Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia terdapat berbagai macam metode keluarga berencana

seperti alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), susuk/implant, kontrasepsi

suntikan, kontrasepsi pil, kondom, dan kontrasepsi mantap, metode operasi

wanita (MOW) dan metode operasi pria (MOP). Hal ini disesuaikan dengan

pilihan akseptor (Sarwono, 2008).

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

besar.Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup besar, sehingga perlu

dilakukan program pembatasan angka kelahiran.Program pembatasan angka

kelahiran di Indonesia dikenal dengan program keluarga berencana yang

disingkat dengan KB. Pembatasan kelahiran tersebut bertujuan tidak hanya

untuk membatasi angka kelahiran tetapi juga mengurangi angka mortalitas

ibu dan anak, terutama ibu dengan usia tua, yang ketika hamil, angka

morbiditas dan mortalitas cukup tinggi dan juga kemungkinan anak yang

dilahirkan menderita gangguan kromosomal seperti sindrom Down dan

sebagainya cukup tinggi. (Dep.Kes, 2012).

Program KB di Indonesia dijalankan dengan cara kontrasepsi yaitu

upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat

sementara, dapat pula bersifat permanen. Namun sampai saat ini belum ada

suatu cara kontrasepsi yang 100% ideal, karena idealnya suatu kontrasepsi

1
dilihat dari daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak

memerlukan motivasi terus-menerus, dan efek samping minimal. (Dep.Kes,

2012).

Gerakan KB tahap kedua sekarang ini sedang berusaha meningkatkan

mutu para pelaksana, pengelola dan peserta KB disemua lini lapangan di

pedesaan baik di kota maupun di desa. Begitu juga dengan para akseptor KB

diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup tentang alat kontrasepsi yang

digunakannya (Hartanto, 2002).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Ny“E” Akseptor

Suntikan cyclofem pada tanggal 13-04-2017 dengan menggunakan

pendekatan manajemen asuhan kebidanan sesuai dengan wewenang

bidan.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melaksanakan pengkajian dan analisa data pada Ny”E”

Akseptor Suntikan

b. Dapat menganalisis dan menginterpretasikan data untuk

menentukan diagnosa dan masalah aktual pada Ny”E” Akseptor

Suntikan

c. Dapat menganalisis dan menginterpretasikan data untuk

menentukan diagnosa dan masalah potensial pada Ny”E” Akseptor

Suntikan

2
d. Dapat melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi guna

pemecahan masalah pada Ny”E” Akseptor Suntikan

e. Dapat merencanakan tindakan Asuhan Kebidanan pada Ny.”E”

Akseptor Suntikan

f. Dapat melaksanakan tindakan Asuhan Kebidanan pada Ny”E”

Akseptor Suntikan

g. Dapat mengevaluasi hasil tindakan Asuhan Kebidanan pada Ny”E”

Akseptor Suntikan

C. Manfaat

1. Manfaat bagi institusi

Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi rekan-rekan

mahasiswa Akademi Kesehatan Program Diploma III Kebidanan dalam

pelaksanan Asuhan Kebidanan.

2. Manfaat bagi penulis

Sebagai pengalaman ilmiah yang berharga yang dapat meningkatkan

dan menambah wawasan tentang keluarga berencana.

3. Manfaat bagi klien

Agar klien / keluarga bisa mengetahui dan mengerti serta memahami

tentang keluarga berencana.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teoritis Kasus

1. Definisi

Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya

kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal jenis

KB suntikan ini di Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya

yang efektif, pemakaiannya yang praktis, harganya relatif murah dan

aman.

Sebelum disuntik, kesehatan ibu harus diperiksa dulu untuk

memastikan kecocokannya. Suntikan diberikan saat ibu dalam keadaan

tidak hamil. Umumnya pemakai suntikan KB mempunyai persyaratan

sama dengan pemakai pil, begitu pula bagi orang yang tidak boleh

memakai suntikan KB, termasuk penggunaan cara KB hormonal selama

maksimal 5 tahun.

2. Jenis KB suntik

Jenis-jenis alat KB suntik yang sering digunakan di Indonesia antara lain:

a. Suntikan 1 bulan, contoh : cyclofem

b. Suntikan 3 bulan, contoh : Depoprovera, Depogestin

4. Cara Kerja

Cara kerja kontrasepsi suntik adalah sebagai berikut :

a. Menghalangi ovulasi (masa subur)

4
b. Mengubah lendir serviks (vagina) menjadi kental

c. Menghambat sperma & menimbulkan perubahan pada rahim

d. Mencegah terjadinya pertemuan sel telur & sperma

e. Mengubah kecepatan transportasi sel telur.

Suntikan KB adalah suatu cairan berisi zat untuk mencegah

kehamilan selama jangka waktu tertentu (antara 1 – 3 bulan). Cairan

tersebut merupakan hormon sistesis progesteron. Pada saat ini terdapat dua

macam suntikan KB, yaitu golongan progestin seperti Depo-provera,

Depo-geston, Depo Progestin, dan Noristat, dan golongan kedua yaitu

campuran progestin dan estrogen propionat, misalnya Cyclo Provera.

Hormon ini akan membuat lendir rahim menjadi kental, sehingga sel

sperma tidak dapat masuk ke rahim. Zat ini juga mencegah keluarnya sel

telur (ovulasi) dan membuat uterus (dinding rahim) tidak siap menerima

hasil pembuahan

Hanafi Hartanto (1996) menjelaskan mekanisme kerja kontrasepsi

suntik dalam dua bagian, yaitu primer dan sekunder.

a. Mekanisme primer adalah mencegah ovulasi. Pada mekanisme ini,

kadar FSH dan LH menurun dan tidak terjadi sentakan LH. Respons

kelenjar hipofise terhadap gonadotropin-releasing hormon eksogenous

tidak berubah, sehingga memberi kesan proses terjadi di hipotalamus

dari pada di hipofise. Ini berbeda dengan pil oral kombinasi (POK),

yang tampaknya menghambat ovulasi melalui efek langsung pada

5
kelenjar hipofise. Penggunaan kontrasepsi suntikan tidak menyebabkan

keadaan hipo-estrogenik.

Pada pemakaian KB Suntik Depoprovera, endometrium menjadi

dangkal dan atrofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Sering

stroma menjadi oedematous. Dengan pemakaian jangka lama,

endometrium dapat menjadi sedemikian sedikitnya, sehingga tidak

didapatkan atau hanya terdapat sedikit sekali jaringan bila dilakukan

biopsi. Tetapi, perubahan-perubahan tersebut akan kembali menjadi

normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan berakhir.

b. mekanisme sekunder, lendir serviks menjadi kental dan sedikit sehingga

merupakan barier terhadap spermatozoa. Mekanisme sekunder ini juga

membuat endometium kurang layak untuk implantasi dari ovum yang

telah dibuahi. Mekanisme ini mungkin juga mempengaruhi kecepatan

transport ovum di dalam tuba fallopii.

Pemberian hormon progestin akan menyebabkan pengentalan

mukus serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma.

Hormon tersebut juga mencegah pelepasan sel telur yang dikeluarkan

tubuh wanita. Tanpa pelepasan sel telur, seorang wanita tidak akan

mungkin hamil. Selain itu pada penggunaan Depo Provera,

endometrium menjadi tipis dan atrofi dengan berkurangnya aktifitas

kelenjar. Sedangkan hormon progestin dengan sedikit hormon estrogen

akan merangsang timbulnya haid setiap bulan.

6
5. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SERTA EFEK SAMPING

a. KEUNTUNGAN

Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sementara yang paling baik,

dengan angka kegagalan kurang dari 0,1% pertahun (Saifuddin, 1996).

Suntikan KB tidak mengganggu kelancaran air susu ibu (ASI), kecuali

Cyclofem. Suntikan KB mungkin dapat melindungi ibu dari anemia (kurang

darah), memberi perlindungan terhadap radang panggul dan untuk

pengobatan kanker bagian dalam rahim.

Kontrasepsi suntik memiliki resiko kesehatan yang sangat kecil,

tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri. Pemeriksaan dalam tidak

diperlukan pada pemakaian awal, dan dapat dilaksanakan oleh tenaga

paramedis baik perawat maupun bidan. Kontrasepsi suntik yang tidak

mengandung estrogen tidak mempengaruhi secara serius pada penyakit

jantung dan reaksi penggumpalan darah.

Oleh karena tindakan dilakukan oleh tenaga medis/paramedis,

peserta tidak perlu menyimpan obat suntik, tidak perlu mengingat setiap

hari, kecuali hanya untuk kembali melakukan suntikan berikutnya.

Kontrasepsi ini tidak menimbulkan ketergantungan, hanya saja peserta harus

rutin kontrol setiap 1, 2 atau 3 bulan. Reaksi suntikan berlangsung sangat

cepat (kurang dri 24 jam), dan dapat digunakan oleh wanita tua di atas 35

tahun, kecuali Cyclofem.

7
b. KERUGIAN

1) Gangguan haid. Siklus haid memendek atau memanjang, perdarahan

yang banyak atau sedikit, spotting, tidak haid sama sekali.

2) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu

3) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering

4) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian

5) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka

panjang

6) Pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan densitas tulang

7) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan

pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala,

nervositas, dan jerawat

6. EFEK SAMPING

Efek yang terakhir dan efek peningkatan berat badan terjadi karena

pengaruh hormonal, yaitu progesterone. Progesterone dalam alat

kontrasepsi tersebut berfungsi untuk mengentalkan lendir serviks dan

mengurangi kemampuan rahim untuk menerima sel yang telah dibuahi.

Namun hormon ini juga mempermudah perubahan karbohidrat menjadi

lemak, sehingga sering kali efek sampingnya adalah penumpukan lemak

yang menyebabkan berat badan bertambah dan menurunnya gairah

seksual.

Salah satu sifat lemak adalah sulit bereaksi atau berikatan dengan air,

sehingga organ yang mengandung banyak lemak cenderung mempunyai

8
mempunyai kandungan air yang sedikit / kering. Kondisi ini juga terjadi

pada vagina sebagai akibat sampingan dari hormon progesteron. Vagina

menjadi kering, sehingga merasa sakit (dispareuni) saat melakukan

hubungan seksual, dan jika kondisi ini berlangsung lama akan

menimbulkan penurunan gairah atau disfungsi seksual pada wanita.

7. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI

a. INDIKASI

Indikasi pemakaian kontrasepsi suntik antara lain jika klien

menghendaki pemakaian kontrasepsi jangka panjang, atau klien telah

mempunyai cukup anak sesuai harapan, tapi saat ini belum siap.

Kontrasepsi ini juga cocok untuk klien yang menghendaki tidak ingin

menggunakan kontrasepsi setiap hari atau saat melakukan sanggama,

atau klien dengan kontra indikasi pemakaian estrogen, dan klien yang

sedang menyusui. Klien yang mendekati masa menopause, atau sedang

menunggu proses sterilisasi juga cocok menggunakan kontrasepsi

suntik.

b. KONTRA INDIKASI

Beberapa keadaan kelainan atau penyakit, merupakan kontra

indikasi pemakaian suntikan KB. Ibu dikatakan tidak cocok

menggunakan KB suntik jika ibu sedang hamil, ibu yang menderita

sakit kuning (liver), kelainan jantung, varises (urat kaki keluar),

mengidap tekanan darah tinggi, kanker payudara atau organ reproduksi,

atau menderita kencing manis. Selain itu, ibu yang merupakan perokok

9
berat, sedang dalam persiapan operasi, pengeluaran darah yang tidak

jelas dari vagina, sakit kepala sebelah (migrain) merupakan kelainan-

kelainan yang menjadi pantangan penggunaan KB suntik ini

8. CARA PEMBERIAN

a. Waktu Pemberian

1) Setelah melahirkan : hari ke 3 – 5 pasca salin dan setelah ASI

berproduksi

2) Setelah keguguran : segera setelah dilakukan kuretase atau 30 hari

setelah keguguran (asal ibu belum hamil lagi)

3) Dalam masa haid : Hari pertama sampai hari ke-5 masa haid

b. Lokasi Penyuntikan

1) Daerah bokong/pantat

2) Daerah otot lengan atas

c. Teknik Suntikan

1) Kocok botol dengan baik, hindarkan terjadinya gelembung-

gelembung udara (pada cyclofem), keluarkan isinya.

2) Suntikkan secara intramuscular dalam di daerah bokong ( gluteal ),

apabila suntikan terlalu dangkal, penyerapan hormone menjadi

lambat dan tidak bekerja segera dan efektif.

3) Cyclofem 25 mg medroksi progesterone asetat dan 5 mg estrogen

sipionat diberikan setiap bulan, di Indonesia 85% peserta suntikan

cyclofem pola haid nya teratur.

10
d. Interaksi Obat :

Aminoglutethimide (Cytadren) mungkin dapat meningkatkan

eliminasi dari medroxyprogesterone lewat hati dengan menurunkan

konsentrasi medroxyprogesterone dalam darah dan memungkinkan

pengurangan efektivitas medroxyprogesterone.

e. Cara Penyimpanan :

Disimpan dalam suhu 20-25°C

B. Teoritis Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut varney

Menurut Helen Varney (2007) dalam buku Yulifah & surachmindari

(2013); Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metide untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

dengan urutan logis dan perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan yang

berdasarkan ilmiah, penemuan, dan keterampilan dalam tahapan yang logis

untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.

Manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah menurut Varney, yaitu sebagai

berikut :

1. Langkah I : Pengkajian

a. Pada langkah pertama ini, dilakukan pengkajian dengan pengumpulan

semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara

lengkap.

b. Pemeriksaan fisik dimaksudkan untuk memperoleh data objektif.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut.

11
1) Pemeriksaan umum

2) Pengukuran tanda-tanda vital

3) Pemeriksaan fisik khusus

4) Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan laboratorium

b) Pemeriksaan rontgen

c) Pemeriksaan USG

2. Langkah II : Identifikasi Diagnosa dan Masalah

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau

masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang benat atas

data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di

interprestasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang

spesifik.

3. Langkah III : Identifikasi Diagnosis dan masalah Potensial

Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis

potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah diidentifikasi.

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan

pencegahan sambil mengamati klien, bidan di harapkan dapat bersiap-siap

bila diagnosis/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Langkah ini

penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.

4. Langkah IV : Identifikasi Kebutuhan Segera

Pada langkah ini, bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera,

melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain

12
berdasarkan kondisi klien. Setelah itu mengidentifikasi perlunya tindakan

segera oleh bidan atau dokter dan/ untuk dikonsultasikan atau ditangani

bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi

klien. Langkah keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses

manajemen kebidanan yang terjadi dalam kondisi darurat.

5. Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh (Intervensi)

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah

teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan,

tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut,

seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan

penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-

masalah yang berkaitan dengan social ekonomi, cultural, atau masalah

psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah

mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan

kesehatan. Pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana

asuhan sesuai dengan hasil pembahsan rencan asuhan bersama klien

kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.

6. Langkah VI : Pelaksanaan Rencana Asuhan (Implementasi)

Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara efisien

dan aman. Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh seperti

yang telah di uraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan

aman. Perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau

sebagian lagi oleh klien atau anggota tim lainnya. Walau bidan tidak

13
melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengerahkan

pelaksanaannya (misal : memastikan langkah tersebut benar-benar

terlaksana).

7. Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ketujuh, ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang telah

diberikan. Hal yang dievaluasi meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi

dan mengatasi diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi. Rencana

tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam

pelaksanaannya. Langkah –langkah proses manajemen umumnya

merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang

mempengaruhi tindakan, serta berorientasi pada proses klinis.

C. Teori Teknik Pendokumentasi Kebidanan

Menurut Yulifah & Surachmindari (2013) SOAP adalah catatan yang

bersifat sederhana, jelas, logis,dan tertulis. Seorang bidan hendaknya

menggunakan SOAP setiap kali ia bertemu dengan pasiennya. Selama masa

anteparttum, seoarang bidan dapat menuliskan satu catatan SOAP untuk

setiap kali kunjungan; sementara dalam masa intrapartum, seoarang bidan

boleh menuliskan lebih dari satu catatan untuk satu pasien dalam satu hari.

Selain itu juga, seorang bidan harus melihat catatan-catatan SOAP terdahulu

bilamana ia merawat seorang klien untuk mengevaluasi kondisinya yang

sekarang.

Untuk mengetahui apa yang dilakukan oleh seorang bidan melalui

proses berpikir sistematis, di dokumentasiakan dalam bentuk SOAP.

14
S : Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui

anamnesis (langkah I varney)

O : Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil

laboratorium dan uji diagnosis lain yang dirumuskan dalam data fokus

untuk mendukung asuhan (langkah I varney)

A : Pengkajian / Assessment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interprestasi data

subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi :

a. Diagnosis / masalah

b. Antisipasi diagnosis / masalah potensial

c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter / konsultasi / kolaborasi

dan atau rujukan (langkah II, III dan IV Varney).

P : Plan

Menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi perencanaan

berdasarkan assessment (langkah V, VI dan VII Varney)

Metode 4 lngkah yang dinamakan SOAP ini disarikan (dirumuskan) dari

proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Dipakai untuk

mendokumentasian asuhan pasien dalam rekaman medis pasien sebagai

catatan kemajuan.

15
BAB III

TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA

PADA NY E DENGAN AKASEPTOR KB 1 BULAN DI BPM

OPET KMECAMATAN BANDA SAKTI

KOTA LHOKSEUMAWE

I. Pengkajian

a. Data Subjektif

I. Identitas

Nama ibu : Ny E Nama suami : Tn. A

Umur : 25 tahun Umur : 28 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamt : Hagu selatan Alamat : Hagu selatan

2. Anamnesa

Tanggal : 12-05-2018

Oleh : Bidan

a. Alasan datang ke klinik KB :Ibu datang Ke Bpm dengan keluhan

ingin melakukan suntik ulang KB 1

bulan

Yang mengantar : Suami

b. Riwayat Menstruasi

 Menarche : 12 tahun

16
 Siklus : 28 hari

 Lamanya : 7 hari

 Banyaknya : 3 x ganti duk

 Sifat darah : Encer

 Warna : Merah

c. Riwayat Perkawinan

 Kawin ke : 1 ( pertama )

 Lamanya kawin : 3 tahun

d. Riwat obstetric yang lalu

 Riwayat kehamilan : Partus 1 kali

 Abortus :0

 Lahir hidup : 1 ( satu)

 Riwayat persalinan akhir :

 Tanggal persalinan terakhir : 12 juni 2013

 Jenis persalinan : Spontan

 Apakah sedang menyusui : Tidak

e. Riwayat KB sebelumnya

 Pernahkan mendengar tentang KB : Pernah

 Dari mana :Bidan

 Sebelumnya pernahkah menjadi akseptor KB :Pernah

 Jenis kontrasepsi yang digunakan :Suntik

 Lamanya menjadi akseptor KB :-

17
 Alasan berhenti menjadi aseptor :-

 Konseling tentang kontrasepsi : Ada

 Alergi : Tidak ada

f. Riwayat medis sebelumnya

 Sedang mendapatkan pengobatan jangka panjang : Tidak ada

 Saat ini sedang menderita penyakit kronis : Tidak ada

g. Riwayat Social

 Merokok : Tidak ada

 Minuman : Tidak ada

h. Riwayat Psikologis

Hubungan dengan keluarga :Baik/Rukun

i. Apakah ada keluarga lain yang tinggal dirumah : Tidak ada

j. Latar belakang sosial ekonomi :

 Kebiasaan dalam keluarga :Baik

k. Kebiasaan berobat :klinik bidan

l. Dukunga Keluarga :

 Apakah suami mengerti tentang KB :Iya

 Apakah suami pernah mendapatkan informasi tentang KB :Pernah

 Dari mana :Bidan

 Apakah suami mengizinkan ibu menjadi Aseptor KB :Iya

 Apakah suami memakai alat kontrasepsi :Tidak ada

 Jenis kontrasepsi yang digunakan :Tidak ada

18
b. Data Objektif (Pemeriksaan fisik)

a. Keadaan Umum : Baik

b.Tanda Vital :

TD : 110/80 mmHg

POLS : 80 x/i

RR : 20 x/i

T : 36 °C

TB : 155 cm

BB : 58kg

c.Inspeksi :

 Muka :Tidak ada Oedema

 Kelopak Mata :Tidak ada pembengkakan

 Konjungtiva :Tidak pucat

 Sclera :Putih

 Jerawat :Tidak ada

 Mulut :Bersih

 Gigi :Tidak ada caries

 Kelenjar Thyroid :Tidak ada

 Kelenjar getah bening :Tidak ada

 Hidung :Tidak ada polip

 Stomatitis :Tidak ada

19
 Perut :Tidak ada benjolan

 Payudara :

o Bentuk :Simetris Kiri dan kanan

o Pembesaran : Tidak ada

o Puting susu : Ada

o Benjolan :Tidak ada

 Rasa nyeri : Tidak ada

 Alat kelamin

o Oedema :Tidak ada

o Kekakuan sendi :Tidak ada

o Kemerahan : Tidak ada

d.Varises :Tidak ada

e.Palpasi :

 Leher :Tidak ada benjolan

 Mammae :Tidak ada benjolan

 Perut :Tidak ada nyeri tekan

f. Auskultasi

 Keadaan jantung :Baik

 Keadaan perut :Baik

II. INTERPETASI DATA

20
DX : Ny.E umur 25 tahun dengan aseptor KB suntik 1 bulan

(cyclofem)

DS :Ibu mengatakan Ingin melakukan suntik ulang KB 1 bulan

DO : Vital sign

TD : 110/ 80 mmHg

HR : 80 x/i

RR : 20 x/i

T : 36 °C

TB : 155 cm

BB : 58 kg

Palpasi : Pada payudara tidak ada benjolan

Inspeksi : Tidak ada tumor pada vagina

Perkusi : Refleks patella kanan dan kiri (+)

Masalah : Tidak ada

III. ANTIPASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

Tidak ada

IV. KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA/KOLABORASI

Tidak ada

V. RENCANA MENAJEMEN

a) Sambut ibu dengan ramah ( senyum, salam, sapa )

b) Observasi tanda – tanda vital

c) Lakukan penimbangan berat badan ibu

21
d) Sampaikan kepada ibu setiap akan melaksanakan tindakan yang akan

diberikan kepadanya

e) Beri kesempatan pada klien untuk mengemukakan masalah yang sedang

dialami.

f) Beri suntikan cyclofem secara intramuskular.

g) Beri informasi alat kontrasepsi yang tidak mengandung hormonal .

h) Beri Health Education pada ibu tentang istirahat yang cukup

i) Anjurkan ibu datang kembali pada jadwal yang ditentukan

VI. IMPLEMENTASI/PELAKSANAAN

a) Menyambut ibu dengan ramah ( senyum, salam, sapa )

b) Mengobservasi tanda – tanda vital

c) Melakukan penimbangan berat badan ibu

d) Menyampaikan kepada ibu setiap akan melaksanakan tindakan yang akan

diberikan kepadanya

e) Memberi kesempatan pada klien untuk mengemukakan masalah yang

sedang dialami.

f) Memberitahukan ibu efeksampingsuntik KB 1 bulan

g) Memberi suntikan cyclofem secara intramuskular.

h) Memberi informasi alat kontrasepsi yang tidak mengandung hormonal .

i) Memberi Health Education pada ibu tentang istirahat yang cukup

j) Menganjurkan ibu datang kembali pada jadwal yang ditentukan

VII. EVALUASI

- Ibu sudah mengetahui keadaan umumnya

22
- Ibu mengatakan sudah mengerti tentang KB yang disuntikan

- Ibu mengatakan sudah nyaman menggunakan KB suntik

- Ibu mengatakan sudah mengerti gizi yang dikonsumsi

Catatan Perkembangan :

S : Ibu mengatakan ingin melakukan KB suntik ulang.

O :

TD : 110/ 80 mmHg

PLOS : 80 x/i

RR : 20 x/i

T : 36 °C

TB : 155 cm

BB : 58 kg

A : Ny.E umur 25 tahun dengan aseptor KB suntik 1 bulan (cyclofem)

P :

a) Menyambut ibu dengan ramah ( senyum, salam, sapa )

b) Mengobservasi tanda – tanda vital

c) Melakukan penimbangan berat badan ibu

d) Menyampaikan kepada ibu setiap akan melaksanakan tindakan yang

akan diberikan kepadanya

e) Memberi kesempatan pada klien untuk mengemukakan masalah

yang sedang dialami.

23
f) Memberi suntikan cyclofem secara intramuskular.

g) Memberi informasi alat kontrasepsi yang tidak mengandung

hormonal .

h) Memberi Health Education pada ibu tentang istirahat yang cukup

i) Menganjurkan ibu datang kembali pada jadwal yang ditentukan

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis membahas tentang kesenjangan antara teori dan hasil

studi dan pelaksanaan penerapan Asuhan Kebidanan pada Ny.“E” Akseptor

Suntikan Cyclofem Tanggal 12-05-2018

Ny E” dengan GIPI A0 Ibu datang ke BPM Opet karena ingin melakukan

suntik ulang KB 1 bulan (Cyclofem). Melakukan Menimbang berat badan pada

pasien dan melakukan pemeriksaan fisik pada pasien dan selanjutnya melakukan

penyuntikan intramuscular.

Dari Tindakan dan pelaksanaan yang di lakukan pada Ny “E” tidak

ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik.

24
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Suntikan Cyclofem merupakan metode kontrasepsi efektif yang

banyak diminati oleh ibu-ibu, karena cara penggunaannya yang aman,

sederhana dan tidak menimbulkan efek samping. Pada kasus ini

dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan akseptor

suntikan Cyclofem dengan tahapan-tahapan pengkajian data,

merumuskan diagnosa/masalah aktual dan potensial, tindakan

segera/kolaborasi, perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi kebidanan

yang terjadi pada kasus Ny.”E” akseptor suntikan Cyclofem

2. Pendokumentasian sangat penting dilaksanakan pada setiap tahap dari

proses Manajemen Asuhan Kebidanan karena hal ini merupakan bukti

tanggung jawab bidan terhadap asuhan kebidanan yang telah diberikan

kepada klien.

3. Pada pembahasan kasus yang mengarah pada manajemen asuhan

kebidanan dengan 7 langkah varney ditemukan adanya kesamaan

antara teori dengan studi kasus Ny.”E”.

B. Saran

1. Untuk Klien

a) Mengingatkan pada ibu agar memperhatikan kapan ibu harus kembali

untuk mendapatkan suntikan ulang.

25
b) Ibu harus mengerti dan mengetahui dengan jelas efek samping dari alat

kontrasepsi yang digunakan.

2. Untuk Bidan

a) Bidan dalam memberikan konseling kepada akseptor lebih diarahkan

kepada mekanisme kerja dan efek samping yang ditimbulkan oleh alat

kontrasepsi.

b) Bidan harus lebih meningkatkan kemampuan dalam penerapan kasus

keluarga berencana pada umumnya dan metode kontrasepsi suntikan

pada khususnya.

c) Bidan harus lebih meningkatkan kemampuan dalam memberikan

pelayanan kontrasepsi dan penanggulangan efek samping secara dini

yang dialami oleh akseptor.

3. Untuk Institusi

Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan perlu kiranya penerapan

manajemen kebidanan dalam pemecahan masalah lebih ditingkatkan dan

dikembangkan mengingat proses tersebut sangat bermanfaat dalam

membina tenaga bidan guna menciptakan sumber daya manusia yang

berpotensi dan professional.

26
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, sarwono,2008, Ilmu Kebidanan , Jakarta : PT Bina Pustaka

Yulifah, R. & Surachmindari. (2013) Konsep Kebidanan. Jakarta: Salemba


Medika

PROHEALTH, http://forbetterhealth.wordpress.com/2008/11/19/kontrasepsi
suntik/

Rahardja, Kirana, 2007, Obat-obat Penting ed.6, 717, PT. Elex Media Computa,
Jakarta

Saifuddin, A.B., 2006, Buku panduan Praktis pelayanan Kontrasepsi, Pk-54-


PK58, Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo, Jakarta

Hartanto, Hanafi.1994. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta : Pustaka


Sinar Harapan

27

Anda mungkin juga menyukai