Anda di halaman 1dari 18

1.

Definisi

o Injeksi Intramuscular :

Pemberian obat secara Intramuscular adalah pemberian obat/cairan dengan cara


dimasukkan langsung kedalam otot (Muskulus). Pemberian obat dengan cara ini dilakukan
pada bagian tubuh yang berotot besar agar tidak ada kemungkinan untuk menusuk saraf,
misalnya pada Ventrogluteal(Pinggul), Dorsogluteal(Bokong), Vastus Lateralis(Paha), Otot
Deltoid (Lengan atas). Pemberian obat seperti ini memungkinkan obat akan dilepas secara
berkala dalam depot obat. Dan teknik memasukkan spuit dengan sudut 90 derajat.

o Injeksi Intravena :

Pemberian obat secara Intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat
kedalam pembuluh darah vena menggunakan spuit.

o Injeksi Subcutan :

Pemberian obat secara Subcutan adalah penyuntikan obat atau vaksin kedalam
hipodermis, yaitu lapisan kulit yang berada diantara dermis dan epidermis. Lokasi yang
dianjurkan untuk suntikan ini merupakan lengan bagian atas, kaki bagian atas dan daerah
disekitar pusar.

o Injeksi Intracutan :

Pemberian obat secara Intracutan adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat
kedalam permukaan kulit. Lokasi utama yang banyak digunakan untuk melakukan suntikan
intracutan yaitu bagian atas lengan bawah.

2. Anatomi dan Fisiologi

o Injeksi Intramuscular, Subcutan, dan Intracutan :


Anatomi dan Fisiologi Sistem Integumen

Anatomi Sistem Integumen

Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Dan kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan
cermin kesehatan dan kehidupan.

 Epidermis

Epidermis adalah bagian permukaan atau bagian paling luar pada kulit, terdiri atas sel
epitel . epidermis memiliki empat atau lima lapisan, yang bergantung pada lokasinya ; ada lima
lapisan pada telapak tangan dan telapak kaki, dan empat lapisan pada bagian tubuh lainnya.
Kulit terdiri dari beberapa lapisan, diantaranya :

 Stratum Korneum / Lapisan Tanduk

Merupakan lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng
yang mati. Tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin/zat tanduk, serta
terdiri dari 15-30 lapisan sel keratin.

 Stratum Lusidum

Merupakan lapisan yang terdapat langsung dibawah lapisan korneum. Lapisan sel
terang dan merupakan lapisan sel gepeng tanpa inti. Protoplasma yang berubah menjadi protein
(elerdin). Dan hanya ada pada kulit yang tebal, tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki.
 Stratum Granulosum / Lapisan Keratohialin

Merupakan lapisan yang terdiri dari 2-3 lapisan sel gepeng. Dan berbentuk seperti
Grainy (lapisan bulir padi). Sitoplasma berbutir kasar (keratohialin), terdapat inti diantaranya .
dan tampak jelas di telapak tangan dan kaki.

 Stratum Spinosum / Stratum Malphigi / Pickle Cell Layer

Terdiri dari 5-8 lapisan. Lapisan yang paling tebal (0,2 mm). Sel berbentuk poligonal
yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Terdapat sel langerhans dam lapisan
ini memproduksi keratin. Keratin merupakan protein yang tidak larut air- menjaga kelembaban
kulit.

 Stratum Basale

Merupakan lapisan epidermis yang paling dalam berkontrak dengan dermis. Terdiri atas
sel-sel berbentuk kubus / kolummar. Terdiri dari sel pembentuk malanin yang mengandung
pigmen. Dan sel basal sebagai lapisan yang mengadakan miitosis dan berfungsi reproduktif.

 Dermis

Dermis adalah lapisan dalam kedua pada kulit. Tersusun dari jaringan ikat yang
fleksibel, lapisan ini sangat kaya akan sel darah, serabut saraf, dan pembuluh darah limfatik.
Sebagian besar folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar keringat terletak di dermis. Dan
dermis merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Berisi
3 jenis jaringan yaitu kolagen dan serat elastis, otot, dan saraf. Sensori aparatus : sentuhan,
tekanan, temperatur, nyeri.
Terdiri dari 2 bagian, yaitu :

 Pars Papilare : Bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan
pembuluh darah.
 Pars Retikulare : Banyak mengandung jaringan ikat, folikel rambut, pembuluh darah,
saraf, dan kolagen.
 Hipodermis

Merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di
dalamnya. Lapisan sel-sel lemak disebut Panikulus Adiposa yang berfungsi sebagai cadangan
makanan. Dalam lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening.
Tebal dan tipisnya jaringan lemak tidak sama tergantung pada lokalisasinya, di abdomen dapat
mencapai ketebalan 3 cm, kelopak mata dan penis sangat sedikit dan fungsinya sebagai isolator
panas bagi tubuh.

 Melanocytes

Mampu memproduksi pigmen coklat, melanin. Melanin dapat menyerap sinar


ultraviolet (UV). Sinar UV light berisi energi tinggi foton yang dapat merusak DNA-mutasi.
Melanin dapat mencegah kerusakan DNA, membantu mencegah kanker kulit.

 Struktur Aksesoris Kulit

Kelenjar pada kulit terdiri dari kelenjar keringat, kelenjar sebasea (minyak), dan
kelenjar serumen.

Kelenjar keringat :

 Kelenjar Ekrin

Merupakan kelenjar kecil-kecil yang letaknya dangkal dan lebih banyak terdapat pada
dahi, telapak tangan, dan telapak kaki. Kelenjar ini sendiri terletak di dermis; duktus pada kulit
naik melalui epidermis untuk membuka pada pori di permukaan. Sekret encer kurang lebih 1,5
lt/24 jam. Keringat, sekresi kelenjar ekrin sebagian besar tersusun atas air, tetapi juga
mengandung natrium, antibodi, zat sisa metabolik dalam jumlah kecil, asam laktat, dan vitamin
c. Produksi keringat diatur oleh sistem saraf simpatis dan berfungsi untuk mempertahankan
suhu tubuh normal. Berkeringat juga terjadi sebagai respons terhadap emosi.

 Kelenjar Apokrin

Sebagian besar kelenjar keringat apokrin terletak di area aksila, anal, dan genital.
Sekresi dari kelenjar apokrin sama dengan sekresi dari kelenjar keringat, tetapi sekresi tersebut
juga mengandung asam lemak dan protein. Kelenjar apokrin merupakan sisa kelenjar endus
seksual.

Kelenjar Sebasea (minyak) :

Terdapat di seluruh tubuh kecuali pada telapak tangan dan telapak kaki. Kelenjar ini
terletak disamping akar rambut, bermuara pada folikel rambut. Berfungsi memberi lapisan
lemak, bekteriostatik, dan menahan evaporasi. Pada masa remaja kelenjar sebasea lebih
produktif.
Kelenjar ini menyekresi zat berminyak yang disebut Sebum, yang biasanya disalurkan
kedalam folikel rambut. Sebum melunakkan dan melumasi kulit dan rambut serta mengurangi
kehilangan air dari kulit pada kelembapan yang rendah. Sebum juga melindungi tubuh dari
infeksi dengan membunuh bakteri. Sekresi sebum distimulasi oleh hormon, khususnya
androgen. Jika kelenjar sebasea tersumbat, jerawat atau whitehead (milium) tampak pada
permukaan kulit; jika materialnya mengalami oksidasi dan mengering, jerawat atau whitehead
(milium) membentuk blackhead.

Kelenjar Serumen :

Kelenjar serumen, yang terletak di kulit telinga luar adalah kelenjar keringat apokrin
yang dimodifikasi. Kelenjar tersebut menyekresi serumen berwarna cokelat-kuning seperti lilin
yang memberi perangkap lengket untuk benda asing.

 Rambut

Terdiri dari akar rambut dan batang. Menutupi hampir seluruh permukaan tubuh,
kecuali bibir, puting, bagian genital eksternal, telapak tangan, dan telapak kaki. Diproduksi
oleh Bulbus rambut pada folikel. Bagian yang terlihat, yang disebut batang rambut sebagian
besar terdiri atas sel mati. Folikel rambut memanjang ke dalam dermis dan di beberapa area,
seperti kulit kepala, dibawah dermis. Banyak faktor, mencakup nutrisi dan hormon,
mempengaruhi pertumbuhan rambut. Rambut di berbagai bagian tubuh memiliki fungsi
pelindung : Alis mata dan bulu mata melindungi mata, rambuat dalam hidung membantu
mencegah masuknya benda asing ke saluran napas atas, dan rambut pada kepala melindungi
kulit kepala dari kehilangan panas dan sinar matahari.

Fisiologi Sistem Integumen

Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsi-
gungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi,
pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D, fungsi keratinisasi, fungsi
pembentukan pigmen.

1. Fungsi Proteksi

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya
tekanan, gesekan, tarikan. Gangguan kimiawi terutama yang bersifat iritan; lisol, karbol, asam,
dan alkali kuat. Gangguan yang bersifat panas; radiasi, sengatan UV. Gangguan infeksi luar;
kuman/bakteri, jamur.

2. Fungsi Absorpsi

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, dan benda padat, tapi cairan yang
mudah menguap lebih mudah diserap. Permeabilitas kulit terhadap O2,CO2, dan uap air
memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi.

3. Fungsi Ekskresi

Kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme
dalam tubuh; NaCl, urea, asam urat, dan ammonia. Sebum yang diproduksi melindungi kulit
juga menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produksi
kelenjar lemak dan keringat di kulit menyebabkan keasaman kulit pada pH 5-6,5.

4. Fungsi Persepsi

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap


rangsangan panas diperankan oleh badan ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin di
perankan oleh badan krause yang terletak di dermis. Badan taktil meissnerr terletak di papila
dermis berperan terhadap rabaan. Terhadap tekanan diperankan oleh badan vater paccini di
epidermis.

5. Fungsi Pengaturan Suhu tubuh

Kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan
otot/kontraksi pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga memungkinkan
kulit mendapat nutrisi yang cukup baik.

6. Fungsi Pembentukan Pigmen

Sel pembentuk Pigmen/Melanosit terletak di lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi
saraf. Jumlah melanosit menentukan warna kulit ras maupun individu. Warna kulit tidak
sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen kulit melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb,
oksi Hb, dan karoten.

7. Fungsi keratinisasi

Proses berlangsung 14-21 hari sebagai perlindungan terhadap infeksi secara mekanis
fisiologik.
8. Fungsi Pembentukan Vitamin D

Dengan mengubah 7-dihidroksi kolesterol dengan bantuan sinar matahari.

o Injeksi Intramuscular :
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal

Anatomi Sistem Muskuloskeletal

Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja mekanik dengan
jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. Otot merupakan jaringan pada tubuh manusia
yang aktivitas biasanya dipengaruhi oleh stimulus dari sistem saraf.

Daerah jaringan otot dalam pemberian obat melalui Injeksi Intramuscular, diantaranya :
 Otot Deltoid ( Lengan Atas)

1. Acromion Process : adalah bagian anatomis dari scapula


(tulang belikat). Bagian ini merupakan kelanjutan dari spina
scapula dan membentuk tonjolan. Akromion bersendi dengan
clavicula membentuk ligamentum acromioclaviculare.

2. Deltoid Muscle : adalah otot yang membentuk struktur


bulat pada bahu manusia. Dinamakan Deltoid, sebab
bentuknya mirip seperti Alfabet Yunani Delta (segitiga). Otot
ini menjadi lokasi untuk melakukan suntikan Intramuscular.

3. Scapula (Tulang Belikat) : adalah tulang yang


menghubungkan tulang lengan atas dan tulang selangka.

4. Humerus (Tulang Lengan Atas) : adalah tulang panjang tungkai atas yang memanjang dari
bahu ke siku. Humerus berperan dalam mendukung banyak fungsi lengan. Misalnya
mendukung semua kegiatan pengangkatan dan fisik.

5. Brachial Artery (Arteri Brakhialis) : adalah pembuluh darah utama dari lengan atas. Ini
adalah kelanjutan dari arteri aksila diluar batas bawah otot utama teres. Denyut arteri brakhialis
teraba pada aspek anterior siku, medial ke tendon biseps dan menggunakan stetoskop dan
sphygmomanometer.

6. Radial Nerve (Saraf Radial) : adalah saraf yang mengontrol otot triceps. Saraf ini juga
membantu untuk meluruskan pergelangan tangan dan jari, serta bertanggung jawab pada
reseptor rangsangan sebagian tangan.
 Otot Ventrogluteal (Pinggul)

1. Anterior Superior iliac spine : ujung depan maupun


belakang dari crista iliaca menonjol disebut dengan spina
iliaka anterior superior dan spina iliaka posterior
superior.

2. Iliac Crest (Krista Iliaka) : krista iliaka atau puncak


iliaka adalah bagian paling menonjol dari ilium, yang
terbesar dari 3 tulang yang membentuk tulang
panggul/tulang pinggul.

3. Gluteus Medius : merupakan otot yang berperan


penting dalam pergerakan pinggul. Gluteus Medius
terletak pada aspek lateral bokong atas, dibawah krista iliaka.

4. Greater Trochanter (Titik Tulang Pinggul) : adalah eminensia segiempat yang besar, tidak
beraturan, dan merupakan bagian dari sistem kerangka.

 Vastus Lateralis (Paha)

1. Greater Trochanter (Titik Tulang Pinggul) : adalah


eminensia segiempat yang besar, tidak beraturan, dan
merupakan bagian dari sistem kerangka.

2. Vastus Lateralis : adalah bagian terbesar dan paling


kuat dari quadriceps femoris, otot di paha. Berfungsi
untuk memperpanjang sendi lutut, menggerakkan kaki
bagian bawah kedepan. Dan tempat yang
direkomendasikan untuk injeksi IM pada bayi < 7 bulan.

3. Rectus Femoris : adalah salah satu dari 4 otot paha


depan tubuh manusia, yang menempel pada patela
(penutup lutut) oleh tendon paha depan.

4. Lateral Condyle (Kondilus Lateral) : adalah salah satu dari dua proyeksi pada ekstremitas
bawah tulang paha. Kondilus lateral lebih menonjol dan lebih luas baik pada diameter depan
ke belakang maupun transversal.
 Dorsogluteal (Bokong)

1. Posterior Superior Iliac Spine : ujung depan maupun


belakang dari crista iliaca menonjol disebut dengan spina iliaka
anterior superior dan spina iliaka posterior superior.

2. Gluteus Medius : adalah otot yang berperan penting dalam


pergerakan pinggul. Gluteus Medius terletak pada aspek lateral
bokong atas, dibawah krista iliaka.

3. Gluteus Maximus : dikenal secara kolektif dengan gluteus


medius dan minimus, sebagai otot gluteal dan kadang-kadang
disebut secara informal sebagai “Glutes” adalah otot ekstensor
utama pinggul. Ini adalah yang terbesar dan paling luar dari tiga
otot gluteal dan membentuk sebagian besar bentuk dan
penampilan setiap sisi pinggul. Berdaging tebal dalam bentuk
segi empat, membentuk keunggulan bokong.

Fisiologi Sistem Muskuloskeletal

Fungsi Sistem Muskuloskeletal, diantaranya :

1. Pergerakan

Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut melekat dan bergerak
dalam bagian organ internal tubuh.

2. Penopang Tubuh dan Mempertahankan Postur

Otot menopang rangka dan mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau
saat duduk terhadap gaya gravitasi

3. Produksi Panas

Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas untuk mempertahankan suhu


tubuh normal.

4. Menyimpan Cadangan Makanan

5. Memberi Bentuk Luar Tubuh


o Injeksi Intravena :
Anatomi Fisiologi Pembuluh darah Vena

Anatomi Pembuluh Darah Vena

Pembuluh vena atau pembuluh balik merupakan salah satu pembuluh darah yang
menghantarkan darah ke jantung. Darah dari kapiler dalam jaringan tubuh kembali ke jantung
melalui venula, setelah itu ke pembuluh balik atau pembuluh vena. Dan memiliki dinding lebih
tipis, tidak elastis dan memiliki diamater lebih kecil dari pembuluh nadi.

Struktur Pembuluh darah Vena :

1. Tunika Adventitia

Merupakan jaringan ikat bagian eksterna dari pembuluh balik (vena) yang menempel
pada jaringan sekitar pembuluh darah. Tunika Adventitia disusun oleh jaringan ikat kolagen
dan elastin.

2. Tunika Media

Dapat disusun oleh sel otot polos yang terorientasi melingkar. Tunika Media pada
pembuluh vena ini tidak terlalu tebal seperti pada arteri.

Fungsi dari otot ini ialah untuk melebarkan (dilatasi) dan mengecilkan (kontraksi)
diameter arteri sesuai dengan kebutuhan tubuh. Fungsi dari Tunika Media ini dapat juga
mempengaruhi sebuah tekanan darah seseorang.
3. Tunika Intima

Merupakan jaringan ikat bagian interna dan disusun oleh sel epitel skuamos dan
dikelilingi oleh jaringan ikat dengan serat elastin.

4. Endotelium

Merupakan lapisan tipis sel epitel pipih selapis yang melapisi pembuluh darah dan
pembuluh getah bening tubuh.

5. Lumen

Merupakan saluran di dalam pembuluh darah tubuh, seperti ruangan kecil di bagian
tengah pembuluh nadi (arteri) dan pembuluh bali (vena).

6. Venula

Merupakan cabang kecil yang mengumpulkan darah dari organ-organ hingga sampai
ke vena.

7. Katup Vena

Vena memiliki katup di sepanjang pembuluh darahnya. Fungsi katup ini yaitu untuk
dapat membuat darah mengalir satu arah menuju ke jantung dan tidak dapat berbalik arah lagi.

Aliran darah pada vena lebih lambat dan lebih lemah dibandingkan dengan arteri, selain
itu pergerakan darah vena juga dapat dipengaruhi oleh gaya gravitasi yang bisa saja membuat
darah mengalir ke arah sebalinya, disinilah katup seminular vena memegang peranan penting
dalam menjalankan fungsinya.

Fisiologi Pembuluh Darah Vena

Fungsi pembuluh darah vena, diantaranya :

Membawa darah yang kaya karbondioksida (CO2) kembali ke jantung. Setelah darah
terdeoksigenasi dilewatkan pada kapiler, bergerak ke vena terkecil yang disebut Venula
kemudian ke vena besar. Vena Pulmonalis (paru-paru) adalah salah satunya vena yang
membawa darah yang kaya oksigen, berfungsi membawa darah dari paru-paru ke atrium kiri
jantung.
3. Indikasi tindakan yang dilakukan

o Injeksi Intramuscular :

Indikasi dalam pemberian obat melalui Intramuscular bisa dilakukan pada pasien yang
tidak sadar dan tidak mau bekerja sama. Karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat
secara oral, pemberian vit.K pada bayi, lokasi injeksi yang sesuai dengan obat yang
diprogramkan, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, benjolan tulang, otot atau saraf besar
dibawahnya.

o Injeksi Intravena :

Indikasi pemberian obat melalui Intravena yaitu sebagai berkut :

 Klien dengan penyakit berat seperti sepsis. Tujuan pemberian obat pada kasus ini agar
obat langsung masuk kedalam jalur peredaran darah, sehingga memberikan efek lebih
cepat dibandingkan memberikan obat oral.
 Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral yang terbatas (efektivitas dalam darah jika
dimasukkan melalui mulut) atau hanya tersedia dalam sediaan intravena (sebagai obat
suntik).
 Pasien tidak dapat minum karena muntah atau memang tidak dapat menelan obat (ada
sumbatan di saluran cerna atas).
 Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak –obat masuk ke pernapasan),
sehingga pemberian melalui jalur lain di pertimbangka.
 Klien dengan kejang-kejang.
o Injeksi Subcutan :

Indikasi dalam pemberian obat melalui subcutan bisa dilakukan pada pasien diabetes
melitus dengan suntikan insulin, pasien tidak sadar, tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak alergi. Biasanya teknik ini digunakan
untuk pemberian vaksin dan tes tuberculin.

o Injeksi Intracutan :

Indikasi pemberian obat Intracutan adalah klien untuk tes alergi (skin test) yaitu klien
yang di resepkan atau diberikan antibiotik untuk pertama kali dan dapat juga pada klien suspect
TB.
4. kontraindikasi tindakan yang dilakukan

o Injeksi Intramuscular :

Kontraindikasi dalam pemberian obat secara Intramuscular yaitu ; Infeksi, lesi kulit,
jaringan parut, benjolan tulang, otot atau saraf besar dibawahnya.

o Injeksi Intravena :
 Inflamasi atau infeksi di loaksi injeksi intravena.
 Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk
pemasangan fistula arteri – vena (A – V shunt) pada tindakan hemodaliasis (cuci darah).
 Obat-obat yang berpotensi iritan terhadap pembuluh darah vena kecil yang aliran
darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).
o Injeksi Subcutan :

Kontraindikasi pemberian obat melalui subcutan adalah pasien alergi, infeksi pada kulit
dan area injeksi subcutan terdapat luka dan berbulu. Selain itu, area injeksi terdapat jaringan
yang terluka atau tempat dimana terjadi edema.

o Injeksi Intracutan :

Kontraindikasi pemberian obat Intracutan yaitu klien yang memiliki riwayat alergi
terhadap obat, terdapat luka atau infeksi disekitar area injeksi.

5. Diagnosa Keperawatan

o Injeksi Intramuscular :

1. resiko infeksi

2. nyeri

3. Kerusakan integritas kulit

4. kelumpuhan

o Injeksi Intravena :

1. resiko alergi

2. resiko infeksi
3. nyeri

o Injeksi Subcutan :

1. ansietas

2. Resiko nyeri

3. Resiko alergi

4. Resiko infeksi

o Injeksi Intracutan :

1. Resiko nyeri

2. Resiko infeksi

6. Tujuan tindakan keperawatan yang diambil

o Injeksi Intramuscular :
 Memberikan terapi pengobatan pada pasien yang mendapatkan obat dengan jalur IM.
 Agar absorpsi obat lebih cepat.
o Injeksi Intravena :
 Memberikan terapi pengobatan pada pasien yang mendapatkan obat dengan jalur IV.
 Menghindari kerusakan jaringan
 Memasukkan obat dalam volume yang lebih besar.
 Mendapat reaksi lebih cepat, sehingga sering digunakan pada pasien yang sedang gawat
darurat.
o Injeksi Subcutan :
 Memasukkan sejumlah toksin atau obat pada jaringan subcutan dibawah kulit untuk di
absorbsi
o Injeksi Intracutan :
 Mengetahui sensitivitas tubuh terhadap obat yang akan diberikan (skin test).
 Menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin test).
 Pemberian vaksinasi
7. Referensi

LeMone, Priscilla, Karen M.Burke, Gerene Bauldoff. 2016. Buku ajar Keperawatan Medikal
Bedah: Gangguan Integumen(Edisi 5). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Septiani, Nia. 2016. “Makalah Pemberian Obat Melalui Intravena, Intramuskular, Subcutan,
Intracutan Dan Intraoseous”.(https://id.scribd.com/document/326913204/Makalah-Pemberian-
Obat-Melalui-Intravena-Intraskular-Subcutan-Intracutan-Dan-Intraoseous). Diunduh tanggal
25 Januari 2020.

Rendy, M. Clevo. 2013. Keterampilan Dasar dalam keperawatan (KDDK). Yogyakarta:


Penerbit Nuha Medika.

Andi, Hardianty. 2017. “Makalah Anatomi dan Fisiologi Peredaran Darah”.


(https://www.academia.edu/34751191/Anatomi_dan_Fisiologi_Peredaran_Darah). Diunduh
tanggal 25 Januari 2020.

Prameswari, Nila. 2015. “Makalah Pemberian Obat Intramuscular (IM)”.


(https://www.academia.edu/12660317/Pemberian_Obat_Secara_Intramuscular_IM_).
Diunduh tanggal 25 Januari 2020.

OH, Michu. 2013. “SlideShare Sistem Otot”.


(https://www.slideshare.net/mobile/cMjellek/sistem-otot-pada-manusia). Diunduh tanggal 24
Januari 2020.
LAPORAN PENDAHULUAN

“MELAKUKAN MEDIKASI MELALUI INTRAMUSCULAR, INTRAVENA,


SUBCUTAN, DAN INTRACUTAN”

DISUSUN OLEH :

Muhammad Putra Hidayat

NIM :

00118005

CI KLINIK DOSEN PEMBIMBING AKADEMIK

Sri Muharni, Ners, M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AWAL BROS BATAM

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai