Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan pelayanan kebidanan nasional maupun internasional terjadi
begitu cepat. Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya
pelayanan kebidanan adalah masih tingginya mortalitas dan morbiditas pada
wanita hamil dan bersalin, khususnya di negara berkembang dan di negara
miskin yaitu sekitar 25-50%.
Masalah kesehatan merupakan masalah yang kompleks, oleh karena itu
perlu diupyakan secara menyeluruh dan bersama-sama dengan masyarakat
untuk mengatasinya. Dalam pelaksanaannya, pelayanan kesehatan diupayakan
dekat dengan masyarakat, sehingga strategi pelayanan kesehatan yang utama
merupakan pendekatan yang juga acuan pelayanan kesehatan yang akan
diberikan. Artinya, upaya pelayanan kesehatan yang akan diberikan tersebut
merupakan upaya esensial atau sangat dibutuhkan oleh masyarakat/ komunitas
dan secara universal upaya tersebut mudah dijangkau (Karwati, 2011).
Kebidanan Komunitas merupakan salah satu bentuk pelayanan profesional
yang bertujuan pada komunitas dengan penekanan kelompok resiko tinggi,
dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dengan melibatkan komunitas sebagai mitra
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan.
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang
ditunjukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi,
dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melelui pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkuan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan dilibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan (Safrudin, 2009;
h. 1-2)
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara puskesmas untuk
meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan / meningkatkan akses
pelayanan kesehatan di wilayah kerjannya dengan mendatangi keluarga.
Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan didalam
gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga-keluarga
di wilayah kerjanya. Kunjungan rumah (keluarga) dilakukan dengan selaras,
terjadwal dan rutin, dengan memanfaatkan data dan informasi dan profil
kesehatan keluarga (Prokesga).
Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
asuhan kebidanan komunitas dengan pendekatan keluarga akan memperkuat
manajemen puskesmas untuk membantu masyarakat dalam mengupayakan
hidup sehat dan mencapai derajat kesehatan yang optimal.

B. Tujuan Kegiatan
1. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah kebidanan di komunitas.
2. Membuat rencana pemecahan masalah sesuai dengan prioritas masalah
3. Memberikan asuhan kebidanan di komunitas secara mandiri, kelompok dan
komprehensif sebagai kandidat bidan yang meliputi asuhan kebidanan
pada kehamilan, persalinan, nifas dan menyusui, neonatus, bayi, balita dan
anak pra sekolah, komunitas, kesehatan reproduksi, keluarga berencana dan
kegawatdaruratan maternal neonatal dengan mangacu peran bidan di
komunitas

C. Manfaat
1. Keluarga Binaan
Meningkatkan kesadaran masayarakat mengenai efek samping
kontrasepsi serta meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai
kontrasepsi dan efek sampingnya.
2. Puskesmas
Sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi bagi puskesmas mataraman
dalam memberikan konseling kepada akseptor KB dalam menentukan
metode-metode kontrasepsi yang tepat.
3. Institusi Pendidikan
Sebagai bahan referensi serta menambah koleksi pustaka mengenai
hubungan efek samping KB dan skor kecemasan akseptor KB suntik 3
bulan.
4. Mahasiswa
Mendapatkan pengalaman serta dapan menerapkan teori yang didapatkan
dalam perkuliahan dalam kasus nyata dalam melaksanakan asuhan
kebidanan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Teori Medis
1. Keluarga Berencana
Keluarga berencana merupakan upaya mengatur kelahiran anak, jarak
dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi,
perlindungan dan bantuan sesuai dengan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas (BKKBN, 2015).
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak
yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa
cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Pasangan
usia subur menggunakan alat kontrasepsi untuk mengikuti program Keluarga
Berencana tersebut (Affandi, 2012).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
Keluarga Berencana adalah suatu program pemerintah yang dilakukan untuk
mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan dengan
menggunakan alat kontrasepsi untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia
dan sejahtera.

2. Kontrasepsi
a. Definisi
Kontrasepsi adalah usaha menghindari dan mencegah terjadinya suatu
kehamilan sebagai akibat dari bertemunya sel sperma dan sel telur yang
matang dan dapat mengakibatkan kehamilan. Upaya ini dapat bersifat
sementara, dapat pula bersifat permanen. Dapat juga menggunakan
berbagai macam cara, baik menggunakan hormon, alat ataupun melalui
prosedur operasi. Kontrasepsi merupakan sebuah alat, obat, efek atau
tindakan yang dimaksudkan untuk mencegah kehamilan. Masyarakat pada
umumnya menyebut kontrasepsi dengan istilah Keluarga Berencana atau
KB (Wiknjosastro, 2009).
Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang artinya
melawan/mencegah dan “konsepsi” artinya pertemuan antara sel telur
yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari
kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat pertemuan antara sel telur matang dengan sel sperma tersebut.
(BKKBN, 2015).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut kontrasepsi merupakan salah
satu cara untuk mencegah terjadinya konsepsi antara sel sperma dan sel
telur yang matang di tuba falopii sehingga tidak terjadi kehamilan.
Kontrasepsi tersebut ada yang bersifat sementara dan permanen, dapat
pula dilakukan secara alamiah, hormon, alat maupun dengan prosedur
operasi.
b. Macam-Macam Metode Kontrasepsi
Menurut Affandi (2012) macam-macam metode kontrasepsi adalah
sebagai berikut :
1) Kontrasepsi Non Hormonal : Metode Amenorea Laktasi (MAL),
Metode KB Alamiah (KBA), senggama terputus.
2) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
3) Kontrasepsi Hormonal
a) Metode Hormonal Kombinasi (Estrogen dan Progesteron) : Pil
kombinasi, suntik kombinasi
b) Metode Hormonal Progesteron Saja : Pil progestin (minipil), implan,
suntikan progestin
4) Metode Penghalang (Barrier Method) : Kondom dan diafragma
5) Kontrasepsi Mantap : tubektomi dan vasektomi

3. KB Suntik Depo Provera


a. Pengertian
Depo provera ialah KB suntik 3 bulan yang mengandung 150 mg
Depo Medroksiprogesteron Asetat (DMPA), yang diberikan setiap 3 bulan
dengan cara disuntik intramuskular di daerah bokong (Sarwono, 2012).
Terdapat 2 jenis suntikan progestin yaitu injeksi Depo
Medroksiprogesteron Asetat (DMPA) yang diberikan dalam suntikan
tunggal 150 mg secara intramuskular setiap 12 minggu sekali dan
Noristerat atau Noretindron Asetat (NET EN) yang diberikan dalam
suntikan tunggal 200 mg secara intramuscular setiap 8 minggu sekali
(Everett, 2008).
Menurut Praptiani (2012) Depo Provera merupakan kontrasepsi
suntik yang mengandung Depo Medroksiprogesteron Asetat 150 mg, yang
diberikan setiap 12 minggu, tetapi intervalnya dapat diperpanjang hingga
14 minggu.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut KB suntik Depo Provera
merupakan salah satu alat kontrasepsi hormonal yang mengandung Depo
Medroksiprogesteron Asetat yang diberikan dengan cara disuntik pada
daerah bokong secara Intramuscular (IM) dan diberikan setiap 12 minggu
atau 3 bulan sekali.
b. Mekanisme Kerja
Cara kerja kontrasepsi suntik Depo Provera menurut Manuaba (2010),
yaitu:
1) Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan
ovum.
2) Mengentalkan lender serviks, sehingga sulit ditembus spermatozoa.
3) Menganggu suasana endometrium, sehingga tidak sempurna untuk
implantasi hasil konsepsi.
c. Efektivitas
Kontrasepsi Depo Provera menurut Sarwono (2012) memiliki
efektifitas tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan per tahun, asal
penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah
ditentukan. Menurut Everett (2008) kontrasepsi Depo Provera memiliki
efektivitas antara 99% dan 100% dalam mencegah kehamilan. Sehingga
kontrasepsi suntik Depo Provera adalah bentuk kotrasepsi yang sangat
efektif karena angka kegagalan penggunaannya lebih kecil.
Menurut beberapa pendapat tersebut kontrasepsi Depo Provera
memiliki efektifitas tinggi sekitar 99% asalkan penyuntikannya dilakukan
teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.
d. Keuntungan Depo Provera
Keuntungan kontrasepsi Depo Provera menurut Handayani (2010), yaitu
:
1) Sangat efektif (0,3 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama
penggunaan).
2) Cepat efektif (< 24 jam) jika dimulai pada hari ke 7 dari siklus haid.
3) Metoda Jangka Waktu Menengah (Intermediate-term).
4) Pemeriksaan panggul tidak diperlukan untuk memulai pemakaian.
5) Tidak menganggu hubungan seks.
6) Tidak mempengaruhi pemberian ASI.
7) Efek sampingnya sedikit.
8) Klien tidak memerlukan suplai (pasokan) bahan.
9) Bisa diberikan oleh petugas non-medis yang sudah terlatih.
10) Tidak mengandung estrogen.
e. Keterbatasan Depo Provera
Keterbatasan kontrasepsi Depo Provera menurut Affandi (2012), yaitu :
1) Sering ditemukan gangguan haid sebagai efek samping dari
kontrasepsi Depo Provera, seperti:
a) Siklus haid yang memendek atau memanjang,
b) Perdarahan yang banyak atau sedikit,
c) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting),
d) Tidak haid sama sekali.
2) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan
(harus kembali untuk suntikan).
3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya.
4) Menimbulkan efek samping masalah berat badan.
5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
6) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
7) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan
pada organ genitalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan
obat suntikan dari deponya (tempat suntikan).
8) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang.
9) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan
kepadatan tulang.
10) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan
pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit
kepala, nervositas, jerawat.
f. Keadaan yang boleh menggunakan kontrasepsi suntik Depo Provera
menurut Handayani (2010) dan Affandi (2012) yaitu :
1) Usia reproduksi.
2) Nulipara dan yang telah memiliki anak.
3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki
efektivitas tinggi.
4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
6) Setelah abortus atau keguguran.
7) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.
8) Perokok.
9) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan
pembekuan darah atau anemia bulan sabit.
10) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat
tuberkulosis (rifampisin).
11) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.
12) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
13) Anemia defisiensi besi.
14) Mendekati usia menopaus yang tidak mau atau tidak boleh
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi.
g. Kontraindikasi kontrasepsi suntik Depo Provera menurut Everett (2008)
dan Affandi (2012), yaitu :
1) Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per 100.000
kelahiran).
2) Perdarahan pervaginam yang tidak terdiagnosis.
3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorhea.
4) Kanker bergantung steroid seks, misalnya kanker payudara atau riwayat
kanker payudara.
5) Diabetes mellitus disertai komplikasi.
h. Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntikan Depo Provera menurut
Handayani (2010) dan Affandi (2012) yaitu :
1) Suntikan pertama diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid.
2) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
3) Suntikan pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan
setiap saat, dengan syarat ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari
setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
4) Penyuntikan pada ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain
dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan dapat diberikan bila
ibu tersebut telah menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya
secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat
segera diberikan tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya
datang.
5) Keadaan apabila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain
dan ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain,
kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal
kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
6) Aturan penyuntikan pada ibu yang menggunakan kontrasepsi non
hormonal dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal,
suntikan pertama dapat segera diberikan, dengan syarat ibu tersebut
tidak hamil dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya
datang. Jika ibu disuntik setelah hari ke-7 haid, maka ibu tersebut
selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan
seksual.
7) Keadaan pada ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi
hormonal. Suntikan pertama dapat diberikan pada hari pertama
sampai hari ke-7 siklus
8) haid, atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, asal
saja yakin ibu tersebut tidak hamil.
9) Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan
pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil,
dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan
seksual.
10) Pasca bersalin < 6 bulan jika menggunakan MAL
11) Pasca keguguran segera atau dalam waktu 7 hari siklus haid
i. Informasi lain yang perlu disampaikan menurut Affandi (2012) yaitu :
1) Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid
(Amenorhea). Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan
sedikit sekali mengganggu kesehatan.
2) Efek samping yang biasa ditimbulkan seperti peningkatan berat
badan, sakit kepala, dan nyeri payudara. Efek-efek samping ini jarang,
tidak berbahaya, dan cepat hilang.
3) Terlambat kembalinya kesuburan bisa saja terjadi, penjelasan ini perlu
diberikan pada ibu usia muda yang ingin menunda kehamilan, atau
bagi ibu yang merencanakan kehamilan berikutnya dalam waktu
dekat.
4) Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang. Haid baru
datang kembali pada umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid
tersebut dapat saja terjadi kehamilan. Setelah 3-6 bulan jika tidak
terjadi haid, klien harus kembali ke dokter atau tempat pelayanan
kesehatan untuk dicari penyebab tidak haid tersebut.
5) Apabila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan,
suntikan dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal. Dapat juga
suntikan diberikan 2 minggu setelah jadwal yang ditetapkan, asal saja
tidak terjadi kehamilan. Klien tidak dibenarkan melakukan hubungan
seksual selama 7 hari, atau menggunakan metode kontrasepsi lainnya
selama 7 hari. Apabila perlu dapat juga menggunakan kontrasepsi
darurat.
6) Penggunaan pada klien yang sedang menggunakan salah satu
kontrasepsi suntikan dan kemudian meminta untuk digantikan dengan
kontrasepsi suntikan yang lain, sebaiknya jangan dilakukan. Apabila
terpaksa juga dilakukan, kontrasepsi yang akan diberikan tersebut
diinjeksi sesuai dengan jadwal suntikan dari kontrasepsi hormonal
yang sebelumnya.
7) Klien yang lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera diberikan, asal
saja diyakini ibu tersebut tidak hamil.
j. Peringatan bagi pemakai kontrasepsi suntik Depo Provera menurut
Handayani (2010) dan Affandi (2012), yaitu :
1) Masa haid yang tertunda setelah beberapa bulan siklus teratur, harus
dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan
2) Nyeri perut bagian bawah yang hebat kemungkinan gejala kehamilan
ektopik terganggu
3) Perdarahan hebat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2 kali
lebih banyak dalam satu periode masa haid
4) Abses atau perdarahan pada tempat suntikan
5) Migraine (vaskuler), sakit kepala yang berat dan terus berulang atau
pandangan yang kabur.
Bila terjadi hal-hal yang disebutkan di atas, hubungi segera tenaga
kesehatan, atau klinik

4. Waktu Maksimal penggunaan KB Suntik dan Pil


a. Pil KB
Pil KB terkenal memiliki efektifitas yang tinggi untuk mencegah
kehamilan, selain dapat mencegah Pil KB juga memiliki dampak positif
yang lain seperti mengurangi resiko tumbuhnya kista rahim dan tumor
payudara, juga bermanfaat untuk menghilangkan jerawat dan
memperhalus kulit. Namun, dibalik semua manfaat itu ternyata Pil KB
juga memiliki efek negatif seperti dapat meningkatkan trombosis atau
pembekuan darah, trombosis di pembuluh darah akan sangat berbahaya
bahkan sampai berakibat kematian karena dapat bermigrasi ke otak dan
paru-paru yang akhirnya bisa menjadi embolisme paru dan stroke.
b. KB Suntik
Cara kerja dan fungsi dari KB suntik sama saja dengan Pil KB, namun
dalam prakteknya berbeda, anda hanya akan diberikan suntikan hormon
pencegah kehamilan dalam waktu 3 Bulan sekali. Meskipun memiliki
jangka waktu yang lama keampuhan Suntikan ini sama saja dengan
mengkonsumsi Pil KB yang masa konsumsinya hampir setiap hari.
Dari kedua kontrasepsi tersebut, keduanya memiliki resiko yang mungkin
tidak akan anda duga sebelumnya, bahkan tidak menutup kemungkinan
malah akan memperburuk keadaan, yang seharusnya anda hanya menunda
namun karena penggunaan yang salah sehingga anda akan lebih sulit untuk
memperoleh kehamilan atau tidak memperoleh kehamilan sama sekali.
Konsultasi mengenai pengkonsumsian Pil KB dan penggunaan KB suntik
agar lebih aman.
6)

Anda mungkin juga menyukai