PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu masalah terpenting yang dihadapi oleh negara berkembang seperti di
Indonesia yaitu ledakan penduduk. Ledakan penduduk mengakibatkan laju
pertumbuhan penduduk yang pesat hal ini karena minimnya pengetahuan serta
pola budaya pada masyarakat setempat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
pemerintah Indonesia telah menerapkan program keluarga berencana (KB) yang
dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan Lembaga Keluarga Berencana
Nasional (LKBN) yang kemudian dalam perkembangannya menjadi Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Gerakan Keluarga
Berencana Nasional bertujuan untuk mengontrol laju pertumbuhan penduduk dan
juga untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Hartanto, 2004).
Saat ini tersedia berbagai metode atau alat kontrasepsi seperti Intrauterine Device
(IUD), suntik, pil, implant, kontrasepsi mantap (kontap), dan kondom.
Kontrasepsi suntik adalah kebutuhan kontrasepsi yang berkembang dari tahun ke
tahun pada awal tahun 1960-an, hormon progestin mulai digunakan sebagai
kontrasepsi untuk kepentingan KB. Kontrasepsi suntik adalah salah satu
kontrasepsi yang populer di Indonesia (Glasier, 2005).
Selain itu masalah kegemukan karena peningkatan berat badan yang berlebihan
merupakan salah satu risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler (Azwar, 2004).
Komplikasi lain yang ditimbulkan obesitas diantaranya hipertensi, DM tipe II,
sesak napas, stroke, penyakit saluran cerna dan gangguan psikologis. Dilihat dari
segi estetika masalah kegemukan atau obesitas adalah masalah yang besar karena
dapat menghilangkan rasa percaya diri, sehingga mereka tidak merasa nyaman
dengan penampilan yang gemuk.
Hal inilah yang menarik perhatian peneliti untuk mengangkat permasalahan ini.
Berdasarkan penelusuran yang telah penulis lakukan, sejauh ini belum ada
penelitian yang meneliti tentang lama pemakaian KB suntik 3 bulan dengan
perubahan berat badan pada akseptor KB sehingga penulis ingin mengetahui
lebih jauh lagi hubungan lama pemakaian KB suntik 3 bulan dengan peningkatan
berat badan pada peserta KB Ny. Rumiyati di Puskesmas Medan Amplas. Bila
ada hubungan yang bermakna pada akseptor maka dapat diupayakan berbagai
pendekatan dari segi medis, misalnya memakai alat kontrasepsi lain yang lebih
sesuai dengan akseptor atau dengan melakukan diet makanan dengan benar dan
juga pendekatan dari segi yang lain.
B. Rumusan Masalah
Adakah hubungan pemakaian kontrasepsi suntik tiga bulan dengan perubahan
berat badan di puskesmas medan amplas ?
2
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan dengan
perubahan berat badan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden.
b. Mengetahui perubahan berat badan akseptor selama menggunakan alat
kontrasepsi.
c. Mengetahui hubungan lama pemakaian alat kontrasepsi suntik dengan
perubahan berat badan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai metode Keluarga
Berencana
b. Mampu mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan di bangku perkuliahan
2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi secara praktis bagi masyarakat, khususnya pada
akseptor dan calon akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi yang tepat,
terutama bagi masyarakat yang memiliki maslah berat badan.
3. Bagi Instansi
a. Sebagai bahan masukan dalam peningkatan pelayanan kesehatan, terutama
dalam hal kesehatan ibu yang terkait dengan efek samping penambahan
berat badan dari pemakaian alat kontrasepsi suntik.
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi dalam memberikan pelayanan
kontrasepsi yang tepat agar akseptor dapat terhindar dari penyakit
degeneratif yang ditimbulkan dari faktor risiko kegemukan dari
peningkatan berat badan.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6
Gambar 2.1 Grafik Pola Pemakaian Kontrasepsi di Indonesia
Sumber: Survei Demografi dan Kesehatan tahun 2007 (BKKBN,2008)
7
a. Pada pemakaian DMPA, endometrium menjadi dangkal dan atrofis dengan
kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Dengan pemakaian jangka panjang
endometrium dapat menjadi sedemikian sedikitnya, sehingga tidak
didapatkan atau sedikit sekali bila dilakukan biopsi, tetapi perubahan-
perubahan tersebut akan kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari
setelah suntikan DMPA terakhir yang diberikan.
b. Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi dari ovum
yang telah dibuahi.
c. Mengubah peristaltik tuba fallopi, sehingga konsepsi terhambat.
d. Menipiskan endometrium sehingga tidak siap untuk terjadinya nidasi.
e. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit sehingga merupakan barier
terhadap spermatozoa.
(Wijoyo, 2010)
3. Keuntungan dan Kerugian
a. Keuntungan
Tingkat efektifitasnya tinggi (99,6%)
Tidak berpengaruh terhadap hubungan seks
Dapat dipakai segera setelah masa nifas
Merupakan kontrasepsi jangka panjang
Cocok untuk masa menyusui
(Hartanto, 2004)
b.Kerugian
Perlu suntikan ulangan teratur
Harus datang kembali ke sarana pelayanan
Tidak menjamin terhadap perlindungan PMS, infeksi virus HIV dan
hepatitis
(Hartanto, 2004)
c. Kontra indikasi Kontrasepsi suntik
Wanita hamil atau yang diduga hamil
Pendarahan per vaginam yang tidak diketahui penyebabnya
8
Adanya tumor atau kanker
Riwayat hipertensi, DM, kelainan pembekuan darah, TBC dan
epilepsi.
(Speroff, 2003)
4. Waktu Pemberian Kontrasepsi Suntik
a. Pasca persalinan
Segera ketika masih di rumah sakit atau 1 bulan pasca persalinan.
Jadwal suntikan berikutnya diperhitungkan.
b.Pasca Abortus
Segera setelah perawatan.
Jadwal suntikan berikutnya diperhitungkan
c. Interval
Hari ke 5 menstruasi
Jadwal suntikan berikutnya diperhitungkan
(Handayani, 2010)
5. Jenis Kontrasepsi Suntik
a. KB Suntik 3 bulan
KB suntik 3 bulan merupakan golongan progestin yang hanya berisi hormon
progesteron saja, dengan nama dagang Depo provera, Depo geston, Depo
progesteron. Cara pemberian suntikan secara intramuskular tiap 12 minggu
dan kelonggaran batas waktu ± 1 minggu dari patokan 12 minggu. Dosis
pemberian setiap sekali suntikan 150 mg. Kelebihan kontrasepsi suntik ini
yaitu tidak mempengaruhi produksi ASI sehingga cocok untuk ibu menyusui
karena tidak mengandung hormon estrogen (Saifuddin, 2006).
1) Kelebihan
Sangat efektif
Pencegahan kehamilan jangka panjang
Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
Tidak mengandung estrogen, sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.
9
Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
Sedikit efek samping
Dapat digunakan oleh perempuan > 35 tahun sampai perimenopause
Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
Mencegah beberapa penyebab radang panggul
Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)
(Speroff, 2003)
2)Efek samping
a)Mual
b)Berat badan bertambah
c)Pusing/sakit kepala
(Speroff, 2003)
b.KB Suntik 1 bulan
KB suntik 1 bulan ini merupakan kombinasi estrogen dan progesteron
dengan nama dagang Cyelofem dengan kandungan 25 mg medroxy
progesteron asetat dan 5 mg estradiol cypionat. KB ini memiliki kelebihan
dan kekurangan dibandingkan suntikan 3 bulan, yaitu: (Wijoyo, 2010)
1) Kelebihan
a)Menimbulkan perdarahan atau haid teratur tiap bulannya.
b)Kurang menimbulkan perdarahan bercak atau perdarahan ireguler
lainnya.
c)Jarang menimbulkan amenorhoe
2) Kekurangan
a) Penyuntikan dilakukan lebih sering.
b)Biaya lebih tinggi.
c) Tidak cocok untuk menyusui.
6. Efek Samping dan Penanggulangan
a. Gangguan Siklus Haid
1) Gejala dan Keluhan
10
a)Tidak datangnya haid (amenorhoe).
b)Keluarnya bercak-bercak perdarahan diluar haid (spolting).
c)Peradarahan yang berlebihan diluar masa haid (metroragia).
d)Haid yang lebih lama dan atau lebih banyak dari biasanya (menoragia).
(SM-PFA, 2002)
2) Penyebabnya :
Karena adanya ketidakseimbangan hormon sehingga endometrium
mengalami perubahan hisyology. Keadaan amenorea disebabkan atropi
endometrium (SM-PFA, 2002).
3)Penanggulangan dan Pengobatan (KIE)
a) Jelaskan sebab terjadinya
b)Jelaskan bahwa gejala atau keluhan dalam rangka penyesuaian diri
bersifat sementara dan individu.
c) Menganjurkan agar tetap memakai suntikan.
(SM-PFA, 2002)
7. Tindakan Medis
a. Amenorhoe
Pastikan hal ini bukan karena kehamilan. Beberapa wanita melihat ini
sebagai suatu keuntungan dan tidak berbahaya. Beri motivasi bahwa hal ini
bukan suatu abnormal dan biasa terjadi pada kontrasepsi suntik pada 2-3
bulan pertama. Pada kasus tertentu ada wanita yang tidak mengalami haid
selama dia memakai suntikan apabila klien memaksa ingin haid dengan
alasan psikis dapat diberikan Pil KB 3x1 tablet dari hari 1-3, 1x1 tablet mulai
hari ke-4 selama 4-5 hari. Biasanya setelah itu akan haid, bila terbukti hamil
maka suntikan harus dihentikan (Handayani, 2002).
1) Spotting atau Metroragia
Bila ringan atau tidak terlalu mengganggu tidak perlu diobati, bila cukup
mengganggap dapat diberikan Pil KB 3x1 tablet per hari selama 7 hari
biasanya dalam satu kali pemberian sudah dapat diatasi.
2) Menoragia
11
Cukup diberi tablet sulfas ferosus 3x1 tablet (5-7 hari) sampai keadaan
membaik.
b.Perubahan Berat Badan
1) Gejala atau Keluhan
a) Berat badan bertambah atau naik
Kenaikan BB rata-rata untuk setiap tahunnya bervariasi antara 2,3-2,9
kg (menurut hasill penelitian Depo provera).
b)Berat badan berkurang atau turun
Setiap tahunnya rata-rata penurunan antara 1,6-1,9 kg (menurut hasil
penelitian Depo provera). (Hartanto, 2004)
2) Penyebab
Belum terlalu jelas, terjadinya kenaikan berat badan kemungkinan
disebabkan karena hormon progesteron mempermudah merubah
karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak dibawah kulit
bertambah, selain itu hormon progesteron juga menyebabkan nafsu makan
bertambah dan menurunkan aktifitas fisik akibatnya berat badan ibu
bertambah (Manuaba, 2005).
3) Penanggulangan dan Pengobatan
a) Jelaskan sebab terjadinya.
b)Penambahan berat badan ini bersifat sementara dan individu (tidak
terjadi pada semua akseptor, tergantung reaksi tubuh wanita itu terhadap
metabolisme progesteron). Sebagian klien malah mengganggap hal ini
menguntungkan.
4) Tindakan Medis
a) Berat Badan Meningkat
Bila kenaikan berat badan ini tidak mengganggu tidak perlu diobati, dan
pastikan penambahan berat badan ini bukan karena kehamilan anjurkan
klien untuk melakukan diit rendah kalori dan olah raga yang proposional
untuk berat badannya. Bila cara tersebut tidak menolong dan berat
badan bertambah terus pemakaian suntikan dihentikan dan ganti cara
kontrasepsi lain yang non hormonal misal, AKDR (Handayani, 2010).
12
b)Berat Badan Menurun
Bila penurunan berat badan ini tidak mengganggu tidak perlu diobati
dan pastikan bahwa penurunan ini bukan karena penyakit kronis seperti
kanker ganas, TB. Anjurkan klien melakukan diet tinggi kalori dan
protein serta olah raga teratur, bila cara tersebut tidak menolong dan
berat badan berkurang terus pemakaian suntikan dihentikan dan ganti
cara kontrasepsi lain yang non hormonal misal, AKDR (SM-PFA,
2002).
Overwight ≥ 25
13
Obese III ≥40,0 kg/m2 Sangat berbahaya
14
kurang bergerak, ditambah lagi dengan kemajuan teknologi orang lebih
banyak menghabiskan waktu didepan televisi atau komputer. Dan perubahan
jenis makanan dari yang “tradisional” beralih ke makanan siap saji yang
lebih banyak lemak, rendah serat, dan tinggi kalori daripada sayuran atau
buah-buah (Supariasa, 2006).
e. Faktor Hormon
Dalam hal inii hormon yang disebabkan pemakaian kontrasepsi suntik yaitu
progeteron dan estrogen, peningkatan hormon progesteron akan menekan
pusat syaraf pengendali makan pada hipotalamus sehingga nafsu makan
meningkat lebih dari biasanya dan juga mempermudah perubahan
karbohidrat dan gula menjadi lemak (Moejhi, 2004).
4. Penilaian pada Perubahan Berat Badan
a. Data Subyektif
1)Perubahan nafsu makan
2)Gejala-gejala kehamilan
3)Pola aktifitas
4)Tanda-tanda depresi
(Supariasa, 2006)
b. Data Obyektif
Perhatikan adanya oedema, jumlah dan lokasi lemak, pembesaran uterus, dan
tanda-tanda kehamilan. (Supariasa, 2006)
5. Perubahan Berat Badan pada Akseptor Kontrasepsi Suntik
Umumnya perubahan berat badan tidak terlalu besar, peningkatan berat badan
antara 2,3-2,9 kg dalam setiap tahunnya dan penurunan sekitar 1,6-1,9 kg dalam
satu tahun pertama (SMPFA,2002), atau kenaikan atau penurunan berat badan
sebanyak1-2 kg (Moejhi, 2003).
6. Patofisiologi Perubahan Berat Badan pada Akseptor KB Suntik
Peningkatan berat badan pada akseptor KB suntik disebabkan karena
meningkatnya hormon progesteron atau estrogen. Hormon progesteron akan
15
menekan pusat syaraf pengendali makan pada hipotalamus sehingga nafsu makan
meningkat dan akseptor makan lebih banyak dari biasanya (Muliarini, 2010).
Dengan penigkatan nafsu makan dan pertambahan lemak yang terajadi dapat
mengakibatkan terjadinya peningkatan berat badan (SMPFA,2002). Selain itu
peningkatan berat badan juga dapat disebabkan hormon estrogen yang dapat
mengakibatkan bertambahnya lemak bawah kulit terutama pada pinggul, paha,
dan payudara serta (Muliarini, 2010).
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kerangka Konseptual
Pemakaian Akseptor KB
suntik 3 bulan
Pusing/sakit kepala
Mual/muntah
Keterangan :
Perubahan
: variabel yang libido
diteliti
: variabel yang tidak diteliti
16
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Pemakaian Kontrasepsi
Suntik 3 Bulan dengan Perubahan Berat Badan
A. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu asumsi pernyataan tentang hubungan antara dua atau lebih
variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pernyataan dalam penelitian
(Nursalam, 2003).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H1 : Ada hubungan antara pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan dengan
perubahan berat badan.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang
telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada
seluruh proses penelitian (Nursalam, 2003).
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik yang bersifat Cross
Sectional yaitu suatu suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk
17
faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek observasi sekaligus pada
waktu yang sama (Notoatmojo, 2010).
C. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti
(Notoadmojo, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah semua akseptor KB
suntik 3 bulan di puskesmas medan amplas.
2. Besar Sampel
Besar sampel ditentukan dengan perhitungan rumus dari Nursalam (2003):
Keterangan :
n : besar sempel
N : jumlah populasi
d : tingkat kepercayaan
Berdasarkan rumus tersebut, besar sampel dalam penelitian ini adalah:
18
Lokasi penelitian di puskesmas medan amplas ,Waktu penelitian yaitu pada
tanggal
E. Variabel Penelitian
Variabel Penelitian
1. Variabel terikat (dependent variable) yaitu perubahan berat badan.
2. Variabel bebas (independent variable) yaitu pemakaian kontrasepsisuntik
F. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara dan Nominal
Penelitian Operasional Kriteria
1. Perubahan berat Perbedaan BB Data sekunder Nominal
badan sebelum dan sesudah (status pasien) BB
pemakaian pada saat
kontrasepsi suntik 3 penelitian
bulan. dikurangi BB awal
menggunakan alat
kontrasepsi.
a. Ya, jika BB
pada saat
penelitian > BB
awal
menggunakan alat
kontrasepsi yang
sekarang
19
digunakan
responden.
b. Tidak, jika
terjadi
peningkatan BB
pada saat
penelitian ≤ BB
awal
menggunakan alat
kontrasepsi yang
sekarang
digunakan
responden.
2. Pemakaian c. tetap, jika tidak Nominal
kontrasepsi Jenis pemakaian ada perubahan BB
suntik 3 bulan kontrasepsi suntik pada saat
yang dipakai penelitian = BB
akseptor. awal
menggunakan alat
kontrasepsi yang
sekarag digunakan
responden.
Data primer dari
pencatatan data
yang diperoleh
dari buku kohort
KB
Tabel 4.1 Definisi Operasional Penelitian
G. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan:
20
1. Pencatatan data untuk mendapatkan jumlah dan daftar akseptor KB periode
tahun 2019-2020 digunakan untuk membuat sampling frame penelitian yang
diperoleh dari buku kohort KB.
2. Pengukuran berat badan akseptor dilakukan oleh perawat di BPS yang
kemudian dicatat dalam kartu rekam medik/status akseptor. Untuk
mendapatkan data berat badan awal dan juga berat badan pada saat dilakukan
pengambilan data peniliti menyalin data berat badan akseptor tersebut dari
kartu rekam medik/status pasien.
21
DAFTAR PUSTAKA
Azwar. 2004. Tubuh Sehat Ideal dari Segi Kesehatan. Seminar Kesehatan
Obesitas. Depok, Universitas Indonesia.
22
Speroff, Leon. 2003. Pedoman Klinis Kontrasepsi, Alih Bahasa Visi S, EGC,
Jakarta.
Supariasa, dkk, 2006. Penilaian Status Gizi, EGC, Jakarta.
Wijoyo, Yosef. 2010. Alat Kontrasepsi Pengetahuan Praktis, USD, Yogyakarta.
23