Anda di halaman 1dari 7

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA
A. Keluarga Berencana
1.1 Definisi

Keluarga berencana (KB) didefinisikan oleh WHO sebagai, cara berpikir dan hidup yang
diadopsi secara sukarela, berdasarkan pengetahuan, sikap dan keputusan yang bertanggung
jawab oleh individu dan pasangan, dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan
kelompok keluarga dan dengan demikian berkontribusi secara efektif terhadap pembangunan
sosial suatu negara (Kathpalia, 2018).

Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-undang (UU) No. 52 tahun 2009 pasal 1 (8)
adalah upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, kehamilan,
melalui promosi perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan
keluarga yang berkualitas (Kemenkes RI, 2018). Dalam pelaksanaannya, sasaran pelaksanaan
program KB yaitu Pasangan Usia Subur (PUS). Pasangan usia subur adalah pasangan suami-
istri yang terikat dalam perkawinan yang sah, yang istrinya berumur antara 15 sampai dengan
49 tahun (Kemenkes RI, 2018).

B. Kontrasepsi

2.1. Definisi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang pada wanita dan sel sperma pada pria
yang mengakibatkan kehamilan. Maksut dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma
tersebut (Farida, 2017).

Teknik yang digunakan dapat berupa alat, obat, cara perhitungan atau pengamatan dan
operasi. Hal tersebut dilakukan untuk menjarangkan (spacing) dan membatasi (limitation)
kehamilan (Kemenkes RI, 2018).

2.2. Macam-Macam Metode Kontrasepsi

Kontrasepsi ideal harus memenuhi syarat sebagai berikut: dapat dipercaya, tidak
menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan, daya kerjanya dapat diatur menurut
kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan sewaktu koitus, tidak memerlukan motivasi terus
menerus, mudah pelaksanaannya, murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat, dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangskutan. Sampai
saat ini belum ada cara kontrasepsi yang benar-benar ideal untuk digunakan (Prawihardjo
& Winknjosastro, 2011). Terdapat beberapa alat kontrasepsi menurut Prawihardjo &
Winknjosastro (2011) yang dapat digunakan antara lain :
a. Kontrasepsi Non Hormonal :

1) Sanggama Terputus (Koitus Interuptus)

2) Pembilasan Pascasanggama (Postcoital Douche)

3) Perpanjangan Masa Menyusui Anak (Prolonged Lactation)

4) Pantang Berkala (Rhythm Metbod)

5) Kondom

6) Diafragma Vaginal

7) Kontrasepsi dengan Obat-Obat Spermitisida

b. Kontrasepsi Hormonal

1) Kontrasepsi Pil

2) Kontrasepsi Implant

3) Kontrasepsi Suntik

4) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

5) Kontrasepsi Mantap (KONTAP)

C. Kontrasepsi Imlant
3.1 Definisi

Implant ini merupakan kontrasepsi jenis lain yang bersifat hormonal, dan
dimasukkan kebawah kulit. Implant dimasukan lewat lengan atas melalui insisi kecil, dan
dibiarkan didalam kulit. Waktu terbaik pemasangan implant ini adalah waktu menstrual
periode antara 5-7 hari setelah menstruasi. Susuk atau implant merupakan salah satu
metode kontrasepsi yang efektif berjangka waktu 2-5 tahun.
Kontrasepsi ini terdiri dari 6 batang susuk yang lembut, dan terbuat dari sejenis materi
karet elastis yang mengandung hormon. Khasiat kontraseptif jenis susuk ini timbul
beberapa jam setelah insersi, sedangkan tingkat kesuburan atau fertilitas akan kembali
segera setelah pencabutannya. Setiap batang kerukunan panjang 3,4 cm dengan diameter
2,5mm mengandung 36 mg levonorgestrel yaitu suatu derivat hormon progesterone
bukanlah merupakan suatu hal yang baru. Penggunaan levonorgestrel digunakan sebagai
bahan komponen pil kontrasepsi kombinasi, dan juga pada pil kontrasepsi yang hanya
mengandung progesteron.(Anggraini,2018)

Implan adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgetrel yang


dibungkus dalam kapsul silikon silastik polidimetri dan disusukkan dibawah kulit. Jumlah
kapsul yang disusukkan dibawah kulit adalah sebanyak 2 kapsul masingmasing kapsul
panjangnya 44 mm masing- masing batang diisi dengan 70 mg levonorgetrel, dilepaskan
kedalam darah secara difusi melalui dinding kapsul levonorgetrel adalah suatu progestin
yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini pil atau pil kombinasi. (Fitri, 2018)

3.2 Jenis
a. Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm dengan
diameter 2,4 mm, yang berisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun
b. Implanon. Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm dan
diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3 - keto – desogestrel dan lama kerjanya 3
tahun
c. Jadena dan indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestreal
dengan lama kerja 3 tahun
d. Sinoplant (Anggraini,2018)

3.3 Waktu Pemakaian


a. Setiap saat selama siklus haid hari ke 2 sampai hari ke 7. Tidak diperluakn metode
kontrasepsi tambahan.
b. Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan. Bila
dinsersi setelah hari ke 7 siklus haid, klien jangan melakukan hubungan seksual, atau
menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
c. Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi
kehamilan, jangan melakukan hubungan seksatau gunakan metode kontrasepsi lain
untuk 7 hari saj
d. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan, insersi dapat dilakukan
setipa saat. Bila menyusui penuh, klien tidak perlu memakai metode kontrasepsi lain
e. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan
setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan
metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.

3.4 Cara Pemberian


a. Rekayasa tempat pemasangan dengan tepat
b. Tempat di lengan kiri atas, dianestesi dengan lidokain 2%.
c. Dibuat insisi kecil, sehingga trokar dapat masuk.
d. Trokar ditusukkan subkutan sampai batasnya.
e. Kapsul dimasukkan ke dalam trokar, dan didorong dengan alat pendorong sampai terasa
ada tahanan.
f. Untuk menempatkan kapsul, trokar ditarik ke luar
g. Untuk menyakinkan bahwa kapsul telah di tempatnya, alat pendorong dimasukkan
sampai terasa tidak ada tahanan.
h. Setelah 2 kapsul dipasang, bekas insisi ditutup dengan tensoplas (band aid). Teknik ini
berlaku untuk semua jenis implant

3.5 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Implant


a. Lendir serviks menjadi kental
b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi
c. Mengurangi transportasi sperma
d. Menekan ovulasi (Anggraini,2018)

Mekanisme kerja implan yaitu implan mencegah terjadinya kehamilan melalui


berbagai cara sama halnya dengan mekanisme kerja kontrasepsi yang mengandung
progestin pada umumnya, mekanisme utamanya adalah menebalkan lendir serviks
sehingga tidak bisa dilewati oleh sperma, perubahan terjadi setelah pemasangan implan
progestin menekan pengeluaran FSH dan LH dari hipotalamus dan hipofisis,
levonogestrel yang terkandung pada kapsul implan menekan lonjakan LH agar tidak
terjadi ovulasi, penggunaan progestin dalam jangka panjang dapat menyebabkan
hipotropisme pada endometrium sehingga dapat menganggu proses implantasi.
(Restawati,2018)

3.6 Indikasi
a. Perempuan yang telah memiliki anak ataupun yang belum.
b. Perempuan pada usia reproduksi (20 – 30 tahun).
c. Perempuan yang menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan
menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.
d. Perempuan menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
e. Perempuan pasca persalinan.
f. Perempuan pasca keguguran.
g. Perempuan yang tidak menginginkan anak lagi, menolak sterilisasi.
h. Perempuan yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung
estrogen.
i. Perempuan yang sering lupa menggunakan pil (Anggraini,2018)

3.7 Kontra Indikasi


a. Perempuan hamil atau diduga hamil.
b. Perempuan dengan perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyababnya.
c. Perempuan yang tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
d. Perempuan dengan mioma uterus dan kanker payudara.
e. Perempuan dengan benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
(Restawati,2018)

3.8 Keuntungan
a. Daya guna tinggi
b. Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
c. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
d. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
e. Bebas dari pengaruh estrogen
f. Tidak mengganggu kegiatan sanggama
g. Tidak mengganggu ASI
h. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
i. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
j. Cara penggunannya mudah
3.9 Kelemahan

Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan
bercak (spotting), hipermenorea atau meningkatnya jumlah darah haid serta amenore.
Timbulnya keluhan-keluhan seperti :
a. Nyeri kepala
b. Peningkatan/penurunan berat badan
c. Nyeri payudara
d. Perasaan mual
e. Pening/pusing kepala
f. Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)
g. Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
h. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS
i. Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi inisesuai dengan
keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.

3.10 Efek Samping/ Penatalaksanaan


a. Amenorea
 Pastikan hamil atau tidak hamil, bila tidak hamil tidak memerlukan penanganan khusus,
khusus konseling saja.
 Bilaklien tetap saja tidak menerima, angkat implant dan menganjurkan menggunakan
kontrasepsi lain.
 Bila terjadi kehamilan dan klien ingin melanjutkan kehamilannya, cabut implant dan
jelaskan, bahwa progestin tidak berbahaya bagi janin. Bila diduga kehamilan ektopik,
klien dirujuk. Tidak ada gunanya memberikan obat hormon untuk memancing
timbulnya perdarahan

b. Perdarahan / bercak (spotting) ringan


 Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan terutama pada tahun pertama.
 Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan apapun.
 Bila klien tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin melanjutkan pemakaian
implant dapat diberikan pil kombinasi satu siklus, atau ibuprofen 3 x 800 mg selama 5
hari. Terangkan kepada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil kombinasi habis.

c. Ekspulsi
 Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul lain masih di tempat, dan apakah
terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi.
 Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatnya, pasang kapsul baru
1 buah pada tempat insersi yang berbeda

d. Infeksi pada daerah insersi


 Bila terjadi infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan sabun dan air, atau antiseptik. Berikan
antibiotik yang sesuai untuk 7 hari
 Implant jangan dilepas dan klien diminta kembali satu minggu.
 Apabila tidak membaik, cabut implant dan pasang yang baru. Pada sisi lengan yang lain
atau cari metode kontrasepsi yang lain
e. Berat badan naik / turun
 Informasikan kepada klien bahwa perubahan berat badan 1-2 kg adalah normal. Kaji
ulang diet klien apabila terjadi perubahan berat badan 2 kg atau lebih.
 Apabila perubahan berat badan ini tidak dapat diterima, bantu klien mencari metode lain
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu usaha yang digunakan untuk mewujudkan
keluarga yang berkualitas dalam mewujudkan hak-hak reproduksi membentuk keluarga dengan
usia kawin yang ideal, mengatur jumlah kehamilan yang diinginkan, dalam mengatur jumlah
anak, usia melahirkan anak yang ideal, dalam membina ketahanan juga kesejahteraan anak
(BKKBN, 2015).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 menyatakan bahwa
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian
ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu muda melahirkan (dibawah usia 20 tahun), terlalu
sering melahirkan, terlalu dekat jarak kelahiran, dan terlalu tua melahirkan (diatas 35 tahun).
KB merupakan salah satu cara paling efektif untuk meningkatkan ketahanan keluarga,
kesehatan dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan (BKKBN, 2015).
Jenis kontrasepsi implant adalah metode kontrasepsi yang berupa batang atau kapsul
silastik yang berisi hormon progesteron, pemasangan implant dilakukan dengan cara
memasukkan alat yang berupa batang atau kapsul silastik ini ke bawah kulit melalui insisi
(Saifuddin, 2010). Implant atau susuk kontrasepsi ini merupakan salah satu metode kontrasepsi
hormonal yang berbentuk batang dengan panjang 4 cm yang di dalamnya terdapat hormon
progesteron, hormon tersebut akan dilepaskan secara perlahan dimana akan bekerja dengan
efektif sebagai alat kontrasepsi selama 3-5 tahun, kemudian dari mulai pemakaian sampai 1
minggu disarankan untuk menggunakan alat kontrasepsi tambahan seperti kondom. Sama
seperti alat kontrasepsi hormonal lainnya, implant juga dapat mempengaruhi siklus menstruasi
akseptor dan dapat menyebabkan kenaikan berat badan selama penggunaanya, efek samping
utama adalah adanya perdarahan bercak dan amenorhea. (BKKBN, 2016)

B. SARAN
1. Petugas Kesehatan
 Diharapkan petugas kesehatan dapat melakukan pemasangan dan pencabutan KB
Implant sesuai prosedur sehingga tidak terjadi komplikasi
 Petugas kesehatan harus bias memberikan penyuluhan dan informasi sejelas-jelasnya
dan mudah dipahami agar ibu mengerti sebaik mungkin.
2. Ibu dan keluarga
Ibu dan keluarga diharapkan mau mengikuti anjuran dari petugas kesehatan demi
kelancaran pelayanan dan datang tepat waktu sesuai jadwal ulang kunjungan yang dianjurkan.
3.Untuk Mahasiswa
Peningkatan mutu materi kuliah dan praktek pada lahan yang memadai dan merata.

Anda mungkin juga menyukai