Di Puskesmas Wagir
Oleh :
NIM : P17211201024
Malang ,
Preceptor Klinik Preceptor Akademik
NIP/NIK. NIP.
A. PENGERTIAN
Keluarga berencana (disingkat KB) adalah gerakan untuk membentuk
keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Itu bermakna adalah
perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan
penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom,
spiral, IUD, dan sebagainya. Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal
adalah dua(Nurdianti, 2014).
KB (Family Planning, Planned Parenthood) adalah suatu usaha untuk
menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai alat
kontrasepsi, untuk mewujudakan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Gerakan ini
mulai dicanangkan pada tahun akhir 1970-an. Secara umum Keluarga Berencana
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan
NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya
masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin
terkendalinya pertambahan penduduk(Nurdianti, 2014).
Pelayanan kontrasepsi diberikan dengan menggunakan metode kontrasepsi
baik hormonal maupun non hormonal. Menurut jangka waktu pemakaiannya
kontrasepsi dibagi menjadi Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non-MKJP) (Kemenkes RI, 2014). Jenis – jenis
kontrasepsi menurut Affandi dan Albar (2011):
a. Kontrasepsi non-hormonal, terdiri dari:
1) Kontrasepsi tanpa menggunakan alat/obat yaitu senggama terputus dan
pantang berkala.
2) Kontrasepsi sederhana untuk laki – laki adalah kondom.
3) Kontrasepsi sederhana untuk perempuan yaitu pessarium dan kontrasepsi
dengan obat – obat spermitisida
b. Kontrasepsi hormonal, terdiri dari:
1) Metode hormonal kombinasi (estrogen dan progesteron) yaitu pil
kombinasi dan suntik kombinasi (cyclofem)
2) Metode hormonal progesteron saja yaitu pil progestin (minipil), implan,
suntikan progestin (Depo Medroksiprogesterone Asetat/DMPA).
c. Kontrasepsi mantap terdiri dari tubektomi dan vasektomi
B. ETIOLOGI
Menurut WHO (dalam(Imbarwati, 2009)), keluarga berencana adalah tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk:
a. Mendapatkan objektif2 tertentu
b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
d. Mengatur interval diantara kelahiran
e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga
Dalam (Imbarwati, 2009)juga dijelaskan bahwa kontrasepsi berasal dari kata
kontra berarti mencegah atau melawan.Sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara
sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan
kehamilan.Jadi kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan tes kehamilan plano test (Negatif) untuk KB suntik Depo progestin
2. Penimbangan berat baan dan pengkuran tinggi badan
3. Pengukuran tekanan darah
4. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA)
5. Penentuan status imunisasi tetanus danpemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai
status imunisasi
6. Pemberian konseling
7. Pemeriksaan Lab sederhana (HB, Pemeriksaan protein urin, dan pemeriksaan
golongan darah
E.PENATALAKSANAAN
2. Suntik
Kontrasepsi suntikan adalah hormone yang diberikan secara suntikan/injeksi
untuk mencegah terjadinya kehamilan. Adapun jenis suntikan hormone ini ada yg
terdiri atas 1 hormon, & ada pula yg terdiri atas dua hormone sebagai contoh jenis
suntikan yg terdiri 1 hormon adalah Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston &
Noristerat. Sedangkan yg terdiri dari atas dua hormone adalah Cyclofem dan
Mesygna.
KB suntik sesuai untuk wanita pada semua usia reproduksi yang menginginkan
kontrasepsi yang efektif, reversible, dan belum bersedia untuk sterilisasi.
2.1 Cara Kerja
Depo provera disuntikkan setiap 3 bulan sedangkan Noristerat setiap 2
bulan.Wanita yang mendapat suntikan KB tidak mengalami ovulasi.
2.2 Efektivitas
Dalam teori: 99,75%. Dalam praktek: 95-97%.
2.3 Keuntungan
a. Merupakan metode yang telah dikenal oleh masyarakat
b. Dapat dipakai dalam waktu yang lama
c. Tidak mempengaruhi produksi air susu ibu
2.4 Baik untuk Wanita yang:
a. Calon akseptor yg tinggal di daerah terpencil
b. Lebih suka disuntik daripada makan pil
c. Menginginkan metode yang efektif dan bisa dikembalikan lagi
d. Mungkin tidak ingin punya anak lagi
e. Tidak khawatir kalau tidak mendapat haid
2.5 Kontraindikasi
a. Hamil atau disangka hamil
b. Perdarahan pervaginam yg tidak diketahui sebabnya
c. Tumor/keganasan
d. Penyakit jantung, hati, darah tinggi, kencing manis, penyakit paru berat,
varices
2.6 Efek Samping
Efek samping dari suntikan Cyclofem yg sering ditemukan adalah mual,
BB bertambah, sakit kepala, pusing2 dan kadang2 gejala tersebut hilang setelah
beberapa bulan atau setelah suntikan dihentikan. Sedang efek samping dari
suntikan Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston, dan Noristeat yg sering
dijumpai adalah menstruasi tidak teratur, masa menstruasi akan lebih lama, terjadi
bercak perdarahan bukan mungkin menjadi anemia pada beberapa klien.
F.ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal proses asuhan kebidanan, yaitu
mengumpulkan data, mengolah data dan menganalisa data yang diperoleh dalam
bentuk data subjektif, objektif dan data penunjang yang akan memberikan gambaran
keadaan kesehatan klien.
3. Keluhan utama, mengetahui ada tidaknya keluhan yang dialami oleh klien
4. Riwayat menstruasi
7. Status kehamilan saat ini, untuk mengetahui ibu dalam keadaan hamil atau tidak
Kesadaran : composmentis
- Abdomen :tidak ada massa, tidak ada nyeri, tidak ada tanda – tanda
kehamilan, tidak ada bekas operasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Keputusan tentang penentuan diagnosa keperawatan terkait dengan masalah
fisiologis terhadap kehamilan ibu dan mengurangi penyebab hiperemesis gravidarum
pada ibu hamil.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Tim Pokja, 2016)
diagnosa keperawatan yang muncul sebagai berikut :
1. Nyeri Akut
2. Gangguan rasa nyaman
3. Resiko Infeksi
4. Gangguan Citra Tubuh
5. Ansietas
6. Defisit Pengetahuan
3. Intervensi Keperawatan
Rencana Keperawatan untuk ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum dapat diberikan apabila kemampuan merawat diri pada
klien berkurang dari yang dibutuhkan untuk memenuhi self care sehingga dapat mengurangi penyebab dari hiperemesis gravidarum pada
ibu hamil. Intervensi Keperawatan dilakukan berdasarakan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
dengan kriteria hasil berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia(T. PPNI, 2018; T. P. S. PPNI, 2019; Tim Pokja, 2016)
Terapeutik
4. Gangguan citra tubuh Citra tubuh (L.09067) Promosi citra tubuh (I.09305)
(D.0083)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan Observasi
selama 3 x 24 jam, maka citra tubuh
meningkat, dengan kriteria hasil: Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra
1. Melihat bagian tubuh membaik tubuh
2. Menyentuh bagian tubuh Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi
membaik sosial
3. Verbalisasi kecacatan bagian Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
tubuh membaik Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah
4. Verbalisasi kehilangan bagian
tubuh membaik Terapeutik
Imbarwati, I. (2009). Beberapa Faktor Yang Berkaitan Dengan Penggunaan KB IUD Pada
Peserta Kb Non IUD Di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.
PPNI, T. (2018). Standar intervensi keperawatan indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja, S. (2016). Standar diagnosis keperawatan indonesia. Jakarta: DPP PPNI.