BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
3
4
1. Depo provera 150 mg, depo provera berisi progestin, mengandung 150 mg
DMPA (Depo Medroxy Progesterone Asetat).
2. Noristerat 200 mg, noristerat berisi progesterone 200 mg norethindrone
enanthate (Saifuddin, 2010:MK-41).
2.1.4 Cara Kerja Kontrasepsi Suntik Progestin
Mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan
atrofi, menghambat transportasi gamet oleh tuba (Saifuddin, 2010).
2.1.5 Keuntungan Kontrasepsi Suntik Progestin
Sangat efektif, dapat mencegah kehamilan jangka panjang, tidak
berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak mengandung estrogren, tidak
memiliki pengaruh terhadap ASI, klien tidak perlu menyimpan obat suntik
, dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopouse,
membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik,
menurunkan kejadian penyakit jinak payudara, menurunkan krisis anemia
bulan sabit (Saifuddin, 2010 : MK-42).
2.1.6 Keterbatasan Kontrasepsi Suntik Progestin
1. Sering ditemukan gangguan haid seperti :
a. Siklus haid yang memendek atau memanjang
b. Perdarahan yang banyak atau sedikit
c. Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting) - tidak haid
sama sekali
2. Klien sangat bergantung pada tempat pelayanan kesehatan (harus kembali
untuk suntikan.
3. Tidak dapat dihentikan sewaktu – waktu sebelum suntikan berikutnya.
4. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
5
pertama dapatdiberikan setiap saat, asalkan ibu tersebut tidak hamil, selama
7 hari setelah suntikan tidak bolehmelakukan hubungan seksual.
1. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti
dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu tidak hamil, suntikan pertama dapat
segeradiberikan atau tidak perlu menunggu sampai haidberikutnya datang.
2. Bila ibu sedang menggunakan kontrasepsi suntikanjenis lain dan ingin
mengganti dengan kontrasepsisuntikan yang lain lagi, kontrasepsi suntikan
yangakan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsisuntikan yang
sebelumnya.
3. Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin
menggantikannya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama
kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan, asal saja
ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid
berikutnya datang. Bila ibu disuntik setelah hari ke-7 haid, ibu tersebut
selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
4. Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan
pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid,
atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, asal saja yakin
ibu tersebut tidak hamil.
5. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama
dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7
hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual (Saifuddin,
2010).
2.1.9 Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntik Progestin
Cara penggunaan kontrasepsi DMPA menurut Saifuddin (2010) adalah :
7
satu sehingga ibu lebih cenderung memilih alat kontrasepsi yang efektif
dengan jangka waktu cukup panjang tanpa efek samping, sehingga mereka
memilih KB suntik 3 bulan. Hasil wawancara juga menunjukkan seba- gian
besar mereka tidak nyaman menggunakan KB suntik 1 bulan karena harus
rutin disuntik setiap bulan sehingga membuat mereka takut, dan sebagian
mengatakan KB suntik 1 bulan membuat badan gemuk. Faktor pendidikan
tidak signifikan mempe- ngaruhi tingginya akseptor KB suntik 3 bulan.
Sebagian besar responden adalah multipara yakni memiliki 2-4 orang anak,
biasanya ibu dengan jumlah anak lebih dari 3 lebih memilih alat kontrasepsi
jangka panjang seperti IUD atau implan, namun kenyataannya mereka
banyak yang memilih menggunakan KB suntik 3 bulan. Mereka
mengatakan lebih nyaman menggunakan KB suntik 3 bulan karena
mempunyai sedikit efek samping dan tidak mengganggu siklus haid.
b. Keluhan utama
Klien ingin menjadi calon peserta KB belum ada pilihan.
c. Riwayat kesehatan
1) Penyakit jantung
Jenis KB yang tidak boleh di gunakan untuk yang menderita penyakit
jatung yaitu pil kombinasi, suntkan kombinasi dan implan, tetapi boleh
menggunakan AKDR (Saifuddin, 2014).
2) Hipertensi
Jenis KB tidak disaran untuk yang memliki TD > 180/110 mmHg yaitu
pil kombinasi, suntik kombinasi dan implan, dapat di berikan KB suntik
kombinasi namun perlu dilakukan pengawasan khusus (Saifuddin,
2014). Pada hasil penelitian penggunaan KB suntik berpengaruh
terhadap peningkatan tekanan darah didapat hasil, semua akseptor yang
11
2) Pemeriksaan antropometri
Pemakaian KB hormonal dapat terjadi kenaikan/penularan berat badan
sebanyak 1-2 kg (Saifuddin, 2014). Umumnya pertambahan berat
badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5
kg dalam tahun pertama (Hartanto, 2010).
b. Pemeriksaan fisik
1) Muka
Muka pucat serta tidak ikterik boleh menggunakan KB hormonal
progestine. Pada penggunaan kontrasepsi hormonal dalam jangka
waktu yang agak lama akan timbul jerawat (Affandi, 2013)
2) Mata
Ibu dapat menggunakan KB non hormonal untuk ibu myang mengalami
anemia (Hormonal) (Affandi, 2013), namun tidak boleh menggunakan
KB jenis AKDR (Saifuddin, 2014).
3) Leher
Tidak dianjurkan menggunakan KB hormonal untuk ibu yang di
temukan bendungan vena jugularis dan pembesaran kelenjar limfe dan
jika menderita pembesaran kelenjar tiroid, maka di perbolehkan
mengunakan kontrasepsi hormonal maupun non hormonal (Affandi,
2013).
4) Payudara
Yang menimbulkan nyeri pada payudara adalah KB progestin dan
implan (Affandi,2013). Tidak dianjukan memekai kontraksepsi
hormonal jika terdapat benjolan yang lembut, jelas, sering terdapat
pada kedua payudara pada tempat yang sama dan bergerak bebas
(Saifuddin, 2014).
17
5) Dada
Ibu dengan riwayat penyakit jantung istemik, stroke dan kelainan pada
jantung tidak boleh menggunakan kontrasepsi kombinasi (Affandi,
2013).
6) Abdomen
Tidak di anjukan menggunakan KB apaun ibu yang terdapat
pembersaran uterus. Yang dapat menggunakan KB AKDR tidak
terdapat nyeri di bagian perut bawah atau nyeri tekan dapat
menggunakan AKDR (Affandi, 2013).
7) Genetalia
Apa bila terdapat tanda chadwick makan tidak dapat menggunakan
kontrasepsi (Hartanto, 2010). Ibu dengan varices di vulva dapat
menggunakan AKDR (Saifuddin, 2014). Pada penggunakan pil oral
kombinasi akan menngkatkan fluor albus (Hartanto, 2013).Ektermitas
Pada ibu yang menggunakan KB implan, luka bekas insisi akan
mengeluarkan sertai dengan rasa nyeri pada tangan (Saifuddin, 2014).
2.2.2 Diagnosa Kebidanan
PI / >1 usia 15 – 49 tahun, paca persalinan 2 – 42 jam calon peserta KB pasca salin
program dan program, belum ada pilihan/ada pilihan, tanpa kontaindikasi / ada
kontraindikasi pada salah satu kontrasepsi, kedaan umum baik. Progbosa baik.
2.2.3 Pentalaksanaan
1. Beritahu hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu.
E/ informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi petugas dan klien
selanjutnya
2. Jelaskan kepada ibu tentang kelebihan KB suntik 3 bulan :
18
BAB 3
TINJAUAN KASUS
20
21
BAB IV
KESIMPULAN
Pada hasil anamnesa Ny. “A” tidak pernah dan sedang menderita penyakit
hipertensi, kanker payudara, varises, kanker rahim, hepatitis. Selain itu Ny. “A”
juga mempunyai siklus haid yang teratur. Ny. “A” pada pemeriksaan fisik tidak
terdapat benjolan abnormal pada payudara dan tidak ada perdarahan abnormal
pervaginam, tidak ada pembesaran uterus. Hal ini sesuai dengan penapisan KB
suntik 3 bulan.
Berdasarkan pembahasan diatas yang dialami oleh Ny. A pada penggunaan
KB suntik 3 bulan ibu tidak mengalami masalah. Setelah penulis melakukan
asuhan kebidanan komprehensif pada KB suntik Ny. “A”, Ny. “A” umur 25
tahun P10001 akseptor kb lama suntik 3 bulan di Puskesmas Maospati dapat di tarik
kesimpulan :
1. Pada asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny. A sesuai standar pelayanan
kebidanan.
2. Pada asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny. A sesuai dengan
standar pelayanan kebidanan.
Klien diharapkan dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan kebidanan yang ada
serta menambah peningkatan pengetahuan tentang KB yang sesuai. Bagi pelayanan
kesehatan agar tetap memantau perkembangan klien agar tidak terjadi komplikasi
saat penggunaan KB serta terjadinya kehamilan yang tidak diketahui akibat
kurangnya deteksi pemantauan terhadap klien KB.
24
25
DAFTAR PUSTAKA
25