Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang
sering dialami pada sebagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari
2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan
nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih
utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi
makananpun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena
aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja terjadi pada mereka dengan
status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan jarak kelahiran, kadar
hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan ante natal. BBLR termasuk faktor utama dalam
peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta
memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masa depan. BBLR
adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram.
BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah
pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan
(aspirasimekonium,asfiksianeonatorum), gangguan pada sistem pencernaan
(lambungkecil), gangguan sistem perkemihan (ginjalbelumsempurna), gangguan sistem
persyarafan(respon rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat
mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan
tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas
generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak,
serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan. Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah
(BBLR) memerlukan perawatan yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang
membahayakan bayi seperti yang telah disebutkan diatas.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian BBLR?
2. Apa saja etiologi BBLR?
3. Bagaimana insiden BBLR?
4. Apakah patofisiologi BBLR?
5. Apa saja tanda dan gejala BBLR?
6. Apa saja komplikasi BBLR?
7. Bagaimana penanganan BBLR?
8. Bagaimana peran bidan bila menemui kasus BBLR?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penegrtian BBLR
2. Untuk mengetahui etiologi BBLR
3. Untuk mengetahui insiden BBLR
4. Untuk mengetahui patofisiologi BBLR
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala BBLR
6. Untuk mengetahui komplikasi BBLR
7. Untuk mengetahui penanganan BBLR
8. Untuk mengetahui peran bidan bila menemui kasus BBLR

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1
jam setelah lahir. Pembagian menurut berat badan ini sangat mudah tetapi tidak
memuaskan. Lama kelamaan ternyata bahwa morbiditas dan mortalitas neonatus tidak
hanya bergantung pada berat badannya, tetapi juga pada maturitas bayi. Bayi berat lahir
rendah (BBLR) berdasarkan batasan berat badan dapat dibagi 3, yaitu :
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir antara 1500 gram
sampai dengan 2500 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir antara
1000 gram sampai kurang dari 1500 gram.
3. Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 1000 gram.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) berdasarkan maturitas yaitu:
1. Prematuritas Murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat
badan untuk masa gestasinya itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan-sesuai
untuk masa kehamilan (NKB-SMK)
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK)
Untuk merawat bayi baru lahir digunakanlah Kurva lubchenco. Kurva Lubchenco
adalah kurva pertumbuhan yang disajikan dalam bentuk tabel. Definisi tentang bayi
premature adalah setiap bayi baru lahir dengan berat lahir < 2500 g. Definisi ini
direkomendasikan oleh American Academy of Pediatrics dan World Health
Assembly. Dokter ahli pediatrics dihadapkan pada masalah hubungan antara usia
kehamilan dan pertumbuhan janin. Dengan Kurva Lubchenco diharapkan dapat
menunjukkan hubungan pertumbuhan janin dan usia kehamilan. Dari kurva
Lubchenco dimungkinkan definisi yang lebih tepat lahir prematur dan adopsi luas

3
dari istilah kecil untuk usia kehamilan, besar untuk usia kehamilan, kelambatan
pertumbuhan intrauterin dan janin dysmaturity. Hal ini juga membentuk dasar untuk
memeriksa bayi dengan berat badan lahir lebih besar dari nilai persentil lebih 90%
atau berat badan lahir kurang dari persentil 10%, sehingga dapat diprediksi masalah
medis.
Setiap bayi baru lahir (prematur, matur, postmatur) mungkin saja mempunyai berat
yang tidak sesuai dengan masa gestasinya. Istilah lain yang dipergunakan untuk
menunjukkan KMK adalah IUGR (intrauterine growth retardation = retardasi
pertumbuhan intrauterin).
Untuk menentukan apakah bayi itu lahir prematur SMK (Sesuai Masa Kehamilan),
matur normal, KMK atau BMK (Besar untuk Masa Kehamilan) dapat dengan
membandingkan berat badan bayi dalam gram dengan usia kehamilan dalam minggu
yang kemudian diplot di kurva pertumbuhan dan perkembangan intrauterin dari
Battaglia dan Lubchenco (1967). Dari kurva ini didapat :
1. Pertumbuhan janin normal / berat bayi matur normal dan bayi prematur (SMK)
terletak di antara persentil ke-10 dan persentil ke-90
2. Bayi KMK beratnya di bawah persentil ke-10
3. Bayi BMK beratnya di atas persentil ke-90

4
B. Etiologi BBLR
1. Faktor Ibu
a. Toksemia gravidarum (pre-eklampsia dan eklampsia)
Pre-eklampsia/Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin
dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-
eklampsia / Eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah
placenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari placenta,
dengan adanya perkapuran di daerah placenta, suplai makanan dan oksigen yang
masuk ke janin berkurang.
b. Riwayat kelahiran premature sebelumnya, perdarahan antepartum dan malnutrisi,
anemia sel sabit.
c. Kelainan bentuk uterus (misal : uterus bikurnis, inkompeten serviks).
d. Tumor (misal : mioma uteri, eistoma).
e. Ibu yang menderita penyakit antara lain :
1) Akut dengan gejala panas tinggi (misal : tifus abdominalis dan malaria).
2) Kronis (misal: TBC, penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal
(glomerulonefritis akut).
f. Trauma pada masa kehamilan antara lain jatuh
g. Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotik, rokok dan alkohol)
h. Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
i. Paritas ibu
Jumlah anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin
sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat
persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
2. Faktor Janin
a. Kehamilan ganda.
Berat badan kedua janin pada kehamilan kembar tidak sama, dapat berbeda antara
50 sampai 1.000 gram, karena pembagian darah pada placenta untuk kedua janin
tidak sama. Regangan pada uterus yang berlebihan kehamilan ganda salah satu
faktor yang menyebabkan kelahiran BBLR. Pada kehamilan ganda distensi uterus
berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan sering terjadi partus prematus.
Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan ganda bertambah yang
dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain, sehingga sering lahir

5
bayi yang kecil. Kematian perinatal anak kembar lebih tinggi daripada anak
dengan kehamilan tunggal dan prematuritas merupakan penyebab utama.
b. Hidramnion.
Hidramnion yang kadang-kadang disebut polihidramnion merupakan keadaan
cairan amnion yang berlebihan. Hidromnion dapat menimbulkan persalinan
sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur
dan dapat meningkatkan kejadian BBLR
c. Ketuban pecah dini.
Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena
berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang
dapat berasal dari vagina dan serviks. Pada persalinan normal selaput ketuban
biasanya pecah atau di pecahkan setelah pembukaan lengkap, apabila ketuban
pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam obstetri yang berkaitan
dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu .
d. Cacat bawaan, kelainan kromosom.
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang
timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan
kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah
dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal
dalam minggu pertama kehidupannya .
e. Infeksi (misal : rubella, sifilis, toksoplasmosis).
f. Insufensi plasenta.
Plasenta secara anatomi dan fisiologi tidak mampu memberi nutrisi dan oksigen
kepada janin
g. Inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus, golongan darah A, B, dan O)
3. Faktor Plasenta
a. Plasenta privea.
b. Solusi plasenta.
4. Faktor lingkungan
Radiasi atau zat-zat beracun.

6
5. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi
terdapat pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan
gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.
Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang
tidak sah ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari
perkawinan yang sah.
6. Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan dan merokok
7. Tingkat Pendidikan

C. Insiden BBLR
Kejadian BBLR di Indonesia selama 5 tahun terakhir adalah sebesar 5,7%. Beberapa
provinsi yang kejadian BBLR nya relatif jauh dengan rata-rata nasional, di antaranya
Kepulauan Riau (8,3%), Bali (8,9%), NTT (10%), Kalimantan Tengah (10,8%),
Kalimantan Selatan (9,1%) Sulawesi Utara (9,3%), Sulawesi Selatan (9,6%) dan
Maluku Utara (11,3%) dan Papua Barat (8,9%). Kiranya perlu dicermati dan
dianalisis lebih lanjut mengapa di provinsi tersebut kejadian BBLR cukup tinggi.
Tren kejadian BBLR di Indonesia selama 5 tahun terakhir masih belum menunjukkan
perubahan yang berarti. Kondisi ini menunjukkan bahwa program yang ada belum
cukup efektif untuk menurunkan kejadian BBLR. Kasus anak yang meninggal
dengan usia di bawah satu bulan ternyata yang mempunyai riwayat BBLR sebesar
43,3%. sedangkan yang meninggal usia 1 sampai 23 bulan yang mempunyai riwayat
BBLR sebesar 21,7%. Hasil ini menguatkan penelitian bahwa kejadian BBLR
berpengaruh pada kematian bayi terutama di masa 1 bulan ke bawah. Kasus anak
meninggal dari data yang ada semua berjenis kelamin perempuan, apakah ini sebagai
faktor kebetulan atau tidak perlu penelitian lebih lanjut, Dari semua kasus anak
meninggal dalam 5 tahun terakhir ternyata yang memiliki riwayat BBLR sebesar
33,3%.Faktor yang berhubungan bermakna dengan kejadian BBLR dalam penelitian
ini adalah meminum zat besi, kejadian komplikasi selama kehamilan dan wilayah.
Besar risiko faktor yang bermakna pada kejadian BBLR ibu yang meminum zat besi
kurang dari 90 tablet mempunyai risiko terjadi BBLR 1,7 kali dibandingkan ibu yang
meminum zat besi 90 tablet ke atas. Lokasi tempat tinggal di perdesaan mempunyai
risiko 0,68 kali untuk terjadi BBLR dibandingkan ibu yang tinggal diperkotaan,
sedangkan ibu yang

7
mengalami komplikasi ketika hamil mempunyai risiko 2,3 kali untuk terjadi BBLR
dibandingkan ibu yang tidak mengalami komplikasi ketika hamil.

D. Patofisiologi BBLR
1. Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir
cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil
ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini
terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang
disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.

2. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan
kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan
tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan
bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang
sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan
bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu
menderita anemia.
3. Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah
normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering
terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga
hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi
yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin
ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat
menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh
maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam
kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini
menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna
lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko
morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
prematur juga lebih besar.

8
4. Tanda dan Gejala BBLR
Tanda dan gejala bayi Prematur
1. Kulit tipis dan mengkilap
2. Tulang rawan elinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan sempurna
3. Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan terutama pada punggung
4. Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik
5. Pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora sedangkan pada
bayi laki-laki skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum turun
6. Rajah telapak kaki kurang dari 1/3 bagian belum terbentuk
7. Kadang disertai dengan pernapasan tidak teratur
8. Aktifitas dan tangisnya lemah
9. Refleks menghisap dan menelan tidak efektif/lemah

Tanda dan gejala bayi dismaturitas


1. Gerakan cukup aktif, tangis cukup kuat
2. Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis
3. Bila kurang bulan jaringan payudara kecil, puting kecil. Bila cukup bulan
payudara dan puting sesuai masa kehamilan
4. Bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labia minora sedangkan
bayi laki-laki testis mungkin telah turun
5. Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian
6. Menghisap cukup kuat

E. Komplikasi BBLR
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah yaitu:
1. Hipotermi
Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh di bawah 360C.Suhu normal bayi, baru
lahir berkisar 36,50C – 37,50C (suhu Axilla).
Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir :
a. Radiasi: dari objek ke panas bayi
Contoh : timbangan bayi dingin tanpa alas
b. Evaporasi : karena penguapan cairan yang melekat pada kulit. Contoh : air
ketuban pada tubuh bayi, baru lahir, tidak cepat dikeringkan.
c. Konduksi : panas tubuh diambil oleh suatu permukaan yang melekat ditubuh.

9
Contoh : pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti.
d. Konveksi : penguapan dari tubuh ke udara.
Contoh : angin dari tubuh bayi baru lahir

2. Hipoglikemia
Kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah rata-rata bayi seusia dan berat badan
yang sama. Sebagai batasannya pada bayi aterm (cukup bulan) dengan berat badan
2500 gram atau lebih, kadar glukosa plasma darah lebih rendah dari 30 mg/dl dalam
72 jam pertama dan 40 mg/dl pada hari berikutnya, sedangkan pada berat badan lahir
rendah dibawah 25 mg/dl.
Glukosa merupakan sumber energi utama selama kehidupan janin, walaupun asam
amino dan laktat ikut berperan pada kehamilan lanjut. Kecepatan glukosa yang
diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu, kadar gula darah janin sekitar dua
pertiga dari kadar gula darah ibu. Karena terputusnya hubungan plasenta dan janin,
maka terhenti pula pemberian glukosa. Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula
darah sekitar 50-60 mg/dl selama 72 jam pertama, sedangkan bayi berat lahir rendah
(BBLR) dalam kadar 40 mg/dl.
Dikatakan juga hipoglikemi apabila kadar gula darah kurang dari 30 mg/dl pada
semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hipoglikemi.
Biasanya terdapat pada bayi makrosomia. Umumnya hipoglikemi terjadi pada
neonatus berumur 1-2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak lagi
mendapatkan glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan kadar
glukosa darah yang menurun. Hipoglikemi jarang terjadi pada ibu yang dipantau
glukosa darahnya dengan baik.
3. Gangguan cairan dan elektrolit
Gangguan cairan dan elektrolit pada BBLR mengakibatkan dehidrasi.
4. Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus jika
tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang
patologis
5. Sindroma gawat napas

10
Sindroma gawat napas juga disebut penyakit membran hialin yaitu terjadi akibat
pematangan paru yang kurang sempurna akibat kekurangan surfaktan terjadi pada
bayi kurang bulan.
6. Paten duktus arteriosus
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang
menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang
menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal
yang bertekanan rendah.
7. Infeksi
Karena antibodi pada BBLR belum berkembang memungkinkan bakteri, virus atau
jamur mudah menginfeksi bayi tersebut
8. Perdarahan Intraventrikuler
Yaitu terdapatnya darah hanya dalam sistem ventrikuler, tanpa adanya ruptur
ataulaserasi dinding ventrikel. Disebutkan pula bahwa PIVH merupakan perdarahan
intraserebral nontraumatik yang terbatas pada sistem ventrikel
9. Apnea of prematurity
Penghentian bernapas dengan seorang prematur bayi yang berlangsung selama lebih
dari 15 detik dan / atau ini disertai dengan hipoksia atau bradycardia.
10. Anemia
Anemia sering terjadi pada bayi prematur, ditandai oleh penurunan nilai hematokrit,
retikulosit dan kadar eritropoetin endogen rendah.
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR) antara lain :
1. Gangguan perkembangan
Kadang bayi prematur rentan mengalami kelainan pada otak ayng mengakibatkan
kesulitan belajar, gangguan pendengaran, dan penglihatan
2. Gangguan pertumbuhan
Gangguan pertumbuhan dapat ditangani dengan anak dapat distimulasi, antara
lain dengan mengajak bicara serta melatih berdiri, juga memberikan perhatian
yang lebih besar. Lakukan latihan ini secara intensif. Selain itu, dapat diberikan
makanan yang banyak mengandung zat besi, seperti bayam, kangkung, juga
multivitamin dan mineral, terutama yang mengandung zat besi, mengingat
cadangan zat besi untuk anak yang lahir dengan berat 1 kg hanya sedikit. Zat besi
penting bagi perkembangan anak.

11
3. Gangguan penglihatan(Retinopati)
Penyebab kebutaan bayi lahir prematur adalah retinopathy of prematurity ( RoP ),
yaitu kelainan pada mata yang disebabkan oleh adanya gangguan perkembangan
selaput saraf yang melapisi dinding dalam bola mata atau retina.
Perkembangan aktif bola mata itu sendiri dimulai sejak janin memasuki usia 4
minggu hingga minggu ke 40. Pada saat akhir masa kehamilan ( fullterm)
perkembangan mata bayi ukurannya mencapai setengah mata orang dewasa dan
terus berkembang sampai 2 tahun.
Tidak semua bayi prematur lahir lahir dengan RoP. Kalaupun ada gejalanya
kebanyakan RoP tersebut membaik tanpa pengobatan pada stadium yang awal.
Akan tetapi, pada bayi prematur dengan RoP yang berkembang ke stadium yang
lanjut diperlukan penanganan secepatnya.
Kelainan itu umumnya terjadi pada kedua mata, tetapi perkembangan stadiumnya
tidak sama. Bisa jadi salah satu matanya jadi lebih buruk. Faktor resiko RoP
terjadi bila berat lahir bayi kurang dari 1.500 gram dengan umur kelahiran kurang
dari 32 minggu ( 8 bulan ) atau dikenal dengan nama bayi lahir prematur.
Bayi prematur dengan pertumbuhan bola mata yang tidak sempurna dapat
mengakibatkan RoP sampai stadium 5 dapat dipastikan bayi menjadi buta, karena
itu pada bayi kelahiran prematur, penanganan medis harus dilakukan secara tepat.
4. Gangguan pendengaran
Karena saat pembentukan organ dalam kandungan belum sempurna.
5. Penyakit paru kronis
Karena saat pembentukan organ dalam kandungan belum sempurna.
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
Karena pembentukan organ yang belum sempurna bayi prematur rentan terkena
penyakit.
7. Kenaikan frekuensi kelamin bawaan
Kelainan kelamin misalnya pada bayi laki-laki testis belum turun pada skrotum
sedang pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora atau
bahkan pada bayi belum terbentuk organ genital.

12
F. Penanganan BBLR
1. BBLR yang menangis termasuk ke dalam kriteria Bayi Lahir tanpa asfiksia. Bayi
tersebut dalam keadaan bernapas baik dan warna air ketuban jernih. Untuk BBLR yang
lahir menangis atau bernapas spontan ini dilakukan Asuhan BBLR tanpa asfiksia
sebagai berikut:
a. Bersihkan lendir secukupnya kalau perlu
b. Keringkan dengan kain yang kering dan hangat
c. Segera berikan pada ibu untuk kontak kulit ibu dengan kulit bayi
d. Segera memberi ASI dini dengan membelai
e. Memandikan bayi dilakukan setelah 24 jam, atau lebih dari 24 jam jika bayi
hipotermi < 36,5 C, suhu lingkungan dingin, ada penyulit yang lain.
f. Profilaksis suntikan Vitamin K1 1 mg dosis tunggal, IM pada paha kiri
anterolateral
g. Salep mata antibiotik
h. Perawatan tali pusat: kering, bersih, tidak dibubuhi apapun dan terbuka
i. Bila berat lahir ≥ 2000 gram dan tanpa masalah atau penyulit, dapat diberikan
Vaksinasi Hepatitis B pertama pada paha kanan
2. BBLR yang tidak bernapas spontan dimasukkan ke dalam kategori Lahir dengan
asfiksia dan harus segera dilakukan Langkah Awal Resusitasi dantahapan resusitasi
berikutnya bila diperlukan.

Resusitasi:

a. Diputuskan berdasarkan penilaian keadaan Bayi Baru Lahir, yaitubila:


1) Air Ketuban bercampur mekonium ( letak kepala/gawat janin)
2) Bayi tidak menangis, atau tidak bernapas spontan, ataubernapas megap-megap
Catatan: Untuk memulai tindakan resusitasi BBLR asfiksia tidak perlu menunggu hasil
penilaian skor APGAR

b. Menggunakan acuan berikut:


1) Buku Modul atau Kaset Video Manajemen Asfiksia Bayi BaruLahir untuk
bidan
2) Asuhan Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia pada Buku APN
c. Langkah awal resusitasi
1) Jaga bayi dalam keadaan hangat

13
2) Atur posisi kepala bayi sedikit tengadah (posisi menghidu)
3) Isap lendir di mulut, kemudian hidung
4) Keringkan sambil dilakukan rangsang taktil
5) Reposisi kepala
6) Nilai keadaan bayi dengan melihat parameter : usaha napas Bila setelah dilakuan
penilaian, bayi tidak menangis atau tidak bernapas spontan dan teratur
a) Lakukan Ventilasi sesuai dengan tatalaksana manajemen Asfiksia Bayi Baru
Lahir
b) Bila setelah ventilasi selama 2 menit, tidak berhasil, siapkan rujukan
c) Bila bayi tidak bisa dirujuk dan tidak bisa bernapas hentikan ventilasi setelah
10 menit denyut jantung tidak ada/tidak terdengar, kemudian siapkan
konseling dukungan emosional dan pencatatan bayi meninggal

G. Peran Bidan
1. Asuhan pada BBLR sehat
a. Perawatan metode kanguru bagi bblr
b. Pemberian ASI pada bayi berat lahir rendah (bblr)
c. Pencegahan infeksi
d. Perawatan bblr pada minggu-minggu pertama
e. Pemberian imunisasi pada bblr
f. Mendeteksi tanda bahaya pada bayi baru lahir untuk persiapan prarujukan
2. Asuhan pada BBLR sakit
a. Asuhan hipotermi
b. Asuhan infeksi
c. Asuhan ikterus neonatorum
d. Asuhan bblr dengan gangguan minum dan masalah pemberian ASI
e. Asuhan kejang
f. Asuhan spasme
g. Asuhan gangguan saluran cerna
h. Asuhan diare
i. Asuhan kelainan bawaan
3. Asuhan pra rujukan BBLR
4. Asuhan pasca perawatan BBLR
5. Pemantauan Tumbuh Kembang

14
BAB III
SOAP

Asuhan Kebidanan SOAP Pada By.R dengan berat badan lahir rendah

di RSUD Curup

No. Register : 23 41 07
Tangga Pengkajian/Jam : 01 april 2019/ 06.30 WIB
Tempat pengkajian : BPM

IDENTITAS DATA DASAR


1. Identitas bayi
Nama : By “R”
Tanggal lahir : 01 april 2019
Anak ke : 1 (pertama)
Jenis kelamin : laki-laki

2. Identitas ibu
Nama ibu : Ny. J
Umur : 20 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Ds. Tempel
3. Identitas suami
Nama suami : Tn. A
Umur : 23 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangs : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Ds. Tempel

SUBJEKTIF :

15
1. Ibu mengatakan ini anak pertama dan tidak perna mengalami keguguran.
2. Ibu mengatakan HPHT tanggal 28-07-2018, TP tanggal 21-04-2019.
3. Ibu mengatakan selama kehamilan tekanan darahnya 130/100 mmHg.
4. Ibu mengatakan selama kehamilan nafsu makan ibu menurun.
5. Ibu mengatakan selama hamil hanya dua kali memeriksakan kehamilan
6. Ibu melahirkan 35 minggu pukul 06:20 wib secara normal dan spontan ditolong oleh
bidan dengan BBL : 2000 gram dan jenis kelamin laki-laki.
7. Keadaan bayi lemah, banyak tidur, bayi didalam inkubator dan berat badan 2000
gram,
8. Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit jantung, hipetensi, asma dan diabetes
militus
9. Ibu mengatakan tidak ada riwayat alergi
10. Ibu dan keluarga sangat senang dengan kelahiran bayinya

OBJEKTIF :
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : composmentis
Nadi : 123x/menit
RR : 44x/menit
Suhu : 36,50C
BB : 2000 gram
TB : 47 cm
Lingkar kepala : 30 cm
Lingkar dada : 29 cm
Lingkar perut : 29 cm
Lila : 10 cm
2. Lakukan pemeriksaan fisik.
a. kepala : simestris kiri dan kanan, tidak ada caput Succadeneum,
ubun-ubun belum tertutup
b. Mata : simestris kiri dan kanan, pupil mata bereaksi dengan baik,
Sclera putih dan tidak ikterus, kongjontiva merah muda
c. mulut : reflex menghisap lemah, nampak adanya lendir ,tidak ada
kelainan pada pallatum, bibir tampak agak kering dan pucat
d. leher : tidak ada pembesaran, pembengkakan, dan nyeri tekan di
tandai dengan bayi tidak menagis
e. Dada dan perut : simestris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai dengan
nafas bayi, tidak ada tonjolan dada pada bayi, tonus otot bayi
baik, talipusat masih basah
f. Punggung dan bokong : Tidak ada tonjolan pada tulang panggung
g. genealia dan anus : tidak ada kelainan pada genitalia
h. Ektreminitas :
1. tangan : pergerakan baik, jari tangan kiri dan kanan lengkap,

16
Reflex mengenggam baik
2. Kaki : pergerakan aktif, jari-jari kaki kiri dan kanan lengkap,
reflex babingkis dan reflex moro baik

ASSESMENT
By.R dengan berat badan lahir rendah

PLANNING :
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi
Hasil : petugas sudah mencuci tangan
2. Membersikan lendir
Hasil :lendir dari hidung dan mulut sudah dibersikan.
3. Mengeringkan tubuh bayi dengan menggunakan kain yang kering dan hangat
Hasil :tubuh bayi sudah dikeringkan dan diselimuti dengan kain yang hangat
4. Segera berikan pada ibu untuk kontak kulit ibu dengan kulit bayi
Hasil : kulit bayi dan kulit ibu sudah berkontak langsung.
5. Segera belikan asi dini pada bayi
Hasil : bayi sudah di berikan asi
6. Mengobservasi tanda-tanda vital
Hasil :bidan sudah melakukan pemantauan TTV
7. Memandikan bayi dilakukan setelah 24 jam atau lebih dari 24 jam
Hasil : bayi sudah dimandikan setelah 24 kelahirannya.
8. Merawat tali pusat
Hasil : tali pusat belum puput,masih basah dan Nampak bersih
9. Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi
Hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi
10. Mengobservasi eliminasi bayi
Hasil : bayi BAK satu kali dan BAB belum pernah sejak lahir sampai
pengkajian dilakukan
11. Mempertahankan suhu badan bayi
Hasil : bayi di bungkus di dalam inkubator
12. Menganjurkan kepada ibu untuk selalu memberikan asi ekslusif pada
bayinya
Hasil : ibu bersedia memberikan ASI pada bayinya
13. Menganjurkan kepada ibu untuk mengkomsumsi makanan bergizi
Hasil : ibu bersedia melakukn apa yang dianjurkan

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1
jam setelah lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR) berdasarkan batasan berat badan dapat
dibagi 3
Bayi berat lahir rendah (BBLR) berdasarkan maturitas yaitu:
1. Prematuritas Murni
2. Dismaturitas
Etiologi BBLR
1. Faktor Ibu
a. Toksemia gravidarum (pre-eklampsia dan eklampsia)
b. Riwayat kelahiran premature sebelumnya, perdarahan antepartum dan malnutrisi,
anemia sel sabit.
2. Faktor Janin
a. Kehamilan ganda.
b. Hidramnion.
Insiden BBLR
Kejadian BBLR di Indonesia selama 5 tahun terakhir adalah sebesar 5,7%. Beberapa
provinsi yang kejadian BBLR nya relatif jauh dengan rata-rata nasional, di antaranya
Kepulauan Riau (8,3%), Bali (8,9%), NTT (10%), Kalimantan Tengah (10,8%),
Kalimantan Selatan (9,1%) Sulawesi Utara (9,3%), Sulawesi Selatan (9,6%) dan
Maluku Utara (11,3%) dan Papua Barat (8,9%).Faktor yang berhubungan bermakna
dengan kejadian BBLR dalam penelitian ini adalah meminum zat besi, kejadian
komplikasi selama kehamilan dan wilayah. Besar risiko faktor yang bermakna pada
kejadian BBLR ibu yang meminum zat besi kurang dari 90 tablet mempunyai risiko
terjadi BBLR 1,7 kali dibandingkan ibu yang meminum zat besi 90 tablet ke atas.
Lokasi tempat tinggal di perdesaan mempunyai risiko 0,68 kali untuk terjadi BBLR
dibandingkan ibu yang tinggal diperkotaan, sedangkan ibu yang
mengalami komplikasi ketika hamil mempunyai risiko 2,3 kali untuk terjadi BBLR
dibandingkan ibu yang tidak mengalami komplikasi ketika hamil.

18
Patofisiologi BBLR
1. Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir
cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil
ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini
terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang
disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.

2. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan
kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan
tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan
bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang
sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan
bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu
menderita anemia.
3. Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah
normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering
terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga
hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi
yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin
ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat
menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh
maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam
kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini
menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna
lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko
morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
prematur juga lebih besar.

19
Tanda dan Gejala BBLR
Tanda dan gejala bayi Prematur
a. Kulit tipis dan mengkilap
b. Tulang rawan elinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan sempurna
c. Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan terutama pada punggung
d. Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik
e. Pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora sedangkan pada
bayi laki-laki skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum turun
f. Rajah telapak kaki kurang dari 1/3 bagian belum terbentuk
g. Kadang disertai dengan pernapasan tidak teratur
h. Aktifitas dan tangisnya lemah
i. Refleks menghisap dan menelan tidak efektif/lemah
Peran Bidan
1. Asuhan pada BBLR sehat
2. Asuhan pada BBLR sakit
3. Asuhan pra rujukan BBLR
4. Asuhan pasca perawatan BBLR
5. Pemantauan Tumbuh Kembang BBLR

B. Saran
Peningkatan kesehatan ibu hamil harus mendapat dukungan dari semua pihak. Agar
kejadian BBLR bisa menurun.

20
DAFTAR PUSTAKA

http/:kuliahbidan.wordpress.com

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2000.Ilmu


Kesehatan Anak. Infomedika. Jakarta

Behrman, Kliegman & Arvin, Nelson.2000. Ilmu Kesehatan Anak.EGC.Jakarta

www.depkes.go.id

www.docstoc.com

http://www.biomedcentral.com

http://lontar.ui.ac.id

Departemen Kesehatan RI.Direktorat Bina Kesehatan . 2008. Modul Masyarakat Manajemen


Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) untuk Bidan di Desa. Departemen Kesehatan RI. Jakarta

21

Anda mungkin juga menyukai