Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keluarga Berencana merupakan suatu program yang membantu
pasangan suami istri untuk mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan
sejahtera dengan cara perencanaan kehamilan dan sebaliknya menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang
sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu
saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan
jumlah anak dalam keluarga (Setyaningrum, 2016).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2019 didapatkan cakupan peserta Keluarga Berencana (KB) aktif di
Indonesia yaitu sebanyak 24.196.151 peserta. Perserta KB aktif menurut jenis
kontrasepsi di Indonesia yaitu terdapat 301.436 (1,2%) menggunakan
kondom, KB suntik sebanyak 15.419.826 (63,7%), pil sebanyak 4.123.424
(17,0%), IUD/AKDR sebanyak 1.790.336 (7,4%), MOP sebanyak 118.060
(0,5%), MOW sebanyak 661.431 (2,7%), Implan sebanyak 1.781.638 (7,4%).
(Profil Kesehatan Indonesia, 2019)
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi hormonal jenis suntikan yang
dibedakan menjadi dua macam yaitu DMPA (Depo Medroksi Progresteron
Asetat) dan kombinasi. Efek samping penggunaan kontrasepsi hormonal
terutama kontrasepsi suntik DMPA adalah kenaikan berat badan, gangguan
haid, kekeringan vagina, menurunnya libido, gangguan emosi, sakit kepala,
nervotaksis dan jerawat (Anwar, 2013). Kenaikan berat badan pada akseptor
kontrasepsi Depo Medroxi Progesteron Asetat (DMPA) per tahun 2,3 – 2,9 kg.
Terjadinya kenaikan berat badan tersebut disebabkan karena alat kontrasepsi
mengandung hormon progesteron. Hormon progesteron mempunyai efek
samping yaitu merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang
menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya serta menurunkan
aktifitas fisik sehingga menyebabkan peningkatan berat badan (Irianto, Gizi
Seimbang dalam Kesehatan Reproduksi (Balanced, 2014).
Dari penjabaran diatas, penulis bermaksud untuk melakukan Asuhan
kebidanan Invidu dalam keluarga dengan Alat kontrasepsi suntik 3 bulan.
1.2. Rumusan Masalah
Sesuai dengan uraian di latar belakang ditemukan rumusan masalah pada studi
kasus ini adalah Bagaimana Asuhan Kebidanan Ny F dengan Akseptor baru
KB suntik 3 Bulan ?
1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum


Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan keluarga
berencana secara komprehensif pada Ny. F
1.3.2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:
1. Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada
ibu ber Kb suntik 3 bulan
2. Menginterpretasi data serta menentukan diagnosa
kebidanan, masalah dan kebutuhan
3. Melakukanan pelaksanaan SOAP dan evaluasi
4. Melakukan pendokumentasian
1.3.3. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan laporan
asuhan kebidanan ini terdiri dari
Bab I pendahuluan yang akan menguraikan tentang latar belakang
masalah, tujuan penulisan, metode penulisan serta sistematika penulisan.
Pada bab II tujuan pustaka yang akan menguraikan mengenai tinjauan
umum tentang kelaurga berencana , tinjauan umum kontrasepsi, tinjauan
khusus tentang kb suntik 3 bulan, proses manajemen asuhan kebidanan
hingga pendokumentasian asuhan kebidanan.
Pada bab III tinjaun kasus yaitu, data subjektif dan objektif, analisa data,
dan penatalaksanaan
Pada bab IV Penutup
Pada bagian ini berisikan Kesimpulan dan Saran
BAB 2
TINJAUAN KASUS

2.1. Konsep Dasar Kontrasepsi


2.1.1. Pengertian
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya
yang dilakukan dalam pelayanan kontrasepsi dapat bersifat sementara
maupun bersifat permanen (Kementerian Kesehatan RI, 2015).
2.1.2. Tujuan kontrasepsi
Menurut Kemenkes, (2014) tujuan dari program keluarga berencana dan
pelayanan kontrasepsi adalah:
a. Mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan cara menekan Laju
Pertumbuhan Penduduk (LPP). Pertambahan penduduk yang tidak
terkendali akan mengakibatkan kesenjangan bahan pagan kaena
perbandingan yang tidak sesuai dengan jumlah penduduk.
b. Mengatur kehamilan dengan cara menunda usia perkawinan hingga
benar-benar matang., menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan.
Serta untuk menghentikan kehamilan bila dirasakan telah memiliki
cukup anak.
c. Membantu dan mengobati kemandulan atau infertilisasi bagi pasangan
yang telah menikah lebih dari satu tahun dan ingin memiliki anak tetapi
belum mendapat keturunan.
d. Sebagai married conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau
pasangan yang akan menikah. Dengan harapan nantinya pasangan
tersebut memiliki pengetahuan untuk membentuk keluarga yang
sejahtera dan berkualitas.
e. Tercapainya norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera serta
membentuk keluarga yang berkualitas
2.1.3. Jenis-jenis kontrasepsi
a. Metode Sederhana
1) Metode pantang berkala
Prinsip pantang berkala ialah tidak melakukan persetubuhan pada masa
subur istri, untuk menentukan masa subur istri dipakai 3 patokan yaitu:
a) Ovulasi terjadi 14 kurang 2 hari sebelum haid yang akan datang.
b) Sperma dapat hidup dan membuahi dalam 48 jam setelah ejakulasi.
c) Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi.
Jadi jika kontrasepsi ingin dicegah, koitus harus dihindari sekurang
kurangnya selama 3 hari (72 jam) yaitu 48 jam sebelum ovulasi dan
24 jam sesudah ovulasi terjadi (Sulistyawati, 2012)
2) Metode suhu basal
Menjelang ovulasi suhu basal tubuh akan turun dan kurang lebih 24
jam setelah ovulasi suhu basal akan naik lagi sampai lebih tinggi dari pada
suhu sebelum ovulasi. Suhu basal dapat meningkat sebesar 0,2-0,5˚C ketika
ovulasi (Taufika, 2014).
3) Metode lendir serviks
Metode lendir serviks dilakukan dengan wanita mengamati lendir
serviksnya setiap hari. Lendir serviks terlihat lengket dan jika direntangkan di
antara kedua jari akan putus menandakan lendir tidak subur, saat lendir
serviks meningkat menjadi jernih dan melar, apabila dipegang di antara dua
jari, lendir dapat diregangkan dengan mudah tanpa terputus, lendir ini
digambarkan terlihat seperti putih telur mentah disebut lendir subur (Everett,
2012).
4) Metode coitus interuptus
Alat kelamin pria (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga
sperma tidak masuk ke dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah
(Sulistiawati, 2012)
5) Metode Amenorhea laktasi (MAL)
Metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air
Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa
tambahan makanan dan minuman lainnya (Endang, 2015).
6) Kondom
Jenis kontrasepsi menggunakan alat untuk mencegah kehamilan dan
infeksi penyakit kelamin dengan cara menghentikan sperma untuk masuk
kedalam vagina (Purwoastuti, 2015).
b. Metode modern
1) Hormonal
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya ovulasi dimana bahan bakunya mengandung preparat
estrogen dan progesteron. Berdasarkan jenis dan cara pemakaiannya dikenal 3
macam kontrasepsi hormonal yaitu kontrasepsi Oral (Pil), suntikan, dan
kontrasepsi implant (Affandi, 2013).
a) Pil KB
Pil kontrasepsi dapat berupa pil kombinasi (berisi hormon estrogen dan
progesteron) ataupu juga hanya berisi progesteron saja. Pil kontrasepsi
bekerja dengan cara mencegah terjadinya ovulasi dan mencegah terjadinya
penebalan dinding rahim.
(1) Pil kombinasi
Menekan ovulasi, mencegah implantasi, lendir serviks mengental
sehingga sulit dilalui oleh sperma, pergerakan tuba terganggu
sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu pula.
Jenis-jenis pil kombinasi antara lain; monofasik, bifasik, trifasik
(Affandi, 2013).
(2) Pil progestin
Adalah pil yang mengandung progesteron dan disiapkan untuk ibu
yang menyusui (Affandi, 2013).
b) Suntik
(1) Suntik kombinasi
Jenis suntik kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksi progesteron
Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi I.M
(intramuskular). sebulan sekali, dan 50 mg noretindron Enantat dan 5
mg Estradiol valeratyang diberikan injeksi I.M.(intramuskular) sebulan
sekali
(2) Suntik progestin
Tersedia 2 jenis kontrasepsi yang mengandung progestin yaitu Depo
Medroksi progesteron Asetat (DMPA), mengandung 150 mg DMPA
yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik I.M dan Depo
noretisteron Enanta (/Depo noristeran), yang mengandung 200 mg
noretindron Enantan, diberikan setiap 2 bulan dengan cara suntik I.M
(Affandi, 2013).
c) Implant/susuk
(1) Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berrongga dengan panjang
3,4 cm, diameter 2,4 mm, berisi 36 mg levonogo dengan lama kerja tiga
tahun.
(2) Jadena dan indoplant, terdiri dari dua batang silastik lembut berongga
dengan panjang 4,3 cm ber diameter 2,5 mm, berisi 75 mg
levonogestrel dengan lama kerja 3 tahun.
(3) Implano, terdiri dari satu batang silastik lembut dengan berongga
dengan panjang kira-kira 4,0 cm diameter 2 mm, berisi 68 mg
ketodesogestrel dengan lama kerja 3 tahun (Sulistyawati, 2012).
2) Mekanis
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat kontrasepsi yang
dimasukkan didalam rahim untuk menghambat kemampuan sperma untuk
masuk ke tuba falopi (Affandi, 2013).
c. Metode Mantap
1) Tubektomi
Adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas
(kesuburan) seorang perempuan secara permanen dengan mengoklusi
tuba fallopi mengikat dan memotong atau memasang cincin sehingga
sperma tidak dapat bertemu dengan ovum
2) Vasektomi
Adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria
dengan jalan melakukan okulasi vans deference sehingga alat
transpostasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan
dengan ovum) tidak terjadi (Firdayanti, 2012).
2.2. Kontrasepsi suntik 3 bulan
2.2.1 Pengertian
Suntikan KB ini mengandung hormon Depo medroxy progesterone
Acetate (hormon progestin) 150mg. Sesuai dengan namanya, suntikan ini
diberikan setiap 3 bulan (12 Minggu). Suntikan pertama biasanya
diberikan 7 hari pertama periode menstruasi, atau 6 minggu setelah
melahirkan. Suntikan KB 3 Bulan ada yang dikemas dalam cairan 3 ml
atau 1 ml (Raidanti dan Wahidin, 2021).
KB suntik 3 bulan yaitu salah satu jenis kontrasepsi suntik yang
hanya mengandung hormon progesterone / progestin yang di suntikkan
setiap 3 bulan sekali. Mengandung 150 mg Depo Medroksiprogesteron
Asetat (DMPA) yang diberikan dengan cara disuntik intramuskular (di
daerah bokong) (Sulistyawati, 2012).
2.2.2. Macam-macam kontrasepsi suntikan
KB suntik depo progestin terdiri atas dua jenis yaitu Depo Medroksi
Progesteron Asetat (DMPA), mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan
setiap 3 bulan dengan cara disuntik Intra Muskuler (di daerah bokong), dan
Depo Noretisteron Enontat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg
Noretindron Erontat, diberi setiap 2 bulan dengan cara disuntik Intra
muskuler (Affandi, 2013)
2.2.3. Mekanisme Kerja
Mekanisme Kerja kontrasepsi DMPA menurut Hartanto
a. Primer : Mencegah ovulasi Kadar Folikel Stimulating Hormone (FSH)
dan Luteinizing hormone (LH) menurun serta tidak terjadi lonjakan
LH. Pada pemakaian DMPA, endometrium menjadi dangkal dan
atrofis dengan kelenjar- kelenjar yang tidak aktif. Dengan pemakaian
jangka lama endometrium bisa menjadi semakin sedikit sehingga
hampir tidak didapatkan jaringan bila dilakukan biopsi, tetapi
perubahan tersebut akan kembali normal dalam waktu 90 hari setelah
suntikan DMPA berakhir.
b. Sekunder
1). Lendir servik menjadi kental dan sedikit sehingga merupakan
barier terhadap spermatozoa.
2). Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi
dari ovum yang telah dibuahi.
3). Mungkin mempengaruhi kecepatan transportasi ovum didalam
tuba falopi (Sari, 2015)

2.2.4. Kontra indikasi suntikan


Kontra indikasi dari suntikan depo progestin diantaranya yaitu hamil atau
dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran),
perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, tidak dapat
menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorhea, menderita
penyakit kanker payudara atau riwayat kanker payudara, diabetes melitus
disertai komplikasi (Pinem, 2014).
2.2.5. Kelebihan dan kerugian
 Kelebihan
a. Kontrasepsi suntikan adalah kontrasepsi sementara yang paling
baik, dengan angka kegagalan kurang dari 0,1% pertahun.
b. Suntikan KB tidak mengganggu kelancaran air susu ibu (ASI)
c. Suntikan KB mungkin dapat melindungi ibu dari anemia (kurang
darah)
d. Memberi perlindungan terhadap radang panggul dan untuk
pengobatan kanker bagian dalam rahim.
e. Kontrasepsi suntik yang tidak mengandung estrogen tidak
mempengaruhi secara serius pada penyakit jantung dan reaksi
penggumpalan darah.
f. Kontrasepsi suntik memiliki resiko kesehatan yang sangat kecil,
tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri. Pemeriksaan dalam
tidak diperlukan pada pemakaian awal dan dapat dilaksanakan oleh
tenaga paramedis baik perawat maupun bidan.
g. Oleh karena tindakan dilakukan oleh tenaga medis / paramedis,
peserta tidak perlu menyimpan obat suntik, tidak perlu mengingat
setiap hari, kecuali hanya untuk kembali melakukan suntikan
berikutnya (Marmi, 2016).
 Kekurangan
Menurut BKKBN (2015), kelemahan dari suntikan DMPA adalah: a.
Sering ditemukan gangguan haid, seperti:
a. Siklus haid yang memendek atau memanjang
b. Perdarahan yang banyak atau sedikit
c. Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)
b. Tidak haid sama sekali Tidak menjamin perlindungan terhadap
penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi
virus HIV
c. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
d. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya
kerusakan/kelainan pada organ genetalia, melainkan karena belum
habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan)
e. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka
panjang
f. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan
kepadatan tulang (densitas)
g. Pada pengguna jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan
pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit
kepala, nervositas, jerawat.

2.2.6. Waktu mulai mengunakan


a. Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil, Mulai hari
pertama sampai hari ke tujuh siklus haid, ibu yang tidak haid, injeksi
pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan saja ibu tersebut tidak hamil,
selama tujuh hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan
seksual.
b. Ibu yang telah menggunakan kontrasepsi hormonal (pil) dapat diberikan
selama ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat diberikan tanpa
menunggu haid yang akan datang.
c. Ibu menggunakan kontrasepsi jenis lain, jenis suntikan dan ingin
menggantinya dengan jenis kontrasespi suntikan 3 bulan, kontrasepsi
suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasespsi
suntikan yang sebelumnya. Ibu yang menggunakan kontrasepsi non
hormonal dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal,
suntikan pertama kontrasepsi hormonal dapat segera diberikan asal tidak
hamil, bila ibu disuntik setelah hari ke tujuh haid, ibu tersebut selama
tujuh hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual
d. Ibu ingin mengganti AKDR dengan kontrasepsi hormonal, suntikan
pertama diberikan pada hari pertama sampai hari ke tujuh siklus haid,
atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke tujuh siklus haid, asal saja
ibu yakin ibu tidak dalam kondisi hamil
e. ibu tidak hamil atau ibu dengan pendarahan tidak teratur, suntikan
pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil,
dan selama tujuh hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan
seksual (Affandi, 2013).
2.2.7. Cara peggunaan
Penggunaan suntik depo progestin yaitu kontrasepsi suntikan
DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
intramuscular di daerah bokong. Apabila suntikan diberikan
terlalu dangkal, penyerapa kontrasepsi suntikan akan lambat dan
tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari
atau injeksi diberikan setiap 12 minggu. selanjutnya bersihkan
kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi oleh
etil/isopropyl alkohol 60-90%, biarkan kulit kering sebelum
disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik, kocok dengan baik,
hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara. Kontrasepsi
suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat endapan putih pada
dasar ampul, upayakan menghilangkannya dengan
menghangatkanya (Affandi, 2013).
2.2.8. Efek samping
Efek samping dari suntikan depo progestin yaitu :
Menurut Putri (2019), efek samping dari penggunaan suntik
DMPA adalah:
a) Rusaknya pola pendarahan terutama pada bulan-bulan pertama
dan sudah 3-12 bulan umumnya berhenti dengan tuntas.
b) Terjadinya keputihan dalam menggunakan suntik DMPA karena
hormon progesteron mengubah flora dan pH vagina, sehingga
jamur mudah tumbuh dan menimbulkan keputihan.
c) Seringkali berat badan bertambah sampai 2-4 kg dalam waktu 2
bulan karena pengaruh hormonal, yaitu progesterone.
d) Timbul pendarahan ringan (bercak) pada awal pemakaian Rasa
pusing, mual, sakit di bagian bawah perut juga sering dilaporkan
pada awal penggunaan
e) Kemungkinan kenaikan berat badan 1–2kg. Namun hal ini dapat
diatasi dengan diet dan olahraga yang tepat
f) Berhenti haid (biasanya setelah 1 tahun penggunaan, namun bisa
lebih cepat). Namun, tidak semua wanita yang menggunakan
metode ini terhenti haidnya.
g) Kesuburan biasanya lebih lambat kembali. Hal ini terjadi karena
tingkat hormon yang tinggi dalam suntikan 3 bulan, sehingga
butuh waktu untuk dapat kembali normal (biasanya sampai 4
bulan)
h) Progesterone dalam alat kontrasepsi tersebut berfungsi untuk
mengentalkan lendir serviks dan mengurangi kemampuan rahim
untuk menerima sel yang telah dibuahi. Namun hormon ini juga
mempermudah perubahan karbohidrat menjadi lemak, sehingga
seringkali efek sampingnya adalah penumpukan lemak yang
menyebabkan berat badan bertambah (Saroha, 2015)
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
Tanggal pengkajian : 15 Oktober 2022
Pukul : 16.00 WIB
Oleh : Rosa Eka Melliana
3.1. Subyektif

a. Identitas :
Nama : Ny. F Nama : Tn. S
Umur : 25 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMK Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Ds. Duran Desa Buncitan

b. Keluhan :
Utama : Ibu mengatakan sedang menyusui anak berusia 16 bulan Ibu Berat
badan bertambah,
c. Riwayat Menstruasi :
Menarche : 14 Tahun
Siklus : Tidak Periode
Siklus : 27 Hari
Banyaknya : Normal
Fluor Albus : Tidak

d. Riwayat Perkawinan
Menikah ke 1
Usia Menikah : 23 tahun
Lama menikah : 2 tahun

e. Riwayat Obstetri yang Lalu :

KEHAMILAN PERSALINAN BBL NIFAS KB

H Pe Pe T Stat P T Pe J B T Pe H A L Pe M La Pe
a ny me e us e e ny K B B ny id S a ny eto ma ny
m uli rik m pers n m ulit ulit u I m ulit de pa ulit
il t/k sa p alin ol p /ko /ko p/ a /ko kai /ko
k o at an o at mp mp m m mp mp
e m n lik lik at e lik lik
pli g asi asi i n asi asi
ka et
si e
ki

1 Ti Bid P Nor D R Sun L 2, 4 Tid 16 A 1 Tid Ti Tid Tid


(2 da an M mal o S gsa 9 9 ak bul S 5 ak da ak ak
0 k B kt ng k c ada an I m ada k ada ada
20) ad da er g m e ad
a n ni a
Pu t
ske
sm
as
d. Riwayat Kesehatan Klien :
Ibu saat ini tidak sedang memiliki penyakit apapun baik penyakit
menular, menurun maupun menahun seperti DM, Hipertensi, Hepatitis, HIV,
Jantung, Alergi, dll.
e. Riwayat Kesehatan keluarga Klien :
Keluarga ibu dan keluargda suami tidak memiliki riwayat penyakit menular, menurun
maupun menahun seperti DM, Hipertensi, Hepatitis, HIV, Jantung, Alergi, dll.
f. Riwayat KB
Cara KB terakhir : ibu belum pernah ber KB
Tujuan ber-KB : menunda kehamilan
Keluhan/masalah ber-KB : tidak ada
3.2.Obyektif
a. Keadaan umum : Baik
b. Tanda-tanda vital :
TD : 100/70 mmHg
N : 80x/menit
Respirasi :18x/ menit
Suhu : 36,5 oC
c. Tinggi badan : 156 cm
d. Berat Badan : 46 kg
e. Pemeriksaan fisik:
Wajah :
Inspeksi : Tidak pucat, tidak cloasma ( bercak cokelat pada
wajah) , tidak ada oedem
Mata :
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda,
sklera putih
Mulut :
Inspeksi : Bibir lembab, tidak pucat, gigi tampak bersih,
tidak ada caries
Leher :
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan
vena jugularis
Payudara
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, putting susu menonjol
Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
Abdomen
Inspeksi : Tidak terdapat luka bekas operasi
Palpasi : Tidak ada pembesaran uterus, tidak ada nyeri tekan
Eksternitas
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada varices

3.3.Analisa Data
Ny. F dengan akseptor baru suntik KB 3 bulan
3.4. Penatalaksanaan
1. Menjalin hubungan baik antara petugas dan Klien
e/ Klien menyambut hubungan baik dari petugas
2. Melakukan informed consent sebagai bukti bahwa ibu bersedia dengan tindakan yang
dilakukan
E/ ibu telah mengisi inform concern
3. Menjelaskan Hasil pemeriksaan
Menjelaskan TTV dan pemeriksaan fisik dalam keadaan normal
e/ ibu mengetahui hasil pemeriksaan
4. Memberitahu apa efek samping dari KB suntik 3 bulan
a. Gangguan haid : seperti amenorhea yaitu tidak datang minimal 3 bulan berturut-turut yang
dipengaruhi kandungan hormon progesteron dalam
b. Perubahan berat badan : kandungan pada DMPA yaitu hormon progesteron, yang dapat
merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus sehingga menyebabkan
terjadinya peningkatan nafsu makan.
E/Ibu sudah memahami apa yang telah disampaikan
5. Memberitahu ibu untuk selalu tepat waktu untuk melakukan suntik
e/ ibu mengerti dan bersedia

BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan

Asuhan kebidanan kontrasepsi suntik 3 bulan yang diberikan pada “Ny. F” telah sesuai dengan
tujuan antara lain :
a. Dalam melakukan pengkajian data subjektif dan objektif, data yang ditemukan
sudah lengkap.
b. Dari hasil pengkajian subyektif dan obyektif, mampu membuat diagnosa sesuai
teori dan tidak ada diagnosa atau masalah potensial.
c. Penatalaksaan telah dilakukan sesuai kebutuhan akseptor
Evaluasi yang diberikan yaitu memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan, melaksanakan prosedur
pemberian KB suntik 3 bulan, dan memberitahu ibu tanggal kembali
4.2. Saran

Anda mungkin juga menyukai