Anda di halaman 1dari 25

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Program Keluarga Berencana (KB) salah satu kebijakan kependudukan yang
sangat populer dalam bidang kelahiran (fertilitas). Menurut Sulistyawati (2012),
program KB bertujuan untuk memenuhi permintaan pelayanan kesehatan
reproduksi yang berkualitas serta mengendalikan angka kelahiran yang pada
akhirnya akan meningkatkan kualitas penduduk dan mewujudkan keluarga kecil
berkualitas. Penentuan jarak kehamilan salah satu cara untuk mengendalikan angka
kelahiran, menentukan berapa jarak yang akan direncanakan diantara kehamilan
yang satu dengan yang lain (Mustikawati, 2015).
Tingginya minat pemakai suntikan KB di Indonesia dapat dilihat dari evaluasi
hasil pencapaian program keluarga berencana nasional. Jumlah peserta baru KB
suntik di Jawa Timur pada Tahun 2011 mencapai 695.296 peserta atau sudah
melebihi target yang telah ditentukan yaitu sebesar 662.100 peserta. Sedangkan di
Surabaya sendiri jumlah peserta baru KB suntik pada ahun 2011mencapai 52.118
peserta atau 60,61% dari seluruh metode kontrasepsi. Ini menunjukkan bahwa alat
kontrasepsi suntik masih menjadi favorit masyarakat di Indonesia termasuk di
Surabaya. (BKKBN, 2011). Namun, masih banyak penggunaan alat kontrasepsi
suntik yang salah atau tidak memperhatikan aspek-aspek penting kontrasepsi suntik
sehingga masih ada kejadian kehamilan/komplikasi tidak tertangani pada akseptor
KB suntik . Selain itu juga masih banyak kejadian drop out pada akseptor KB,
terutama KB progestin, akibat adanya efek samping yang tidak dimengerti oleh
akseptor. Hal ini dapat diperbaiki dengan pemberian edukasi, konseling, dan
peningkatan keterampilan penyedia layanan, yang juga dapat meningkatkan

1
2

penerimaan akseptor terhadap alat kontrasepsi (Wulansari, Pita & Huriawati


Hartanto, 2006). Oleh karena itu dibutuhkan asuhan kebidanan dan konseling yang
tepat untuk meminimalisir terjadinya kejadian yang tidak diinginkan dari
pemakaian kontrasepsiterutama kontrasepsi suntik progestin.
1.2 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik
progestin.
1.3 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada akseptor KB suntik
progestin.
2. Menetapkan diagnosa dan masalah berdasarkan data yang diperoleh.
3. Menyusun rencana asuhan yang akan diberikan kepada akseptor KB suntik
progestin.
4. Melaksanakan rencana asuhan kebidanan yang telah disusun.
5. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan.
3

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik Progestin


2.1.1 Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi untuk
pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual
(Saifuddin, 2010: U-46).
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan,
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma
yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel
telur matang dengan sel sperma tersebut (BKKBN, 2011).
2.1.2 Pengertian Kontrasepsi Suntik Progestin
Menurut Sulistyawati (2013), terdapat dua jenis kontrasepsi suntikan yang
hanya mengandung progestin, yaitu :
1. Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150 mg DMPA yang
diberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntik intramuscular (di daerah
pantat).
2. Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg
Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara di suntik
intramuscular (di daerah pantat atau bokong).
2.1.3 Jenis Kontrasepsi Suntik Progestin
Terdapat dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin,
yaitu :

3
4

1. Depo provera 150 mg, depo provera berisi progestin, mengandung 150 mg
DMPA (Depo Medroxy Progesterone Asetat).
2. Noristerat 200 mg, noristerat berisi progesterone 200 mg norethindrone
enanthate (Saifuddin, 2010:MK-41).
2.1.4 Cara Kerja Kontrasepsi Suntik Progestin
Mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan
atrofi, menghambat transportasi gamet oleh tuba (Saifuddin, 2010).
2.1.5 Keuntungan Kontrasepsi Suntik Progestin
Sangat efektif, dapat mencegah kehamilan jangka panjang, tidak
berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak mengandung estrogren, tidak
memiliki pengaruh terhadap ASI, klien tidak perlu menyimpan obat suntik
, dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopouse,
membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik,
menurunkan kejadian penyakit jinak payudara, menurunkan krisis anemia
bulan sabit (Saifuddin, 2010 : MK-42).
2.1.6 Keterbatasan Kontrasepsi Suntik Progestin
1. Sering ditemukan gangguan haid seperti :
a. Siklus haid yang memendek atau memanjang
b. Perdarahan yang banyak atau sedikit
c. Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting) - tidak haid
sama sekali
2. Klien sangat bergantung pada tempat pelayanan kesehatan (harus kembali
untuk suntikan.
3. Tidak dapat dihentikan sewaktu – waktu sebelum suntikan berikutnya.
4. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
5

5. Tidak menjamin terhadap perlindungan penularan IMS, Hep B/ HIV.


6. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
7. Pada penggunaan jangka panjangdapat menimbulkan kekeringan pada
vagina, menurunkan libido, gangguan emosi ( jarang ), sakit kepala,
jerawat.
2.1.7 Indikasi dan Kontraindikasi Kontrasepsi Suntik Progestin
Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin yaitu, usia
reproduksi, nulipara dan yang telah memiliki anak, menghendaki
kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi, menyusui
dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai, setelah melahirkan dan tidak
menyusui, setelah abortus atau keguguran, ibu dengan perokok berat,
tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan
darah atau anemia bulan sabit, menggunakan obat epilepsi (fenitoin dan
barbiturat) atau obat tuberkulosis (rimfamisin), tidak dapat menggunakan
kontrasepsi yang mengandung esterogen, sering lupa bila menggunakan pil,
anemia defisiensi besi, mendekati usia menopouse yang tidak mau atau
tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi (Saifuddin, 2010:MK-
43).
Adapun yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan
progestin, antara lain, hamil atau dicurigai hamil, perdarahan pervaginam
yang belum jelas penyebabnya, tidak dapat menerima terjadinya gangguan
haid, terutama amenorrhea, menderita kanker payudara atau riwayat kanker
payudara, DM disertai komplikasi ( Saifuddin, 2010: MK-43).
2.1.8 Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntik Progestin
Setiap saat selama siklus haid asal ibu tersebut tidakhamil, mulai hari
pertama sampai hari ke-7 siklus haid, pada ibu yang tidak haid, injeksi
6

pertama dapatdiberikan setiap saat, asalkan ibu tersebut tidak hamil, selama
7 hari setelah suntikan tidak bolehmelakukan hubungan seksual.
1. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti
dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu tidak hamil, suntikan pertama dapat
segeradiberikan atau tidak perlu menunggu sampai haidberikutnya datang.
2. Bila ibu sedang menggunakan kontrasepsi suntikanjenis lain dan ingin
mengganti dengan kontrasepsisuntikan yang lain lagi, kontrasepsi suntikan
yangakan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsisuntikan yang
sebelumnya.
3. Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin
menggantikannya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama
kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan, asal saja
ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid
berikutnya datang. Bila ibu disuntik setelah hari ke-7 haid, ibu tersebut
selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
4. Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan
pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid,
atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, asal saja yakin
ibu tersebut tidak hamil.
5. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama
dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7
hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual (Saifuddin,
2010).
2.1.9 Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntik Progestin
Cara penggunaan kontrasepsi DMPA menurut Saifuddin (2010) adalah :
7

1. Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik


intramuscular (IM) dalam daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu
dangkal penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja
segera dan efektif. Suntikan diberikan tiap 90 hari.
2. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi etil/
isopropyl alcohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik, setelah
kering baru disuntik.
3. Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara.
Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terjadi endapan putih pada
dasar ampul, upayakan menghilangkannya dan dengan menghangatkannya.
2.1.10 Efek samping yang terjadi pada penggunaan kontrasepsi suntik progestin
Dari penelitian efek samping DMPA selama 2 tahun pemakaian (2017)
mendapat hasil Efek samping akseptor KB suntik Depo Medroksi Progesterone
Acetat (DMPA) setelah 2 tahun pemakaian berupa gangguan menstruasi dari 74
responden, mengalami gangguan menstruasi berupa amenorea sebanyak 39
responden (52,7%), kejadian keputihan pada 74 responden, tidak mengalami
keputihan (100%), mengalami peningkatan berat badan sebanyak 43 responden
(58,1%), tidak mengalami mual dan muntah sebanyak 72 responden (97,3%).
Menurut Hartanto (2004 : 169), antara lain :
1. Gangguan haid pada akseptor dapat berupa:
Amenore, perdarahan berat, ireguler, bercak, dan perubahan dalam
frekuensi, lama dan jumlah, insiden yang tinggi dari amenorea diduga
karena atrofi endometrium.
Penanggulangan :
a. Melakukan konseling sebelum dan selama pemakaian kontrasepsi
suntik.
8

b. Bila perdarahan hebat atau lama disebabkan oleh kontrasepsi suntikan,


maka tindakan yang harus diambil:
1) Pemberian tablet ekstradiol 25 mg 3x1 sehari untuk 3 hari atau 1 pil
oral kombinasi per hari untuk 14 hari.
2) Bila perdarahan tetap saja berlangsung terus, pertimbangkan untuk
melakukan dilatasi atau kuretasi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang Hubungan Lama
Pemakaian Kontrasepsi Suntikan Dengan Lama Kembalinya Kesuburan
Pada Post Akseptor Kontrasepsi Suntikan di Desa Pasir Utama
Kecamatan Rambah Hilir, hasil uji statistik yang digunakan, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan lamanya pemakaian kontrasepsi
suntikan kombinasi dengan kembalinya kesuburan pada post akseptor
kontrasepsi suntikan kombinasi di Desa Pasir Utama Kecamatan
Rambah Hilir dengan nilai P value = 0,198 (>0,05).
2. Berat badan bertambah.
a. Pemberian konseling medik sebelum dan selama pemakaian kontrasepsi
suntikan.
b. Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar antara 1-5 kg
dalam tahun pertama.
c. Depo provera merangsang pusat pengendalian nafsu makan di
hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak daripada
biasanya.
d. Berdasarkan hasil penelitian peningkatan BB pada Kb suntik DMPA
tahun 2016, menunjukkan bahwa lama pemakaian DMPA beresiko
terhadap peningkatan berat badan yang semakin banyak. Hal ini
menjadi temuan penting bahwa setiap penggunan kontrasepsi DMPA
9

sebaiknya selalu dievaluasi perkembangan berat badan dan pencegahan


peningkatan berat badan yang berlebihan. Proporsi akseptor KB DMPA
yang mengalami peningkatan berta badan di wilayah kerja Polindeskes
Desa Menger Kecamatan Karanganyar Kabupaten Ngawi sebagian
besar adalah 93%.
3. Sakit Kepala
a. Melakukan konseling sebelum dan selama pemakaian kontrasepsi
suntikan.
b. Terjadi pada 1-17% akseptor.
4. Pada sistem kardiovaskuler efeknya sangat sedikit, mungkin ada sedikit
peninggian dari kadar insulin dan penurunan HDL kolesterol.
a. Hampir tidk ada efek tekanan darah atau sistem pembekuan darah
maupun sistem fiorinolitik.
b. Perubahan dalam metabolisme lemak, terutama penurunan HDL,
kolesterol dicurigai dapat menambah besar resiko timbulnya penyakit
kardiovaskuler, HDL kolesterol yang rendah dapat menyebabkan
timbilnya arterosklerosis sedangkan terhadap trigliserida dan kolesterol
total tidak ditemukan efek apapun dari kontrasepsi suntikan.
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
2.2.1 Pengkajian Data
1. Data subyektif
a. Umur
Pada usia 20 – 35 tahun ibu pasca bersalin ingin menjarangkan kehamilan,
dan >35 tahun tidak ingin hamil lagi (Saifuddin, 2014). Pada penelitian usia
dalam penggunaan KB suntik didapat hasil sebagian sampel penelitian
berusia 31-40 tahun dimana rata-rata ibu sudah memiliki anak lebih dari
10

satu sehingga ibu lebih cenderung memilih alat kontrasepsi yang efektif
dengan jangka waktu cukup panjang tanpa efek samping, sehingga mereka
memilih KB suntik 3 bulan. Hasil wawancara juga menunjukkan seba- gian
besar mereka tidak nyaman menggunakan KB suntik 1 bulan karena harus
rutin disuntik setiap bulan sehingga membuat mereka takut, dan sebagian
mengatakan KB suntik 1 bulan membuat badan gemuk. Faktor pendidikan
tidak signifikan mempe- ngaruhi tingginya akseptor KB suntik 3 bulan.
Sebagian besar responden adalah multipara yakni memiliki 2-4 orang anak,
biasanya ibu dengan jumlah anak lebih dari 3 lebih memilih alat kontrasepsi
jangka panjang seperti IUD atau implan, namun kenyataannya mereka
banyak yang memilih menggunakan KB suntik 3 bulan. Mereka
mengatakan lebih nyaman menggunakan KB suntik 3 bulan karena
mempunyai sedikit efek samping dan tidak mengganggu siklus haid.
b. Keluhan utama
Klien ingin menjadi calon peserta KB belum ada pilihan.
c. Riwayat kesehatan
1) Penyakit jantung
Jenis KB yang tidak boleh di gunakan untuk yang menderita penyakit
jatung yaitu pil kombinasi, suntkan kombinasi dan implan, tetapi boleh
menggunakan AKDR (Saifuddin, 2014).
2) Hipertensi
Jenis KB tidak disaran untuk yang memliki TD > 180/110 mmHg yaitu
pil kombinasi, suntik kombinasi dan implan, dapat di berikan KB suntik
kombinasi namun perlu dilakukan pengawasan khusus (Saifuddin,
2014). Pada hasil penelitian penggunaan KB suntik berpengaruh
terhadap peningkatan tekanan darah didapat hasil, semua akseptor yang
11

mengonsumsi kafein tingkat rendah sebanyak 19 orang dengan


peningkatan tekanan darah terdapat 12 orang dan 17 orang tidak terjadi
peningkatan tekanan darah. Pada data diatas menunjukkan secara klinis
terdapat hampir setengah terjadi peningkatan tekanan darah
dibandingkan yang tidak mengonsumsi kafein yaitu 35 orang terjadi
peningkatan berbanding 26 orang yang tidak meningkat secara statistik
mendapatkan nilai p=0,655. Faktor yang memengaruhi tekanan darah
yaitu riwayat hipertensi, merokok, konsumsi kafein, konsumsi alkohol
dan konsumsi garam memiliki variasi perbedaan dan terdapat hubungan
secara klinis namun secara statistik belum memiliki hubungan.
3) Gonorea
Riwayat penyakit sevisitis dan vaginitis (sampai diagnosa ditegakkan
dan Berhasil diobati), terutama bila disertai riwayat infeksi klamidia,
gonorea atau vaginosis merupakan kontraindikasi pemasangan AKDR
(Varney, Kriebs, & Gegor,2007).
4) Kanker
Kanker payudara atau riwayat kanker payudara tidak diperbolehkan
menggunakan KB progestin. Jenis KB yang dapat digunakan adalah
tubektomi (Saifuddin, 2014).
5) Diabetes militus
Ibu dengan diabetes miletus KB yang dapat digunakan yaitu pil
kombinasi, suntikan kombinasi dan AKDR (Saifuddin, 2014).
6) Anemia
Ibu dengan anemia tidak bolekh menggunakan KB AKDR boleh
menggunakan pil progestin (Saifuddin, 2014)
7) Hepatitis
12

Ibu dengan hepatitis tidak boleh menggunakan suntikan kombinasi,


Metode amenore laktasi (MAL) dan AKDR, karena tidak melindungi
terhadap IMS termasuk visur hepatitis B/HIV/AIDS (Saifuddin, 2014).
8) TBC
KB pil kombinasi dan suntikan progestin dapat di gunakan ibu dengan
pengobatan TBC. Jenis KB yang tidak boleh digunakan oleh ibu
dengan TBC yaitu minipil karena dapat mengurangi efektivitas minipil
dan ibu dengan TBC pelvic tidak boleh menggunakan AKDR
(Saifuddin, 2014).
9) Epilepsi
Ibu yang sedang minum obat epilepsy (fenitoin dan barbiturate) dapat
menggunakan KB pil kontrasepsi kombinasi dengan 50 g
etnilestradiol, suntikan progestin dan AKDR, jenis KB yang tidak boleh
digunakan oleh ibu dengan epilepsy yaitu pil kombinasi dan minipil
(Saifuddin, 2014).
d. Riwayat kebidanan
1) Haid
Tidak di anjurkan untuk menggunakan IUD ibu degan riwayat
dismenorhea berat, jumlah darah haid yang banyak , haid yang ireguler
atau perdarahan bercak (spotting) (Hartanto, 2010). Wanita dengan
durasi menstruasi lebih dari 6 hari memerlukan pil KB dengan efek
ekstrogen yang rendah (Manuaba, 2012). Pada penggunaan kontrasepsi
progestin mengakibatkan siklus haid yang memendek atau memanjang,
perdarahan haid banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur,
perdarahan bercak (spotting) dan terkadang tidak hamil sama sekali
(Affandi, 2013).
13

2) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu


Ibu dengan riwayat keguguran septic dan kehamilan ektopik, tidak
diperkenankan menggunakan KB AKDR. Ibu pasca keguguran ada
infeksi, maka pemasangan AKDR ditunda 3 bulan sampai infeksi
teratasi. AKDR dapat di gunnakan untuK persalinan yang terjadi
banyak perdarahan hingga Hb < 9gr% di tunda hingga anemia teratasi
(Saifuddin, 2014).
3) Riwayat KB
Terdapat kontraindikasi pemakaian KB progestin dan IUD pada saat
terjadi kegagalan kontrasepsi progestin dapat menyebabkan kehamilan
ektopik dan kegagalan pemakaian IUD (Hartanto, 2010).
e. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Nutrisi
Ibu dengan riwayat obesitas meningkatkan resiko mengalami kanker
payudara/ karsinoma payudara sehingga tidak dianjurkan memakai KB
pil oral kombinasi (Hartanto, 2010). Intensitas konsumsi makanan dan
minuman yang sering perlu diwaspadai sebagai tanda gejala penyakit
diabetes, sehingga penggunaan kontrasepsi hormonal tidak
diperbolehkan pada ibu yang ,menderita diabetes (Saifuddin, 2014).
2) Eliminasi
Ibu yang memiliki tanda-tanda seperti demam tinggi, nyeri pinggang,
nyeri saat berkemih dan produksi urin menurun merupakan tanda
infeksi saluran kencing (Manuaba, 2012), sehingga tidak dapat
menggunakan alat kontrasepsi IUD (Hartanto, 2010).
3) Istirahat/tidur
14

Gangguan tidur yang dialami oleh ibu yang menggunakan kontrasepsi


MAL karena harus menyusui on Demand (menyusui setiap saat bayi
membutuhkan). Sering menyusui selama 24 jam termasuk di malam
hari (Affandi, 2012). Gangguan tidur yang dialami ibu pemakai
kontrasepsi hormonal dikarenakan pada awal pemakaian dapat
memberikan efek samping dari (mual, pusing, nyeri payudara,
perubahan perasaan/mood) (Saifuddin,2014).
4) Aktivitas
Pada ibu dengan keluhan mudah lelah, nafas terengah-engah, ortopnea,
peningkatan berat badan dan kongesti paru mengarah ke penyakit
jantung, sehingga tidak dapat menggunakan pil progestin (Affandi,
2013).
5) Personal hygiene
Ibu tidak suka memeriksa benang ekor IUD sendiri tidak cocok untuk
menggunakan KB IUD (Saifuddin, 2014).
6) Kehidupan seksual
Saat tidedak terjadi perdarahan dan tidak terjadi kram ibu boleh
melakukan hubungan seksual bagi pengguna AKDR. Pada suntikan
progestin penyuntikan awal pemakaian ibu tidah haid ibu tidak boleh
melakukan hubungan seksual selama 48 jam (Affandi, 2013).
Kontrasepsi hormonal dapat menimbulkan kekeringan pada vagina dan
menurunkan libido apabula penggunaannya janga panjang (Saifuddin,
2014).
7) Riwayat ketergantungan
Pada perokok yang tidak lebih dari 15 batang perhari dan tanpa resiko
di perbolehkan menggunakan KB progestin (Affandi, 2013). Terdapat
15

beberapa obat yang dapat mengurangi efektivitas pil kombinasi seperti


obat tuberculosis (rifampisin), untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat),
ampisilin dan penisilin (Affandi, 2013).
8) Latar belakang budaya
Pada kalangan masyarakat terdapat rumor seperti pemakaian
kontrasepsi UID yang dapat “berjalan jalan” sampai ke jantung atau
paru paru sehingga dapat menimbulkan kematian (Saifuddi, 2014).
9) Keadaan psikologis
Penggunaan KB hormonal dapat menyebabkan body image yaitu
kenaikan berat badan, jerwat, botak, perubahan mood dan kegelisahan
(Affandi, 2013). Dengan menyysusi dapat menungkatkan hubungan
psikologis ibu dan anak (Sifuddin, 2014).
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
1) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
Penggunaan KB progestin, tekanan darahnya harus < 180/110
mmHg. Pada ibu yang memiliki tekanan darah tinggi dapat
menggunakan kontrasepsi AKDR (Affandi, 2013).
b) Suhu
Suhu normal 36,5-37,50C, pada akseptor IUD dengan PID akan
terjadi kenaikan suhu hingga 380C/lebih (Hartanto, 2013).
c) Nadi
Denut nadi ireguler tidak dianjurkan memakai KB hormonal
progestin dan disarankan untuk menggunakan kontrasepsi non
hormonal (Saifuddin, 2014).
16

2) Pemeriksaan antropometri
Pemakaian KB hormonal dapat terjadi kenaikan/penularan berat badan
sebanyak 1-2 kg (Saifuddin, 2014). Umumnya pertambahan berat
badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5
kg dalam tahun pertama (Hartanto, 2010).
b. Pemeriksaan fisik
1) Muka
Muka pucat serta tidak ikterik boleh menggunakan KB hormonal
progestine. Pada penggunaan kontrasepsi hormonal dalam jangka
waktu yang agak lama akan timbul jerawat (Affandi, 2013)
2) Mata
Ibu dapat menggunakan KB non hormonal untuk ibu myang mengalami
anemia (Hormonal) (Affandi, 2013), namun tidak boleh menggunakan
KB jenis AKDR (Saifuddin, 2014).
3) Leher
Tidak dianjurkan menggunakan KB hormonal untuk ibu yang di
temukan bendungan vena jugularis dan pembesaran kelenjar limfe dan
jika menderita pembesaran kelenjar tiroid, maka di perbolehkan
mengunakan kontrasepsi hormonal maupun non hormonal (Affandi,
2013).
4) Payudara
Yang menimbulkan nyeri pada payudara adalah KB progestin dan
implan (Affandi,2013). Tidak dianjukan memekai kontraksepsi
hormonal jika terdapat benjolan yang lembut, jelas, sering terdapat
pada kedua payudara pada tempat yang sama dan bergerak bebas
(Saifuddin, 2014).
17

5) Dada
Ibu dengan riwayat penyakit jantung istemik, stroke dan kelainan pada
jantung tidak boleh menggunakan kontrasepsi kombinasi (Affandi,
2013).

6) Abdomen
Tidak di anjukan menggunakan KB apaun ibu yang terdapat
pembersaran uterus. Yang dapat menggunakan KB AKDR tidak
terdapat nyeri di bagian perut bawah atau nyeri tekan dapat
menggunakan AKDR (Affandi, 2013).
7) Genetalia
Apa bila terdapat tanda chadwick makan tidak dapat menggunakan
kontrasepsi (Hartanto, 2010). Ibu dengan varices di vulva dapat
menggunakan AKDR (Saifuddin, 2014). Pada penggunakan pil oral
kombinasi akan menngkatkan fluor albus (Hartanto, 2013).Ektermitas
Pada ibu yang menggunakan KB implan, luka bekas insisi akan
mengeluarkan sertai dengan rasa nyeri pada tangan (Saifuddin, 2014).
2.2.2 Diagnosa Kebidanan
PI / >1 usia 15 – 49 tahun, paca persalinan 2 – 42 jam calon peserta KB pasca salin
program dan program, belum ada pilihan/ada pilihan, tanpa kontaindikasi / ada
kontraindikasi pada salah satu kontrasepsi, kedaan umum baik. Progbosa baik.
2.2.3 Pentalaksanaan
1. Beritahu hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu.
E/ informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi petugas dan klien
selanjutnya
2. Jelaskan kepada ibu tentang kelebihan KB suntik 3 bulan :
18

- Kontrasepsi jangka panjang


- Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
- Tidak berpengaruh pada prosuksi ASI.
- Klien tidak perlu menyimpan obat.
- Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.
- Mencegah anemia, kanker jinak payudara dan kanker endometrium.
R/penjelasan tentang keuntungan KB suntik 3 bulan memberikan informasi
yang mungkin belum diketahui ibu.
3. Jelaskan kepada ibu tentang kekurangan/kerugian serta efek samping yang
mungkin terjadi pada akseptor KB suntik 3 bulan :
- Klien sangat bergantung dengan tempat pelayanan kesehatan karena harus
kembali setiap 12 minggu.
- Tidak melindungi dari IMS.
- Kemungkinan terjadi keterlambatan pemulihan kesuburan setelah
penghentian pemakaian.
- Dapat terjadi efek samping, terjadi perubahan pola haid : perdarahan bercak
(spotting) ataupun amenore (tidak haid) dan penambahan berat badan.
E/ penjelasan tentang kekurangan dan efek samping KB suntik 3 bulan dapat
menjadi pertimbangan ibu dalam menentukan kontrasepsi yang akan
digunakan.
4. Berikan informed consent pada ibu secara verbal.
E/ bukti persetujuan ibu dalam penggunaan KB suntik 3 bulan.
5. Jelaskan prosedur penyuntikan KB.
E/ menghindarkan dari ketidakpahaman klien tentang prosedur penyuntikan.
6. Pastikan 5T (tepat pasien, tepat tempat, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu)
sebelum tindakan berikutnya terhadap ibu.
19

E/menghindari kesalahan dalam proses penyuntikan.


7. Atur posisi ibu senyaman mungkin.
E/ mempermudah proses penyuntikan.
8. Lakukan injeksi sesuai prosedur :
- Siapkan alat (spuit 3 cc, kapas alcohol, obat yang mengandung 150 mg
DMPA (Depo Medroxy Progesterone Asetat))
- Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas yang dibasahi etil/
isopropyl alcohol 60-90%.
- Injeksi pada daerah 1/3 SIAS-cocygis secara IM .
E/ Prosedur yang benar dapat menghindarkan kesalahan penyuntikan.
9. Memberikan HE kepada ibu bahwa bekas suntikan tidak boleh dimasase.
E/ Menghindari infeksi pada daerah penyuntikan.
10. Memberitahu ibu jadwal kunjungan ulang 3 bulan setelah penyuntikan dan
menganjurkan ibu untuk datang sesuai jadwal atau sewaktu-waktu jika ada
keluhan.
E/ agar ibu mengetahui jadwal suntikan ulang dan bersedia datang sesuai jadwal
atau sewaktu-waktu jika ada keluhan.
20

BAB 3
TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian : 28 November 2019, Pukul : 10.20 WIB


Tempat pengkajian : Poli KIA Puskesmas Maospati
3.1 Data Subjektif Biodata
Biodata Istri Suami
Nama : Ny. “A” Tn. “Y”
Usia : 25 tahun 26 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/ bangsa : Jawa Jawa
Pendidikan : S1 SMA
Pekerjaan : Guru Polisi
Alamat : Maospati, Magetan.
- Ibu ingin kunjungan rutin, bahwa hari ini (28 November 2019) adalah
jadwal ibu mendapatkan suntikan ulang KB 3 bulan.
- Ibu menarche usia 13 tahun, siklus 30 hari, 3 x ganti pembalut/hari,
lamanya 5-7 hari, teratur, tidak disminore.
- Ibu mempunyai anak 1 saat ini sudah berusia 1 tahun.
- Ibu merupakan akseptor kb lama suntik 3 bulan sudah 1 tahun.
- Ibu saat ini tidak sedang menyusui.
- Ibu tidak pernah dan sedang menderita sakit kuning, kelainan jantung,
varises, hipertensi, kanker payudara atau kanker rahim, TBC, DM.
- Ibu bukan perokok berat.
- Ibu makan 3x sehari dengan porsi sedang, dan minum 8 gelas per hari. Ibu
tidak suka minum-minuman yang manis.

20
21

3.2 Data Obyektif


- Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis.
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg, N = 84 x/menit, S = 36,7 ̊C, RR = 20
x/menit.
- Berat badan sebelum memakai KB : 66
Berat Badan : 67,1 kg.
- Wajah, tidak pucat , tidak oedema.
Mata, conjungtiva merah muda, sklera : putih.
Leher, tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.
Abdomen, tidak ada massa, tidak terdapat pembesaran uterus.
Genetalia tidak terkaji karena ibu tidak bersedia.
Ekstrimitas, tidak oedema.
- Mengecek ulang tanggal kembali pada kartu KB, tanggal 28 November
2019.
3.3 Assesment
P10001 usia 25 tahun, peserta KB lama suntik progestin, tidak terdapat
kontraindikasi penggunaan KB suntik progestin, keadaan umum ibu baik,
prognosa baik.
3.4 Penatalaksanaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu.
E/ Ibu mengerti keadaannya saat ini.
2. Menjelaskan kembali tentang kelebihan KB suntik 3 bulan :
- Kontrasepsi jangka panjang.
- Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
- Tidak berpengaruh pada prosuksi ASI.
22

- Klien tidak perlu menyimpan obat.


- Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.
- Mencegah anemia, kanker jinak payudara dan kanker endometrium.
E/ Ibu mengetahui dan paham kelebihan KB suntik 3 bulan.
4. Menjelaskan kembali tentang kekurangan/kerugian serta efek samping yang
mungkin terjadi pada akseptor KB suntik 3 bulan :
- Klien sangat bergantung dengan tempat pelayanan kesehatan karena
harus kembali setiap 12 minggu.
- Tidak melindungi dari IMS.
- Kemungkinan terjadi keterlambatan pemulihan kesuburan setelah
penghentian pemakaian.
- Dapat terjadi efek samping, terjadi perubahan pola haid : perdarahan
bercak (spotting) ataupun amenore (tidak haid) dan penambahan berat
badan.
E/ Ibu mengerti kekurangan dan efek samping KB suntik 3 bulan dan tetap
ingin menggunakan KB suntik 3 bulan.
5. Memberikan informed consent pada ibu.
E/ Ibu sudah menandatangani informed consent.
6. Menjelaskan prosedur penyuntikan KB.
E/ ibu mengerti prosedur yang akan dilakukan.
7. Mengatur posisi ibu senyaman mungkin.
E/ Ibu sudah berada di posisi yang nyaman.
8. Melakukan injeksi sesuai prosedur :
- Menyiapkan alat (spuit 3 cc, alcohol swab, obat yang mengandung 150
mg DMPA.
- Membersihkan kulit yang akan disuntik dengan alcohol swab.
23

- Melakukan injeksi pada daerah 1/3 SIAS-cocygis secara IM .


E/ Obat DMPA sudah dimasukkan.
9. Asuhan pasca penyuntikan :
- Menganjurkan ibu untuk tidak memasase pada tempat penyuntikan
- Menjelaskan pada ibu untuk kunjungan ulang pada tanggal 18-02- 2020.
- Menulis pada kartu peserta KB/mendokumentasikan .
- Memberikan kartu KB pada ibu.
Laras Ayu J S
24

BAB IV
KESIMPULAN

Pada hasil anamnesa Ny. “A” tidak pernah dan sedang menderita penyakit
hipertensi, kanker payudara, varises, kanker rahim, hepatitis. Selain itu Ny. “A”
juga mempunyai siklus haid yang teratur. Ny. “A” pada pemeriksaan fisik tidak
terdapat benjolan abnormal pada payudara dan tidak ada perdarahan abnormal
pervaginam, tidak ada pembesaran uterus. Hal ini sesuai dengan penapisan KB
suntik 3 bulan.
Berdasarkan pembahasan diatas yang dialami oleh Ny. A pada penggunaan
KB suntik 3 bulan ibu tidak mengalami masalah. Setelah penulis melakukan
asuhan kebidanan komprehensif pada KB suntik Ny. “A”, Ny. “A” umur 25
tahun P10001 akseptor kb lama suntik 3 bulan di Puskesmas Maospati dapat di tarik
kesimpulan :
1. Pada asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny. A sesuai standar pelayanan
kebidanan.
2. Pada asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny. A sesuai dengan
standar pelayanan kebidanan.
Klien diharapkan dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan kebidanan yang ada
serta menambah peningkatan pengetahuan tentang KB yang sesuai. Bagi pelayanan
kesehatan agar tetap memantau perkembangan klien agar tidak terjadi komplikasi
saat penggunaan KB serta terjadinya kehamilan yang tidak diketahui akibat
kurangnya deteksi pemantauan terhadap klien KB.

24
25

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, W, N, dan Sukarsi, N. 2012. Pengaruh Kontrasepsi Hormonal terhadap


Berat Badan dan Lapisan Lemak pada Akseptor Kontrasepsi Suntik
DMPA di Polindes Mengger Karanganyar Ngawi.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/3278/1.%20WI
NARSIH.pdf;sequence=1. (diakses pada tanggal 8 Januari 2020).

Aldriana, N, dan Azmariza. 2017. Hubungan Lamanya Pemakaian Kontrasepsi


Suntikan Dengan Kembalinya Kesuburan Pada Post Akseptor
Kontrasepsi Suntikan Di Desa Pasir Utama Kecamatan Rambah Hilir.
http://e-journal.upp.ac.id/index.php/akbd/article/download/1419/1141.
(diakses pada tanggal 8 Januari 2020)

BKKBN. 2011. Evaluasi Hasil Pencapaian Program Keluarga Berencana Nasional


Januari – Desember 2011 Provinsi Jawa Timur. Surabaya : BKKBN.

_______. 2011b. Alat Kontrasepsi. http://www.bkkbn-jatim.go.id/bkkbn-


jatim/html/cara.htm (Diakses 28 November 2019).
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta :
Pustaka.
Rihama Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan.
Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta
: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Varney, Helen. 2007. BukuAjarAsuhanKebidanan. Jakarta: EGC.
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. IlmuKandungan. Jakarta: YBPS.
Wulansari, Pita dan Huriawati Hartanto (Eds.). 2006. Ragam Metode Kontrasepsi.
Jakarta : EGC.

25

Anda mungkin juga menyukai