapat juga suntikan
diberikan 2 minggu setelah jadwal yang ditetapkan, asal tidak terjadi
kehamilan. Klien tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama
7 hari, atau menggunakan kontrasepsi lainnya selama 7 hari. Bila perlu
dapat juga menggunakan kontrasepsi darurat.
6. Bila klien, misalnya sedang menggunakan salah satu kontrasepsi
suntikan dan kemudian meminta untuk digantikan dengan kontrasepsi
suntikan yang lain, sebaiknya jangan dilakukan. Andaikata terpaksa juga
dilakukan, kontrasepsi yang akan diberikan tersebut di injeksi sesuai
dengan jadwal suntikan dari kontrasepsi hormonal yang sebelumnya.
7. Bila klien lupa jadual suntikan, suntikan dapat segera diberikan, asal saja
diyakini ibu tersebut tidak hamil.
2.2.11 Peringatan bagi pemakai kontrasepsi suntik progestin
1. Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan.
2. Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan
ektopik terganggu.
3. Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.
4. Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat, atau kaburnya
penglihatan.
5. Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2 kali
lebih banyak dalam satu periode masa haid.
Bila terjadi hal tersebut di atas, hubungi segera tenaga kesehatan atau
klinik.
2.2.12 Penanganan efek samping yang sering dijumpai
Tabel 5.1 Efek samping dan penangan
Efek Samping Penanganan
Amenore (tidak terjadi  Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu.
perdarahan/spotting) Jelaskan bahwa darah haid tidak terkumpul dalam
rahim. Nasihati untuk kembali ke klinik.
 Bila telah terjadi kehamilan, rujuk klien. Hentikan
penyuntikan.
 Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien segera
 Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan
perdarahan karena tidak akan berhasil. Tunggu 3-6
bulan kemudian, bila tidak terjadi perdarahan juga,
rujuk ke klinik.
Perdarahan/perdarahan  Informasikan bahwa perdarahan ringan sering
bercak (spotting) dijumpai, tetapi hal ini bukanlah masalah serius, dan
biasanya tidak memerlukan pengobatan. Bila klien
tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan ingin
melanjutkan suntikan maka dapat disarankan 2 pilihan
pengobatan :
 1 siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 µg
etinilestradiol), ibuprofen (sampai 800 mg, 3 x/hari
untuk 5 hari), atau obat sejenis lain. Jelaskan bahwa
selesai pemberian pil kontrasepsi kombinasi dapat
terjadi perdarahan banyak selama pemberian suntikan
ditangani dengan pemberian 2 tablet pil kontrasepsi
kombinasi/hari selama 3-7 hari dilanjutkan dengan 1
siklus pil kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 µg
etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi
untuk 14-21 hari.
Meningkatnya atau  Informasikan bahwa kenaikan/penurunan berat badan
menurunya berat sebanyak 1-2 kg dapat saja terjadi. Perhatikan diet
badan klien bila perubahan berat badan terlalu mencolok.
Bila berat badan berlebihan, hentikan suntikan dan
anjurkan metode kontrasepsi lain.
2.3 Macam-macam KB
1) Non hormonal
(1) Metode Amenore Laktasi (MAL)
a) Definisi
MAL adalah kontrasesi yang mengendalikan pemberian ASI secara
ekslusif.
b) Syarat Penggunaan
Menyusui secara penuh, lebih efektif jika pemberian lebih dari 8
kali/hari.
c) Cara Kerja
Penundaan/Penekanan Ovulasi
d) Keuntungan
(a) Efektivitas tinggi (Keberhasilan 98% pada 6 bulan pasca persalinan)
(b) Segera efektif
(c) Tidak mengganggu senggama
(d) Tidak ada efek samping secara sistematik
(e) Tidak perlu pengawasan medis
(f) Tidak perlu obat atau alat
(g) Tanpa biaya
e) Keterbatasan
(a) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar dapat segera
menyusui dalam 30 menit pasca persalinan
(b) Efektifitas tinggi sampai kembalinya haid atau 6 bulan
f) Efek samping
Tidak ada
(2) Kondom
a) Definisi
Merupakan selubung karet yang digunakan untuk mencegah
kehamilan dan penularan penyakit kelamin pada saat berhubungan suami
istri.
b) Cara Kerja
(a) Menghalangi terjadinya pertemuan sel sperma dan sel telur dengan
cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada
penis.
(b) Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HIV/AIDS)
dari satu pasangan ke pasangan yang lain (khusus kondom yang
terbuat dari lateks dan vinil).
c) Keuntungan
(a) Efektif bila digunakan dengan benar
(b) Tidak mengganggu produksi ASI
(c) Tidak mengganggu kesehatan klien
(d) Tidak mempunyai pengaruh sistemik
(e) Murah dan dapat dibeli secara umum
(f) Tidak perlu resep dokter
(g) Metode Kontrasepsi sementara bila metode lainnya harus ditunda
d) Keterbatasan
(a) Efektivitas tidak terlalu tinggi
(b) Cara penggunaan mempengaruhi keberhasilan
(c) Agak mengganggu hubugan seksual
(d) Pembuangan kondom menimbulkan masalah dalam hal limbah
e) Efek samping
Tidak ada
(3) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
a) Definisi
Alat kontrasepsi dalam rahim dengan menutup saluran yang
menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan. Terdiri
dari bahan plastik polietilena, ada yang dililit tembaga dan ada yang
tidak.
b) Syarat Penggunaan
Menyusui secara penuh, lebih efektif jika pemberian lebih dari 8
kali/hari.
c) Cara Kerja
Mencegah terjadinya fertilisasi, tembaga pada AKDR menyebabkan
reaksi inflamasi steril untuk sperma sehingga tidak mampu membuahi
sel telur.
d) Waktu pemasangan
(a) Pasca plasenta
1. Dipasang dalam 10 menit setelah plasenta lahir (pada persalinan
normal)
2. Pada persalinan caesar, dipasang pada waktu operasi caesar
(b) Pasca persalinan
1. Dipasang antara 10 menit-48 jam pasca persalinan
2. Dipasang antara 4 minggu-6 minggu setelah melahirkan
e) Keuntungan
(a) Efektivitas tinggi (Keberhasilan 99,2 – 99,4%)
(b) Segera efektif setelah pemasangan
(c) Metode jangka panjang
(d) Tidak perlu lagi mengingat-ingat
(e) Tidak mempengatuhi hubungan seksual
(f) Tidak ada efek samping hormonal
(g) Tidak mempengaruhi produksi ASI
(h) Tidak ada interaksi dengan obat-obat
(i) Dapat digunakan sampai menopause
(j) Dapat digunakan segera setelah melahirkan
f) Keterbatasan
(a) Tidak mencegah IMS
(b) Tidak baik digunakan pada perempuan IMS atau berganti-ganti
pasangan
(c) Diperlukan prosedur medis
(d) Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri
(e) Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi
apabila AKDR dipasang segera setelah melahirkan)
(f) Klien harus memriksa benang AKDR setiap waktu
g) Efek samping
(a) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan)
(b) Haid lebih lama dan banyak
(c) Pedarahan (spotting) antar menstruasi
(d) Saat haid lebih sakit
(e) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan
(f) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
mmemungkinkan penyebab anemia
(g) Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannnya
benar)
2) Hormonal
(1) Progestin
a) Definisi
Adalah metode kontrasepsi dengan menggunakan progestin, yaitu bahan
tiruan progesteron.
b) Cara Keja
(a) Mencegah ovulasi
(b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampua
penetrasi sperma
(c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
(d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba
(2) Pil
a) Jenis
(a) Kemasan 28 pil berisi 75 µg norgestrel
(b) Kemasan 35 pil berisi 300 µg levonogestrel atau 350 µg
norethindrone
b) Keuntungan
(a) Efektif jika diminum setiap hari di waktu yang sama (0,05 – 5
kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama)
(b) Tidak perlu pemeriksaan panggul
(c) Tidak mempengaruhi ASI
(d) Tidak mempengaruhi hubungan seksual
(e) Kembalinya fertilitas segera jika pemakaian dihentikan
(f) Mudah digunakan
(g) Efek samping kecil
c) Keterbatasan
(a) Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama
(b) Bila lupa 1 pil saja, kegagalan menjadi lebih besar
(c) Resiko kehamilan ektopik cukup tinggi, tetapi resiko ini lebih rendah
jika diandingkan dengan perempuan yang tidak menggunakan
minipil
(d) Efektivitas lebih rendah jika digunakan bersamaan dengan obat TBC
atau obat epilepsi
(e) Tidak mencegah IMS
d) Efek samping
(a) Hampir 30 – 60% mengalami gangguan haid (spotting, amenhorea)
(b) Peningkatan/penurunan berat badan
(c) Payudara menjadi tegang, mual, sakit kepala, dermatitis atau jerawat
(d) Hirsutisme (tumbuh rambut berlebihan di daerah muka) tetapi sangat
jarang terjadi
e) Waktu mulai menggunakan
(a) Pada ibu menyusui dapat digunakan setelah 6 bulan pasca persalinan
(b) Pada ibu tidak menyusui dapat menggunakan segera setelah
persalinan
(3) Injeksi
a) Jenis
1. Depo medroksiprogesteron asetat mengandung 150 mg DMPA
2. Kemasan 35 pil berisi 300 µg levonogestrel atau 350 µg
norethindrone
b) Keuntungan
(a) Efektif jika diminum setiap hari di waktu yang sama (0,05 – 5
kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama)
(b) Tidak perlu pemeriksaan panggul
(c) Tidak mempengaruhi ASI
(d) Tidak mempengaruhi hubungan seksual
(e) Kembalinya fertilitas segera jika pemakaian dihentikan
(f) Mudah digunakan
(g) Efek samping kecil
c) Keterbatasan
(a) Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama
(b) Bila lupa 1 pil saja, kegagalan menjadi lebih besar
(c) Resiko kehamilan ektopik cukup tinggi, tetapi resiko ini lebih rendah
jika diandingkan dengan perempuan yang tidak menggunakan
minipil
(d) Efektivitas lebih rendah jika digunakan bersamaan dengan obat TBC
atau obat epilepsi
(e) Tidak mencegah IMS
d) Efek samping
(a) Hampir 30 – 60% mengalami gangguan haid (spotting, amenhorea)
(b) Peningkatan/penurunan berat badan
(c) Payudara menjadi tegang, mual, sakit kepala, dermatitis atau jerawat
(d) Hirsutisme (tumbuh rambut berlebihan di daerah muka) tetapi sangat
jarang terjadi
e) Waktu mulai menggunakan
(c) Pada ibu menyusui dapat digunakan setelah 6 minggu pasca
persalinan
(d) Pada ibu tidak menyusui dapat menggunakan segera setelah
persalinan

2.4 Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan


1. Langkah I : Identifikasi data dasar Langkah ini mencakup kegiaan
pengumpulan, pengolahan, analisis data atau fakta untuk perumusan masalah.
Langkah ini merupakan proses berfikir yang ditampilkan oleh bidan dalam
tindakan yang akan menghasilkan rumusan masalah yang diderita oleh pasien
atau klien. Pada langkah ini dilakukan pengumpulan data melalui wawancara,
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien
secara lengkap, yaitu:
a) Data Subjektif Menanyakan identitas, HPHT, Menanyakan keluhan, riwayat
keluhan, menanyakan riwayat kesehatan yang lalu, riwayat keluarga, riwayat
reproduksi, riwayat KB, pemenuhan kebutuhan sehari-hari, data psikologi
dan spiritual.
b) Data Objektif Dapat dilihat pada kartu akseptor dimana tercantum bahwa
klien memakai suntikan Depo Progestin, Pemeriksaan Umum, Pemeriksaan
fisik secara sistematis, Pemeriksaan Laboratorium.
2. Langkah II : Identifikasi Diagnosa/ Masalah Aktual
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar
data- data yang telah dikumpulkan, di interpretasikan sehingga ditemukan
masalah atau diagnosa yang spesifik.
3. Langkah III : Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain,
yang berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah di
identifikasikan. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat
bersiapsiap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi dilakukan
asuhan yang aman. Masalah yang bisa timbul dari pemakaian kontrasepsi
suntikan depo progestin dengan amenorhea yaitu drop out.
4. Langkah IV : Penetapan Tindakan segera / Kolaborasi
Proses terus menerus ini menghasilkan data baru segera dinilai. Data yang
muncul dapat menggambarkan suatu keadaan darurat dimana bidan harus segera
bertindak atau menyelamatkan klien.
5. Langkah V : Intervensi / Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan Dikembangkan
berdasarkan intervensi saat sekarang dan antisipasi diagnosa dan problem serta
data-data tambahan setelah data dasar. Rencana tindakan komprehensif bukan
hanya meliputi kondisi klien serta konseling yang mantap.
6. Langkah VI : Implementasi / Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan rencana tindakan serta efisiensi dan menjamin rasa aman klien.
Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan ataupun bekerja sama
dengan tim kesehatan lain. Bidan harus melakukan implementasi yang efisien
dengan melaksanakan yang telah direncanakan, yaitu menjelaskan tentang
keuntungan,keterbatasan, dan efek samping dari suntik depo progestin.
7. Langkah VII : Evaluasi Tindakan Asuhan Kebidanan
Pada langkah ini dievaluasi kefektifan asuhan yang telah diberikan, apakah telah
memenuhi kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi dalam diagnosis maupun
masalah. Pelaksanaan rencana asuhan tersebut dapat dianggap efektif
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ˝S˝ USIA 50 TAHUN P20002
AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN
DI POLINDES DESA BENDET KECAMATAN DIWEK KABUPATEN
JOMBANG

Tanggal Pengkajian : 19 Februari 2021


Jam pengkajian : 17.35 WIB
1. Identifikasi Data Dasar
A. Data Subyektif
1) Identitas
IBU SUAMI
Nama : Ny S Tn R
Umur : 50 tahun 52 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Kuli Bangunan
Alamat : Kedaton Kedaton

2) Alasan Kunjungan
Ibu mengatakan ingin suntik kb lanjutan
3) Keluhan Utama
Ibu menngatakan tidak ada keluhan
4) Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 6-7 hari
Masalah saat Mens : Tidak ada
Masalah saat KB : Tidak keluhan saat selama mestruari saat memakai kb
suntik 3 bulan
5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Anak Tempat Penyulit Penyulit Usia
UK Penolong JK/BBL
Ke- bersalin persalinan NIfas Sekarang
9 P/2.730 Tidak
1 PMB Bidan Tidak ada 24 tahun
bulan gram ada
9 L/3.000 Tidak
2 PMB Bidan Tidak ada 20 tahun
bulan gram ada

6) Riwayat KB
Ibu mengatakan setelah melahirkan anak pertama ibu menggunakan KB pil
dan saat setelah melahirkan anak kedua ibu menggunakan suntik KB 3
bulan.
7) Riwayat kesehatan ibu
Ibu mengatakan ibu tidak pernah menderita penyakit menurun seperti
jantung, hipertensi, diabetes. Ibu tidak pernah menderita penyakit menular
seperti TBC, Hepatits,HIV/AIDS. Ibu juga tidak pernah menderita penyakit
menahun seperti stroke dan asma
8) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan ibu pasien mengalami Diabetes miletus. Tidak ada yang
menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatits,HIV/AIDS. Tidak ada
yang menderita penyakit menahun seperti stroke dan asma. Ibu mengatakan
di dalam keluarga ada riwayat hamil kembar yaitu nenek dari suami.
9) Pola kebiasaan sehari hari
a) Pola nutrisi
Makan : ibu mengatakan makannya 3 kali sehari dengan prosi sedang,
Minum : ibu mengatakan biasanya 1 hari minum 1 ½ botol aqua besar
(1,5 liter), sekarang ibu lebih banyak minum bisa 1 ½ botol
aqua besar sampai 2 ½ botol.
b) Eliminasi
BAK : Ibu mengatakan BAK kurang lebih 3-4 kali sehari
BAB : Ibu mengatakan BAB masih sama seperti biasanya yaitu 1
hari sekali setiap pagi
c) Personal hygene
Ibu mandi 2 kali sehari, dan membersihkan vulva/vagina setiap mandi
dengan cara membersihkan dari depan ke belakang kemudian
dikeringkan dengan handuk kering. Ibu ganti baju setiap selesai mandi.
d) Istirahat/tidur
Ibu tidur malam kurang lebih 8 jam, dan tidur siang kurang lebih 1 jam.
Ibu biasanya istirahat jika badannya sudah merasa sedikit lelah dengan
berbaring santai atau duduk-duduk.
e) Hubungan Seksual
Ibu mengatakan hubungan seksual ibu teratur kurang lebih 1-2 kali
dalam satu minggu

B. Data Obyektif
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV : Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,8 C
d) Tinggi Badan : 158 cm
e) Berat Badan : 60 kg
f) LILA : 26 cm
g) IMT : 24,03 kg/m2
2) Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
(a) Muka : tidak tampak pucat, tidak tampak adanya kelainan,
tidak tampak flek di wajah
(b) Mata : sklera tampak putih, konjungtiva tampak merah muda,
tidak tampak strabismus
(c) Hidung : tidak tampak pernapasan cuping hidung, tidak tampak
pengeluran sekret
(d) Telinga : tidak tampak adanya sekret
(e) Mulut : tidak tampak pucat, mukosa bibir tampak lembab,
tidak tampak adanya gigi yang berlubang
(f) Leher : tidak tampak pembesaran vena jugularis
(g) Dada : tidak tampak retraksi dinding dada
(h) Payudara : tampak simetris kiri dan kanan, puting susu tampak
menonjol, tidak tampak hiperpigemntasi areola mamae
(i) Abdomen : tidak tampak adanya linea nigra/alba, tidak tampak
membesar
(j) Ekstremitas: Atas : tidak tampak adanya kelainan
Bawah : tidak tampak adanya kelainan, tidak ada
varices maupun tromboplebitis
b) Auskultasi
(a) Dada : tidak terdengar bunyi ronchi dan wheezing, bunyi
jantung lupdup
c) Perkusi
(a) Abdomen : tidak hipertimpani

d) Palpasi
(a) Leher : tidak teraba bendungan vena jugularis, tidak teraba
pembesaran kelenjar tyroid, dan kelenjar getah bening
(b) Abdomen : tidak teraba massa, tidak ada pembesaran uterus
2. Interpretasi Data Dasar
Dx : Ny “S” Usia 50 tahun P20002 Akseptor KB suntik 3 bulan
DS :
1. Ibu mengatakan sudah saatnya kontrol ulang suntik 3 bulan
2. Sekarang ibu dalam masa menstruasi
DO : (1) Keadaan Umum dan TTV
Keadaan umum : Baik
TTV : TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,8 C
(2) Inspeksi
Payudara : tampak simetris kiri dan kanan, puting susu tampak
menonjol, tidak tampak hiperpigemntasi areola
mamae
(3) Palpasi
Abdomen : tidak teraba massa, tidak ada pembesaran uterus
3. Identifikasi Diagnosa & Masalah Potensial
-

4. Identifikasi Kebutuhan Segera


-

5. Intervensi
1) Jelaskan hasil pemeriksaan dan tindakan yang dilakukan
2) Cek jadwal kunjungan ulang yang tertera pada kartu kb ibu
3) Jelaskan kembali tentang kekurangan dan kelebihan KB suntik 3 bulan
4) Berikan informed consent pada ibu jika menyetujui
5) Jelaskan prosedur penyuntikan KB
6) Atur posisi ibu senyaman mungkin
7) Lakukan injeksi sesuai prosedur
8) Beritahukan kepada ibu jadwal kunjungan ulang

6. Implementasi
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan dan tindakan yang dilakukan
2) Mengecek jadwal kunjungan ulang yang tertera pada kartu kb ibu
3) Menjelaskan tentang kekurangan dan kelebihan KB suntik 3 bulan
4) Memberikan informed consent pada ibu jika menyetujui
5) Menjelaskan prosedur penyuntikan KB
- Disuntikkan secara intramuskuler di sepertiga SIAS
6) Mengatur posisi ibu senyaman mungkin
- ibu dalam posisi tengkurap
7) Melakukan injeksi sesuai prosedur dengan menggunakan obat
Medroxyprogesteron Acetate 150 mg/3 ml
8) Memberitahukan kepada ibu bahwa bekas suntikan tidak boleh di pijat
9) Memberitahukan kepada ibu jadwal kunjungan ulang yaitu tanggal 8-5-2021
dan harus tepat waktu

7. Evaluasi
Tanggal : 19 Februari 2021
Jam : 18.00 WIB
S : ibu mengatakan mengerti dan memahami apa yang telah dijelaskan
O : - Keadaan umum : baik
- BB : 60 Kg
- TD : 110/80 mmHg
- Tidak ada tanda tanda kehamilan
A : Ny “S” usia 50 tahun P20002 Akseptor KB Suntik 3 bulan
P : - Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dalam batas
normal
- Memberitahukan lagi jadwal kunjungan ulang yaitu tanggal 8-5-2021

Anda mungkin juga menyukai