Anda di halaman 1dari 16

KELUARGA BERENCANA (KB)

1. Definisi KB
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak
kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, pemerintah mencanangkan program atau cara
untuk mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).

2. Tujuan Program KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak agar
diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
(Sulistyawati, 2013).
Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan angka kelahiran yang bermakna,
untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan kebijakaan yang dikategorikan dalam tiga fase
(menjarangkan, menunda, dan menghentikan) maksud dari kebijakaan tersebut, yaitu untuk
menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu
dekat dan melahirkan pada usia tua (Hartanto, 2002).

3. Ruang Lingkup Program KB


a. Keluarga berencana;
b. Kesehatan reproduksi remaja;
c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga;
d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas;
e. Keserasian kebijakan kependudukan;
f. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM);
g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan pemerintahan.

1
KONTRASEPSI

1. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-
usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen (Wiknjosastro, 2007). Kontrasepsi yaitu
pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya
sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).

2. Efektivitas (Daya Guna) Kontrasepsi


Menurut Wiknjosastro (2007) efektivitas atau daya guna suatu cara kontrasepsi dapat dinilai
pada 2 tingkat, yakni :
a. Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatu cara kontrasepsi
untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, apabila kontrasepsi
tersebut digunakan dengan mengikuti aturan yang benar.
b. Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan kontrasepsi dalam keadaan
sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pemakaian yang
tidak hati-hati, kurang disiplin dengan aturan pemakaian dan sebagainya.

3. Memilih Metode Kontrasepsi


Menurut Hartanto (2002), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
memilih kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang baik ialah kontrasepsi yang memiliki syarat-
syarat sebagai berikut :
a. Aman atau tidak berbahaya
b. Dapat diandalkan
c. Sederhana
d. Murah
e. Dapat diterima oleh orang banyak
f. Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi).
Menurut Hartanto (2002), faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi, yaitu:
a. Faktor pasangan
1) Umur
2) Gaya hidup
3) Frekuensi senggama
4) Jumlah keluarga yang diinginkan
5) Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu
2
6) Sikap kewanitaan
7) Sikap kepriaan.
b. Faktor kesehatan
1) Status kesehatan
2) Riwayat haid
3) Riwayat keluarga
4) Pemeriksaan fisik
5) Pemeriksaan panggul.

4. Macam-macam Kontrasepsi
1. Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat
dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode
Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir
Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal
dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom,
diafragma, cup serviks dan spermisida (Handayani, 2010).
2. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang
mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung hormon
(Handayani, 2010). AKDR yang mengandung hormon Progesterone atau Leuonorgestrel
yaitu Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20 mengandung
Leuonorgestrel (Hartanto, 2002).
3. Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif Wanita (MOW)
dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip
metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah
pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama
vasektomi, vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens. sehingga cairan
sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi (Handayani, 2010).
4. Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi
(mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi
progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/injeksi.

3
Sedangkan kontrasepsi hormone yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan
implant (Handayani, 2010).
Kontrasepsi Hormonal
1. Definisi Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif
dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi (Baziad, 2008). Kontrasepsi hormonal
merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan progesteron memberikan umpan balik
terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap folikel
dan proses ovulasi (Manuaba, 2010).
2. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal
Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik, terhadap kelenjar
hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap perkembangan folikel
dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis, estrogen dapat menghambat
pengeluaran Folicle Stimulating Hormone (FSH) sehingga perkembanagan dan
kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi. Di samping itu progesteron dapat menghambat
pengeluaran Hormone Luteinizing (LH). Estrogen mempercepat peristaltik tuba sehingga
hasil konsepsi mencapai uterus endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi
(Manuaba, 2010).

4
IMPLANT

A.    Definisi
Implant/susuk KB adalah kontrasepsi dengan cara memasukkan tabung kecil di bawah
kulit pada bagian tangan yang dilakukan oleh dokter. Tabung kecil berisi hormon tersebut
akan terlepas sedikit demi sedikit, sehingga mencegah kehamilan. Keuntungan memakai
kontrasepsi ini, pasien tidak harus minum pil atau suntik KB berkala. Proses pemasangan
susuk KB ini cukup 1 kali untuk masa pakai 2-5 tahun. Dan bilamana pasien berencana hamil,
cukup melepas implant ini kembali, efek samping yang ditimbulkan, antara lain menstruasi
tidak teratur.
Sebagian besar masalah yang berkaitan dengan pencabutan disebabkan oleh
pemasangan yang tidak tepat. Oleh karena itu, hanya petugas klinik yang terlatih (dokter,
bidan, dan perawat) yang diperbolehkan memasang maupun mencabut implant. Untuk
mengurangi masalah yang timbul setelah pemasangan, semua tahap proses pemasangan harus
dilakukan secara hati-hati dan lembut dengan menggunakan upaya pencegahan infeksi yang
dianjurkan (Sarifiddin, 2006).

B.     Jenis-Jenis Implant dan Mekanisme Kerjanya


1. Norplant.
Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan
diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
2. Implanon.
Terdiri dari 1 batang lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm,
yang diisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
3. Jadena dan indoplant.
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonorgestrel dengan lama kerja 3
tahun.
Adapun Mekanisme Kerjanya adalah :
1. Mengentalkan lendir serviks sehingga menyulitkan penetrasi sperma;
2. Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga tidak cocok untuk
implantasi zygote;
3. Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi;
4. Mengurangi transportasi sperma.

5
C.    Indikasi dan Kontra Indikasi
Indikasi
1. Pemakaian KB yang jangka waktu lama
2. Masih berkeinginan punya anak lagi, tapi jarak antara kelahirannya tidak terlalu dekat.
3. Tidak dapat memakai jenis KB yang lain
Kontra Indikasi
1.      Hamil atau diduga hamil, perdarahan vagina tanpa sebab.
2.      Wanita dalam usia reproduksi
3.      Telah atau belum memiliki anak
4.      Menginginkan kontrasepsi jangka panjang (3 tahun untuk Jadena)
5.      Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
6.      Pasca persalinan dan tidak menyusui
7.      Pasca keguguran
8.      Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak kontrasepsi mantap
9.      Riwayat kehamilan ektopik
10.  Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau amenia
bulan sabit (sickle cell)
11.  Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen
12.  Sering lupa menggunakan pil
13.  Perdarahan pervaginan yang belum diketahui penyebabnya
14.  Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara
15.  Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
16.  Miom uterus dan kanker payudara.
17.  Gangguan toleransi glukosa.

D.    Kelebihan dan Kekurangan


1.        Kelebihan
Banyak alasan dapat dikemukakan mengapa implant dikembangkan dan
diperkenalkan sebagai cara KB yang baru. Alasan-alasan tersebut antara lain :
a. Implant merupakan cara KB yang sangat efektif dalam mencegah kehamilan dan
dapat mengembalikan kesuburan secara sempurna
b. Implant tidak merepotkan. Setelah pemasangan, akseptor tidak perlu melakukan
atau memikirkan apa-apa misalnya pada penggunaan pil
c. Sekali pasang, akseptor akan mendapatkan perlindungan selama 5 tahun.
6
d. Implant cukup memuaskan. Tidak ada yang dimasukkan ke dalam vagina dan
tidak mengganggu kebahagiaan dalam hubungan seksual.
e. Implant sangat mudah diangkat kembali. Bila seorang akseptor menginkan anak
lagi, kesuburannya dapat langsung kembali setelah norplant diangkat.
f. Implant merupakan cara KB yang ideal bagi ibu yang tidak amau mempunyai
anak lagi, akan tetapi belum siap untuk melakukan sterilisasi.
Keuntungan dari metode ini adalah:
1. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
2. Tidak melakukan pemeriksaan dalam
3. Bebas dari pengaruh estrogen
4. Tidak mengganggu ASI
5. Klien hanya perlu kembali ke klinik jika ada keluhan
6. Perdarahan lebih ringan
7. Tidak menaikkan tekanan darah
8. Mengurangi nyeri haid
9. Mengurangi/ memperbaiki anemia
10. Melindungi terjadinya kanker endometrium
11. Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
12. Melindungi diri dari beberapa penyakit radang panggul
2. Kekurangan pada alat kontrasepsi implant adalah
a. Timbul beberapa keluhan nyeri kepala, peningkatan/ penurunan berat badan, nyeri
payudara, perasaan mual, pusing kepala, perubahan mood atau kegelisahan.
b. Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan.
c. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual, termasuk
HIV/AIDS.
d. Efektifitasnya menurun jika menggunakan obat-obat tuberkulosis atau obat
epilepsi.
e. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan per
tahun).

E. Efek Samping
a. Efek samping paling utama dari implant adalah perubahan pola haid, yang terjadi pada
kira-kira 6 % akseptor terutama selama 3-6 bulan pertama dari pemakaian.
b. Yang paling sering terjadi :
 Bertambahnya hari-hari perdarahan dalam 1 siklus haid
7
 Perdarahan bercak (spotting)
 Berkurangnya panjang siklus haid
 Amenore, meskipun jarang terjadi dibandingkan perdarahan lama atau perdarahan
bercak.
c. Umumnya perubahan-perubahan haid tersebut tidak mempunyai efek yang
membahayakan diri akseptor. Meskipun terjadi perdarahan lebih sering daripada
biasanya, volume darah yang hilang tetap tidak berubah.
d. Pada sebagian akseptor, perdarahan ireguler akan berkurang dengan berjalannya
waktu.
e. Perdarahan hebat jarang terjadi (Cahyani, 2009).
f. Perubahan dalam periode menstruasi merupakan keadaan yang paling sering ditemui.
Kadang-kadang ada akseptor yang mengalami kenaikan berat badan

F.     Pemasangan Implant
a. Pelaksanaan Pelayanan 
Ruangan klinik pasien rawat jalan maupun ruang operasi cocok untuk pemasangan
maupun pencabutan implan.Bila mungkin,ruangan sebaiknya jauh dari area yang
sering digunakan (ramai) di klinik maupun di rumah sakit,serta harus :
 Memiliki pencahayaan yang cukup
 Berlantai keramik atau semen sehingga mudah di bersihkan
 Terbebas dari debu dan serangga
 Memiliki ventilasi udara yang baik
 Selain itu juga perlu ada fasilitas untuk mencuci tangan termasuk air bersih dan
mengalir (air kran dan lain-lain).

b. Pencegahan Infeksi 
Untuk meminimalisasi resiko infeksi pada klien setelah pemasangan maupun
pencabutan implan, petugas klinik harus berupaya untuk menjaga lingkungan dari
bebas infeksi. Untuk itu petugas perlu melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Meminta klien untuk membersihkan dengan sabun seluruh lengan yang akan
dipasang implan dan membilasnya hingga tidak ada sabun yang tertinggal (sisa
sabun dapat mengurangi efektifitas beberapa anti septik). Langkah ini sangat
penting khususnya bila kebersihan klien.

8
2. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir. Untuk pemasangan dan
pencabutan batang, cuci tangan dengan sabun selama 5-10 detik kemudian bila
dengan air bersih yang mengalir sudah cukup
3. Pakai kedua sarung tangan yang telah disterilisasi atau diDTT. (Gunakan sepasang
sarung tangan yang berbeda untuk tindakan guna menghindari kontaminasi silang.
4. Siapkan daerah pemasangan dan pencabutan dengan kapas yang telah diberi anti
septik: gunakan forsep untuk mengusap kapas tersebut pada daerah
pemasangan/pencabutan implan.
5.  Setelah selesai pemasangan maupun pencabutan batang implan,dan sebelum
malepas sarung tangan, dekontaminasi instrumen dengan larutan clorin 0,5%.
Sebelum membuang atau merendam jarum dan alat suntik,isi dahulu dengan
larutan clorin. Setelah pemasangan, pisahkan plunger dari trokar. Darah kering
akan menyulitkan waktu memisahkan plunger dari trokar. Rendam selama 10
menit;kemudian bilas segera dengan air bersih.
6. Kain operasi (drape) harus dicuci sebelum digunakan kembali. Setelah dipakai,
taruh pada wadah kering dan bertutup.
7.    Dengan tetap memakai sarung tangan, buang bahan-bahan terkontaminsi
(kassa,kapas,dll) kedalam wadah tertutuprapat atau kantong plastik yang tidak
bocor. Jarum dan alat suntik sekali pakai (disposable) harus dibuang kedalam
wadah yang tahan tusuk.
8. Masukkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan
clorin 0,5%. Lepaskan sarung tangan dari dalam ke luar.

c. Persiapan
1. Persiapan Klien
Walaupun kulit dan instrumennya sulit untuk disterilisasi, pencucian dan
pemberian antiseptik pada daerah operasi tempat implan akan dipasang akan
mengurangi jumlah mikroorganisme di daerah kulit klien.kedua tindakan ini pada
kenyataannya sangat bermanfaat dalam mengurangi resiko terjadinya infeksi pada
insersi atau pencabutan implan Norplant.
2. Peralatan dan Instrumen untuk Insersi
a. Meja periksa untuk berbaling klien
b. Alat penyangga lengan (tambahan)
c. Batang implan dalam kantong

9
d. kain penutup steril(disinfeksi tingkat tinggi) serta mangkok untuk tempat
meletakkan implan Norplant.
e. Pasang sarung tangan karet bebas bedak dan yang sudah steril (atau
didisinfeksi tingkat tinggi)
f. Sabun untuk mencuci tangan
g. Larutan anti septik untuk disinfeksi kulit(mis,betadin atau sejenis gol povidon
iodin lainnya), lengkap dengan cawan/mangkok anti karat.
h. Zat anastesi lokal (konsentrasi 1% tanpa epinefrin)
i. Semprit(5-10ml), dan jarum suntik (22G) ukuran 2,5 sampai 4 cm (1-1
1/2inch)
j. Trokar 10 dan madrin
k. Skalpel 11 atau 15
l. Kassa pembalut, band aid, atau plester
m. Kassa steril dan pembalut
n. Epinefrin untuk renjatan anafilaktik (harus tersedia untuk kaperluan darurat)
o. Klem penjepit atau forsep mosquito (tambahan)
p. Bak/tempat instrumen (tertutup)

d. Kunci Keberhasilan Pemasangan


1. Untuk tempat pemasangan kapsul,pilihlah lengan klien yang jarang digunakan
2. Gunakan cara pencegahan infeksi yang dianjurkan
3. Pastikan kapsul-kapsul tersebut ditempatkan sedikitnya 8 cm diatas lipat siku,
didaerah media lengan
4. Insisi untuk pemasangan harus kecil,hanya sekedar menembus kulit. Gunakan
kalpel atau trokar tajam untuk membuat insisi.
5. Masukkan trokar melalui luka insisi dengan sudut yang kecil, superfisisl tepat
dibawah kulit. Waktu memasang trokar jangan dipaksakan
6. Ttrokar harus dapat mengangkat kulit setiap saat,untuk memastikan memastikan
pemasangan tepat dibawah kulit
7. Pastikan 1 kapsul benar-benar keluar dari trokar sebelum kapsul berikutnya
dipasang (untuk mencegah kerusakan kapsul sebelumnya,pegang kapsul
yangsudah terpasang tersebut dengan jari tengah dan masuk trokar pelan-pelan
disepanjang tepi jari tersebut)

10
8. Setelah selesai memasang, bila sebuah ujung kapsul menonjol keluar atau
terlalu dekat dengan luka insisi, harus dicabut dengan hati-hati dan dipasang
kembali dalam posisi yang tepat
9. Jangan dicabut ujung trokar dari tempat insisi sebelum semua kapsul dipasang
dan periksa seluruh posisi kapsul. Hal ini untuk memastikan bahwa keenam
kapsul dipasang dalam posisi benar dan pada bidang yang sama dibawah kulit.
10. Kapsul pertama dan keenam harus membentuk sudut 75 derajat.

e. Persiapan Pemasangan
1. Persilahkan klien mencuci seluruh lengan dengan sabun dan air yang mengalir
serta membilasnya. Pastikan tidak terdapat sisa sabun (sisa sabun menurunkan
efektivitas antisetik tertentu). Langkah ini sangat penting bila klien kurang
menjaga kebersihan dirinya untuk menjaga kesehatannya dan mencegah
penularan penyakit. 
2. Tutup tempat tidur klien (dan penyangga lengan atau meja samping bila ada)
dengan kain bersih.
3. Persilahkan klien berbaring dengan lengan yang lebih jarang digunakan
(misalnya : lengan kiri) diletakkan pada lengan penyangga atau meja di
samping. Lengan harus disangga dengan baik dan dapat digerakkan lurus atau
sedikit bengkok sesuai dengan posisi yang disukai klinis untuk memudahkan
pemasangan. 
4. Tentukan tempat pemasangan yang optimal 8 cm di atas lipatan siku.
5. Siapkan tempat alat-alat dan buka bungkus steril tanpa menyentuh alat-alat di
dalamnya.
6. Buka dengan hati-hati kemasan steril implan dengan menarik kedua lapisan
pembungkusnya dan jatuhkan seluruh kapsul dalam mangkuk steril.Bila tidak
ada mangkuk steril, kapsul dapat diletakkan dalam mangkuk yang didisinfeksi
tingkat tinggi (DDT) atau pada baki tempat alat-alat. Pilihan lain adalah dengan
membuka sebagian kemasan dan mengambil kapsul satu demi satu dengan klem
steril atau DDT saat melakukan pemasangan. Jangan menyentuh bagian dalam
kemasan atau isinya kecuali dengan alat yang steril atau DDT. 

11
f. Tindakan Sebelum Pemasangan
1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan kain bersih.
2. Pakai sarung tangan steril atau DDT (ganti sarung tangan untuk setiap klien
guna mencegah kontaminasi silang).
3. Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai. Hitung kapsul untuk
memstikan jumlahnya. 
4. Persiapkan tempat insisi dengan larutan antiseptik. Gunakan klem steril atau
DTT untuk memegang kasa berantiseptik. (bila memegang kasa berantiseptik
hanya dengan tangan, hati-hati jangan sampai mengkontaminsai sarung tangan
dengan menyentuh kulit yang tidak steril). Mulai mengusap dari tempat yang
akan dilakukan insisi ke arah luar dengan gerakan melingkar sekitar 8-13 cm
dan biarkan kering (sekitar 2 menit) sebelum memulai tindakan. Hapus
antiseptik yanga berlebihan hanya bila tanda yang sudah dibuat tidak terlihat. 
5. Bila ada guanakan kain penutup (doek) yang mempunyai lubang untuk
menutupi lengan. Lubang tersebut harus cukup lebar untuk memaparkan tempat
yang akan dipasang kapsul. Dapat juga dengan menutupi lengan di bawah
tempat pemasangan dengan kain steril.
6. Setelah memastikan tidak alergi terhadap obat anestesi, isi alat suntik dengan 3
ml obat anestesi . Dosis ini sudah cukup untuk menghilangkan rasa sakit selama
memasang kapsul implan. 
7. Masukkan jarum di bawah kulit pada tempat insisi, kemudian lakukan aspirasi
untuk memastikan jarum tidak masuk ke dalam pembuluh darah. Suntikkan
sedikit obat anestesi untuk membuat gelembung kecil di bawah kulit. Kemudian
tanpa memindahkan jarum, masukkan ke bawah kulit sekitar 4 cm. Hal ini akan
membuat kulit terangkat dari jaringan lunak di bawahnya. Kemudian tarik
jarum pelan-pelan sehingga membentuk jalur sambil menyuntikkan obat
anestesi sebanyak 1 ml di antara tempat untuk memasang kapsul.
g. Pemasanagan Kapsul
Sebelum membuat insisi, sentuh tempat insisi dengan jarum atau skalpel untuk
memastikan obat anestesi telah bekerja.
1. Pegang skalpel dengan sudut 45◦, buat insisi dangkal hanya untuk sekedar
menembus kulit. Jangan membuat insisi yang panjang atau dalam. 
2. Ingat kegunaan ke-2 tanda pada trokar. Trokar harus dipegang dengan ujung
yang tajam menghadap ke atas. Ada 2 tanda pada trokar :

12
 dekat pangkal menunjukkan batas trokar dimasukkan ke bawah kulit
sebelum memasukkan setiap kapsul.
 dekat ujung menunjukkan batas trokar yang harus tetap di bawah kulit
setelah memasang setiap kapsul. 
3. Dengan ujung yang tajam menghadap ke atas dan pendorong di dalamnya
masukkan ujung trokar melalui luka insisi dengan sudut kecil. Mulai dari kiri
atau kanan pada pola seperti kipas, gerakkan trokar ke depan dan berhenti saat
ujung tajam seluruhnya berada di bawah kulit. Memasukkan trokar jangan
dengan paksaan. Jika terdapat tahanan coba dari sudut lainnya. 
4. Untuk meletakkan kapsul tepat di bawah kulit angkat trokar ke atas sehingga
kulit terangkat. Masukkan trokar perlahan-lahan dan hati-hati ke arah tanda (1)
dekat pangkal. Trokar harus cukup dangkal sehingga dapat diraba dari luar
dengan jari. Trokar harus selalu terlihat mengangkat kulit selama pemasangan.
Masuknya trokar akan lancar bila berada di bidang yang tepat di bawah kulit.
5. Saat trokar masuk sampai tanda (1) cabut pendorong dari trokar. 
6. Masukkan kapsul pertama ke dalam trokar. Gunakan ibu jari dan telunjuk atau
pinset atau klem untuk mengambil kapsul dan memasukkan ke dalam trokar.
Bila kapsul diambil dengan tangan pastikan sarung tangan tersebut bebas dari
bedak atau pertikel lain.
7. Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul ke arah ujung trokar sampai
terasa ada tahanan, tapi jangan mendorong dengan paksa. 
8. Pegang pendorong dengan erat di tempatnya dengan satu tangna untuk
menstabilkan. Terik tabung trokar dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk ke
arah luka insisi sampai tanda (2) muncul di tepi luka insisi dan pangkalnya
menyentuh pegangan pendorong. Hal yang penting pada langkah ini adalah
menjaga pendorong tetap di tempatnya dan tidak mendorong kapsul ke
jaringan. 
9. Saat pangkal menyentuh pegangan pendorong tanda (2) harus terlihat di tepi
luka insisi dan kapsul saat itu keluar dari trokar tepat berada di bawah kulit.
Raba ujung kapsul dengan jari untuk memastikan kapsul sudah keluar
seluruhnya dari trokar. Hal yang penting adalah kapsul bebas dari trokar untuk
menghindari terpotongnya kapsul saat trokar digerakkan untuk memasang
kapsul berikutnya. 
10. Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar ke arah laterla
kanan dan kembalikkan lagi ke posisi semula untuk memastikan kapsul pertama
13
bebas. Selanjutnya geser trokar sekitar 15-25 derajat. Untuk melakukan itu
mula-mula fiksasi kapsul pertama dengan jari telunjuk dan masukkan kembali
trokar pelan-pelan sepanjang sisi jari telunjuk tersebut sampai tanda (1). Hal ini
akan memastikan jarak yang tepat antara kapsul dan mencegah trokar menusuk
kapsul yang dipasang sebelumnya. Bila tanda (1) sudah tercapai masukkan
kapsul berikutnya ke dalam trokar dan lakukan seperti sebelumnya.
11. Pada pemasangan kapsul berikutnya, untuk mengurangi resiko infeksi atau
ekspulsi pastikan bahwa ujung kapsul yang terdekat kurang lebih 5 mm dari tepi
luka insisi. 
12. Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kapsul semuanya
telah terpasang. 
13. Ujung dari semua kapsul harus tidak ada tepi luka insisi. Bila sebuah kapsul
keluar atau terlalu dekat dengan luka insisi, harus dicabut dengan hati-hati dan
dipasang kembali di tempat yang tepat. 
14. Setelah kapsul terpasang semuanya dan posisi setiap kapsul sudah diperiksa,
keluarkan trokar pelan-pelan. Tekan tempat insisi dengan jari menggunakan
kasa selama 1 menit.

g. Tindakan Setelah Pemasangan Kapsul


 Menutup luka insisi
1. Temukan tepi kedua insisi dan gunakan band aid atau plester dengan kassa
steril untuk menutup luka insisi. Luka insisi tidfak perlu dijahit karena dapat
menimbulkan jaringan parut
2. Periksa adanya perdarahan. Tutup daerah pemasangan dengan pembalut
untuk hemostasis dan mengurangi memar (perdarahan subkutan)
 Perawatan klien
1. Buat catatan pada rekam medik pemasangan kapsul dan kejadian tidak
umum yang mungkin terjadi selama pemasangan.
2. Amati klien kurang lebih 15-20 menit untuk kemungkinan perdarahan dari
luka insisi atau efek lain sebelum memulangkan klien. Beri petunjuk untuk
perawatan luka insisi setelah pemaasangan, kalau bisa diberikan secara
tertulis.

14
G.    Pencabutan Implant
Pengangkatan Norplant dilakukan atas indikasi :
1. Atas permintaan akseptor (seperti ingin hamil lagi)
2. Timbulnya efeksamping yang sangat mengganggu dan tidak dapat diatasi dengan
pengobatan biasa
3. Sudah habis masa pakainya
4. Terjadi kehamilan
Prosedur Pengangkatan
1.      Alat-alat yang diperlukan: selain dari alat-alat yang diperlukan sewaktu pemasangan
kapsul Norplant diperlukan pula satu forceps lurus dan satu furseps bengkok.
2.      Tentukan lokasi kapsul Norplant (kapsul 1-6), kalau perlu kapsul di dorong kearah
tempat insisi akan dilakukan.
3.      Daerah insisi di disinfeksi, kemudian ditutup dengan kain steril yang berluban
4.      Lakukan anastesi lokal 
5.      Kemudian lakukan insisi selebar 5-7 mm ditempat yang paling dekat dengan kapsul
Norplant
6.      Forceps dimasukan kedalam lubang insisi dan kapsul didorong dengan jari tangan lain
kearah ujung forceps, selanjutnya forceps dibuka lalu kapsul dijepit dengan ujung
forceps.
7.      Selanjutnya kapsul yang sudah dijepit kemudian ditarik pelan-pelan. Kalo perlu
dibantu dengan mendorong kapsul dengan jari tangan lain. Adakalanya kapsul sudah
terbungkus dengan jaringan sekitarnya dalm hal ini dilakukan insisi pada jaringan
yang membungkus kapsul tersebut pelan-pelan sampai kapsul menjadi bebas sehingga
mudah menariknya keluar
8.      Lakukan prosedur ini beturut-turut untuk mengeuarkan kapsul kedua sampai keenam.
Jika sewaktu mengeluarkan kapsul terjadi perdarahan maka hentikan terlebih dahulu
perdarahannya
9.      Setelah semua kapsul dikeluarkan dan tidak terjadi perdarahan tutup luka dengan
kassa steril kemudian di plester
10.  Pada umumnya tidak diperlukan jahitan pada kulit
11.  Informasikan kepada pemakai untuk tidak membasahi luka selama 3 hari .
 

15
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad. 2008. Alat Kontrasepsi untuk Wanita (Contraseptive for Female).

http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/120/keluarga-berencana--kb
(Diakses hari Jumat, tanggal 21 Desember 2017).

http://eprints.undip.ac.id/17781/1/IMBARWATI.pdf (Diakses hari Jumat, tanggal 21


Desember 2017).

Kusumaningrum, Radita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis


Kontrasepsi yang Digunakan pada Pasangan Usia Subur.

16

Anda mungkin juga menyukai