Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tidak lepas

dari masalah kependudukan. Secara garis besar masalah-masalah pokok di

bidang kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang

besar dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi, penyebaran

yang tidak merata, struktur usia muda, dan kualitas penduduk yang masih

harus ditingkatkan, oleh karena itu berbagai program kependudukan telah

dilaksanakan yang bertujuan mengurangi beban kemiskinan, kebodohan dan

keterbelakangan akibat tekanan kependudukan dan meningkatnya upaya

mensejahterakan penduduknya melalui dukungan program-program

pembangunan termasuk keluarga berencana (Wiknjosastro, 2002).

Kontrasepsi merupakan metode untuk menghindari atau mencegah

untuk terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang

matang dengan sel sperma. Cara kerja kontrasepsi pada umumnya sama yaitu

mencegah ovulasi, meningkatkan kekentalan lendir leher rahim, serta

membuat dinding rongga rahin tidak siap menerima hasil pembuahan dan

menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma (Hartanto, 2003)

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Pelayanan Kontrasepsi?

2. Bagaimana Penggunaan Kontrasepsi Rasional Ditinjau dari Umur dan

Paritas?

3. Apa saja dan Bagaimana Kontrasepsi pasca persalinan?

C. Tujuan

1. Mengetahui dan memahami Pengertian Pelayanan Kontrasepsi

2. Mengetahui dan memahami Penggunaan Kontrasepsi Rasional Ditinjau

dari Umur dan Paritas

3. Mengetahui dan memahami Kontrasepsi pasca persalinan

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kontrasepsi

1. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’

dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel

sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah

menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara

sel telur yang matang dengan sperma tersebut. Pelayanan kontrasepsi (PK)

merupakan salah satu komponen dalam pelayanan kependudukan/KB. Selain

Pelayanan kontrasepsi (PK) juga terdapat komponen pelayanan

kependudukan/KB lainnya seperti komunikasi dan edukasi (KIE), konseling,

pelayanan infertilitas, pendidikan seks (sex education), konsultasi pra-

perkawinan dan konsultasi perkawinan, konsultasi genetik, tes keganasan dan

adopsi.

Kontrasepsi ideal harus memenuhi syarat-syarat antara lain dapat

dipercaya, tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan, daya

kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan

sewaktu melakukan koitus, tidak memerlukan motivasi terus menerus, mudah

pelaksanaannya, murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh

lapisan masyarakat, dan dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang

bersangkutan.

3
Kontrasepsi dapat reversible (kembali) atau permanen (tetap).

Kontrasepsi yang reversible adalah metode kontrasepsi yang dapat dihentikan

setiap saat tanpa efek lama di dalam mengembalikan kesuburan atau

kemampuan untuk mempunyai anak lagi. Kontrasepsi permanen adalah

kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan kesuburan dikarenakan

melibatkan tindakan operasi. Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu :

a. Cara kontrasepsi sederhana, terbagi lagi atas kontrasepsi tanpa alat

dan kontrasepsi dengan alat/obat. Kontrasepsi sederhana tanpa alat

dapat dilakukan dengan senggama terputus dan pantang berkala.

Sedangkan kontrasepsi dengan alat/obat dapat dilakukan dengan

menggunakan kondom, diafragma atau cup, cream, jelly, atau tablet

berbusa (vaginal tablet).

b. Cara kontrasepsi modern/metode efektif. Cara kontrasepsi ini

dibedakan atas kontrasepsi tidak permanen dan kontrasepsi permanen.

Kontrasepsi tidak permanen dapat dilakukan dengan pil, Alat

Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), suntikan, dan norplant.

Sedangkan cara kontrasepsi permanen dapat dilakukan dengan matoda

mantap, yaitu dengan operasi tubektomi (sterilisasi pada wanita), dan

vasektomi (sterilisasi pada pria)

4
Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi

semua klien karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan

individual bagi setiap klien. Namun secara umum persyaratan metode

kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut:

a. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika

digunakan

b. Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan

dapat mencegah kehamilan.

c. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh

lingkungan budaya di masyarakat.

d. Terjangkau harganya oleh masyarakat

e. Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera

kembali kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap

Ada beberapa komponen dalam menentukan keektifan dari suatu metode

kontrasepsi diantaranya adalah keefektifan teoritis, keefektifan praktis, dan

keefektifan biaya. Keefektifan teoritis (theoritical effectiveness) yaitu

kemampuan dari suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya

kehamilan yang tidak diinginkan, apabila cara tersebut digunakan terus-

menerus dan sesuai dengan petunjuk yang diberikan tanpa kelalaian.

Sedangkan keefektifan praktis (use effectiveness) adalah keefektifan yang

terlihat dalam kenyataan di lapangan setelah pemakaian jumlah besar,

5
meliputi segala sesuatu yang mempengaruhi pemakaian seperti kesalahan,

penghentian, kelalaian, dan lain-lain.

Ada dua macam penerimaan terhadap kontrasepsi yakni penerimaan awal

(initial acceptability) dan penerimaan lanjut (continued acceptability).

Penerimaan awal tergantung pada bagaimana motivasi dan persuasi yang

diberikan oleh petugas KB. Penerimaan lanjut dipengaruhi oleh banyak faktor

seperti umur, motivasi, budaya, sosial ekonomi, agama, sifat yang ada pada

KB, dan faktor daerah (desa/kota).

2. Penggunaan Kontrasepsi Rasional Ditinjau dari Umur dan Paritas

a. Umur

Menurut Dani, (2002) Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak

dilahirkan atau diadakan, sedangkan menurut Yulkardi, (2002) Umur adalah

usia individu seseorang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang

tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja sehingga dari segi

kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih besar dan dewasa akan lebih

di percaya dari orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini

sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya (Nursalam, 2001).

Pembagian umur menurut Yulkardi, (2002) adalah :

1) Masa menunda kehamilan (≤ 20 tahun)

2) Masa mengatur kehamilan (20 – 30 tahun)

6
3) Masa mengakhiri kehamilan (≥ 30 tahun)

Adapun penggunaan kontrasepsi yang rasional disesuaikan dengan

umur (Hartanto 2003) seperti dalam tabel berikut :

Masa subur Masa mengatur kesuburan Masa mengakhiri

(kehamilan) (menjarangkan kehamilan) kesuburan

(Tidak hamil lagi)

I IIa IIb IIIa IIIb

≤ 20 tahun 20 tahun 30 tahun ≤35 tahun ≥35 tahun

1. Pil 1. AKDR 1. AKDR 1. Kontap 1. Kontap

2. AKDR 2. Pil 2. Pil 2. Susuk KB 2. AKDR

3. Cara 3. Suntikan 3. Susuk KB 3. AKDR 3. Susuk KB

sederhana 4. Cara 4. Suntikan 4. Suntikan 4 Suntikan

Sederhana 5. Cara 5. Pil 5. Cara

sederhana 6. Cara sederhana

Sederhana 6. Pil

b. Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang diakhiri dengan kelahiran janin

yang memenuhi syarat untuk melangsungkan kehidupan (28 minggu /

1000gram (Varney, 2002), sedangkan menurut Nursalam, (2003) paritas

adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang ibu.

1) Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup

untuk pertama kali.

7
2) Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi hidup beberapa

kali (sampai 5 kali)

3) Grandmultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi lebih dari

5 kali hidup atau mati.

Menurut Wiknjosastro (2002) dari sudut kematian maternal

paritas terbagi dalam :

1) Paritas 1 : Tidak aman

2) Paritas 2-3 : Aman untuk hamil dan bersalin

3) Paritas 3 : Tidak aman

3. Kontrasepsi pasca persalinan

a. Infertilitas pasca persalinan

1) Pada klien pasca persalinan yang tidak menyusui, masa infertilitas

rata-rata berlangsung sekitar 6 minggu.

2) Pada klien pasca persalinan yang menyusui, masa infertilitas lebih

lama. Namun kembalinya kesuburan tidak dapat diperkirakan

b. Metode Amenore Laktasi

Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang

mengandalkan pemberian ASI tanpa tambahan makanan atau minuman

apa pun hingga 6 bulan. Konsesus bellagio (kennedy, et al., 1989)

8
menyatakan bahwa laktasi dapat dipertimbangkan sebagai metode

keluarga berencana jika digunakan.

Metode ini bekerja dengan menghambat ovulasi jika semua kriteria

berikut terpenuhi.

1) Menyusui penuh (full breast feeding); ≥ 8 kali sehari

2) Belum menstruasi

3) Umur bayi kurang dari 6 bulan

Metode kontrasepsi ini tidak dapat di terapkan apabila salah satu

kriteria tersebut tidak terpenuhi, misalnya, ibu tidak menyusui penuh, ibu

bekerja dan terpisah dari bayi lebih dari 6 jam, bayi sudah berusia lebih

dari 6 bulan atau sudah menstruasi. Sebaiknya sarankan ibu untuk memilih

metode kontrasepsi jenis lain.

Efektivitas MAL dapat mencapai hingga 6 bulan ( jika sesuai

dengan syarat). Sebuah studi multisenter (WHO,1999) melaporkan bahwa

sudah 6 bulan pertama setelah persalinan, angka kehamilan kumulatif

berkisar antara 0,9-1,2% selama proses menyusui penuh. Hal ini

mendukung pembuktian penelitian sebelumnya bahwa MAL memberi

perlindungan sebesar 98% terhadap kehamilan.

Kelebihan metode ini adalah efektivitasnya tinggi (keberhasilan

98% pada 6 bulan pasca persalinan), segera efektif, tidak mengganggu

senggama, tidak ada efek samping secara sistemik, tidak perlu pengawasan

medis, tidak perlu obat atau alat dan tanpa biaya. Selain itu, bayi

9
mendapatkan kekebalan pasif, mendapat asupan gizi terbaik sehingga

asupan gizi terpenuhi secara optimal dan juga terhindar dari paparan dari

kontaminasi pembuatan susu formula. Risiko anemia dan perdarahan pasca

perdarahan berkurang serta meningkatkan hubungan psikologis antara ibu-

bayi pada wanita yang menerapkan metode ini sebagai kontrasepsi.

Metode ini tidak melindungi akseptor tehadap penyakit menular

seksual (PMS) termasuk virus hepatitis B / HBV dan HIV/AIDS. Adanya

persyaratan yang mengharuskan ibu menyusui secara penuh membuat ibu

perlu mempersiapkan diri sejak perawatan kehamilan. Selain itu, kondisi

sosial ekonomi keluarga yang menuntut ibu bekerja membantu suami

untuk memenuhi kebutuhan keluarga juga membuat metode ini sulit

dilakukan.

Bidan perlu menyampaikan beberapa hal berikut ini pada ibu yang

memilih menggunakan MAL.

1) Ibu harus menyusui penuh (full breast feeding); pemberian ≥ 8 kali

sehari.

2) Waktu antara 2 pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam.

3) ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin.

4) Ketika ibu mulai menstruasi setelah melahirkan, berarti telah subur

kembali dan harus segera menggunakan metode kontrasepsi lainnya.

5) Segera hubungi tenaga kesehatan jika salah satu diantara tiga syarat

tersebut tidak terpenuhi .

10
c. Saat Penggunaan alat kontrasepsi

Waktu mulai kontrasepsi pasca persalinan tergantung dari status

menyusui. Metode yang langsung dapat digunakan :

1. Spesmisida

Spermida adalah bahan kimia (biasanya nonoksinol) yang digunakan

untuk menonaktifkan/membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk arosol

(busa), tablet vagina, supsitoria, atau dissolvable film dan krim.

Aerosol (Busa)

Krim

11
Suppositoria

1) Cara kerja

Menyebabkan sel membran sperma terpecah,

memperlambat pergerakan sperma, dan menurunkan

kemampuan pembuahan sel telur

2) Pilihan

a) Busa (arosol) efektif segerah setelah insersi

b) Busa spermisida dianjurkan apabila pengguanaannya

hanya sebagai metode kontrasepsi.

c) Tablet vagina, supositoria, dan film penggunaannya

disarankan menunggu 10 sampai 15 menit sesudah

dimasukkan sebelum hubungan seksual

d) Jenis spermisida jeli biasanya hanya digunakan dengan

diagfragma.

3) Manfaat

a) Kontrasepsi

a. Efektif seketika (busa dan krim)

b. Tidak mengganggu produksi ASI

12
c. Sebagai metode lain

d. Tidak mengganggu kesehatan

e. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.

f. Mudah digunakan.

g. Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.

h. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan

khusus.

b) Non kontrasepsi

Merupakan salah satu perlindungan terhadap IMS termasuk

HBV dan HIV atau AIDS.

4) Keterbatasan

a) Efektivitas kurang (3-21 kehamilan per 100 perempuan

per tahun pertama).

b) Efektivitas sebagai kontrasepsi tergantung pada kepatuhan

mengikuti cara penggunaan.

c) Ketergatun gan pengguna dari motivasi yang

berkelanjutan, yaitu dengan menggunakannya setiap

melkukan hubungan seksual.

d) Pengguna harus menunggu 10 sampai 15 menit setelah

dipasang melakukan hubungan seksual (tablet busa

vagina, supusitoria, dan Film)

e) Efektivitas aplikasi hanya 1 sampai 2 jam.

13
Seleksi klien pengguna spermisida

Spermisida

Sesuai untuk perempuan Tidak sesuai untuk perempuan

dengan kriteria dengan kriteria

 Tidak menyukai metode  Berdasarkan umur dan

kontrasepsi hormonal, paritas serta masalah

perokok, usia diatas 35 kesehatan menyebabkan

tahun kehamilan dengan resiko

 Tidak menyukai tinggi

penggunaan AKDR  Saluran uretra terinfeksi

 Menyusui dan perlu  Tidak stabil secara praktis

kontrasepsi atau tidak suka menyentuh

 Memerlukan kontrasepsi alat kelaminnya (vulva dan

terhadap IMS vagina)

memerlukan metode  Mempunyai riwayat

sederhana sambil sindrom syok karena

menggunakan metode keracunan yang baru lagi

yang lain ingin metode KB efektif.

5) Cara Penggunaan

a) Aerosol (Busa)

a. Kocok tempat aerosol 20-30 menit sebelum digunakan.

14
b. Tempatkan container dengan posisi ke atas, letakkan aplikator

pada mulut container, dan tekan aplikator untuk mengisi busa.

c. Sambil berbaring lakukan insersi aplikator ke dalam vagina

mendekati serviks, dorong sampai busa keluar.

d. Aplikator segera dicuci pakai sabun dan air, tiriskan dan

keringkan. Jangan berbagi aplikator dengan orang lain.

b) Tablet Vagina (Suppositoria)

a. Cuci tangan sebelum membuka paket.

b. Lepaskan tablet atau suppositoria dari paket.

c. Sambil berbaring masukkan tablet vagina atau suppositoria

jauh ke dalam vagina.

d. Tunggu 10-15 menit sebelum mulai berhubungan seksual.

e. Sediakan selalu ekstra pengadaan tablet vagina atau

suppositoria di tempat.

f. Catatatn : beberapa busa dari tablet vagina menyebabkan rasa

hangat di vagina itu normal-normal saja.

15
c) Krim

a. Insersi (masukkan) kontrasepsi krim setelah dikemas ke dalam

aplikator sampai penuh, masukkan ke dalam vagina sampai

mendekati serviks.

b. Tekan alat pendorong sampai krim keluar. Tidak perlu

menunggu kerja krim.

c. Aplikator harus dicuci dengan sabun dan air sesuai dengan

pencegahan infeksi untuk alat-alat, tiriskan dan keringkan.

d. Untuk memudahkan pembersihan alat, pisahkan bagian-

bagiannya. Jangan berbagi aplikator dengan orang lain.

e. Sediakan selalu ekstra pengadaan krim terutama apabila

ternyata container kosong.

6) Efek samping :

Belum pernah di laporkan terjadinya efek samping yang serius

(spermisid telah di pakai selama > 60 tahun)

16
7) Indikasi Spermisida

a) Tambahan/Adjuvan pada metode barier (kondom, diafragma )

b) Tambahan/Adjuvan pada metode rhythm

c) Tambahan/Adjuvan pada IUD selama masa subur

d) Tambahan/Adjuvan pada kontrasepsi hormonal pada saat awal dari

siklus pertama atau bila lupa minum 2 tablet atau lebih

e) Sebagi metode temporer sebelum menggunakan metode sistematik

atau sebelum insersi IUD

f) Fertilitas rendah atau tersanka infertile pada wanita yang telah

dapat/bersedia menggunakan metode barier

g) Senggama yang jarang.

8) Kontraindikasi Spermasida

a) Absolut

a. Kebutuhan akan suatu metode dengan efektivitas yang tinggi

karena alas an yang kesehatan, pribadi atau social

b. Penghentian Sexual foreplay akan menghambat/menghalangi

minat seksual

c. Ketidakmampuan penerimaan estetik pada salah satu partner

d. Alergi terhadap isi spermisid

e. Alergi local kronis, kontak dermatitis genitalia, eksema

genetalia, psoriasis dan lain – lain dermatosis genitalia

17
b) Relative

a. Penghentian sexual foreplay akan mengganggu senggama

b. Fertilisassi tinggi

c. Dispareunia

d. Vaginismus

c) Temporer

a. Vaginitis akut/sudakut oleh karena sebab apapun, meskipun

sedang dalam pengobatan

b. Penyakit menular aktif/tersangka

c. Kondiloma akuminata, dermatitis simpleks, proritus genitalia,

herpes genetalai

d. Urethritis, sistitis, disuria, pyuria.

2. Kondom

Menurut riwayatnya, kondom sudah di gunakan di mesir sejak tahun

1350 sebelum masehi. Baru abad ke-18, sarung ini mendapat nama

‘’kondom’’ yang pada waktu itu di pakai dengan tujuan mencegah

penularan penyakit kelamin.

18
1) Mekanisme kerja

Menghalangi masuknya sperma ke dalam vagina, sehingga

pembuahan dapat di cegah.

2) Jenis kondom

Pada dasarnya ada dua jenis kondom, yaitu kondom kulit dan

kondom karet. Kondom kulit di buat dari usus domba. Kondom karet

lebih elastis dan murah sehingga lebih banyak di gunakan.

3) Daya guna keuntungan

Secara teortis kegagalan kondom hanya terjadi jika

kondomtersebut sobek karena kurang hati-hati, pelumas kurang, atau

karena tekanan pada waktu ejakulasi. Menurut tietze (1960), pada

pasangan subur yang melakukan koitus 120 kali pertahun dan selalu

menggunakan kondom pada setiap melakukan hubungan seksual.

Maka akan ditemukan 10-21 kehamilan per 100 wanita per tahun.

Dalam praktiknya angka ini lebih tinggi yaitu sejitar 15-36 kehamilan

per 100 wanita per tahun. Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain

pemakaian yang tidak teratur, motivasi, umur, status sosial ekonomi,

pendidikan dan sebagainya.

19
4) Keuntungan

Beberapa keuntungan kondom ialah murah, mudah di dapat

(tidak perlu resep dokter), tidak memerlukan pengawasan, dan

mengiurangi kemungkinan penularan penyakit kelamin.

5) Efek samping

Pada sejumlah kecil kasuh terhadap reaksi alergi terhadap

kondom karet.

6) Kontra indikasi

Alergi terhadap kondom kare

7) Kondom untuk pria

Kondom untuk pria merupakan bahan karet (lateks) poliuretan

(plastik), atau bahan sejenis yang kuat, tipis, dan elastis. Benda

tersebut di tarik menutupi penis yang sedang ereksi untuk menampung

semen selama ejakulasi dan mencegahsperma masuk kedalam vagina.

Kondom lateks dan poliuretan merupakan kondom yang efektif untuk

mencegah penularan HIV/AIDS dan mengurangi risiko penyakit

menular seksual. Kondom pria tidak menutupi semua area yang

terpanajng, menurut CDC kondom cenderung lebih efektif digunakan

untuk mencegah infeksi yang di tularkan oleh cairan dari permukaan

mukosa (misal:gonorhea, klamidia, trikomoniasis, dan HIV), dari pada

mencegah penyakit yangditularkan dari kulit. Selaput kondom yang

20
dari bahan alami sebagai alat untuk mencegah kehamilan tidak dapat

mencegah infeksi HIV, hepatitis B, atau herpes simpleks.

8) Efektivitas, keluhan, penatalaksanaan.

Tiga teknik yang dapat meningkatkan keberhasilan penggunaan

kondom dan yang harus disampaikan kepada wanita dan pasangannya.

Ketiga teknik tersebut adalah sebagai berikut.

a. Kondom harus ditempatkan sebelum penis mendekatigenetalia

wanita karena virus HIV dapat ditemukan dalam cairan

praejakulasi. Bertolak belakang dengan keyakinann yang ada

selama ini, bahwa sperma tidak dapat ditemukan dalam cairan

praejakulasi.

b. Saat menggunakan kondom dengan uung datar, harus disediakan

ruang sepanjang ½ inci yang berfungsi sebagai tempat

pengumpulan semen, untuk mengurangi kemungkianan kondom

sobek pada saat ejakulasi.

c. Karena penis menjadi kaku setelah ejakulasi, sangat penting bagi

para pria untuk menarik penisnya dari vagina segera setelah

ejakulasi sambil memegangujung kondom untuk mencegah semen

dari ujung kondom yangterbuka sehingga kondom tidak dapat

masuk kedalam vagina saat pria menarik penisnya kembali.

21
9) Petunjuk penggunaan kondom

a. Gunakan kondom sebelum penis mendekati genetalia eksterna

wanita

b. Sebelum digunakan, terlebih dahulu periksa kondom

c. Apabila pria tidak di sirkumsisi, ujung kulit penis harus di tarik ke

blakang sebelum memasukkan kondom

d. Gunakan kondom pada penis yang sedang ereksi sepanjang penis

sampai mencapai rambut pubis di pangkal penis.

e. Apabila kondom memiliki ujung datar, bukan ujung yang

meruncing, sisakan ruang kosong sepanjang ½ inci untuk menahan

semen, ruang kosong ini seharusnya tidak boleh berisi udara. Untuk

ruang kosng dengan menekuk ujung kondom saat dalam keadaan

lemas sambil memulai memasang kondomke penis.

f. Pastiakan terdapat pelumas yang adekuat pada bagian luar kondom

karena jika pelumasan tidak adekuat, kondom rentan terhadap

sobekakibat gesekan.apabila menggunakan kondom lateks dan

andamemerlukan pelumas, gunakan air atau gunakan pelumas yang

berbahan dasarbair., jangan gunakan pelumas berbahan dasar

minyak karena dapat merusak lateks. Bahan yang terapeutik untuk

vagina, seperti monistat, juga tidak aman digunakan pada kondom

lateks. Untuk kondom polyuretan, anda dapat menggunakan semua

jenis pelumas yang anda inginkan.

22
g. Setelah ejakulasi, pria harus menarik kembali penisnya sebelum

penisnya menjadi lemas.

h. Untuk mencegah kondom terlepas atau mengalami kebocoran

cairan ketika menarik penis, pria harus menahan pinggir pangkal

kodom dekat pangkal penisnya

i. Lepaskan kondom dari penis, menjauh dari wanita tanpa

menumpahkan semen lalu buang.

j. Untuk mencapai tingkat efektifitas yang maksimal dalam

mencegah kehamilan, gunakan kondom bersamaan dengan

penggunaan sediaan spermisida.

Apabila anda menggunakan kondom secara teratur dan benar, satu-

satunya alasan kegagalan kontrasepsi adalah cacat pada kondom itu

sendiri. cacat yang di maksud Antara lain kelemahan bahan yang dapat

menyebabkan kondom sobek akibat dorongan ejekulasi, atau ada lubang

yang sangat kecil, sehingga kondom tidak berfungsi efektif. Kondom yang

di buat di Amerika serikat cenderung sempurna karena kondom tersebut

dibuat dibawah pengawasaan dan pengandelian butuh FDA. Kondom

dapat diuji untuk melihat apakah terdapat kebocoran yaitu dengan cara

merenggangkannya dengan air atau udara, tetapi tindakkan pengujian

dengan cara ini dapat menyebabkan kondom-kondom sobek atau pecah

saat benar-benar akan digunakan. Kondom merupakan alat kontrasepsi

sekali pakai, saat ini terdapat angka rata-rata kombinas antara robekan dan

23
terselip, yang mencapai 4%. Perbedaan besar angka kegagalan antara

penggunaan terbaik dan penggunaan kondom pria.

Kondom atau dikenal sebagai “karet”, “pengaman”, “selubung” atau

“profilaksis” mudah diperoleh. Harganya bervariasi tergantung merek,

tetapi umumnya kondom tidak mahal. Saat ini lebih dari 100 merk

kondom dengan ukuran (panjang dan lebar), bentuk (mengecil kebagaian

ujung, lurus), ketebalan tekstur (halus, berkerut), warna atau transfaransi

yang berbeda-beda, dengan atau tanpa tempat penampungan, dengan atau

tanpa sperseermisida ( diluar, didalam, atau diluat dan didalam). Kondom

yang mengandung spermisida tidak di pertimbangkan sebagai metode

ganda dan tidak dianjurkan oleh pemberi pelayanan kesehatan. Spermisida

yang terdapat pada bagian luar kondom tidak memiliki keefktifan yang

sama untuk mencegah kehamilan seperti halnya spermisida vagina yang

dimasukan secara terpisah kedalam serviks. Kombinasi penggunaan

kondom dan sedian spermisida vagina memberi perlindungan, terutama

bila kondom sobek atau terdapat kebocoran sperma ketika pria menarik

kembali penisnya.

Walaupun telah digunakan secara luas, beberapa pasangan masih

memiliki persaan negtif terhadap kondom. Beberapa pasangan

menganggap kondom membuat sensai tersa tumpul dan penghalang saat

mereka menginginkan perasaan yang utuh selama hubungan seksual.

Keberatan bahwa pemanasan seksual diinterupsi ketika harus memasang

kondom pada penis dapat dihilangkan bila wanita melakukan pemanasan.

24
Sediaan spermisida dan kondom juga dapat digunakan sebagai metode

cadangan “untuk melindungi” metode kontrasepsi primer lain jika metode

primer tidak efektif seperti keadaan berikut :

a. Selama bulan pertama mulai menggunakan kontrasepsi oral (pil).

b. Ketika wanita gagal menggunakan selama satu siklus.

c. Apabila wanita menggunakan pengobatan yang diketahui dapat

menurunkan efektivitas pil.

d. Selama bulan pertama penggunaan alat kontrasepsi intrauterus.

3. Koitus interuptus

Koitus interuptus adalah saat menarik penisnya dari vagina sebelum

ejkulasi selama koitus. Ini adalah metode kontrasepsi tertua, yang disebut

dalam Alkitab (kejadian 38: ayat 9) dan Al-Qur’an. Koitus interuptus

diterima dan digunakan secara luas oleh komunitas Muslim dan Kristiani

sebagai sebuah metode kontrasepsi. Sebutan koitus interuptus jarang

digunakan oleh pria dan wanita. Istilah ini biasanya disebut penarikan,

meskipun ada kata lain yang lebih halus, seperti “berhati – hati” atau “ia

(laki – laki) berhati- hati melakukannya”. Sebutan ini dapat menimbulkan

kesalah pahaman selama konsultasi jika anda tidak mengetahui kajian lain

yang digunakan untuk koitus interuptus karena sebutannya dapat bervariasi

di tempat yang berbeda. Anda perlu mengklarifikasi dengan klien apa yang

mereka lakukan sebagai metode kontrasepsi sehibgga anda mampu

membantu mereka selama konsultasi.

25
1) Keuntungan

a) Menimbulkan efek jika digunakan dengan benar,

b) Tidak menganggu produksi ASI.

c) Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya.

d) Tidak ada efek samping.

e) Dapat digunakan setiap waktu

f) Tidak membutuhkan biaya.

g) Meningkatkan keterlibatan pria dalam keluarga berencana.

h) Memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian yang sangat

dalam antara pasangan

2) Kerugian/keterbatasan

a) Efektivitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan

koitus terputus setiap melaksankannya (angka kegagalan 4- 18

kehamilan per 100 perempuan per tahun)

b) Efektivitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak

ejakulasi masih melakat pada penis.

c) Memutus kenikmatan dalam hubungan seksual.

d) Tidak melindungi terhadapa HIV dan penyakit menular seksual

lain.

26
3) Efektifitas

Efektivitas koitus interuptus bervariasi, tetapi pada pengamanan

yang cermat dan konsisten, metode ini dapat mencapai efektivitas sampai

96% untuk pencegahan kehamilan. Namun, angka tersebut dapat menurun

sampai 81% pada pecegahan yang kurang cermat dan kurang komitmen.

Alasan lain kegagalan metode ini adalah adanya sperma sebelum ejakulasi.

d) Cara penggunaan

Alat kelamin pria (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga

sperma tidak masuk ke dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah.

e) Indikasi

a) Pria yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana

b) Pasangan yang kuat taat bergama atau mempunyai alasan filosofi

untuk tidak menggunakan metode-metode lain.

c) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera.

d) Pasangan yang memerlukan metode sementara sambil menunggu

metodeyang lain.

e) Pasangan yang membutuhkan metode pendukung.

f) pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur

f) Kontraindikasi

a) Pria dengan pengalaman ejakulasi dini

b) Pria yang sulit melakukan senggama terputus

c) Pria yang memiliki kelainan fisik atau psikologis

27
d) Perempuan yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama.

e) Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi.

f) Pasangan yang tidak bersedia melakukan metode ini.

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kontrasepsi ideal harus memenuhi syarat-syarat antara lain dapat

dipercaya, tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan, daya

kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan

sewaktu melakukan koitus, tidak memerlukan motivasi terus menerus, mudah

pelaksanaannya, murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh

lapisan masyarakat, dan dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang

bersangkutan.

B. Saran

Untuk perkembangan lebih lanjut maka penyusun memberikan saran

yang sangat bermanfaat dan dapat membantu pembuatan makalah selanjutnya

a. Perlunya penambahan sumber-sumber yang tepat sehingga makalah yang

disusun lebih akurat dan lengkap.

b. Untuk mengoptimalkan hasil makalah, dianjurkan untuk benar-benar

memanfaatkan waktu yang tersedia

29
DAFTAR PUSTAKA

Hartanto, H. 2004. KB dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan : Jakarta

Saifuddin, A. B. 2003. Buku Panduan Pelayanan Praktis Kontrasepsi. Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta

Varney, Helen, Et ail. 2002. Buku Saku Bidan. Widya Medika : Jakarta

Pengertian Kontrasepsi dan Jenis-Jenis, Diakses 13 September 2017, 20.00 WIB

<http://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-kontrasepsi-dan-jenis-

jenis_3.html>

Pelayanan Kontrasepsi, Diakses 13 September 2017, 20.30 WIB

30

Anda mungkin juga menyukai