Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Keluarga Berencana

a. Pengertian

Menurut WHO (Word Health Organization ) Expert Committe

(1970) Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu

atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif–objektif

tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapat

kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara

kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan

umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Definisi lain Keluarga Berencana adalah daya upaya manusia

untuk mengatur secara sengaja kehamilan dalam keluarga secara

tidak melawan hukum dan moral Pancasila demi untuk kesejahteraan

keluarga.

Teori di atas dapat disimpulkan bahwa Keluarga Berencana

adalah usaha untuk mengatur kelahiran dan menentukan jumlah anak

dalam keluarga dengan tujuan untuk mewujudkan keluarga kecil yang

bahagia dan sejahtera.

Pembahan berikut mengenai kontrasepsi.kontra berasal dari

kata ”Kontra” berarti mencegah atau melawan, sedangkan

”kontrasepsi“ adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang

matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan.

9
2

Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari /mencegah terjadinya

kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang

dan sel sperma tersebut.

Pendapat lain mengatan bahwa kontrasepsi atau

antrikontrasepsi (conception control) adalah cara untuk mencegah

konsepsi, alat, atau obat-obatan.

b. Sasaran

Tujuan dari KB adalah mewujudkan keluarga kecil yang

bahagia dan sejahtera (NKKBS). Untuk mencapai tujuan tersebut

penggarapan program nasional KB diarahkan pada dua bentuk

sasaran yaitu sasaran langsung dan tak langsung.

1) Sasaran langsung

Pasangan usia subur (15–49 tahun), dengan jalan mereka secara

bertahap menjadi peserta KB aktif sehingga memberi efek

langsung penurunan fertilitas.

2) Sasaran tidak langsung

Yaitu organisasi – organisasi, lembaga – lembaga kemasyarakat,

instansi – instansi pemerintah maupun swasta, serta tokoh – tokoh

masyarakat (alim ulama, wanita, dan pemuda), yang diharapkan

dapat memberikan dukungannya dalam pelembagaan NKKBS

(Hartanto;2002, h.25).

c. Tujuan

Tujuan umum dari kontrasepsi adalah pemberian dukungan dan

pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS

(Hartanto;2002,h.25). Sedangkan tujuan pokoknya adalah penurunan


3

angka kelahiran yang bermakna. Guna mencapai tujuan tersebut,

maka ditempuh kebijaksanaan mengkategorikan 3 fase untuk

mencapai sasaran, yaitu fase menunda kesuburan, menjarangkan

kehamilan, dan menghentikan / mengakhiri kehamilan/ kesuburan.

1) Fase menunda / mencegah kehamilan

Fase menunda kehamilan bagi PUS dengan usia istri kurang dari

20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamialannya. Alasan

menunda / mencegah kehamilan antara lain : umur dibawah 20

tahun, prioritas penggunaan kontrasepsi pil, penggunaan kondom

kurang menguntungkan. Ciri- ciri kontrasepsi yang diperlukan

adalah kontrasepsi dengan reversibilitas tinggi serta efektifitas

yang tinggi.contoh kontrasepsi yang bisa digunakan pada fase

menunda ini adalah Pil, IUD dan sederhana.

2) Fase menjarangkan kehamilan

Periode usia istri antara 20–35 tahun merupakan periode usia

paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan

jarak antara kelahiran adalah 2–4 tahun. Contoh kontrasepsi yang

digunakan Pada fase menjarangkan kehamilan ini adalah IUD,

suntik, mini pil, Implant,dan sederhana.

3) Fase menghentikan / mengakhiri kehamilan

Periode umur istri di atas 35 tahun, terutama diatas 3 tahun,

sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang

anak. Alasan mengakhiri kesuburan adalah ibu – ibu dengan usia

di atas 35 tahun, dianjurkan untuk tidak mempunyai anak karena

alasan medis atau alasan yang lainnya contoh kontrasepsi dalam


4

fase menghentikan adalah Kontap, IUD, implant (Hartanto; 2002

h. 30-32).

Ciri – ciri kontrasepsi yang diperlukan adalah efektivitas

sangat tinggi, dapat dipakai untuk jangka panjang dan tidak

menambah kelainan yang sudah ada.

Keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kontrasepsi

adalah upaya mencegah kehamilan sebagai akibat pertemuan antara

sel telur dan sperma yang matang dengan tujuan untuk menunda

kesuburan, menjarangkan kehamilan dan menghentikan/mengakhiri

kehamilan.

d. Macam – macam metode kontrasepsi

1) Metode sederhana

a) Metode kalender

b) Metode suhu basal

c) Metode lendir servik

d) Coitus inerruptus

e) Aminorea laktasi

f) Kondom

2) Metode Hormonal

a) Pil kombinasi

b) Mini- pil

c) Suntik kombinasi

d) Suntik progestin
5

3) Metode operatif

a) MOW

b) MOP

(Arum dan Sujiatini; 2010, h.51-180).

2. Kontrasepsi Depo Medroksi Progesterone Asetat (DMPA)

a. Pengertian

Kontrasepsi hormonal yang hanya berisi hormone progesterone, tidak

mengandung estrogen. Mempunyai efek sama dengan progesterone

asli dari tubuh manusia. Dosisnya 150 mg depo medroksi

progesterone asetat dalam 3 cc larutan air yang diberikan setiap 3

bulan dengan cara disuntikkan intramuscular di daerah gluteus.

b. Cara Kerja Obat

1) Mencegah ovulasi

2) Mengentalkan lendir servik sehingga menurunkan kemampuan

penetrasi sperma

3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan strofi

4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba

(Arum dan Sujiatini;2010,h.123).

c. Efek samping

1) Ganguan haid, ini paling sering terjadi dan yang paling

menggangu

2) Berat badan yang bertambah

3) Sakit kepala

4) Pada sistem kardio-vaskuler sangat sedikit, mungkin ada sedikit

peninggian dari kadar insulin dan penurunan HDL kolesteron


6

(Hartanto;2002, h.169)

d. Waktu Pemberian

1) Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil

2) Mulai hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid

3) Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat di berikan setiap

saat asalkan saja ibu tersebut tidak hamil

4) Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin

mengantinya dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan kontrasepsi

hormonal akan dapat segera diberikan, asal saja ibu tersebut

tidak hamil (Arum dan Sujiyatini;2010, h.128-129)

e. Keuntungan

1) Sangat efektif

2) Pencegahan kehamilan jangka panjang

3) Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri

4) Tidak mengandung esterogen sehingga tidak berdampak serius

terhadap penyakit jantung

5) Tidak berpengaruh pada produksi Asi

6) Sedikit efek samping

7) Kien tidak perlu menyimpan obat suntik

8) Dapat di gunakan wanita usia >35 tahun sampai premenopause

(Arum dan Sujiatini;2010, h.124-125)

f. Kerugian

1) Sering di temukan ganguan siklus haid, seperti:

a) Siklus haid yang memendek atau memanjang

b) Perdarahan yang banyak atau sedikit


7

c) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (Spotting)

2) Tidak dapat di hentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut

3) Permasalahan berat badan merupakan efeksamping tersendiri

4) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian

5) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan

kepadatan tulang (Arum dan Sujiyatini;2010, h.125-126).

g. Indikasi

Kriteria yang boleh menggunakan antara lain:

1) Wanita usia reproduksi.

2) Wanita yang telah memiliki anak maupun yang belum mempunyai

anak.

3) Pasca persalinan dan tidak menyusui.

4) Menginginkan metode kontrasepsi efektif selama masamenyusui..

5) Pasca keguguran.

6) Tekanan darah kurang dari 180/110 mmHg atau dengan masalah

pembekuan darah.

7) Tidak boleh mengkonsumsi esterogen atau lebih senang

menggunakan progestin.

8) Perokok segala usia.

3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Alat Kontrasepsi

a. Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai berulang tahun (Nursalam, 2003). Semakin cukup umur,

tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir logis. Dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa


8

akan lebih dapercayai dari orang yang belum cukup tinggi tingkat

kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan

kematangan jiwanya (Nursalam, 2001 : h.18).

Umur di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak

mempunyai anak dulu karena berbagai alasan.oleh karena itu akseptor

dianjurkan menggunakan KB (keluarga berencana) yang

reversibilitasnya tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin

hampir 100%, karena pada masa ini akseptor belum mempunyai anak.

Sedangkan pada usia 20-35 tahun merupakan periode usia paling baik

untuk melahirkan, oleh karena itu akseptor dianjurkan menggunakan

alat kontrasepsi yang reversibilitas tinggi karena peserta masih

mengharapkan punya anak lagi. Sedangkan pada usia lebih dari 35

tahun sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang

anak oleh karena itu akseptor dianjurkan menggunakan alat

kontrasepsi yang dapat di pakai untuk jangka panjang (Hartanto;2002,

h.30-32).

b. Tingkat pendidikan

Pedidikan adalah suatu proses belajar yang berarti pendidikan itu

terjadi karena proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan

kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang. Pada diri

indifidu, kelompok dan masyarakat kegiatan atau proses belajar

apabila di dalamnya terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu,

dan tidak mengerjakan sesuatu. Namun demikian tidak semua

perubahan ini terjadi karena belajar saja tetapi juga karena proses

kematangan dari perkembangan dirinya (Notoatmodjo, 2003 : h.28).


9

Pendidikan seseorang akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap

pengetahuan yang diperolehnya.

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi, dengan pendidikan yang

semakin tinggi diharapkan aseptor dapat menerima satu pemahaman

terhadap suatu alatkontrasepsi.

Menurut UU no 9 tahun 2009, tingkat pendidikan dapat dibagi

menjadi :

1) Pendidikan Dasar (SD/MI dan SMP/MTs)

Jenjang pendidikan awal selama 9 tahun pertama masa sekolah

anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

2) Pendidikan Menengah (SMA/SMK)

Pendidikan lanjut dari pendidikan dasar.

3) Pendidikan Tinggi (Pendidikan tinggi/Akademik)

Merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang

mencakup program sarjana (Depdiknas; 2010).

c. Faktor Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui karena

mempelajarinya/yang diketahui karena mengalami melihat mendengar

(Badudu,1996 : h.514).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan trjadi setelah

seseorang mengadakan pendengaran terhadap suatu objek

tertentu.pengindraan terhadap objek terjadi melalui panca indra

manusia yakni penglihatan,pendengaran, penciuman, rasa dan raba

dengan sendiri (Notoatmojo, 2010 : h.24).


10

Pandangan dari Anstoteler, bahwa pengetahuan merupakan

pengetahuan yang dapat di indrawi dan dapat merangsang budi

menurut De Carter ilmu pengetahuan merupakan serba budi, sedang

oleh bacan dan david home di artikan sebagai pengalaman indra dan

batin, menurut Imanuel Want pengetahuan merupakan persatuan

antara budi dan pengalaman, sedang menurut teory phyro dikatakan

bahwa tidak ada kepastian dalam pengetahuan (Burhanuddin, 1997 :

h.19).

Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan interpretasikan

dengan skala yang bersifat kualitatif yaitu: (Arikunto, 2006 : h.81).

1) Baik : hasil presentase 76 -100%

2) Cukup :hasil presentase 56 -75%

3) Kurang :hasil presentase < 56%

Menurut Notoatmodjo ( 2010, h. 122-1230), pengetahuan yang

dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat yaitu :

1) Tahu (Know )

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recal) terhadap suatu spesifik dari

seluruh bahan yang di pelajari / rangsangan yang diterima. Oleh

karena itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang dipelajari antara lain menyebutkan,menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan lain-lain.


11

2) Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang  obyek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.Orang yang

telah paham terhadap obyek/materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

 Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan penerapan materi

yang telah dipelajari  pada situasi dan kondisi riil atau sebenarnya.

Aplikasi di sini dapat di artikan sebagai aplikasi atau hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagai dalam konteks atau

situasi yang lain.

4) Analisis ( Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi/suatu

subyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu sama yang

lainnya. Kemampuan analisis ini dapat di lihat dari penggunaan

kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan,

memisahkan, mengelompokkan.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat


12

menyusun,dapat merencanakan, dapat meringkas dan dapat

menyesuaikan.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi  berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek atau materi.

Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria tersendiri

atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

Faktor – faktor lain yang dapat mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi :

a. Sosial Budaya

Masyaakat indonesia dewasa ini umumnya telah menerima

gagasan KB meskipun dalam kenyataanya ada sebagian yang belum

dapat menerimanya, tapi karena keinginan menyatu atau rasa

solidaritas, akhirnya mereka terpaksa berusaha menerima atau tetap

belum menerima namun tidak memperhatikan sikap tersebut pada

anggota masyarakat lain. Faktor lingkungan lain tidak kalah penting

adalah kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, bahwa

pemerintah, tokoh – tokoh masyarakat akan berusaha membawa

masyarakat kearah kehidupan yang lebih baik. Keterlibatan tokoh

masyrakat akan semakin meningkat keikut-sertaan akseptor dalam

gerakan KB.

Meningkatnya peranan wanita merupakan kondisi yang sangat

mendukung dalam pelaksanaan gerakan KB, ada sementara orang

yang berpendapat bahwa hubungan jumlah anak yang dimilki seorang

ibu dengan keaktifanya diluar rumah sangat erat, yaitu tambah aktif

seorang ibu di luar rukah tambah sedikit keinginan untuk punya anak

banyak. Yang dimaksud keaktifan diluar rumah adalah keaktifan yang


13

bersifat yaitu tanpa meninggalkan atau mengabaikan kesejahteraan

keluarga mereka.

Pengaruh budaya dalam lingkungan sudah dibuktikan sangat

mempengaruhi wanita untuk dapat atau tidak dapat menyesuaikan diri

dengang pemakaian KB suntik 3 bulan.

b. Efektifitas Metode

Kontrasepsi KB sunti progestin memiliki Efektivitas tinggi,

dengan 0,3 kehamillan per 100 perempuan/ tahun, asal

penyuntikannya di lakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah di

tentukan (Arum dan Sujiatini;2010,h.124).

c. Hemat Biaya

Hal terpenting dalam pengelolaan program KB adalah hemat

biaya dalam penyediaan berbagai metode kontrasepsi. Sebagian

program memiliki sumber daya yang terbatas dan target untuk

mencapai prevalensi kontrasepsi yang tinggi. Secara umum tujuan

setiap program yang dijalankan dengan baik adalah untuk

memaksimalkan input dan output tidak saja meliputi biaya komoditas,

tetapi juga biaya obat dan petugas.


14

B. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Kontrasepsi pemilihan KB suntik
progestin
- Faktor umur
-Faktor pendidikan
-Faktor pengetahuan

Hormonal Non Hormonal Metode operatif

1. Pil 1. Metode 1. MOW


kombinasi kalender 2. MOP
2. Mini pil 2. Metode suhu
3. Suntik basal
kombinasi 3. Metode lendir
4. Suntik servik
progestin 4. Metode coitus
inerutus
5. Amenorea
laktasi
Indikasi suntik
progestin
- Wanita usia
-
reproduksi
- Pasca
persalinan
- Pasca
keguguran

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber :Modifikasi Arum dan Sujiatini , 2010; Hartanto, 2002.

Anda mungkin juga menyukai