Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN PADA IBU ASKEPTOR KB (Keluarga Berencana)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Klinik (Keperawatan


Maternitas)

Di Puskesmas Wagir

Oleh :

Nama : Nabila Hasna Ningrum

NIM : P17211201024

PRAKTEK KEPERAWATAN MATERNITAS

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

TAHUN AJARAN 2023-2024


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Pada Ibu Askeptor KB (Keluarga Berencana) di Puskesmas Wagir


Periode 21 Agustus s/d 2 September 2023 Tahun Ajaran 2023/2024

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal …….......... Bulan………………


Tahun…………

Malang ,
Preceptor Klinik Preceptor Akademik

NIP/NIK. NIP.
A. PENGERTIAN
Keluarga berencana (disingkat KB) adalah gerakan untuk membentuk
keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Itu bermakna adalah
perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan
penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom,
spiral, IUD, dan sebagainya. Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal
adalah dua(Nurdianti, 2014).
KB (Family Planning, Planned Parenthood) adalah suatu usaha untuk
menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai alat
kontrasepsi, untuk mewujudakan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Gerakan ini
mulai dicanangkan pada tahun akhir 1970-an. Secara umum Keluarga Berencana
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan
NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya
masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin
terkendalinya pertambahan penduduk(Nurdianti, 2014).
Pelayanan kontrasepsi diberikan dengan menggunakan metode kontrasepsi
baik hormonal maupun non hormonal. Menurut jangka waktu pemakaiannya
kontrasepsi dibagi menjadi Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non-MKJP) (Kemenkes RI, 2014). Jenis – jenis
kontrasepsi menurut Affandi dan Albar (2011):
a. Kontrasepsi non-hormonal, terdiri dari:
1) Kontrasepsi tanpa menggunakan alat/obat yaitu senggama terputus dan
pantang berkala.
2) Kontrasepsi sederhana untuk laki – laki adalah kondom.
3) Kontrasepsi sederhana untuk perempuan yaitu pessarium dan kontrasepsi
dengan obat – obat spermitisida
b. Kontrasepsi hormonal, terdiri dari:
1) Metode hormonal kombinasi (estrogen dan progesteron) yaitu pil
kombinasi dan suntik kombinasi (cyclofem)
2) Metode hormonal progesteron saja yaitu pil progestin (minipil), implan,
suntikan progestin (Depo Medroksiprogesterone Asetat/DMPA).
c. Kontrasepsi mantap terdiri dari tubektomi dan vasektomi
B. ETIOLOGI
Menurut WHO (dalam(Imbarwati, 2009)), keluarga berencana adalah tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk:
a. Mendapatkan objektif2 tertentu
b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
d. Mengatur interval diantara kelahiran
e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga
Dalam (Imbarwati, 2009)juga dijelaskan bahwa kontrasepsi berasal dari kata
kontra berarti mencegah atau melawan.Sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara
sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan
kehamilan.Jadi kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan tes kehamilan plano test (Negatif) untuk KB suntik Depo progestin
2. Penimbangan berat baan dan pengkuran tinggi badan
3. Pengukuran tekanan darah
4. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA)
5. Penentuan status imunisasi tetanus danpemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai
status imunisasi
6. Pemberian konseling
7. Pemeriksaan Lab sederhana (HB, Pemeriksaan protein urin, dan pemeriksaan
golongan darah
E.PENATALAKSANAAN

Terbagi dalam 2 strategi, yaitu:


1. Strategi dasar
· Meneguhkan kembali program di daerah
· Menjamin kesinambungan program
2. Strategi operasional
· Peningkatan kapasitas system pelayanan program KB nasional
· Peningkatan kualitas program dan program prioritas
· Penggalangan dan pemantapan komitmen
· Dukungan regulasi dan kebijakan
· Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan
Menurut (Kusumaningrum, 2009), terdapat beberapa jenis kontrasepsi, diantaranya:
1. Kontrasepsi PIL
Tablet yang mengandung hormone estrogen dan progesterone sintetik disebut pil
kombinasi dan hanya mengandung progesterone sintetik saja disebut Mini Pil atau Pil
Progestrin.
1.1 Cara Kerja
a. Menekan ovulasi
Jika seorang wanita minum pil KB setiap hari maka tidak akan terjadi ovulasi
(tidak ada sel telur). Tanpa ovulasi tidak akan terjadi kehamilan.
b. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu
c. Mengganggu pertumbuhan endometrium, sehingga menyulitkan proses
implantasi
d. Memperkental lender serviks (mencegah penetrasi sperma)
1.2 Efektivitas
Efektivitas teoritis untuk pil sebesar 99,7% sedangkan efektivitas praktisnya
sebesar 90-96%. Artinya pil cukup efektif jika tidak lupa meminum pil secara
teratur.
1.3 Keuntungan
a. Mudah penggunaannya dan mudah didapat
b. Mengurangi kehilangan darah (akibat haid) dan nyeri haid
c. Mengurangi resiko terjadinya KET (Kehamilan Ektopik Terganggu) dan Kista
Ovarium
d. Mengurangi resiko terjadinya kanker ovarium dan rahim
e. Pemulihan kesuburan hampir 100%
1.4 Baik untuk wanita yang:
· Masih ingin punya anak
· Punya jadwal harian yang rutin
1.5 Kontraindikasi
a. Menyusui (khsusu pil kombinasi)
b. Pernah sakit jantung
c. Tumor/keganasan
d. Kelainan jantung, varices, dan darah tinggi
e. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui sebabnya
f. Penyakit gondok
g. Gangguan fungsi hati & ginjal
h. Diabetes, epilepsy, dan depresi mental
i. Tidak dianjurkan bagi wanita mur >40 tahun
1.6 Efek Samping
Penggunaan pil KB pada sebagian wanita dapat menimbulkan efek
samping, antara lain mual, berat badan bertambah, sakit kepala (berkunang-
kunang) perubahan warna kulit dan efek samping ini dapat timbul berbulan-
bulan.

2. Suntik
Kontrasepsi suntikan adalah hormone yang diberikan secara suntikan/injeksi
untuk mencegah terjadinya kehamilan. Adapun jenis suntikan hormone ini ada yg
terdiri atas 1 hormon, & ada pula yg terdiri atas dua hormone sebagai contoh jenis
suntikan yg terdiri 1 hormon adalah Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston &
Noristerat. Sedangkan yg terdiri dari atas dua hormone adalah Cyclofem dan
Mesygna.
KB suntik sesuai untuk wanita pada semua usia reproduksi yang menginginkan
kontrasepsi yang efektif, reversible, dan belum bersedia untuk sterilisasi.
2.1 Cara Kerja
Depo provera disuntikkan setiap 3 bulan sedangkan Noristerat setiap 2
bulan.Wanita yang mendapat suntikan KB tidak mengalami ovulasi.
2.2 Efektivitas
Dalam teori: 99,75%. Dalam praktek: 95-97%.

2.3 Keuntungan
a. Merupakan metode yang telah dikenal oleh masyarakat
b. Dapat dipakai dalam waktu yang lama
c. Tidak mempengaruhi produksi air susu ibu
2.4 Baik untuk Wanita yang:
a. Calon akseptor yg tinggal di daerah terpencil
b. Lebih suka disuntik daripada makan pil
c. Menginginkan metode yang efektif dan bisa dikembalikan lagi
d. Mungkin tidak ingin punya anak lagi
e. Tidak khawatir kalau tidak mendapat haid
2.5 Kontraindikasi
a. Hamil atau disangka hamil
b. Perdarahan pervaginam yg tidak diketahui sebabnya
c. Tumor/keganasan
d. Penyakit jantung, hati, darah tinggi, kencing manis, penyakit paru berat,
varices
2.6 Efek Samping
Efek samping dari suntikan Cyclofem yg sering ditemukan adalah mual,
BB bertambah, sakit kepala, pusing2 dan kadang2 gejala tersebut hilang setelah
beberapa bulan atau setelah suntikan dihentikan. Sedang efek samping dari
suntikan Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston, dan Noristeat yg sering
dijumpai adalah menstruasi tidak teratur, masa menstruasi akan lebih lama, terjadi
bercak perdarahan bukan mungkin menjadi anemia pada beberapa klien.

3. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)


AKDR atau spiral, atau Intra-Uterine Devices (IUD) adalah alat yang dibuat
dari polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yg ditempatkan di dalam
rahim.Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dan dapat dilepaskan bila berkeinginan
untuk mempunyai anak.
3.1 Cara Kerja
AKDR ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan sel telur.
Imbarwati (2009), menjelaskan cara kerja IUD sebagai berikut:
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri
c. Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma masuk ke
dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
3.2 Efektivitas
Sangat efektif (0,5-1 kehamilan per 100 wanita setelah pemakaian selama 1
tahun)
3.3 Keuntungan
a. Tidak terganggu faktor lupa
b. Metode jangka panjang (perlindungan sampai 10 tahun dengan menggunakan
tembaga T 380 A)
c. Mengurangi kunjungan ke klinik
d. Lebih murah dari pil dalam jangka panjang
3.4 Baik untuk Wanita yang:
a. Menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektivitas yg tinggi, & jangka
panjang
b. Tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan anak
c. Memberikan ASI
d. Berada dalam masa postpartum dan tidak memberikan ASI
e. Berada dalam masa pasca aborsi
f. Mempunyai resiko rendah terhadap PMS
g. Tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil setiap hari
h. Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode hormonal atau yang
memang tidak boleh menggunakannya
i. Yang benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi darurat
3.5 Kontraindikasi
a. Hamil atau diduga hamil
b. Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit kelamin
c. Pernah menderita radang rongga panggul
d. Penderita perdarahan pervaginam yg abnormal
e. Riwayat kehamilan ektopik
f. Penderita kanker alat kelamin
3.6 Efek samping
a. Perdarahan dank ram selama minggu2 pertama setelah pemasangan. Kadang2
ditemukan keputihan yg bertambah banyak. Disamping itu pada saat
berhubungan (senggama0 terjadi expulsi (IUD bergeser dari posisi) sebagian
atau seluruhnya
b. Pemasangan IUD mungkin meninmbulkan rasa tidak nyaman dan
dihubungkan dengan resiko infeksi rahim.
3.7 Waktu Penggunaan IUD
Dalam Imbarwati (2009) dijelaskan penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada
saat:
a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil
b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu
pascapersalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea
laktasi (MAL)
d. Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak
ada gejala infeksi
e. Selama 1-5 hari setelah senggama yg tidak dilindungi
3.8 Waktu Kontrol IUD
Menurut Imbarwati (2009), waktu kontrol IUd yang harus diperhatikan adalah:
a. 1 bulan pasca pemasangan
b. 3 bulan kemudian
c. Setiap 6 bulan berikutnya
d. Bila terlambat haid 1 minggu
e. Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya

4. AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)


Adalah 2 kapsul kecil yang terbuat dari silicon berisi 75 gram hormone
levonorgestrel yang ditanam di bawah kulit.
4.1 Cara Kerja
AKBK atau sering disebut dengan implant secara tetap melepaskan hormone
tersebut dalam dosis kecil ke dalam darah.
Bekerja dengan cara:
a. Lendir serviks menjadi kental
b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi
c. Menekan ovulasi
4.2 Efektivitas
Dalam teori: 99,7%. Dalam praktek: 97-99%
4.3 Keuntungan
a. Sekali pasang untuk 3 tahun
b. Tidak mempengaruhi produksi ASI
c. Tidak mempengaruhi tekanan darah
d. Pemeriksaan panggul tidak diperlukan sebelum pemakaian
e. Baik untuk wanita yang tidak ingin punya anak lagi tetapi belum mantap untuk
di tubektomi
4.4 Baik untuk wanita yang:
a. Ingin metode yang praktis
b. Mungkin tidak ingin punya anak lagi
c. Tinggal di daerah terpencil
d. Tak khawatir jika tak dapat haid
4.5 Kontraindikasi
a. Hamil atau disangka hamil
b. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya
c. Tumor/keganasan
d. Penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis
4.6 Efek samping
Kadang2 pada saat pemasangan akan terasa nyeri. Selain itu ditemukan haid
yang tidak teratur, sakit kepala, kadang2 terjadi spotting atau anemia karena
perdarahan yg kronis.
4.7 Waktu Mulai Menggunakan Implant
a. Implant dapat dipasang selama siklus haid ke-2 sampai hari ke-7
b. Bila tidak hamil dapat dilakukan setiap saat
c. Saat menyusui 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan
d. Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan
e. Bila setelah beberapa minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali,
insersi dilakukan setiap saat jangan melakukan hubungan seksual selama 7
hari
5. Kondom Pria
Adalah sarung karet tipis yang dipakai oleh pria pada waktu bersenggama
5.1 Cara Kerja
Sarung karet ini mencegah sperma bertemu dengan ovum
5.2 Efektivitas
Dalam teori: 98%. Dalam praktek: 85%. Efektif jika digunakan benar tiap
kali berhubungan.Namun efektivitasnya kurang jika dibandingkan metode pil,
AKDR, suntikan KB.
5.3 Keuntungan
a. Dapat dipaki sendiri
b. Dapat mencegah penularan penyakit kelamin
c. Tidak mempengaruhi kegiatan menyusui
d. Dapat digunakan sebagai pendukung metode lain
e. Tidak mengganggu kesehatan
f. Tidak ada efek samping sistemik
g. Tersedia secara luas
h. Tidak perlu resep atau penilaian medis
i. Tidak mahal (jangka pendek)
5.4 Baik untuk pasangan yang:
a. Ingin menunda kehamilan atau ingin menjarangkan anak
b. Jarang bersenggama
c. Pasangan yang takut menularkan & tertular penyakit kelamin
d. Wanita yang kemungkinan sudah hamil
5.5 Kontraindikasi
Alergi.

6. Kontrasepsi Mantap (Kontap)


Adalah pemotongan/pegikatan kedua saluran telur wanita (tubektomi) atau kedua
saluran sperma laki-laki (vasektomi). Operasi tubektomi ada beberapa macam cara
antara lain adalah Kuldoskopik, Kolpotomi, Posterior, Laparoskopi, dan
Minilaparotomi. Cara yang sering diapaki di Indonesia adalah Laparoskopi dan Mini
laparotomi.
6.1 Cara Kerja
Hal ini mencegah pertemuan sel telur dengan sperma
6.2 Efektivitas
Dalam teori: 99,9%. Dalam praktek: 99%.
6.3 Keuntungan
a. Paling efektif
b. Mengakhiri kesuburan selamanya (keberhasilan pengembalian tidak bisa
dijamin).
c. Tidak perlu perawatan khusus
6.4 Baik untuk pasangan yang:
a. Sudah yakin tidak ingin punya anak lagi
b. Jika hamil akan membahayakan jiwanya
c. Ingin metode yang tidak mengganggu
6.5 Kontraindikasi
Tidak ada.
6.6 Efek Samping
Jarang, ringan, dan bersifat sementara misalnya bengkak, nyeri, dan infeksi
luka operasi.Pada vasektomi infeksi dan epididimis terjadi pada 1-2% pasien.
Pada tubektomi perdarahan, infeksi, kerusakan organ lain dan komplikasi karena
anastesi dapat terjadi.

F.ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal proses asuhan kebidanan, yaitu
mengumpulkan data, mengolah data dan menganalisa data yang diperoleh dalam
bentuk data subjektif, objektif dan data penunjang yang akan memberikan gambaran
keadaan kesehatan klien.

1. Identitas (klien dan suami)

- Nama yang jelas dan lengkap


- Umur, ditanyakan untuk memberikan penyuluhan yang sesuai dengan
umur ibu dan mengetahui kesesuaian antara umur ibu dengan kontrasepsi
yang digunakan. Umur yang biasanya menggunakan KB 3 bulan adalah
wanita usia subur sekitar 22-35 tahun.

- Agama, ditanyakan untuk memberikan asuhan yang berkaitan dengan


kebiasaan yang dilakukan klien sesuai dengan agama. Pada Agama Islam,
beberapa aliran tidak memperbolehkan KB yang bersifat permanen
(sterilisasi), sehingga klien beragama Islam lebih dianjurkan KB non
permanen seperti suntik 3 bulan,1 bulan,pil atau KB barier (kondom dll).

- Pendidikan, untuk mengetahui tingkat pengetahuan sehingga


mempermudah dalam pemberian informasi.

- Pekerjaan, untuk mengetahui pengaruh aktifitas terhadap kesehatan klien


sehingga mempengaruhi keberhasilan KB

- Alamat, digunakan untuk mengetahui suku, adat, daerah, budaya dan


memudahkan komunikasi.

2. Alasan kunjungan, digunakan untuk mengetahui tujuan kunjungan klien (datang


pertama kalinya, rutin, atau karena ada keluhan)

3. Keluhan utama, mengetahui ada tidaknya keluhan yang dialami oleh klien

4. Riwayat menstruasi

Menarche, siklus, banyaknya, lamanya, sifat darah, teratur/tidak,


dismenorhea, fluor albus, HPHT. Riwayat menstruasi khususnya HPHT,
penting untuk ditanyakan terutama bagi ibu yang baru datang pertama kalinya
menggunakan KB suntik 3 bulan.

5. Cara KB terakhir (bagi akseptor KB lama)

6. Jumlah anak hidup (riwayat obstetri)

7. Status kehamilan saat ini, untuk mengetahui ibu dalam keadaan hamil atau tidak

8. Sikap pasangan terhadap KB (setuju/tidak)


9. Riwayat penyakit yang diderita klien(Jantung, hipertensi, hepatitis, DM, asma,
TBC dan HIV AIDS)

10. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : baik, cukup, kurang.

Kesadaran : composmentis

TD : normalnya 110/70 – 120/80 mmHg

BB : untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kontrasepsi yang


digunakan dengan BB klien

11. Pemeriksaan Fisik

- Wajah : tidak pucat , tidak oedem

- Mata : conjungtiva : merah muda; Sklera : putih

- Leher : bendungan vena jugularis : tidak ada

pembesaran kelenjar limfe : tidak ada

pembesaran kelenjar thyroid : tidak ada

- Abdomen :tidak ada massa, tidak ada nyeri, tidak ada tanda – tanda
kehamilan, tidak ada bekas operasi.

- Genetalia :tampak bersih, tidak ada fluor albus, tidak


ada infeksi kelenjar bartholini& skene.

- Ekstrimitas : tidak oedema.

2. Diagnosa Keperawatan
Keputusan tentang penentuan diagnosa keperawatan terkait dengan masalah
fisiologis terhadap kehamilan ibu dan mengurangi penyebab hiperemesis gravidarum
pada ibu hamil.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Tim Pokja, 2016)
diagnosa keperawatan yang muncul sebagai berikut :
1. Nyeri Akut
2. Gangguan rasa nyaman
3. Resiko Infeksi
4. Gangguan Citra Tubuh
5. Ansietas
6. Defisit Pengetahuan
3. Intervensi Keperawatan
Rencana Keperawatan untuk ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum dapat diberikan apabila kemampuan merawat diri pada
klien berkurang dari yang dibutuhkan untuk memenuhi self care sehingga dapat mengurangi penyebab dari hiperemesis gravidarum pada
ibu hamil. Intervensi Keperawatan dilakukan berdasarakan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
dengan kriteria hasil berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia(T. PPNI, 2018; T. P. S. PPNI, 2019; Tim Pokja, 2016)

No. Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan

1. Nyeri Akut (D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (1.08238)


Setelah dilakukan intervensi keperawatan Observasi
selama ...x 24 jam maka tingkat nyeri
menurun, dengan kriteria hasil :  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun  Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun  Idenfitikasi respon nyeri non verbal
3. Frekuensi nadi membaik  Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Tekanan darah membaik  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik

 Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis:


TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
 Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Gangguan rasa nyaman Status kenyamanan (L.08064) Terapi relaksasi (I.09326)


(D.0074)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan Observasi
selama 3 x 24 jam, maka status
kenyamanan meningkat, dengan kriteria  Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
hasil: berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu kemampuan
kognitif
1. Keluhan tidak nyaman  Identifikasi Teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
menurun  Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan Teknik
2. Gelisah menurun sebelumnya
 Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah Latihan
 Monitor respons terhadap terapi relaksasi

Terapeutik

 Ciptakanlingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan


pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
 Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
 Gunakan pakaian longgar
 Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
 Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau
Tindakan medis lain, jika sesuai
Edukasi

 Jelaskantujuan, manfaat, Batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia


(mis: musik, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
 Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
 Anjurkan mengambil posisi nyaman
 Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
 Anjurkan sering mengulangi atau melatih Teknik yang dipilih
 Demonstrasikan dan latih Teknik relaksasi (mis: napas dalam,
peregangan, atau imajinasi terbimbing)
3. Resiko infeksi (D. 01420) Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi (I.14539)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan Observasi
selama ...x 24 jam maka tingkat infeksi
menurun, dengan kriteria hasil :  Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
1. Kebersihan tangan meningkat
2. Kebersihan tangan meningkat  Batasi jumlah pengunjung
3. Nafsu makan meningkat  Berikan perawatan kulit pada area edema
4. Demam menurun  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
5. Kemerahan menurun lingkungan pasien
6. Nyeri menurun  Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
7. Bengkak menurun Edukasi
8. Vesikel menurun
9. Cairan berbau busuk menurun  Jelaskan tanda dan gejala infeksi
10. Sputum berwarna hijau menurun  Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
11. Drainase puluren menurun  Ajarkan etika batuk
12. Piuna menurun  Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
13. Periode malaise menurun  Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
14. Periode menggigil menurun  Anjurkan meningkatkan asupan cairan
15. Lelargi menurun Kolaborasi
16. Gangguan kognitif menurun
17. Kadar sel darah putih membaik Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
18. Kultur darah membaik
19. Kultur urine membaik
20. Kultur sputum membaik
21. Kultur area luka membaik
22. Kultur feses membaik
Kadar sel darah putih membaik

4. Gangguan citra tubuh Citra tubuh (L.09067) Promosi citra tubuh (I.09305)
(D.0083)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan Observasi
selama 3 x 24 jam, maka citra tubuh
meningkat, dengan kriteria hasil:  Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
 Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra
1. Melihat bagian tubuh membaik tubuh
2. Menyentuh bagian tubuh  Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi
membaik sosial
3. Verbalisasi kecacatan bagian  Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
tubuh membaik  Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah
4. Verbalisasi kehilangan bagian
tubuh membaik Terapeutik

 Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya


 Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
 Diskusikan perubahan akibat pubertas, kehamilan, dan penuaan
 Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi citra tubuh (mis:
luka, penyakit, pembedahan)
 Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara
realistis
 Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra
tubuh
Edukasi

 Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh


 Anjurkan mengungkapkan gambaran diri sendiri terhadap citra
tubuh
 Anjurkan menggunakan alat bantu (mis: pakaian, wig, kosmetik)
 Anjurkan mengikuti kelompok pendukung (mis: kelompok sebaya)
 Latih fungsi tubuh yang dimiliki
 Latih peningkatan penampilan diri (mis: berdandan)
 Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun
kelompok
5. Ansietas (D.0080) Tingkat ansietas (L.09093) Reduksi ansietas (I.09314)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan Observasi :
selama 3 x 24 jam, maka tingkat ansietas
menurun, dengan kriteria hasil:  monitor tanda-tanda ansietas

1. Verbalisasi kebingungan Teraupetik :


menurun  temani pasien untuk mengurangi kecemasan
2. Perilaku gelisah menurun  gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
3. Perilaku tegang menurun  diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan
4. Konsentrasi membaik datang
edukasi :
 anjurkan keluarga tetap bersama pasien
 anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
6. Defisit Pengetahuan Tingkat pengetahuan (L.12111) Edukasi kesehatan (I.12383)
(D.0111)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan Observasi
selama 3 x 24 jam, maka status tingkat
pengetahuanmeningkat, dengan kriteria  Identifikasikesiapan dan kemampuan menerima informasi
hasil:  Identifikasifaktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
1. Perilaku sesuai anjuran
meningkat Terapeutik
2. Verbalisasi minat dalam belajar
 Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
meningkat
 Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
3. Kemampuan menjelaskan
 Berikan kesempatan untuk bertanya
pengetahuan tentang suatu
topik meningkat Edukasi
4. Kemampuan menggambarkan
pengalaman sebelumnya yang  Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi Kesehatan
sesuai dengan topik meningkat  Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
5. Perilaku sesuai dengan  Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan meningkat perilaku hidup bersih dan sehat
6. Pertanyaan tentang masalah
yang dihadapi menurun
7. Persepsi yang keliru terhadap
masalah menurun
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi untuk mencapai tujuan yang


spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan
ditujukan pada Nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu, rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor untuk mempengaruhi masalah kesehatan klien.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana intervensi,dan
implementasinya. (konsep askep).
Perumusan evaluasi formatif meliputi 4 komponen yang dikenal dengan istilah
SOAP:
- S (Subjektif): data berupa keluhan pasien
- O (Obyektif): data hasil pemeriksaan
- A (Assesment): pembanding data dengan teori
- P (Planning): perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Imbarwati, I. (2009). Beberapa Faktor Yang Berkaitan Dengan Penggunaan KB IUD Pada
Peserta Kb Non IUD Di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.

Kusumaningrum, R. (2009). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN


JENIS KONTRASEPSI YANG DIGUNAKAN PADA PASANGAN USIA SUBUR
(FACTORS INFLUENCING THE CHOICE OF CONTRACEPTION TYPE USED BY
FERTILE AGED COUPLE).

Nurdianti, S. R. (2014). Analisis Faktor-Faktor Hambatan Komunikasi dalam Sosialisasi


Program Keluarga Berencana pada Masyarakat Kebon Agung Samarinda. Jurnal Ilmu
Komunikasi, 2(2), 145–159.

PPNI, T. (2018). Standar intervensi keperawatan indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI.

PPNI, T. P. S. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).

Tim Pokja, S. (2016). Standar diagnosis keperawatan indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai