1.2 Tujuan
Menurut WHO (1970), Keluarga Berencana merupakan tindakan yang membantu
individu atau pasangan suami istri untuk:
a. Mendapatkan objektif-objektif tertentu
b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
d. Mengatur interval di antara kehamilan
e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan usia suami-istri
f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga
1.3 Manfaat
Keluarga berencana merupakan cara yang efektif untuk mencegah mortalitas ibu
dan anak, karena dapat menolong pasangan suami istri menghindari kehamilan risiko
tinggi.
Keluarga berencana tidak dapat menjamin kesehatan ibu dan anak, tetapi dapat
melindungi keluarga terhadap kehamilan risiko tinggi, menyelamatkan jiwa dan
mengurangi angka kesakitan ibu dan anak, sehingga dapat meringankan beban
ekonomi keluarga serta terbentuk keluarga bahagia sejahtera menurut norma-norma
yang ada.
1.4 Sasaran
Program Nasional Keluarga Berencana diarahkan pada dua bentuk sasaran:
a. Sasaran langsung
Yaitu pasangan usia subur (15-49 tahun) dengan jalan mereka secara bertahap
menjadi peserta KB aktif.
b. Sasaran tidak langsung
Yaitu organisasi-organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi-instansi
pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim ulama, wanita, dan
pemuda), diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap program keluarga
berencana.
4) Capronor
Terdiri dari 1 kapsul biodegradabel, mengandung levonorgestrel dan terdiri
dari polimer E-kaprolakton. Mempunyai diameter 0,24 cm terdiri dari dua ukuran
dengan panjang 2,5 cm mengandung 16 mg levonorgestrel dan panjang 4 cm men-
gandung 26 mg levonorgrestrel. Lama kerja 12-18 bulan, kecepatan pelepasan lev-
onorgestrel dari kaprolakton adalah 10 kali lipat lebih cepat dibanding silastik
(Hanafi, 2002)
1.5.1.4 Efektivtas
Sangat efektif (kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan) (Saifuddin, 2010)
1.5.1.5 Keuntungan
1) Keuntungan Kontrasepsi
a. Daya guna tinggi.
b. Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
c. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
d. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
e. Bebas dari pengaruh estrogen.
f. Tidak mengganggu kegiatan senggama
g. Tidak mengganggu ASI.
h. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
i. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
2) Keuntungan non Kontrasepsi
a. Mengurangi nyeri haid
b. Mengurangi jumlah darah haid
c. Mengurangi/memperbaiki anemia
d. Melindungi terjadinya kanker endometrium
e. Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
f. Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
g. Menurunkan angka kejadian endometriosis (Saifuddin, 2010)
1.5.1.6. Keterbatasan
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa
perdarahan bercak (spoting), hipermenorea atau meningkatkan jumlah darah haid
serta amenorea. Timbulnya keluhan-keluhan, seperti :
a. Nyeri kepala
b. Peningkatan/penurunan BB
c. Nyeri payudara
d. Perasaan mual
e. Pening/pusing kepala
f. Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)
g. Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
h. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk
AIDS
i. Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai
dengan keinginan akantetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan
j. Efektivitasnya menurun bila menggunakan obat-obat tuberkulosis
(Rifampisin) atau obat epilepsi (fenition dan barbiturat).
k. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000
perempuan pertahun)(Saifuddin, 2010).
1.5.2.8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pengguna akseptor kontrasepsi IUD /
AKDR menurut Sifuddin (2009) adalah sebagai berikut :
1. Infeksi
AKDR itu sendiri, atau benang yang berada di dalam vagina umumnya tidak
menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan steril. Infeksi
mungkin terjadi karena disebabkan oleh sudah adanya infeksi yang subakut atau
menahun pada traktus genitalis sebelum pemasangan AKDR.
2. Perforasi
Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun dapat terjadi
pula dikemudian hari. Pada permulaan hanya ujung AKDR saja yang menembus
dinding uterus, tetapi lama kelamaan dengan adanya kontraksi uterus, AKDR
terdorong lebih jauh menembus dinding uterus, sehingga akhirnya sampai ke
rongga perut. Kemungkinan adanya perforasi harus diperhatikan apabila pada
pemeriksaan dengan spekulum, benang AKDR tidak kelihatan. Dalam hal ini
pada pemeriksaan dengan sonde uterus atau mikrokuret tidak dirasakan AKDR
dalam rongga uterus. Jika ada kecurigaan kuat tentang terjadinya perforasi,
sebaiknya dilakukan foto rontgen, dan jika tampak di foto AKDR dalam rongga
panggul, hendaknya dilakukan histerografi untuk menetukan apakah AKDR
terletak di dalam atau diluar kavum uteri. Dewasa ini dapat dilakukan dengan
USG transvaginal atau USG transabdominal.
3. Kehamilan
Jika timbul kehamilan pada AKDR in situ, tidak akan timbul cacat pada bayi
baru lahir, oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding
rahim. Angka keguguran dengan AKDR in situ tinggi. Jika ditemukan
kehamilan dengan AKDR in situsedang benangnya masih kelihatan, sebaiknya
AKDR dikeluarkan oleh karena kemungkinan terjadinya abortus setelah AKDR
itu dikeluarkan lebih kecil daripada jika AKDR dibiarkan terus berada dalam
rongga uterus. Jika benang AKDR tidak kelihatan, sebaiknya AKDR dibiarkan
saja berada dalam uterus.
1.5.2.9. Pemasangan
Menurut Saifuddin (2009), AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut
ini :
1. Sewaktu haid sedang berlangsung
Pemasangan AKDR pada waktu ini dapat dilakukan pada hari-hari terakhir haid.
Keuntungan pemasangan AKDR pada waktu ini antara lain :
a. Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu itu agak ter-
buka dan lembek
b. Rasa nyeri tidak seberapa keras
c. Perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak seberapa di-
rasakan
d. Kemungkinan pemasangan AKDR pada uterusyang sedang hamil tidak
ada
2. Sewaktu postpartum
Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan :
a. Secara dini (immediate insertion) yaitu AKDR dipasang pada wanita
yang melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit
b. Secara langsung (direct insertion) yaitu AKDR dipasang dalam masa 3
bulan setelah partus atau abortus
c. Secara tidak langsung (indirect insertion) yaitu AKDR dipasang sesudah
masa 3 bulan setelah partus atau abortus
d. Pemasangan AKDR dilakukan pada saat yang tidak ada hubungan sama
sekali dengan partus atau abortus
Bila pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah
bersalin, sebaiknya AKDR ditangguhan sampai 6-8 minggu postpartum oleh
karena jika pemasangan AKDR dilakukan antara minggu kedua dan minggu
keenam setelah partus, bahaya perforasi atau ekspulsi lebih besar.
3. Sewaktu postabortum
Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi fisiologi
dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic abortion merupakan
kontraindikasi.
4. Beberapa hari setelah haid terakhir
Dalam hal yang terakhir ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk
bersenggama sebelum AKDR dipasang. Sebelum pemasangan AKDR
dilakukan, sebaiknya diperlihatkan pada akseptor bentuk AKDR yang dipasang,
dan bagaimana AKDR tersebut terletak dalam uterus setelah terpasang. Perlu
dijelaskan kemungkinan terjadinya efek samping seperti perdarahan, rasa sakit,
atau AKDR keluar sendiri. Untuk memilih AKDR yang akan dipasang, terlebih
dahulu ditentukan panjangnya rongga uterus. Selalu diusahakan untuk
memasang AKDR yang mempunyai ukuran yang sebesar mungkin oleh karena
dengan memakai AKDR yang mempunyai ukuran besar, kegagalan dan
kecenderungan untuk ekspulsi akan berkurang. Sebaliknya, ukuran yang lebih
kecil sebaiknya dipasang ada akseptor yang mengalami banyak perdarahan dan
rasa sakit.
KB Alamiah 25 1-9
Kondom Perempuan 21 5
Spermisida 29 18
Tanpa KB 85 85
Hal ini disebabkan oleh tehnik bedah mikro yang secara akurat
menyambung kembali tuba dengan trauma yang minimal,, mengurangi
perlekatan pasca operasi, mempertahankan fisiologi tuba, serta menjamin
fimbriae tuba tetap bebas sehingga fungsi penangkapan ovum masih tetap baik
((Prawiroharjo, 2010) walaupun angka keberhasilannya kecil.
Pada ibu yang post MOW sementara waktu akan merasa berduka atau
merasa kehilangan sesuatu dari tubuhnya disebabkan kurangnya pengetahuan
pasien tentang MOW ini atau tingkat pengetahuan / pendidikan pasien yang
rendah. Metode dengan operasi MOW ini dijalankan atas dasar sukarela dalam
rangka Keluarga Berencana. Tugas perawat harus memberikan penjelasan
tentang berbagai alternatif pengendalian kehamilan permanent dan sementara,
konseling difokuskan untuk membicarakan rasa takut dan pemahaman yang
keliru tentang MOW ini dan kenikmatan seksual menurun tidak benar kecuali
hal tersebut disebabkan oleh faktor psikis (Sujiyatini,2009).
b. Mekanisme Kerja MOW (Metode Operatif Wanita)
Mekanisme kerja dari MOW adalah dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat
dan memotong atau dengan memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat
bertemu dengan ovum.
d. Jenis MOW
· Manilaporotomi.
· Laparoskopi.
Klasifikasi Penjelasan
Kondisi Klasifikasi
Kehamilan C
Usia Muda B
Nulipara A
Paritas
Multipara A
Preeklamsia ringan A
Perdarahan Antepartum C
Ruptur Uterus D
< 7 hari A
7 – 24 hari C
Pasca Persalinan
≥ 24 hari A
Infeksi Nifas C
Perforasi Uterus D
Hematometra C
Penyakit Kardiovaskuler
Hipertensi terkontrol B
Penyakit vaskuler D
Riwayat TVD/EP A
Trombosis Vena Dalam/
TVD/EP saat ini C
Emboli Paru
Riwayat Keluarga dengan TVD/EP A
Imobilisasi Lama C
Bedah Mayor
Tanpa Imobilisasi Lama A
Bedah Minor A
Mutasi Trombogenik A
Tromboflebitis Permukaan A
Riwayat B
Stroke B
Hiperlipidemia A
Kelainan Neurologis
Migrain A
Epilepsi B
Depresi
Depresi B
Irreguler A
Perdarahan Pervaginam
Banyak A
Endometriosis D
Dismenorea Berat A
Jinak A
Penyakit Trofoblas
Ganas C
Ektropion Serviks A
Kanker Endometrium C
Kanker Ovarium C
Saat ini C
Purulen servisitis/infeksi
C
klamidia/gonorea
Vaginitis A
HIV/AIDS
Terinfeksi HIV A
AIDS D
Infeksi Lain
Tanpa Komplikasi A
Skistosomiasis
Fibrosis Hati B
Nonpelvis A
Tuberkulosis
Pelvis D
Malaria A
Penyakit Endokrin
Non-Insulin Dependen B
Insulin Dependen B
Diabetes
Nefropati/renopati/neuropati D
Goiter A
Hipotiroid B
Penyakit Gastrointestinal
Asismtomatik A
Aktif C
Hepatitis Virus
Carier A
Ringan B
Sirosis
Berat D
Jinak (Adenoma) B
Tumor Hati
Malignan (Hepatoma) B
Talasemia B
Hb 7 – 10 gr% B
Bronkhitis, pneumonia C
Penyakit Paru
Asthma, Emfisema, Infeksi Paru D
Infeksi Sistemik/Gastroenteritis C
Hernia Diagfragmatikus B
Penyakit Ginjal B
Keadaan Infeksi C
Kontrasepsi
· Motivasi kepada pasien hanya dilakukan satu kali saja, sehingga tidak diper-
lukan motivasi yang berulang-ulang.
· Sangat efektif/ Efektivitas hampir 100% (0,5 kehamilan per 100 perempuan se-
lama tahun pertama penggunaan).
· Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding).
· Tidak bergantung pada faktor sanggama.
· Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius.
· Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal.
· Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
· Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hor-
mon ovarium).
· Tidak mempengaruhi libido seksualitas
· Kegagalan dari pihak pasien (patient’s failure) tidak ada.
Nonkontrasepsi
· Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat dip-
ulihkan kembali), kecuali dengan operasi rekanalisasi.
· Klien dapat menyesal di kemudian hari.
· Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum).
· Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan.
· Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau
dokter spesialis bedah untuk proses laparoskopi).
· Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS
Metode dengan operasi dewasa ini dijalankan atas dasar sukarela dalam
rangka keluarga berencana.Kerugiannya ialah bahwa tindakan ini dapat dianggap
tidak reversible, walaupun sekarang ada kemungkinan untuk membuka tuba
kembali pada mereka yang akhirnya masih menginginkan anak lagi dengan operasi
rekanalisasi.Oleh karena itu, penutupan tuba hanya dapat dikerjakan pada mereka
yang memenuhi syarat-syarat tertentu (Prawiroharjo, 2010).
· Usia> 26 tahun.
· Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya.
· Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius.
· Pasca persalinan.
· Pasca keguguran.
· Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur
Keadaan Anjuran
Masalah – masalah medis signifikan Klien dengan masalah medis yang
(misalnya penyakit jantung atau signifikan menghakekati penatalaksanaan
pembekuan darah, Penyakit Radang lanjutan dan bedah yang khusus.
Panggul Sebenlumnya / sekarang, Misalnya, prosedur ini harus dilakukan di
obesitas diabetes. rumah sakit tipe A atau B atau fasilitas
swasta dan bukan di sebuah ambulatory
facility. Bila memungkinkan, masalah –
masalah medis yang signifikan sebaiknya
din kontrol proses pembedahan.
Anak tunggal dan /atau dengan tanpa Nasihat yang sangat hati-hati dan
anak sama sekali membutuhkan yang bijak. Bantulah klien
untuk memilih metode yang lain, bila
perlu.
Tabel Keadaan yang memerlukan kehati-hatian(Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi, 2011)
• Pasca keguguran.
- Triwulan kedua: dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi
pelvik (minilap saja).
Persiapan Klien
a. Konseling
1. Konseling merupakan salah satu bagian penting dalam pelayanan kontap. Tu-
juannya ialah untuk membantu calon akseptor kontap memperoleh informasi
lebih lanjut mengenai kontap, dan pengertian yang lebih baik mengenai
dirinya, keinginannya, sikapnya, kekhawatirannya, dan sebagainya, dalam us-
ahanya untuk memahami, dan mengatasi permasalahan yang sedang di-
hadapinya. Kegiatan konseling dengan demikian merupakan kegiatan penye-
lenggaraan suatu bentuk percakapan yang dilaksanakan berdasrkan per-
syaratan tertentu. Hal ini berarti setiap tenaga konselor perlu mengikuti pen-
didikan konseling yang diadakan khusus untuk keperluan kontap ini. Oleh
karena pelayanan konseling merupakan bagian dari pelayanan kontap secara
menyeluruh, maka pelayanan konseling kontap harus diprogramkan dengan
baik. Hal ini berarti bahwa pelayanan konseling kontap tidak berhenti pada
pratindakan kontap itu saja, tetapi dapat berlanjut pada saat tindakan itu
sendiri dan sesudah tindakan kontap tersebut dilaksankan.
2. Secara khusus dapat dikatakan bahwa tujuan konseling pratindakan kontap
bertujuan untuk:
a. Membantu suami istri untuk memilih salah satu cara kontrasepsi yang
paling baik dan digunkan mereka dalam kurun reproduksinya.
b. Mengenal dan menghilangkan keragu-raguan atau kesalah pahaman
mengenai kontap itu sendiri.
c. Menjamin bahwa pilihan untuk memilih kontap sebagai kontrasepsi bagi
dirinya adalah benar-benar sukarela tanpa paksaan.
d. Memberikan informasi mengenai tata cara pelaksanaan kontap itu
sendiri, termasuk pengisian permohonan dan persetujuan untuk dilak-
sankan kontap pada dirinya, prosedur operasinya, dan follow upnya.
3. Selama tindakan, tujuan konseling ialah untuk:
a. Meningkatkan keyakinan dan membantu menenangkan calon akseptor
untuk mempermudah pelaksanaan kontap.
b. Menenangkan pasangan dan anggota keluarga lain yang ikut mengantar
atau menemani calon akseptor.
4. Sesudah tindakan, maka tujuan konseling ialah untuk:
a. Mengenal dan menghilangkan kesalahpahaman yang dikaitkan dengan tindakan
kontap yang diperolehnya.
b. Membantu meningkatkan keyakinan dan penerimaan akseptor akan pelayanan kon-
tap yang diperolehnya.
b.Syarat-Syarat
1. Syarat-syarat untuk menjadi akseptor kontap meliputi syarat sukarela, syarat baha-
gia, dan syarat medic.
2. Syarat sukarela meliputi:
a. Bahwa pada saat ini selain kontap masih ada kontrasepsi lainnya yang dapat digu-
nakan untuk menjarangkan kehamilan, tetapi mereka tetap memilih kontap untuk
menciptakan keluarga kecil.
b. Telah dijelaskan bahwa kontap merupakan tindakan bedah dan setiap tindakan be-
dah selalu ada risikonya, walaupun dalam hal ini kecil, tetapi mereka yakin akan
kemampuan dokter yang melaksanakannya dan faktor risiko dianggap oleh mereka
hanya faktor kebetulan saja.
c. Bahwa kontap adalah kontrasepsi permanen dan tidak dapat dipulihkan kembali,
oleh karena itu mereka sulit untuk mempunyai keturunan lagi, tetapi mereka den-
gan sadar memang tidak ingin untuk menambah jumlah anak lagi untuk selamanya.
d. Bahwa mereka telah diberi kesempatan untuk mempertimbangkan maksud pilihan
kontrasepsinya, tetapi tetap memilih kontap ini sebagai kontrasepsi bagi mereka.
3. Setelah keempat syarat sukarela tersebut dipenuhi belum berarti mereka dapat
segera dilakukan kontap. Nilai ukur untuk dikatakan bahwa keluarga tersebut
adalah keluarga bahagia pun harus dipenuhi pula. Nilai ukur ini dapat diketahui
saat konseling dengan wawancara tertentu, antara lain diketahui bahwa suami istri
ini terikat dalam perkawinan yang sah, harmonis, dan telah mempunyai sekurang-
kurangnya 2 orang anak hidup, dengan umur anak terkecil 2 tahun dan umur istri
sekurang-kurangnya 25 tahun. Ditetapkannya umur anak terkecil disebabkan angka
kematian anak di Indonesia masih tinggi , dan ditetapkannya umur istri disebabkan
pada beberapa daerah tertentu angka perceraian juga masih tinggi.
4. Setelah syarat bahagia ini dipenuhi, syarat medic kemudian dipertimbangkan, ter-
masuk pemeriksaan fisik, ginekologik dan laboratorik.
Persiapan Medik
a. Ruang Operasi
Ruang operasi harus tertutup dengan pintu yang dapat dikunci dan harus jauh
dari daerah sibuk. Untuk itu diperlukan:
Tersedia pula tempat atau kantong plastik yang dapat ditutup rapat dan
bebas dari kebocoran untuk pembuangan limbah.
Klien dianjurkan mandi sebelum mengunjungi tempat pelayanan. Bila tidak sem-
pat, minta klien untuk membersihkan bagian abdomen/perut bawah, pubis dan
vagina dengan sabun dan air.
Bila menutupi daerah operasi, rambut pubis cukup digunting (bukan/tidak
dicukur). Pencukuran hanya dilakukan apabila sangat menutupi daerah operasi dan
waktu pencukuran adalah sesaat sebelum operasi dilaksanakan.
Bila menggunakan elevator atau manipulator rahim, sebaiknya dilakukan pen-
gusapan larutan antiseptik (misal Povidon lodin) pada serviks dan vagina (terutama
klien masa interval).
Setelah pengolesan Betadin/Povidon Iodin pada kulit, tunggu 1 - 2 menit agar
jodium bebas yang dilepaskan dapat membunuh mikroorganisme dengan baik.
c. Kelengkapan untuk Klien dan Petugas Ruang Operasi
Karena ruang bedah dirancang bebas dari berbagai pencemaran, klien dan petugas
ruang bedah harus dipersiapkan sebaik mungkin.
Klien menggunakan pakaian operasi. Bila tidak tersedia, kain penutup yang bersih
dapat dipergunakan untuk klien.
Operator dan petugas kamar operasi harus dalam keadaan siap (mencuci tangan,
berpakaian operasi, memakai sarung tangan, topi, dan masker) saat berada di ruang
operasi.
Masker harus menutupi mulut dan hidung, bila basah/lembab harus diganti.
Topi harus menutupi rambut.
Sepatu luar harus dilepas, ganti dengan sepatu atau sandal yang tertutup yang
khusus dipergunakan untuk ruang operasi.
d. Pencegahan Infeksi
Sebelum pembedahan
Diazepam 0,10 5 mg 10 mg
Alternatif :
Meperidin (Pethidin®) 1 mg 50 mg 75 mg
Alternatif :
Lidokain
1% Sampai 5 5 ml 1% Lidokain
cc/tuba (Xylocaine®, lingo caine®)
Analgesik untuk setiap tuba 5 ml 0,5
Bupi vakain (Marcaine®)
lidokain gel 2%.
Lidokain (Xylocaine®,
Lignocaine®) 1% 20 cc
(maksimal 300 mg),
Bupivakain (Marcaine®)
0,5% 20 cc (maksimum 125
Analgesik lokal Maks.300
mg)
mg/ 20cc
· Semua petugas yang terlibat dalam kegiatan tubektomi harus mengetahui dan
menguasai penggunaan obat-obat anestesi.
· Obat untuk keadaan darurat, demikian pula peralatan lainnya, harus sudah terse-
dia sebelum melakukan tindakan bedah dan petugas yang ada harus mengetahui
cara penggunaannya.
· Sebaiknya tersedia dokter spesialis anestesi atau perawat/penata anestesi ketika
menggunakan anestesi umum.
j. Teknik Operasi
Tindakan yang dilakukan sebagai tindakan pendahuluan untuk mencapai
tuba falloppii terdiri atas pembedahan transabdominal seperti laparotomi,
minilaparotomi, laparoskopi, dan pembedahan transvaginal seperti kolpotomi
posterior, kuldoskopi, serta pembedahan transservikal (trans-uterin), seperti
penutupan lumen tuba histeroskopik.
Untuk menutup lumen dalam tuba, dapat dilakukan pemotongan tuba dengan
berbagai macam tindakan operatif, seperti cara Pomeroy, cara Irving, cara Uchida,
cara Kroener, cara Aldridge. Pada cara Madlener, tuba tidak dipotong. Disamping
cara-cara tersebut, penutupan tuba dapat pula dilakukan dengan jalan kauterisasi
tuba, penutupan tuba dengan clips, Falope ring, Yoon ring, dan lain-lain.
Laparotomi
Tindakan ini tidak dilakukan lagi sebagai tindakan khusus guna
tubektomi. Disini pentupan tuba dijalankan sebagai tindakan tambahan apabila
wanita yang bersangkutan perlu dibedah untuk keperluan lain. Misalnya, pada
wanita yang perlu dilakukan seksio sesaria, kadang-kadang tuba kanan dan kiri
ditutup apabila tidak diinginkan bahwa ia hamil lagi.
Laparotomi Postpartum
Laprotomi ini dilakukan satu hari postpartum.Keuntungannya ialah
bahwa waktu perwatan nifas sekaligus dapat digunakan untuk perawatan pasca
operasi dan oleh karena uterus masih besar, cukup dilakukan sayatan kecil dekat
fundus uteri untuk mencapai tuba kanan dan kiri. Sayatan dilakukan dengan
sayatan semi lunar (bulan sabit) di garis tengah distal dari pusat dengan panjang
kurang lebih 3 cm dan penutupan tuba biasanya diselenggarakan dengan cara
Pomeroy.
Minilaparotomi
Metode ini merupakan penyederhanaan laparotomi terdahulu, hanya
diperlukan sayatan kecil (sekitar 3 cm) baik pada daerah perut bawah (suprapubik)
maupun subumbilikal (pada lingkar pusat bawah).Tindakan ini dapat dilakukan
terhadap banyak klien, relatif murah, dan dapat dilakukan oleh dokter yang diberi
latihan khusus.Operasi ini aman dan efektif.
Laparoskopi
Prosedur ini memerlukan tenaga Spesialis Kebidanan dan Penyakit
Kandungan yang telah dilatih secara khusus agar pelaksanaannya aman dan
efektif.Teknik ini dapat dilakukan pada 6 - 8 minggu pasca persalinan atau setelah
abortus (tanpa komplikasi).Laparoskopi sebaiknya dipergunakan pada jumlah klien
yang cukup banyak karena peralatan laparoskopi dan biaya pemeliharaannya cukup
mahal.Seperti halnya minilaparotomi, laparoskopi dapat digunakan dengan anestesi
lokal dan diperlakukan sebagai klien rawat jalan setelah pelayanan.Laparoskopi
juga cocok untuk klien yang kritis karena tidak banyak menimbulkan rasa tidak
enak serta parut lukanya minimal.Peralatan ini juga dapat dipakai untuk
diagnostik.Peralatan ini memerlukan perawatan yang cukup rumit dan sebaiknya
ada tenaga ahli anestesi pada saat tindakan laparoskopi berlangsung.
Kuldoskopi
Wanita ditempatkan pada posisi menungging (posisi genupektoral) dan
setelah spekulum dimasukkan dan bibir belakang serviks uteri dijepit dan uterus
ditarik ke luar dan agak ke atas, tampak kavum Douglasi mekar di antara
ligamentum sakro-uterinum kanan dan kiri sebagai tanda bahwa tidak ada
perlekatan.Dilakukan pungsi dengan jarum Touhy di belakang uterus, dan melalui
jarum tersebut udara masuk dan usus-usus terdorong ke rongga perut.Setelah jarum
diangkat, lubang diperbesar, sehingga dapt dimasukkan kuldoskop. Melalui
kuldoskop dilakukan pengamatan adneksa dan dengan cunam khusus tuba dijepit
dan ditarik ke luar untuk dilakukan penutupannya dengan cara Pomeroy, cara
Kroener, Kauterisasi, atau pemasangan cincin Falope.
Cara Madlener
Bagian tengah dari tuba diangkat dengan cunam Pean, sehingga terbentuk
suatu lipatan terbuka.Kemudian, dasar dari lipatan tersebut dijepit dengan cunam
kuat-kuat, dan selanjutnya dasar itu diikat dengan benang yang tidak dapat diserap.
Pada cara ini tidak dilakukan pemotongan tuba. Sekarang cara Madlener tidak
dilakukan lagi oleh karena angka kegagalannya relatif tinggi, yaitu 1% sampai 3%.
Cara Pomeroy
Cara Pomeroy banyak dilakukan.Cara ini dilakukan dengan mengangkat
bagian tengah dari tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian
bagian dasarnya diikat dengan benang yang dapat diserap, tuba di atas dasar itu
dipotong. Setelah benang pengikat diserap, maka ujung-ujung tuba akhirnya
terpisah satu sama lain. Angka kegagalannya berkisar antara 0-0,4%.
Cara Irving
Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap;
ujung proksimal dari tuba ditanamkan ke dalam miometrium, sedangkan ujung
distal ditanamkan ke dalam ligamentum latum.
Cara Aldridge
Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian distal
bersama-sama dengan fimbriae ditanam ke dalam ligamentum latum.
Cara Uchida
Pada cara ini tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil
(minilaparotomi) di atas simfisis pubis. Kemudian di daerah ampulla tuba
dilakukan suntikan dengan larutan adrenalin dalam air garam di bawah serosa
tuba.Akibat suntikan ini, menosalping di daerah tersebut mengembung.Lalu, dibuat
sayatan kecil di daerah yang kembung tersebut.Serosa dibebaskan dari tuba
sepanjang kira-kira 4-5 cm; tuba dicari dan setelah ditemukan dijepit, diikat, lalu
digunting.Ujung tuba yang proksimalakan tertanam dengan sendirinya di bawah
serosa, sedangkan ujung tuba yang distal dibiarkan berada di luar serosa.Luka
sayatan dijahit secara kantong tembakau. Angka kegagalan cara ini adalah nol.
Cara Kroener
Bagian fimbriae dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi.Suatu ikatan
dengan benang sutera dibuat melalui bagian mesosalping di bawah fimbriae.
Jahitan ini diikat dua kali, satu mengelilingi tuba dan yang lain mengelilingi tuba
sebelah proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh fimbriae dipotong.Setelah
pasti tidak ada perdarahan, maka tuba dikembalikan ke dalam rongga perut.
Teknik ini banyak digunakan. Keuntungan cara ini antara lain sangat
kecilnya kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum. Angka
kegagalannya 0,19%.
Bila memang perlu dilakukan anestesi umum, hal ini harus dilakukan oleh
spesialis anestesiologi, gunakan pipa endotrakeal, tersedianya alat-alat anestesi,
ventilator, dan perlengkapan untuk tindakan gawat darurat (termasuk obat-
obatannya).
Setiap 15 menit dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan nadi. Bila telah
diperbolehkan minum, sebaiknya klien diberi cairan yang mengandung gula (fanta
atau coca cola, sari buah atau gula-gula) untuk membantu meningkatkan kadar
glukosa darah: Lakukan roinberg sign (klien disuruh berdiri dengan mata tertutup),
bila penderita tampak stabil, suruh mengenakan pakaian dan tentukan pemulihan
kesadaran. Apabila semua berjalan baik, klien dapat dipulangkan.
Kegagalan
Tubektomi sangat efektif tetapi kemungkinan terjadinya kehamilan tetap
ada, baik dalam rahim maupun di luar rahim/ektopik sehingga petugas klinik
terdekat harus mengetahui gejala-gejala kehamilan tersebut, baik yang di dalam
maupun yang di luar rahim.Selanjutnya membawa klien tersebut ke klinik/dokter
untuk membuat diagnosis pasti. Bila ternyata terjadi kehamilan ektopik, harus
dilakukan tindakan segera, untuk mengatasinya
Komplikasi Penanganan
Demam pasca operasi (> 38° C). Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan.
Luka pada kandung kemih, intestinal Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat. Apabila
(jarang terjadi). kandung kemih atau usus luka dan diketahui sewaktu
operasi, lakukan reparasi primer. Apabila ditemukan
pasca operasi, dirujuk ke rumah sakit yang tepat bila
perlu.
Emboli gas yang diakibatkan Ajukan ke tingkat asuhan yang tepat dan mulailah
laparoskopi (sangat jarang terjadi). resusitasi intensif, termasuk:
Rasa sakit pada lokasi pembedahan. Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati
berdasarkan apa yang ditemukan.
Perdarahan superficial(tepi-tepi kulit Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan apa yang
yang atau subkutan) ditemukan.
Informasi Umum
a. Nyeri bahu selama 12-24 jam setelah laparaskopi relatif lazim dialami karena
gas CO2 atau udara di bawah diafragma, sekunder terhadap pneumoperi-
toneum.
b. Tubektomi efektif setelah operasi
c. Periode menstruasi akan berlanjut seperti biasa
d. Tubektomi tidak memberikan perlindungan atas IMS, termasuk virus AIDS.
Apabila pasangannya berisiko, pasangan tersebut sebaiknya mempergunakan
kondom bahkan setelah tubektomi
(Saifuddin, 2013).
F. WAKTU MEMULAI KB
G. METODE PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI
Dalam menetukan pilihan penggunakan alat kontrasepsi calon akseptor dapat
memperhatikan prinsip berikut ini: MESRA
Murah
Artinya memang lebih murah bila dibandingkan dengan alat kontrasepsi lainnya apalagi
berjangka panjang.
Efektif
Artinya angka kegagalan untuk kehamilan kecil kurang lebih 1/1000 akseptor.
Sederhana
Artinya peralatan yang digunakan harus sederhana.
Resiko Rendah
Artinya angka kematian akibat tindakan ini hampir tidak ada.
Aman
Artinya tidak memberika gejala efek samping kasus komplikasi hematoma sedikit.