Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Program pembatasan angka kelahiran di Indonesia dikenal dengan program keluarga
berencana yang disingkat dengan KB. Pembatasan kelahiran tersebut bertujuan tidak hanya
untuk membatasi angka kelahiran tetapi juga mengurangi angka mortalitas ibu dan anak,
terutama ibu dengan usia tua, yang ketika hamil, angka morbiditas dan mortalitas cukup
tinggi. Program KB di Indonesia dijalankan dengan cara kontrasepsi yaitu upaya untuk
mencegah terjadinya kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat
permanen. Namun sampai saat ini belum ada suatu cara kontrasepsi yang 100% ideal, karena
idealnya suatu kontrasepsi dilihat dari daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak
memerlukan motivasi terus-menerus, dan efek samping minimal .
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan
dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan
yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit,
tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-
metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB,
kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi.
Program Kb secara Nasional berkaitan erat dengan program Nasional di bidang
kesehatan, karena program KB Nasional bersifat mendukung dan mempunyai sasaran serupa
dengan program kesehatan. Program keluarga Berencana Nasional memberikan arahan
kebijakan untuk meningkatkan kualitas penduduk melalui pengendalian kelahiran,
memperkecil angka kematian dan peningkatan kualitas program KB.
Sebenarnya ada cara yang baik dalam pemilihan alat kontrasepsi bagi ibu. Sebelumnya
ibu mencari informasi terlebih dahulu tentang cara-cara KB berdasarkan informasi yang
lengkap, akurat dan benar. Untuk itu dalam memutuskan suatu cara kontrasepsi sebaiknya
mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien.

1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Laporan ini dibuat agar penulis dapat mengerti, memahami dan melakukan
tindakan asuhan kebidanan pada ibu pengguna kontasepsi suntik progestin dengan
menerapkan manajemen kebidanan.
1.1.2 Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada kasus ibu dengan kontrasepsi suntik progestin.
b. Dapat merumuskan diagnosa.
c. Dapat menyusun rencana asuhan secara menyeluruh pada ibu dengan kontrasepsi
suntik progestin.
d. Melaksanakan tindakan secara menyeluruh sesuai dengan diagnosa dan masalah
pada ibu dengan kontrasepsi suntik progestin.
e. Dapat melakukan evaluasi dari diagnosa yang telah ditentukan sebelumnya.

1.2 Metode Pengumpulan Data


Manajemen Kebidanan Komprehensif ini menggunakan metode pengumpulan data sebagai
berikut :
1.3.1 Wawancara : tanya jawab secara langsung (anamnesa) kepada pasien dan suami
1.3.2 Observasi : melakukan pemeriksaan, baik dengan inspeksi, palpasi, perkusi maupun
auskultasi.
1.3.3 Studi dokumentasi : dengan melihat data dan riwayat ibu direkam medik yaitu buku
KIA yang berisi riwayat ibu kunjungan KB sebelumnya.
1.3.4 Pemeriksaan : pemeriksaan umum (tanda-tanda vital), pemeriksaan fisik, pemeriksaan
khusus, pemeriksaan penunjang
1.3.5 Studi kepustakaan : menggunakan buku-buku terbitan sepuluh tahun terakhir untuk
sumber teori

1.3 Sistematika Penulisan


Halaman Judul
Lembar Pengesahasan
Format Laporan Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1.4 Metode Pengumpulan Data
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Definisi
2.1.2 Klasifikasi
2.1.3 Mekanisme Kerja
2.1.4 Cara Pemberian
2.1.5 Efektifitas
2.1.6 Cara Penggunaan Kontrasepsi
2.1.7 Keuntungan
2.1.8 Kerugian
2.1.9 Efek Samping Dan Penanganan
2.1.10 Indikasi
2.1.11 Kontra Indikasi
2.1.12 Penatalaksanaan
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan
2.2.1 Konsep Manajemen Asuhan Varney
2.2.2 Pendokumentasian Secara SOAP
2.2.3 Bagan Alur Berfikir Varney dan Pendokumentasian Secara SOAP
BAB III TINJAUAN KASUS
Menggunakan Dokumentasi SOAP
BAB IV PEMBAHASAN
Berisi analisis tentang kesenjangan antara teori dan praktik
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori


2.1.1 Definisi
Kontrasepsi suntik progesteron adalah kontrasepsi efektif dan aman yang dapat
dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi dan jangka kembalinya
kesuburan lebih lambat, kira-kira 4 bulan dan cocok untuk masa laktasi karena tidak
menekan produksi ASI.

(Harni Koesno, 2014. MK-43)


Kontrasepsi suntik progestin yang beredar di Indonesia ada 2 macam yaitu
DMPA (Depo Medroxy Progesteron Acetat) yang lazim disebut DEPO PROVERA
dan Net Oen (Norestisteron Oenanthate) yang lazim disebut NORISTERAT. Depo
Provera sebagai kontrasepsi suntikan diberikan dengan dosis 150 mg/3cc, sedangkan
Notisterat dengan dosis 200 mg/1cc.
(DepKes. : 73)
2.1.2 Klasifikasi

Terdapat dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin yaitu :
a. Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera), mengandung 150 mg DMPA,
yang diberikan setiap 3 bulan dengan caara disuntik intramuskular (di daerah
bokong).
b. Depo Noretisterin Enantat (Depo Noristerat) yang mengandung 200 mg
Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intamuskular.
(Harni Koesno. 2014 : MK-43)

2.1.3 Mekanisme Kerja


2.1.3.1 Primer : Mencegah Ovulasi

Kadar FSH dan LH menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH surge).
Respon kelenjar hypophise terhadap gonadotropin. Releasing hormon eksogenous
tidak berubah, sehingga memberi kesan proses terjadi di hipotalamus daripada
dikelenjar hypopisis. Ini berbeda dengan POK, yang tampaknya menghambat
ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar hipofisis. Penggunaan kontrasepsi
suntikan tidak menyebabkan keadaan hipo-estrogenik.

Pada pemakaian DMPA, endometrium menjadi dangkal dan atrofis dengan


kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Sering stroma menjadi oedematous. Dengan
pemakaian jangka lama, endometrium dapat menjadi sedemikian sedikitnya,
sehingga tidak didapatkan atau hanya didapatkan sedikit sekali jaringan bila
dilakukan biopsi. Tetapi, perubahan-perubahan tersebut akan kembali menjadi
normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan DMPA yang terakhir.

2.1.3.2 Sekunder
a. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier terhadap
spermatozoa.
b. Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk implantasi dari ovum
yang telah dibuahi.
c. Mempengaruhi kecepatan transpor ovum dalam tuba valopi.

(dr.Hanafi Hartanto.2015)

2.1.4 Cara Pemberian


Disuntikkan pada otot pangkal lengan (deltoid) atau pada otot bokong (gluteus)
yang dalam. Tempat penyuntikan jangan dipijat karena tindakan ini kadang-kadang
menyebabkan dosis dapat menyebar sehingga kadar awal dalam darah lebih tinggi dan
lama kerja menjadi lebih singakat.

a. Kontrasepsi suntikan dmpa diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik


intramuskuler dalam di daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal,
penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja seger dan efektif.
Suntikandiberikan setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi su tikan noristerat untuk 3
injeksi berikutnya diberikan setiap 8 minggu. Myulai dengan injeksi kelima
diberikan setiap 12 minggu.
b. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi oleh etil
/isopropil alkohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik . Setelah kulit
kering baru disuntik.
c. Kocok dengan baik , dan hindarkan terjadinya gelembung gelembung udara .
Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat endapan putih pada dasar
ampul, upayakan menghilangkannya dengan menghangatkannya.
(Modul KB dan Kespro. 2015 : 190)

2.1.5 Efektifitas
Jenis kontrasepsi suntik ini memiliki efektivitas yang tinggi, dengan 30% kehamilan
per 100 perempuan pertahun, asal penyuntiknnya dilakukan secara teratur sesuai
jadwal yang telah ditentukan.
(Sulistyawati Ari, 2011)
2.1.6 Waktu Penggunaan Kontrasepsi
a. Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.
b. Mulai hari pertama sampai hari ketujuh siklus haid
c. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat asalkan ibu
tersebut tidak hamil, selama 7 hari setelah suntikan, tidak boleh melakukan
hubungan seksual.
d. Ibu menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan
kontrasepsi suntikan. Suntikan pertama kontasepsi hormonal yang akan
diberikan dapat segera diberikan, asal ibu tersebut tidak hamil, dan
pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang.
e. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin
menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi yang
akan diberikan dimuali pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
f. Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan pertama
dapat diberikapada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid, tau dapat diberikan
setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, asal saja yakin ibu tersebut tidak hamil.
g. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan  pertama dapat
diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7 hari setelah
suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
(Biran Effendi,2015 .MK-45)

2.1.7 Keuntungan
a. Sangat efektif.
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang.
c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
d. Tidak mengandung estrogen, sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit
jantung dan gangguan pembekuan darah.
e. Tidak memiliki pengaruh terhadap produksi ASI
f. Efek samping sedikit.
g. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
h. Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun sampai
perimenopouse.
i. Membantu mencegah kaker endometrium dan kehamilan ektopik.
j. Menurunkan kejadian tumor jinak pada payudara.
k. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
l. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sikle cell).
(Sulistyawati Ari, 2011)
2.1.8 Kerugian
a. Sering ditemukan gangguan haid, seperti :
 Siklus haid yang memendek atau memanjang.
 Perdarahan yang banyak atau sedikit.
 Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak.
 Tidak haid sama sekali.
b. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali
untuk suntikan).
c. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut.
d. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
e. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS, hepatitis B, HIV.
f. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
g. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan pada organ
genetalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya.
(tempat suntik)
h. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang.
i. Pada pengguna jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang
(densitas).
j. Pada penggunaan jangka panjang menimbulkan kekeringan pada vagina,
menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas, jerawat.
(Herni, Koesno. 2014 : MK-44)

2.1.9 Efek Samping dan Penanganan


a. Amenorea
 Pelayanan Konseling
Memberikan penjelasan kepada calon akseptor suntik bahwa pemakaian
suntikan dapat menyebabkan gejala-gejala tersebut dan gejala-gejala tersebut
adalah akibat pengaruh hormonal suntikan. Biasanya gejala perdarahan tidak
berlangsung lama. Bila terjadi menorea, berikan penjelasan dengan baik.
Apabila pasangan tidak bisa menerima dan menginginkan haid setiap bulan
sebaiknya ganti dengan pil atau kontrasepsi lainnya.
 Bila terjadi perdarahan, dapat pula diberikan preparat estrogen misalnya :
Lynoral 2x1 sehari sampai perdarahan berhenti.
b. Depresi
 Jelaskan kepada akseptor guna menghindari perasaan bersalah dari calon
akseptor
 Therapy psikologi yang menderita depresi.
c. Jerawat
Pemberian vitamin A dan vitamin E dosis tinggi. Bila disertai infeksi dapat
diberikan preparat tetranycline 250 mg 2x1 kapsul selama 1 atau 2 minggu.
d. Perubahan Berat Badan
 Jelaskan kepada akseptor suntik bahwa kenaikan dan penurunan BB adalah
salah satu efek samping dari pemakaian suntikan, akan tetapi tidak selalu
perubahan berat tersebut diakibatkan dari pemakaian suntik KB. Kenaikan
dapat disebabkan oleh hal-hal lain, namun dapat pula terjadi penurunan BB.
Hal inipun tidaklah selalu disebabkan oleh suntik KB dan perlu diteliti
seksama.
 Pengaturan diet merupakan pilihan yang utama. Dianjurkan untuk
melaksanakan diet rendah kalori serta olahraga yang teratur. Bila terlalu kurus
dianjurkan untuk diet tinggi kalori, bila tidak berhasil, dianjurkan untuk ganti
cara ke kontrasepsi non hormonal.
e. Pusing dan Sakit Kepala
 Jelaskan secara jujur kepada calon akseptor bahwa kemungkinan tersebut
mungkin ada, tetapi jarang terjadi. Biasanya bersifat sementara.
 Pemberian anti prostaglandin atau obat mengurangi keluhan misalnya :
Asetosal 500mg 3x1 tablet/hari atau paracetamol 500mg 3x1.
 Bila tidak ada perubahan ganti cara kontrasepsi non hormonal.
(Suratun dkk, 2008)

2.1.10 Indikasi
a. Usia Reproduksi
b. Nulipara dan telah memiliki anak,
c. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi.
d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepssi yang sesuai.
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui,
f. Setelah abortus atau keguguran.
g. Telah banyak anak, tetapi belum mengehendaki tubektomi.
h. Perokok.
i. TD < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia
bulan sabit.
j. Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis
(rifampicin).
k. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.
l. Sering lupa menggunakan pil kontrsepsi.
m. Anemia defisiensi besi.
n. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil
kontrsepsi kombinasi.
(Herni, Koesno. 2014 : MK-45)
2.1.11 Kontra Indikasi
a. Hamil atau dicurigai hamil, karena beresiko cacat pada janin 7 per 100.000
kelahiran)
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea.
d. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
e. Diabetes melllitus disertai komplikasi.
f. Tumor
g. Terdapat penyakit berat seperti jantung, paru-paru, kelainan faal hati, TD tinggi
lebih dari 180/110 mmHg, obesitas, dll.
(Herni Koesno. 2014 : MK-45. DepKes RI)

2.1.12 Penatalaksanaan

a. Melakukan konseling tentang macam-macam kontrasepsi


b. Menginformasikan pada klien tentang perencanaan keluarga sebagai dasar dalam
pemilihan kontrasepsi yang rasional.
c. Melakukan penapisan klien
Kriteria Penapisan :
 Nilai 1 = Kondisi dimana tidak ada pembatasan apa pun dalam penggunaan
metode kontrasepsi.
 Nilai 2 = Penggunaan kontrasepsi lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan
risiko yang diperkirakan akan terjadi.
 Nilai 3 = Tidak dianjurkan, kecuali cara yang terpilih ditolak atau cara yang
dianjurkan tidak tersedia.
 Nilai 4 = Risiko akan terjadi bola metode kontrasepsi tersebut digunakan.

DMPA DMPA
KONDISI KONDISI
NET-EN NET-EN
18 : 2
Usia 18-45: 1 Trombosis Vena 1
≥45 : 1
Paritas Ri. penyakit jantung 3
Nulipara 1
iskemik
Mulripara 1
Laktasi
Peny. Katup Jantung
<6 minggu pascapersalinan
3
6 minggu - < 6 bulan Dengan dan tanpa 1
1
laktasi
1 komplikasi
≥6 bulan pasca persalinan
Pasca Keguguran
TM 1 1
Migrain 2
TM 2 1
Pasca abortus septik 1
Merokok 1 Epilepsi 1
Obesitas 1 Depresi 1
Perdrhnn tanpa
Riw. Hipertensi Kehamilan 1 2
penyebab yang jelas
Hipertensi
140-160/90-100 2 Dismenore 1
>160/>100 3
Hepatitis
IMS / HIV 1 Aktif 3
Karier 1

d. Meminta persetujuan tindakan medis pada klien.


e. Dapat diberikan suntikan progestin pertama
f. Menginformasikan hal-hal yang perlu diingat dan diwaspadai klien serta cara
penanganan masalah
g. Menjadwalkan kunjungan ulang
(Harni Koesno, 2014 : U-27, U-29)

2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan


2.2.1 Konsep Manajemen Asuhan Varney
Konsep manajemen asuhan varney 7 langkah varney, langkah- langkahnya :
1. Pengumpulan data dasar secara komperhensif untuk mengkaji pasien
2. Pengembangan data dasar, interpretasi data menetukan diagnosa
3. Identifikasi masalah-masalah potensial atau diagnosa lain
4. Evaluasi kebutuhan intervensi segera
5. Perencanaan
6. Implementasi
7. Evaluasi/penilaian
 Langkah 1 (pertama) : Pengumpulan data dasar secara komperhensif untuk
mengkaji pasien
Pengumpulan data dasar secara komprehensif untuk megkaji pasien. Data dasar
tersebut termasuk riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik dan panggul serta
tinjauan catatan saat ini atau catatan lama dari Rumah Sakit/RB/Puskesmas.
Pengumpulan data ini mencakup Data Subjekti dan Objektif sebagai Berikut :

A. DATA SUBYEKTF
1) Identitas (Biodata)
Merupakan data umum pribadi yang dikaji melalui anamnesa/ pertanyaan kepada klien
 Nama
 Usia
 Agama
 Pendidikan
 Pekerjaan
 Penghasilan
2) Keluhan Utama
 Ibu mengatakan untuk menunda kehamilannya
 Ibu mengatakan ingin menjarangkan kehamilannya
3) Riwayat Menstruasi
 Usia Menarch
 HPHT
 Jumlah darah haid
 Lama haid
 Keluhan saat menstruasi
4) Riwayat Kehamilan, Persalinan Dan Nifas Yang Lalu
 Asuhan antenatal, persalinan, dan nifas kehamilan sebelumnya.
 Cara persalinan.
 Jumlah dan jenis kelamin anak hidup.
 Berat badan lahir.
 Cara pemberian asupan bagi bbayi yang dilahirkan.
 Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir.
 Tiap komplikasi atau abnormalitas dicatat karena hal ini dapat mempengaruhi
penggunaan kontrasepsi.
5) Riwayat Kb Dan Rencana Kb
6) Riwayat Ginekologi

B. DATA OBYEKTIF
1) Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
b. Tanda vital :
- TD : 110/70-120/80 mmHg (normal) <140 mmHg
- N : 80-100 x/mnt
- S : 36.5-37.5o C
- RR : 16-24 x/mnt
2) Pemeriksaan Fisik
a.  Inspeksi
 Kepala dan rambut : Kebersihan rambut, adanya benjolan / tidak,   mudah rontok
atau tidak
 Muka : Pucat / tidak, odem / tidak
 Mata : Sklera ikterus / tidak, konjungtivanya bagaimana
 Leher: Adakah pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe, dan vena jugularis
 Dada : Bagaimana bentuk payudara, putting susu menonjol/ tidak, areola
hiperpigmentasi/tidak, adakah benjolan abnormal/tidak
 Abdomen: Adakah bekas luka operasi/tidak, adakah pembesaran/kehamilan
 Genetalia: Adakah pengeluaran darah pervaginam, ada luka parut /tidak, ada
odem/tidak
 Anus: Adakah hemorhoid/tidak
 Ekstremitas: Ada odem/tidak, ada varises atau tidak
b. Palpasi
 Payudara               : tegang / tidak, ada benjolan abnormal / tidak
 Abdomen             : ada nyeri tekan perut bagian bawah / tidak, ada
pembesaran /ada kehamilan / tidak , ada pembesaran pada hepar atau tidak
c. Auskultasi
 Dada         : Weezhing normal
d. Perkusi
 Refleks patella      : (+) atau (-)    
 Perut                      : kembung atau tidak
3) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium urine apakah ada kegagalan /tidak dalam penggunaan KB

 Langkah II (kedua): Pengembangan data dasar, interpretasi data menentukan


diagnosa
Pengembangan data dasar, interpretasi data, menentukan diagnosa. Ada beberapa
masalah tidak dapat diidentifikasi atau ditetapkan sebagai dianosa, tetapi perlu
dipertimbangkan untuk pengembangan rencana pelayanan komprehensif.
 Langkah ke III (ketiga): Identifikasi masalah-masalah potensial atau diagnosa
lain
Identifikasi masalah-masalah potensial atau diagnosa lain. Tahapan ini penting untuk
mengantisipasi masalah, pencegahan bila memungkinkan guna keamanan pelayanan.
Kemudianmenentukan tindakan pencegahan dan persiapan kemungkinan terjadinya
kegawatdaruratan.
 Langkah ke IV (ke empat): Evaluasi kebutuhan intervensi segera/ identifikasi
kebutuhan segera
Gambaran proses manajemen berlanjut tidak hanya selama kunjungan prenatal tetapi
tetap berlangsung sampai ketika ia bersalin. Pengkajian untuk mendapatkan data baru
dan pemantauan kegiatan harus tetap dilakukan.
Langkah ke V (lima): Perencanaan
Rencana pelayanan komprehensif ditentukan berdasarkan tahapan terdahulu (langkah
pertama, kedua, ketiga, dan keempat) untuk mengantisipasi masalah serta diagnosa.
Selain itu perlu untuk mendapatkan data yang belum diperoleh atau tambahan
informasi data dasar.
 Langkah ke VI (keenam): Implementasi
Implementasi rencana asuhan yang telah dirumuskan. Rencana yang telah dirumuskan
mungkin semuanya dapat dilaksanakan oleh bidan secara mandiri atau sebagian
dilaksanakan oleh ibu atau tim kesehatan lainnya.
 Langkah ke VII (ketujuh): Mengevaluasi.
Evaluasi merupakan suatu penganalisaan hasil implementasi asuhan yang telah
dilaksanakan dalam periode untuk menilai keberhasilannya apakah benar-benar
memenuhi kebutuhan untuk dibantu.Tujuan dari evaluasi atau penilaian adalah untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan
implementasi asuhan berdasarkan analisa.

2.2.2 Pendokumentasian Secara SOAP


Pendokumentasian asuhan kebidanan menggunakan pendekatan SOAP terdiri dari
empat langkah yaitu;
 S : Data Subjektif
 Ibu mengatakan untuk menunda kehamilannya
 Ibu mengatakan ingin menjarangkan kehamilannya
 O : Data Objektif
Tanda vital :
- TD : 110/70-120/80 mmHg (normal) <140 mmHg
- N : 80-100 x/mnt
- S : 36.5-37.5o C
- RR : 16-24 x/mnt
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi

 Kepala dan rambut : Kebersihan rambut, adanya benjolan / tidak,   mudah rontok


atau tidak
 Muka : Pucat / tidak, odem / tidak
 Mata : Sklera ikterus / tidak, konjungtivanya bagaimana
 Leher: Adakah pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe, dan vena jugularis
 Dada : Bagaimana bentuk payudara, putting susu menonjol/ tidak, areola
hiperpigmentasi/tidak, adakah benjolan abnormal/tidak
 Abdomen: Adakah bekas luka operasi/tidak, adakah pembesaran/kehamilan
 Genetalia: Adakah pengeluaran darah pervaginam, ada luka parut /tidak, ada
odem/tidak
 Anus: Adakah hemorhoid/tidak
 Ekstremitas: Ada odem/tidak, ada varises atau tidak
Palpasi
 Payudara               : tegang / tidak, ada benjolan abnormal / tidak
 Abdomen             : ada nyeri tekan perut bagian bawah / tidak, ada
pembesaran /ada kehamilan / tidak , ada pembesaran pada hepar atau tidak
Auskultasi
 Dada          : Weezhing normal
Perkusi
 Refleks patella      : (+) atau (-)    
 Perut                      : kembung atau tidak
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium urine apakah ada kegagalan /tidak dalam penggunaan
KB
 A : Analisa/Assessment

 P....A....P...A....H Akseptor Aktif KB Suntik 3 bulan


 DS: Ungkapan Klien Tentang Keluhanya
 Ibu mengatakan bahwa saat ini adalah waktunya suntik KB ulang
 DO: keadaan umum, TTV
 P : Penatalaksanaan
1. Memberikan informasi tentang hasil pemeriksaan keadaan pasien
Pasien mengetahui tentang kondisinya
2. Memberikan informasi tentang indikasi dan kontraindikasi
Pasien mengetahui tentang indikasi dan kontraindikasi
3. Memberikan informasi tentang keuntungan dan kerugian kb suntik
progrestin
Pasien mengetahui tentang keuntungan dan kerugian kb suntik progrestin
4. Memberikan informasi tentang cara penggunaan
Pasien mengetahui tentang cara penggunaan
5. Memberikan informasi tentang kunjungan ulang setiap 3 bulan sekali atau
apabila ada keluhan.
Pasien setuju untuk melakukan kunjungan ulang setiap 3 bulan sekali atau
apabila ada keluhan.
2.2.3 Bagan alur berfikir Varney dan pendokumentasian secara SOAP

Alur pikir Bidan Pencatatan dari Asuhan Kebidanan

Proses pendokumentasian Pendokumentasian


kebidanan 7 langkah Varney

7 langkah Varney SOAP Notes

Subjektif
Data
Objektif

Masalah/Diagnosa

Antisipasi masalah
potensial
Assessment
Menetapkan kebutuhan
segera untuk
konsultasi/kolaborasi

Merencanakan asuhan Penatalaksanaan :


yang menyeluruh
1.
2.

Melaksanakan asuhan 3.
4.
5.
Mengevaluasi keefektifan
asuhan

BAB IV
PEMBAHASAN

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan
melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan ini di Indonesia
semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis,
harganya relatif murah dan aman. Macam-macam kontrasepsi suntikan ada suntik 3
bulan dan suntik 1 bulan. Efek samping dari penggunaan kontrasepsi suntikan adalah:
1. Gangguan haid, ini yang paling mengganggu
2. Berat badan yang bertambah
3. Sakit kepala
4. Pada system kardio vaskuler efeknya sangat sedikit, mungkin ada sedikit
peninggian dari kadar insulin dan penurunuan HDL kolesterol

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Penulis
Agar mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam mempelajari kasus-
kasus pada saat praktik dalam bentuk manajemen SOAP dan alur berpikir
Varney serta menerapkan asuhan sesuai standar pelayanan kebidanan yang
telah ditetapkan sesuai dengan kewenangan bidan yang telah diberikan kepada
profesi bidan. Serta diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan pemberian metode
kontasepsi suntikan progestin secara komprehensif terhadap klien.
5.2.2 Bagi Lahan Praktek
Asuhan yang diberikan sudah cukup baik dan hendaknya agar dapat
memberikan asuhan yang lebih baik sesuai dengan standar asuhan kebidanan
serta dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan agar dapat
menerapkan setiap asuhan kebidanan sesuai dengan teori.

5.2.3 Bagi Klien


Agar klien memiliki kesadaran untuk selalu memeriksakan kesehatannya
dan tepat waktu untuk melakukan suntikan ulang agar metode kontrasepsi yang
digunakan dapat bekerja secara maksimal.
5.2.4 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kepustakaan bagi yang
membutuhkan Asuhan Kebidanan dan acuan pada penanganan metode
kontrasepsi suntikan progestin.

DAFTAR PUSTAKA
Koesno, Harni. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

Buku Pedoman PetugasFasilitas Pelayanan KELUARGA BERENCANA. Departemen Kesehatan


RI. DIrektorat Jendeal Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Jakarta
Suratun SKM, dkk. 2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info
Media
Sulistyawati Ari. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medika
Affandi Biran. 2015. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

Hartanto Hanafi. 2015. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Budiarti, Temu, dkk. 2015. Modul Asuhan Kebidanan KB dan Kesehatan Reproduksi. Kediri :
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

Anda mungkin juga menyukai