Anda di halaman 1dari 13

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Tingkat kelahiran yang sangat tinggi, jarak kelahiran yang sangat dekat dapat menyebabkan kesehatan reproduksi ibu menurun, pengaturan jarak kehamilan sangatlah penting. Ditinjau dari hal diatas maka diadakan program pengaturan jarak / pencegahan kehamilan yakni program kontrasepsi. Kontrasepsi dibuat sedemikian rupa untuk kenyamanan dan kemudahan penggunanya. Ada beberapa jenis kontrasepsi seperti : IUD, Implan, kontrasepsi hormonal, serta pantang berkala (alami). Dari macam-macam kontrasepsi tersebut maka ibu / klien dapat memilih yang menurut mereka nyaman. Di RB Al Hazmi - Sidoarjo lebih banyak para ibu yang menggunakan metode KB suntik 65 % alasanya lebih mudah dan tidak perlu menyimpan obat suntik di rumah jadi sudah terjadwal dalam kartu akseptornya

1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu dengan kontrasepsi hormonal KB suntik 1 bulan secara komprehensif dengan menggunakan pendekatan managemen kebidanan. 1.2.2 Tujuan Khusus Setelah melakukan asuhan kebidanan diharapkan mahasiswa mampu : a. Melakukan pengumpulan data dan pengkajian data b. Melakukan identifikasi diagnosa dan masalah c. Melakukan antisipasi masalah potensial d. Mengidentifikasikan kebutuhan segera e. Melakukan intervensi f. Melakukan implementasi g. Melakukan evaluasi

1.3 Sistematika Penulisan BAB 1 : Pendahuluan

1.1 Latar belakang 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan umum 1.2.2 Tujuan khusus 1.3 Sistematika penulisan BAB 2 2.1 : Tinjauan Teori Konsep dasar keluarga berencana 2.1.1 2.1.2 2.1.3 2.2 Pengertian Tujuan Macam macam metode

Konsep dasar Kontrasepsi suntik cyclofem ( kombinasi ) 2.2.1 2.2.2 2.2.3 2.2.4 2.2.5 2.2.6 2.2.7 2.2.8 2.2.9 Pengertian Cara kerja Efektifitas Keuntungan kontraepsi Keuntungan non kontraepsi Kerugian Yang boleh menggunakan Yang tidak boleh menggunakan Waktu pemberian

2.2.10 Cara penggunaan 2.2.11 Instruksi untuk klien 2.2.12 Peringatan BAB 3 BAB 4 BAB 5 : Tinjauan Kasus : Pembahasan : Penutup

5.1 Kesimpulan 5.2 Saran Daftar Pustaka

BAB 2 TINJAUAN TEORI


2.1 Konsep dasar keluarga berencana 2.1.1 Pengertian a Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk pertolongan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi ( Mochtar, 1998 ) b Kontrasepsi atau antikontrasepsi adalah cara untuk terjadinya kontrasepsi, alat atau obat abatan ( Mochtar, 1998 ) 1. Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu : a. Mendapat kelahiran yang diinginkan b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan c. Mengatur interval diantara kehamilan d. Menentukan anak dalam kehamilan e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan keluarga pasangan suami istri ( WHO )

2.1.2 Tujuan 1. Tujuan umum Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuata social ekonomi suatu kelurga dengan cara mengatur kelahiran, agar diperoleh satu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya 2. Tujuan khusus Memperhatikan kepentingan kesejahteraan manusia dan masyarakat antara lain adalah orang tua, anak anak dan masyarakat 3. Tujuan nasional Kependudukan dan Keluarga berencana di Indonesia : a. Tujuan Demografi

Dapat dikendalikan tingkat pertumbuhan penduduk sebagai patokan dalam usaha berupa penurunan angka fertilisasi dari 44 per milpada tahun 1971 menjadi 22 per mil pada tahun 1990 atau 50% dri keadaan tahun 1971 b. Tujuan Normatif Dapat diHayatinya Norma Keluarga Kecil Bagian dan Sejahtera (

HKKBS ) yang pada waktu yang akan menjadi filsafat hisup masyarakat Indonesia ( Mochtar, 1998 ) 2.1.3 Macam macam metode Metode efektif Hormonal 1. Pil KB : Progesteron only pil, pil kombinasi, pil KB sekuensinya

2. Suntikan KB : Depo pravera setiap 3 bulan sekali, Norigest setiap 10 minggu, Cyclofem setiap 4 minggu. 3. Susuk KB : Setiap 5 tahun ( Norplan ), 3 tahun ( implanon ) ( Manuaba, 1998 )

2.3 Konsep dasar Kontrasepsi suntik cyclofem ( kombinasi ) 2.3.1 Pengertian 1. KB suntik kombinasi : 25 mg depo medroksi progesterone asetat dan 5 mg estradiolsipional yang diberikan injeksi secara IM sebulan sekali 2. KB suntik kombinasi : 50 mg noretindron enatat dan 5 mg estradiol vakrat yang diberikan injeksi secara IM sebulan sekali ( Panduan praktis pelayanan kontrasepsi, 2003 )

2.3.2 Cara kerja 1. Menekan ovulasi 2. Membentuk lender servik menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu

3. perubahan pada endometrium ( atrofi ) sehingga implantasi terganggu 4. menghambat tranportai oleh tuba ( Panduan praktis pelayanan kontrasepsi, 2003 )

2.3.3 Efektifitas Sangat efektif ( 0,1 0,4 kehmilan/ 100 perempuan ) selama tahun pertama penggunaan ( Manuaba, 1998 )

2.3.4 Keuntungan kontraepsi a. resiko terhadap kesehatan kecil b. tidak berpengaruh pada hubungan suami istri c. tidak diperlukan pemerikaan dalam d. jangka panjang e. efek samping sangat kecil f. klien tidak perlu menyimpan obat suntik ( Mochtar, 1998 ) 2.3.5 Keuntungan non kontraepsi 1. mengurangi jumlah perdarahan 2. mengurangi nyeri haid 3. mencegah anemia 4. khaiat mencegah terhadap kangker ovarium dan kangker endometrium 5. mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium 6. mencegah kehamilan ektopik 7. melindungi klien dari jenis jenis tertentu penyakit radang panggul 8. pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan uia premenopause ( Panduan praktis pelayanan kontrasepsi, 2003 ) 2.3.6 Kerugian a. terjadi perubahan pada saat haid, seperti teratur, perdrahan bercak/ spoting/ perdarahan selama 10 hari b. mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikan ke dua dan ke tiga

c. ketergantungan klien kepada petugas kesehatan d. efektifita berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat epilepsy ( fenitoin dan barbiturat ) atau obat tuberculosis ( rifanfisin ) e. penambahan bert badan f. tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS, hepatitis B virus/ indpeksi virus HIV g. kemungkinan terlambat pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian ( Panduan praktis pelayanan kontrasepsi, 2003 )

2.3.7 Yang boleh menggunakan 1. Usia reproduksi 2. Telah memiliki anak/ pun yang belum memiliki anak 3. Menyusui pasca persalinan lebih dari 6 bulan 4. Pasca persalinan yang tidak menyusui 5. Anemia 6. Nyeri haid hebat 7. Haid yang tidak teratur 8. Riwayat kehamilan ektopik 9. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi ( Panduan praktis pelayanan kontrasepsi, 2003 ) 2.3.8 Yang tidak boleh menggunakan 1) hamil/ diduga hamil 2) menyusui dibawah 6 minggu pasca perslinan 3) perdtahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya 4) penyakit hati akut ( viru hepatit ) 5) usia yang > 35 tahun yang merokok 6) riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi ( > 180/ 110 mm Hg ) 7) riyawat kelainan trombo emboli/ dengan kencing manis > 20 tahun 8) kelainan pembuluh darah yang dapat menyebabkan sakit kepala/ migrain 9) keganasan payudara ( Panduan praktis pelayanan kontrasepsi, 2003 )

2.3.9 Waktu mulai pemberian Setiap saat selama siklus haid, asal perempuan tersebut tidak hamil ( Mochtar, 1998 ) 1) Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid. Tidak diperlukan kontrasepsitambahan. 2) Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid, klien tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari. 3) Bila klien tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil. klien tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari. 4) Bila klien pascapersalinan 6 bulan, menyusui, serta belum haid, suntikan pertam dapat diberikan, asal saja dapat dipastikan tidak hamil. 5) Bila pascapersalinan > 6 bulan, mentusui serta telah mendapat haid maka suntikan pertama diberikan pada siklus hari ke 1 dan 7. 6) Bila pascapersalinan menyusui< 6 bulan dan menyusui jangan diberi suntikan kombinasi 7) Pasca keguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau dalam 7 hari 8) Ibu sedang menggunakan metode kontrasepsi hormonal yang lain dan inggin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal kombinasi. Selama ibu tersebut menggunakan kontrasepsi sebelumnya secara benar, suntikan kombinasi dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid. Bila ragu-ragu perlu dilakukan uji kehamilan lebih dulu. 9) Bila kontrasepsi sebelumnya hormonal, dan ibu inggin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan tersebut dapat diberikan sesuai jadwal kontrasepsi sebelumnya. Tidak diperlukan kontrasepsi lain. 10) Ibu menggunakan kontrasepsi non hormonal dan inggin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama dapat diberikan asal diyakini ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tanpa menungggu datangnya haid. Bila diberikan pada hari 1-7 siklus haid, metode kjontrasepsi lain tidak diperlukan. Bila sebelumnya

menggunakan AKDR, dan ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama diberikan hari 1-7 siklus haid. Cabut segera AKDR. ( Panduan praktis pelayanan kontrasepsi, 2003 )

2.3.10 Cara penggunaan 1) diberikan setiap 1 bulan sekali ( 4 minggu ) 2) suntikan dapat diberikan 7 hari lebih awal/ setelah waktu penyuntikan asal ibu tidak hamil 3) kocok dengan baik dan hindari terjanya gelembung 4) disinfeksi daerah penyuntikan ( 1/3 SIAS dan cocogsigis ) lalu injeksi secara IM ( Manuaba, 1998 ) 1) Suntikan Kombinasi diberikan tiap bulan dengan suntikan intramuskular dalam. 2) Klien diminta datang tiap 4 minggu. 3) Suntikan dapat diberikan 7 hari lebih awal, dengan kemungkian terjadi gangguan perdarahan. 4) Dapat juga diberikan setelah 7 hari dari jadwal yang telah ditentukan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil 5) Tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja. ( Panduan praktis pelayanan kontrasepsi, 2003 )

2.3.11 Instruksi untuk klien 1. klien harus kembali untuk mendapatkan suntikan ulang setiap 4 minggu 2. bil tidak haid lebih dari 2 bulan, klien harus kembali harus kembali untuk memastikan hamil/ tidaknya 3. jelaskan efeksamping tersering yang didapatkan pada penyuntikan dan yang harus dilakun bila hal tersebut terjadi. 4. Apabila klien sedang menggunakan obat obatan tuberkulosis/ obat efilepsi obat obat tersebut dapat mengganggu kontrasepsi yang digunakan ( Panduan praktis pelayanan kontrasepsi, 2003 )

2.3.12 Peringatan 1) nyeri hebat pada dada/ nafas pendek kemungkian ada pembekuan darah di paru/ serangan jantung 2) sakit kepala hebat/ gangguan penglihatan. Kemungkinan terjadi stroke, hipertensi atau migrain 3) nyeri tungkai hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbatan pembuluh darah pada tungkai 4) tidak terjadi perdarahan/ spoting selama 7 hari sebelum suntikan berikutnya, kemungkinan hamil. ( Panduan praktis pelayanan kontrasepsi, 2003 )

BAB 4 PEMBAHASAN
Pembahasan merupakan analisa dari penulisan mengenai kesenjangan antara teori dengan kasus dilapangan. Dalam kasus ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus. a. Dalam pengkajian data baik subyektif dan obyektif dalam teori dan kasus terdapat kesamaan yang yang berhubungan dengan KB suntik I bulan b. Dalam mendiagnosa follow up KB suntik cyclofem terdapat keterkaitan erat dan tidak terjadi kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada. c. Diagnosa dan masalah potensial dalam kasus dan teori pun tidak jauh beda d. Kebutuhan segera dan tindakannya dalam penganan dilapangan ini telah sesuai dengan alur atau jalan yang ada dalam teori e. Intervensi yang dilakukan dalam kasus ini sesuai diagnosa dan masalah yang ada dan tidak jauh beda dengan teori f. Implementasi yang telah direncanakan juga sesuai dengan teori yang ada g. Evaluasi yang dilakukan setelah implementasi berjalan sesuai dengan perkembangan yang ada pada pasien dan hasil yang diperoleh tidak jauh beda dengan teori. Dengan demikian penulis memberikan asuhan kebidanan dengan memperhatikan segala keluhan yang terjadi sehingga diharapkan tidak menimbulkan masalah lain yang bisa merugikan kesehatan pasien.

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan 1. Kontrasepsi merupakan suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan. 2. Salah satu peran penting bidan adalah meningkatkan jumlah penerima dan kualitas KB kepada masyarakat sehingga masyarakt mau menerima dan mengikuti metode medis teknis keluarga yang dicanangkan pemerintah 3. Akseptor akan merasa nyaman apabila menggunakan KB yang dapat diterima oleh tubuhnya.

5.2 Saran 1. Sebaiknya ibu akseptor KB harus selalu aktif terhadap perubahan yang terjadi 2. Apabila perubahan-perubahan tersebut dinilai tidak wajar maka sebaiknya segera menghubungi petugas kesehatan 3. Diperlukan kerjasama yang baik antara petugas kesehatan dan keluarga untuk memecahkan masalah yang ada dan memperoleh data yang lengkap.

DAFTAR PUSTAKA
- (2004), Buku Panduan Praktis Pelyanan kontrasepsi.Jakarta; Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawiroharjo. Manuaba Ida BG (1998). Ilmu kebidanan, kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta; EGC. - Prawiroharjo Sarwono (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. - Rustam Muchtar, (1998). Sinopsis Obstetri jilid II. Jakarta; EGC. - Hartanto, Hanafi. 2002. KB dan Kontrasepsi. Jakarta, Sinar Harapan

ASUHAN KEBIDANAN PADA NYVUsia 29 tahun Dengan Akseptor Ulang KB Suntik Cyclogeston Di RB AL HAZMI - SIDOARJO

NAMA NIM

DISUSUN OLEH : WIDIYA PRASTIAN NURIL F : 0807.15401.194

PROGAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA HUSADA MALANG 2011

Anda mungkin juga menyukai