Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu masalah terpenting yang dihadapi oleh negara berkembang seperti di
Indonesia yaitu ledakan penduduk. Ledakan penduduk mengakibatkan laju
pertumbuhan penduduk yang pesat hal ini karena minimnya pengetahuan serta
pola budaya pada masyarakat setempat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
pemerintah Indonesia telah menerapkan program keluarga berencana (KB) yang
dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan Lembaga Keluarga Berencana
Nasional (LKBN) yang kemudian dalam perkembangannya menjadi Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Gerakan Keluarga
Berencana Nasional bertujuan untuk mengontrol laju pertumbuhan penduduk dan
juga untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Hartanto, 2004).

Tim Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dan Badan Pusat


Statistik (BPS) yang didukung oleh United Nation Population Fund (UNFPA)
dan para pakar kependudukan memproyeksikan penduduk Indonesia pada 2010
sebanyak 234,1 juta. Angka ini merupakan proyeksi moderat yang
mengasumsikan keberhasilan Program KB dalam menurunkan fertilitas pada
periode 1970 – 2000 akan tetap berlanjut (BKKBN, 2012).

Saat ini tersedia berbagai metode atau alat kontrasepsi seperti Intrauterine Device
(IUD), suntik, pil, implant, kontrasepsi mantap (kontap), dan kondom.
Kontrasepsi suntik adalah kebutuhan kontrasepsi yang berkembang dari tahun ke
tahun pada awal tahun 1960-an, hormon progestin mulai digunakan sebagai
kontrasepsi untuk kepentingan KB. Kontrasepsi suntik adalah salah satu
kontrasepsi yang populer di Indonesia (Glasier, 2005).

Efek samping kontrasepsi suntik yang paling tinggi frekuensinya yaitu


peningkatan berat badan. Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas. Hipotesi
1
para ahli Depo Medroxy Progesterone Acetate (DMPA) merangsang pusat
pengendali nafsu makan di hypothalamus, yang menyebabkan akseptor makan
lebih daripada biasanya (Hartanto, 2004). Tidak hanya penting bagi penampilan
dan kesehatan tubuh saja, ternyata menjaga dan mengupayakan berat badan ideal
juga akan memberikan hal positif bagi janin. Perempuan yang mengalami
kelebihan berat badan atau obesitas sebelum kehamilan lebih mungkin akan
menjalani masa kehamilan yang lebih lama, memerlukan induksi, dan juga
operasi caesar (Handayani, 2010).

Selain itu masalah kegemukan karena peningkatan berat badan yang berlebihan
merupakan salah satu risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler (Azwar, 2004).
Komplikasi lain yang ditimbulkan obesitas diantaranya hipertensi, DM tipe II,
sesak napas, stroke, penyakit saluran cerna dan gangguan psikologis. Dilihat dari
segi estetika masalah kegemukan atau obesitas adalah masalah yang besar karena
dapat menghilangkan rasa percaya diri, sehingga mereka tidak merasa nyaman
dengan penampilan yang gemuk.

Hal inilah yang menarik perhatian peneliti untuk mengangkat permasalahan ini.
Berdasarkan penelusuran yang telah penulis lakukan, sejauh ini belum ada
penelitian yang meneliti tentang lama pemakaian KB suntik 3 bulan dengan
perubahan berat badan pada akseptor KB sehingga penulis ingin mengetahui
lebih jauh lagi hubungan lama pemakaian KB suntik 3 bulan dengan peningkatan
berat badan pada peserta KB Ny. Rumiyati di Puskesmas Medan Amplas. Bila
ada hubungan yang bermakna pada akseptor maka dapat diupayakan berbagai
pendekatan dari segi medis, misalnya memakai alat kontrasepsi lain yang lebih
sesuai dengan akseptor atau dengan melakukan diet makanan dengan benar dan
juga pendekatan dari segi yang lain.

B. Rumusan Masalah
Adakah hubungan pemakaian kontrasepsi suntik tiga bulan dengan perubahan
berat badan di puskesmas medan amplas ?
2
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan dengan
perubahan berat badan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden.
b. Mengetahui perubahan berat badan akseptor selama menggunakan alat
kontrasepsi.
c. Mengetahui hubungan lama pemakaian alat kontrasepsi suntik dengan
perubahan berat badan.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai metode Keluarga
Berencana
b. Mampu mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan di bangku perkuliahan
2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi secara praktis bagi masyarakat, khususnya pada
akseptor dan calon akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi yang tepat,
terutama bagi masyarakat yang memiliki maslah berat badan.
3. Bagi Instansi
a. Sebagai bahan masukan dalam peningkatan pelayanan kesehatan, terutama
dalam hal kesehatan ibu yang terkait dengan efek samping penambahan
berat badan dari pemakaian alat kontrasepsi suntik.
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi dalam memberikan pelayanan
kontrasepsi yang tepat agar akseptor dapat terhindar dari penyakit
degeneratif yang ditimbulkan dari faktor risiko kegemukan dari
peningkatan berat badan.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Keluarga Berencana


Menurut WHO (Saifuddin, 2006), Keluarga Berencana adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami – istri untuk mendapatkan objektif –
objektif tertentu,menghindari kelahiran yang tidak dinginkan,mendapatkan
kelahiran yang memang diinginkan,mengatur interval di antara
kehamilan,mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami
istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.

B. Konsep Dasar Kontrasepsi


1. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang berarti mencegah atau melawan,
sedangkan konsepsi adalah pertemuan sel telur (sel wanita) yang matang dari
sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi
adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut (Speroff, 2003).
Keluarga berencana (family planning, planned parenthood) adalah suatu usaha
menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan
memakai kontrasepsi (Manuaba, 2005).
2. Cara Kerja Kontrasepsi
a. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi/
b. Melumpuhkan sperma.
c. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.
(BKKBN, 2012)
3. Macam Metode atau Cara Kontrasepsi
a. Metode Sederhana
1) Tanpa Alat atau Obat
a) Senggama terputus
b) Pantang berkala
4
2) Dengan Alat atau Obat
a) Kondom
b) Diafragma
c) Cream jelli
d) Tablet berbusa (vagina tablet)
b. Metode Kontrasepsi Efektif (MKE)
1) Kontrasepsi Hormonal
2) Pil KB, antara lain: pil oral kombinasi (POK), mini pil.
3) Injeksi atau suntikan, antara lain: depo provera, cyclovem, norigest.
4) Susuk atau implant (AKBK)
5) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR atau IUD)
c. Metode Kontrasepsi Mantap
1) Pada wanita : tubektomi
2) Pada pria : vasektomi
(Hartanto, 2004)
4. Mekanisme Kerja Progesteron Terhadap Kontrasepsi
Fungsi progesteron adalah menyiapkan endometrium untuk implantasi dan
mempertahankan kehamilan, disamping itu progesteron mempunyai khasiat
kontrasepsi sebagai berikut : (Handayani, 2010)
a. Ovulasi
1) Ovulasi dapat dihambat karena terganggu fungsi poros hipotalamus-
hypophyse-ovarium.
2) Modifikasi dari FSH dan LH pada pertengahan siklus yang disebabkan
oleh progesteron.
b. Implantasi
Pemberian progesteron secara sistematik dan untuk jangka waktu yang
lama menyebabkan endometrium mengalami keadaan “istirahat” dan atropi.
a) Transport Gamet atau Ovum
Pengangkutan ovum dapat diperlambat bila diberikan progesteron
sebelum terjadinya fertilisasi.
1) Luteocolysis
5
Pemberian jangka panjang menyebabkan fungsi corpus luteum yang
tidak adekuat pada siklus haid yang mempunyai ovulasi.
2) Lendir serviks yang kental
Dalam 48 jam setelah pemberian progesteron, sudah tampak lendir
serviks yang kental, sehingga motilits dan daya penetrasi spermatozoa
terhambat.
5. Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi suntik di Indonesia merupakan salah satu kontrasepsi yang paling
banyak diminati. Tingkat Pemakaian Alat Kontrasepsi atau Contraceptive
Prevalence Rate (CPR) di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat dari
57% pada tahun 1997 berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
tahun 2007 telah mencapai 61,4%. Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi
merupakan angka yang menunjukkan berapa banyak Pasangan Usia Subur
(PUS) yang sedang memakai kontrasepsi pada saat pencacahan dibandingkan
dengan seluruh PUS (BKKBN,2012).

6
Gambar 2.1 Grafik Pola Pemakaian Kontrasepsi di Indonesia
Sumber: Survei Demografi dan Kesehatan tahun 2007 (BKKBN,2008)

C. Variasi Farmakologi Kontrasepsi Suntik


1. Variasi farmakologi kontrasepsi suntik
a. KB suntik yang mengandung Depo Medroxy Progesteron Asetat (DMPA)
dalam bentuk larutan aqua steril yaitu depo provera, depo geston,depo
progestin yang disuntikan secara intramuskuler tiap 12 minggu.
b. KB suntik yang mengandung Norethisterone Enanthate (NET-EN) dalam
bentuk larutan campuran benzil benzoat dan minyak kastov steil yaitu
noristerat disuntikan tiap 8 minggu atau 4 kali suntik pertama kemudian
tiap 12 minggu.
c. Dalam perkembangan sekarang untuk mencegah gangguan haid digunakan
jenis kombinasi 25mg DMPA dan 5mg estrogen cypionet dalam bentuk
larutan aqua steril yaitu cyelegeston dan cylofem yang diberikan tiap 4
minggu.
(Manuaba, 2005)
2. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntik

7
a. Pada pemakaian DMPA, endometrium menjadi dangkal dan atrofis dengan
kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Dengan pemakaian jangka panjang
endometrium dapat menjadi sedemikian sedikitnya, sehingga tidak
didapatkan atau sedikit sekali bila dilakukan biopsi, tetapi perubahan-
perubahan tersebut akan kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari
setelah suntikan DMPA terakhir yang diberikan.
b. Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi dari ovum
yang telah dibuahi.
c. Mengubah peristaltik tuba fallopi, sehingga konsepsi terhambat.
d. Menipiskan endometrium sehingga tidak siap untuk terjadinya nidasi.
e. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit sehingga merupakan barier
terhadap spermatozoa.
(Wijoyo, 2010)
3. Keuntungan dan Kerugian
a. Keuntungan
 Tingkat efektifitasnya tinggi (99,6%)
 Tidak berpengaruh terhadap hubungan seks
 Dapat dipakai segera setelah masa nifas
 Merupakan kontrasepsi jangka panjang
 Cocok untuk masa menyusui
(Hartanto, 2004)
b.Kerugian
 Perlu suntikan ulangan teratur
 Harus datang kembali ke sarana pelayanan
 Tidak menjamin terhadap perlindungan PMS, infeksi virus HIV dan
hepatitis
(Hartanto, 2004)
c. Kontra indikasi Kontrasepsi suntik
 Wanita hamil atau yang diduga hamil
 Pendarahan per vaginam yang tidak diketahui penyebabnya

8
 Adanya tumor atau kanker
 Riwayat hipertensi, DM, kelainan pembekuan darah, TBC dan
epilepsi.
(Speroff, 2003)
4. Waktu Pemberian Kontrasepsi Suntik
a. Pasca persalinan
 Segera ketika masih di rumah sakit atau 1 bulan pasca persalinan.
 Jadwal suntikan berikutnya diperhitungkan.
b.Pasca Abortus
 Segera setelah perawatan.
 Jadwal suntikan berikutnya diperhitungkan
c. Interval
 Hari ke 5 menstruasi
 Jadwal suntikan berikutnya diperhitungkan
(Handayani, 2010)
5. Jenis Kontrasepsi Suntik
a. KB Suntik 3 bulan
KB suntik 3 bulan merupakan golongan progestin yang hanya berisi hormon
progesteron saja, dengan nama dagang Depo provera, Depo geston, Depo
progesteron. Cara pemberian suntikan secara intramuskular tiap 12 minggu
dan kelonggaran batas waktu ± 1 minggu dari patokan 12 minggu. Dosis
pemberian setiap sekali suntikan 150 mg. Kelebihan kontrasepsi suntik ini
yaitu tidak mempengaruhi produksi ASI sehingga cocok untuk ibu menyusui
karena tidak mengandung hormon estrogen (Saifuddin, 2006).
1) Kelebihan
 Sangat efektif
 Pencegahan kehamilan jangka panjang
 Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
 Tidak mengandung estrogen, sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.

9
 Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
 Sedikit efek samping
 Dapat digunakan oleh perempuan > 35 tahun sampai perimenopause
 Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
 Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
 Mencegah beberapa penyebab radang panggul
 Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)
(Speroff, 2003)
2)Efek samping
a)Mual
b)Berat badan bertambah
c)Pusing/sakit kepala
(Speroff, 2003)
b.KB Suntik 1 bulan
KB suntik 1 bulan ini merupakan kombinasi estrogen dan progesteron
dengan nama dagang Cyelofem dengan kandungan 25 mg medroxy
progesteron asetat dan 5 mg estradiol cypionat. KB ini memiliki kelebihan
dan kekurangan dibandingkan suntikan 3 bulan, yaitu: (Wijoyo, 2010)
1) Kelebihan
a)Menimbulkan perdarahan atau haid teratur tiap bulannya.
b)Kurang menimbulkan perdarahan bercak atau perdarahan ireguler
lainnya.
c)Jarang menimbulkan amenorhoe
2) Kekurangan
a) Penyuntikan dilakukan lebih sering.
b)Biaya lebih tinggi.
c) Tidak cocok untuk menyusui.
6. Efek Samping dan Penanggulangan
a. Gangguan Siklus Haid
1) Gejala dan Keluhan

10
a)Tidak datangnya haid (amenorhoe).
b)Keluarnya bercak-bercak perdarahan diluar haid (spolting).
c)Peradarahan yang berlebihan diluar masa haid (metroragia).
d)Haid yang lebih lama dan atau lebih banyak dari biasanya (menoragia).
(SM-PFA, 2002)
2) Penyebabnya :
Karena adanya ketidakseimbangan hormon sehingga endometrium
mengalami perubahan hisyology. Keadaan amenorea disebabkan atropi
endometrium (SM-PFA, 2002).
3)Penanggulangan dan Pengobatan (KIE)
a) Jelaskan sebab terjadinya
b)Jelaskan bahwa gejala atau keluhan dalam rangka penyesuaian diri
bersifat sementara dan individu.
c) Menganjurkan agar tetap memakai suntikan.
(SM-PFA, 2002)
7. Tindakan Medis
a. Amenorhoe
Pastikan hal ini bukan karena kehamilan. Beberapa wanita melihat ini
sebagai suatu keuntungan dan tidak berbahaya. Beri motivasi bahwa hal ini
bukan suatu abnormal dan biasa terjadi pada kontrasepsi suntik pada 2-3
bulan pertama. Pada kasus tertentu ada wanita yang tidak mengalami haid
selama dia memakai suntikan apabila klien memaksa ingin haid dengan
alasan psikis dapat diberikan Pil KB 3x1 tablet dari hari 1-3, 1x1 tablet mulai
hari ke-4 selama 4-5 hari. Biasanya setelah itu akan haid, bila terbukti hamil
maka suntikan harus dihentikan (Handayani, 2002).
1) Spotting atau Metroragia
Bila ringan atau tidak terlalu mengganggu tidak perlu diobati, bila cukup
mengganggap dapat diberikan Pil KB 3x1 tablet per hari selama 7 hari
biasanya dalam satu kali pemberian sudah dapat diatasi.
2) Menoragia

11
Cukup diberi tablet sulfas ferosus 3x1 tablet (5-7 hari) sampai keadaan
membaik.
b.Perubahan Berat Badan
1) Gejala atau Keluhan
a) Berat badan bertambah atau naik
Kenaikan BB rata-rata untuk setiap tahunnya bervariasi antara 2,3-2,9
kg (menurut hasill penelitian Depo provera).
b)Berat badan berkurang atau turun
Setiap tahunnya rata-rata penurunan antara 1,6-1,9 kg (menurut hasil
penelitian Depo provera). (Hartanto, 2004)
2) Penyebab
Belum terlalu jelas, terjadinya kenaikan berat badan kemungkinan
disebabkan karena hormon progesteron mempermudah merubah
karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak dibawah kulit
bertambah, selain itu hormon progesteron juga menyebabkan nafsu makan
bertambah dan menurunkan aktifitas fisik akibatnya berat badan ibu
bertambah (Manuaba, 2005).
3) Penanggulangan dan Pengobatan
a) Jelaskan sebab terjadinya.
b)Penambahan berat badan ini bersifat sementara dan individu (tidak
terjadi pada semua akseptor, tergantung reaksi tubuh wanita itu terhadap
metabolisme progesteron). Sebagian klien malah mengganggap hal ini
menguntungkan.
4) Tindakan Medis
a) Berat Badan Meningkat
Bila kenaikan berat badan ini tidak mengganggu tidak perlu diobati, dan
pastikan penambahan berat badan ini bukan karena kehamilan anjurkan
klien untuk melakukan diit rendah kalori dan olah raga yang proposional
untuk berat badannya. Bila cara tersebut tidak menolong dan berat
badan bertambah terus pemakaian suntikan dihentikan dan ganti cara
kontrasepsi lain yang non hormonal misal, AKDR (Handayani, 2010).
12
b)Berat Badan Menurun
Bila penurunan berat badan ini tidak mengganggu tidak perlu diobati
dan pastikan bahwa penurunan ini bukan karena penyakit kronis seperti
kanker ganas, TB. Anjurkan klien melakukan diet tinggi kalori dan
protein serta olah raga teratur, bila cara tersebut tidak menolong dan
berat badan berkurang terus pemakaian suntikan dihentikan dan ganti
cara kontrasepsi lain yang non hormonal misal, AKDR (SM-PFA,
2002).

D. Konsep Dasar Berat Badan


1. Pengertian Berat Badan
Berat badan adalah ukuran antropometrik yang terpenting, yang merupakan
hasil pengukuran berat semua jaringan yang ada di tubuh (Supariasa, 2006).
2. Klasifikasi berat badan dengan metode Indeks Massa Tubuh (IMT)

Kategori IMT (kg/m2) Resiko


Komorbiditas
underweight < 18,5 kg Rendah (tetapi
resiko terhadap
masalah-masalah
klinis lain
meningkat)
Batas normal 18,5-24,9 kg/m2 Rata-rata

Overwight ≥ 25

Pre-obese 25,0-29,9 kg/m2 Meningkat

Obese I 30,0-34,9 kg/m2 Sedang

Obese II 35,0-39,9 kg/m2 Berbahaya

13
Obese III ≥40,0 kg/m2 Sangat berbahaya

Tabel 2.1 Klasifikasi Berat Badan dan IMT


Sumber: www.obesitas.web.id/bmi-pub.html

3. Faktor yang mempengaruhi berat badan


a. Faktor umur
Dengan bertambahnya usia energi yang dikeluarkan menurun, hal ini sering
menyebabkan perubahan berat badan pada usia pertengahan, pada beberapa
contoh kelainan endokrin seperti hypertiroid bertanggung jawab untuk
terjadinya peningkatan berat badan (Supariasa, 2006).
b.Faktor aktivitas fisik atau olah raga
Berat badan yang meningkat maupun menurun bukan hanya karena makan
yang berlebihan atau kurang, tetapi juga karena fisik yang berlebih sehingga
terjadi kelebihan energi, berkurangnya aktifitas fisik tersebut berarti
kelebihan dan inilah yang menyebabkan adanya perubahan berat badan
(Muliarini, 2010).
c. Faktor Genetik
Penelitian terbaru menunjukkan salah satu faktor yang mempengaruhi
Bbadalah hormon protein yang bernama leptin, pada dasarnya leptin
merupakan sinyal penghubung antara sistem saraf pusat dan sel lemak dalam
tubuh, kadar leptin dalam tiap individu memiliki dampak yang tidak sama,
adakalanya kadaral ini disebabkan oleh faktor genetika, dapat disimpulkan
bahwa ada kaitannya BB dengan kadar leptin dan faktor genetika (Moejhi,
2003).
d.Faktor Sosial Ekonomi
Disini dijelaskan bahwa pemicunya adalah meningkatnya kemakmuran yang
menyebabkan gaya hidup dan pola makan berubah sementara pertumbuhan
dikota besar dengan ruang terbuka yang minim menyebabkan orang menjadi

14
kurang bergerak, ditambah lagi dengan kemajuan teknologi orang lebih
banyak menghabiskan waktu didepan televisi atau komputer. Dan perubahan
jenis makanan dari yang “tradisional” beralih ke makanan siap saji yang
lebih banyak lemak, rendah serat, dan tinggi kalori daripada sayuran atau
buah-buah (Supariasa, 2006).

e. Faktor Hormon
Dalam hal inii hormon yang disebabkan pemakaian kontrasepsi suntik yaitu
progeteron dan estrogen, peningkatan hormon progesteron akan menekan
pusat syaraf pengendali makan pada hipotalamus sehingga nafsu makan
meningkat lebih dari biasanya dan juga mempermudah perubahan
karbohidrat dan gula menjadi lemak (Moejhi, 2004).
4. Penilaian pada Perubahan Berat Badan
a. Data Subyektif
1)Perubahan nafsu makan
2)Gejala-gejala kehamilan
3)Pola aktifitas
4)Tanda-tanda depresi
(Supariasa, 2006)
b. Data Obyektif
Perhatikan adanya oedema, jumlah dan lokasi lemak, pembesaran uterus, dan
tanda-tanda kehamilan. (Supariasa, 2006)
5. Perubahan Berat Badan pada Akseptor Kontrasepsi Suntik
Umumnya perubahan berat badan tidak terlalu besar, peningkatan berat badan
antara 2,3-2,9 kg dalam setiap tahunnya dan penurunan sekitar 1,6-1,9 kg dalam
satu tahun pertama (SMPFA,2002), atau kenaikan atau penurunan berat badan
sebanyak1-2 kg (Moejhi, 2003).
6. Patofisiologi Perubahan Berat Badan pada Akseptor KB Suntik
Peningkatan berat badan pada akseptor KB suntik disebabkan karena
meningkatnya hormon progesteron atau estrogen. Hormon progesteron akan

15
menekan pusat syaraf pengendali makan pada hipotalamus sehingga nafsu makan
meningkat dan akseptor makan lebih banyak dari biasanya (Muliarini, 2010).
Dengan penigkatan nafsu makan dan pertambahan lemak yang terajadi dapat
mengakibatkan terjadinya peningkatan berat badan (SMPFA,2002). Selain itu
peningkatan berat badan juga dapat disebabkan hormon estrogen yang dapat
mengakibatkan bertambahnya lemak bawah kulit terutama pada pinggul, paha,
dan payudara serta (Muliarini, 2010).

BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kerangka Konseptual

Pemakaian Akseptor KB
suntik 3 bulan

Faktor eksternal: Faktor internal:

Kebiasaan pola makan Umur

Aktifitas fisik Genetika

Status sosial ekonomi Hormon

Suami Efek samping:


1. Perubahan berat badan

Gangguan siklus haid

Pusing/sakit kepala

Mual/muntah
Keterangan :
Perubahan
: variabel yang libido
diteliti
: variabel yang tidak diteliti

16
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Pemakaian Kontrasepsi
Suntik 3 Bulan dengan Perubahan Berat Badan

Kerangka konseptual penelitian ini menerangkan bahwa ada beberapa efek


samping kontrasepsi suntik antara lain : gangguan haid, perubahan berat badan,
pusing/sakit kepala, mual/muntah, perubahan libido. Perubahan berat badan
biasanya dipengaruhi oleh hormon, kebiasaan pola makan, aktifitas fisik, dan
status sosial ekonomi, umur, dan genetika (SM-PFA, 2010). Dalam penelitian ini,
peneliti membatasi pola hubungan antara pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan
dengan perubahan berat badan.

A. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu asumsi pernyataan tentang hubungan antara dua atau lebih
variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pernyataan dalam penelitian
(Nursalam, 2003).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H1 : Ada hubungan antara pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan dengan
perubahan berat badan.

B. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang
telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada
seluruh proses penelitian (Nursalam, 2003).

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik yang bersifat Cross
Sectional yaitu suatu suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk
17
faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek observasi sekaligus pada
waktu yang sama (Notoatmojo, 2010).

C. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti
(Notoadmojo, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah semua akseptor KB
suntik 3 bulan di puskesmas medan amplas.

D. Sampel, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel


1. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian pemakai KB suntik yang
melakukan pelayanan KB di puskesmas medan amplas.

2. Besar Sampel
Besar sampel ditentukan dengan perhitungan rumus dari Nursalam (2003):

Keterangan :
n : besar sempel
N : jumlah populasi
d : tingkat kepercayaan
Berdasarkan rumus tersebut, besar sampel dalam penelitian ini adalah:

Besar sampel penelitian ini berdasarkan perhitungan rumus di atas adalah


sebanyak 80 responden. Dimana dari responden 100 orang yang 80 orang
sebagai responden KB suntik 3 bulan, 20 orang responden non KB suntik 3
bulan.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

18
Lokasi penelitian di puskesmas medan amplas ,Waktu penelitian yaitu pada
tanggal

4. Cara Pengambilan Sampel


Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan prinsip
simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara sedemikian rupa
sehingga setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi
responden (Budiarto,2003).

E. Variabel Penelitian
Variabel Penelitian
1. Variabel terikat (dependent variable) yaitu perubahan berat badan.
2. Variabel bebas (independent variable) yaitu pemakaian kontrasepsisuntik

F. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara dan Nominal
Penelitian Operasional Kriteria
1. Perubahan berat Perbedaan BB Data sekunder Nominal
badan sebelum dan sesudah (status pasien) BB
pemakaian pada saat
kontrasepsi suntik 3 penelitian
bulan. dikurangi BB awal
menggunakan alat
kontrasepsi.
a. Ya, jika BB
pada saat
penelitian > BB
awal
menggunakan alat
kontrasepsi yang
sekarang
19
digunakan
responden.
b. Tidak, jika
terjadi
peningkatan BB
pada saat
penelitian ≤ BB
awal
menggunakan alat
kontrasepsi yang
sekarang
digunakan
responden.
2. Pemakaian c. tetap, jika tidak Nominal
kontrasepsi Jenis pemakaian ada perubahan BB
suntik 3 bulan kontrasepsi suntik pada saat
yang dipakai penelitian = BB
akseptor. awal
menggunakan alat
kontrasepsi yang
sekarag digunakan
responden.
Data primer dari
pencatatan data
yang diperoleh
dari buku kohort
KB
Tabel 4.1 Definisi Operasional Penelitian
G. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan:

20
1. Pencatatan data untuk mendapatkan jumlah dan daftar akseptor KB periode
tahun 2019-2020 digunakan untuk membuat sampling frame penelitian yang
diperoleh dari buku kohort KB.
2. Pengukuran berat badan akseptor dilakukan oleh perawat di BPS yang
kemudian dicatat dalam kartu rekam medik/status akseptor. Untuk
mendapatkan data berat badan awal dan juga berat badan pada saat dilakukan
pengambilan data peniliti menyalin data berat badan akseptor tersebut dari
kartu rekam medik/status pasien.

H. Teknik Analisis Data


Data yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan editing untuk meneliti ulang
kelengkapan data. Selanjutnya data yang diperoleh diolah, dianalisis. Analisis
data dilakukan secara deskriptif dengan analisis tabel dan analisis statistik dengan
menggunakan SPSS for Windows untuk mengetahui adanya hubungan antara
kedua variabel.

Analisis statistik yang digunakan adalah untuk menganalisis hubungan antara


jenis alat kontrasepsi hormonal yang digunakan responden terhadap peningkatan
berat badan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Azwar. 2004. Tubuh Sehat Ideal dari Segi Kesehatan. Seminar Kesehatan
Obesitas. Depok, Universitas Indonesia.

BKKBN. 2012. Evaluasi Program Kependudukan dan KB, Semarang.


Glasier, Anna. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Alih
Bahasa Yuyun Yuningsih, EGC, Jakarta.
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana, Pustaka
Rihama, Yogyakarta.
Hartanto, H. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta.
Manuaba, IBG. 2005. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.
Moejhi, 2003. Pengetahuan Dasar Ilmu Gizi, Gramedia, Jakarta.
Muliarini Prita, 2010, Pola Makan Dan Gaya Hidup Sehat Selama Kehamilan,
Nuha Medika, Jakarta.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Saifuddin, A.B. 2006. Buku Panduan Praktik Pelayanan Kontrasepsi,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
SM-PFA. 2002. Pedoman Penanggulangan Efek Samping atau Komplikasi
Kontrasepsi, Provinsi Jawa Timur.

22
Speroff, Leon. 2003. Pedoman Klinis Kontrasepsi, Alih Bahasa Visi S, EGC,
Jakarta.
Supariasa, dkk, 2006. Penilaian Status Gizi, EGC, Jakarta.
Wijoyo, Yosef. 2010. Alat Kontrasepsi Pengetahuan Praktis, USD, Yogyakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai