Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Kontrasepsi

2.1.1 Pengertian Kontrasepssi

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.

Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen.

Penggunaan kontrasepsi merupakan salh satu variabel yang mempengaruhi

fertilisasi (Prawirohardjo, 2013).

Kontrasepsi berasal dari kata “Kontra” yang berarti mencegah atau

melawan dan “Konsepsi” yang berarti pertemuan antara sel telur yang

matang dan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi, kontrasepsi

adalah upaya mencegah pertemuan sel telur matang dan sperma untuk

mencegah kehamilan (Hartanto, 2009).

2.2 Kontrasepsi Implant

2.2.1 Pengertian

Kontrasepsi Implant adalah metode kontrasepsi yang diinsersikan

pada bagian subdermal, yang hanya mengandung progestin dengan masa

kerja panjang, dosis rendah, dan reversible untuk wanita (Baziad, 2008).

Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung

levonogestrel yang dibungkus dalam kapsul silasticsilikon

(polidemetsilixane) dan di susukkan dibawah kulit (Prawirohardjo, 2013).

8
9

2.2.2 Cara Kerja

Cara kerja kontrasepsi implant antara lain:

a. Lendir serviks menjadi kental.

b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi

implantasi.

c. Mengurangi trasnportasi sprema.

d. Menekan ovarium (Prawirohardjo, 2013).

Menurut Manuaba (2009), mekanisme kerja kontrasepsi implant

adalah : menghalangi terjadinya liquid hormon surge sehingga tidak terjadi

ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga kemampuan penetrasi

spermatozoa tidak mungkin, mengubah reaksi lendir endometrium sehingga

tidak mungkin terjadi kapasitasi spermatozoa dan endometrium tidak siap

menerima implantasi (nidasi).

2.2.3 Indikasi dan Kontraindikasi

a. Indikasi

1. Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu

yang lama tetapi tidak tersedia manjalani kontap/menggunakan

AKDR

2. Wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung

estrogen (Handayani, 2010)


10

b. Kontraindikasi

1. Kehamilan atau disangka hamil

2. Penderita penyakit hati akut

3. Kanker payudara

4. Kelainan jiwa

5. Penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus

6. Penyakit trombo emboli

7. Riwayat kehamilan ektopik (Handayani, 2010)

2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan

a. Kelebihan

Kelebihan kontrasepsi implant adalah:

1. Daya guna tinggi.

2. Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).

3. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.

4. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.

5. Bebas dari pengaruh esterogen.

6. Tidak menggangu kegiatan sanggama.

7. Tidak mengganggu ASI.

8. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.

9. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.

10. Mengurangi nyeri haid.

11. Mengurangi jumlah darah haid.

12. Mengurangi/memperbaiki anemia.


11

13. Melindungi terjadinya kanker endomterium.

14. Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara.

15. Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul.

16. Mengurangi angka kejadian endometriosis (Prawirohardjo, 2013).

Kelebihan kontrasepsi menurut Sujiyatini (2009) adalah:

perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun), pengembalian tingkat

kesuburan yang cepat setelah pencabutan, tidak memerlukan

pemeriksaaan dalam, bebas dari pengaruh estrogen, tidak menganggu

kegiatan senggama, tidak mengganggu ASI dan klien hanya perlu

kembali ke klinik bila ada keluhan. Keuntungan nonkontrasepsi antara

lain mengurangi nyeri haid, mengurangi jumlah darah haid,

mengurangi/ memperbaiki anemia, melindungi terjadinya kanker

endometrium, menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara,

melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul dan

menurunkan angka kejadian endometriosis.

b. Kekurangan

Kekurangan kontrasepsi implant adalah:

1. Susuk KB/implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas

kesehatan yang terlatih.

2. Lebih mahal.

3. Sering timbul perubahan pola haid.

4. Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya sendiri.


12

5. Beberapa orang wanita mungkin segan untuk menggunakannya

karena kurang mengenalnya (Handayani, 2010)

2.2.5 Jenis Kontrasepsi Implant

Jenis – jenis kontrasepsi implant adalah :

a. Norplan dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm,

dengan diameter 2,4 mm, berisi dengan 36 mg levonolgestrel dengan

lama kerja 5 tahun.

b. Jedena dan indoplan terdiri dari 2 batang silastik lembut berongga

dengan panjang 4,5 cm, diameter 2,5mm, berisi 75 mg levonolgester

dengan lama kerjanya 3 tahun.

c. Implanon terdiri dari satu batang silastik lembut berongga dengan

panjang kira – kira 4,0 mm, dan diameter 2 mm, berisi 68 mg 3-keto-

desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun (Niken, 2010).

2.2.6 Waktu Mulai Menggunakan Implant

a. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Tidak

diperlukan metode kontrasepsi tambahan.

b. Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi

kehamilan. Bila insersi setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan

melakukan hubungan seksual, atau mengguakan metode kontrasepsi lain

untuk 7 hari saja.

c. Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat , asa saja

diyakini tidak terjadi kehamiln, jangan melakukan hubungan seksual

atau digunakan kontrasepsi untuk 7 hari saja.


13

d. Bila menyusui anatara 6 minggu sampai 6 bulan pascapersalinan, insersi

dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual

selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain.

e. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi

dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melaukan hubungan seksual

selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari

saja.

f. Bila klien menggunakan konttrasepsi hormonal dan ingin menggantinya

dengan implan, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini

klien tersebut tidak hamil atau klien menggunakan kontrasepsi suntikan

tersebut. Tidak dpat dilakukan metode kontrasepsi lain.

g. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi non hormonal (kecuali

AKDR) dan klien ingin menggantinya dengan implan, insersi implan,

dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien tidak hamil. Tidak

perlu menunggu datangnya haid tersebut. Bila kontrasepsi sebelumnya

adalah AKDR dan klien ingin menggantinya dengan implan, implan

dapat diinersikan pada saat haid hari ke-7 dan klien jangan melakukan

hubungan seksual selama 7 hari atau digunakan metode kontrasepsi lain

untuk 7 hari saja. AKDR segera dicabut.

h. Pascakeguguran implan dapat segera diinersikan (Prawirohardjo, 2013).


14

2.2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Kontrasepsi Implant

Berdasarkan teori Anderson dalam Notoatmodjo (2010),

menggambarkan model sistem kesehatan (health system model) yang

berupa model kepercayaan kesehatan. Di dalam model Anderson ini

terdapat 3 kategori utama dalam pelayanan kesehatan yakni karakteristik

predisposisi, karakteristik kebutuhan, karekteristik pendukung. Sehingga

faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi antara lain sebagai

berikut:

a. Karakteristik Predisposisi

1. Umur

Umur adalah waktu hidup sejak dilahirkan sampai dengan

sekarang (KBBI, 2010). Usia adalah umur yang dinyatakan dengan

tahun. Dalam menyatakan umur sebaiknya digunakan “range”

misalnya < 20 tahun, 20 – 35 tahun, > 35 tahun, > 35 tahun. Semakin

tua usia seseorang, semakin bertambah pengalaman dan pengetahuan

seseorang. (Notoatmodjo, 2010).

Semakin tua atau dewasa seseorang atau mempresepsikan

dirinya lebih muda terkena atau rentan terhadap kesakitan atau sakit

dibandingkan dengan yang lebih muda usianya, sehingga dapat

menjadi pendorong untuk terjadinya prilaku pencegahan. Survey

wanita Indonesia yaitu umur < 20 tahun, 20-34 tahun, dan > 35 tahun

(Manuaba, 2008).  Umur adalah Variable yang telah diperhatikan

dalam penyelidikan epidemiologi, yaitu pada angka kesulitan

ataupun angka kematian (Notoatmodjo, 2010).


15

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana

seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam

hidupnya. Oleh karena itu orang yang berpendidikan kan lebih muda

menerima gagasan baru. Demikian pula halnya dengan menentukan

pola perencanaan keluarga dan pola dasar penggunaan kontrasepsi

serta peningkatan kesejahteraan keluarga (Manuaba, 2009).

Pendidikan menunjukan hubungan yang positif dengan

pemakaian jenis kontrasepsi artinya semakin tinggi pendidikan

cenderung memakai kontrasepsi efektif. Hal ini dikarenakan

pendidikan dapat memperluas pengetahuan mengenai alat

kontrasepsi, mengetahui keuntungan yang diperoleh dengan

memakai kontrasepsi, meningkatkan kecermatan dalam

memilih/memakai alat kontrasepsi yang dibutuhkan dan juga

kemampuan untuk mengetahui efek samping dari masing-masing

alat kontrasepsi (Rifai, 2009).

3. Pekerjaan

Perkerjaan adalah tugas atau kerja yang yang menhasilkan uang bagi

seseorang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010).

Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan suami / istri untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Di daerah kota dan semi

perkotaan, ada kecenderungan rendahnya frekuensi penggunaan KB

IUD pada ibu-ibu yang bekerja diluar rumah banyak menggunakan


16

KB IUD karena jangka panjang pemakaian di karena kan ibu sibuk.

Namun pada ibu yang tidak bekerja banyak menggunakan KB oral

karena mempunyai banyak waktu dirumah (Rifai, 2009).

4. Paritas

Paritas merupakan jumlah kelahiran hidup dan mati dari

suatu kehamilan 28 minggu keatas yang pernah dialami ibu. Paritas

sebanyak 2-3 kali merupakan paritas paling aman dirinjau dari sudut

kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tingi (lebih dari 3)

mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi

paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat

ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada

paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga

berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak

direncanakan (Prawirohardjo, 2012).

5. Penghasilan/ Tingkat ekonomi

Pengertian penghasilan ini tidak memperhatikan adanya

penghasilan dan sumber tertentu, tetapi pada adanya tambahan

kemampuan ekonomis. Tambahan kemampuan ekonomis yang

diterima atau diperoleh seseorang merupakan ukuran terbaik

mengenai kemampuan seseorang. Tingkat penghasilan

mempengaruhi akseptor dalam memperoleh informasi Kontrasepsi

sehingga ibu mempunyai kemampuan untuk menggunakan KB

(Dahlan, 2007).
17

6. Kesukuan/Ras

Kesukuan perihal atau sifat mengenai suku atau bangsa.

Sedangkan perusukuan adalah adat/cara bersuku-suku atau

kelompok menurut sukunya. (KBBI, 2005). Pengaruh adat istiadat

dalam menerima informasi baru merupakan hal yang tidak dapat

diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat menghargai dan

menganggap sesuatu yang tidak boleh diabaikan (Syafrudin, 2009).

b. Karakteristik Pendukung

Faktor predisposisi harus didukung pula oleh hal-hal lain agar

individu memanfaatkan pelayanan kesehatan, antara lain berupa

dukungan dari:

1. Keluarga

2. Masyarakat

c. Karakteristik Kebutuhan

Salah satu faktor dalam predisposisi individu (predisposing

factor) yang menentukan perilaku dalam pemanfaatan pelayanan

kesehatan adalah kepercayaan tentang kesehatan (health belief).

Kepercayaan tentang kesehatan terkait dengan aspek persepsi, sikap dan

pengetahuan tentang penyakit dan pelayanan kesehatan, maka

kebutuhan ini dapat diukur dengan:

1. Dirasa (preceived)

2. Evaluated
18

2.3 Tingkat Ekonomi

2.3.1 Definisi

Status ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang

dalammasyarakat, bahwa status sosial ekonomi adalah gambaran tentang

keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang di tinjau dari segi sosial,

gambaran ini seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan sebagainya. Status

ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga.

Pendapatan keluarga memadai akan menunjang tumbuh kembang anak,

karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer

maupun sekunder. Faktor– faktor yang mempengaruhi status ekonomi

antara lain: pendidikan, pekerjaan, motivasi, minat, kebudayaan, lingkungan

(Aswinto, 2010).

2.3.2 Penggolongan Tingkat Ekonomi

Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini

disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang

diperlukan akseptor harus menyediakan dana yang diperlukan. Adapun

tingkat ekonomi yang diteliti adalah pendapatan per kapita, berdasarkan

upah minimal regional (UMR) Provinsi Lampung adalah:

a. Rendah < Rp. 1.770.620,-

b. Tinggi > Rp. Rp. 1.770.620,- (Badan Pusat Statistik Kabupaten

Lampung Tengah, 2015).


19

2.3.3 Hubungan Tingkat Ekonomi dengan Pemilihan Kontrasepsi

Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan pemakaian jenis alat

kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan

kontrasepsi yang diperlukan akseptor harus menyediakan dana yang

diperlukan. Walaupun jika dihitung dari segi keekonomisannya, kontrasepsi

jangka panjang lebih murah dibanding dengan alat kontrasepsi jangka

pendek, tetapi kadang masyarakat melihatnya dari berapa biaya harus

dikeluarkan untuk sekali pasang saja. Jika patokannya adalah biaya setiap

kali pasang, mungkin alat kontrasepsi jangka panjang terlihat jauh lebih

mahal, tetapi jika dilihat masa/jangka waktu penggunaannya, tentu biaya

yang harus dikeluarkan untuk pemasangan alat kontrasepsi jangka panjang

akan lebih murah dibandingkan alat kontrasepsi jangka pendek. Untuk

sekali pemasangan alat kontrasepsi jangka panjang bisa aktif selama 3-5

tahun, bahkan seumur hidup/sampai masa menopause. Sedangkan alat

kontrasepsi jangka pendek hanya mempunyai masa aktif 1-3 bulan saja,

yang artinya untuk mendapatkan efek yang sama dengan alat kontrasepsi

jangka panjang, seseorang harus melakukan 12-36 kali suntikan bahkan

berpuluh puluh kali lipat (Saifuddin, 2008).

Harga obat atau alat kontrasepsi yang terjangkau menjadi faktor yang

menentukan akseptabilitas cara kontrasepsi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa

kontrasepsi ideal harus memenuhi syarat-syarat tertentu, diantaranya adalah

murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat

(Prawirohardjo, 2013).
20

2.4 Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Anita Lontaan (2013), tentang faktor –

faktor yang berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi pasangan usia subur

di Puskesmas Damau Kabupaten Talaud, hasil penelitian diperoleh bahwa

faktor sosial ekonomi, pendidikan, partisipasi suami/isteri memiliki hubungan

dengan pemilihan kontrasepsi, dan faktor umur serta paritas tidak memiliki

hubungan dengan pemilihan kontrasepsi. Kesimpulan : bahwah faktor yang

memiliki hubungan dengan pemilihan kontrasepsi adalah sosial ekonomi (p-

value= 0.000, OR=7,21), pendidikan (p-value = 0.000, OR=4,33), partisipasi

suami/isteri (p-value = 0.000, OR=3,20). Faktor umur (p-value = 0.052) dan

paritas (p-value= 0.726) tidak memiliki hubungan dengan pemilihan

kontrasepsi.

2.5 Kerangka Teori

Kerangka teori adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang

digunakan untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti

(diamati) yang berkaitan dengan konteks ilmu pengetahuan yang digunakan

untuk mengembangkan kerangka konsep penelitian (Notoatmodjo, 2012).

Kerangka teori dalam penelitian ini adalah:


21

Gambar 2.1
Kerangka Teori
Karakteristik predesposisi :
Umur
Tingkat pendidikan
Pekerjaan
Paritas
Penghasilan / Tingkat ekonomi
Kesukuan/ras

Karakteristik pendukung :
Keluarga
Karakteristik Pelayanan
Masyarakat
Kesehatan (Penggunaan Alat
Kontrasepsi Implant)

Karakteristik kebutuhan :
Dirasa (preceived)
Evaluated

(Sumber: Notoatmodjo, 2012)


22

2.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah merupakan abstraksi yang terbentuk oleh

generalisasi dari hal-hal khusus (Notoatmodjo, 2012). Kerangka konsep

dalam penelitian ini adalah:

Gambar 2.2
Kerangka Konsep

Variabel Independen: Variabel Dependen:

Tingkat Ekonomi Penggunaan Alat


Kontrasepsi Implant

2.7 Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara peneliti, petokan duga,

atau dalil sementara, yang kebenaranya akan dibuktikan dalam penelitian

tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian maka hipotesis ini

dapat benar dan salah, dapat diterima atau ditolak (Notoatmodjo, 2012).

Hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Ho = Tidak ada hubungan tingkat ekonomi dengan penggunaan alat

kontraspsi implant di Kampung Adi Jaya Lampung Tengah Tahun

2016.

Ha = Ada hubungan tingkat ekonomi dengan penggunaan alat kontraspsi

implant di Kampung Adi Jaya Lampung Tengah Tahun 2016.

Anda mungkin juga menyukai